Bagaimana YHWH harus dilafalkan? Yahweh? Jehovah? Atau sudah hilang, dan tidak mungkin diucapkan lagi? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita hanya perlu merujuk kepada Encyclopaedia Judaica. Ensiklopedi berbobot ini, menurut Wikipedia adalah:
The Encyclopaedia Judaica is a 26-volume English-language encyclopedia of the Jewish people and their faith, Judaism. It covers diverse areas of the Jewish world and civilization, including Jewish history of all eras, culture, holidays, language, scripture, and religious teachings.
Encyclopaedia Judaica adalah ensiklopedia 26 volume berbahasa Inggris tentang orang-orang Yahudi dan agama mereka, Yudaisme. Encylopaedia ini mencakup berbagai bidang dari dunia dan peradaban Yahudi, termasuk sejarah Yahudi dari semua era, budaya, hari libur, bahasa, kitab suci, dan ajaran agama.
Menurut Encyclopaedia Judaica (2nd ed., vol.7, h.675) dibawah “Names of God (Nama-nama Allah)”:
In the early Middle Ages, when the consonantal text of the Bible was supplied with vowel points to facilitate its correct traditional reading, the vowel points for ’Adonai with one variation—a sheva with the initial yod of YHWH instead of the ḥataf-pataḥ under the aleph of ’Adonai—were used for YHWH, thus producing the form YeHoWaH. When Christian scholars of Europe first began to study Hebrew, they did not understand what this really meant, and they introduced the hybrid name “Jehovah.”
Pada awal Abad Pertengahan, ketika konsonan dari teks Alkitab dilengkapi dengan titik vokal untuk memfasilitasi pembacaan tradisional yang benar, titik vokal untuk ‘Adonai dengan satu variasi—satu sheva dengan yod awal dari YHWH alih-alih hataf-pataḥ di bawah aleph dari ‘Adonai—digunakan untuk YHWH, sehingga menghasilkan bentuk YeHoWaH. Ketika cendekiawan Kristen di Eropa pertama kali mulai mempelajari bahasa Ibrani, mereka tidak mengerti apa artinya sebenarnya, dan mereka memperkenalkan nama hibrida ”Jehovah”.
Berikutnya:
The true pronunciation of the name YHWH was never lost. Several early Greek writers of the Christian Church testify that the name was pronounced “Yahweh.” This is confirmed, at least for the vowel of the first syllable of the name, by the shorter form Yah, which is sometimes used in poetry (e.g., Ex.15:2) and the –yahu or –yah that serves as the final syllable in very many Hebrew names. [Huruf tebal ditambahkan.]
Pengucapan sebenarnya dari nama YHWH tidak pernah hilang. Beberapa penulis Yunani awal dari Gereja Kristen bersaksi bahwa nama itu diucapkan “Yahweh.” Hal ini ditegaskan, setidaknya untuk vokal suku kata pertama dari nama tersebut, dengan bentuk yang lebih pendek Yah, yang kadang-kadang digunakan dalam puisi (misalnya, Kel 15:2) dan -yahu atau -yah yang berfungsi sebagai akhiran suku kata dalam banyak nama Ibrani. [Huruf tebal ditambahkan.]
Dari kedua kutipan di atas, kita dapat memastikan bahwa pelafalan nama YHWH tidak pernah hilang, yaitu “Yahweh”.
Kata “Jehovah” merupakan sebuah kata hibrida yang diciptakan dari huruf-huruf mati YHWH dan huruf-huruf vokal dari “Adonai”. Besar kemungkinan “Jehovah” merupakan suatu cara lain untuk berbicara tentang Allah tanpa menyebut nama-Nya secara langsung.
Berikut kutipan dari buku THE ONLY TRUE GOD oleh Eric H.H. Chang, hlm. 364, di bawah, “Pelafalan Nama itu”:
Pelafalan nama “Yahweh” tampaknya cukup beralasan karena bagian pertama “Yah” kerapkali muncul dalam penggunaan puitis (38 kali dalam Kitab Mazmur, 2 kali dalam Kitab Keluaran, dan 2 kali dalam Kitab Yesaya = 42 kali dalam PL). Kita mengenal hal ini dengan baik dari kata “Haleluya”, di mana “ya” dalam bahasa Ibraninya sama dengan “Yah”. Ini pun muncul dalam banyak nama Alkitabiah, mis. Yesaya, Yeremia, dst., dan juga dalam bentuk yang dipendekkan dalam Yosua=Yeshuah (“Yesus” dalam bahasa Yunani).
BDB, Hebrew and English Lexicon, juga mencatat: “[Iabe] dari Teodoret dan Epifanius yang tradisionil”. Begitu pun, The Theological Wordbook of the OT (TWOT) mengatakan, “Teodoret pada abad ke-4 M menyatakan bahwa orang-orang Samaria melafalkannya ‘iabe’. Klemens dari Aleksandria (awal abad ke-3 M) mengucapkannya ‘iaoue’.” Beberapa sumber lebih awal agaknya telah tersedia untuk para pemimpin gereja ini (orang-orang Samaria dalam halnya dengan Teodoret).
‘Iabe’ dilafalkan “Yaveh”, dan merupakan padanan dari “Yahweh” karena huruf Ibrani waw (“w”) dilafalkan sebagai “v” dalam bahasa Inggris (“w” dalam bahasa Jerman juga diucapkan seperti “v” dalam bahasa Inggris), sedangkan huruf Yunani Koine “b” kemungkinan dilafalkan seperti “v” dalam bahasa Inggris, yang masih tetap dilafalkan seperti itu dalam bahasa Yunani modern.