SC Chuah |
Trinitarian selalu menunjuk kepada gelar-gelar Yesus, “Yang Pertama dan Yang Terkemudian” (Why 1:17), “Alfa dan Omega” dan “Yang Awal dan Yang Akhir” (Why 22:13) sebagai bukti keilahiannya.
Ketika aku melihat dia, sujudlah aku di depan kakinya sama seperti orang yang mati; tetapi ia meletakkan tangan kanannya di atasku, lalu berkata, “Jangan takut! Akulah Yang Pertama dan Yang Terkemudian …” (Wahyu 1:17)
“Akulah Alfa dan Omega, Yang Pertama dan Yang Terkemudian, Yang Awal dan Yang Akhir.” (Wahyu 22:13)
Hal ini mereka lakukan berdasarkan dua teks dari kitab Yesaya, yaitu 44:6 dan 48:12, di mana Yahweh semesta alam disebut sebagai, “Yang Terdahulu dan Yang terkemudian”, atau “Yang Awal dan Yang Akhir” menurut terjemahan ILT.
Jadi, persoalannya cukup sederhana, Yesus menyandang gelar yang sama dengan Yahweh, maka Yesus adalah Allah, atau Yesus adalah Yahweh!
Namun, kesimpulan semacam ini ditarik tanpa mempertimbangkan satu masalah kecil: Jika Allah adalah “dari selama-lamanya sampai selama-lamanya” (1Taw 16:36, Mzm 41:14 dll), bagaimana mungkin Ia dapat disebut “Yang Pertama dan Yang Terkemudian” atau “Yang Awal dan Yang Akhir”. Allah yang kekal tidak mungkin memiliki awal dan akhir. Hal ini hanya mungkin dalam satu pengertian: yaitu dalam kaitannya dengan mahkluk ciptaannya. Yahweh adalah Alfa karena seluruh ciptaan dimulai oleh Dia, dan Dialah Omega karena seluruh ciptaan akan berakhir di dalam Dia (Yes 44:24).
Dengan kata lain, menjadi “Yang Pertama dan Yang Terkemudian” berarti menjadi yang paling penting di dalam kategori yang dibahas, umpamanya “Ferry adalah orang Indonesia yang pertama dan yang terakhir berwisata ke bulan.” Ferry adalah “Yang Pertama dan Yang Terakhir” dalam kategori tertentu, yaitu orang Indonesia yang pertama jalan-jalan ke bulan.
Yesus dalam Perjanjian Baru memang disebut yang awal dan yang akhir dalam banyak hal, umpamanya, Ibrani 12:2 menggambarkannya sebagai, “pelopor dan penyempurna iman kita” (the author and completer). Kolose 1:15, “yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan”, Kolose 1:18, “Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga ia yang lebih utama dalam segala sesuatu.” Kemudian di 1 Korintus 15:20, “dialah yang pertama, sebagai yang sulung dari semua yang telah meninggal.” Yaitu, manusia pertama yang dibangkitkan dari kematian secara permanen. Jadi, memang benar Kristus Yesus merupakan “Yang Pertama dan Yang Terkemudian” sehubungan dengan umat manusia dan keselamatannya.
Hal ini dapat dikonfirmasi dengan melihat konteks bagi Wahyu 1:17, yaitu:
17 Ketika aku melihat dia, sujudlah aku di depan kakinya sama seperti orang yang mati; tetapi ia meletakkan tangan kanannya di atasku, lalu berkata, “Jangan takut! Akulah Yang Pertama dan Yang Terkemudian, 18 dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, aku hidup, sampai selama-lamanya dan aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.
Ayat 18 menjelaskan bahwa Yesus adalah “Yang Pertama dan Yang Terkemudian” dalam kaitannya dengan keselamatan manusia. Dialah yang pertama mati dan hidup sampai selama-lamanya. Tidak ada manusia yang seperti dia. Dalam pengertian apa pun, Allah tidak bisa mati karena “Dialah satu-satunya yang tidak takhluk kepada maut” (1Tim 6:16).
Dengan kata lain, memiliki gelar yang sama dengan Allah tidak berarti orang itu adalah Allah. Seorang raja dapat disebut “tuan”, demikian juga seorang pemimpin perusahaan. Itu tidak berarti seorang pemimpin perusahaan juga seorang raja. Allah dan Yesus sama-sama disebut Lord, tetapi memanggil Yesus sebagai Lord Jesus tidak menjadikan Yesus Allah, karena Allah adalah the Lord God dan Yesus adalah the Lord Christ (Luk 2:11, Kol 3:24)
Akhirnya, di kitab Wahyu ada satu gelar khusus yang eksklusif dan tanpa batas, yang mencerminkan Allah yang “dari selama-lamanya sampai selama-lamanya”, yaitu “yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang”. Gelar ini muncul tiga kali (Why 1:4, 1:8, 4:8), ditambah dua kali dalam bentuk yang lebih singkat (Why 11:17, 16:5). Gelar ini tidak pernah dipakai untuk Yesus.