Bentley Chan | Monoteisme |

[Artikel ini merupakan Bab 8 dari Buku Metamorfosa Teologis.]


“Firman itu telah menjadi daging, dan tinggal di antara kita”

Sekarang kita melihat Yohanes 1:14, yang jika diterjemahkan secara harfiah dan akurat, secara efektif mengacaukan trinita­rianisme. Untuk memudahkan, kita membagi ayat ini menjadi tiga klausa a, b, c:

Yohanes 1:14a       Firman itu telah menjadi daging
Yohanes 1:14b       dan tinggal di antara kita.
Yohanes 1:14c       Kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu …

Dalam bab ini kita akan melihat Yohanes 1:14b, dan Yohanes 1:14a akan kita amati pada bab berikutnya.

Untuk menginterpretasikan seluruh ayat dengan tepat, kita perlu mempertimbangkan konsep tabernakel dan bait suci. Ini karena kata “dwelt” (tinggal atau berdiam) dalam Yohanes 1:14b (“tinggal di antara kita”) tidak berasal dari kata dalam bahasa Yunani yang umum untuk “dwell” (tinggal), tetapi dari kata khusus yang berarti “to tent in” (berkemah dalam) atau “to tabernacle in” (bertabernakel dalam).


Tabernakel dan bait Allah: survey singkat

Kata tabernacle (tabernakel) tidak digunakan dalam bahasa Inggris kecuali dalam konteks religius. Untuk alasan tersebut, kata ini merupakan kata yang misterius bagi banyak orang, tetapi sebenarnya tidak lebih dari kata yang indah atau tradisional untuk “kemah” (dari bahasa latin tabernaculum, “kemah atau tenda”). Oleh karena itu, kita akan memakai kata kemah dan tabernakel secara bergantian. Dalam Perjanjian Lama, kata tabernacle dari bahasa Inggris biasanya diterjemahkan dari bahasa Ibrani mishkan (“tempat tinggal”).

Di samping ini adalah gambar tabernakel yang ditemukan dalam Alkitab Jerman tahun 1891. Ini menunjukkan tabernakel yang dipe­nuhi dengan kemuliaan Shekinah Allah. Kata Shekinah berkaitan dengan tempat tinggal atau tempat menetapnya hadirat Allah yang mulia.

Dalam gambar ini kita melihat sebuah pelataran yang dikelilingi oleh ribuan tenda kecil yang diatur menurut 12 suku Israel. Di dalam pelataran ada tabernakel itu sendiri, yang dalam Alkitab juga disebut “kemah pertemuan”. Semua objek yang terlihat dalam gambar—tabernakel, perlengkapan pelataran, mazbah, tenda-tenda di sekeli­ling—dapat dibongkar dan diangkut oleh bangsa Israel ketika mereka melakukan perjalanan melintasi padang gurun menuju Tanah Perjanjian.

Kemah itu selanjutnya dibagi menjadi dua bagian: Ruang Kudus dan Ruang Mahakudus. Ruang Mahakudus merupakan tempat kediaman khusus dari kemuliaan Shekinah Allah yang turun ke atas tabernakel dan membuka jalan bagi Allah untuk bertemu dengan umat-Nya di sana (bdk. “kemah pertemuan”). Seperti terlihat dalam gambar, kemuliaan Yahweh tampak sebagai “tiang awan pada siang hari dan tiang api pada malam hari” (Kel 13:22) yang turun ke atas tabernakel, memenuhinya dengan kemuliaan dan hadirat-Nya: “Kemudian, awan melingkupi tenda pertemuan itu dan kemuliaan Yahweh memenuhi Tenda Suci.” (Kel 40:34).

Sebelum tabernakel ada, bahkan Allah sudah menganggapnya sebagai tempat tinggal-Nya, karena Ia telah berkata kepada Musa sebelumnya, “Kemudian, mereka harus membuat suatu tempat kudus bagi-Ku supaya Aku dapat bersemayam di tengah-tengah mereka.” (Kel 25:8).

Beberapa abad kemudian, tabernakel digantikan dengan bait suci, karena pada saat itu Israel telah lama menetap di Tanah Perjanjian, dan tidak lagi membutuhkan tenda untuk berpindah-pindah. Jadi, tenda itu diganti dengan bangunan yang permanen, bait suci Salomo, juga dikenal sebagai “rumah TUHAN”, secara harfiah “Rumah Yahweh” (bait Yahweh) karena itu merupakan tempat tinggal Yahweh, seperti yang terlihat dalam nas berikut ini (perhatikan yang dicetak tebal):

10 Pada waktu para imam keluar dari tempat kudus, ada awan yang memenuhi bait Yahweh. 11 Para imam itu kemudian tidak tahan berdiri untuk melayani karena awan itu. Sebab, kemuliaan Yahweh memenuhi bait Yahweh. 12 Lalu, Salomo berkata: “Yahweh berfirman bahwa Dia akan tinggal dalam kekelaman yang pekat. 13 Sesungguhnya, Aku telah membangun bait maha tinggi, tempat Engkau bersemayam selama-lamanya.” (1 Raj 8:10-13)

Namun, beberapa ayat kemudian, Salomo meratapi bahwa hadirat Allah terlalu luas untuk dikurung dalam bait suci: “Namun, sungguhkah Allah akan bersemayam di bumi? Lihatlah, langit bahkan langit di atas langit pun tidak akan dapat menampung Engkau, apalagi bait yang kubangun ini!” (1 Raj 8:27; bdk. Kis 7:48)

Akan tetapi, Allah yang tak terbatas, dalam kasih dan belas kasihan-Nya yang besar, berkenan untuk tinggal di rumah yang dibangun oleh umat pilihan-Nya, bangsa Israel, dan memenuhinya dengan kemuliaan dan hadirat-Nya.

Catatan: Dalam bahasa Inggris, tabernacle adalah sebuah nomina, bukan verba, tetapi bahasa Yunani memiliki keduanya, bentuk verba skēnoō (bertabernakel di, berkemah) dan nomina skēnē (sebuah tabernakel atau kemah). BDAG mengatakan bahwa nomina itu dipakai dalam LXX untuk “tabernakel Yahweh”. BDAG secara signifikan juga mengatakan bahwa dalam Yohanes 1:14, verbanya “mungkin sebuah ekspresi kesinambungan dengan ‘berkemahnya’ Allah di Israel”.


Dalam Yohanes 1:14, “di antara kita” secara harfiah berarti “di dalam kita”—sebuah fakta yang menga­cau­kan trinitarianisme

Terjemahan konvensional dari Yohanes 1:14b (“tinggal di antara kita”) memiliki cacat pada dua hal, dan dalam setiap kasus, ada satu kata penting dalam bahasa Yunani yang tidak diterjemahkan menurut makna utama atau harfiahnya. Kita telah menyebutkan kasus yang pertama: Dalam teks bahasa Yunani asli, kata “dwelt” (tinggal) tidak berasal dari kata yang umum untuk “dwell” (tinggal), tetapi dari kata khusus yang berarti “to tabernacle in” (bertabernakel dalam) atau “to tent in” (berkemah dalam). Fakta ini sangat dikenal dan disebutkan dalam banyak studi Alkitab.

Akan tetapi, kasus kedua lebih signifikan karena mengacaukan trinitarianisme: Penerjemahan konvensional “di antara kita” (among us) dalam Yohanes 1:14b (“tinggal di antara kita”) tidak memadai karena dalam bahasa Yunani menggunakan “di dalam kita” (in us). Frasa yang tepat dalam bahasa Yunani ialah eskēnōsen en hēmin (“berkemah di dalam kita”) di mana en adalah preposisi umum bahasa Yunani untuk “di dalam”. Jika ejaan “en” terlihat akrab bagi mereka yang berbahasa Inggris, ini karena kata dalam bahasa Inggris “in” berasal dari bahasa Yunani “en” melalui bahasa Latin “in” dan bahasa Inggris kuno “in” (Oxford English Dictionary).

Ini adalah fakta yang jelas bahwa dalam Yohanes 1:14, “di antara kita” secara harfiah ialah “di dalam kita” sebagaimana dicatat oleh orang-orang seperti Raymond E. Brown, seorang cendekiawan Perjan­jian Baru yang terkemuka.

Trinitarian menolak “di dalam kita” meskipun itu merupakan terjemahan harfiah dari en hēmin, dan secara leksikal lebih memung­kinkan daripada “di antara kita”. Sungguh sangat menge­jutkan bahwa Alkitab bahasa Inggris, bertentangan dengan praktik lazim mereka, tidak menyatakan dalam catatan kaki bahwa teks Yunani dari Yohanes 1:14, “di antara kita” secara harfiah ialah “di dalam kita”; atau setidaknya menyatakan bahwa “di dalam kita” merupakan pembacaan alternatifnya. Kesenyapan mereka ini mungkin sebuah petunjuk awal bahwa “di dalam kita” tidak mendukung trinitarianisme.

Istilah “di dalam kita” mengacaukan trinitarianisme karena alasan yang spesifik: Yohanes mengatakan bahwa Firman “telah menjadi daging” dengan berkemah “di dalam kita”—di dalam umat Allah! Akan tetapi, bukan itu yang diinginkan oleh para trinitarian. Mereka lebih memilih “di antara kita” yang tidak harfiah untuk menyiratkan bahwa Firman, melalui inkarnasi telah menjadi persona Yesus Kristus yang sekarang hidup “di antara kita”, yaitu Firman telah menjadi daging di dalam Yesus daripada “di dalam kita”.

Terjemahan harfiah “di dalam kita” meniadakan keilahian Yesus dalam Yohanes 1:1 dan inkarnasi Allah-manusia (God-man) dalam Yohanes 1:14 dengan menyangkal identifikasi “Firman” dengan Yesus Kristus yang sangat sentral dalam dogma trinitarian.

Sekarang kami menyajikan bukti alkitabiah untuk “di dalam kita” dalam tujuh poin.


Poin 1: Dalam tulisan Yohanes, en hampir tidak pernah berarti “di antara”

Kata dalam bahasa Yunani en muncul sebanyak 474 kali dalam tulisan Yohanes (226 kali dalam Injilnya, 90 kali dalam surat-suratnya, 158 kali dalam Wahyu). Pertanyaan krusialnya sebagai berikut: Berapa banyak dari 474 kemunculan itu yang sebenarnya berarti “di antara”? Satu cara untuk sampai pada jawaban yang dapat diterima oleh trinitarian ialah melakukan “penghitungan” melalui penerjemahan aktual terhadap Alkitab trinitarian seperti NASB.

Jika Anda bersedia melakukan kerja keras memeriksa 474 kemun­culan itu, inilah penghitungan finalnya: Dari 473 kemun­culan en dalam tulisan Yohanes selain Yohanes 1:14 yang diper­debatkan, hanya 7 yang diterjemahkan sebagai “di antara” oleh NASB (Yoh 7:12; 9:16; 10:19; 11:54; 12:35; 15:24; Why 2:1). Oleh karena itu, bahkan menurut penghitungan NASB sendiri, en hampir tidak pernah berarti “di antara”—pengartian yang muncul hanya dalam 1,5% dari semua kemunculan en.

Sebaliknya, NASB menerjemahkan en sebagai “di dalam” lebih dari 95% kemunculan. Oleh sebab itu, memilih “di antara kita” daripada “di dalam kita” dalam Yohanes 1:14 tampaknya dipenga­ruhi oleh tradisi.


Poin 2: Dalam tulisan-tulisan Yohanes kecuali Yoh 1:14, en hēmin selalu berarti “di dalam kita” dan tidak pernah “di antara kita”

Alih-alih satu kata en, bagaimana dengan frasa en hēmin yang kita lihat dalam Yohanes 1:14? Terjemahan yang tepat dan harfiah dari frasa ini ialah “di dalam kita” bukan “di antara kita”.

Inilah fakta yang krusial: Dalam tulisan-tulisan Yohanes kecuali Yohanes 1:14 yang diperdebatkan, en hēmin selalu bermakna “di dalam kita” dan tidak pernah “di antara kita”, tanpa pengecualian! Oleh karena itu, terjemahan trinitarian “di antara kita” untuk Yohanes 1:14 menjadi asing bagi pemahaman Yohanes tentang en hēmin.

Dalam tulisan-tulisan Yohanes, en hēmin (di dalam kita) memi­liki arti yang konsisten. Kita ulang sekali lagi: Dalam tulisan-tulis­annya kecuali Yohanes 1:14 yang diperdebatkan, en hēmin selalu berarti “di dalam kita” dan tidak pernah “di antara kita”, tanpa pengecualian.

Inilah data yang spesifik: Di luar Yohanes 1:14 en hēmin muncul sepuluh kali dalam tulisan-tulisan Yohanes. 

Berikut ini merupakan latihan langsung untuk memverifikasi bahwa “di antara kita” bukanlah arti yang masuk akal bagi satu pun dari sepuluh kemunculan en hemin (perhatikan kata yang dicetak tebal):

Yoh 17:21 … ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau; supaya mereka juga menjadi satu di dalam Kita

1 Yoh 1:8
Jika kita mengatakan bahwa kita tidak berdosa, kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita.

1 Yoh 1:10
Jika kita mengatakan bahwa kita belum pernah berbuat dosa, kita membuat Dia menjadi penipu dan firman-Nya tidak ada di dalam kita.

1 Yoh 3:24
Dengan ini kita tahu bahwa Allah tinggal di dalam diri kita, oleh Roh yang Allah karuniakan kepada kita.

1 Yoh 4:9
Dalam hal ini kasih Allah telah dinyatakan di dalam kita… [MILT]

1 Yoh 4:12
Jika kita saling mengasihi, Allah tinggal di dalam kita dan kasih-Nya itu disempurnakan di dalam kita. (en hēmin muncul dua kali dalam ayat ini)

1 Yoh 4:13
Dengan hal ini kita tahu bahwa kita tinggal di dalam Allah dan Allah di dalam kita karena Allah sudah memberikan kepada kita dari Roh-Nya.

1 Yoh 4:16
Dan kita telah mengenal dan telah mengimani kasih yang Allah miliki di dalam kita. [MILT]

2 Yoh 1:2
karena kebenaran yang tinggal dalam kita


Poin 3: Dalam tulisan Yohanes, en hēmin sering bermakna “Allah tinggal di dalam kita”

1 Yoh 3:24 Orang yang menaati perintah-perintah Allah tinggal di dalam Dia, dan Allah tinggal di dalam dia. Dengan ini kita tahu bahwa Allah tinggal di dalam diri kita, oleh Roh yang Allah karuniakan kepada kita.

1 Yoh 4:12 Belum ada orang yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tinggal di dalam kita dan kasih-Nya itu disem­purnakan di dalam kita.

1 Yoh 4:13 Dengan hal ini kita tahu bahwa kita tinggal di dalam Allah dan Allah di dalam kita karena Allah sudah memberikan kepada kita dari Roh-Nya.)

Dalam tiga ayat ini, konsep tentang Allah hidup di dalam kita sangatlah kuat: “Allah tinggal di dalam diri kita” (3:24); “Allah tinggal di dalam kita” (4:12); “kita tinggal di dalam Allah dan Allah di dalam kita” (4:13). Ini memperkuat kasus untuk terjemahan harfiah “berkemah di dalam kita” dalam Yohanes 1:14, membuk­tikan bahwa “berkemah di dalam kita” itu benar tidak hanya secara leksikal dan gramatikal, tetapi juga secara teologis karena selaras dengan konsep Yohanes tentang Allah yang hidup “di dalam” umat-Nya.


Poin 4: Yohanes membedakan “di dalam kita” dan “di antara kita” dengan memakai dua kata Yunani yang berbeda jarak 12 ayat

Mari kita ulang sekali lagi: Di luar Yohanes 1:14 yang diperde­batkan, Yohanes tidak pernah memakai en hēmin untuk meng­artikan “di antara kita”, tetapi selalu “di dalam kita”, tanpa penge­cualian. Jika demikian halnya, apakah Yohanes pernah memakai kata dalam bahasa Yunani selain en untuk menyatakan “di antara kita”? Ya, dia pernah, hanya 12 ayat kemudian, dalam Yohanes 1:26, dia mencatat kata-kata dari Yohanes Pembaptis berikut ini, “di antara kamu berdiri Seseorang yang tidak kamu kenal”. Di sini, bahasa Yunani untuk “di antara” adalah mesos, yang berbeda dengan en dalam Yohanes 1:14. Jadi, dalam jarak 12 ayat, Yohanes membuat perbedaan antara “di dalam” dan “di antara” dengan memakai dua kata yang berbeda, en dan mesos. Tidak ada dasar bagi trinitarian untuk menggabungkan “di antara kita” dan “di dalam kita” dalam Yohanes 1:14.


Poin 5: Terjemahan “di dalam kita” untuk Yohanes 1:14 dikenal dalam sejarah gereja

Tidak ada apa pun yang bersifat aneh atau dibuat-buat tentang fakta bahwa en hēmin secara harfiah berarti “di dalam kita” dan bukan “di antara kita”. Hal ini merupakan fakta sederhana dari bahasa Yunani. Bertanyalah kepada siapa pun yang mengerti bahasa Yunani alkitabiah untuk menerjemahkan en hēmin tanpa menunjukkan Yohanes 1:14 kepadanya, dan dia akan segera memberi tahu Anda “di dalam kita” tanpa mengedipkan mata.

Faktanya, banyak orang terkenal dalam sejarah gereja sejak zaman gereja mula-mula hingga sekarang telah mengartikan Yohanes 1:14 sebagai “di dalam kita”. Beberapa contohnya:

  • Jerome (347-420), penerjemah utama Vulgata Latin
  • Agustinus (354-430), teolog paling berpengaruh dari gereja Latin
  • Theodore dari Antiokhia (350-428), bishop Mopsuestia, yang dikenal karena kritik perseptifnya terhadap metode alegoris penafsiran Alkitab.
  • John Wycliffe (1331-1384), penerjemah Alkitab. Alkitab Wycliffenya memiliki catatan tentang Yohanes 1:14 yang mengatakan bahwa “tinggal di antara kita” sebenarnya “ting­gal di dalam kita”
  • George Fox (1624-1691), pendiri Quakers, yang mengatakan en hēmin sering disalahterjemahkan sebagai “di antara kita” (dia mengatakan, itu seharusnya “di dalam kita”)
  • Allen D. Callahan, pendeta Baptist dan Profesor Asosiasi Perjanjian Baru di Harvard University, dalam bukunya, A Love Supreme: A History of the Johannine Tradition (hlm. 51)
  • Raymond E. Brown, salah satu cendekiawan Perjanjian Baru terkemuka abad ke-20. Dalam dua-jilid komentarinya yang terkenal tentang Injil Yohanes, yang dipublikasikan dalam seri Anchor-Yale (Yale University Press), Brown mencatat bahwa dalam Yohanes 1:14, “di antara kita” secara harfiah berarti “di dalam kita”.

Pengartian “Allah di dalam kita” sering terlihat dalam tulisan Agustinus, misalnya eksposisinya tentang Mazmur 68. Dalam bukunya, Confessions, dia berbicara tentang Allah yang tinggal di dalam manusia: “Ketika aku berseru kepada-Nya, aku meminta Dia untuk datang ke dalam diriku. Tempat apakah yang ada di dalam diriku di mana Allahku dapat datang? Bagaimana mungkin Allah, Pencipta langit dan bumi, masuk ke dalam diriku?” (Confessions, Buku 1, Bab 2)

Jerome mungkin seorang cendekiawan alkitabiah terbesar pada masa gereja mula-mula. Buku 29-jilid Ancient Christian Comment­ary on Scripture, dalam jilid ke-4 mengatakan bahwa “secara umum Jerome telah dipandang sebagai cendekiawan ter­baik di antara para bapa gereja mula-mula dan telah disebut sebagai cendekiawan alkitabiah terbesar yang pernah dihasilkan dalam sejarah gereja Latin.”

Jerome adalah penerjemah utama Vulgata (umumnya dikenal sebagai Vulgata Latin), yaitu sebuah Alkitab Latin yang diterje­mahkan dari sumber-sumber berbahasa Yunani dan Ibrani yang ada. Dalam Yohanes 1:14, Vulgata menerjemahkan bahasa Yunani en hēmin sebagai bahasa Latin in nobis (lihat kritikal teks Latin oleh German Bible Society) yang secara konteks sekuler bahasa Inggris sering diterje­mahkan sebagai “di dalam kita”. Contohnya, in nobis dikenal baik dalam bahasa Inggris melalui est deus in nobis, sebuah ungkapan dari penyair Romawi bernama Ovid yang berarti “there is a god in us” (“ada tuhan di dalam kita”) atau “there is a god within us” (“ada tuhan di dalam kita”).


Poin 6: Ajaran Yohanes bahwa Firman “berkemah di dalam kita” selaras dengan ajaran Paulus bahwa Allah tinggal di dalam kita, bait Allah

Deklarasi monumental Yohanes bahwa Firman “berkemah di dalam kita” (terjemahan secara harfiah) sejalan dengan ajaran Paulus bahwa kita adalah bait di mana Allah tinggal. Ajaran Paulus terlihat dalam nas-nas berikut; perhatikan kata-kata yang dicetak tebal:

Tidak tahukah kamu bahwa kamu adalah Bait Allah dan Roh Allah tinggal di dalammu? (1Kor 3:16)

Apakah kamu tidak tahu bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus, yang ada di dalam kamu …? (1Kor 6:19)

… Yesus Kristus sendiri sebagai Batu Penjurunya. Dalam Kristus, seluruh bangunan sedang dipersatukan bersama dan bertum­buh menjadi Bait Suci dalam Tuhan. Dalam Dia, kamu juga sedang dibangun bersama menjadi tempat tinggal Allah dalam Roh. (Ef 2:20-22)

Gabungan ketiga nas ini mempunyai total 11 kemunculan “you” (kamu) atau “your” (milikmu), semuanya berbentuk jamak (plural) dalam bahasa Yunani. Bentuk jamak ini memunculkan kesatuan umat Allah sebagai bait Allah, dengan Kristus sebagai “batu penjuru” (Ef 2:20).

Perhatikan kesejajaran antara Paulus dan Yohanes: Paulus berkata bahwa Allah tinggal di dalam kita, bait Allah, sama seperti Yohanes 1:14 mengatakan bahwa Firman (yang adalah Allah) “bertabernakel di dalam kita” (terjemahan harfiah dari Yoh 1:14).

Kristus adalah bait Allah, dan kita juga adalah bait Allah, tetapi hanya ada satu bait: bait Allah yang batu penjurunya adalah Kristus (menggunakan metafora sebuah bangunan), atau secara ekuivalen, sebuah tubuh yang kepalanya adalah Kristus (menggunakan metafora sebuah tubuh).

Paulus memakai dua metafora yang ekuivalen: sebuah bangunan (bait) dan sebuah tubuh (tubuh Kristus). Sama seperti ada satu bait Allah dalam Perjanjian Lama, ada satu bait Allah juga dalam Perjanjian Baru, atau secara ekuivalennya satu tubuh Kristus, gereja (Ef 5:23; Kol 1:18).

Dalam Perjanjian Lama, tabernakel itu bukanlah Allah Sendiri dan juga bukan ilahi, tetapi tempat kediaman Allah. Demikian pula, dalam Perjanjian Baru, bait Allah yang terdiri dari umat Allah (dengan Kristus sebagai kepala) bukanlah Allah Sendiri dan juga bukan ilahi, tetapi tempat kediaman Allah yang dipenuhi dengan kemuliaan-Nya (bdk. Kel 40:34, “kemuliaan Yahweh memenuhi Tenda Suci”).

Kemuliaan Allah bersinar paling terang di dalam Yesus Kristus, batu penjuru bait Allah dan kepala tubuh. Sama seperti Paulus berbicara tentang “kemuliaan Allah yang ada pada wajah Kristus Yesus” (2Kor 4:6), demikian juga Yohanes mengatakan, “Kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan Anak Tunggal Bapa, penuh dengan anugerah dan kebenaran” (Yoh 1:14).


Poin 7: Seluruh kepenuhan Allah tinggal di dalam Kristus—dan di dalam kita!

Akhirnya, seluruh kepenuhan Allah tinggal di dalam Kristus:

Sebab, Allah berkenan agar seluruh kepenuhan-Nya tinggal dalam Dia (Kol 1:19)

Sebab, dalam Dia berdiam seluruh kepenuhan keilahian yang hidup dalam bentuk jasmani. (Kol 2:9)

Paulus berkata bahwa seluruh kepenuhan Allah (Kol 1:19)—“selu­ruh kepenuhan keilahian” (2:9)—tinggal di dalam Kristus secara “jasmani”.

Ini akan menjadi kejutan bagi trinitarian karena seluruh kepe­nuhan Allah juga tinggal di dalam umat Allah, sebab Paulus berkata:

“sehingga kamu dipenuhi dengan seluruh kepenuhan Allah” (Ef 3:19).

Dalam ayat ini, kata “kamu” berbentuk jamak karena “dipenuhi” juga berbentuk jamak dalam bahasa Yunaninya. Hal ini memunculkan kesatuan umat Allah yang sebagai tempat kediaman Allah dipenuhi dengan seluruh kepenuhan-Nya. Sesung­guhnya, kita adalah “tempat kediaman Allah di dalam Roh” (Ef 2:22).

 

Berikan Komentar Anda: