SC Chuah |

Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. (Isa 9:5)

Yesaya 9:1-7 yang ditulis 750-800 tahun sebelum Yesus dilahirkan, diakui oleh umat Yahudi dan Kristen dengan tepat sebagai nas mesianik, yaitu nas yang menubuatkan kedatangan raja Daud yang dijanjikan, sang Mesias. Umat Kristen pula dengan tepat menerapkan semua julukan di ayat 5 kepada Yesus. Yang menarik perhatian kita adalah julukan el gibbor (Ibrani) yang diterjemahkan sebagai “Allah yang Perkasa”.

Tidak semua terjemahan Inggris menerjemahkan el gibbor di Yesaya 9:5 dengan cara yang sama. Beberapa terjemahan Inggris menerjemahkan el gibbor di Yesaya 9:5 tanpa menyebut Mesias sebagai “Allah”. Berikut beberapa contoh: “God-Hero” (NAB), “Godlike hero” (Goodspeed), “a divine hero” (Moffatt), “in battle God-like” (NEB, juga CBCNEB). Martin Luther, dalam terjemahan Jermannya, menerjemahkan el gibbor sebagai “Kraft-held”, yaitu “Pahlawan-Perkasa”. Luther menjelaskan bahwa julukan itu “tidak dimiliki oleh pribadi Kristus, tetapi oleh pekerjaan dan jabatannya.” Yang paling menarik adalah terjemahan Septuaginta (LXX) yang menerjemahkan el gibbor di Yesaya 9:5 sebagai megales boules angelos. Angelos mengandung arti yang lebih luas sebagai “utusan”. Jadi, seluruh kalimat dapat diartikan sebagai “utusan dari penasihat perkasa”. Hal ini sangat penting karena semua terjemahan di atas dan para penerjemah LXX pra-Kristen (yang tidak bias),  tidak berpendapat el gibbor dapat dikenal sebagai Allah.

Leksikon Ibrani yang terkemuka, BDB, Hebrew and English Lexicon of the the Old Testament, mendefinisikan el gibbor sebagai, “pahlawan ilahi, mencerminkan kebesaran ilahi”. Kata ini merujuk kepada “orang-orang besar dan berpangkat, dan juga kepada malaikat.” Hal ini mudah dimengerti karena walaupun kata el dalam bentuk tunggal merupakan kata akar Ibrani untuk “allah” atau “Allah”,  dalam Perjanjian Lama kata itu juga dipakai untuk manusia. Ketika hal itu terjadi, biasanya ia diterjemahkan sebagai “yang perkasa”, “kepala”, “pemimpin” atau sejenisnya. Perjanjian Lama juga memakai bentuk jamaknya, elohim, untuk menyebut manusia sebagai “para allah”. Berikut beberapa contoh:

Sungguhkah kamu memberi keputusan yang adil, hai para penguasa (elohim)? Apakah kamu hakimi anak-anak manusia dengan jujur? (Mzm 58:2)

Allah berdiri dalam sidang ilahi, di antara para allah (elohim) Ia menghakimi: (Mzm 82:1)

Aku sendiri telah berfirman: “Kamu adalah allah (elohim), dan anak-anak Yang Mahatinggi kamu sekalian. Namun seperti manusia kamu akan mati dan seperti salah seorang pembesar kamu akan tewas.” (Mzm 82:6-7)

Konteks dari Mazmur 58 dan 82 menunjukkan dengan jelas yang disebut elohim itu adalah manusia-manusia biasa. Nas yang lebih terkenal ialah Mazmur 45:7 (LXX) yang mengenakan gelar Allah untuk raja Israel, “Takhtamu, ya Allah, kekal selama-lamanya…” yang dikutip di Ibrani 1:8 untuk diterapkan kepada Yesus.

Sebagai kesimpulan, kata “allah” atau “Allah” dapat dipakai dalam Perjanjian Lama untuk merujuk kepada seorang yang memiliki kekuasaan, seperti seorang pembesar atau raja, tanpa menyiratkan kalau yang bersangkutan adalah Allah. Karena anak yang dinubuatkan di Yesaya 9:5 merujuk kepada sang Mesias, yaitu wakil mutlak Allah par excellence, yang akan menjalankan pemerintahan-Nya atas Nama-Nya, maka anak ini memang dengan tepat dapat disebut orang sebagai “Allah yang perkasa”. Namun, itu tidak berarti dia adalah pribadi yang sama dengan Allah itu sendiri, atau dia adalah Allah!

Ada satu lagi alasan penting mengapa sang Mesias dapat disebut Allah yang Perkasa tanpa mengorbankan monoteisme. Menurut wahyu Perjanjian Baru, sang Mesias tidak saja bertindak sebagai seorang wakil Allah, tetapi suatu hal yang menakjubkan telah terjadi; yaitu, “Allah ada di dalam Kristus ketika mendamaikan dunia dengan diri-Nya sendiri” (2Kor 5:19); “Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan tinggal di dalam dia” (Kol 1:19, 2:9). Allah sepenuhnya berdiam, bertindak dan bekerja melalui sang Mesias. Oleh karena itu, sifat-sifat ilahi terpancar dari kehidupan dan pelayanan sang Mesias Yesus, yang adalah “gambar Allah yang tidak kelihatan” (Kol 1:15).

 

Berikan Komentar Anda: