Ev. Xin Lan | Gideon (3) |
Gideon adalah seorang hakim Israel. Peristiwa-peristiwa tentang Gideon tercatat di Hakim-Hakim 6-8. Terakhir kali kita mempelajari bahwa setelah Gideon mengalami Allah Yahweh, dia langsung merespon Allah. Dia rela meninggalkan penyembahan berhala dan mulai menyembah Yahweh. Sama seperti seorang non-Kristen yang setelah mengalami Tuhan, rela meninggalkan kehidupan masa lalunya yang penuh dosa. Ia rela meninggalkan tujuan hidup masa lalunya dan kini mulai beribadah kepada Allah. Dia menjadi seorang Kristen dan hidup untuk Allah selama sisa hidupnya.
Setelah pengalamannya dengan Allah, Gideon tahu bahwa Yahweh adalah Allah yang benar. Sejak pengalamannya dengan Allah, hidupnya berubah 180 derajat. Dia mulai menyembah Allah. Namun, apakah Allah langsung memakainya dan langsung mengutusnya untuk melawan musuh? Tidak.
Ujian untuk Gideon
Mari kita baca di Hakim-hakim 6:25-27:
25 Pada malam itu, YAHWEH berkata kepadanya, “Ambillah seekor sapi jantan kepunyaan ayahmu, yaitu sapi jantan kedua yang berumur 7 tahun. Lalu, robohkanlah mazbah Baal kepunyaan ayahmu dan robohkanlah tiang berhala yang ada di atasnya.
26 Kemudian, dirikanlah mazbah bagi YAHWEH, Allahmu, di atas kubu pertahanan itu dengan disusun baik. Lalu, ambillah sapi jantan yang kedua dan persembahkanlah korban bakaran dengan kayu dari patung Asyera yang kamu tebang tadi.”
27 Kemudian, Gideon membawa sepuluh orang hambanya dan melakukan seperti yang difirmankan YAHWEH kepadanya. Karena takut kepada sanak keluarganya dan orang-orang kota untuk melakukannya pada waktu siang, maka dia melakukannya pada waktu malam.
Ayat ini menceritakan kepada kita bahwa Allah memerintahkan Gideon untuk merobohkan berhala di rumah ayahnya. Rupanya Gideon masih tinggal di rumah ayahnya. Tampaknya orang Israel seperti orang Tionghoa, generasi yang berbeda masih hidup bersama, sebuah keluarga besar yang hidup bersama di bawah satu atap. Jadi, berhala yang dibangun ayah Gideon adalah dewa yang disembah oleh seluruh keluarga. Dulu, Gideon juga harus menyembah berhala ini. Lalu, Gideon mengalami Allah Yahweh, dia lalu mulai menyembah Yahweh. Maka ia membangun mezbah bagi Yahweh. Akan tetapi, nampaknya Allah belum puas dengan tindakan Gideon tersebut. Bagi Allah itu masih belum cukup, masih perlu melangkah lebih jauh. Apa langkah selanjutnya? Allah meminta Gideon untuk merobohkan berhala di rumah ayahnya, lalu kemudian membangun mezbah bagi Yahweh di rumahnya. Permintaan Allah ini merupakan ujian bagi Gideon. Ini kesempatan untuk Gideon memperlihatkan pendiriannya kepada para anggota keluarganya. Jika Gideon lulus ujian, Allah akan memakainya; sedangkan jika gagal, pengalaman Gideon dengan Allah hanya berhenti sampai di situ. Allah tidak akan memakainya.
Harus Berani Menyatakan Iman
Pelajaran apa yang bisa kita tarik dari sini? Kita harus tahu bahwa Allah tidak menerima orang menjadi Kristen secara sembunyi-sembunyi. Banyak orang setelah menjadi Kristen, mereka tidak berani memberi tahu keluarga, teman, dan koleganya. Tentu saja mereka semua mempunyai alasan yang berbeda-beda. Beberapa dari mereka takut akan pandangan anggota keluarga dan teman-temannya yang tidak percaya kepada Tuhan. Jika Anda mengatakan Anda percaya kepada Allah, mungkin mereka akan berpikir Anda sudah gila! Yang lain khawatir mereka tidak akan diterima karena semua orang di sekitar mereka adalah penganut agama atau ideologi lain atau dari kalangan ateis. Atau, ada juga yang terang-terangan menegaskan bahwa mereka menentang Anda menjadi Kristen. Jadi, Anda tidak berani terbuka karena takut kehilangan pekerjaan atau bahkan nyawa Anda. Faktanya, bahkan pada zaman Yesus, banyak orang yang diam-diam percaya karena takut dianiaya oleh orang Farisi.
Namun, kita harus memahami bahwa Allah tidak menerima orang yang menyembunyikan imannya. Yesus berkata,
“Siapa yang menyangkal Aku di hadapan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di hadapan Bapa-Ku yang ada di surga.” (Mat 10:33)
Yesus juga berkata bahwa pelita tidak dapat disembunyikan dan tidak seorang pun yang setelah menyalakan pelita meletakkannya di bawah keranjang. Akibat meletakkan pelita di bawah keranjang adalah pelita itu tidak akan terlihat. Semua ajaran ini menunjukkan suatu prinsip: Allah tidak menerima kita menjadi Kristen hanya di hati dan yang sembunyi-sembunyi. Akibat dari tindakan seperti itu adalah Allah tidak akan menganggap kita sebagai orang Kristen. Konsekuensinya tentu saja adalah kebinasaan dan tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Surga.
Terang yang Tersembunyi akan Padam
Saya pribadi pernah bertemu dengan orang Kristen yang seperti itu. Dia telah menjadi seorang Kristen selama lebih dari satu dekade, tetapi dia tidak berani memberitahu anggota keluarganya bahwa dia percaya kepada Tuhan. Alhasil, kehidupan spiritualnya tidak berubah sedikit pun dalam satu dekade, ia tidak ada bedanya dengan non-Kristen. Dia tidak dapat memahami banyak ajaran Alkitab. Dia tidak bisa mengatasi banyak hal.
Ada satu orang lagi yang berani mengaku Kristen yang kemudian memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya agar dapat fokus mempelajari Alkitab karena dia ingin melayani Tuhan sepenuh waktu. Dia benar-benar berhenti dari pekerjaannya untuk mempelajari Alkitab, tetapi dia masih tidak berani memberitahu keluarganya. Ia takut keluarganya tidak dapat menerima. Hal ini merupakan suatu tekanan yang terlalu besar baginya. Jadi, di satu sisi, dia belajar Alkitab dan belajar melayani Tuhan, di sisi lain, dia menyembunyikan hal itu dari keluarganya. Dia memberitahu keluarganya bahwa dia sedang bekerja di luar kota. Apa yang terjadi pada akhirnya? Tidak lama setelah itu, dia menyerah dan berhenti melayani Tuhan. Dia kembali ke jalur lamanya. Jika kita menyembunyikan terang itu dan memasukkannya ke dalam keranjang, terang itu akan lambat laun padam.
Walaupun Takut, Gideon Taat
Kita harus paham bahwa Tuhan tidak menerima kita menjadi Kristen yang hanya mengaku di hati dan menyembunyikan iman kita dari semua orang. Allah menuntut kita untuk menunjukkan pendirian kita dan menghadapi ujian. Allah pun akan menguji kita. Gideon rela meninggalkan berhala dan membangun mezbah bagi Yahweh dan mulai menyembah Yahweh, tetapi Allah masih belum puas. Dia memerintahkan Gideon untuk merobohkan berhala di keluarganya dan membangun mezbah bagi Yahweh di keluarganya. Allah memberikan ujian yang berat kepada Gideon.
Lalu apa yang dilakukan Gideon setelah mendengar perintah Allah? Ayat 27 berkata,
“Kemudian, Gideon membawa sepuluh orang hambanya dan melakukan seperti yang difirmankan YAHWEH kepadanya. Karena takut kepada sanak keluarganya dan orang-orang kota untuk melakukannya pada waktu siang, maka dia melakukannya pada waktu malam.”
Sama seperti kita, Gideon juga takut. Dia tidak berani merobohkan mezbah berhala dan membangun mezbah bagi Yahweh pada siang hari. Dia melakukannya pada malam hari ketika tidak ada yang melihat mereka. Namun, bagaimanapun caranya, Gideon melakukannya sesuai dengan perintah Allah. Hal yang menarik adalah Allah tidak begitu saja melepaskan Gideon. Allah tidak berkata, “Tidak apa-apa. Gideon telah membangun altar untuk-Ku, itu sudah cukup baik, ujiannya berhenti di sini saja.” Allah tidak melindungi Gideon dari penganiayaan saat Gideon ketakutan. Pada akhirnya, semua orang tahu bahwa Gideonlah yang melakukannya. Kita dapat mengatakan bahwa Allah tidak memelihara Gideon. Mari kita lanjutkan membaca Hakim-hakim 6:28-32 :
28 Ketika orang-orang kota itu bangun pada keesokan harinya, tampaklah mazbah Baal itu roboh, tiang berhala yang ada di atasnya tumbang, dan sapi jantan yang kedua telah dipersembahkan di atas mazbah yang didirikan itu.
29 Masing-masing orang bertanya kepada yang lain, “Siapakah yang melakukan hal itu?” Setelah menyelidiki dan mencari-cari, mereka berkata, “Gideon, anak Yoas, yang melakukan hal itu.”
30 Kemudian, orang-orang kota itu berkata kepada Yoas, “Bawalah anakmu keluar, dia harus mati karena telah merobohkan mazbah Baal dan karena dia telah menebang tiang berhala yang ada di atasnya.”
31 Yoas berkata kepada semua orang yang mengerumuninya, “Engkau ingin membela Baal? Atau, engkau ingin menyelamatkannya? Siapa yang membelanya akan dihukum mati sebelum pagi. Jika Baal adalah ilah, biarlah dia membela dirinya sendiri, sebab mazbahnya dirobohkan orang.”
32 Pada hari itu, Gideon dinamai Yerubaal, sebab kata mereka, “Biarlah Baal melawan dia,” karena dialah yang merobohkan mazbahnya.
Membaca ayat-ayat di atas, kita dapat melihat bahwa memang ada alasan untuk Gideon takut. Ketika Gideon merobohkan berhala di keluarganya untuk membangun mezbah bagi Yahweh, tindakan itu tidak hanya menyinggung perasaan keluarganya, tetapi juga menyinggung semua orang di kota itu. Seluruh penduduk kota marah dan mereka ingin mencari tahu siapa pelakunya. Setelah mereka mengetahui bahwa pelakunya adalah Gideon, mereka mendatangi rumah Gideon untuk menghakiminya dan meminta ayah Gideon untuk menyerahkan Gideon agar mereka dapat membunuh Gideon. Jadi, tindak ketaatan Gideon meresikokan nyawanya. Oleh karena itu, sama sekali tidak mengherankan kalau dia takut.
Mengalami Allah dalam Krisis
Namun, hal yang aneh adalah semakin berbahaya dan sulit situasinya, semakin seseorang mengalami kebenaran Allah. Saat dalam krisis, Anda akan mengalami keselamatan dari Allah. Jika Anda melangkah dan dengan berani menaati perintah Allah, Anda pasti akan mengalami Allah. Memang dia ketakutan. Gideon tidak tahu apa yang akan menjadi tanggapan ayahnya, tanggapan keluarganya, dan tanggapan masyarakat seluruh kota. Akibat yang terburuk adalah dia membuat jengkel semua orang dan bahkan ayahnya akan melawan dan membunuhnya. Namun, hal yang menakjubkan adalah ayah Gideon menerima apa yang telah dilakukan Gideon. Selanjutnya, dia melindungi Gideon dengan menegur orang-orang yang datang untuk menghakimi Gideon dan meminta mereka pulang.
Ketika kita bertindak sesuai perintah Allah, kita akan mengalami pekerjaan Allah yang menakjubkan. Allah akan bekerja dalam hati pihak lawan kita. Amsal 21:1 berkata,
Hati raja itu seperti aliran air sungai di tangan Yahweh; Dia mengalirkannya ke mana saja Dia menginginkannya.
Hati raja ada di tangan Allah, Dia bisa melakukan apa pun yang Dia suka. Allah dapat bekerja di dalam hati siapa pun. Gideon takut pada ayahnya, tetapi ia belum menyadari bahwa Allah juga akan bekerja dalam hati ayahnya agar ayahnya menerima perbuatannya tersebut. Dari jawaban ayah Gideon, jelas ayah Gideon juga sudah lelah dengan penyembahan berhala. Dia tidak berencana untuk melindungi berhalanya. Ketika Gideon mengikuti perintah Tuhan, hal itu malah membantu ayahnya. Ayahnya dan seluruh keluarganya sekarang memiliki kesempatan untuk mengenal Allah, dan pada akhirnya beralih menyembah Allah yang benar, Yahweh. Bukankah kehendak Allah sungguh menakjubkan? Kita harus tahu bahwa kehendak Allah selalu baik. Kehendak Allah baik bagi kita semua sekalipun sulit. Kalau kita mau mengikuti kehendak Tuhan, memang tidak akan mudah, tetapi pada akhirnya kita tidak hanya bisa mengalami Tuhan, tetapi juga membantu keluarga dan teman kita mengenal Allah.
Mari kita merenungkan baik-baik jawaban ayah Gideon ini. Jawabannya sangat membuka wawasan.
31 Yoas berkata kepada semua orang yang mengerumuninya, “Engkau ingin membela Baal? Atau, engkau ingin menyelamatkannya? Siapa yang membelanya akan dihukum mati sebelum pagi. Jika Baal adalah ilah, biarlah dia membela dirinya sendiri, sebab mezbahnya dirobohkan orang.”
32 Pada hari itu, Gideon dinamai Yerubaal, sebab kata mereka, “Biarlah Baal melawan dia,” karena dialah yang merobohkan mezbahnya.
Ayah Gideon, Yoas memahami bahwa Allah yang sesungguhnya tidak membutuhkan manusia untuk membela Dia. Jika orang non-Kristen berbicara kasar tentang Allah dan orang Kristen, kita tidak perlu membentak mereka, seperti adegan yang sering kita lihat di TV. Kita tidak perlu pergi ke departemen pemerintah terkait untuk memprotes dan berdemonstrasi untuk mendapatkan keadilan kembali. Kita tidak boleh menggunakan kekerasan dan bertengkar hebat dengan orang lain. Ini adalah cara manusia dan bukan cara yang seharusnya dilakukan oleh orang Kristen. Jika Anda melakukannya dengan cara ini, satu-satunya hal yang terpikirkan oleh orang non-Kristen adalah Allah Anda tidak nyata. Jika Allah Anda nyata, lalu mengapa Allah membutuhkan Anda untuk membela-Nya? Mereka yang melakukan hal ini tidak mempercayai Allah yang benar. Dia hanya mempercayai seperangkat agama, apa pun namanya. Allahmu tidak nyata, Anda harus berbuat apa saja untuk melindunginya.
Umat Allah yang Menyembah “Berhala”
Jangan lupa bahwa bangsa Israel adalah umat Allah, mereka bukan bangsa kafir. Di pesan yang lalu, kita berbicara tentang kata “Baal”. Kata ini bukanlah nama ilah yang lain. Arti kata Baal adalah tuhan. Bangsa Israel sedang menyembah tuhan, mereka berpikir bahwa tuhan ini adalah Yahweh. Mereka mengira bahwa mereka sedang menyembah Yahweh. Sama seperti saat ini, kita juga percaya “Tuhan”, tapi Allah berkata bahwa bangsa Israel menyembah berhala. Ini sungguh hal yang mengerikan. Kenapa ini terjadi? Karena seluruh Alkitab memberitahu kita Allah kita itu adalah Allah yang seperti apa. Jika kita tidak belajar dari Alkitab siapa Allah kita, kita malah akan menjadikan Allah sesuai gambaran kita. Kita bahkan mungkin memutarbalikkan ajaran Alkitab dan menafsirkan firman Tuhan sesuai dengan apa yang telah menjadi doktrin kita. Dengan demikian, kita sedang menyembah berhala.
Hal yang aneh adalah mereka yang memutarbalikkan makna Alkitab dan menganut ajaran yang salah justru akan dengan keras kepala mempertahankan ajaran mereka yang salah. Mereka akan melindungi berhala mereka sendiri dengan menganiaya orang-orang yang mengatakan kebenaran dan sungguh-sungguh menyembah Allah. Setelah Gideon mengenal Yahweh yang sesungguhnya, dia tidak langsung pergi menantang seluruh orang di kota itu. Dia mengikuti perintah Allah untuk merobohkan berhala keluarganya, mengubah konsep yang salah dalam keluarganya tentang Allah. Apa hubungannya dengan orang lain? Tidak ada hubungannya dengan orang lain, itu urusan keluarganya.
Namun, orang banyak tanpa henti mengejar Gideon dan berinisiatif datang ke rumahnya untuk menyerang dan ingin membunuh Gideon. Hal yang sama terjadi pada zaman Yesus ketika dia masih hidup. Yesus memimpin murid-muridnya sendiri dan melayani mereka yang mencari kebenaran. Kitab Injil sering memberi tahu kita bahwa Yesus berinisiatif menghindari kerumunan. Akan tetapi, para ahli Taurat dan orang-orang Farisi, yaitu para pemimpin agama pada waktu itu (dalam bahasa sekarang, mereka adalah pemimpin gereja dan pendeta), mereka melacak Yesus dan memantau setiap gerak-gerinya dengan ketat. Mereka menantang Yesus dan berusaha menjebaknya dan memutarbalikkan kata-katanya untuk melemparkan tuduhan palsu. Pada akhirnya, lewat cara licik, mereka berhasil memakukan Yesus di kayu Salib.
Musuh Terbesar Spiritualitas adalah Keagamaan
Sejarah berulang tanpa henti. Pertanyaannya adalah apakah kita mempunyai mata rohani dan apakah kita mampu melihat dengan jelas keadaan sebenarnya. Mereka yang benar-benar mengenal Allah dan memahami kebenaran, mereka tidak akan terus menerus berdebat. Jika orang lain memfitnahnya, dia tidak akan membela diri karena dia tahu Allah akan membalasnya. Namun sebaliknya, orang yang tidak mengetahui dan memahami kebenaran serta meyakini ajaran yang salah, ibarat ayam jantan yang agresif, selalu mengepung dan berdebat dengan orang lain. Mereka mudah terpicu dan berargumentasi dengan orang lain, bahkan menggalang orang banyak untuk mengkritik orang-orang tertentu sebagai sesat. Ini sama sekali bukan sikap yang benar dari orang-orang yang benar-benar mengenal Allah. Dari perilaku tersebut terlihat bahwa Anda sedang menyembah “berhala”, hidup Anda tidak berubah sedikit pun. Anda masih menggunakan cara manusia untuk menyelesaikan pekerjaan Tuhan. Ini yang paling berbahaya. Musuh terbesar spiritualitas adalah keagamaan. Bangsa Israel, umat Allah telah tersesat. Meskipun Gideon telah mengenal Allah dan mulai menyembah Allah yang benar, umat Allah justru ingin membunuhnya.
Roh Yahweh Menguasai Gideon
Jadi, ujian yang Allah berikan kepada Gideon tidaklah mudah. Dia benar-benar meresikokan nyawanya. Namun, ketika Gideon melakukannya sesuai kehendak Allah, barulah Allah membuka jalan baginya dan dia malah berhasil membantu ayahnya untuk melihat kebenaran. Kemudian, Allah memberinya misi yang lebih besar. Mari kita lanjutkan membaca Hakim-hakim 6:33-35 :
33 Semua orang Midian, orang Amalek, dan orang-orang dari sebelah timur berkumpul bersama-sama. Mereka menyeberang dan berkemah di Lembah Yizreel.
34 Roh YAHWEH menguasai Gideon, lalu dia meniup trompet untuk memanggil orang-orang Abiezer supaya mengikuti dia.
35 Dia mengirim utusan kepada seluruh suku Manasye dan memanggil orang-orang itu untuk mengikutinya. Dia juga mengirim utusan kepada suku Asyer, Zebulon, dan Naftali, dan mereka pergi untuk bertemu dia.
Di sini, dikatakan “Roh YAHWEH menguasai Gideon”. Apa artinya? Artinya Allah YAHWEH mulai memakai Gideon. Kita telah melihat bagaimana Allah memimpin Gideon selangkah demi selangkah. Pada mulanya Gideon tidak mengenal Allah, ia menyembah berhala seperti orang lain. Allah pertama-tama memanifestasikan diri-Nya kepada Gideon, kemudian Gideon meminta bukti. Setelah mengenal Allah, Gideon bersedia menanggapi Allah dan mulai menyembah Yahweh. Namun, Allah memberikan ujian kepada Gideon, yaitu Allah ingin Gideon menunjukkan pendiriannya di hadapan manusia dengan merobohkan berhala di rumahnya. Meskipun Gideon sangat takut, dia melakukannya sesuai dengan kehendak Allah. Kehendak Allah sungguh luar biasa, ayah Gideon ternyata mendukung tindakan Gideon. Setelah Allah memproses Gideon, barulah Allah mulai memakai Gideon sebagai hakim. Allah memimpin Gideon untuk menyelamatkan bangsa Israel dan melawan musuh.
Saya tidak bisa berhenti memikirkan sebuah ayat dari Konfusius.
“Jika ada kebenaran di hati, akan ada keindahan karakter. Jika ada keindahan dalam karakter, akan ada keharmonisan dalam rumah tangga. Jika ada keharmonisan dalam rumah tangga, akan ada ketertiban dalam bangsa. Ketika ada ketertiban dalam bangsa-bangsa, akan ada perdamaian di dunia.”
Konfusius adalah orang yang berwawasan luas. Dia memberi tahu kita bagaimana seseorang dapat mencapai sesuatu yang hebat. Prinsipnya serupa juga di dunia spiritual. Allah, pertama-tama mengubah hidup kita, kemudian Dia membuat kita bersinar di keluarga kita dan di antara teman-teman kita untuk menjadi saksi Allah. Pada akhirnya, kita bisa dipakai untuk mencapai sesuatu yang besar bagi-Nya. Seringkali kita ingin melakukan sesuatu yang besar bagi Allah. Namun, Alkitab berkata, kalau kita tidak setia dalam hal-hal kecil, Allah tidak akan memberikan hal-hal besar kepada kita. Marilah kita belajar dalam kehidupan kita sehari-hari untuk melakukan segala hal kecil sesuai dengan kehendak Tuhan dengan cermat dan teliti. Apakah dalam hal berbicara dengan orang lain, memasak makanan dll. Kita belajar untuk tidak menyakiti orang lain dengan perkataan kita dan bersedia serta senang untuk melayani. Inilah yang menyenangkan Allah. Lalu, Allah akan memberi kepada kita hal-hal yang lebih besar untuk dilakukan.