SC Chuah | Yohanes 3:16 |

Kita membaca dari Yohanes 3:1-17

   Ada seorang Farisi yang bernama Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi. 2  Ia datang pada waktu malam kepada Yesus dan berkata, “Rabi, kami tahu bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorang pun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya.” 3  Yesus menjawab, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, jika seseorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.” 4  Kata Nikodemus kepada-Nya, “Bagaimana mungkin seseorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?” 5  Jawab Yesus, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, jika seseorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. 6  Apa yang dilahirkan secara jasmani bersifat jasmani dan apa yang dilahirkan dari Roh bersifat rohani. 7  Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali. 8  Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh.” Kata Nikodemus kepada-Nya, “Bagaimanakah mungkin hal itu terjadi?” 10  Jawab Yesus, “Engkau guru orang Israel, dan engkau tidak mengerti hal-hal itu? 11  Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, kami berkata-kata tentang apa yang kami ketahui dan kami bersaksi tentang apa yang kami lihat, tetapi kamu tidak menerima kesaksian kami. 12  Kamu tidak percaya, waktu Aku berkata-kata kepadamu tentang hal-hal duniawi, bagaimana kamu akan percaya, kalau Aku berkata-kata kepadamu tentang hal-hal surgawi? 13  Tidak ada seorang pun yang telah naik ke surga, selain Dia yang telah turun dari surga, yaitu Anak Manusia. 14  Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, 15  supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal. 16  Karena Allah begitu mengasihi dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. 17  Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan supaya dunia diselamatkan melalui Dia.

 

APAKAH FIRMAN MEMBUAT KITA TAKJUB?

Ayat-ayat di atas adalah perkataan-perkataan Yesus yang sangat mengherankan. Begitu mengherankan sehingga dua kali Nikodemus bingung dan bertanya, “Bagaimana mungkin hal ini terjadi?” Setiap pengajaran Yesus, setiap kalimat dari pengajaran Yesus seharusnya menimbulkan reaksi itu dari para pendengar, “How can this be? Bagaimana mungkin hal ini terjadi?” Ingatkah waktu Zakharia pertama kali mendengarkan apa yang disampaikan oleh malaikat Gabriel? Reaksi Zakharia adalah “bagaimana ini bisa terjadi? Aku sudah tua dan istriku lanjut umurnya!” Waktu Maria mendengarkan pemberitaan dari malaikat, dia juga menyatakan hal yang sama, “Bagaimana mungkin hal ini terjadi?” Demikian pula, setiap kali Yesus selesai mengajar, para pendengarnya menjadi takjub dan terheran-heran. Setiap firman Tuhan, khususnya firman yang diucapkan oleh Yesus, harus menimbulkan reaksi seperti itu dari kita. “Bagaimana mungkin ini benar? Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?”

Selesai bersaat teduh, saat kita keluar dari saat teduh, apakah kita merasakan sesuatu? Apakah kita mempunyai rasa kagum dan takjub, dan berkata di hati, “bagaimana mungkin seperti ini?” Jika kita tidak mempunyai reaksi seperti ini, besar kemungkinan kita sedang mendekati firman dengan cara yang salah. Bisa jadi kita lagi mengelamun, atau ada yang kurang beres dengan hati kita, atau kita sedang mendekati firman dengan cara yang salah. Kita telah menjadi terlalu familier sehingga mati rasa.


AYAT YANG PALING BANYAK DIJELASKAN TETAPI PALING SEDIKIT TERJELASKAN

Saya banyak bergumul memikirkan ayat yang mau saya sampaikan hari ini, yaitu ayat terkenal di Yohanes 3:16, “Allah begitu mengasihi dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal”. Ayat yang sering kita dengar. Pada awalnya, saya berencana untuk melangkahi ayat ini. Kenapa? Saya akan membagikan beberapa komentar dari beberapa hamba Tuhan tentang ayat ini. Di waktu training, Pastor Eric pernah berkata sesuatu yang benar-benar tertanam di dalam hati dan pikiran saya. Beliau berkata kira-kira seperti ini, “Saya lebih banyak berbicara tentang bagian kita, komitmen kita kepada Allah, kewajiban kita. Saya mengalami kesulitan untuk berbicara tentang kasih Allah, karena kasih-Nya begitu besar, tidak mungkin dapat disampaikan melalui kata-kata manusia.”

Saya juga mencari tahu apa yang dikatakan oleh A.W. Tozer tentang ayat ini. Ternyata, hal yang sama dinyatakan oleh A.W. Tozer. Katanya, “Saya sudah bertahun-tahun berkhotbah, tetapi sepanjang ingatan saya, saya tidak pernah mengkhotbahkan ayat ini. Mengutipnya iya, tetapi tidak pernah secara langsung mengkhotbahkannya. Bukan karena saya tidak menghargai atau meremehkan ayat ini, tetapi justru karena ayat ini begitu dalam. Saya merasa takut, merasa tidak sanggup dan tidak mampu untuk menyampaikan apa sebenarnya yang terkandung di dalam ayat ini.”

Ada juga yang menggambarkan ayat ini sebagai ayat yang begitu berbobot, yang kepentingannya tidak tertandingi oleh semua buku-buku filsafah, semua pemikiran yang paling cerdas yang pernah diterbitkan dan yang ada di setiap purpustakaan di dunia ini. Sekiranya kita mengambil semua buku-buku dan pemikiran-pemikiran terbaik di dunia ini dan menempatkan di atas timbangan, beratnya dibandingkan dengan ayat ini adalah seperti bulu ayam dibandingkan dengan bobotnya ayat ini. Walaupun bukan seorang ahli filsafat tetapi saya setuju bahwa bobot dari ayat ini adalah seperti berlian dan semua pemikiran yang lain adalah seperti arang.

Justru banyak hamba Tuhan besar tidak mengkhotbahkan ayat ini bukan karena tidak menghargainya tetapi merasa tidak sanggup untuk mengungkapkan apa yang disampaikan oleh ayat ini. Demikian pula dengan Charles Spurgeon. Dalam khotbahnya yang berjudul “Kasih Tak Terukur”, beliau memulainya dengan berkata, “Saya sangat terkejut beberapa hari yang lalu, ketika melihat daftar teks yang pernah saya khotbahkan, untuk menemukan bahwa saya tidak pernah berkhotbah dari ayat ini.” Di kesempatan yang lain, beliau membaca ayat ini dan langsung berkata, “Aku tidak akan berkhotbah panjang lebar malam ini, tetapi dengan segenap kekuatan.” Sebuah buku tafsir dari seorang yang bernama Elliot berkata, “Teks ini adalah ayat favorit pengkhotbah-pengkhotbah muda, tetapi bagi orang-orang yang lebih tua dan berusia, akan sadar bahwa makna dari ayat ini harus dirasakan, dipikirkan, direnungkan dan bukannya dibicarakan.” Mungkin itulah sebabnya pengkhotbah-pengkhotbah tua jarang mengkhotbahkan ayat ini. Yohanes 3:16 kemungkinan merupakan ayat yang paling banyak dijelaskan tetapi paling sedikit yang terjelaskan.

 

HANYA ADA SATU PESAN: ALLAH BEGITU MENGASIHI DUNIA INI

Namun ada juga kisah lain yang berbeda yang juga menginspirasi saya. Seorang tokoh dan pengkhotbah yang terkenal di Amerika, D.L. Moody, merupakan tipe pengkhotbah yang dicap sebagai pengkhotbah Api Neraka. Walaupun pada mimbarnya tertulis kalimat “Allah adalah Kasih”, tetapi saat berbicara dia akan membawa pedang ke mimbar dan dengan berapi-api menggambarkan bagaimana orang-orang berdosa akan dihancurkan oleh Allah. Memang ada benarnya, karena Allah memang sangat membenci dosa. Pada suatu hari, dia berkhotbah di Inggris dan selesai berkhotbah, ada seorang pemuda mendekatinya. Pemuda ini berkata kepada Moody, “Kalau bapak tidak keberatan, saya mau ke Amerika dan berkhotbah di gereja bapak.” Di pandangan Moody, anak ini terlalu muda untuk menjadi pengkhotbah. Anak muda ini bahkan belum berjenggut! Pemuda ini, Harry Morehouse akhirnya benar-benar ke Amerika dan menulis surat kepada Moody dan bertanya apakah dia bisa berkhotbah di gerejanya. Moody sangat keberatan tetapi karena melihat kenekatan anak muda ini, dia terpaksa setuju. Kebetulan dua hari itu, dia harus pergi melayani di tempat lain jadi dia menyerahkan mimbar di gerejanya kepada anak muda ini. Ini terjadi di tahun 1860-an, jemaat pada waktu itu beribadah hampir setiap malam. Dua malam itu, Harry menggantikan Moody walaupun awalnya diprotes oleh majelis gerejanya. Setelah Moody pulang, dia bertanya kepada istrinya, “Apa yang dikhotbahkan oleh Harry?” Istrinya memberitahunya bahwa Harry telah berkhobah dua kali dari Yohanes 3:16. Istrinya berkata, “Kamu pasti menyukai dia, walaupun caranya agak berbeda dari cara kamu berkhotbah.” Selama tujuh hari berturut-turut, Harry mengkhotbahkan ayat yang sama. Efeknya ke atas Moody sangatlah besar. Moody benar-benar hancur. Moody tidak pernah melupakan kata-kata penutup dari khotbah Harry, “Setiap malam sepanjang minggu ini, aku sudah menyatakan kepada saudara, betapa Allah mengasihi saudara. Namun, aku tidak dapat melakukannya dengan lidah yang gagap ini. Jika aku dapat meminjam tangga Yakub dan naik ke surga, dan bertanya kepada Gabriel, seberapa besar kasih Allah kepada orang berdosa, Gabriel akan berkata, “Allah begitu mengasihi dunia ini…” Bagi Harry, tidak ada pesan lain melainkan, “Allah begitu mengasihi orang berdosa…” Saat ketika pengkhotbah muda ini akhirnya jatuh sakit dan berada di ambang maut, waktu dia terbaring di tempat tidurnya dikelilingi oleh teman-temannya, dia berkata, “Jika Tuhan berkenan aku bangkit dari kematian, aku akan sekali lagi berkhotbah tentang Allah begitu mengasihi dunia ini sehingga Ia telah mengaruniakan anak-Nya yang tunggal…” Mulai saat itu, seluruh pelayanan D.L. Moody berubah. Harry Morehouse sekarang dikenang sebagai orang yang mengubah D.L. Moody.

Jadi, di satu sisi ada segolongan orang tua yang merasa tidak sanggup membicarakannya, dan sisi yang lain ada seorang muda yang mengubah seluruh pelayanan D.L. Moody. Saya pribadi lebih setuju dengan orang-orang tua tetapi di sisi yang lain, saya juga terinspirasi dengan Harry Morehouse. Namun karena kita sedang mempelajari Yohanes, mau tidak mau, saya harus membicarakannya, walaupun rencana awal saya adalah untuk melewatkan ayat ini. Jika saya melewatkannya, saya adalah seperti seorang pemandu wisata di Bali tetapi tidak membawa wisatawan ke pantai Kuta. Seperti pemandu wisata di Magelang tetapi tidak membawa pengunjung ke Candi Borobudur. Saya pernah menggambarkan seorang pengkhotbah sebagai seorang pengemis yang menunjuk kepada pengemis yang lain di mana menemukan roti. Kalau saya melewatkan ayat-ayat ini, saya merasa seperti seorang pengemis yang menemukan makanan enak, tetapi tidak membagikannya. Atau, seorang yang melihat semak yang menyala-nyala tetapi tidak mendekatinya untuk melihat apa yang sedang terjadi.

 

SAUDARA PRIBADI YANG PENTING BAGI ALLAH

Saya hanya akan berkomentar sedikit tentang ayat ini. Perkataan saya tidak terlalu berarti, hanya Roh Kudus yang dapat berbicara kepada saudara. Berdasarkan ayat Yohanes 3:16, saya harap dari hati saudara dapat menghayati kenyataan bahwa Allah sangat mengasihi saudara. Saudara adalah pribadi yang sangat penting bagi Allah dan Allah sangat prihatin dengan saudara. Hanya itu pesannya. Allah peduli dengan saudara. Saudara penting dan berarti di mata Allah. Di dunia ini, kita hanya seseorang tanpa wajah. Namun ayat ini memberitahu kita setiap orang, siapa saja yang percaya kepada-Nya. Begitu besar kasih Allah pada X, begitu besar kasih Allah kepada Y… masukkan nama saudara di situ. Kita hidup di dunia yang tidak ada yang peduli. Kita tidak penting.

nobodycaresDalam perjalanan hidup kita, saudara akan merasakan bahwa di dunia yang berdosa ini, tidak banyak yang peduli. Mungkin kecuali beberapa orang yang di sekitar kita. Coba google kalimat, “who cares” atau “nobody cares”, saudara akan menemukan banyak sekali lagu-lagu atau puisi atau kata-kata mutiara tentang hal ini. Contohnya, ada nasehat yang berbunyi seperti ini, “Jangan ceritakan masalahmu kepada siapa pun karena tidak ada peduli. 20 persen tidak peduli, 80 persen yang lain senang kamu punya masalah itu.” Ini pandangan yang sangat negatif. Kita lagi hidup di panti asuhan kosmos. Tidak ada yang peduli. Ada lagu yang berjudul, “Nobody Cares”, videonya hanya bolak balik menunjukkan seseorang yang tidak berwajah. Saudara ke rumah sakit, saudara hanya satu nomor; ke penjara, satu nomor; di kantor, hanya satu nomor; saudara hanya bagian dari sebuah statistik. Pesan Injil adalah ada seseorang yang peduli dengan saudara.  Pesan saya adalah, mulai dari hari ini, saudara tidak akan berkata lagi, “tidak ada yang peduli”.

 

ALLAH TIDAK SENANG DENGAN ANDA!

Pesan yang kedua adalah: Allah tidak senang dengan saudara! Dia tidak akan pernah senang sehingga saudara berada di pangkuan-Nya. Dia tidak akan pernah senang. Sama seperti seorang ibu yang mencari anaknya yang hilang. Saya baru menonton sebuah dokumenter tentang seorang ibu yang mencari anaknya yang hilang. Selama tidak menemukan anaknya, ibu ini tidak pernah senang dan tidak pernah tenang. Demikian juga dengan Allah. Selama saudara tidak dekat dengan Dia, berada di pangkuan-Nya, Dia tidak akan senang. Allah begitu peduli, Dia tidak akan senang sampai saudara berada dekat-Nya. Saya harap saudara pulang dan benar-benar mengizinkan firman ini meresap ke dalam benak dan hati saudara bahwa Allah benar-benar peduli dengan saudara. Bahwa saudara benar-benar berarti kepada Dia. Dunia mungkin menganggap kita tidak berarti. Dengarkan pesan ini bukan dengan telinga tetapi hati saudara. Kalau sudah mendengarkannya dengan hati saudara, pasti hati saudara akan merasakan sesuatu. Mustahil untuk saudara tetap hidup seperti biasa. Mustahil untuk saudara mempunyai sikap acuh tidak acuh terhadap Bapa. Kalau saudara bisa merasakan ayat ini dengan hati saudara, hampir mustahil untuk saudara hidup di dunia ini dengan mata tertunduk di bawah. Hampir mustahil untuk kita merasa putus asa karena apa pun karena begitu besarnya kasih Allah kepada kita.

Ayat ini kalau dihayati dengan baik dan meresap ke dalam jiwa akan membawa kekudusan nyata ke dalam kehidupan kita. Jika Allah menyerahkan Anak-Nya karena dosa, jika Anak harus mati tersalib karena dosa, dan jika kita ditentukan binasa karena dosa, adakah yang akan masih tega hidup dalam dosa? Tentu tidak! Kasih Allah yang diberitakan sehingga kita menjadi lebih berani berbuat dosa tidak berasal dari Allah. Saudara besar kemungkinan sedang mendengarkan suara Iblis!

Allah menyerahkan anak-Nya kepada kita secara pribadi. Dia datang bukan untuk menghakimi tetapi menyelamatkan. Hampir mustahil untuk mempunyai sikap-sikap negatif di dalam terang kasih dan kepedulian yang begitu besar kepada kita. Pada dasarnya saya orang yang bersifat negatif. Tanpa ayat ini, hidup terasa suram dan muram. Tanpa ayat ini, sangat dapat dimengerti mengapa kita semua murung. Dunia ini dunia yang sangat gelap. Sebelum mengenal Tuhan, saya memiliki pandangan yang sangat negatif terhadap kehidupan ini. Namun karena ayat ini, semuanya menjadi berbeda. Itu sebabnya orang Kristen yang selalu bersikap negatif merupakan sebuah kontradiksi. “Kristen negatif” merupakan dua istilah yang bertentangan. Dalam terang ayat ini, bagaimana seorang Kristen memiliki hati yang penuh benci, penuh dendam? Bagaimana mungkin masih ada kepahitan? Bagaimana mungkin ada kritik, keluh-kesah atau rasa tidak puas? Bagaimana mungkin ada amarah? Sikap tidak mengampuni? Mustahil!

 

ALLAH PEDULI!

Dua ayat ini adalah dua ayat  yang paling positif yang dapat kita dengarkan di dalam hidup kita. Begitu besar kasih Allah terhadap kita secara pribadi. Dan suara “nobody cares”, “who cares” merupakan suara iblis. Suara Iblis adalah tidak ada yang peduli, bahkan Allah tidak peduli. Namun pesan Injil adalah Allah peduli. Kalau saudara mendengarkan dengan hati saudara, saudara tidak akan tetap sama. Saudara akan berubah. Saudara akan bebas dan tidak akan merasa perlu mempertahankan apa-apa lagi untuk seumur hidup kita, hanya untuk melakukan kehendak Bapa di surga. Itu yang akan terjadi.

Seketika kita memahami Allah sang pencipta kita peduli, seketika itu juga kita akan memahami bahwa tidak banyak hal yang perlu kita pedulikan dan hidup menjadi jauh lebih sederhana. Jika kita tahu Allah mengasihi kita, apakah kita akan terlalu peduli kalau ada yang membenci kita? Atau ada yang tidak menyukai kita? Tidak banyak hal lagi yang benar-benar perlu kita pedulikan kecuali hal-hal yang menyangkut Allah dan kehendak-Nya. Saya yakin orang yang hidup berdasarkan keyakinan bahwa Allah peduli akan melahirkan sebuah kehidupan yang sangat amat berbeda dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai keyakinan itu. “Allah peduli” versus “Allah tidak peduli” merupakan dua keyakinan yang akan melahirkan dua gaya hidup yang sangat berbeda.

Waktu kita datang kepada Tuhan, ayat yang umum ini akan menjadi sangat pribadi. Allah ada di pihak kita. Tidak ada apa-apa yang perlu dipertahankan. Kita tidak perlu khawatir tentang apa-apa lagi tentang hidup ini. Demikianlah besarnya kasih Allah kepada kita. Setiap kali kita membaca ayat ini, setiap kali kita berhadapan dengan kenyataan ini, batin kita akan berseru, “How can this be?”(“Bagaimana mungkin seperti ini?”) Harapan saya, kata-kata saya ini tidak menjadikan pesan ini hambar, tetapi biarlah Roh Allah yang berbicara kepada kita.

Berikan Komentar Anda: