SC Chuah |

Pertanyaan “siapakah Yesus?” merupakan pertanyaan yang paling penting dan paling diperdebatkan sejak dia tampil kira-kira 2,000 tahun yang lalu. Banyak sekali buku telah ditulis atas pertanyaan ini, apalagi diskusi panas dan perdebatan panjang lebar yang telah diadakan. Namun, jawaban kepada pertanyaan ini sebenarnya sangat jelas karena Injil tidak meninggalkan kita meraba-raba dalam kegelapan. Pertanyaan tersebut diajukan tidak lain oleh Yesus sendiri, dan jawabannya pula diberikan oleh Bapa sendiri!

13 Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, ia bertanya kepada murid-muridnya, “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?”
14  Jawab mereka, “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, yang lain mengatakan: Elia dan yang lain lagi mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.”
15  Lalu Yesus bertanya kepada mereka, “Tetapi apa katamu, siapakah aku ini?”
16  Jawab Simon Petrus, “Engkaulah Mesias, Anak Allah yang hidup!
17  Kata Yesus kepadanya, “Berbahagialah engkau Simon anak Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapaku yang di surga.

Petrus mengetahui siapa Yesus bukan melalui manusia, melainkan melalui penyingkapan langsung dari Bapa! Menurut Yesus, orang yang berbahagia ialah orang yang mengenal Yesus melalui penyingkapan dari Bapa secara langsung. Apakah yang telah dinyatakan Bapa kepada Petrus? Yesuslah Mesias, Anak Allah yang hidup! Itulah penyingkapan yang tertinggi tentang Yesus karena berasal dari Bapa.  Penyataan lain yang melampaui penyingkapan ini terang-terangan merupakan penyataan dari manusia, secara khusus penyataan bahwa Yesus adalah Allah. [Tidak di manapun dalam Alkitab dinyatakan, “Yesus Kristus adalah Allah” atau semacam itu.]

Untuk meletakkan perkara ini di luar dugaan, kita merujuk kepada dua peristiwa serupa, tetapi terjadi secara terpisah yang amat menakjubkan dalam sejarah manusia, yaitu ketika Bapa membuka langit dan memperkenalkan kepada kita dengan suara-Nya sendiri siapa Yesus itu. Dua kali Bapa membuka langit, dan dua kali Ia menyatakan hal yang persis sama!

lalu terdengarlah suara dari surga yang mengatakan, “Inilah Anak-Ku yang terkasih, kepadanyalah Aku berkenan.” (Mat 3:17)

Tiba-tiba sementara ia berkata-kata turunlah awan yang terang menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara yang berkata, “Inilah Anak-Ku yang terkasih, kepadanyalah Aku berkenan, dengarkanlah dia.” (Mat 17:5)

Jika Yesus adalah Allah, dan Bapa ingin kita menyembahnya sebagai Allah, itulah kesempatannya. Kenyataannya, Bapa tidak menyatakan Yesus sebagai Allah! Salah satu pekerjaan Bapa yang utama di antara manusia adalah menyatakan siapa Yesus. Bukankah jelas bahwa iman kepada Yesus sebagai Allah merupakan iman yang berlebihan, yang melampaui penyingkapan dari Bapa sendiri, dan oleh karena itu berasal dari manusia?

Yohanes 20:31 menyatakan dengan jelas iman percaya yang membawa keselamatan:

tetapi hal-hal ini telah dicatat, supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya karena percaya, kamu memperoleh hidup dalam namanya.

Perhatikan bahwa seluruh Injil Yohanes dicatat bukan supaya kita percaya Yesus adalah Allah, melainkan sebagai Mesias, Anak Allah. Orang yang mempercayai itu (tentu saja dengan menghasilkan buah-buah yang sepadan dengan kepercayaan itu melalui ketaatan, “dengarkanlah dia”) akan memperoleh hidup dalam namanya. Bagaimana mungkin doktrin keilahian Yesus dapat dianggap sebagai doktrin esensi?

Untuk memastikan bahwa doktrin keilahian Yesus bukan merupakan doktrin esensi bagi keselamatan dan hidup kekal, kita hanya perlu merujuk kepada Kisah Para Rasul.  Jika para rasul mempercayai Yesus sebagai Allah, tentu saja mereka akan memberitakan demikian. Namun, tidak satu pun pernyataan dalam kitab Kisah Para Rasul dapat dipakai untuk memperjuangkan doktrin keilahian Yesus. Hal ini dapat dikonfirmasi dengan membaca buku-buku tentang Trinitas. Apa yang diberitakan oleh kitab Kisah Para Rasul dinyatakan dengan jelas:

Ketika itu juga ia (Saulus) memberitakan Yesus di rumah-rumah ibadat, dan mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah…   Akan tetapi, Saulus semakin besar pengaruhnya dan ia membingungkan orang-orang Yahudi yang tinggal di Damsyik, karena ia membuktikan bahwa Yesus adalah Mesias. (Kis.9:20,22)

Ketika Silas dan Timotius datang dari Makedonia, Paulus mulai dengan sepenuhnya memberitakan firman dan bersaksi kepada orang-orang Yahudi bahwa Yesuslah Mesias… Sebab dengan penuh semangat ia membantah orang-orang Yahudi di depan umum dan membuktikan dari Kitab Suci bahwa Yesuslah Mesias. (Kis.18:5,28)

Para rasul tidak menyatakan apapun yang melampaui apa yang telah dinyatakan Bapa, yaitu “Yesuslah Mesias, Anak Allah”. Untuk membaca dengan lengkap segala sesuatu yang dinyatakan tentang Yesus dalam Kisah Para Rasul, silakan lihat daftarnya di: [Yesus tidak disebut Allah di Kisah Para Rasul.]

Masalahnya dengan Kekristenan trinitaris adalah, bagi mereka jika Yesus bukan Allah, dia bukan siapa-siapa! Gelar Mesias, atau Kristus, yang selalu mendampingi nama Yesus, tidak berarti apa-apa bagi mereka! Dengan kata lain, “Yesus Kristus, atau Yesus sang Mesias” tidak berarti apa-apa jika dia bukan Allah. Sebaliknya bagi jemaat awal, kedatangan sang Mesias yang dinanti-nantikan itu, itulah Kabar Baik. Mereka menyerahkan nyawa mereka untuk memberitakan Kabar Baik itu, yaitu Yesuslah Mesias, Anak Allah.

Para pembaca yang budiman, apakah doktrin keilahian Yesus dapat disebut doktrin esensi? Biarlah saudara menilai sendiri bukti-buktinya dan memutuskan sendiri.

 

 

Catatan Kaki: Pandangan tradisional bahwa Yesus adalah Allah didasarkan hanya pada beberapa teks alkitabiah. Kebanyakan darinya sarat dengan masalah tekstual dan gramatikal, dan versi-versi terjemahan Alkitab pun sering tidak sependapat apakah teks-teks tersebut menyebut Yesus “Allah”. Beberapa darinya dapat sepantasnya ditafsirkan untuk berarti bahwa “Allah ada di dalam Kristus”. Berikut beberapa ayat yang paling menonjol: Yesaya 9:6; Yohanes 1:1, 18; 10:30-38; 20:28; Roma 9:5; Filipi 2:6-7; 2 Tesalonika 1:12; Titus 2:13; Ibrani 1:8; 2 Petrus 1:1; 1 Yohanes 5:20.

Berikan Komentar Anda: