Kermit Zarley

Penyembahan Kristen merupakan subjek yang sangat penting untuk menjawab pertanyaan apakah Yesus itu Allah atau tidak. Perjanjian Baru (PB) mencatat beberapa peristiwa di mana Yesus “disembah”. Umat Kristen pada umumnya menganggap hal tersebut sebagai bukti bahwa mereka yang menyembahnya percaya bahwa Yesus adalah Allah, karena hanya Allah yang seharusnya disembah. Akan tetapi, apa sebenarnya arti “penyembahan”?

Kata yang paling menonjol dalam Perjanjian Baru Yunani yang lazimnya diterjemahkan sebagai “menyembah” atau worship adalah proskuneo. Kata tersebut dan yang seasalnya dipakai sebanyak enam puluh satu kali dalam Perjanjian Baru Yunani, kebanyakannya di Injil Matius dan kitab Wahyu, kitab yang pertama dan terakhir dari Perjanjian Baru. Etimologi kata proskuneo adalah pros yang berarti “gerakan”, baik “dari” atau “menuju” suatu objek, dan kuneo yang berarti “mencium”. Ahli bahasa Walter Bauer di BAGD melaporkan bahwa proskuneo “dipakai untuk menandakan kebiasaan meniarapkan diri di hadapan seseorang dan mencium kakinya, jumbai jubahnya, tanah, dll.” Dia menambahkan bahwa proskuneo dapat diterjemahkan sebagai “(menjatuhkan diri dan) menyembah, membungkukkan badan untuk, meniarapkan diri di hadapan, memberikan penghormatan kepada, menyambut dengan hormat.”

(Dua kata lain dalam Perjanjian Baru Yunani yang kadang-kadang diterjemahkan sebagai worship di Alkitab Inggris adalah latreuo dan kata seasalnya latreia. Namun, kebanyakan Alkitab Inggris menerjemahkannya sebagai serve.)

Jadi, menurut para leksikograf, pada zaman dulu kata Yunani proskuneo hampir selalu menandakan satu tindakan fisik. Proskuneo menandakan kebiasaan oriental untuk bertekuk lutut, yaitu bersujud dengan menekuk lutut, atau bertiarap. Orang-orang yang berbuat demikian, biasanya berbuat demikian kepada seorang atasan untuk mengungkapkan sikap mereka yang merendah, yang penuh respek dan hormat, dan kesediaan untuk menunduk kepada kehendak atasan itu. Mereka seringkali melakukan proskuneo kepada mereka yang memiliki otoritas imperial, terutamanya para raja. Tindakan-tindakan fisik seperti ini biasanya menunjukkan tidak lebih dari suatu sikap ketundukan.

Sebaliknya, kata Inggris worship dan bahasa Indonesia “menyembah”, tidak menandakan satu tindakan fisik. Oleh karena itu, kata ini bukanlah terjemahan yang sesuai bagi proskuneo. Selanjutnya, kata “menyembah” memiliki beragam makna yang sangat luas. Jadi, untuk menerjemahkan kata proskuneo dalam Perjanjian Baru dengan kata “menyembah” bisa membingungkan, jika tidak menyesatkan.

Ketika para penulis Injil melaporkan bahwa seseorang melakukan proskuneo kepada Yesus, para penerjemah Alkitab selalu mengungkapkan bias Kristologis mereka dengan menerjemahkannya sebagai “menyembah” untuk memberi kesan bahwa orang itu menganggap Yesus itu “ilahi” atau “Allah.” Namun, ketika penulis Injil mengisahkan tentang seseorang melakukan proskuneo terhadap seorang yang lain selain Yesus, mereka menerjemahkannya sebagai “membungkukkan diri”, “bertekuk lutut”, “tersungkur”, “bersujud” atau sejenisnya. Jadi, mereka menerjemahkannya sebagai “menyembah” ketika dilakukan kepada Yesus (cth. Matius 2:2, 11; 14:33; 28:9, 17; Yohanes 9:38), tetapi sebagai satu tindakan fisik ketika dilakukan kepada orang lain. Ini sangat jelas khususnya di Wahyu 3:9, di mana Yesus berbicara tentang jemaat di Filadelfia bahwa “mereka yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian” akan “datang dan tersungkur (proskuneo) di depan kakimu.”

Sebagai contoh, di samping cerita tentang kelahiran Yesus di Matius 2, Injil Matius mencatat sejumlah tujuh kali orang melakukan proskuneo di hadapan Yesus. Tiga kali dilakukan oleh murid-murid Yesus, dan empat yang lainnya oleh orang lain. Alkitab New International Version (NIV) menerjemahkannya sebagai “menyembah” tatkala dilakukan oleh murid-murid Yesus (Mat 14:33, 28:9, 17), tetapi sebagai “berlutut” tatkala dilakukan orang lain (Mat 8:2, 9:18, 15:25, 20:20). NIV menerjemahkan proskuneo sebagai “tersungkur” di Lukas 8:47. Semua ini sangat mencirikan semua versi Alkitab Inggris yang lain.

Kadang-kadang, teks Perjanjian Baru Yunani menggabungkan kata proskuneo dengan kata pipto, yang berarti “tersungkur” atau “membungkukkan diri.” Sebagai contoh, kitab Wahyu mencatat empat kali para malaikat di surga melakukan proskuneo kepada Allah (Why 5:14, 7:11, 11:16, 19:4), dan dalam setiap kali kata pipto dimasukkan, jadi “tersungkur/membungkukkan diri dan menyembah.” Dalam beberapa kesempatan, pipto muncul dengan proskuneo dalam Injil ketika dilakukan kepada Yesus. Orang yang berbuat demikian mengungkapkan tidak lebih dari rasa hormatnya kepada Yesus.

Matius membuat jelas bahwa otoritas Yesus dan kuasanya untuk menyembuhkan sakit penyakit bukanlah sesuatu yang hakiki dalam naturnya,  melainkan berasal dari Allah (Bapa). Sebagai contoh, ketika Yesus menyembuhkan orang lumpuh yang diturunkan dari atap, Matius menambahkan, “Maka orang banyak yang melihat hal itu takut lalu memuliakan Allah yang telah memberikan kuasa sedemikian itu kepada manusia” (Mat 9:8). Jadi, laporan Matius menunjukkan bahwa orang banyak tidak menganggap Yesus sebagai Allah karena penyembuhan itu, tetapi Allah telah memberikan otoritas dan kuasa kepada Yesus untuk menyembuhkan orang itu. Mereka memuliakan Allah karena mereka dengan benar menyimpulkan bahwa Dialah yang sebenarnya menyebabkan penyembuhan itu terjadi.

Penulis kitab Ibrani mendaftarkan tujuh kutipan Perjanjian Lama dalam upaya untuk membuktikan bahwa Yesus itu lebih tinggi daripada para malaikat (Ibrani 1:5-13). Banyak orang Kristen mengutip salah satunya untuk menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah. Kutipan tersebut berasal dari Ulangan 32:42 dalam Septuaginta (Perjanjian Lama Yunani) yang berbunyi “Semua malaikat harus menyembah dia” (ay. 6). Besar kemungkinan penulis kitab Ibrani bermaksud untuk menyatakan bahwa para malaikat di surga menghormati Yesus dengan cara yang sama seperti yang dilukiskan Paulus di Filipi 2:10, di mana dia mengatakan bahwa, “dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi.” Artinya, ketika Yesus kembali dengan kemuliaan kerajaannya, semua orang akan bertekuk lutut ketika namanya diumumkan, dan hal ini tidak semestinya menandakan bahwa dia adalah Allah.

Kitab Wahyu melukiskan gambaran yang hidup dan luarbiasa mengenai para malaikat yang memberikan penghormatan kepada keduanya Allah dan Yesus di surga. Dalam setiap kesempatan mereka melakukan pipto (“tersungkur”) diikuti dengan proskuneo, cth. Why 5:15, dan tidaklah jelas apakah mereka menyembah Yesus dalam pengertian bahwa dia adalah Allah. Maurice Casey menegaskan bahwa di dalam kitab ini Yesus Kristus “tidak sebenarnya dipuja sebagai Allah bahkan dalam pelukisan yang menggambarkan bahwa dia dipuji di surga.”

Dua kali, penulis kitab Wahyu, yaitu “Yohanes” jatuh tersungkur untuk “menyembah” (proskuneo) malaikat yang menyatakan nubuatan-nubuatan itu kepadanya. Namun, dalam kedua kesempatan itu malaikat tersebut melarang tindakan Yohanes dan berkata, “sembahlah Allah,” yaitu Bapa (Wahyu 19:20, 22:9). Malaikat itu mungkin menganggapnya sebagai sesuatu yang melebihi tindak penghormatan. Ini menimbulkan pertanyaan apakah hanya Allah, dan bukan juga Yesus, yang harus disembah seperti ini.

Sir Isaac Newton adalah seorang Kristen yang saleh yang menulis lebih banyak tentang teologi daripada sains. Landasan imannya yang utama adalah, “bilamana saja dikatakan di dalam Kitab Suci bahwa ada satu Allah, yang dimaksudkan adalah Bapa”. Dia banyak mengutip 1 Korintus 8:6 untuk mendukung pandangannya, “hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa,… dan satu Tu(h)an saja, yaitu Yesus Kristus.” Dia menjelaskan, “Kita dilarang menyembah dua Allah, tetapi kita tidak dilarang untuk menyembah satu Allah dan satu Tu(h)an.” Saya dengan sepenuh hati setuju dengan semua ini.

Newton yang adalah seorang anti-Trinitarian juga membedakan tingkat penyembahan. Dia memberikan penyembahan yang utama kepada Allah sebagai Pencipta dan penyembahan yang  lebih rendah kepada Yesus sebagai agen Allah dalam penciptaan dan penebusan. Dia berargumen bahwa menyembah dua atau lebih pribadi secara bersamaan, seperti dalam doktrin Trinitas, merupakan sebuah pelanggaran terhadap Perintah Pertama dari Sepuluh Firman dan karenanya adalah penyembahan berhala. Saya tidak sependapat dengan dia dalam hal ini.

Sebagai kesimpulan, semakin banyak ahli Perjanjian Baru konservatif, termasuk banyak Trinitarian, sekarang mengakui bahwa dalam Injil-injil Perjanjian Baru, proskuneo yang diarahkan kepada Yesus tidak semestinya menunjukkan bahwa mereka yang berbuat demikian percaya bahwa dia adalah Allah. Trinitarian D.A. Carson memberikan peringatan berikut sehubungan dengan Injil Matius, “sangat diragukan jika proskyneo itu sendiri atau ketika digabungkan dengan pipto mengusulkan sesuatu yang melebihi tindak penghormatan.” J. Lionel North menegaskan bahwa “tidak ada apa-apa” di dalam Perjanjian Baru “yang mengharuskan kita untuk menyimpulkan bahwa Yesus dianggap ilahi karena dia disembah.” Wendy North dan Loren T. Stuckenbruck menyimpulkan bahwa apa yang seharusnya “diperoleh dari Perjanjian Baru” adalah “bahwa ‘menyembah’ merupakan kata yang terlalu tidak tepat untuk mengacu kepada kesimpulan bahwa Yesus itu ilahi.” Amen!

[Artikel ini ditulis oleh Servetus the Evangelical, alias Kermit Zarley. Kunjungilah situsnya di: ServetusTheEvangelical.com untuk membaca lebih banyak artikel sejenis.]

Berikan Komentar Anda: