Ev. Xin Lan | Rahab (1) |

Tokoh Alkitab yang akan kita bahas hari ini adalah Rahab. Peristiwa yang terkait dengan Rahab dicatat di Kitab Yosua pasal 2 dan 6. Pasal 2 menceritakan tentang Yosua dan bangsa Israel yang sudah siap untuk menyeberangi sungai Yordan dan menaklukkan tanah perjanjian. Yosua 2:1-24

1  Yosua anak Nun mengutus dua orang pengintai dari Sitim untuk mengintai. Katanya, “Pergi, amat-amatilah negeri itu dan Kota Yerikho.” Pergilah mereka ke Kota Yerikho dan tiba di rumah seorang perempuan pelacur bernama Rahab, lalu tidur di situ.
2  Lalu, diberitahukanlah kepada Raja Yerikho demikian “Ketahuilah, semalam ada beberapa orang keturunan Israel datang ke sini untuk menyelidiki negeri ini.”
3  Raja Yerikho pun mengutus orang kepada Rahab, pesannya, “Keluarkanlah orang-orang yang datang kepadamu, yang masuk ke rumahmu. Sebab, mereka datang untuk mengintai seluruh negeri ini.”
4  Akan tetapi, perempuan itu telah membawa kedua orang itu dan menyembunyikan mereka. Ia berkata, “Orang-orang itu memang datang kemari, tetapi aku tidak tahu dari mana mereka.
5  Dan, ketika pintu gerbang kota ditutup pada malam hari, keluarlah mereka. Aku tidak tahu, ke mana mereka pergi. Segeralah mengejar mereka, mungkin engkau dapat menyusulnya.”
6  Namun, sebenarnya Rahab telah membawa mereka ke atap rumah dan menyembunyikan mereka di bawah jerami yang ditebarnya di atas atap rumahnya.
7  Lalu, pergilah orang-orang itu mengejar ke arah Sungai Yordan, ke tempat-tempat penyeberangan. Sesudah pengejar-pengejar itu keluar, pintu gerbang pun ditutup.
8  Sebelum kedua orang itu tidur, Rahab naik menemui mereka di atas atap rumahnya.
9  Ia berkata kepada orang-orang itu, “Aku tahu bahwa YAHWEH sudah memberikan negeri ini kepada bangsamu dan ketakutan terhadap mereka telah menimpa kami. Sesungguhnya, seluruh penduduk negeri ini gemetar terhadap engkau.
10  Karena, kami telah mendengar bagaimana YAHWEH mengeringkan air Laut Teberau di hadapanmu ketika engkau keluar dari Mesir. Dan, apa yang telah engkau lakukan terhadap kedua Raja Amori yang berada di seberang Sungai Yordan, yaitu Sihon dan Og, yang telah kautumpas.
11  Ketika mendengar hal itu, kami menjadi gentar dan membuat lemah semangat setiap orang untuk berhadapan denganmu. Sebab, YAHWEH, Allahmu, adalah Allah di atas langit dan di bawah bumi.
12  Dan sekarang, bersumpahlah kepadaku demi YAHWEH, karena aku telah berbuat baik kepadamu, engkau pun akan berbuat baik kepada keluarga ayahku. Oleh karena itu, berikan aku tanda yang dapat kupercaya.
13  Dan, bahwa kamu akan menyelamatkan hidup ayahku dan ibuku, dan saudara-saudaraku laki-laki dan perempuan, dan semua orang kepunyaan mereka. Dan, bahwa kamu akan menyelamatkan kami dari kematian.”
14  Dan, orang-orang itu menjawabnya, “Nyawa kami adalah jaminan bagi nyawamu jika tidak kauberitahukan perbuatan kami ini. Apabila YAHWEH memberikan negeri ini kepada kami, kami akan menunjukkan terima kasih dan kesetiaan kami kepadamu.”
15  Lalu, ia menggunakan tali untuk menurunkan mereka melalui jendela karena rumahnya terletak pada tembok kota, sehingga ia tinggal pada tembok itu.
16  Katanya kepada mereka, “Pergilah ke daerah perbukitan supaya para pengejar itu tidak menemukanmu. Bersembunyilah di sana selama tiga hari sampai para pengejar itu kembali, lalu engkau dapat melanjutkan perjalananmu.”
17  Mereka berkata kepada Rahab, “Kami akan bebas dari sumpah yang telah kami ikrarkan kepadamu,
18  jika kami kembali ke negeri ini, ikatkanlah tali merah ini pada jendela tempat engkau menurunkan kami. Bawalah ayahmu, ibumu, saudara-saudaramu, dan seluruh kaum keluargamu ke dalam rumahmu.
19  Setiap orang yang keluar dari pintu rumahmu menanggung darahnya sendiri, dan kami tidak bersalah atasnya. Akan tetapi, siapa pun yang ada dalam rumahmu, darahnya tertimpa atas kami.
20  Namun, jika engkau menceritakan maksud kami ini, maka kami akan bebas dari sumpah yang kami ikrarkan kepadamu.”
21  Rahab menjawab, “Apa yang kau ucapkan, demikianlah yang akan terjadi.” Kemudian, dilepaskannya mereka pergi, dan mereka pun meninggalkan rumahnya. Sesudah itu, ia mengikatkan tali merah itu di jendelanya.
22  Mereka meninggalkan rumah itu dan pergi ke daerah perbukitan, lalu tinggal di sana selama tiga hari, sampai para pengejarnya pulang. Para pengejar mereka mencari ke mana-mana, tetapi tidak menemukan mereka.
23  Kemudian, kedua orang itu kembali. Mereka menuruni daerah perbukitan, menyeberangi sungai, dan menemui Yosua, lalu melaporkan semua hal yang mereka alami.
24  Mereka berkata kepadanya, “Sesungguhnya YAHWEH telah memberikan seluruh negeri itu kepada kita, bahkan semua orang yang ada di negeri itu gemetar terhadap kita.”

Kemudian Yosua memimpin bangsa Israel untuk menyeberangi sungai Yordan. Mendengar kabar kedatangan bangsa Israel, Kota Yerikho lalu menutup semua gerbangnya. Tak ada orang yang bisa masuk atau keluar dari Yerikho. Lalu bagaimana cara bangsa Israel merebut kota Yerikho? Tembok kotanya runtuh sendiri karena Allah yang berperang bagi bangsa Israel. Allah memerintahkan bangsa Israel untuk berbaris mengelilingi kota satu kali setiap hari, dan tujuh orang imam membawa sangkakala berbaris di depan tabut perjanjian; para imam ini meniup sangkakala mereka selama mereka berbaris mengelilingi kota. Mereka melakukan hal ini sampai enam hari, dan pada hari ke-7, bangsa Israel mengelilingi Yerikho sampai 7 kali. Lalu para imam meniup sangkakala dengan nyaring dan panjang, dan segenap bangsa Israel bersorak nyaring; kemudian tembok kota Yerikho runtuh menjadi rata. Bangsa Israel segera bergerak maju menyerbu ke dalam kota, membasmi semua yang hidup dengan mata pedang. Lalu bagaimana dengan Rahab? Yosua 6:22-25 menyebutkan:

Akan tetapi, Yosua berkata kepada kedua orang pengintai kota itu, katanya, “Pergilah ke rumah perempuan pelacur itu dan bawalah keluar perempuan itu bersama dengan seluruh orang yang ada bersamanya seperti yang telah kamu janjikan dengan sumpah kepadanya.”

Lalu, kedua pengintai muda itu masuk dan membawa Rahab keluar bersama ayahnya, ibunya, saudara-saudaranya, dan semua yang bersamanya. Mereka membawa seluruh keluarganya, lalu menempatkan mereka di luar perkemahan Israel.

Akan tetapi, mereka membakar kota itu dan segala sesuatu yang ada di dalamnya dengan api. Hanya perak, emas, dan barang-barang dari tembaga dan besi mereka letakkan ke dalam perbendaharaan rumah Yahweh.

Rahab, perempuan pelacur itu, dan keluarganya beserta semua orang yang bersama dengannya dibiarkan hidup oleh Yosua. Lalu, perempuan itu tinggal di tengah-tengah Israel sampai saat ini karena ia telah menyembunyikan para pesuruh yang dikirim Yosua untuk mengintai Yerikho.

Di sini disebutkan bahwa selanjutnya Rahab berdiam “di tengah-tengah orang Israel sampai sekarang”. Tentu saja, bukan zaman sekarang ini yang dimaksudkan. Rahab masih berdiam bersama bangsa Israel ketika kitab Yosua ini disusun. Jelaslah bahwa Rahab selanjutnya dijadikan bagian dari bangsa Israel, Rahab menjadi bagian dari umat Allah. Namun, sesudah itu tidak ada lagi pembahasan tentang Rahab dalam Perjanjian Lama. Hal yang menarik adalah Perjanjian Baru menyebut tentang Rahab lagi. Matius 1:5-6 menyatakan,

Salmon adalah ayah dari Boas, dari Rahab. Boas adalah ayah dari Obed, dari Rut. Obed adalah ayah dari Isai.

Rahab belakangan menikah dengan Salmon dan menjadi nenek buyut dari Daud. Rahab ikut ada di dalam garis silsilah yang menurunkan Yesus, sang Mesias. Sungguh suatu berkat yang luar biasa. Allah memberikan anugerah yang luar biasa kepada seorang perempuan asing yang berasal dari kedudukan sosial yang rendah pula, seorang pelacur. Allah benar-benar tidak pilih kasih! Tak heran jika rasul Petrus terharu dan berkata di Kisah 10:34-35,

“Lalu, Petrus membuka mulutnya dan berkata, “Sekarang, aku benar-benar mengerti bahwa Allah tidak menunjukkan keberpihakan.  Namun, di setiap bangsa, orang yang takut akan Dia dan melakukan apa yang benar, berkenan kepada-Nya”.


Apa Kualitas yang Menonjol dari Rahab?

Yerikho, kota tempat tinggal Rahab dan semua penduduk di wilayah Kanaan harus dibasmi oleh bangsa Israel atas perintah Allah. Akan tetapi, Rahab bukan hanya mendapat keselamatan, dia juga menerima anugerah yang luar biasa. Mengapa nasib Rahab begitu berbeda dengan orang-orang lainnya? Apakah kualitas Rahab ini? Mari kita lihat Perjanjian Baru, yakni Ibrani 11:31

Oleh iman, Rahab, si pelacur itu, tidak dibunuh bersama dengan orang-orang yang tidak taat karena ia menerima mata-mata Israel dengan damai.

Ibrani pasal 11 merupakan pasal dalam Perjanjian Baru yang berbicara tentang iman. Seluruh pasal ini berisi daftar contoh orang beriman. Rahab ikut ada di dalam daftar tersebut. Alkitab memuji iman Rahab. Dikatakan bahwa karena imannya, maka dia menerima kedua pengintai itu dengan baik. Dia menyambut kedua mata-mata itu, menuruti pesan mereka dan melindungi mereka. Apa yang diperlihatkan dari uraian tentang Rahab tersebut? Hal yang sedang diuraikan adalah suatu tindak pertobatan. Apa yang dilakukan oleh Rahab tergolong tindakan pertobatan. Rahab tidak ikut binasa bersama bangsanya. Bukan hanya Rahab diselamatkan, tetapi dia bahkan menerima berkat yang hebat dari Allah karena dia membuat suatu keputusan yang penting pada saat yang genting. Seperti itulah wujud pertobatannya oleh iman. Ini merupakan kualitas yang spesial dari sosok Rahab.

Mari kita kembali ke Yosua pasal 2. Kita lihat ayat 9-11, inilah ucapan yang disampaikan oleh Rahab kepada kedua pengintai itu:

Ia berkata kepada mereka, “Aku tahu bahwa YAHWEH telah memberikan daerah ini kepada bangsamu sehingga kami sangat takut kepadamu. Karena itu, seluruh penduduk daerah ini gemetar karena kamu. Sebab, kami telah mendengar bagaimana YAHWEH mengeringkan air Laut Teberau di hadapanmu ketika kamu keluar dari Mesir. Dan, apa yang kalian lakukan terhadap kedua Raja Amori, yaitu Sihon dan Og, yang di seberang Sungai Yordan yang telah kamu binasakan. Ketika mendengar hal ini, hati kami hancur dan tidak ada lagi keberanian pada kami karena kamu. Sungguh, YAHWEH, Allahmu, adalah Allah di langit di atas dan bumi di bawah.

Ucapan Rahab ini memberitahu kita tentang bagaimana semua orang sudah mendengar tentang berbagai peristiwa tentang cara Allah memimpin bangsa Israel, memimpin mereka keluar dari Mesir, membelah laut Merah agar bangsa Israel bisa menyeberanginya. Allah juga memimpin bangsa Israel menumpaskan raja-raja orang Amori dan sebagainya. Allah mengerjakan berbagai mukjizat melalui bangsa Israel. Semua bangsa di tanah Kanaan sudah mendengar semua peristiwa yang dialami bangsa Israel.

Pada dasarnya, ucapan Rahab ini berisi dua pernyataan. Pertama, Allah Israel, Yahweh merupakan Allah yang sejati, Dia adalah pembuat mukjizat. Kedua, Allah datang untuk menghakimi tanah Kanaan, semua penduduk Kanaan akan binasa seperti raja-raja Amori, Sihon dan Og. Manusia akan binasa dan kota-kota akan hancur.

Sama seperti ketika sekarang kita mendengar Injil. Yahweh adalah Allah yang sejati. Dia telah mengutus Yesus untuk datang. Pada waktu Yesus datang untuk yang kedua kali, akan merupakan waktu penghakiman, waktu penghakiman atas dunia. Mereka yang tidak percaya akan binasa. Seperti apakah tanggapan sebagian besar dari kita? Kebanyakan orang tidak mau percaya, mereka memandang hal ini sebagai omong kosong. Di manakah Allah? Mana penghakiman-Nya? Bagi kebanyakan orang, hal tentang kedatangan Yesus yang kedua kali dan penghakiman kedengaran sungguh absurd. Dari sudut ini, kita tidak sebaik penduduk Yerikho. Bagaimana tanggapan orang Yerikho ketika mereka mendengar kabar itu? Setidaknya mereka ketakutan. Ucapan Rahab menyebutkan, “Ketakutan menimpa kami, hati kami menjadi tawar, semangat kami ambruk.” Jadi, kita bisa melihat bahwa penduduk Yerikho memandang bahwa semua itu benar, jika tidak, mereka tidak akan ketakutan.


Yahweh, Allahmu, ialah Allah di langit dan di bumi

Ucapan Rahab ini bukan sekadar menggambarkan ketakutan yang melanda orang Yerikho, tetapi ada dua kalimat yang mengungkapkan perasaannya sendiri. Kalimat yang pertama, “Aku tahu, bahwa YAHWEH telah memberikan negeri ini kepada kamu,” dan kalimat yang kedua adalah, “Sebab YAHWEH, Allahmu, ialah Allah di langit di atas dan di bumi di bawah.” Apakah arti dari kedua kalimat tersebut? “Sebab Yahweh, Allahmu, ialah Allah di langit di atas dan di bumi di bawah.” Ini berarti Rahab percaya bahwa Yahweh adalah Allah yang sejati. “Aku tahu, bahwa Yahweh telah memberikan negeri ini kepada kamu,” berarti Rahab percaya bahwa penghakiman dari Allah sudah datang. Allah memakai bangsa Israel untuk menumpaskan segenap penduduk Kanaan, dan mereka semua akan binasa.

Rahab sudah mendengar kabar tentang Allah yang diberitakan oleh bangsa Israel, dan dia percaya sepenuhnya. Ini merupakan langkah pertama dari imannya. Tentu saja, dia tidak berhenti di sana. Kita sudah melihat bahwa semua penduduk Yerikho sangat ketakutan. Cukup adil jika dikatakan bahwa penduduk Yerikho juga mempercayai hal-hal yang dipercayai oleh Rahab ini, bahwa Yahweh merupakan Allah yang sejati, dan bahwa penghakiman dari Allah sudah datang. Namun, penduduk Yerikho berhenti di sana. Oleh karena mereka berhenti di sana, maka hal itu bukanlah iman. Ini memberitahu kita bahwa mempercayai adanya Allah dan mempercayai adanya penghakiman pada masa depan bukanlah iman menurut Alkitab. Karena penduduk Yerikho juga mempercayai hal itu, bahkan sampai tingkat ketakutan dan tawar hati, tetapi mereka tetap binasa.


Iman Rahab Beserta Perbuatan

Iman Rahab membuatnya mengambil tindakan pertobatan. Demikianlah, Ibrani 11:31 mengatakan bahwa dia menyambut kedua pengintai itu dengan baik. Ini adalah tindakan pertobatannya. Yakobus 2:25 juga mengatakan bahwa Rahab dibenarkan karena tindakannya. Iman Rahab diwujudkan secara lahiriah melalui tindakannya. Yakobus berkata bahwa iman tanpa tindakan adalah mati. Hal yang menarik adalah pada waktu Yakobus menyebut tentang iman Rahab di Yakobus 2, dia juga berbicara tentang iman setan-setan. Yakobus 2:19 menyebutkan:

Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.

Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.” Ibarat para penduduk Yerikho, mereka ketakutan, hati mereka menjadi tawar. Namun anehnya, setelah mempercayai sampai menjadi ketakutan, mereka tidak mau bertobat. Dalam bahasa Tionghoa, “bertobat” artinya menyesal dan berubah, sepenuhnya meninggalkan cara hidup lama yang penuh dosa. Akan tetapi, seperti setan-setan tidak mau berubah, para penduduk Yerikho juga tidak mau berubah. Banyak orang di dunia yang tidak mau berubah. Banyak orang yang pada saat menghadapi perubahan besar, mereka lebih memilih untuk mati, memilih bunuh diri. Demikianlah, ada banyak orang yang sebenarnya tidak takut mati. Jika anda tidak percaya silakan periksa berbagai informasi yang terkait dengan hal ini, dan lihat sendiri ada berapa banyak orang yang melakukan bunuh diri setiap tahun. Jumlahnya mengejutkan dan angka ini terus saja meningkat.

Jadi, jangan merasa aneh jika kadang-kadang pada waktu anda memberitakan Injil lalu berkata, “Percayalah pada Yesus, maka anda akan memperoleh hidup kekal,” Banyak orang yang tidak peduli karena mereka memang tidak takut mati. Saya teringat pada sebuah berita yang mengatakan bahwa akan ada badai menerpa sebuah kawasan di Amerika Serikat, dan polisi meminta penduduk setempat untuk mengungsi. Namun, sebagian dari mereka berkata, “Saya sudah tinggal di sini sepanjang hidup saya, hewan-hewan peliharaan saya sudah menemani saya selama bertahun-tahun. Saya tidak akan pergi, biarkan saya mati di sini.” Demikianlah, ada banyak orang yang tidak takut mati karena mereka lebih takut pada perubahan. Mereka lebih memilih mati daripada berubah.


Manusia memilih mati daripada Meninggalkan Cara Hidup Lama

Mengapa Allah membiarkan bangsa Israel menumpaskan semua penduduk di tanah Kanaan? Apakah karena Allah begitu menyayangi bangsa Israel sehingga Dia membasmi penduduk Kanaan tanpa sebab? Tentu saja tidak. Alkitab menyebutkan bahwa dosa penduduk Kanaan sudah terlalu besar. Allah sudah menoleransi hal itu untuk waktu yang sangat lama. Sudah tiba waktunya untuk memakai bangsa Israel menghakimi mereka. Allah juga secara khusus memerintahkan bangsa Israel untuk tidak mengikuti cara hidup bangsa-bangsa di Kanaan serta tidak menyembah berhala-berhala mereka. Akan tetapi, belakangan hari, bangsa Israel sendiri dipengaruhi oleh orang Kanaan, menyembah berhala-berhala mereka dan meniru cara hidup mereka. Pada akhirnya Allah harus menghakimi bangsa Israel juga. Allah juga mengusir bangsa Israel keluar dari tanah Kanaan. Demikianlah, pada waktu bangsa Israel bergerak masuk ke tanah Kanaan, Allah memakai mereka untuk menghakimi penduduk Kanaan. Lalu bagaimana tanggapan penduduk Kanaan? Bagaimana penduduk kota Yerikho menanggapi hal ini? Mereka lebih memilih untuk mati daripada meninggalkan cara hidup lama mereka yang penuh dosa.

Apakah kita sama saja dengan penduduk Yerikho, memilih mati daripada membuang cara hidup lama kita yang penuh dosa? Rahab bersedia membuang sepenuhnya cara hidup lamanya yang penuh dosa dan masuk ke dalam hidup baru. Allah memberinya kehidupan yang baru, memasukkan dia menjadi umat Allah dan menganugerahi dia berkat yang luar biasa.


Kata Kunci “Mendengar”

Dari sosok Rahab ini, kita bisa melihat bagaimana orang yang tadinya tidak mengenal Allah, kemudian menjadi umat Allah dan menerima berkat yang sangat besar, yakni masuk di dalam daftar silsilah yang menurunkan Yesus. Hal ini sama dengan seorang tidak percaya yang berubah menjadi Kristen, menjadi umat Allah. Dia akan masuk ke dalam Kerajaan Allah pada masa depan dan akan dimasukkan ke dalam daftar silsilah Yesus juga.

Bagaimana seseorang yang belum mengenal Allah menjadi umat Allah? Di Roma 10:14, Rasul Paulus berkata,

Akan tetapi, bagaimana mereka akan berseru kepada Dia yang belum mereka percayai? Dan, bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia yang belum pernah mereka dengar? Dan, bagaimana mereka dapat mendengar, jika tidak ada yang memberitakan-Nya?

Jadi kita bisa melihat bahwa hal yang pertama adalah mendengarkan Injil, mendengarkan firman. Demikianlah, pertama-tama, Rahab mendengar kabar tentang bangsa Israel, mendengar tentang tindakan-tindakan Allah, lalu dia berkata kepada kedua mata-mata itu, “Sebab kami mendengar, bahwa Yahweh telah mengeringkan air Laut Teberau di depan kamu, ketika kamu berjalan keluar dari Mesir”, “Ketika kami mendengar itu, tawarlah hati kami.” Dalam uraian yang singkat itu, dua kali Rahab memakai kata “mendengar”.

Jadi, jika anda masih belum mengenal Allah, masih belum menjadi Kristen, ketika anda mendengarkan Injil dan firman Allah, berarti Allah memberi anda kesempatan untuk mengenal Dia. Tentu saja hal ini bergantung pada kerelaan anda untuk menanggapi apa yang anda dengarkan, dan apakah anda bersedia untuk percaya atau tidak. Iman Rahab sangat besar, tak heran Alkitab memuji imannya dan memasukkan dia di dalam daftar contoh orang beriman.


Ungkapan Iman Rahab

Mari kita bayangkan sejenak kehidupan Rahab. Rahab sudah sejak lahir tinggal di Yerikho, sanak famili dan teman-teman yang dia akrabi merupakan orang-orang Yerikho. Dia sudah terbiasa dengan cara hidup orang Yerikho. Kemudian, pada suatu hari mendadak dia mendengar kabar tentang suatu bangsa yang asing dengan Allah mereka yang asing juga. Dia juga punya kesempatan untuk bertemu dengan dua orang mata-mata dari bangsa asing ini. Semua ini hal baru. Hal yang sama sekali berbeda dengan hal-hal yang sudah dia akrabi selama ini. Kedua pengintai itu sama sekali tidak dia kenal, tetapi dia rela mempertaruhkan nyawanya dan bahkan keselamatan seluruh keluarganya demi kedua orang ini. Apa yang akan terjadi jika kedua pengintai ini tidak dapat dipercaya? Apa yang bisa dia lakukan jika kedua orang itu tidak memegang janji mereka dan akhirnya tidak menyelamatkan dia dan keluarganya?

Serupa dengan itu, kita juga sudah sangat terbiasa dengan cara hidup kita. Kita memiliki sanak saudara dan teman-teman di sekitar kita. Orang-orang yang dekat dan sangat peduli pada kita. Kemudian, pada suatu hari, kita bertemu dengan seorang hamba Tuhan, lalu kita mendengar pemberitaan Injil mereka. Mungkin kita juga sudah membaca Alkitab dan mengetahui tentang adanya Allah, dan Allah ini sudah menetapkan Yesus sebagai Mesias. Dan kita tahu bahwa mereka yang percaya kepada Yesus serta mengikutnya akan diselamatkan, beranikah anda serahkan hidup kita kepada Allah ini? Beranikah kita mengikut Yesus? Bagaimanapun juga, kita baru sekadar mendengar tentang kabarnya, dan mungkin kita akan berpikir, “Bagaimana saya bisa tahu bahwa Injil ini kabar benar? Bagaimana saya bisa tahu bahwa Allah ini layak diandalkan?”

Demikianlah, bukan hal yang mudah bagi Rahab untuk mengambil keputusan tersebut. Tak heran jika Alkitab memuji imannya. Rahab langsung mempercayakan hidupnya pada kedua orang pengintai tersebut. Dia juga bersedia meninggalkan cara hidup lamanya, meninggalkan pola hidup yang dia bangun selama hidup di Yerikho. Dalam menjalankan hal ini, dia harus siap membayarnya dengan nyawa. Jika ketahuan dia sudah menyembunyi kedua pengintai dari Israel,  raja Yerikho sudah pasti akan membunuhnya. Bukan saja dia, tetapi seluruh anggota keluarganya. Saat kita menjadi Kristen, sudah siapkah kita membayar harga sampai setinggi itu? Sudahkah kita meninggalkan cara hidup lama kita? Jika belum, lalu bagaimana mungkin kita akan mengalami keselamatan dari Allah seperti yang sudah dialami oleh Rahab?

 

Berikan Komentar Anda: