SC Chuah | Yohanes 6:28-65 |

Kita mulai dengan membaca Yohanes 6:35 dan 41.

Kata Yesus kepada mereka, “Akulah roti hidup; orang yang datang kepadaku tidak akan lapar lagi, dan orang yang percaya kepadaku tidak akan haus lagi.”

Karena itu, beberapa orang Yahudi mulai menggerutu tentang dia karena ia berkata, “Akulah roti yang telah turun dari surga itu.”

Ini merupakan pernyataan “Akulah” yang pertama dalam Injil Yohanes. Dalam Injil Yohanes, ada tujuh pernyataan “Akulah” yang terkenal: Terang Dunia, Pintu, Gembala yang Baik, Kebangkitan dan Kehidupan, Jalan, Kebenaran dan Kehidupan, dan terakhir, Pokok Anggur. Semua ini adalah pernyataan mesianik yang melukiskan kepada kita pelayanan dan fungsi sang Mesias kepada dunia dan juga kepada kita, murid-muridnya.

Yesus di Yohanes 6 melukiskan dirinya sebagai roti hidup. Ia bukan saja datang membawa roti melainkan untuk menjadi roti. Seluruh nas ini merupakan pesan salib yang disampaikan dalam bahasa yang disederhanakan, yang mudah dimengerti, yaitu bahasa makan minum. Kiranya Roh Kudus membuka mata hati kita untuk melihat sejauh mana Yesus memberikan dirinya kepada kita. Ia datang bukan saja untuk memberi kita makan melainkan untuk menjadi makanan kita.

Perhatikan bahwa pengakuan Yesus ini tidak diterima dengan baik pada zamannya. Kita harus belajar untuk mendekati firman Yesus seolah-olah itu kali pertama kita mendengarnya. Jika kita belajar memosisikan diri di antara orang banyak itu maka kita akan mengerti mengapa mereka bereaksi seperti itu. Pernyataan-pernyataan Yesus terlalu sulit untuk dipercayai, sulit ditelan apatah lagi dicerna. Pernyataannya ini “too good to be true” (terlalu bagus untuk menjadi kenyataan). “Tidak akan lapar lagi? Tidak akan haus lagi? Roti yang turun dari surga?” Mereka diminta untuk mempercayai sesuatu yang hampir mustahil dapat dipercayai.

Baru-baru ini saya menerima email dari bank saya yang berisi berita bahwa saya berpeluang mendapatkan cashback sebesar Rp 350 juta. Emailnya dikirim oleh sebuah bank terpercaya, tetapi isinya “too good to be true”. Jadi, saya hapus saja email itu. Akan tetapi, di sini kita berhadapan dengan pilihan paling penting dalam hidup ini. Berhadapan dengan pernyataan dan janji Yesus yang demikian luar biasa, kita-kita yang terlalu mudah percaya harus bertanya apakah kita benar-benar telah percaya, khususnya jika kepercayaan kita itu tidak diikuti dengan kegairahan yang seimbang dengan klaim dan janji yang dibuat Yesus.

Yesus menyatakan dirinya sebagai makanan sejati sebanyak tiga kali. Tentu saja, makanan sejati dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan kita yang sejati. Jadi, kita harus meresponinya dengan iman yang sejati. Pada dasarnya, ada dua macam orang percaya. Bedanya sangat jauh: yang satu tahu banyak tentang roti dan sebaliknya, yang satu lagi makan roti. Yang satu mengetahui melalui pengetahuan, yang satu lagi mengetahui melalui pengalaman. Kita semua tahu bahwa salju itu berwarna putih. Kita bisa berbicara banyak tentang salju, kita bahkan bisa mengagumi dan bernyanyi tentang salju. Namun, kebanyakan dari kita akan mati tanpa pernah melihat salju. Dengan cara yang sama, kita bisa saja berkhotbah tentang roti, bernyanyi tentang roti, menulis artikel dan buku tentang roti, tidak sedikit juga yang menyembah roti, tetapi mati kelaparan tanpa pernah mencicipi roti. Lebih baik menjadi anak kecil yang tidak tahu apa-apa tentang roti, tetapi memakan roti daripada menjadi orang yang memiliki S3 tentang roti, tetapi mati kelaparan tanpa roti.   

Dalam pasal ini, roti dari Yesus dibandingkan dengan manna dari Musa. Kita akan daftarkan perbandingannya di tabel berikut:

ROTI DARI YESUS

MANNA DARI MUSA

Turun dari surga (8x)
Tidak binasa, bertahan sampai hidup yang kekal
Makanan sejati (3x)
Seluruh dunia (3x)
Tidak akan lapar (dan haus) lagi
Makan dan tidak mati
Hidup selamanya (2x)
Hidup kekal (5x)
Tinggal di dalam Kristus, Kristus di dalam dia
Dibangkitkan pada hari terakhir (4x)

Turun dari surga (2x)
Binasa, berulat dan berbau dalam satu hari
Terbatas Israel
Makan dan mati

Kita harus mengingat bahwa roti dari surga tidak diperbandingkan dengan makanan biasa, tetapi dengan manna di padang gurun. Manna yang dimakan bangsa Israel di padang gurun bukanlah makanan biasa, Manna, sama seperti roti hidup, turun dari surga dan berasal dari Bapa. Namun, itu saja persamaannya. Roti dari Yesus ialah roti yang tidak dapat binasa, yang bertahan sampai hidup yang kekal. Manna dari Musa pula, tidak dapat disimpan lebih dari satu hari. Manna akan menjadi berulat dan berbau busuk. Roti dari Yesus adalah makanan sejati, yang memenuhi kebutuhan sejati kita. Dari segi jauhnya jangkauan, roti dari surga memberi makan dan hidup kepada seluruh dunia. Yesus secara tidak langsung menyatakan dirinya jauh lebih besar daripada Musa. Pelayanan Musa terbatas kepada Israel di padang gurun. Itulah ciri-ciri dari roti surgawi.

Menariknya, orang yang memakan roti itu mengalami peningkatan dan menjadi seperti roti itu. Dalam kepercayaan orang Yahudi, proses memakan ialah proses peningkatan. Ketika kita makan sayur, sayur berubah menjadi manusia. Ketika kita makan sapi, sapi berubah menjadi manusia. Itu sebabnya dalam hukum Taurat, ada binatang-binatang yang tidak boleh dimakan karena proses peningkatan tidak diberikan kepada binatang itu. Namun, di ranah rohani, segalanya terbalik. Siapa saja yang memakan roti dari surga itu akan mengalami peningkatan dan menjadi surgawi.

Apakah saudara hidup dalam kenyataan ini? Itulah kenyataan yang terjadi di tingkat batin, di tingkat roh dan jiwa. Pernahkah saudara mencicipi roti surgawi ini? Saudara akan merasakan diri saudara orang yang paling diberkati di dunia ini. Saudara akan merasakan kepuasan batin yang tak terkatakan. Segala bentuk kecemburuan, iri, kepahitan, kebencian, dendam dari masa lalu akan begitu saja menguap dan menghilang. Saudara akan selalu dipenuhi rasa syukur. Dosa akan terasa dan berbau seperti makanan babi. Sebaliknya, jika saudara belum pernah mencicipinya, maka tidak mengherankan kalau ada banyak hal yang digerutui. Saudara akan selalu dipenuhi rasa tidak puas. Dalam keadaan itu, makanan babi juga terlihat enak. Daya tarik dari pencobaan terasa begitu kuat.


PROSES PARA MURID MENGUNDURKAN DIRI 

Berikutnya kita akan lihat sekilas bagaimana prosesnya para murid itu mengundurkan diri dan berhenti mengikuti dia. Kita harus mengingat bahwa mereka yang mengundurkan diri itu disebut sebagai “murid-muridnya” oleh Injil sendiri. Bagaimana sampai hal itu terjadi tidak lama sesudah mereka mengalami mukjizat “Yesus memberi makan 5.000 orang”? Di dalam nas ini, ada tujuh pertanyaan (atau lebih tepat, enam pertanyaan dan satu permintaan) dari orang banyak kepada Yesus. Berikut 7 pertanyaan tersebut, dan kita dapat melihat perkembangannya?


7 PERTANYAAN DARI ORANG BANYAK

25 “Rabi, kapan engkau tiba di sini?”
28 “Apa yang harus kami lakukan supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?”
30 “Kalau begitu, tanda ajaib apakah yang akan engkau lakukan supaya kami melihat dan percaya kepadamu? Pekerjaan apa yang engkau lakukan?
34  “Tuan, berilah kami roti itu senantiasa.”
42  “Bukankah dia ini Yesus, anak Yusuf, yang bapak dan ibunya kita kenal? Bagaimana mungkin ia dapat berkata, ‘Aku telah turun dari surga?’”
52  “Bagaimana bisa orang ini memberikan tubuhnya untuk dimakan?”
60  “Ajaran ini terlalu keras. Siapa yang sanggup menerimanya?”

Kita dapat melihat perkembangannya. Setiap pertanyaan mereka dibalas dengan jawaban yang lebih membingungkan. Mereka makin lama makin bingung. Berawal dari makanan yang tidak dapat binasa menjadi roti yang turun dari surga. Dari roti yang turun dari surga menjadi roti yang memberi makan seluruh dunia. Berikutnya, roti yang memberi hidup seluruh dunia itu ternyata dia sendiri. Lalu, ilustrasinya berubah dari memakan roti menjadi memakan daging. Akhirnya, bagai jerami yang mematahkan punggung unta, memakan daging dan meminum darah!

Siapa sanggup menerima pengajaran seperti ini? Kanibalisme tidak diizinkan dalam hukum Taurat. Meminum darah tidak diizinkan dalam Taurat. Andaikan saja mereka memahaminya tidak secara harfiah, tetapi hanya sebagai metafora atau perumpamaan, persoalannya tetap: adakah hamba Tuhan yang akan memakai ilustrasi yang terang-terangan melanggar firman  Allah? Jika meminum darah tidak diizinkan secara lahiriah maka meminum darah secara rohani juga tidak diizinkan. Perkataan Yesus ini sangat menjijikkan di telinga orang Yahudi. Mereka sulit mempercayai telinga mereka. Apakah ini sungguh rabi yang berasal dari Allah, yang dapat mengucapkan hal yang begitu memualkan dan memuakkan? Mereka tersinggung berat.

Jalan Tuhan memang menimbulkan banyak pertanyaan. Dalam perjalanan rohani kita, kita akan selalu bertanya-tanya, “Mengapa Tuhan bekerja seperti itu? Kita kesulitan memahami jalan Tuhan.” Yesus sepertinya melakukan hal ini dengan sengaja. Di ayat 61, ia bertanya, “Apakah perkataanku ini membuatmu tersinggung?” Yesus juga tidak berusaha menahan mereka yang mengundurkan diri dengan penjelasan yang lebih masuk akal. Lebih mengherankan lagi, ia mengundang kedua belas muridnya untuk pergi juga jika mereka mau, “Apakah kamu juga ingin pergi?” (6:67)

Yesus sepertinya sedang membersihkan murid-muridnya. Ia menyingkirkan murid-muridnya yang memiliki pola pikir yang tertentu. Secara khusus, ia sedang menangani mereka yang datang kepadanya dengan motif yang salah, motif yang duniawi. Bagi orang Kristen yang duniawi, Tuhan sudah pasti akan menangani kita, dan hanya tinggal waktu saja, kita akan tiba pada kesimpulan, “Ajaran ini terlalu keras. Siapa yang sanggup menerimanya?”

Kalau Yesus “berinkarnasi” sebagai seorang pendeta hari ini, ia kemungkinan akan menjadi pendeta yang paling dicela. Ia akan dianggap terlalu old-fashioned, terlalu kolot, terlalu frontal, terlalu vulgar, tidak tahu bagaimana menyesuaikan bahasa supaya lebih menarik, lebih moderen, lebih memikat, lebih mudah diterima. Ia tidak terlalu menghiraukan graf dan statistik. 


MANUSIA HIDUP BUKAN DARI ROTI SAJA

Kita akan tutup pesan ini dengan satu pelajaran penting yang wajib dipelajari kita semua, jika kita ingin bertahan sampai akhir. Kita menarik pelajaran ini dari perjalanan bangsa Israel di padang gurun. Ingat bahwa latar belakang bagi Yohanes 6 adalah perjalanan bangsa Israel di padang gurun. Kita ingin memahami mengapa Allah membawa bangsa Israel ke padang gurun melalui rute yang mengambil waktu 40 tahun, padahal perjalanan dari Mesir ke tanah perjanjian dapat ditempuh dalam 11 hari? Jawabannya diberikan dengan jelas di Ulangan 8:2-5

2  Kamu harus mengingat seluruh perjalanan di bawah pimpinan YAHWEH, Allahmu selama 40 tahun di padang gurun. Ia telah menguji dan membuatmu rendah hati untuk mengetahui apa yang ada di dalam hatimu apakah kamu taat perintah-Nya atau tidak.
3  Ia membuatmu rendah hati, membiarkanmu lapar, dan memberi makan manna, yang tidak dikenal olehmu atau nenek moyangmu. Hal itu diperbuat-Nya agar kamu menyadari bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, melainkan dari segala sesuatu yang dikatakan YAHWEH.
4  Selama 40 tahun, pakaianmu tidak menjadi usang, dan kakimu tidak membengkak.
5  Kamu harus mengerti bahwa YAHWEH, Allahmu sedang mengajarmu seperti seorang ayah mengajar anaknya.

Itulah pelajaran utama yang ingin diajarkan kepada Israel selama 40 tahun berputar-putar di padang gurun. Perhatikan juga kalimat indah di ayat 5, “Allah sedang mengajarmu seperti seorang ayah mengajar anaknya.” Itulah pelajaran penting yang harus dipelajari oleh kita semua sebagai anaknya. Mengapa Allah tidak memimpin mereka melalui rute yang ada toko? Bangsa Israel tidak keluar dari Mesir dengan tangan kosong. Alkitab mencatat bahwa mereka keluar dari tanah Mesir dengan barang-barang emas dan perak, dan juga kain yang diberikan oleh orang Mesir. Akan tetapi, Allah membawa mereka melalui padang belantara. Mengapa begitu repot?

Allah sedang menguji mereka. Apakah ujian itu? Padang belantara ialah tempat kekurangan. Padang gurun ialah tempat di mana kebutuhan kita tidak dapat dipenuhi. Memiliki apa yang kita butuhkan atau tidak seharusnya tidak membuat perbedaan. Kita di sini hanya untuk melayani, hanya untuk mengabdi. Ada atau tidak, baik-baik saja. Kaya, atau miskin, baik-baik saja, tidak ada perbedaan, tidak akan mengubah hubungan kita dengan Allah. Mengabdi dalam kekurangan, dan mengabdi dalam kelimpahan. Jika kita mengabdi kepadanya dalam segala kekurangan, kita juga akan mengabdi kepada-Nya dalam segala kelimpahan. Mereka dibawa dari kekurangan ekstrem menuju kelimpahan ekstrem.

Apakah pengabdian saudara kepada Allah bergantung pada keadaan ekonomi saudara? Keadaan ekonomi selalu turun naik. Selama 40 tahun, Allah berusaha membangun sebuah bangsa yang pengabdiannya tidak perlu diragukan lagi dalam segala keadaan, sebuah bangsa yang tidak hidup dari roti saja, melainkan dari setiap kata yang keluar dari bibir Allah. Masa pendemi ini memang sebuah ujian bagi kita semua.

Hal ini dilukiskan bagi kita secara dramatis melalui pencobaan Yesus di padang gurun. Yesus, seperti Israel tidak berada di padang gurun atas kehendaknya sendiri. Ia dipimpin oleh Roh Allah ke situ. Yesus tidak makan selama 40 hari dan 40 malam. Di padang gurun, hanya ada batu. Yesus berada di ambang kematian. Yesus melambangkan Israel di padang gurun. Ingat bagaimana Iblis mendekati Yesus, “Jika engkau adalah Anak Allah…”. Namun, sebagai Anak Allah par excellence, Yesus tidak melewatkan pelajaran Bapanya. Jawaban Yesus merupakan ayat kutipan Kitab Suci yang pertama yang dikutip Yesus dalam Injil. Itulah pelajaran yang paling utama dari Sang Bapa, dan itulah pelajaran paling utama yang harus dipelajari Sang Anak. Apakah saudara seorang anak Allah? Tahukah saudara pelajaran rohani apa yang WAJIB WAJIB WAJIB saudara pelajari sepanjang hidup ini? “Ada tertulis, ‘Bukan oleh roti saja manusia hidup, tetapi oleh setiap firman yang keluar melalui mulut Allah!’” Jika tidak, saudara tidak akan pernah berdaya melawan pencobaan Iblis.

Ada satu ayat indah di kitab Ayub yang menjelaskan kekuatan Ayub.

Aku belum beranjak dari perintah-perintah bibir-Nya, aku menghargai firman dari mulut-Nya melebihi bagian dari makananku. (Ayub 23:12)

Sangat sedikit orang dapat berbicara seperti ini. Namun, di sinilah rahasianya kekuatan rohani. Kekuatan bukanlah sesuatu yang dapat dibuat-buat. Jika saudara tidak makan, dan saudara kelaparan, saudara akan kelihatan lemah, pucat, kurus, tidak berdaya melawan penyakit. Dalam keadaan ekstrem, saudara akan tumbang jika didorong sedikit. Orang yang tidak memakan makanan rohaninya secara rutin, akan selalu hidup dalam kekalahan. Mereka tidak akan pernah dapat memalsukan kehidupan yang berkemenangan.

Sekarang mari kita belajar dari Paulus. Di Filipi 4, Paulus berkata,  

12  Aku tahu apa artinya kekurangan, dan aku juga tahu apa artinya kelimpahan. Dalam segala dan setiap keadaan, aku telah belajar rahasia hidup berkecukupan, apakah dengan kenyang atau lapar, apakah hidup banyak uang atau tidak punya uang.
13  Aku dapat melakukan segala sesuatu melalui Dia yang memberi kekuatan kepadaku.

Dalam segala keadaan ekonomi, aku hamba-Mu, pengabdianku tidak akan goyah, kesetiaanku tidak perlu diragukan. Paulus telah mempelajari pelajaran ini dengan baik, sebagai satu satu anak Allah yang terbaik. Ia juga telah belajar menarik kekuatan dari Kristus, roti kehidupan itu. Yesus Kristus, dialah makanan dan minuman sejati kita, yang memberikan segala kekuatan untuk melakukan setiap kehendak-Nya.

 

Berikan Komentar Anda: