Pastor Eric Chang | Lukas 16:1-13 |

Kita akan melanjutkan pembahasan Firman Allah di Lukas 16:1-13. Perumpamaan ini dikenal sebagai Perumpamaan tentang Bendahara yang Tidak Setia. Perumpamaan ini mengajar kita untuk menyusun rencana hidup ini supaya kita bisa memberikan pertanggungjawaban pada Hari kita bertemu dengan Yesus nanti. Perhatikan bahwa Yesus menyampaikan hal ini kepada para murid, berarti perumpamaan ini ditujukan kepada orang Kristen secara khusus.

1 Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Ada seorang kaya yang mempunyai kepala pelayan. Dan, kepada orang kaya itu dilaporkan bahwa kepala pelayannya telah memboroskan hartanya.
2 Karena itu, orang kaya itu memanggil kepala pelayannya dan berkata, ‘Apa yang aku dengar tentangmu ini? Berikanlah pertanggungjawaban atas tugasmu karena kamu tidak bisa lagi menjadi bendaharaku.’
3 Kepala pelayan itu pun berpikir, ‘Apa yang akan kulakukan karena sekarang tuanku sudah memecat aku dari pekerjaanku? Aku tidak cukup kuat untuk mencangkul dan malu untuk mengemis.
4 Aku tahu apa yang harus kuperbuat supaya ketika aku dipecat sebagai bendahara, orang-orang akan menerimaku di rumah mereka.’
5 Kemudian, ia pun memanggil setiap orang yang berutang kepada tuannya. Kepada orang pertama ia berkata, ‘Berapa utangmu kepada tuanku?’
6 Orang itu menjawab, ‘Seratus bat minyak zaitun.’ Lalu, kepala pelayan itu berkata kepadanya, ‘Ambillah surat utangmu, segeralah duduk dan tulislah 50 bat.’
7 Kemudian kepala pelayan itu bertanya kepada orang lain, ‘Berapa banyak utangmu?’ Orang itu menjawabnya, ‘Seratus kor gandum.’ Lalu bendahara berkata kepadanya, ‘Ambillah surat utangmu dan tulislah bahwa utangmu 80 pikul.’
8 Kemudian, orang kaya itu memuji kepala pelayan yang tidak jujur itu karena ia bertindak dengan cerdik. Sebab, anak-anak dunia ini lebih cerdik dalam berurusan dengan sesamanya daripada anak-anak terang.
9 Aku berkata kepadamu, buatlah persahabatan dengan mamon yang tidak benar supaya ketika mamon itu habis, kamu akan disambut di rumah abadi.
10 Siapa pun yang setia dalam hal-hal yang kecil, ia juga setia dalam hal-hal yang besar. Dan, siapa pun yang tidak jujur dalam hal-hal yang kecil, ia juga tidak jujur dalam hal-hal yang besar.
11 Jadi, jika kamu tidak dapat dipercaya untuk mengelola harta duniawi, siapa yang akan memercayakan harta yang sesungguhnya kepadamu?
12 Dan, jika kamu tidak dapat dipercaya dalam menggunakan milik orang lain, siapa yang akan memberikan apa yang seharusnya menjadi milikmu?
13 Tidak ada pelayan yang dapat melayani dua majikan karena ia akan membenci majikan yang satu dan menyukai majikan yang lain. Atau, ia akan patuh kepada majikan yang satu dan mengabaikan yang lainnya. Kamu tidak dapat melayani Allah dan mamon.”


Si bendahara dituduh menghamburkan kekayaan

Ini adalah perumpamaan yang sangat penting sekaligus menimbulkan masalah rumit. Persoalan dasar yang dipertanyakan orang adalah: Bagaimana mungkin Yesus memuji bendahara atau pengelola yang tidak jujur ini? Bagaimana mungkin Yesus memakai orang yang tidak jujur ini sebagai contoh kecerdikan, yaitu sebagai contoh seorang yang bertindak dengan memikirkan masa depannya, orang yang memiliki foresight? Inilah hal yang perlu kita pelajari. Jawaban yang singkat bagi pertanyaan tersebut adalah Yesus bukan sedang memuji ketidakjujuran orang itu, melainkan kemampuannya untuk melihat ke depan dan melakukan perencanaan yang bijaksana. Tentu saja, jawaban ini tidak meniadakan keberatan yang diajukan tentang pemakaian contoh dari orang yang tidak jujur sekalipun bukan ketidakjujurannya yang sedang dipuji. Kita akan mengamati hal ini.

Di ayat yang pertama, apakah Anda melihat tuduhan yang diajukan oleh sang majikan kepada bendaharanya? Tuduhannya adalah ia telah menghambur-hamburkan kekayaan sang majikan. Apa arti menghamburkan kekayaan majikan itu? Poin pertama yang harus diingat adalah pemborosan bukanlah ketidakjujuran. Bertindak boros tidak selalu didasari oleh ketidakjujuran. Ia lebih merupakan suatu kecerobohan; kegagalan dalam mengelola sesuatu. Namun, belum tentu berarti ketidakjujuran. Ini adalah hal yang penting untuk diingat.

Yang kedua adalah di ayat 8, kata Yunani yang kemudian diterjemahkan dengan “tidak jujur” ini sebenarnya bermakna “perbuatan yang salah” atau “pelanggaran”  (wrongdoing), sebuah ungkapan yang mempunyai arti yang luas. Namun, pihak penterjemah tampaknya mencampuradukkan tugas penerjemahan dengan kegiatan penafsiran, dan kemudian menyajikan penafsiran mereka dengan memilih untuk memakai kata “tidak jujur”, sebuah ungkapan yang mencondongkan artinya ke arah tertentu. Seharusnya kata tersebut diterjemahkan dengan ungkapan “perbuatan yang salah”, artinya telah melakukan sesuatu yang salah. Memboroskan kekayaan sang majikan tentunya merupakan sebuah kesalahan, bukankah begitu? Akan tetapi, itu belum tentu bermakna dia tidak jujur. Seorang yang ceroboh dalam pekerjaannya, dapat dituduh telah melakukan kesalahan. Akan tetapi, kecerobohan bukanlah ketidakjujuran. Ketidakjujuran melibatkan penipuan.

Namun, Anda akan berkata, “Ah! Tetapi dia memotong 50% jumlah minyak dan 20% gandum dari total kewajiban orang-orang yang berhutang kepada tuannya. Itu tidak jujur.” Nah, apakah hal itu akan dinilai jujur atau tidak, kita akan membahasnya nanti dengan berdasarkan hukum Yahudi.


Pengelolaan adalah poin pokok dari perumpamaan ini

Namun pertama-tama, izinkan saya untuk mengupas poin utama dari perumpamaan ini. Apa yang menjadi bahasan pokoknya? Anda dapat segera melihat bahwa perumpamaan ini berbicara tentang penatalayanan (stewardship). Apa arti penatalayanan?

Kata yang diterjemahkan dengan “bendahara” (steward) berasal dari kata Yunani oikonomos, sebuah kata yang biasanya diterjemahkan dengan “ekonomi”. Hal ini menunjukkan bahwa kata “ekonomi” yang ada di dalam bahasa Indonesia bersumber dari bahasa Yunani. Kata oikonomos sebenarnya terdiri dari dua kata yaitu: oikos yang berarti rumah dan nomos yang berarti hukum. Jadi “ekonomi” berarti aturan rumah tangga, atau dengan kata lain, manajemen rumah tangga, atau ilmu pengetahuan domestik. Dari makna dasar ini, kemudian dikembangkanlah bidang ilmu ekonomi, yang mempelajari prinsip-prinsip pengelolaan keuangan rumah tangga, dan dalam cakupan yang lebih luas akan meliputi perusahaan dan juga negara. Jadi, seorang bendahara adalah orang yang diberi tanggung jawab dalam mengelola sebuah rumah tangga. Ia menerima kewenangan untuk mengatur sebuah rumah tangga. Ia bekerja untuk menjamin bahwa segala sesuatu berjalan dengan lancar di rumah tersebut, dan rumah tangga pada masa itu berukuran cukup besar. Bendahara di dalam perumpamaan ini memegang tanggung jawab di bidang bisnis karena ia mengurusi gandum dan minyak. Ia bisa disebut sebagai seorang manajer bagi majikannya yang kaya raya, yang bergerak di dalam bidang bisnis.

Sesudah memahami poin ini dengan jelas, kita akan segera memeriksa jumlah kemunculan kata “penatalayanan” (stewardship) dan kata “pelayan” (steward). Tiga referensi bagi kata “penatalayanan” dari ajaran Yesus terdapat di dalam perumpamaan ini, yaitu di Lukas 16: 2, 3, 4. Referensi bagi kata “pelayan” hanya ada satu yang terletak di luar perumpamaan ini. Dari sebanyak empat referensi bagi kata “pelayan” ada tiga yang terdapat di dalam perumpamaan ini, yaitu di Lukas 16:1, 3, 8 tetapi 4 kali di dalam ajaran Yesus. Referensi yang satu lagi yang tidak ada di dalam perumpamaan ini ditemukan di Lukas 12:42, tetapi masih sangat berkaitan dengan poin utama dari perumpamaan ini, sebagaimana akan kita lihat nanti.

Kata kerja “bekerja sebagai bendahara” (to be a steward) muncul sekali di Perjanjian Baru dan itu terdapat di dalam perumpamaan ini (Luk 16:2). Dengan demikian kita dapat segera melihat bahwa seluruh isi perumpamaan ini berbicara tentang hal penatalayanan, hal menjadi seorang pengurus atau pengelola.


Setiap orang Kristen adalah penatalayan

Lalu muncul pertanyaan, bagaimana menerapkannya dalam hidup saya? Kita tentunya tidak mau mempelajari sebuah perumpamaan yang tidak ada kaitan apa-apa dengan kita. Jadi, pertanyaan yang diajukan adalah: Apa hubungan antara perumpamaan ini dengan kehidupan kita sebagai murid? Yesus menyampaikan perumpamaan ini kepada para muridnya, kepada orang-orang Kristen, jadi pasti ada pesan yang terkandung di dalamnya. Apa pesannya? Apakah Yesus sedang berkata bahwa sekalipun sebelumnya para murid mungkin bekerja dengan tidak jujur, itu tidak jadi masalah asalkan semuanya dibereskan? Inikah pesannya?

Mari kita mulai dari pokok yang mendasar. Pokok tersebut adalah fakta bahwa semua orang Kristen merupakan para pengurus yang bekerja bagi Allah. Setiap kita yang sudah menjadi Kristen sudah dibeli, seperti yang disampaikan oleh Rasul Paulus,

“Sebab, kamu telah ditebus dengan harga lunas.” (1Kor 6:20).

Saya harap Anda mengerti bahwa ketika Anda menjadi seorang Kristen, Anda tidak sekadar percaya kepada Yesus. Bukan sekadar hal itu yang disebut menjadi Kristen! Ketika Anda menjadi Kristen, Anda tidak sekadar berkata, “Ah, saya sudah jadi orang Kristen sekarang!” Apa bedanya antara Anda yang sudah menjadi Kristen sekarang dengan yang belum menjadi Kristen dulunya? Apakah Anda akan menjawab, “Yah, perbedaannya adalah, sebelumnya saya tidak percaya kepada Yesus, tetapi sekarang saya sudah percaya”? Hanya itukah perbedaannya? Tentu saja tidak! Bukan sekadar itu saja perbedaannya. Bukan juga sekadar perbedaan antara tadinya Anda tidak religius, tetapi sekarang menjadi religius. Apakah Anda akan menunjukkan kealiman dengan menggantungkan salib di leher Anda? Itukah artinya menjadi Kristen? Bahwa tadinya Anda tidak mempercayai Yesus, tetapi sekarang Anda percaya bahwa Yesus telah mati bagi dosa-dosa Anda? Itu hanya sebagian kecil saja dari makna menjadi seorang Kristen.

Hal terpenting dalam menjadi seorang Kristen adalah: sekarang Anda menjadi milik Yesus; Anda tidak menjadi penguasa atau bos atas diri Anda lagi. Mengapa begitu? Karena Anda sudah dibeli dengan darah Yesus. Jika uang sangat berharga, darah tentunya jauh lebih berharga lagi. Darah adalah kehidupan. Dengan kata lain, ketika Alkitab berkata, “Ia telah membelimu dengan darahnya,” itu berarti bahwa Yesus membeli Anda dengan mengorbankan hidupnya. Ia harus mengorbankan nyawanya untuk menjadikan Anda sebagai miliknya. Jika Anda adalah seorang Kristen muda, yaitu yang baru saja menjadi Kristen, saya ingin agar Anda ingat hal ini baik-baik. Menjadi seorang Kristen bukan sekadar masalah bahwa tadinya Anda tidak pernah ke gereja, tetapi sejak sekarang Anda rajin masuk gereja. Bukan sekadar perkara tadinya Anda tidak pernah baca Alkitab, tetapi sekarang mulai membaca Alkitab. Bukan sekadar urusan bahwa tadinya Anda tidak percaya bahwa Yesus adalah Juruselamat dunia dan telah mati bagi dosa-dosa Anda, dan sekarang Anda mempercayainya. Tidak, menjadi Kristen berarti bahwa Anda sekarang ini adalah milik Yesus; diri ini bukan milik Anda lagi.

Anda mungkin bertanya, “Baiklah, lalu apa artinya saya ini menjadi milik Yesus?” Itu berarti Anda tidak lagi menjalani hidup ini demi diri Anda sendiri. Maknanya adalah terjadinya sebuah perubahan mendasar di dalam tujuan dan arah hidup Anda. Anda harus pahami pokok ini. Jika sebelumnya yang Anda kejar adalah tujuan hidup Anda, Anda hidup bagi diri Anda sendiri, sekarang yang Anda kejar adalah penggenapan kehendak Tuhan. Mungkin Anda akan berkata, “Wah! Apakah itu berarti bahwa saya harus menjadi pengkhotbah?” Sabar dulu. Anda tidak harus menjadi seorang juru khotbah, kecuali jika memang Allah sendiri yang telah merencanakan bahwa Anda akan menjadi seperti itu. Anda tidak perlu memusingkan hal itu. Jika Allah kemudian memberi Anda hak istimewa itu, Anda harus menyadari bahwa itu adalah penghargaan yang sangat langka. Tidak semua orang mendapat panggilan seperti itu. Namun tentu saja, jika Anda tidak mendapat panggilan seperti itu, itu bukan berarti Allah meremehkan Anda. Hanya mungkin panggilan Anda bukan di sana. Namun, jika Anda memang direncanakan oleh Allah untuk menjadi hamba-Nya, Anda pasti akan segera mengetahui pada saatnya. Allah akan menyatakan hal itu dengan jelas kepada Anda.

Mungkin Anda menanyakan lagi, “Lalu, apa artinya bahwa sekarang ini saya adalah milik Allah dan saya hidup untuk Dia?” Itu berarti mulai sekarang, apa pun yang Anda lakukan, apakah di dalam hal pekerjaan atau pelajaran, Anda menjalankan semua itu atas dorongan niat untuk memuliakan nama Allah. Itu sebabnya mengapa Paulus berkata kepada jemaat di Korintus,

“Jadi, entah kamu makan atau minum, atau apa saja yang kamu lakukan, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.” (1Kor 10:31).

Jika Anda sedang menuntut ilmu, Anda melakukan itu demi kemuliaan-Nya. Anda memikirkan tentang bagaimana cara memanfaatkan ilmu pengetahuan yang Anda dapatkan itu bagi Dia. Seluruh hidup Anda sekarang terpusat kepada Dia.


Yesus memberikan hidupnya, manfaatkan dengan benar

Apa hubungannya dengan penatalayanan? Jelas sangat berkaitan. Jika Anda menjadi milik Kristus, itu berarti Anda menyerahkan diri Anda kepadanya. Yesus juga memberikan dirinya kepada Anda. Sungguh indah sekali! Menjadi seorang Kristen bukan sekadar berarti Anda menjadi milik Kristus, tetapi juga berarti Kristus pun menjadi milik Anda, sama seperti dalam sebuah pernikahan. Di dalam sebuah ikatan pernikahan, Anda tidak sekadar menjadi milik orang lain. Orang tersebut pada saat yang sama juga menjadi milik Anda. Pemilikan itu tidak berlangsung searah; melainkan secara timbal balik. Mulai saat ini Yesus menjadi milik Anda. Ia telah berkomitmen kepada Anda. Di dalam komitmennya itu, ia telah memberikan hidupnya kepada Anda, yaitu hidup kekal. Itu berarti Anda sekarang adalah pengelola hidup yang kekal itu. Seorang pengelola (steward) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipercayakan kepadanya. Hidup yang kekal itu diberikan kepada Anda bukan supaya Anda dapat bersenang-senang, tetapi sebagai milik yang harus dikelola dengan benar.

Hidup itu diberikan bukan untuk dimakan. Apakah Anda memakan kehidupan? Tidak, Anda tidak memakan kehidupan. Jadi, apa yang akan Anda lakukan dengan kehidupan itu? Menciumnya? Tidak juga. Mengenakannya seperti pakaian? Tentu juga tidak. Apa yang akan Anda lakukan dengan kehidupan yang diberikan itu? Apa gunanya kehidupan itu? Kehidupan itu adalah untuk dijalani. Hal ini berkaitan dengan cara hidup kita, cara berbicara, cara berpikir dan bertindak. Hidup yang kekal adalah arah dan tujuan hidup yang baru yang Allah berikan kepada Anda. Itulah hal yang menggairahkan di dalam menjalani kehidupan Kristen. Bukan sekadar menerima kepercayaan untuk memiliki hidup yang kekal, tetapi juga kepercayaan untuk mengelolanya, dan membaginya kepada orang lain, untuk melakukan hal yang bermanfaat dengan hidup itu. Poin ini sangat penting di dalam pengajaran Yesus dan dia menyampaikannya dalam beberapa perumpamaan. Perumpamaan tentang Uang Mina dan tentang Talenta, keduanya memberitahu kita bahwa ketika kita menjadi seorang Kristen, kita diberi kepercayaan untuk mengelola sesuatu yang sangat berharga;