Pastor Eric Chang | Lukas 16:1-13 |

Kita akan melanjutkan pembahasan Firman Allah di Lukas 16:1-13. Perumpamaan ini dikenal sebagai Perumpamaan tentang Bendahara yang Tidak Adil, atau Perumpamaan tentang Bendahara yang Tidak Jujur. Perumpamaan ini ternyata sangat sesuai diberitakan pada waktu Tahun Baru ini, karena ia mengajarkan kita untuk menyusun rencana hidup ini supaya kita bisa memberikan pertanggungjawaban di Hari kita bertemu dengan Yesus nanti. Perhatikan bahwa Yesus menyampaikan hal ini kepada para murid, berarti perumpamaan ini ditujukan kepada orang Kristen secara khusus.

Dan Yesus berkata kepada murid-muridnya: “Ada seorang kaya yang mempunyai seorang bendahara. Kepadanya disampaikan tuduhan, bahwa bendahara itu menghamburkan miliknya. Lalu ia memanggil bendahara itu dan berkata kepadanya:
Apakah yang kudengar tentang engkau? Berilah pertanggungan jawab atas urusanmu, sebab engkau tidak boleh lagi bekerja sebagai bendahara. Kata bendahara itu di dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat? Tuanku memecat aku dari jabatanku sebagai bendahara. Mencangkul aku tidak dapat, mengemis aku malu. Aku tahu apa yang akan aku perbuat, supaya apabila aku dipecat dari jabatanku sebagai bendahara, ada orang yang akan menampung aku di rumah mereka.
Lalu ia memanggil seorang demi seorang yang berhutang kepada tuannya. Katanya kepada yang pertama: Berapakah hutangmu kepada tuanku? Jawab orang itu: Seratus tempayan minyak. Lalu katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, duduklah dan buat surat hutang lain sekarang juga: Lima puluh tempayan. Kemudian ia berkata kepada yang kedua: Dan berapakah hutangmu? Jawab orang itu: Seratus pikul gandum. Katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, buatlah surat hutang lain: Delapan puluh pikul.
Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang. Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur (yaitu uang), supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi (yaitu hidup kekal).”

“Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar. Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya? Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu? Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.”


Si bendahara dituduh menghamburkan kekayaan, bukan tuduhan penggelapan uang

Ini adalah perumpamaan yang sangat penting, sekaligus juga menimbulkan masalah rumit. Persoalan dasar yang dipertanyakan orang adalah: Bagaimana mungkin Yesus memuji bendahara atau pengelola (steward) yang tidak jujur ini? Bagaimana mungkin Yesus memakai orang yang tidak jujur ini sebagai contoh kecerdikan, yaitu sebagai contoh seorang yang bertindak dengan memikirkan tentang masa depannya (yang memiliki foresight)? Inilah poin yang perlu kita pelajari. Namun jawaban yang cukup singkat bagi pertanyaan tersebut adalah Yesus bukan sedang memuji ketidakjujuran orang itu, melainkan kemampuannya untuk melihat ke depan dan melakukan perencanaan yang bijaksana. Tentu saja jawaban ini tidak meniadakan keberatan yang diajukan tentang pemakaian contoh dari orang yang tidak jujur sekalipun bukan ketidakjujurannya yang sedang dipuji. Kita akan mengamati hal ini.

Di ayat yang pertama, apakah Anda melihat tuduhan apa yang diajukan oleh sang majikan kepada bendaharanya? Tuduhannya adalah ia telah menghambur-hamburkan kekayaan sang majikan. Apa arti menghamburkan kekayaan majikan itu? Poin pertama yang harus diingat adalah pemborosan bukanlah ketidakjujuran. Bertindak boros tidak selalu didasari oleh ketidakjujuran. Ia lebih merupakan suatu kecerobohan; kegagalan dalam mengelola sesuatu. Namun tidak harus berarti ketidakjujuran. Ini adalah hal yang penting untuk diingat.

Yang kedua adalah di ayat 8, kata Yunani yang kemudian diterjemahkan dengan ‘tidak jujur ini sebenarnya bermakna perbuatan yang salah (wrongdoing), suatu ungkapan yang mempunyai arti yang luas. Namun pihak penterjemah (dalam bahasa Inggris, dan kemudian juga diikuti dalam bahasa Indonesia), tampaknya mencampuradukkan tugas penerjemahan dengan kegiatan penafsiran, dan kemudian menyajikan penafsiran mereka dengan memilih untuk memakai kata ‘tidak jujur‘, sebuah ungkapan yang mencondongkan artinya ke arah tertentu. Seharusnya kata tersebut diterjemahkan dengan ungkapan perbuatan yang salah, artinya telah melakukan sesuatu yang salah. Memboroskan kekayaan sang majikan tentunya merupakan satu kesalahan, bukankah begitu? Akan tetapi tidak harus bermakna tidak jujur. Seorang yang ceroboh dalam pekerjaannya, dapat dituduh telah melakukan kesalahan. Tetapi kecerobohan bukanlah ketidakjujuran. Ketidakjujuran melibatkan penipuan.

Tetapi mungkin Anda akan berkata, “Ah! Tetapi dia memotong 50% jumlah minyak dan 20% gandum dari total kewajiban orang-orang yang berhutang kepada tuannya. Itu tidak jujur.” Nah, apakah hal itu akan dinilai jujur atau tidak, kita akan membahasnya nanti dengan berdasarkan hukum Yahudi.


Pengelolaan adalah poin pokok di dalam perumpamaan ini

Namun pertama-tama, izinkan saya untuk mengupas poin utama dari perumpamaan ini. Apa yang menjadi bahasan pokoknya? Anda dapat segera melihat bahwa perumpamaan ini berbicara tentang pengelolaan (stewardship). Apa arti pengelolaan itu?

Kata yang diterjemahkan dengan bendahara (steward) berasal dari kata Yunani oikonomos, sebuah kata yang biasanya diterjemahkan dengan ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa kata ekonomi yang ada di dalam bahasa Indonesia bersumber dari bahasa Yunani. Kata oikonomos sebenarnya terdiri dari dua kata yaitu: oikos yang berarti rumah dan nomos yang berarti hukum. Jadi ‘ekonomi’ berarti aturan rumah tangga, atau dengan kata lain manajemen rumah tangga, atau ilmu pengetahuan domestik. Dan dari makna dasar ini, kemudian dikembangkanlah bidang ilmu ekonomi, yang mempelajari prinsip-prinsip pengelolaan keuangan bagi rumah tangga, dan dalam cakupan yang lebih luas akan meliputi perusahaan dan juga negara. Jadi, seorang bendahara adalah orang yang diberi tanggungjawab dalam mengelola sebuah rumah tangga. Ia menerima kewenangan untuk mengatur sebuah rumah tangga. Ia bekerja untuk menjamin bahwa segala sesuatu berjalan dengan lancar di rumah tersebut, dan rumah tangga pada masa itu berukuran cukup besar. Bendahara di dalam perumpamaan ini memegang tanggungjawab di bidang bisnis karena ia mengurusi gandum dan minyak. Ia bisa disebut sebagai seorang manajer bagi majikannya yang kaya raya, yang bergerak di dalam bidang bisnis.

Sesudah memahami poin ini dengan jelas, kita akan segera memeriksa jumlah kemunculan kata ‘pengelolaan/pengurusan (stewardship)’ dan kata ‘bendahara/pengurus (steward)’. Tiga referensi bagi kata ‘pengelolaan/pengurusan (stewardship)’ dari ajaran Yesus terdapat di dalam perumpamaan ini, yaitu di Lukas 16:2,3,4. Referensi bagi kata ‘bendahara/pengurus (steward)’ hanya ada satu yang terletak di luar perumpamaan ini. Dari sebanyak empat referensi bagi kata ‘bendahara/pengurus (steward)’ ada tiga yang terdapat di dalam perumpamaan ini, yaitu di Lukas 16:1,3,8 tetapi 4 kali di dalam ajaran Yesus. Referensi yang satu lagi yang tidak di dalam perumpamaan ini ditemukan di Lukas 12:42, tetapi masih sangat berkaitan dengan poin utama dari perumpamaan ini, sebagaimana yang akan kita lihat nanti.

Dan kata kerja ‘menjadi bendahara/bekerja sebagai bendahara (to be a steward)’ muncul sekali di Perjanjian Baru dan itu terdapat di dalam perumpamaan ini (Luk. 16:2). Dengan demikian kita dapat segera melihat bahwa seluruh isi perumpamaan ini berbicara tentang hal pengelolaan, hal menjadi seorang pengurus.


Setiap orang Kristen adalah bendahara/pengurus

Lalu muncul pertanyaan, bagaimana menerapkannya dalam hidup saya? Kita tentunya tidak mau mempelajari sebuah perumpamaan yang tidak ada kaitan apa-apa dengan kita. Jadi pertanyaan yang diajukan adalah: Apa hubungan antara perumpamaan ini dengan kehidupan kita sebagai murid? Yesus menyampaikan perumpamaan ini kepada para muridnya, kepada orang-orang Kristen, jadi pasti ada pesan yang terkandung di dalamnya. Apa pesannya? Apakah Yesus sedang berkata bahwa sekalipun sebelumnya para murid mungkin bekerja dengan tidak jujur tidak jadi masalah asalkan semuanya dibereskan? Inikah pesannya?

Mari kita mulai dari pokok yang mendasar. Dan pokok tersebut adalah semua orang Kristen itu merupakan para pengurus yang bekerja bagi Allah. Setiap kita yang sudah menjadi Kristen sudah dibeli, seperti yang disampaikan oleh Rasul Paulus, “Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar” (1 Korintus 6:20). Saya harap Anda mengerti bahwa ketika Anda menjadi seorang Kristen, Anda tidak sekadar percaya kepada Yesus. Bukan sekadar hal itu yang disebut menjadi Kristen! Ketika Anda menjadi Kristen, Anda tidak sekadar berkata, “Oh, saya sudah jadi orang Kristen sekarang!” Apa bedanya antara Anda yang sudah menjadi Kristen sekarang dengan yang belum menjadi Kristen dulunya? Apakah Anda akan menjawab, “Yah, perbedannya adalah, sebelumnya saya tidak percaya kepada Yesus tetapi sekarang saya sudah percaya”? Hanya itukah perbedaannya? Tentu saja tidak! Bukan sekadar itu saja perbedaannya. Bukan juga sekadar perbedaan antara tadinya Anda tidak religius namun sekarang menjadi religius. Lalu apakah Anda akan menjadi ‘alim ulama’? Apakah Anda akan menunjukkan kealiman dengan menggantungkan salib di leher Anda? Itukah artinya menjadi Kristen? Bahwa tadinya Anda tidak mempercayai Yesus, namun sekarang Anda percaya bahwa Yesus telah mati bagi dosa-dosa Anda? Itu hanya sebagian kecil saja dari makna menjadi seorang Kristen.

Hal terpenting dalam menjadi seorang Kristen adalah: sekarang Anda menjadi milik Yesus; Anda tidak menjadi penguasa atau bos atas diri Anda lagi. Mengapa begitu? Karena Anda sudah dibeli dengan darah Yesus. Jika uang sangat berharga, maka darah tentunya jauh lebih berharga lagi. Darah adalah kehidupan. Dengan kata lain, ketika Alkitab berkata, “Ia telah membelimu dengan darahnya,” itu berarti bahwa Yesus membeli Anda dengan mengorbankan hidupnya. Ia harus mengorbankan nyawanya untuk menjadikan Anda sebagai miliknya. Jika Anda adalah seorang Kristen muda, yaitu yang baru saja menjadi Kristen, saya ingin agar Anda ingat hal ini baik-baik. Menjadi seorang Kristen bukan sekadar masalah bahwa tadinya Anda tidak pernah ke gereja tetapi sejak sekarang Anda rajin masuk gereja. Bukan sekadar perkara tadinya Anda tidak pernah baca Alkitab tetapi sekarang mulai membaca Alkitab. Bukan sekadar urusan bahwa tadinya Anda tidak percaya bahwa Yesus adalah Juruselamat dunia dan telah mati bagi dosa-dosa Anda, dan sekarang Anda mempercayainya. Tidak, menjadi Kristen berarti bahwa Anda sekarang ini adalah milik Yesus; diri ini bukan milik Anda lagi.

Anda mungkin bertanya, “Baiklah, lalu apa artinya saya ini menjadi milik Yesus?” Itu berarti bahwa Anda tidak lagi menjalani hidup ini demi diri Anda sendiri. Maknanya adalah terjadinya suatu perubahan mendasar di dalam tujuan dan arah hidup Anda. Anda harus pahami pokok ini. Jika sebelumnya yang Anda kejar adalah tujuan hidup Anda, Anda hidup bagi diri Anda sendiri, maka sekarang yang Anda kejar adalah penggenapan kehendak Tuhan. Mungkin Anda akan berkata, “Wah! Apakah itu berarti bahwa saya harus menjadi pengkhotbah?” Sabar dulu. Anda tidak harus menjadi seorang juru khotbah, kecuali jika memang Allah sendiri yang telah merencanakan bahwa Anda akan menjadi seperti itu. Allah tidak terburu-buru dalam melatih Anda untuk menjadi hamba-Nya. Anda tidak perlu memusingkan hal itu. Dan jika Allah kemudian memberi Anda hak istimewa itu, maka Anda harus menyadari bahwa itu adalah penghargaan yang sangat langka. Tidak semua orang mendapat panggilan seperti itu. Namun tentu saja, jika Anda tidak mendapat panggilan seperti itu, maka itu bukan berarti bahwa Allah meremehkan Anda. Hanya mungkin panggilan Anda bukan di sana. Namun, jika Anda memang direncanakan oleh Allah untuk menjadi hamba-Nya, maka Anda pasti akan segera mengetahui pada saatnya. Allah akan menyatakan hal itu dengan jelas kepada Anda.

Mungkin Anda menanyakan lagi, “Lalu apa artinya bahwa sekarang ini saya adalah milik Allah dan saya hidup untuk Dia?” Itu berarti bahwa mulai sekarang, apapun yang Anda lakukan, apakah di dalam hal pekerjaan atau pelajaran, Anda menjalankan semua itu atas dorongan niat untuk memuliakan nama Allah. Itu sebabnya mengapa Paulus berkata kepada jemaat di Korintus,

“Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah” (1 Kor. 10:31).

Jika Anda sedang menuntut ilmu, maka Anda melakukan itu demi kemuliaan-Nya. Anda memikirkan tentang bagaimana cara memanfaatkan ilmu pengetahuan yang Anda dapat itu bagi Dia. Seluruh hidup Anda sekarang terpusat kepada Dia.


Yesus memberikan hidupnya, manfaatkan dengan benar

Apa hubungannya dengan pengelolaan? Jelas sangat berkaitan. Jika Anda menjadi milik Kristus, itu berarti bahwa Anda menyerahkan diri Anda kepadanya. Yesus juga memberikan dirinya kepada Anda. Sungguh indah sekali! Menjadi seorang Kristen bukan sekadar berarti Anda menjadi milik Kristus tetapi juga berarti bahwa Kristus pun menjadi milik Anda, sama seperti dalam suatu pernikahan. Di dalam suatu ikatan pernikahan, Anda tidak sekadar menjadi milik orang lain. Orang tersebut pada saat yang sama juga menjadi milik Anda. Pemilikan itu tidak berlangsung searah; melainkan secara timbal balik. Mulai saat ini Yesus menjadi milik Anda. Ia telah mengkomitkan dirinya kepada Anda. Dan di dalam menyerahkan dirinya itu, ia telah memberikan hidupnya kepada Anda, yaitu hidup kekal. Itu berarti bahwa Anda sekarang adalah pengelola hidup yang kekal itu. Seorang pengelola/bendahara (steward) bertanggungjawab ke atas segala sesuatu yang dipercayakan kepadanya. Hidup yang kekal itu diberikan kepada Anda bukan supaya Anda dapat bersenang-senang dengannya, tetapi Anda menerima hidup itu sebagai milik yang harus dikelola dengan benar.

Hidup itu diberikan bukan untuk dimakan. Apakah Anda memakan kehidupan? Tidak, Anda tidak memakan kehidupan. Jadi apa yang akan Anda lakukan dengan kehidupan itu? Menciumnya? Tidak juga. Mengenakannya seperti pakaian? Tentu juga tidak. Apa yang akan Anda lakukan dengan kehidupan yang diberikan itu? Apa gunanya kehidupan itu? Kehidupan itu adalah untuk dijalani. Hal ini berkaitan dengan cara hidup kita, cara berbicara, cara berpikir dan bertindak. Hidup yang kekal adalah arah dan tujuan hidup yang baru yang Allah berikan kepada Anda. Itulah hal yang menggairahkan di dalam menjalani kehidupan Kristen. Bukan sekadar menerima kepercayaan untuk memiliki hidup yang kekal, tetapi juga kepercayaan untuk mengelolanya, dan membaginya kepada orang lain, untuk melakukan sesuatu hal yang bermanfaat dengan hidup itu. Poin ini sangat penting di dalam pengajaran Yesus dan dia menyampaikannya dalam beberapa perumpamaan. Perumpamaan tentang Uang Mina dan tentang Talenta, keduanya memberitahu bahwa ketika kita menjadi seorang Kristen, kita diberi kepercayaan untuk mengelola sesuatu yang sangat berharga; kita dipercayakan dengan hidup yang kekal. Kita menjadi seorang pengurus bagi Allah.

Sebagai contoh, beberapa dari antara Anda yang menikah dan memiliki anak-anak tahu apa artinya diberi kepercayaan untuk mengurus. Ketika Anda mendapatkan anak yang pertama, tiba-tiba Anda tersadar, “Hei, saya mendapat kepercayaan untuk mengurus satu jiwa! Nyawa di tubuh yang sedang saya gendong ini menjadi tanggung-jawab saya sekarang!” Tiba-tiba saja tanggung-jawab pengurusan sekarang melekat di pundak Anda. Ada satu jiwa yang harus Anda rawat, satu orang yang harus Anda besarkan. Ada orang lain yang jiwanya bergantung pada Anda. Apapun yang Anda lakukan terhadap orang itu akan menjadi tanggung-jawab Anda yang sangat besar. Akankah anak Anda bertumbuh sebagai orang yang mengasihi Tuhan? Akankah anak Anda bertumbuh dalam kehidupan yang bermakna, kehidupan dalam pelayanan terhadap sesama manusia? Akankah anak Anda menjadi berkat bagi sesamanya dan memuliakan nama Allah? Tiba-tiba saja terbit rasa tanggung-jawab di dalam diri Anda. Berapa banyak orang tua yang mengenang masa lalu mereka dan berkata, “Aku telah mengacaukan hidup anak yang dipercayakan kepadaku”?

Sebagai seorang Kristen, Anda bertanggung-jawab atas cara Anda menjalani hidup ini. Sama seperti seorang pengurus, Anda harus memberi pertanggung-jawaban kepada Allah. Inilah poin utama di dalam perumpamaan ini. Anda dan saya akan menghadap takhta penghakiman Allah dan Ia akan bertanya, “Apa yang telah engkau kerjakan dengan hidup yang telah kuberikan padamu?” Dalam hal ini, setiap orang harus bertanggung-jawab kepada Allah karena sekalipun Anda bukan orang Kristen, dari manakah asalnya hidup yang Anda miliki sekarang? Allah adalah Pencipta segala kehidupan, baik kehidupan jasmani mau pun rohani. Jika Anda menikmati kehidupan jasmani, Anda harus mempertanggung-jawabkan hal-hal yang telah Anda kerjakan dengan kehidupan jasmani Anda. Dan orang Kristen memiliki tanggung-jawab ganda. Ia tidak sekadar harus mempertanggung-jawabkan kehidupan jasmaninya tetapi juga kehidupan rohaninya, hidup kekal yang telah diberikan Allah kepadanya. Jadi, hidup sebagai seorang Kristen justru bermakna bahwa kita menerima tanggung-jawab yang lebih besar, tetapi hal itu juga memberi kita satu hak istimewa yang lebih besar. Jika lebih banyak yang diberikan kepada Anda, Anda mempunyai penghargaan yang lebih tinggi, tetapi  tanggungjawab yang menyertainya juga lebih besar.

Pikirkanlah dengan lebih teliti, sejalan dengan semakin dekatnya tahun baru, sesudah lebih dari dua ribu tahun sejak kelahiran Kristus: Apa yang akan saya kerjakan di tahun yang sedang mendekat ini? Bagaimana cara menjalani hidup ini supaya kalau di hari itu nanti ketika Yesus bertanya, “Apa yang engkau kerjakan di tahun ini?” maka saya tidak perlu tertunduk malu? Yang terbaik memang adalah membuat perencanaan dari jauh-jauh hari. Jangan menunggu sampai saat itu benar-benar datang dan Anda kebingungan, “Apa yang harus kulakukan hari ini? Apa yang harus kukerjakan besok?” Jika Anda hidup dengan cara seperti ini, maka Anda akan segera menghabiskan waktu dan hidup Anda dengan percuma. Anda tidak punya tujuan.

Setiap orang yang pernah belajar tentang ekonomi tahu bahwa tidak seorangpun yang dapat sukses menata perekonomian cukup dengan duduk-duduk menunggu apa yang akan terjadi esok hari. Anda harus merencanakan sejak awal. Ada rencana tahunan, 5-tahunan, atau yang 10-tahunan. Ilmu ekonomi berkaitan dengan perencanaan di depan. Harus tahu bagaimana memanfaatkan waktu. Berpikir ke jauh ke depan. Apa sasaran rohani saya di tahun ini? Jika Anda mengingat-ingat semua yang telah terjadi di tahun lalu, apakah di dalam kehidupan jasmani dan rohani Anda mengalami kemacetan dan kehilangan arah? Jika demikian, maka itu berarti bahwa Anda masih belum mengerti “ekonomi rohani.” Kehidupan rohani berjalan dalam hukum-hukum rohani, dan ada prinsip-prinsip yang harus Anda kerjakan jika Anda ingin mengalami kemajuan.


Bendahara di dalam perumpamaan ini tidak tahu ke mana arah hidupnya

Inilah masalah yang terdapat pada si bendahara di perumpamaan ini. Akan tetapi, kebanyakan orang memang menjalani hari-harinya tanpa arah tujuan, bukankah begitu? Dan mereka bergelut dengan hari-hari yang dijalaninya sambil berharap suatu saat akan mendapatkan yang terbaik. Orang Tionghoa menyebut hal ini dengan istilah Hu li hu tu, tiada arah tiada tujuan. Mereka tidak tahu apa yang sedang dikerjakan. Dan jika Anda hu li hu tu, maka Anda juga akan ma ma hu hu, terjemahan harafiahnya adalah kuda kuda macan macan. Seperti si bendahara ini, Anda tidak tahu akan kemana. Anda tidak tahu apakah sedang berurusan dengan kuda atau dengan macan. Keduanya tampak sama di mata Anda. Bayangkan jika Anda melihat seekor binatang dan Anda mengira bahwa ia adalah seekor kuda padahal ia adalah seekor macan, saya rasa Anda akan segera mendapatkan pengalaman buruk. Mungkin dari peristiwa seperti itulah asal-usul dari pepatah ma ma hu hu ini. Macan dan kuda jadi terlihat sama saja, dan kita tidak tahu lagi mana yang kuda dan mana yang macan. Itulah yang disebut sebagai hu li hu tu; hidup tanpa arah tujuan. Anda tidak boleh menjalani kehidupan rohani seperti ini. Anda harus memilah mana yang macan dan mana yang kuda. Kuda akan membawa Anda pergi ke tempat yang Anda inginkan, tetapi macan akan membawa Anda pergi ke tempat yang tidak Anda inginkan, yaitu ke dalam perutnya! Jadi Anda memang sebaiknya memilah antara keduanya.

Cara banyak orang dalam menjalani kehidupan Kristennya cukup mengerikan. Kenyataannya, cara mereka menjalani kehidupan duniawinya juga cukup mengerikan. Mereka tidak tahu kemana harus menuju. Jalanilah kehidupan Kristen dengan mengetahui ke mana arah tujuan hidup Anda. Yesus berkata di Yohanes 8:14,

“Aku tahu, dari mana aku datang dan ke mana aku pergi. Tetapi kamu tidak tahu, dari mana aku datang dan ke mana aku pergi.”

Keadaan rohani orang non-Kristen yang menyedihkan adalah kenyataan bahwa mereka tidak tahu dari mana mereka berasal dan kemana mereka akan pergi. Ia tahu bahwa ia harus berjuang dalam hidupnya dan ia berharap untuk dapat meraih kemajuan dari waktu ke waktu, akan tetapi itu bukanlah kehidupan. Makna sejati dari kehidupan adalah tahu kemana Anda mengarahkan hidup Anda.

Orang-orang Kristen harus tahu tujuan hidupnya. Mengertikah Anda apa tujuan hidup Anda? Tahukah Anda apa yang harus Anda kejar dalam hidup ini? Jika Anda seorang Kristen, ada satu hal yang sangat penting bagi Anda. Allah telah mempercayakan kepada Anda kasih karunia-Nya dan Anda harus memanfaatkan kasih karunia tersebut. Anda nanti harus mempertanggung-jawabkan apa saja yang telah Anda kerjakan dengan kasih karunia tersebut. Pastikan bahwa Anda tahu bagaimana menggunakannya. Saya harap Anda segera merenungkannya. Bagaimana saya akan menjalani kehidupan Kristen saya di tahun ini, supaya ini mejadi tahun yang luar biasa? Bagaimana menjadikannya tahun yang menggugah, tahun yang penuh peluang, tahun prestasi bagi kemuliaan Allah dan berkat bagi sesama? Renungkanlah hal itu! Saya tidak dapat mengatur bagaimana cara Anda akan menjalani hidup Anda sendiri. Anda harus mengaturnya sendiri. Saya tidak tahu karunia macam apa yang diberikan kepada Anda.


Gunakanlah semua karunia yang dari Allah untuk memuliakan Dia

Ada satu hal yang telah pasti. Setiap orang Kristen adalah hamba Allah, ingatlah akan hal ini. 1 Petrus 2:16 memberitahu kita bahwa setiap orang Kristen adalah hamba Allah dan Petrus berkata, “Hiduplah sebagai hamba Allah.” Jangan mengira bahwa hanya para pendeta atau pengkhotbah saja yang merupakan hamba Allah. Di dalam Alkitab, setiap orang Kristen adalah hamba Allah, dan itu berarti bahwa Anda juga merupakan hamba Allah. Dan karena Anda juga adalah hamba Allah, maka Anda juga memiliki tanggung-jawab kepengurusan, memiliki tugas yang harus dijalankan. 1 Petrus 4:10-11 berkata bahwa setiap orang Kristen adalah seorang pengurus:

Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah. Jika ada orang yang berbicara, baiklah ia berbicara sebagai orang yang menyampaikan firman Allah; jika ada orang yang melayani, baiklah ia melakukannya dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah, supaya Allah dimuliakan dalam segala sesuatu karena Yesus Kristus.

Jika karunia Anda bukanlah dalam hal menyampaikan Firman Allah, Anda dapat melayani di bidang yang lainnya, seperti membantu saudara-saudara seiman yang kekurangan. Itu adalah salah satu jenis pelayanan. Tujuan hidup ini adalah menjalaninya bagi kemuliaan Allah.

Saya tidak tahu apakah ada hidup yang lebih berarti dibandingkan dengan hidup yang memiliki arah. Kehidupan Kristen adalah kehidupan yang memiliki makna, arah dan tujuan, dan Anda harus tahu tujuan tersebut. Sangat sering terjadi, orang yang bukan Kristen menjadi tidak tertarik menjadi orang Kristen karena melihat orang Kristen yang tampaknya hidup tanpa arah dan tujuan. Tampaknya mereka seperti tidak memiliki tujuan yang jelas. Saya harap jika Anda hidup berdekatan dengan orang-orang non-Kristen di tahun yang baru ini, pastikanlah bahwa mereka akan melihat Anda sebagai orang Kristen yang menjalani hidup yang memiliki tujuan, memiliki arah dan sasaran. Tunjukkanlah kehidupan yang penuh arti dan teratur.

Di dalam ayat-ayat itu kita melihat penerapan dari perumpamaan ini. Rasul Petrus memberitahu kita bahwa kita semua adalah para pengurus dari kasih karunia Allah yang berupa hidup kekal itu dan juga karunia-karunia lainnya yang telah Ia berikan kepada kita. Apakah Ia memberi Anda karunia untuk berbicara? Pakailah itu bagi kemuliaan Allah. Apakah Allah memberi Anda karunia untuk bermain musik? Pakailah itu bagi Allah. Apakah Ia memberi Anda karunia pemahaman bahasa? Gunakan itu untuk penerjemahan. Apakah Ia memberi Anda karunia untuk menulis? Muliakanlah Allah dengan itu. Buatlah perencanaan dalam tahun nanti, misalnya, “Saya akan menulis beberapa artikel buat Allah.” Allah akan senang. Ada banyak orang yang memiliki berbagai karunia, namun apa yang mereka lakukan dengan karunia-karunia itu? Mereka menguburnya dan karunia-karunia itu membusuk. Saya sering bertemu dengan orang-orang yang punya banyak karunia. Jika setiap orang Kristen di dalam Jemaat Allah mau merenungkan karunia apa saja yang telah mereka miliki, jika mereka memakai inisiatif mereka, jika saja mereka memiliki semangat kerohanian untuk memakai karunia milik mereka sepenuhnya bagi Allah, kemuliaan yang mereka berikan bagi Allah dan berkat yang mereka alirkan kepada sesama manusia akan tak terhitung besarnya.


Setiap pengetahuan yang Anda miliki bisa sangat bermanfaat bagi Allah
.

Sebagai contoh, kami memiliki sistem terjemahan simultan (dari satu bahasa ke dalam beberapa bahasa) yang dirancang dan dibuat oleh seorang saudara seiman. Suatu hari datanglah seseorang dari organisasi 4M untuk mempelajari sistem terjemahan kami. Ia berkata, “Sistem ini sungguh sangat bagus!” Lalu ia mencontoh diagram rangkaian elektronik dari sistem ini untuk dipakai dalam kegiatan KKR yang lain. Saya harap saudara kita yang telah merancang sistem ini tidak memusingkan masalah hak cipta! Dengan cara begini, pekerjaan Allah menjadi sangat terbantu. Bagaimana caranya? Karena adanya satu orang yang mengerti tentang elektronika. Selanjutnya, terjadi rangkaian tindakan yang membantu mempermudah pelayanan di segala bidang. Coba Anda pikirkan, cukup dengan sedikit inisiatif dan segera Anda akan melihat betapa luar biasa hal yang dilakukan Tuhan melalui orang-orang yang tampaknya tidak berarti seperti kita ini. Sungguh luar biasa! Saya tidak tahu karunia-karunia apa yang Anda miliki. Anda harus merenungkannya sendiri. Pakailah inisiatif Anda dan temukanlah cara untuk melayani Allah. Jangan ada orang yang berkata, “Saya tidak tahu harus bagaimana melayani Allah.” Setiap orang pasti punya karunia yang bisa dipakai untuk melayani Allah. Setiap orang punya itu.

Menyumbangkan uang adalah cara yang paling sederhana. Sebagai contoh, setiap orang dari kita pasti memiliki uang lebih yang dapat disumbangkan. Tahukah Anda betapa berharganya satu atau dua dolar kelebihan Anda itu bagi mereka yang hanya bisa makan sekali dalam tiga hari? Berusahalah untuk mencari tahu siapa saja orang yang sedang kekurangan agar Anda bisa membantu mereka. Ini merupakan pelayanan kepada Allah yang setara dengan menyampaikan khotbah di mimbar. Anda telah melayani Allah dengan memberikan dua dolar itu kepada orang yang membutuhkan karena orang itu akan bersyukur kepada Allah dan berkata, “Ya Tuhan, Engkau sungguh baik kepada saya karena telah menggerakkan hati orang ini untuk memperhatikan kebutuhan saya.” Anda telah melayani Allah. Tidak ada pekerjaan yang tidak berarti di mata Allah. Dan kadang kala, karya yang terbaik justru berawal dari pekerjaan yang dianggap ‘remeh’.

Anda dapat menelpon atau mengunjungi orang yang kesepian. Anda juga dapat saja menelpon orang-orang. Apakah Anda tidak punya waktu untuk itu? Apakah sepuluh sen itu terlalu mahal? Satu kali telepon atau kunjungan bisa sangat membangkitkan semangat seseorang. Itulah namanya melayani Allah. Itu adalah pelayanan di tingkat yang paling praktis dan itulah yang sedang dibicarakan oleh rasul Petrus di sini. Akan tetapi, justru dalam hal-hal kecil di mana kita sudah gagal, dan gagal secara menyedihkan.


Kesetiaan dalam menggunakan otoritas yang telah Allah berikan

Perhatikanlah kata-kata di Lukas 16:10,

“Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar (tidak setia) dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar (tidak setia) juga dalam perkara-perkara besar.”

Di sini kita melihat bahwa sekali lagi para penerjemah bukannya melakukan penerjemahan tetapi penafsiran dan menaruh kata ‘tidak benar’. Seluruh perumpamaan ini berbicara tentang kesetiaan. Anda bukan termasuk orang yang tidak benar jika tidak menelpon teman yang sedang membutuhkan bantuan, namun Anda tidak setia. Dan tuduhan yang paling parah yang dapat diajukan kepada seorang pelayan adalah masalah kesetiaan.

Rasul Paulus berkata di 1 Korintus 4:2,

Yang akhirnya dituntut dari pelayan-pelayan yang demikian ialah, bahwa mereka ternyata dapat dipercayai.

Sama halnya dengan rasul Paulus, Anda dan saya, kita semua adalah para pelayan. Dan Yesus dengan jelas menegaskan bahwa ia ingin agar kita setia (Luk. 12:42-47). Ia sendiri sudah membuktikan kesetiaannya kepada kita. Giliran kita sekarang untuk menunjukkan kesetiaan kita.


Si bendahara harus mempertanggung-jawabkan otoritasnya

Jika poin utama dari perumpamaan ini sudah menjadi jelas, kita akan segera melihat apa yang terjadi pada bendahara ini. Si bendahara ini dituduh melakukan pemborosan. Kata Yunani yang diterjemahkan dengan ‘menghamburkan’ itu adalah diaskorpizo. Inilah tuduhan yang diajukan dan kita akan mempelajarinya dengan cermat.

Apa arti menghamburkan? Kita dapat mencari tahu maknanya dengan melihat bagaimana kata Yunani ini dipakai dalam berbagai ayat. Diaskorpizo dipakai di Matius 26:31, ayat yang berbicara tentang gembala, Yesus memasuki saat-saat kematian dan domba-domba ‘tercerai-berai’. Jika Anda membunuh si gembala domba, maka tidak ada orang yang akan menjaga serta memimpin domba-domba itu. Dan jika domba-domba itu tidak tahu apa yang harus dilakukan, mereka akan tercerai-berai.

Kata ini juga dipakai dalam Yohanes 10:12. Dalam kasus ini, si orang upahan lari ketika melihat serigala mendekat. Orang itu berkata, “Aku tidak mau kehilangan nyawa demi domba-domba!” Lalu ia lari dan meninggalkan domba-domba itu dibunuh dan dicerai-beraikan oleh serigala, mereka berlarian ke segala arah demi menyelamatkan nyawa mereka.

Kata yang sama dipakai lagi di Lukas 15:13, yaitu di dalam Perumpamaan tentang Dua Anak yang Hilang. Si bungsu ‘menghamburkan’ harta warisannya. Terjemahan LAI memakai kata ‘memboroskan’. Jadi, dalam ayat itu dijelaskan bahwa si bungsu memboroskan atau menghamburkan harta warisannya.

Itu sebabnya, si bendahara ini dapat memboroskan atau menghamburkan harta kekayaan tuannya karena ia memang diberi otoritas untuk mengurus bisnis tuannya. Ia tidak setia dalam mempertanggung-jawabkan otoritas yang dipercayakan padanya. Dan ia dituntut untuk mempertanggung-jawabkan hal itu oleh tuannya. Sangatlah penting untuk kita pahami satu prinsip alkitabiah ini bahwa seorang pelayan memiliki kuasa atau otoritas. Anda harus ingat baik-baik bahwa setiap orang Kristen memiliki otoritas. Dan orang Kristen memiliki otoritas justru karena mereka semua adalah pelayan. Satu-satunya orang yang memiliki otoritas adalah pelayan karena ia diserahkan otoritas itu. Saya memiliki otoritas di dalam Injil karena saya seorang pelayan Kristus. Justru karena saya seorang pelayan, saya mempunyai otoritas untuk memberitakan Injil. Justru karena saya adalah seorang pelayan, maka saya memiliki kuasa dalam memberitakan Firman Allah dan menjalankan pekerjaan-Nya. Seperti yang sudah dikatakan oleh rasul Petrus, kita semua memiliki otoritas karena kita adalah pelayan Allah. Setiap orang Kristen memiliki otoritas atas karunia yang dipercayakan padanya.

Dan karena Anda memiliki otoritas sebagai orang Kristen, maka Anda juga memiliki tanggung-jawab. Jika Anda tidak memiliki tanggung-jawab, maka Anda tidak perlu memberikan pertanggungjawaban. Hanya orang yang memiliki tanggung-jawablah yang harus memberi pertanggung-jawaban. Jika Anda menganggap bahwa orang Kristen tidak perlu bertanggung-jawab atas segala perbuatannya, berarti Anda menganggap bahwa setiap orang Kristen tidak memiliki kebebasan berpikir dan bertindak. Seluruh ajaran Alkitab mengatakan kita semua bertanggung-jawab atas semua perbuatan kita karena kita telah dipercayakan dengan otoritas itu. Anda harus mempertanggung-jawabkan hidup Anda di hadapan Allah pada Hari itu nanti.

Anda bertanggung-jawab atas kehidupan Anda sekarang. Apakah Allah selalu mencampuri kehidupan Anda? Tidak. Apakah Ia selalu datang setiap malam dan berkata, “Berikan laporanmu sekarang”? Tidak. Ia menunggu sampai tibanya “Hari Pertanggung-jawaban”, yaitu Hari Penghakiman. Jadi, Anda bertanggung-jawab atas segala yang Anda lakukan. Allah tidak mencampuri urusan Anda sekarang ini. Apa yang Anda kerjakan dengan hidup Anda sekarang ini adalah tanggung-jawab Anda, ingatlah hal itu baik-baik. Jika Anda tidak memanfaatkan karunia milik Anda bagi Allah, maka Allah tidak akan memaksakannya kepada Anda sekarang ini. Ia akan menuntut pertanggung-jawabannya nanti. Jangan pernah lupa akan hal itu!

Apa tujuannya menekankan pembahasan tentang otoritas yang ada pada seorang pelayan? Untuk menunjukkan bahwa si pelayan memiliki otoritas untuk mengerjakan sesuai dengan kehendaknya. Ia memang harus mempertanggung-jawabkannya nanti, akan tetapi di dalam pelaksanaannya sekarang ini ia berkuasa penuh. Dan jika ia bertindak di dalam kewenangannya, berarti ia mengemban tanggung-jawab.


Si bendahara memotong tagihan

Hal selanjutnya yang perlu dipahami adalah ini: Jika si bendahara telah berlaku tidak jujur, sebagaimana yang telah ditafsirkan oleh para penerjemah Alkitab, lalu mengapa ia hanya memotong 20% saja tagihan gandumnya? Ia sudah memotong 50% tagihan minyak, lalu mengapa ia hanya memberi potongan 20% untuk gandum? Potongan sekecil itu tentunya tidak akan membuat Anda menjadi sahabat orang yang berhutang gandum tersebut, ia masih harus membayar sebesar 80% dari total hutangnya. Bebannya memang sudah berkurang, akan tetapi tidak banyak. Jika si bendahara ini ingin mencari teman, mengapa ia tidak sekalian saja berkata, “Baiklah, lupakan saja hutang kalian! Lagi pula, itu semua tagihan majikan saya, bukan tagihan saya. Lupakan saja.” Mengapa ia tidak berkata seperti itu? Mengapa ia memotong 50% tagihan minyak dan 20% tagihan gandum?

Banyak sekali Pengkhotbah sekarang ini yang tidak memahami hal ini. Untuk bisa memahaminya, Anda harus mengerti hukum agama orang Yahudi. Apa yang akan saya sampaikan kepada Anda nanti bersumber dari hasil karya yang sangat penting dari Profesor John Duncan Durret, dari London University di Inggris, yang berjudul The Law in The New Testament (Hukum Taurat dalam perjanjian Baru).  Di dalam tulisan itu, ia menjelaskan poin ini berdasarkan hukum agama orang Yahudi. Jika Anda dapat memahami hal ini, maka Anda akan segera melihat bahwa si bendahara itu tidak melakukan satu kecuranganpun dalam tindakan terakhirnya. Tadinya ia memang sangat boros, tidak mampu mengurus bisnis tuannya. Kata Yunani di ayat 8 itu diterjemahkan dengan kata ‘tidak jujur’ di versi LAI. Akan tetapi, seperti yang sudah saya nyatakan sebelumnya, kata itu sebenarnya bermakna “berbuat salah”, suatu ungkapan yang maknanya sangat luas. Ia tidak melakukan kecurangan. Hal ini sangat penting untuk dipahami. Ia tidak curang, dan Yesus tidak sedang memuji seorang bendahara yang tidak jujur.

Apa yang Anda kerjakan pada saat menjalankan bisnis? Tujuan utama dalam berbisnis tentunya untuk mendapatkan keuntungan. Setiap bank dan perusahaan berfungsi menurut prinsip ini. Salah satu bidang usaha yang memberi untung besar adalah perkreditan. Jika Anda ingin membeli rumah, maka mereka akan membantu pembiayaannya dan menarik bunga dari bantuan tersebut. Sekarang ini suku bunga yang berlaku mungkin sekitar 11-12%. Lalu Anda harus membayar cicilan pokok mau pun bunga dari kredit rumah tersebut, dan Anda harus menghabiskan sebagian besar dari hidup Anda untuk melunasi hutang berikut bunga itu. Kenyataannya, dari yang saya baca di sebuah koran, orang yang mengkredit rumah seharga $35.000 harus membayar bunga sebesar $35.000 yang akan dilunasinya dalam 20 tahun. Dengan kata lain, Anda harus mengeluarkan uang sebesar $70.000 untuk membeli rumah seharga $35.000. Sekarang Anda tahu mengapa lembaga-lembaga perkreditan itu dapat menikmati untung yang sangat besar. Anda harus meminjam uang mereka dan menerima syarat pengembalian ditambah dengan bunga, karena Anda tidak punya uang kas sebesar $35.000 untuk membayar rumah tersebut.

Ada nasabah yang berhutang 100 tempayan minyak, akan tetapi kenapa si bendahara memotong tagihannya menjadi 50 tempayan? Persoalanya akan menjadi sederhana jika Anda telah memahami hukum agama Yahudi. Pada masa itu, hutang minyak dikenakan bunga sebesar 100% sekali pinjam. Mirip dengan bisnis lembaga perkreditan, jika Anda mengkredit rumah, maka Anda harus membayar bunga sebesar 100% dalam waktu 20 tahun. Jadi poinnya terletak di sini. Si majikan, sebagai pemilik dari segala kekayaan itu, telah memberi kuasa kepada si bendahara untuk menjalankan bisnisnya. Dan si bendahara ini memang ada menjalankan kegiatan bisnis tetapi tidak banyak. Ia telah memberikan pinjaman barang dagangan pada nasabah majikannya. Pada zaman itu, orang jarang meminjam uang untuk berbisnis, karena nilai uang cenderung turun atau terkena inflasi. Jadi, di masa itu, orang lebih memilih untuk meminjam barang-barang yang akan diperdagangkan. Kebanyakan orang meminjam minyak dan gandum karena kedua komoditas itu sangat ramai diperdagangkan. Dan hal ini ternyata masih berlangsung sampai di zaman kita sekarang. Demikianlah, si bendahara itu memberi pinjaman sebanyak 50 tempayan atas nama tuannya, dan ia segera mencatat jumlah tagihan sebesar 100 tempayan. Berapa besar hutang si nasabah? 100 tempayan. Terdiri dari 50 tempayan hutang pokok dan 50 tempayan lagi sebagai bunga.

Mengapa bunga untuk hutang minyak sangat tinggi di zaman itu? Untuk berjaga-jaga terhadap kemungkinan kecurangan. Biasanya, minyak zaitun yang diperdagangkan. Yang menjadi masalah adalah terbukanya kesempatan yang cukup besar untuk berbuat curang di dalam pengembalian minyak itu. Sebagai contoh, orang bisa saja menambahkan air ke dalam tempayan, dan karena minyak akan selalu mengambang di atas air, maka satu-satunya cara untuk membuktikan kecurangan itu adalah dengan menuangkan seluruh isi tempayan itu. Di samping itu, masih ada lagi cara lain dalam berbuat curang, yaitu dengan mencampur minyak dari kualitas yang berbeda. Karena kemungkinan berbuat curang di dalam bisnis ini sangat tinggi, maka tingkat bunga yang dibebankan terhadap pinjaman minyak dibuat sangat tinggi. Sangat mudah melakukan penipuan dalam bisnis minyak.

Anda boleh memandang suku bunga sebagai semacam polis asuransi. Mirip dengan keadaan pada saat Anda mengkredit sebuah rumah, Anda mengasuransikan cicilan rumah Anda sehingga jika tiba-tiba Anda nanti tidak mampu melunasi pembayaran rumah Anda, maka pelunasannya dilakukan oleh perusahaan asuransi. Dengan demikian, Anda harus membayar cicilan pokok dan asuransinya sekaligus. Anda harus membayar ekstra. Itulah hal yang terjadi dalam bisnis minyak ini.

Sedangkan gandum, suku bunga yang berlaku untuk gandum berkisar antara 20-25%. Jadi nasabah yang satunya lagi telah meminjam 80 pikul gandum dengan hutang yang berbunga, sehingga ia harus melunasinya dengan 100 pikul gandum.


Hukum agama Yahudi tidak mengijinkan pembebanan bunga

Apa yang sedang dilakukan oleh si bendahara ini? Sekarang kita tahu apa yang sedang dilakukan oleh si bendahara ini. Ia akan dipecat karena kemalasannya dan pengelolaan yang keliru atau kecerobohannya selama ini. Jadi ia harus melakukan satu atau dua perbuatan baik sebelum ia benar-benar kehilangan pekerjaannya agar dapat memperoleh paling tidak satu orang teman yang biasa diandalkan nantinya. Saat ia keluar nanti, paling tidak akan ada orang yang masih bersimpati padanya. Mungkin mereka bersedia membantunya karena ia pernah berbuat baik terhadap mereka. Ia harus mencari orang yang bersedia membantunya sesudah dipecat nanti. Anda mungkin akan berkata bahwa perbuatannya tetaplah merupakan kecurangan karena bunga tersebut merupakan hak dari majikannya.

Hal ini membawa kita kepada satu pokok di dalam hukum agama Yahudi yang sangat menarik: di bawah aturan hukum agama Yahudi, pembebanan bunga sama sekali dilarang. Saya harus menyampaikan hal ini supaya Anda dapat memperoleh pemahaman yang benar atas perumpamaan ini. Anda tidak akan dapat memahami perumpamaan ini dengan sekadar membacanya. Diperlukan tambahan pengetahuan yang tepat untuk bisa memahaminya. Orang-orang Yahudi yang menjadi pendengar saat perumpamaan ini disampaikan Yesus dapat memahami ucapannya dengan baik karena mereka semua tahu fakta-fakta yang melatar-belakanginya. Akan tetapi kita tidak tahu fakta-fakta tersebut sehingga kita gagal memahami perumpamaan ini. Dengan demikian, menurut hukum agama Yahudi, seorang Yahudi tidak diperkenankan untuk membebankan bunga terhadap saudara sebangsanya yang sedang membutuhkan sesuatu. Pembebanan bunga atas pinjaman tidak diperkenankan karena biasanya jika ada orang yang meminjam sesuatu berarti bahwa ia sedang dalam keadaan yang kekurangan. Dengan demikian seharusnya Anda justru memberi saja apa yang ia butuhkan tanpa embel-embel ucapan, “Baiklah, kamu harus membayar hutang ini berikut bunganya nanti.” Kalimat seperti itu tentunya bukan merupakan ungkapan kasih terhadap sesama manusia. Anda dituntut untuk memberi pinjaman kepadanya dan ia boleh mengembalikannya tanpa bunga. Jadi, di bawah hukum agama Yahudi, sebagai contoh di Imamat 25:36-37 dan di Ulangan 23:19-20, dan masih banyak rujukan lainnya lagi, orang Yahudi dilarang untuk membebankan bunga atas suatu pinjaman. Namun, pada zaman-zaman belakangan, termasuk di zaman Yesus, orang-orang meminjam barang bukan sekadar untuk memenuhi kebutuhan pokoknya; mereka meminjam untuk keperluan bisnis. Itu sebabnya, orang-orang Farisi menetapkan untuk mengabaikan aturan yang terdapat dalam kitab Imamat dan Ulangan dan mengizinkan orang-orang untuk menarik bunga. Itulah latar belakangnya. Artinya, pembebanan bunga diperbolehkan orang Farisi dalam urusan bisnis, namun menurut hukum Taurat tidak diperkenankan.

Jadi, ketika si bendahara itu melakukan pemotongan, ia hanya memotong bagian bunganya saja. Ia tidak dapat memotong bagian pokok hutang yang menjadi hak tuannya karena hal itu akan merupakan suatu kecurangan. Jadi ketika seorang nasabah meminjam 50 tempayan minyak, berarti ia terkena bunga sebanyak 50 tempayan minyak. Si bendahara ini tidak dapat memotong bagian pokok dari hutang itu, namun ia dapat menghapus 50 tempayan yang merupakan bagian bunga dari hutang itu. Dengan melakukan hal itu, sebenarnya ia sedang menjalankan perintah Alkitab. Ia menghapus beban bunga yang ditanggung oleh saudara sebangsanya. Itu sebabnya ia hanya memotong 20% saja dari hutang gandum karena memang hanya itulah bagian bunganya. Sisanya yang 80% tidak boleh dipotong karena memang merupakan hak dari majikannya. Yang dapat dikurangi hanya bagian bunganya saja karena memang dilarang oleh hukum Taurat. Dengan demikian, si bendahara ini tidak dapat dituduh curang.


Perumpamaan tentang Bendahara yang Tidak Setia

Saya harap Anda dapat melihat apa pokok bahasan dari perumpaman yang indah ini, yang telah disampaikan oleh Yesus. Poinnya adalah tentang ketidaksetiaan si bendahara. Tuduhan yang diajukan kepadanya adalah ketidaksetiaan, bukannya ketidakjujuran. Anda yang tidak memahami hukum agama Yahudi akan kehilangan pengertian atas poin tersebut. Ia dipandang tidak setia karena tidak mengerjakan dengan baik kewenangan atau kuasa yang dipercayakan kepadanya; ia sangat boros. Namun ia lalu berjuang untuk mendapatkan teman atau sahabat di saat-saat terakhir. Jika pembebanan bunga diperkenankan oleh hukum agama Yahudi, dan jika si bendahara ini tetap saja berkata, “Aku akan mengurangi 50% hutang minyakmu, dan juga 20% hutang gandummu,” maka para nasabah itu segera tahu bahwa si bendahara ini sedang berbuat curang. Apakah Anda bersedia bersahabat dengan orang yang tidak jujur? Apakah Anda mengira bahwa jika ia sudah berbuat curang maka ia dapat mendatangi para nasabah itu dan mendapat pertolongan dari mereka nantinya? Bersediakah Anda membantu orang yang sudah jelas-jelas tidak jujur? Tentu tidak! Ia tidak akan mendapat sahabat satupun. Bahkan mungkin ia justru akan kehilangan sahabat. Tindakannya yang terakhir justru menjadi lebih buruk dari pekerjaannya yang sudah gagal. Jika tindakannya yang terakhir itu adalah suatu kecurangan, ia tidak akan berhasil mendapatkan teman sama sekali! Tidak, ia pasti juga tidak mau berbuat curang. Tindakannya yang terakhir haruslah merupakan suatu perbuatan yang baik jika ia ingin mendapatkan sahabat.

Demikianlah, perumpamaan ini tidak tepat jika disebut Perumpamaan tentang Bendahara yang Tidak Jujur. Semestinya disebut sebagai Perumpamaan tentang Bendahara yang Tidak Setia. Ketidaksetiaannya bukan terletak pada tindakannya yang terakhir, melainkan pada pekerjaannya selama ini, pada cara pengurusannya yang boros. Itu sebabnya ia dipecat. Akan tetapi ia berusaha untuk memperbaiki segala sesuatunya pada kesempatannya yang terakhir itu.

Sekarang Anda dapat memahami poin utama dari pengajaran Yesus ini. Yesus sedang berkata kepada kita: Bereskan segala sesuatu di hadapan Allah selagi Anda masih punya kesempatan. Seperti halnya dengan bendahara yang tidak setia ini, perbaikilah segala sesuatu yang perlu diperbaiki, sebelum tiba hari pertanggung-jawaban. Pada mulanya, si bendahara ini sangat malas, namun  dalam tindakannya yang terakhir, ia berusaha memperbaiki segala sesuatu yang bisa diperbaikinya supaya ia dapat memiliki sahabat yang akan membantunya di saat kesulitan. Mereka akan berkata, “Orang ini malas dan tidak setia kepada tuannya, akan tetapi ia ternyata taat kepada Hukum Taurat di akhir pekerjaaannya.” Jadi pelajaran yang perlu kita tarik adalah, bereskan segala hal yang menyangkut hubungan Anda dengan Allah. Perbaiki segala sesuatu selagi masih ada waktu karena waktu yang tersedia semakin cepat berlalu. Ini adalah perumpamaan yang sangat indah! Saya harap Anda dapat memahami sepenuhnya dan memperhatikan peringatan dalam perumpaman ini baik-baik.

Masih ada lagi satu pokok eksegetik. Saya ingin menyampaikan bahwa kata Yunani adikia, yang diterjemahkan dengan kata ‘tidak jujur’ di Lukas 16:8, juga muncul di 2 Korintus 12:13 dengan pengertian yang sama sekali tidak berkaitan dengan ketidak-jujuran. Di sana, Paulus menyebut dirinya tidak adil atau melakukan kesalahan terhadap jemaat di Korintus karena ia menolak pemberian uang dari mereka. Tidak mengambil uang pemberian tentunya tidak dapat dipandang sebagai ketidak-jujuran, bukankah demikian? Jadi, kata adikia yang artinya berbuat salah ini tidak memiliki hubungan langsung dengan ketidak-jujuran.

Kata yang sama juga dipakai di Lukas 13:27, dan LAI menerjemahkannya dengan kata kejahatan. Siapa itu orangnya yang disebut melakukan kejahatan yang tidak akan dapat masuk ke dalam kerajaan surga? Kita baca di ayat 24 yang menjelaskan bahwa mereka adalah orang-orang yang tidak berjuang masuk ke gerbang yang sempit itu. Mereka adalah orang-orang yang malas secara rohani. Jadi, saudara-saudaraku, Anda tidak harus menjadi orang yang melakukan kejahatan jika ingin dicampakkan pada Hari Penghakiman nanti. Cukup dengan menjadi malas saja. Allah tidak punya waktu untuk orang-orang yang secara rohaniah malas. Orang-orang seperti itu tidak mau berjuang untuk masuk melalui pintu gerbang yang sempit. Mereka tidak mau berjuang untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah. Mereka tidak mau berjuang untuk masuk ke dalam hidup yang kekal. Itulah kejahatan mereka. Orang-orang itu disebut melakukan kejahatan. Jika Anda tidak mengerjakan hal yang baik, secara otomatis Anda sudah mengerjakan hal yang jahat.

Di Matius 25:26, dalam Perumpamaan tentang Talenta, Anda akan mendapati hal yang persis sama. Apakah orang yang menguburkan satu talentanya itu telah melakukan tindak kejahatan? Tidak, ia sekadar menguburkannya. Ia tidak mencuri dari orang lain. Ia tidak menipu orang lain. Lalu mengapa Yesus menyebutnya, “Hamba yang jahat dan malas”? mengapa ia disebut jahat? Tepatnya karena ia tidak setia. Itulah kesalahannya. Ia berkata kepada tuannya, “Aku mengembalikan uangmu seperti apa adanya. Engkau mempercayakan satu talenta kepadaku, dan aku menguburkannya. Sekarang aku kembalikan satu talenta itu kepadamu.” Anda harus memanfaatkan apa yang sudah dipercayakan kepada Anda dan bukannya justru mengubur pemberian itu. Itulah poin penting di dalam perumpamaan ini, dan saya harap Anda dapat menangkapnya dengan jelas.


Setiap Kristen harus mempertanggung-jawabkan pengelolaan uangnya kepada Allah

Ada banyak hal yang telah dipercayakan kepada kita. Dan perumpamaan ini secara khusus berbicara tentang cara kita memakai uang. Perhatikan ayat 9,

“Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi.”

Uang di dalam ayat ini dikatakan tidak jujur. Firman Allah mengatakan kepada kita bahwa akar segala kejahatan ialah cinta uang (1Tim. 6:10). Cinta akan uang merupakan akar dari segala kejahatan. Uang itu sendiri bukanlah kejahatan, tetapi mencintai uang itulah kejahatan.

Kita adalah pengurus dari uang yang ada pada kita dan kita bisa memanfaatkannya untuk memuliakan nama Allah. Ikatlah persahabatan dengan Allah dengan uang itu maka Anda akan menjadi bendahara yang baik. Anda nanti harus menjelaskan kepada Allah tentang apa saja yang telah Anda kerjakan dengan apa yang Anda miliki. Ini adalah tantangan yang sangat besar! Saya berdoa supaya dengan kasih karunia Allah, di sepanjang tahun yang baru ini, Anda akan menata ‘ekonomi rohani’ Anda dengan baik, supaya Anda dapat menyusun rencana perjalanan hidup Anda dengan memberikan berkat yang maksimum kepada sesama manusia dan kemuliaan yang maksimum kepada Allah.

 

Berikan Komentar Anda: