Pastor Eric Chang |

Hari ini kita akan membahas tentang hal “berakar” di dalam Firman Allah dan mengenai maknanya. Tak ada jalan bagi kita untuk dapat berakar kecuali dengan iman. Iman adalah rahasia untuk dapat berakar. Kita akan masuk ke dalam masalah menumbuhkan akar. Apakah arti akar? Apakah itu akar dari iman? Kita akan memulai dari Kolose 2:6-7.

Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam dia. Hendaklah kamu berakar di dalam dia dan dibangun di atas dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.

Ayat-ayat ini berbicara tentang hal berakar dan iman: Perkara “berakar di dalam dia dan dibangun di atas dia” tidak dapat dipisahkan dari masalah iman, dan itulah sebabnya mengapa rasul Paulus berkata, “bertambah teguh dalam iman”. Jadi hari ini kita akan mempelajari hal yang sangat penting: Apa arti iman?

Tree-RootsKita sering mengira bahwa kita tahu makna dari iman. Jika anda pergi ke perpustakaan dari sebuah seminari, atau fakultas teologi dari suatu universitas, anda akan temukan banyak disertasi tingkat doktor yang membahas arti iman. Dari semua tesis itu, anda akan melihat bahwa bahkan para pakar ternyata tidak begitu memahami arti iman dengan sepenuhnya. Jika dilihat secara sederhana, pada dasarnya ada dua macam iman, tetapi hanya salah satunya yang dapat menolong kita untuk berakar dan diselamatkan. Namun banyak orang yang tidak memahami ajaran yang alkitabiah mengenai dua macam iman itu.


DUA JENIS IMAN

Jenis yang pertama adalah yang disebut sebagai “iman yang kecil (little faith)”, menekankan perkara ukuran (小信), dan yang kedua adalah “iman yang kurang (lacking faith)” (少信), menekankan perkara kelengkapan. Tolong bedakan keduanya. Tidak menjadi masalah jika iman anda kecil, tetapi jika iman anda kurang lengkap maka anda akan bermasalah. Saya ingin bertanya kepada anda semua: Apakah iman anda “kecil” atau “kurang”? Anda harus melihat pokok ini dengan jelas. Terjemahan bahasa Inggris dan China masih kurang akurat dalam mengartikan kedua kata tersebut. Di dalam bahasa Yunani, kedua kata itu merupakan kata-kata dengan makna yang jauh berbeda. Kata “little (kecil)” berasal dari kata mikros, dan kata “lacking (kurang)” berasal dari kata oligos, dan kata oligos ini memiliki makna bahwa ada unsur penting yang hilang. Apakah unsur penting yang hilang tersebut?

Mari kita telaah lebih cermat perbedaan antara kata mikros dan kata oligos ini. Saat seorang anak baru dilahirkan, dia mungkin berukuran sangat kecil; beratnya mungkin hanya sekitar 3kg, dan jika beratnya hanya mencapai 2kg, maka dia harus dirawat secara khusus. Akan tetapi, dia memiliki anggota tubuh yang lengkap; dia memiliki paru-paru, hati, jantung, otak, dua mata, dua telinga, mulut, hidung serta tangan dan kaki; dia tidak kekurangan anggota tubuh. Itu sebabnya jika saya katakan bahwa iman anda kecil, maka hal itu tidak berbahaya karena masih memiliki kelengkapan unsurnya, dan ia dapat bertumbuh. Akan tetapi jika seorang anak lahir tanpa memiliki hormon tertentu, jantung yang berlubang, mengidap penyakit mematikan, kekurangan darah, atau tidak memiliki anggota tubuh tertentu, maka bayi itu tidak dapat bertumbuh dengan utuh, atau bahkan mati. Demikianlah, jika iman anda tidak memiliki unsur rohani yang penting, maka ia tidak dapat berakar untuk bertumbuh. Dengan iman yang kurang lengkap mustahil bagi anda untuk bertumbuh secara rohani; anda akan mati secara rohani.

small faithApakah bukti alkitabiah bagi ajaran ini? Di dalam perumpamaan tentang biji sesawi di Markus 4:31, Yesus berkata, “Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu yang paling kecil dari pada segala jenis benih yang ada di bumi…” Sekalipun biji sesawi itu sangat kecil, tetapi ia memiliki kelengkapan, tidak ada bagian penting dari suatu benih yang tidak dia miliki. Jadi, ia dapat bertumbuh walaupun ukurannya kecil, dan bertumbuh menjadi pohon yang lebih besar dari yang lainnya. Sekali lagi saya ulangi, tidak menjadi masalah jika iman anda kecil, karena ia tidak memiliki kekurangan dalam hal kelengkapannya; ia dapat bertumbuh. Akan tetapi, Yesus beberapa kali mengucapkan hal lain kepada para murid, misalnya di Matius 6:30, 8:26, 14:41 atau 16:8, dia menyatakan bahwa iman mereka “kurang (lacking)”. Di Matius 16:8 Yesus sebenarnya sedang mengajari mereka, “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki,” lalu mereka membahas ucapan itu dan mengira bahwa Yesus mungkin sedang menegur mereka karena lupa membawa roti; mereka mungkin akan kelaparan nanti. Akan tetapi Yesus berkata kepada mereka, “Mengapa kamu memperbincangkan soal tidak ada roti? Hai orang-orang yang kurang percaya! Belum juga kamu mengerti? Tidak kamu ingat lagi akan lima roti untuk lima ribu orang itu dan berapa bakul roti kamu kumpulkan kemudian? Ataupun akan tujuh roti untuk empat ribu orang itu dan berapa bakul kamu kumpulkan kemudian?” Dia mengingatkan mereka bahwa dia tidak sedang membicarakan roti harafiah ketika menyebut ragi, karena dia tahu bahwa mereka tidak akan kekurangan makanan. Yesus berkata bahwa iman mereka kurang, dan dia tidak senang akan hal itu. Dia ingin mengatakan bahwa sekalipun iman mereka kecil seperti biji sesawi, iman itu masih dapat tumbuh menjadi pohon yang besar. Namun jika iman mereka kekurangan suatu unsur penting, maka ini adalah hal yang berbahaya.

Hal apakah yang tidak terdapat di dalam iman mereka? Mereka sudah meninggalkan segala sesuatunya untuk mengikut Yesus. Anda tidak boleh beranggapan bahwa iman orang yang sudah meninggalkan segala-galanya untuk mengikut Yesus pastilah sudah lengkap, tanpa kekurangan unsur yang penting. Saya terlibat dalam pelatihan saudara-saudari seiman yang ingin melayani Tuhan sepenuh waktu (full-time), dan seringkali di titik awal pelatihan mereka mendapati bahwa mereka memiliki masalah dengan iman mereka. Mereka mendapati bahwa mereka tidak berkomitmen secara total kepada Tuhan; mereka hanya berkomitmen secara parsial; mereka tidak mencari Allah dengan sepenuh hati. Kita sudah melihat di Yeremia 29:13 bahwa kita harus mencari Allah dengan segenap hati kita, dan itu berarti iman dalam komitmen yang total. Anda tidak akan memberikan hati anda sepenuhnya kepada Allah jika perhatian anda teralihkan kesana kemari, jika anda tidak berfokus mencari Allah; jika anda melayani Allah dan mammon sekaligus. Yesus berkata di Matius 6:23, “Jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu,” artinya, secara rohani anda akan buta terhadap kebenaran, dan anda tidak akan menemukan Allah.

Jadi saya ingin mengajukan tantangan ini kepada anda: Dari kedua jenis iman ini, manakah yang terdapat dalam diri anda? Saya harap anda hadapi kebenaran ini. Harap bersedia menelan obat yang manjur dan bersedia mendengarkan nasehat yang pahit dicerna tetapi manjur khasiatnya. Jangan berkata, “Oh tidak ada masalah dengan iman saya.” Anda tidak akan dapat menemukan Allah jika anda tidak mau menghadapi kebenaran. Mari kita semua berhasrat untuk menjadi orang Kristen yang tulus dan mengasihi kebenaran dan tidak menjadi orang munafik.


SEMBILAN SUB-KATEGORI IMAN

Anda mungkin bertanya-tanya apakah saya sudah selesai menguraikan makna iman setelah menyampaikan pokok tentang dua jenis iman. Tidak, saya belum selesai. Mari kita lanjutkan pembahasan dengan mengajukan pertanyaan: Bagaimana kata “iman (pistis)” digambarkan di dalam Perjanjian Baru? Kata ini digambarkan dalam sembilan cara. Allah telah memberi saya pelayanan untuk menjelaskan firman-Nya, dan saya akan menyampaikan ajaran itu berdasarkan Firman Allah, dan anda harus mendengarkannya dengan teliti untuk dapat menaatinya. Jika yang saya ajarkan adalah ide saya sendiri, maka anda tidak perlu mendengarkan saya. Mari kita lihat sembilan sub-kategori iman di dalam Perjanjian Baru.


1. Iman Injil

Pertama, istilah “the faith” atau “iman itu” yang dalam bahasa Yunani adalah pistis, sangat sering muncul di dalam Kitab Suci. Sebagai contoh, Galatia 1:23, 6:10, 1Timotius 5:8 dan sebagainya. Saya akan membacakan 2 Korintus 13:5.

Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji.

Ungkapan ‘iman’ di sini mengacu pada keseluruhan ajaran dari Firman Allah. Diteguhkan di dalam ‘iman’ berarti diteguhkan dalam seluruh kebenaran yang diungkapkan oleh Kitab Suci.

Kita melihat istilah “the faith” (“iman”) juga di Yudas 1:3,

Saudara-saudaraku yang kekasih, sementara aku bersungguh-sungguh berusaha menulis kepada kamu tentang keselamatan kita bersama, aku merasa terdorong untuk menulis ini kepada kamu dan menasihati kamu, supaya kamu tetap berjuang untuk mempertahankan iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus.

Inilah iman yang diberikan oleh Allah kepada segenap jemaat; iman dalam kalimat ini bukan dimaksudkan sebagai iman anda atau saya. Kita harus mempertahankan iman yang diberikan kepada gereja. Jenis iman ini tidak berkaitan dengan iman yang berakar dan yang menyelamatkan, melainkan iman yang dinyatakan oleh Allah kepada kita. Kita harus menerima iman ini dengan iman yang berakar.


2. Iman yang merupakan karunia

Pemakaian kata ‘iman’ yang kedua adalah sebagai karunia. Dan sekali lagi, karunia berupa iman spiritual ini tidak dapat dicampur-aduk dengan iman yang berakar, iman yang menyelamatkan. Kita dapat membaca tentang iman yang merupakan karunia ini di 1 Korintus 12:8-9.

Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan. Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan.

Karunia untuk menyembuhkan, untuk berkata-kata dalam hikmat, untuk berkata-kata dalam pengetahuan, untuk memiliki ‘iman’, semua termasuk dalam daftar karunia yang diberikan kepada jemaat. Dan Paulus berkata bahwa karunia-karunia ini tidak diberikan kepada setiap orang. Kita harus pahami perkara ini dengan jelas.

Apakah karunia yang berupa iman ini? Rasul Paulus menjelaskannya di 1 Korintus 13:2,

Sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.

Jadi ini mengacu pada karunia iman untuk memindahkan gunung. Bukan berarti bahwa orang dengan karunia ini lalu dapat dipanggil untuk memindahkan gunung demi membangun jalan raya. Memanfaatkan Allah untuk proyek semacam ini mungkin akan menghemat banyak biaya! Di ayat ini Rasul Paulus tentu berbicara tentang gunung rohani. Kapankah karunia semacam ini dipakai? Ketika ada rintangan besar menghadang gereja, atau dalam kasus kesurupan. Salah satu makna dari memindahkan gunung rohani adalah pengusiran setan. Jadi kita dapat memindahkan gunung rohani dengan karunia iman ini. Karunia iman dapat mencakup bidang yang luas. Satu contoh lagi adalah mempercayai Allah sepenuhnya dalam pemenuhan kebutuhan finansial sebuah organisasi.

Sebagian dari anda mungkin sudah mendengar tentang George Mueller dari Bristol, Inggris, yang hidup di abad ke-19, dan mengelola sebuah panti asuhan. Saya membaca biografinya saat pertama kali mengenal Allah, dan sangat terinspirasi olehnya. Beberapa orang menanyai dia sebelum dia meninggal, “Anda selalu berdoa, tetapi berapa kali Allah menjawab doa anda?” Dia menjawab, “50,000 kali, sejauh yang dapat saya catat.” Dia berkata bahwa Allah menjawab doanya sampai 50,000 kali! Benar-benar seorang yang kudus! Inilah karunia iman. Karunia ini sungguh ajaib! Tentunya sudah terasa memadai jika iman kita diarahkan untuk memenuhi kebutuhan finansial kita pribadi, berikut kehidupan rohani kita. Memenuhi kebutuhan sebuah panti asuhan sungguh tak terbayangkan. Imannya mampu memenuhi kebutuhan finansial berbagai kelompok misionaris di banyak negara termasuk China. Allah bekerja di dalam hati banyak orang karena doanya, sehingga mereka memberi dia uang sampai sejumlah 2 atau 3 juta dolar buat penginjilan. Dua atau tiga juta dolar di abad ke-19 adalah jumlah uang yang fenomenal! Jadi, melalui imannya, dia dapat menjalankan pelayanan panti asuhan dan penginjilan. Ini adalah iman yang hebat, iman yang merupakan karunia.

Jangan mengira bahwa anda tidak memiliki karunia iman karena anda tak dapat melakukan hal yang dilakukan oleh George Mueller. Jika iman anda kecil tetapi lengkap, maka anda akan sampai pada tingkatan itu nanti. Allah akan menganugerahkan anda karunia iman bagi pemenuhan kebutuhan finansial yang besar, untuk melewati halangan dalam memberitakan Injil. Ini adalah karunia iman.

Akan tetapi, karunia iman ini bukanlah iman yang berakar di dalam Kristus yang sedang kita bahas saat ini. Kita tidak boleh mencampur-adukkan keduanya karena ada orang akan berkata, “Karena iman adalah karunia, maka semua iman harus datang dari Allah kepada kita.” Apa landasan alkitabiah untuk anda berkata seperti ini?

Ayat di Efesus 2:8 tak boleh diartikan bahwa semua iman merupakan karunia dari Allah, tetapi ayat ini seringkali dikutip:

Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah

Tanpa menyadari bagaimana bentuk bahasa Yunani dari ayat ini, banyak orang keliru menganggap bahwa pemberian Allah yang disebutkan di sini mengacu pada iman, dan saya bahkan sempat mendengar beberapa pendeta mengkhotbahkan hal ini. Pandangan ini sepenuhnya keliru, dan itu juga sebabnya mengapa saya sering menyampaikan bahwa jika anda ingin belajar melakukan eksegesis terhadap Alkitab, anda harus belajar bahasa Yunani, kalau tidak anda akan menghasilkan eksegesis yang salah dengan mengatakan bahwa iman adalah pemberian. Di ayat ini, jenis kata bagi ‘pemberian’ di dalam bahasa Yunani adalah netral, sementara jenis kata bagi ‘iman’ adalah feminin; di sisi lain, jenis kata dari ‘keselamatan’ di ayat yang sama adalah netral. Hal ini membuat jelas bahwa ungkapan ‘pemberian Allah’ mengacu pada keselamatan, yang merupakan kasih karunia dari Allah. Jadi kalimat “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman” mengacu pada keselamatan dan bukan pada iman, tetapi anda tidak akan dapat melihat rujukan ini dalam Alkitab terjemahan. Pastikan anda memahami bahwa Efesus 2:8 mengatakan bahwa Allah telah mengaruniakan pemberian berupa keselamatan bagi kita. Kita harus melandaskan pemahaman kita dengan teguh dalam Firman Allah, bukan pada penafsiran kita.

Tentu saja hal ini bukan berarti bahwa iman kita bergantung sepenuhnya pada diri kita sendiri dan tak ada kaitannya dengan initiatif Allah yang bekerja di dalam hati kita. Kitab Suci memberitahu kita bahwa iman merupakan tanggung jawab kita, tetapi kita juga tidak dapat bergantung pada diri kita sendiri. Iman adalah tanggapan hati kita kepada Roh Allah yang bekerja di dalam hati kita. Oleh karenanya, kita tidak dapat berkata, “Aku tidak dapat dipersalahkan jika aku tidak memiliki iman karena Allah tidak memberi aku iman. Anda menjadi percaya karena Allah memberi anda iman. Tidak menjadi soal apakah aku percaya atau tidak, entah aku mencari Allah dengan segenap hati atau tidak, entah aku bertumbuh atau tidak. Allahlah yang memberi iman dan pertumbuhan. Aku tidak terbebani tanggung jawab apapun.” Firman Allah berkata akan datang Hari Penghakiman. Penghakiman atas apa? Bagaimana Allah akan menghakimi saya? Manusia tidak terbebani tanggung jawab untuk percaya kepada Allah jika iman itu berasal dari Allah. Lalu mengapa kita mengadakan KKR ini? Apa yang harus saya khotbahkan? Akan sia-sia saja saya berkhotbah. Saya hanya perlu menyampaikan satu kalimat, “Kami bersyukur jika Allah mengaruniakan anda iman, dan jika tidak, selamat tinggal!” Jika anda tidak terbebani tanggung jawab, tentunya saya juga tidak. Hanya Allah yang bertanggung jawab.

Sewaktu di Swiss, saya pernah beribadah di sebuah gereja pada hari Minggu, dan saya tidak pilih-pilih gereja pada saat itu karena saya belum mengenal daerah tersebut. Saya tidak dapat mempercayai telinga saya ketika mendengar pengkhotbah di mimbar berkata, “Billy Graham dan mereka yang sepandangan dengan dia adalah bodoh, dan menyia-nyiakan waktu mereka, karena jika Allah memberi anda iman, maka anda akan percaya kepada Dia; dan jika Dia tidak memberi anda iman, maka anda tidak akan percaya kepada Dia.” Penginjil ini berkata bahwa Billy Graham bodoh karena mengundang orang untuk menanggapi Allah dengan mempercayai Yesus. Bagaimana mungkin seseorang dapat memiliki iman jika Allah belum memberi dia iman? Saya lalu membatin, “Lalu untuk apa anda berkhotbah sekarang ini? Menurut anda, manusia tidak terbebani tanggung jawab. Menurut anda, Allah akan berkata di Hari Penghakiman nanti, ‘Maaf, Aku harus membuangmu ke neraka karena Aku tidak memberimu iman.’” Jadi apa arti penghakiman dari Allah? Tak ada hal yang perlu Allah hakimi.

Kita cukup akrab dengan pemikiran semacam ini. Akan tetapi kita tidak perlu membuat Allah berdaulat sepenuhnya atas keselamatan manusia demi memuliakan Allah. Jika kita berpandangan seperti ini, kita akan berakhir dalam kesalahan yang mengerikan: membuang beban tanggung jawab manusia untuk menanggapi Allah. Tentu saja, kita harus mengakui bahwa Allahlah yang mula-mula bekerja di dalam hati kita, karena kita tidak dapat menghasilkan iman secara mandiri. Perlu dipahami bahwa inisiatif selalu berawal dari Allah, tetapi kita juga harus menanggapi pekerjaan-Nya di dalam hati kita.


3. Iman dalam arti kesetiaan

Yang ketiga adalah iman yang diartikan sebagai kesetiaan. Buah dari Roh di Galatia 5:22 adalah kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan dan pengendalian diri. Iman diartikan sebagai kesetiaan; kesetiaan kepada Allah dan kepada manusia. Iman yang ini adalah Buah dari Roh. Iman ini berasal dari karya Roh Allah yang mengubah kita, membentuk kita menurut gambar-Nya yang mulia, seperti yang nyata di dalam Kristus Yesus. Ingatlah bahwa iman ini dimaknai sebagai kesetiaan.


4. Iman tanpa kasih

FaithWithoutLoveGambaran keempat dari iman kita lihat di 1 Korintus 13:2, yakni iman yang dapat memindahkan gunung, suatu iman yang hebat tetapi tanpa kasih. Rasul Paulus berkata di sini bahwa sekalipun anda memiliki karunia iman yang dapat memindahkan gunung, tetapi jika anda tidak memiliki kasih, maka anda tidak berarti di hadapan Allah. Iman yang terpisah dari kasih adalah yang paling sia-sia. Anda jelas tidak dapat diselamatkan dengan iman semacam ini.

Kita dapat melihat contoh lain dari iman jenis ini, iman yang tidak berisi ketaatan ini, di Matius 7:21. Dapatkah orang dengan iman semacam ini diselamatkan? Apa yang dikatakan oleh Yesus di Matius 7:21-23?

“Bukan setiap orang yang berseru kepadaku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapaku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namamu, dan mengusir setan demi namamu, dan mengadakan banyak mujizat demi namamu juga? Pada waktu itulah aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”

Huh? Orang yang mampu bernubuat, mengusir setan dan mengerjakan banyak mujizat disebut sebagai pembuat kejahatan? Apakah iman anda mencukupi untuk melakukan semua hal itu? Jika seseorang tidak memiliki iman, bagaimana mungkin dia mampu mengusir setan dan melakukan berbagai mujizat di dalam nama Yesus? Akan tetapi Yesus menegaskan bahwa dia akan berkata kepada orang ini, “Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaku, kamu sekalian pembuat kejahatan.” Ini adalah teguran yang sangat keras terhadap orang yang sudah menolong orang lain. Akan tetapi Yesus menekankan pada perkara mengerjakan kehendak Bapa, Allah. Dan kita sudah berbicara tentang hal menjadikan Allah sebagai Raja atas kehidupan anda. Jika anda tidak mengutamakan Allah, jika anda tidak menjadikan Allah sebagai Raja atas kehidupan anda, anda tidak akan mau mengerjakan kehendak-Nya. Apa yang akan terjadi jika anda mengerjakan kehendak-Nya? Yang jelas anda pasti akan memiliki kasih, buah dari Roh Allah. Jika anda tidak memiliki kasih, itu menunjukkan bahwa Allah bukan Raja atas kehidupan anda. Jadi, sangatlah mudah untuk menilai kondisi rohani seseorang dari buahnya.


5. Iman temporer

Mari kita masuk ke dalam jenis ‘iman’ yang kelima. Anda dapat melihat sekarang betapa banyak jenis iman yang dibicarakan di dalam Alkitab. Jenis yang kelima ini bersifat sementara, iman temporer. Iman yang temporer ini adalah iman yang murni tetapi tidak mampu bertahan lama. Dan di manakah jenis iman ini dibicarakan? Pembahasannya ada di Perumpamaan tentang Penabur Benih yang tercatat di Injil Matius, Markus dan Lukas. Di Lukas 8:13 tertulis:

Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka itu tidak berakar, mereka percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad.

Perhatikan bahwa Yesus mengakui bahwa mereka memang beriman, tetapi hanya sementara saja; ini adalah iman yang temporer. Ini bukan berarti bahwa Firman Allah tidak diterima dengan sepenuh hati karena ketiga Injil Sinoptik menyatakan, “setelah mendengar firman itu, menerimanya dengan gembira.” Sayangnya, “mereka itu tidak berakar.” Jenis iman yang temporer ini tidak cukup kuat untuk bertahan sehingga, “dalam masa pencobaan mereka murtad.” Jadi, jenis iman yang kelima ini menggambarkan tentang iman yang asli tetapi hanya bersifat sementara, ia tidak berakar. Akarnya tidak dapat bertumbuh kuat. Entah disebabkan oleh bebatuan yang terdapat di dalam tanah itu atau karena adanya semak duri yang menggambarkan kekuatiran dan kenyamanan hidup.

Saya sangat waspada dengan orang yang gemar menghakimi iman orang lain. Saya tidak berani memandang apakah iman seseorang itu asli atau palsu, kurang (少) atau kecil (小) justru karena uraian dari perumpamaan di Lukas 8:13 ini. Saya tidak bertanggung jawab dan juga tidak memenuhi syarat untuk menilai iman anda, entah iman anda bersifat sementara atau termasuk yang tahan lama, Firman Allah yang akan menghakiminya. Saat seseorang menjadi murtad, apakah itu berarti bahwa imannya tidak asli? Saya sering mendengar orang di gereja mengatakan bahwa orang ini atau orang itu menjadi murtad karena tidak memiliki iman yang sejati dari awalnya. Pernyataan ini tidak alkitabiah. Apa landasan alkitabiah bagi mereka untuk mengatakan hal ini? Demikianlah, sekalipun seseorang menjadi murtad, saya tidak berani mengatakan bahwa imannya tidak murni. Saya kenal beberapa orang yang sudah murtad, tetapi iman mereka jauh lebih kuat dari saya pada waktu mereka belum dijatuhkan oleh tekanan, aniaya atau godaan. Luka 8:13 jelas menyatakan kepada kita bahwa seseorang dapat saja “menerima Firman dengan sukacita.” Sekalipun kita katakan bahwa imannya dangkal, iman yang dangkal tidak dapat diartikan sebagai iman yang tidak asli ketika dia menerima Firman Allah dengan sukacita. Kita hanya dapat mengatakan bahwa imannya tidak tahan lama.

temporary faithMengapa ada iman yang tidak tahan lama? Yesus tidak mengatakan bahwa iman jenis ini palsu, tetapi dia memberi dua penjelasan mengenai sumber masalahnya. Yang pertama adalah kondisi hati yang berbatu-batu, jadi Firman Allah tidak diberi kesempatan untuk menumbuhkan akar yang dalam. Tanah yang berbatu-batu adalah gambaran tentang orang yang keras hati, keras kepala. Dan apakah arti dari ungkapan ‘keras hati’ atau ‘keras kepala’? Ia menggambarkan iman yang hanya mau taat sampai pada titik tertentu saja; iman yang hanya mau taat sebagian saja, dan tentu saja iman semacam ini sangat berbahaya. Iman jenis ini tergolong yang kurang lengkap; sekalipun ia tergolong asli, tetapi ia tidak lengkap. Jadi kita tidak dapat menghakimi orang dan berkata bahwa imannya tidak lengkap karena palsu, karena iman yang dia miliki ternyata asli, bukankah demikian? Dan imannya dikatakan ‘tidak lengkap’, ‘kurang’, karena ada bagian penting dari iman yang tidak dia miliki.

Saya kuatir banyak orang Kristen yang memiliki iman jenis ini; hati mereka kekurangan unsur yang penting. Oleh karenanya izinkanlah Firman Allah menyelidiki hati anda untuk melihat bagian mana yang keras atau bebal. Lapisan atasnya terlihat bagus, dan Firman Allah bertumbuh dengan cepat di sana, jadi orang Kristen semacam ini akan terlihat bertumbuh dengan cepat secara rohani, tetapi hanya sampai pada titik tertentu, karena jika melewati titik tersebut dia akan menolak Firman Allah. Dia akan berkata, “Aku mau menaati Firman Allah hanya sampai pada titik ini, tapi aku tidak mau melangkah terlalu jauh dan menjadi ‘ekstrim’. Aku hanya mau menjadi moderat, orang Kristen yang seimbang, bukan yang ekstrim.” Bagi orang-orang semacam ini, menjadi orang Krsiten yang ‘berimbang’ berarti anda harus percaya pada Firman Allah tetapi anda tidak perlu menaati semuanya. Hati jenis ini mematok batas di mana Firman Allah tidak boleh bertumbuh melewatinya.

Alasan lain bagi iman yang tidak tahan lama adalah adanya semak belukar di sana. Dan apakah arti dari semak duri? Semak duri melambangkan kepentingan duniawi. Dari mana kepentingan ini muncul? Dari hasrat untuk menikmati kesenangan duniawi. Jika anda berhasrat untuk menikmati kesenangan hidup, maka anda akan memiliki kepentingan dan kekuatiran, karena anda akan membutuhkan uang untuk dapat menikmati kesenangan duniawi. Saat sebuah mobil yang bagus melintas, anda menginginkannya karena mobil tua anda sudah tidak nyaman dan tidak memiliki AC, dan anda akan membutuhkan uang untuk membeli mobil sebagus itu. Saat anda ingin menikmati makanan lezat, maka anda akan membutuhkan uang, dan hasrat mendapat uang lebih akan menumbuhkan keserakahan dan kekuatiran. Dari mana anda akan mendapat uang lebih? Anda mungkin harus bekerja lebih lama atau mengejar jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Demikianlah, kenikmatan hidup akan selalu ada dan pikiran kita dapat dijerat olehnya. Secara berangsur-angsur – jadi tidak dengan mendadak – semak duri akan bertumbuh dan mencekik iman kita sampai mati. Pernahkah anda mengalaminya? Apakah anda mengenal orang yang mengalami hal seperti ini? Saya mengenal banyak saudara-saudari seiman yang imannya tercekik oleh kepentingan duniawi. Iman mereka mati.

Pelajaran apa yang kita dapatkan dari sini? Apa arti dari batu-batu itu? Di dalam Kitab Suci, kita dapati ungkapan keras hati atau tegar tengkuk sering dipakai di sana. Iman jenis ini, dengan kata lain, adalah jenis iman yang tidak mengijinkan Firman Allah untuk masuk jauh ke dalam hidup kita. Ia terhambat oleh kerasnya hati kita pada titik-titik tertentu. Kekerasan hati berarti ketidaktaatan atau pemberontakan terhadap Allah. Hati yang mengeras adalah hati yang memberontak kepada Allah. Di sini kita dapat melihat hubungan antara iman dengan ketaatan. Iman yang kita temukan di sini adalah jenis yang hanya taat separuh saja, berkomitmen separuh hati, ia bersedia melangkah sampai jarak tertentu dan tidak mau melanjutkan sampai ke tujuan akhir.

Semak duri yang melambangkan kekuatiran dan kenikmatan dunia adalah penyebab lain dari kematian akar iman. Mengapa ada yang tercekik oleh semak duri sementara yang lain tidak? Karena benih semak duri itu sudah ada di lahan tersebut. Mereka dibiarkan bertumbuh bersama dengan benih tanaman utama dan akhirnya justru mencekik mati tanaman utama. Sekali lagi hal ini menunjukkan tidak adanya niat untuk berpaling sepenuhnya dari cara hidup yang lama. Masalah yang terkait dengan iman yang temporer adalah karena ini merupakan iman yang parsial. Dan iman jenis ini tidak akan dapat berakar di dalam Kristus. Iman jenis ini tidak mencari Allah dengan segenap hati, dan oleh karenanya, iman semacam ini tidak menemukan Allah.


6. Iman yang sia-sia

Mari kita lanjutkan dengan jenis ‘iman’ yang keenam di dalam Alkitab. Kita bisa baca jenis iman yang keenam ini di 1 Korintus 15:1-2.

Dan sekarang, saudara-saudara, aku mau mengingatkan kamu kepada Injil yang aku beritakan kepadamu dan yang kamu terima, dan yang di dalamnya kamu teguh berdiri. Oleh Injil itu kamu diselamatkan, asal kamu teguh berpegang padanya, seperti yang telah kuberitakan kepadamu kecuali kalau kamu telah sia-sia saja menjadi percaya.

“Kamu telah sia-sia saja menjadi percaya”! Ini adalah ucapan dari rasul Paulus, bukan ucapan saya. Apa arti kalimat ini? Kata yang diterjemahkan sebagai ‘sia-sia’ adalah kata yang memiliki makna ceroboh, tanpa perhitungan, tanpa pertimbangan. Orang-orang yang memiliki iman yang sia-sia ini ternyata adalah orang-orang yang sudah percaya. Paulus tidak mengatakan bahwa mereka tidak benar-benar percaya. Mereka mempercayai tanpa pertimbangan yang matang. Mereka langsung percaya tanpa memperhitungkan ongkosnya, tanpa niat untuk meninggalkan cara hidup lama sepenuhnya. Iman yang sia-sia adalah iman yang tidak sepenuhnya mau menaati Firman Allah. Ia memiliki kehendak sendiri; ia ingin mengambil jalannya sendiri; ia ingin melayani Allah dan juga harta benda. Yesus berkata di Matius 6:24, “Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.” Namun orang Kristen jenis ini berpikir, “Aku dapat melayani Allah dan Mamon. Aku tidak perlu menaati Firman Allah sepenuhnya.” Saya juga sempat bertemu orang Kristen yang berkata, “Kita harus lebih giat melayani Mamon karena kita baru bisa melayani Allah dengan cara melayani Mamon.” Saya tidak dapat mempercayai telinga saya! Ketika saya tanyakan alasannya, dia berkata, “Gereja selalu memerlukan uang. Setiap kali anda ingin membangun gereja, anda perlu uang. Setiap kali saya pergi ke gereja, saya melihat betapa pentignya Mamon karena melihat laporan di dinding yang menyebutkan jumlah uang yang sudah terkumpul dan berapa lagi yang masih dibutuhkan. Oleh karenanya saya memutuskan bahwa saya akan melayani Allah dengan cara melayani Mamon.” Saya kira dia sedang bercanda, ternyata tidak. Dia memiliki ambisi yang sangat khusus dan saya belum pernah mendengar penalaran semacam ini. Alkitab mana yang dia pelajari? Tampaknya Alkitab saya berbeda dengan yang dia baca. Jadi, menurut logikanya: Aku harus menghasilkan lebih banyak uang untuk dapat memenuhi kebutuhan finansial gereja. Pada awalnya, dia terlihat seperti benar. Dan memang, coba lihat betapa gereja memerlukan uang untuk berbagai macam pelayanan dan pembangunan. Apakah uang begitu diperlukan? Kita tidak mempraktekkan apa yang kita khotbahkan, akibatnya kehidupan kita tidak sejalan dengan Firman Allah. Tampaknya kita memerlukan Firman Allah untuk menguji cara hidup kita.

Saya memiliki seorang teman yang kaya raya di Hong Kong. Kami dulu adalah teman sekelas di London. Akan tetapi dia menjalani kehidupan dengan cara sederhana, dan teman-temannya akan mengira bahwa dia miskin. Dia mencari saya sekitar lima tahun yang lalu, saat itu saya sedang di Hong Kong. Dia senang bercakap-cakap dengan saya, dan saya tidak tahu mengapa. Saya selalu membicarakan tentang persoalan rohaninya jika sedang berbicara dengannya, dan hal ini membuatnya sangat tidak nyaman. Akan tetapi, dia tetap saja mengundang saya makan siang di tempat yang mahal. Saya tidak membutuhkan makan siang semahal itu. Bagi saya, makan siang seharga dua atau tiga dolar berupa semangkuk mie sudah sangat lezat. Dan selanjutnya saya membuat dia merasa tidak nyaman setelah acara makan siang di restoran yang mewah tersebut. Dia ingin tahu berapa penghasilan saya sebagai seorang pastor di Kanada. Saya menjawab, “Kita tidak perlu membahas hal ini.” Saat dia melihat bahwa tak ada jalan untuk mencari tahu tentang hal itu, dia menanyakan apakah saya membutuhkan gedung gereja yang baru. Dia berkata, “Aku punya banyak uang dan tidak tahu mau berbuat apa dengan uangku itu. Aku harus membayar pajak atas bunga tabunganku, jadi mungkin lebih baik uang itu dipakai untuk hal lain. Aku ingin memberimu sebuah gedung gereja yang baru karena aku berencana untuk menyumbang uang sejumlah satu juta dolar Hong Kong buatmu.” Saya menjawab, “Aku tidak memerlukannya.” Lalu dia menyahut, “Baiklah, bagaimana kalau kuberi uang saja dan silakan kau pakai untuk membangunnya.” Saya menolaknya karena saya tahu bahwa hasilnya tidak akan baik buat dia jika saya menerima uangnya. Sekalipun dia mengaku percaya, imannya mungkin akan menjadi sia-sia karena dia akan merasa bahwa dia telah melakukan hal yang penting buat Allah, sesuatu yang dapat dia banggakan. Saat saya tolak tawarannya, dia lalu berkata, “Baiklah, mungkin akan berguna jika kusumbangkan kepada sebuah uiniversitas di China.” Saya menjawab, “Silakan. Mereka dapat memakainya untuk membangun perpustakaan. Dan jangan lupa menyuruh mereka untuk menaruh plakat besar bertuliskan namamu di sana, jika tidak maka engkau sudah menymbangkan uangmu tanpa mendapatkan hasil apapun.” Sekarang anda dapat memahami mengapa saya katakan bahwa saya selalu membuatnya merasa tidak nyaman.

God and mammonApakah perbedaan antara iman yang sia-sia dengan iman yang temporer? Iman yang sia-sia bersifat duniawi: iman jenis ini ingin melayani Allah di satu sisi, dan tetap mengasihi dunia di sisi lain. Tak akan ada orang yang menganiaya anda jika anda adalah seorang Kristen yang duniawi. Siapa yang akan menganiaya anda jika anda gemar memberikan uang kemana-mana? Dunia tidak akan menganiaya anda. Orang dengan iman yang temporer akan mengalami aniaya atau godaan oleh dunia sampai akhirnya dia berpaling sepenuhnya dari Allah. Namun dunia tidak akan menganiaya orang dengan iman yang sia-sia karena sejak awal dia terus mengasihi dunia; dia hanya berbeda kartu identitas dengan orang dunia. Saya sampaikan kepada anda semua, para saudara-saudari – dan jauh di dalam lubuk hati anda, anda tahu bahwa hal ini benar – banyak orang Kristen yang memiliki mentalitas, ucapan dan perilaku yang persis sama dengan orang dunia, yang berbeda hanya bahwa mereka mempercayai Allah sampai pada tingkatan tertentu. Mereka sudah sejak lama menyerah kepada dunia untuk menjadi orang “Kristen duniawi”. Dan dengan demikian, iman mereka tidak termasuk yang temporer karena mereka tidak akan dianiaya, dan mereka juga tidak mengalami kemurtadan.

Kawan saya ini juga seorang “Kristen”, dan anda tidak perlu bertanya seperti apa kehidupannya. Dia bertengkar dengan istrinya dan istrinya meninggalkan dia. Dia tidak ingin istrinya pergi, jadi kawan saya ini menahan paspornya dan tidak memberinya uang. Akan tetapi istrinya memang sudah bertekad untuk pergi dan langsung pergi begitu saja, tanpa paspor dan uang. Jadi anda dapat membayangkan orang seperti apa kawan saya ini – tidak ada orang yang betah bersama dia; sangat egois. Jarang dia mendapat teman bicara yang cocok; tetapi ada beberapa orang yang dia segani, dan saya termasuk di antara mereka. Saya tidak berminat untuk memberitahu dia alamat saya, tetapi dia sendiri yang mencari tahu tentang keberadaan saya. Saya tak pernah memberitahu dia tentang kedatangan saya jika saya sedang berkunjung ke Hong Kong, tetapi entah bagaimana dia selalu tahu tentang kunjungan saya. Saya juga tidak pernah memberitahu dia nomor telepon atau alamat saya, tetapi dia dapat mengetahuinya dan segera mengundang saya untuk acara makan di luar. Dia bisa mencari tahu nomor telepon saya dan segera menelepon dan berkata, “Saya mendapatkan nomor teleponmu dari perusahaan telepon dan saya tahu kalau kamu tinggal di distrik ini. Saya menelepon dari restoran di dekat tempatmu.” Dan saat saya melihat ke luar jendela, dia ada di restoran tersebut. Lalu saya berjalan ke restoran itu untuk menemuinya. Dia orang yang sepenuhnya duniawi, hanya berbicara tentang sukses dari bisnisnya, strategi bisnisnya, dan sebagainya. Saat saya berkata, “Saya tidak berminat dengan semua itu. Mari kita bahas kehidupanmu.” Dia menjawab dengan helaan nafas, “Lebih baik tidak usah kita bahas itu.” Saya kuatir kalau imannya tergolong yang sia-sia.

Paulus membuat perbedaan antara iman yang keenam ini dengan yang sebelumnya. Iman yang kelima bersifat temporer. Ia akan hilang dalam jangka waktu tertentu. Akan tetapi iman yang sia-sia dapat berlangsung tanpa terdeteksi di sepanjang hidup seseorang. Ia mungkin tak terdeteksi karena orang yang bersangkutan memiliki penampilan sebagai seorang Krsiten yang taat tetapi tidak memiliki akar yang merupakan bagian vital bagi persekutuan yang konstan dengan Tuhan.


7. Iman yang palsu

Kita akan melanjutkan dengan ‘iman’ jenis yang ketujuh di 2 Timotius 3:8, jenis yang lebih mengerikan.

Sama seperti Yanes dan Yambres menentang Musa, demikian juga mereka menentang kebenaran. Akal mereka bobrok dan iman mereka tidak tahan uji.

Orang-orang ini memiliki iman tetapi iman mereka tidak tahan menghadapi ujian Allah. Pikiran mereka sudah cemar, sehingga mereka bahkan menentang kebenaran sambil mengaku memiliki iman. Iman jenis ini berbeda dengan iman yang sia-sia karena ia bukan sekedar mengasihi dunia tetapi juga dikuasai oleh berbagai nafsu. Oleh karenanya, orang-orang semacam ini bukan saja tidak berbuah tetapi juga tidak memberi manfaat bagi jemaat. Yang lebih mengerikan lagi, mereka tidak takut akan apapun dan berani menentang kebenaran dengan alasan keadilan. Mereka seperti Yanes dan Yambres yang menentang Musa secara terbuka. Sekalipun iman mereka tidak tahan ujian dari Allah, mereka berani menentang kebenaran. Tidak banyak orang semacam ini di dalam gereja; biasanya mereka membentuk sekte sendiri. Bukan berarti bahwa mereka meyakini dogma yang salah, tetapi persoalan mereka berawal dari pikiran yang cemar, yang memutarbalikkan kebenaran. Iman jenis ini benar-benar mengerikan.

Seberapa gawat iman jenis ini? Mereka memiliki penampilan sebagai orang yang religius tetapi mereka menyangkal kuasanya, hal yang dapat kita lihat dalam beberapa ayat sebelumnya, yakni di ayat 5, “Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu!” Orang-orang semacam ini harus dijauhi. Akan tetapi bagaimana menghindari orang-orang ini tanpa dapat mendeteksi mereka? Dapatkah anda memberitahu caranya? Dapatkah anda membedakan antara iman yang asli dan yang palsu? Tidak akan bisa tanpa memiliki iman yang sejati. Hanya dengan memiliki iman yang asli anda dapat mengenali mana iman yang asli dan yang palsu. Mereka adalah orang-orang yang tidak mengalami perubahan di dalam batin. Mereka adalah serigala berbulu domba.


8. Iman yang demonik

Kita lanjutkan ke jenis iman yang kedelapan yang diajarkan oleh Kitab Suci, yang contoh uraiannya ada di Yakobus 2:19. Dan jenis yang kedelapan ini bahkan lebih mengerikan lagi.

Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.

Mempercayai bahwa hanya ada satu Allah memang benar. Bahkan setan-setanpun percaya akan hal ini dan mereka gemetar, karena mereka tidak bersedia menaati Allah. Ini adalah jenis iman yang dimiliki setan-setan. Rasul Yakobus berkata bahwa ada sebagian orang Kristen yang imannya seperti iman para setan, percaya kepada Allah tetapi  melakukan hal yang berlawanan dengan kehendak Allah. Mereka tahu akan hal-hal yang benar tetapi kehidupan mereka tidak sejalan dengan kebenaran tersebut. Ini adalah jenis iman dari orang yang tidak taat tetapi tetap percaya pada Allah.


9. Iman sejati

Setelah memahami berbagai jenis iman tersebut, kita melihat betapa gawatnya bahaya yang dihadapi sehingga kita harus memiliki iman yang berakar kuat, dan di sisi lain perkara memiliki iman yang berakar kuat juga harus dilandasi pemahaman yang sangat jelas mengenai makna iman. Iman jenis apakah yang kita miliki? Yesus berkata di dalam Lukas 18:8,

Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah ia mendapati iman di bumi?

Jika Anak Manusia itu datang, adakah ia mendapati iman, jenis iman yang sejati, di bumi? Di dalam bahasa Yunani, Lukas 18:8 berisi kata sandang yang menekankan bahwa di bumi akan terdapat berbagai macam iman. Dan pertanyaan yang diajukan oleh Yesus bermakna, jika dia datang kembali, akankah dia menemukan iman yang sejati?

Bahaya dari penyesatan, yakni bahwa jenis iman yang ‘sia-sia’ bukanlah jenis iman ‘yang palsu’. Salah satu bahaya terbesar dari semua ini adalah bahwa kita mudah beranggapan bahwa iman yang kita miliki pasti merupakan iman yang sejati. Sekali lagi, bahaya terbesar dari perjalanan kita mencari Allah  adalah bahaya menipu diri sendiri. Kita cenderung mudah menganggap bahwa iman kita bukan dari jenis yang sia-sia, palsu atau temporer. Kita memandang iman kita sebagai yang sejati. Masalahnya adalah hanya dalam kasus iman yang palsu perkara kemurnian dari iman itu dipersoalkan, dalam kasus-kasus yang lain kemurnian iman tersebut tidak dipersoalkan. Saya harap anda memperhatikan baik-baik masalah ini. Umpamanya, kita sudah lihat di 1 Korintus 15:2 Paulus menyebutkan tentang iman yang ‘sia-sia’. Dia sama sekali tidak menyebutkan bahwa iman tersebut tidak asli. Ini adalah kejutan yang harus kita camkan baik-baik.

Lalu iman jenis apakah yang berakar di dalam Allah dan mencari Dia serta berhasil menemukan Dia? Iman yang kesembilan ini dibahas di banyak tempat di dalam Kitab Suci, dan kita hanya akan membahas beberapa rujukannya.

Di 2 Timotius 1:13 terdapat kalimat,

“Peganglah segala sesuatu yang telah engkau dengar dari padaku sebagai contoh ajaran yang sehat dan lakukanlah itu dalam iman dan kasih dalam Kristus Yesus.”

Iman yang sejati – sebagaimana yang sudah kita lihat dalam konteks yang lain – adalah iman yang bekerja oleh kasih (Gal.5:6). Dan kita temukan uraian lebih lanjut mengenai hal ini di 2 Timotius 2:22,

“Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan (iman), kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni.”

2 Timotius 3:10, “Tetapi engkau telah mengikuti ajaranku, cara hidupku, pendirianku, imanku, kesabaranku, kasihku dan ketekunanku.” Di dalam semua ayat-ayat ini, kita menemukan kombinasi yang konstan dari iman dan kasih. Hal itu juga disebutkan di Galatia 5:6. Inilah makna yang dimaksudkan di dalam surat 1 Yohanes – iman yang tidak mengasihi bukanlah iman yang taat. Kita dapat melihat hal ini di 1 Yohanes 3:23.

Dan inilah perintah-Nya itu: supaya kita percaya akan nama Yesus Kristus, Anak-Nya, dan supaya kita saling mengasihi sesuai dengan perintah yang diberikan Kristus kepada kita.

Kasih di dalam ayat ini merupakan perintah dan ayat ini membawa kita ke inti dari pokok perkaranya. Mari kita lihat juga ayat 16 dari perikop ini.

Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa ia telah menyerahkan nyawanya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita.

Demikianlah, di sini kita melihat bahwa hanya ada satu jenis iman yang dapat berakar di dalam Allah. Jenis ini adalah iman yang mengasihi, iman yang taat dan taat sampai pada titik rela mengorbankan nyawa bagi para saudara seiman. Paulus berulangkali menekankan hubungan antara iman dan ketaatan sama seperti Yohanes. Mari kita baca Roma 1:5:

Melalui dia kami telah menerima anugerah dan kerasulan supaya ada ketaatan iman demi namanya di antara segala bangsa… (ILT)

Kita sudah melihat bahwa iman yang demonik percaya akan Allah Yang Esa; iman ini meyakini bahwa Yesus telah mati bagi kita; iman ini percaya bahwa kita diselamatkan oleh kasih karunia oleh darah Kristus Yesus. Setan-setan tahu akan hal ini akan tetapi mereka tidak taat. Dibandingkan dengan hal itu, maka iman jenis yang kesembilan ini adalah iman yang taat sepenuhnya.

Ketaatan yang separuh hati bukanlah ketaatan di mata Allah dan juga di dalam ajaran Kitab Suci. Kita dapat melihat hal ini dari 1 Samuel 15. Di bagian ini Raja Saul menerima perintah untuk menjalankan kehendak Allah akan tetapi dia hanya menjalankan separuhnya. Kemudian di ayat 20 dia berkata, “Aku memang mendengarkan suara TUHAN dan mengikuti jalan yang telah disuruh TUHAN kepadaku.” Akan tetapi Samuel menjawab, “Kamu tidak menaati Allah karena kamu hanya menjalankan separuh perintah-Nya.” Di ayat 23 Samuel melanjutkan, “Sebab pendurhakaan adalah sama seperti dosa bertenung dan kedegilan adalah sama seperti menyembah berhala dan terafim. Karena engkau telah menolak firman TUHAN, maka Ia telah menolak engkau sebagai raja.” Demikianlah, iman yang sejati adalah iman yang taat sepenuhnya.

Apakah makna ‘ketaatan iman’ di Roma 1:5? Maknanya adalah iman yang bercirikan ketaatan. Ia menyebutkan hal yang sama di akhir surat di Roma 16:26 ketika dia berbicara tentang rahasia yang “sekarang telah dinyatakan dan yang menurut perintah Allah yang abadi, telah diberitakan oleh kitab-kitab para nabi kepada segala bangsa untuk membimbing mereka kepada ketaatan iman.”

Apakah hal yang harus kita taati? Pokok ini membawa kita kembali pada masalah kasih. Perintah apakah yang paling utama? Mengasihi Allah dengan segenap hati dan mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri. Untuk dapat menjalankan perintah ini maka kita harus mengasihi secara total. Seberapa besar kasih kita? Kita harus mengasihi sesuai dengan yang diajarkan di 1 Yohanes 3:16. Kita sudah sangat akrab dengan Yohanes 3:16, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal.” Akan tetapi tidak banyak yang akrab dengan 1 Yohanes 3:16 yang berbunyi sebagai berikut:

Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa ia telah menyerahkan nyawanya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita.

Kita harus mengasihi sama seperti Allah telah mengasihi kita, melalui teladan Yesus yang telah mati dan menyerahkan nyawanya bagi kita tanpa pamrih. Kita harus mengasihi saudara-saudari seiman sampai pada titik mengorbankan nyawa bagi mereka. Ini hal yang luar biasa!

Inilah sembilan jenis iman yang diajarkan dalam Perjanjian Baru. Iman jenis apakah yang anda miliki? Kiranya Allah berkenan menguji hati kita.

 

Berikan Komentar Anda: