Pastor Eric Chang | Keselamatan (9) |

PENTINGNYA “KETEGUHAN” BAGI KESELAMATAN

Kita lanjutkan pembahasan kita tentang ajaran Yesus yang berkaitan dengan keselamatan. Kita akan mempelajari secara khusus satu hal yang sangat penting, yaitu sebuah kata yang disebut perserverance (keteguhan). Anda mungkin belum pernah mendengar khotbah mengenai keteguhan di sepanjang hidup anda, tak soal sudah berapa lama anda menjadi seorang Kristen. Saya cukup yakin untuk mengatakan bahwa sekalipun anda telah menjadi seorang Kristen sampai selama 50 tahun, kemungkinan besar anda belum pernah mendengar khotbah mengenai keteguhan, khususnya keteguhan dalam kaitannya dengan keselamatan, dan mengenai betapa pentingnya keteguhan ini bagi keselamatan.

Saya akan memulai dan juga nanti akan mengakhiri pembahasan di Kolose 1:21-23. Ayat-ayat ini berkenaan dengan keselamatan, dan ketiganya merupakan ayat-ayat yang sangat berharga. Di sini, rasul Paulus mengatakan:

21  Juga kamu, yang dahulu terasing dan musuh dalam pikiran, dalam perbuatan-perbuatan jahat, namun sekarang, dia telah memperdamaikan
22  dalam tubuh jasmaninya melalui kematian, untuk menampilkan kamu kudus dan tiada cela bahkan tanpa cacat di hadapan-Nya,
23  jika sungguh kamu bertekun dalam iman, dengan dikukuhkan dan teguh serta tidak tergeserkan dari pengharapan injil yang telah kamu dengar, yang telah diberitakan ke seluruh ciptaan di kolong langit, yang olehnya aku, Paulus, sang pelayan, telah dijadikan.

Ayat 23 memakai kata provided. Kata ini berarti “dengan syarat, asalkan, jika sungguh”. Ini berarti, ada persyaratan yang dinyatakan di sana. Dia akan mengerjakan semua itu asalkan anda memenuhi beberapa hal yang menjadi tanggung jawab anda.


EMPAT UNGKAPAN UNTUK MENYATAKAN “KETEGUHAN”

1) BERTEKUN DALAM IMAN

Perhatikan kata-kata tersebut. Paulus memakai empat ungkapan yang berbeda untuk menyatakan ide keteguhan. Di ayat 23, ungkapan pertama yang dia gunakan ialah kata ‘bertekun’—bertekun dalam iman. Jika anda ingin diselamatkan, anda harus bertekun dalam iman. Bukan sekedar satu tindakan iman pada masa lalu, melainkan bertekun terus dalam iman. Kata yang diterjemahkan dengan ‘bertekun’ ini, dalam bahasa Yunaninya, muncul di Roma 11:22. Saya akan bacakan ayat tersebut buat anda, karena mungkin akan menjadi suatu kejutan bagi mereka yang selama ini membacanya dengan tidak cermat.

Oleh karena itu, perhatikanlah kebaikan dan kekerasan Allah; kekerasan kepada mereka yang telah jatuh, tetapi kebaikan-Nya kepada kamu jika kamu tetap tinggal di dalam kebaikan-Nya. Jika tidak, kamu juga akan dipotong.

Jika anda tidak tetap atau bertekun, apa yang akan terjadi? Jika anda tidak tetap atau bertekun, “kamu  juga akan dipotong“. Ini ucapan dari rasul Paulus — rasul iman yang besar. Dia adalah orang yang berbicara tentang pembenaran oleh iman dan dia juga yang berkata, “Jangan kamu berpikir bahwa kamu akan diselamatkan hanya dengan satu tindakan iman. Kamu harus tetap tinggal di dalam iman dan dalam kebaikan-Nya. Jika tidak, kamupun akan dipotong juga.” Ini merupakan ucapan dari Kitab Suci, bukan dari saya. Rasul Pauluslah yang menyampaikan hal itu. Saya hanya sekedar mengutipkan kata-katanya kepada anda.

Paulus memakai kata ‘bertekun’ yang sama dalam bahasa Yunani di 1 Timotious 4:.

Perhatikan dengan sungguh-sungguh bagaimana kamu hidup dan apa yang kamu ajarkan. Bertekunlah di dalamnya karena dengan berbuat demikian kamu akan menyelamatkan, baik dirimu sendiri maupun mereka yang mendengar ajaranmu.

Saya menyajikan rujukan-rujukan kepada anda dan saya harap anda menelitinya karena iman anda harus didasarkan pada Firman Allah dan bukan pada ucapan saya. Apakah yang dikatakan oleh Paulus di 1 Timotius 4:16 ini? Inilah yang dia sampaikan, “Perhatikan dengan sungguh-sungguh bagaimana kamu hidup,” demikian katanya kepada Timotius, “dan apa yang kamu ajarkan. Bertekunlah di dalamnya…” Kata ‘bertekun’ tersebut pada dasarnya adalah kata yang sama dengan yang terdapat di Kolose 1:23. Mengapa harus bertekun? “…karena dengan berbuat demikian kamu akan menyelamatkan, baik dirimu sendiri maupun mereka yang mendengar ajaranmu.” Dengan cara apakah anda akan menyelamatkan diri anda dan mereka yang mendengar anda? “Anda akan diselamatkan asalkan anda bertekun dalam iman.”


2) KUKUH

Kata yang kedua adalah ‘kukuh’ atau ‘stabil’. Kata ‘kukuh’ adalah terjemahan dari kata Yunani yang bermakna ‘dibangun atas dasar yang kokoh’. Kata Yunani yang sama ini dipakai di Matius 7:25, di mana Yesus berbicara tentang orang bijak yang membangun rumahnya di atas batu karang.


3) TEGUH

Lalu, kata yang ketiga adalah ‘teguh’. Kata ini menerjemahkan kata Yunani yang bermakna ‘kokoh’ (firm) atau ‘tetap’ (settled).


4) TIDAK TERGESERKAN

Kata keempat yang digunakan di sini ialah ‘tidak tergeserkan’. Paulus memakai bentuk yang sedikit berbeda dari kata ini di 1 Korintus 15:58,

Jadi, Saudara-saudaraku seiman yang kekasih, berdirilah kuat, jangan goyah, melimpahlah selalu dalam pekerjaan Tuhan. Sebab, kamu tahu bahwa jerih lelahmu tidak sia-sia di dalam Tuhan.

Kata ‘jangan goyah’ adalah kata yang serupa dengan kata yang terdapat di Kolose 1:23.


BERTAHAN SAMPAI AKHIR

Injil yang diberitakan di zaman sekarang ini menempatkan penekanannya pada tindakan percaya di titik awal. Tindakan pertama—atau keputusan awal—itulah yang menjadi segala-galanya. Setelah anda membuat keputusan tersebut, setelah anda diselamatkan, maka anda akan tetap selamat. Demikianlah, yang paling diutamakan adalah keputusan mula-mula tersebut. Apa yang terjadi selanjutnya tidak dipandang penting lagi bagi keselamatan. Mungkin penting buat pertumbuhan; mungkin penting untuk memperoleh kualitas kehidupan rohani yang lebih baik; tetapi bagi keselamatan, hal itu sudah tidak penting lagi. Yang penting ialah tindakan awal, atau keputusan awal. Saya sampaikan sejujurnya kepada anda, faham ini jelas tidak alkitabiah. Saya ingin sampaikan kepada anda, berdasarkan Firman Allah dan juga kewenangannya bahwa ajaran semacam ini sama sekali tidak benar. Sejak awal, Paulus telah menegaskan di Kolose pasal 1 bahwa anda tidak diselamatkan oleh satu tindakan iman di tahap awal. Anda akan diselamatkan jika anda, dan hanya jika anda, bertekun dalam iman sampai pada akhirnya. Yang terjadi di zaman sekarang ini adalah, dengan menekankan pada tindakan di tahap awal ini, pada satu tindakan ini saja, orang telah membengkokkan sepenuhnya gambaran dari keselamatan, membengkokkan kebenaran tentang keselamatan sebagaimana yang diajarkan oleh Kitab Suci. Pembengkokkan ini merupakan hal yang sangat serius karena kebenaran tidak lagi dikenali sebagaimana adanya.

Saya rasa anda tahu apa arti pembengkokkan itu. Beberapa dari anda mungkin pernah masuk ke gedung-gedung beraula besar yang berisi berbagai macam cermin yang bentuknya aneh-aneh. Mungkin anda ialah orang yang berpenampilan menarik, tetapi ketika anda berdiri di depan cermin semacam itu, apakah yang anda lihat? Anda terlihat seperti sosis di cermin tersebut! Cermin itu telah membengkokkan wujud anda. Anda berkata, “Cermin tidak pernah berbohong! Cermin hanya memantulkan apa yang dilihatnya. Cermin tidak menciptakan sesuatu yang baru. Ia hanya memantulkan apa yang ada di hadapannya.” Jika cermin sekedar memantulkan apa yang ada di hadapannya, lalu mengapa anda tidak terlihat sebagaimana seharusnya? Ini karena cermin tersebut memiliki lengkungan yang membuatnya membengkokkan gambar yang ditampilkannya. Demikianlah, untuk sesaat, anda terlihat seperti sosis, dan pada saat berikutnya, anda terlihat seperti kue serabi! Jika seseorang memotret anda dengan memakai cermin yang membengkokkan gambar ini, dan ia kemudian bertanya kepada orang lain, “Adakah yang bisa mengenali siapa orang yang wajahnya terlihat di cermin ini?” Tentu saja, tak akan ada orang yang bisa mengenalinya karena kebenaran telah dibengkokkan sampai melampaui batas pengenalan. Cermin tersebut memang memantulkan realitas, tetapi memantulkan dengan tidak tepat. Itulah yang disebut pembengkokkan. Demikianlah, anda tidak bisa berkata bahwa di sana tidak ada kebenaran karena cermin itu memang memantulkan realitas, tetapi realitas itu dipantulkan dalam bentuk yang telah bengkok. Hal inilah yang kita hadapi di zaman sekarang, saat penekanannya hanya ditujukan pada tindakan mula-mula, yakni tindakan awal keselamatan. Dalam ajaran tersebut, tidak bisa dikatakan tidak terdapat kebenaran. Namun, itu adalah pembengkokkan dari kebenaran.

Di dalam seluruh ajaran Yesus, anda akan temukan bahwa kata ‘bertahan’ merupakan kata yang sangat penting. Tadi, saya baru saja memberikan empat kata yang dipakai oleh Paulus di Kolose 1:23 yang berkenaan dengan hal keteguhan atau ketabahan. Namun, dari keempat kata tersebut, saya belum memasukkan kata ‘bertahan’ (endurance), yang memang tidak digunakan oleh Paulus di Kolose 1:23. Maksud dari uraian ini adalah menunjukkan betapa banyaknya kata yang memiliki makna ‘ketahanan’ (endurance), kekokohan (steadfastness) dan keteguhan (perserverance) di dalam bahasa Yunani.

Yesus memakai suatu ungkapan yang sangat penting. Yesus berkata di Matius 10:22,

… orang yang bertahan sampai akhir akan diselamatkan.

Di Matius 24:13 serta di Markus 13:13, pernyataan yang persis sama diulangi lagi. Di semua ayat itu, Yesuslah yang berkata, “Orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.” Perhatikan bahwa penekanan dari Yesus sama sekali berbeda dengan penekanan ajaran yang kita dengar pada zaman sekarang. Sekarang ini, isi khotbahnya ialah, “Siapa saja yang percaya akan diselamatkan.” Ucapan Yesus bertentangan sama sekali: “Orang yang bertahan sampai akhir akan diselamatkan.” Siapa yang memberi kita hak untuk mengubah ajaran Yesus? Pastor atau penginjil mana yang berani mengambil tanggung jawab mengubah ajaran Yesus? Namun, ternyata banyak dari antara mereka yang berani melakukan hal ini. Keberanian mereka dalam hal ini sangat mengagetkan.


MAKNA ‘ENDURE’ (TAHAN, TEGUH) DI DALAM PERJANJIAN BARU

Apakah arti dari kalimat ‘bertahan sampai pada kesudahannya’? Apakah makna sesungguhnya dari kata ‘bertahan’ itu? Kata ‘bertahan’ pada dasarnya berarti tetap tinggal pada saat yang lain sudah pergi. Bertahan berarti tetap teguh sementara yang lain sudah lari. Itulah makna kata bertahan. Jadi, kata ini bermakna menjaga dengan gigih tempatnya berada. Artinya, tetap teguh menghadapi aniaya maupun kesukaran. Hal ini mengingatkan saya pada ayat-ayat di 2 Samuel 23:11-12. Di dalam ayat-ayat tersebut, diuraikan tentang orang-orang perkasa yang mengabdi kepada Raja Daud.

Ayat-ayat tersebut selalu menggugah hati saya karena, seperti yang anda ketahui, sebelum menjadi Kristen, saya bercita-cita untuk menjadi orang militer. Ketiga pahlawan Daud itu mengingatkan saya pada Kisah Tiga Kerajaan, di mana anda bisa temukan tokoh-tokoh seperti Liu Bei, Guang Gong dan Zhang Fei — tiga pahlawan besar. Pada masa muda saya, membaca novel tersebut membuat semangat saya bangkit. Di sana dikisahkan tentang Zhang Fei, yang mempertahankan sebuah jembatan dengan satu tombak, memukul mundur satu bala tentara! Wow! Kisah ini benar-benar membuai saya! Demikianlah, bala tentara Cao Cao tidak bisa menyeberangi jembatan karena ada Zhang Fei seorang diri menjaga jembatan tersebut.

Di 2 Samuel ini, anda akan temukan hal yang sama. Pahlawan yang perkasa ini, ia adalah salah satu dari para pahlawan Daud. Ketika orang-orang Israel sudah lari menyelamatkan diri masing-masing, ia tetap bertahan. Dengan pedangnya, dia mempertahankan sebidang lahan. Tentunya, lahan ini berada dalam posisi yang sangat strategis, dan dengan sendirian saja, dia memukul mundur pasukan Filistin. Itulah yang disebut dengan bertahan! Ketika orang-orang lain sudah melarikan, dia tetap tinggal sendirian menghadapi pasukan musuh; itulah yang disebut bertahan. Bertahan sampai pada kesudahannya — dan untuk itulah kita dipanggil!

Hal ini mengingatkan saya pada ucapan Paulus di 1 Korintus 16:13, ketika dia berkata kepada jemaat di Korintus, “Bertindaklah seperti laki-laki dan jadilah kuat.” Bersikaplah seperti laki-laki; bangkit dan berjuanglah bagi Tuhan.

Paulus juga berkata kepada jemaat di Roma, di Roma 12:12, “Sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!” Anda tahu mengapa? Karena Injil membentuk orang-orang yang perkasa dari orang-orang yang lemah. Injil memunculkan pahlawan dari kalangan orang pengecut. Ketika Roh Allah masuk ke dalam diri anda, waah! Anda menjadi orang yang berbeda!

Anda cukup meneliti definisi iman di Ibrani pasal 11, dan lihat apa yang terjadi pada diri orang-orang yang beriman itu, setelah mereka menjalani dan bertahan di dalam iman mereka. Mereka menjungkirkan kerajaan-kerajaan; mengalahkan singa; mengerjakan berbagai macam hal dengan iman!

Lihatlah kedua belas rasul itu. Bukankah tadinya mereka itu orang-orang yang penakut? Pada saat penyaliban, mereka semua menghilang. Ingatkah anda betapa di taman Getsemani, mereka semua lari ketakutan? Satu-satunya pengecualian adalah Yohanes. Namun perhatikanlah apa yang terjadi pada saat Pantekosta. Perhatikan apa yang terjadi saat Roh Allah tercurah ke atas mereka oleh iman. Petrus yang penakut ini, yang telah menyangkal Yesus sampai tiga kali, orang ini berdiri dan mengkhotbahkan Injil di Bait Allah. Dia dijebloskan ke penjara, dan dia kemudian dibebaskan dari penjara oleh kuasa Allah. Lalu, apa yang dia lakukan? Dia kembali ke Bait Allah, tempat dia ditangkap sebelumnya dan berkhotbah lagi! Apa yang terjadi pada orang ini? Orang yang penakut ini, yang belum lama berselang menyangkal Yesus, malah menjadi berani bersaksi bagi Yesus! Petrus yang sama ini, mengorbankan nyawanya bagi Yesus melalui penderitaan dan siksaan. Menurut tradisi yang sampai kepada kita, Petrus disalibkan dengan posisi terbalik. Orang ini, orang yang sebelumnya penakut ini, melalui iman dan kuasa Roh yang bekerja melalui iman, menjadi hamba Allah yang perkasa. Di sini, kita bisa melihat kuasa transformasi dari Allah. Dia mengambil orang-orang lemah seperti kita dan menjadikan kita orang-orang yang perkasa, supaya kita bisa mengenakan perlengkapan perang Allah yang perkasa. Kita bisa mempertahankan lahan yang menjadi bidang tangung jawab kita. Dapatkah anda memahami betapa pentingnya keteguhan itu bagi kehidupan Kristen?

Anda harus memiliki keteguhan karena jika anda menjadi seorang Kristen, saya beritahu anda, segala sesuatu akan bergerak menentang anda. Orang-orang non-Kristen akan menyerang anda karena kesaksian anda. Iblis akan mengerahkan segenap kuasanya menentang anda. Pernahkah anda perhatikan bahwa segera setelah anda menjadi Kristen, segala sesuatu sepertinya berjalan dengan tidak benar? Oleh karena ini, iman bukanlah bagian orang-orang penakut. Iman adalah bagian orang-orang yang lemah, tetapi yang akan dijadikan kuat oleh kuasa Allah. Orang yang memberitakan Injil sebagai candu masyarakat, hanya supaya masyarakat bisa merasa lebih enak, supaya lebih sehat secara psikologi, merupakan orang yang masih belum mengerti Injil. Yesuslah yang berkata, “Jika ada yang mau mengikuti aku, ia harus menyangkal dirinya sendiri, memikul salibnya, dan mengikut aku.” (Mat 16:24, Mar 8:34, Luk 9:23). Iman bukan untuk orang-orang penakut. Jadi, keteguhan adalah kebutuhan yang paling mendasar bagi keselamatan kita. “Barangsiapa bertahan sampai pada kesudahannya ia akan diselamatkan.”

Di Lukas 8:15, ada satu hal yang sangat menarik. Di Perumpamaan Tentang Seorang Penabur ini, kita diberitahu bagaimana benih yang jatuh ke tanah yang baik itu menghasilkan buah.

Sedangkan benih yang jatuh di tanah yang subur itu adalah orang-orang yang mendengarkan firman Allah dan menyimpannya dalam hati yang jujur dan baik, serta berbuah dalam ketekunan.

Perhatikan kata-katanya ‘dalam ketekunan’. Jadi, hanya ada satu cara bagi anda untuk bisa menghasilkan buah di tanah yang baik, yaitu dengan ketekunan. Itulah rahasianya. Poin yang penting di sini adalah bahwa benih yang jatuh ke tanah yang baik itu bisa menghasilkan buah bukan karena mereka menikmati keadaan yang lebih baik daripada benih yang tidak menghasilkan buah. Mereka sama-sama menghadapai persoalan dan kesukaran, tetapi mereka bisa menghasilkan buah karena mereka mengatasi persoalan-persoalan tersebut. Melalui ketekunan, mereka menjadi pemenang. Satu-satunya jalan bagi anda untuk menjadi pemenang adalah dengan ketekunan.

Tentu saja, sangatlah jelas bahwa ketekunan itu berkaitan langsung dengan iman. Ketekunan adalah ungkapan dari iman. Jika anda tidak memiliki iman, anda tidak akan bisa memiliki ketekunan. Saat berkata, “Barangsiapa bertahan sampai pada kesudahannya,” ia sedang berbicara tentang satu jenis iman, bukan jenis iman sembarangan. Dia sedang berbicara tentang iman yang bertahan sampai pada akhirnya. Jadi, di dalam membahas tentang ketekunan atau keteguhan, kita tetap berbicara tentang iman, tetapi iman yang kita bicarakan adalah iman dengan kualitas tertentu.

Hubungan antara iman dan ketekunan ini dengan sangat indah diuraikan di Wahyu 13:10 dan 14:12.

Itulah ketekunan dan iman orang-orang kudus.

Inilah ketekunan orang-orang kudus yang memelihara perintah Allah dan iman mereka di dalam Yesus.

Itulah sebabnya mengapa ketekunan menjadi sangat penting di dalam kehidupan Kristen.

Itulah sebabnya mengapa di 1 Timotius 6:11, Paulus memasukkan, “Kejarlah… ketabahan” sebagai salah satu dari beberapa hal yang harus dikejar oleh Timotius.

Di 2 Petrus 1:6, kembali lagi, arti penting dari keteguhan itu ditegaskan di antara berbagai hal yang harus dimiliki oleh setiap orang Kristen.

Di Ibrani 10:36, kita baca bahwa kita harus memiliki ketekunan untuk bisa mengerjakan kehendak Allah, dan dengan ketekunan itu pula kita memperoleh apa yang dijanjikan oleh Allah. Apakah janji tersebut? Janji itu, tentu saja, adalah hidup kekal!

Di Yakobus 1:3-4, kita temukan urutan berikut: iman, ketabahan, dan kesempurnaan (kedewasaan).

Saya telah sampaikan kepada anda contoh-contoh yang menyangkut hal betapa pentingnya keteguhan di dalam Perjanjian Baru.


APA DAN KAPAN ‘AKHIR/KESUDAHAN’ ITU?

Kita perlu teliti kata yang lain lagi. Kata tersebut adalah ‘akhir’ atau ‘kesudahan’, “…orang yang bertahan sampai akhir akan diselamatkan.” Saya harap anda pahami hal ini, saudara-saudari. Janganlah berkata pada diri anda, “Aku sudah diselamatkan. Aku sudah membuat keputusan. Aku akan baik-baik saja.” Pokok utama dari khotbah ini adalah, anda harus melangkah terus sampai pada kesudahannya untuk memperoleh keselamatan itu. Anda harus bergantung pada anugerah dengan iman. Setelah anda memahami ajaran ini baru anda bisa mengerti mengapa kita perlu bergantung sepenuhnya pada kasih karunia setiap saat. Pada saat itulah baru kita menyadari, “Tuhan, aku butuh kasih karunia-Mu untuk bisa terus bertahan sampai pada akhirnya.” Seperti yang telah kita lihat, keteguhan ini datangnya dari kasih karunia Allah, oleh kuasa Roh Kudus-Nya.

Apakah ‘akhir’ atau ‘kesudahan’ yang disampaikan oleh Yesus? Kita temukan kata ‘akhir’ ini muncul dalam berbagai bentuk. Di 1 Korintus 1:8, kita temukan jaminan bahwa Dia, yakni Allah akan,

… meneguhkan kamu sampai pada akhirnya supaya kamu tidak bercela pada hari Tuhan kita Yesus Kristus.

Di ayat ini, kita melihat kata ‘akhirnya’. Apakah akhir tersebut? Arti dari ‘akhir’ ini adalah hari Tuhan kita Yesus Kristus. Itulah arti dari kesudahan tersebut. Apakah arti dari ‘hari Tuhan kita Yesus Kristus‘? Arti dari ‘hari Tuhan kita Yesus Kristus‘ adalah hari ketika Yesus datang kembali. Hari Yesus, misalnya, dibahas di 2 Tesalonika 1:10.

Di 1 Korintus 15:24, rasul Paulus memberitahu kita kapan kesudahan itu akan datang. Di sana dia berkata, “Kemudian tiba kesudahannya” Kapankah kesudahan itu tiba? Kesudahan itu tiba ketika semua musuh Allah telah ditundukkan kepada Allah, dan musuh yang terakhir adalah maut (ayat 26). Maut juga akan disingkirkan, dilenyapkan, dihancurkan.

Semua ini berarti — jika anda adalah orang Kristen sejati — kita menanti dengan penuh kerinduan, dengan penuh pengharapan, akan kedatangan-Nya. Hasil akhir dari iman anda adalah keselamatan anda. Itu bukanlah ucapan saya pribadi; itu adalah ucapan Petrus di 1 Petrus 1:9. Di sana tertulis, “karena akhir dari tujuan imanmu sedang tercapai, yaitu keselamatan jiwamu. Tujuan akhir iman anda adalah keselamatan jiwa anda! Anda melangkah maju sampai akhir, yaitu keselamatan jiwa anda!

Rasul Paulus menyatakan hal yang persis sama di Roma 6:22. Di sana, dia berkata bahwa oleh kasih karunia Allah, kita dibebaskan dari dosa dan telah diperhamba oleh Allah, kamu memperoleh buah atas kesucian dan akhirnya adalah hidup yang kekal. Akhirnya adalah hidup yang kekal.

Semua ini, tentu saja, berarti bahwa keselamatan yang utuh itu terjadi pada masa depan. Kita menantikan keselamatan yang utuh itu, saat Yesus datang untuk kedua kalinya — untuk menyelamatkan kita. Kapankah Dia akan menyelamatkan kita? Dia akan menyelamatkan ketika Dia datang untuk kedua kalinya (Ibr 9:28). Demikianlah, kita menantikan pengungkapan keselamatan ini pada akhir zaman (1Pet 1:5). Ketika Yesus datang kembali, keselamatan… akan siap untuk dinyatakan. Untuk sementara ini, kita dilindungi oleh kuasa Allah. Kita bergantung kepada kuasa Allah untuk menjaga kita sampai dengan Hari itu. Apakah yang kita kerjakan? Untuk sementara ini, kita menantikan dengan penuh harapan pada keselamatan tersebut (Rom 8:24-25). Seperti yang dikatakan oleh Paulus di sini, kita merindukan keselamatan yang penuh itu. Dia berkata bahwa kita mengharapkannya, karena kita tidak akan mengharapkan apa yang sudah kita lihat. Akan tetapi, karena hal itu masih belum kita lihat, maka kita mengharapkannya. Rasul Paulus memberitahu kita bahwa setiap hari kita menjadi semakin dekat dengan keselamatan Allah, pada hari di mana Kristus datang untuk menyelamatkan miliknya, yaitu untuk menyelamatkan kita sepenuhnya. Demikianlah, Paulus berkata di Roma 13:11, “sebab sekarang keselamatan sudah lebih dekat bagi kita daripada waktu pertama kali kita percaya.” Bagaimana keselamatan itu jadi lebih dekat sekarang daripada waktu kita menjadi percaya? Oleh karena setiap hari yang berlalu akan membawa kita lebih dekat pada hari kedatangan Yesus kembali. Hari itu tidaklah jauh. Rasul Petrus berkata di 1 Petrus 4:7, “Akhir dari segala sesuatu sudah dekat.” Memang sudah sangat dekat.

Di dalam terang bukti-bukti dari Kitab Suci yang sangat melimpah ini, tidakkah anda bisa melihat bahwa seluruh Kitab Suci sedang memberitahu kita bahwa keselamatan di dalam kegenapannya itu terletak pada masa depan — bukan pada masa lalu, bukan pula pada masa kini —melainkan pada masa depan? Itulah sebabnya mengapa kita menanti-nantikannya.


KITA MENGHARAPKAN KESELAMATAN YANG ADA PADA MASA DEPAN

Ini membawa kita pada poin yang lain di dalam ajaran Kitab Suci. Ada satu kata lagi yang sangat penting di dalam Perjanjian Baru; kata itu adalah ‘harapan’, suatu kata yang sudah sempat saya singgung beberapa kali sebelumnya. Kata ‘harapan’ dalam pelbagai bentuk  dipakai sebanyak 84 kali dalam Perjanjian Baru. Harapan adalah hal yang sangat penting. Kata ‘harapan’ ini memberitahu kita bahwa keselamatan adalah hal yang kita harapkan. Keselamatan itu adanya pada masa depan.

Harapan itu berkaitan erat dengan iman di dalam Kitab Suci. Harapan adalah unsur yang mendasar di dalam iman. Di Roma 4:18, iman Abraham diungkapkan lewat fakta bahwa di tengah keadaan yang tidak memberikan harapan itu, dia mampu berharap. Itulah iman.

Di Efesus 2:12 dikatakan bahwa saat kita tanpa Kristus, kita berada dalam keadaan tanpa harapan. Kita berada dalam keadaan tanpa pengharapan dan tanpa Allah dalam dunia ini. Namun, ketika Yesus datang, dia menjadi harapan kita, “Yesus Kristus, pengharapan kita” (1Tim 1:1).

Di Kolose 1:27 disebutkan, “Kristus ada di dalam kamu, yaitu pengharapan dari kemuliaan”. Kapankah anda memiliki pengharapan? Pada saat Kristus ada di dalam anda. Apakah pengharapan akan kemuliaan itu? Itulah pengharapan akan keselamatan.

Demikianlah, di 1 Tesalonika 5:8, rasul Paulus berkata, “…memakai ketopong pengharapan akan keselamatan.” Keselamatan adalah pengharapan itu!

Demikianlah, di 1 Yohanes 3:3, rasul Yohanes mengatakan, “Setiap orang yang memiliki pengharapan ini di dalam Kristus, ia menyucikan dirinya, sama seperti Kristus adalah suci. Saudara yang memiliki pengharapan ini, apakah yang saudara kerjakan? Saudara menyucikan diri! Saudara menjalani hidup yang suci, sebagaimana Bapa dan Yesus itu suci.

Saya sudah sajikan bukti-buktinya dengan ringkas. Tentu saja, beberapa ayat yang saya sajikan itu tidak mencakup keseluruhan rujukan yang ada. Akan tetapi, ayat-ayat tersebut bisa memberi anda gambaran tentang apa yang disampaikan oleh Kitab Suci.


KESELAMATAN AKAN MENJADI MILIK KITA JIKA KITA BERTAHAN SAMPAI AKHIRNYA

Untuk merangkumnya, izinkan saya sampaikan sekali lagi, ajaran yang alkitabiah ternyata sangat berbeda dengan ajaran yang sering kita dengar. Keselamatan itu terdapat di titik akhir, bukan di titik awal. Apakah hal itu berarti bahwa kita sekarang ini tidak selamat? Bukan begitu! Sekarang ini, kita memiliki Yesus Kristus di dalam diri kita: “Kristus ada di dalam kamu“. Kita memiliki kenyataan ini. Oleh karena Kristus ada di dalam diri anda, anda memiliki pengharapan atas kemuliaan, bahwa keselamatan pada akhirnya nanti menjadi milik anda.

Apa lagi yang kita miliki? Jaminan apa lagi yang kita miliki? Kita memiliki Roh Kudus di dalam diri kita. 2 Korintus 1:22, 5:5, Efesus 1:14, semuanya memberitahu kita bahwa Allah telah memberi kita Roh Kudus sebagai meterai bagi keselamatan kita. Meterai dengan Roh itu berarti bahwa Roh diberikan kepada kita sebagai ikatan, sebagai jaminan. Kata ‘jaminan’ (earnest) ini memiliki arti uang muka, pembayaran pertama, yang merupakan janji untuk pelunasan selanjutnya. Sebagai contoh, saat anda membeli rumah, anda memberikan uang muka. Itulah yang dimaksudkan dengan kata ‘meterai’.

Jika anda membeli sebuah rumah dan anda memberikan uang muka, apakah rumah itu sudah sepenuhnya menjadi milik anda? Saya beritahu anda, jika anda tidak tekun, anda tidak terus membayar cicilan anda, rumah itu tidak akan menjadi milik anda. Anda harus terus membayar sampai harga rumah itu lunas dibayar. Namun, apakah rumah itu sudah menjadi milik anda? Ya, dalam pengertian tertentu, rumah itu sudah menjadi milik anda. Anda mungkin bertanya, “Dalam arti apa?” Dalam arti bahwa di atas sertifikatnya, tertulis nama pemiliknya adalah anda, walau sebenarnya, mungkin anda baru membayar 10% saja dari harga rumah tersebut. Apakah maksud dari pernyataan bahwa rumah itu milik anda? Rumah itu menjadi milik anda dengan syarat bahwa anda terus membayar cicilannya sampai lunas.

Demikian pula halnya, iman adalah jaminan yang kita berikan kepada Allah. Allah memberi kita Roh Kudus sebagai jaminan dari-Nya. Keselamatan itu benar-benar menjadi milik kita. Keselamatan itu milik anda. Sama seperti saat anda membayar uang muka, maka rumah itu menjadi milik anda, dengan syarat anda terus membayar sampai lunas. Anda tetap teguh, tak bergeser sampai pada kesudahannya. Itulah yang dikatakan oleh Paulus di Kolose 1:23.

Anda lihat, meterai itu mengikat kedua pihak yang membuat kesepakatan tersebut. Perusahaan jasa keuangan yang membantu pembiayaan anda tidak bisa seenaknya datang dan berkata, “Kami putuskan untuk mengambil kembali rumah ini. Kami tidak akan membantu pembiayaan rumah anda lagi.” Mereka baru boleh melakukan hal itu jika anda memang gagal membayar cicilan anda; berarti anda gagal memenuhi kontrak anda. Demikian pula, Allah telah memberi jaminan kepada kita; Dia telah memberi kita uang mukanya, yakni Roh Kudus itu sendiri. Dengan ini, Dia memberi kita janji akan keselamatan sepenuhnya, dengan syarat kita tetap setia sampai pada akhirnya. Kita boleh yakin bahwa Dia akan setia sampai pada kesudahannya. Dia tidak akan pernah berubah. Dia tidak akan pernah berubah pikiran. Firman-Nya tak akan pernah berubah. Yang perlu dikuatirkan bukanlah Allah; kita inilah yang perlu dikuatirkan. Allah akan memenuhi bagian-Nya. Hal itu tak perlu dipertanyakan lagi. Akankah kita menjalankan bagian kita? Itulah bagian yang harus kita kerjakan dengan takut dan gentar.


MENGERJAKAN IMAN KITA DENGAN TAKUT DAN GENTAR

Takut dan gentar itu tidaklah buruk sama sekali. Justru sangat baik bagi jiwa kita. Mengapa baik bagi jiwa kita? Oleh karena di dalam rasa takut dan gentar itu saya berpaut kepada Tuhan. Saya berkata, “Tuhan, berpautlah juga kepadaku.” Namun sekarang ini, kita mengkhotbahkan Injil yang memicu rasa puas diri: “Kamu aman, Jack! Tempatmu sudah dijamin di surga.” Mereka bisa sampai berbuat apa saja, berpuas diri sampai pada kesudahannya. Tak heran jika gereja dipenuhi oleh orang-orang Kristen nominal saja. Paulus tidak ingin kita memiliki jaminan semacam ini. Yang dia inginkan adalah agar kita mengerjakan keselamatan kita dengan takut dan gentar. Itulah yang dia inginkan. Paulus memberitakan Injil yang sangat berbeda dengan yang kita dengar di zaman sekarang ini, bukankah demikian? Seperti yang telah kita lihat pada minggu yang lalu, di Filipi 2:12, dia berkata, “kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar.” Dia ingin agar anda terus menerus takut dan gentar sampai pada akhirnya. Janganlah berpuas diri! Paulus berkata, “biarlah orang yang menyangka kalau dirinya teguh berdiri waspada supaya ia tidak jatuh!” (1Kor 10:12). Jangan anda berani berpuas diri!

Yesuslah yang menyuruh kita waspada dan berjaga-jaga: “Berjaga-jaga dan berdoalah supaya kamu jangan jatuh” (Mat 26:41) Yang Yesus maksudkan jatuh ke dalam pencobaan ini bukanlah sekedar melakukan satu dosa kecil. Yang dia maksudkan adalah bencana. Itulah sebabnya mengapa dia mengajarkan murid-muridnya berdoa, “janganlah membawa kami ke dalam pencobaan”. Namun, di zaman kekristenan yang penuh dengan rasa puas diri ini, tak ada orang yang memanjatkan doa semacam itu lagi. Anda tidak perlu lagi memanjatkan doa semacam itu. Jatah tempat mereka di surga sudah diamankan. Namun, perhatikanlah betapa penulis surat Ibrani juga menyampaikan hal yang sangat berbeda. Di Ibrani 3:14, dia berkata,

“Kita telah mengambil bagian di dalam Kristus, jika kita berpegang teguh pada keyakinan kita yang semula sampai pada akhirnya.”

Ini adalah pernyataan yang sama dengan yang dibuat oleh Paulus, dan juga sama persis dengan pernyataan Yesus sendiri. Penulis surat ini berkata, “Kalian beroleh bagian di dalam Kristus. Memang betul demikian! Namun dengan syarat, hanya jika, kalian teguh berpegang sampai pada akhirnya pada keyakinan kalian yang semula.” Dia mengulangi lagi pernyataan ini, dengan kata-kata yang berbeda, di Ibrani 6:11.

Demikianlah, Yesus sendiri menyuruh kita untuk mengalahkan dosa dan terus mengerjakan pekerjaannya sampai pada akhirnya. Inilah panggilan yang Dia serukan kepada kita di Wahyu 2:26. Dia berkata,

“kepada orang yang menang dan melakukan pekerjaan-pekerjaanku sampai akhir, aku akan memberikan kuasa atas bangsa-bangsa.”

Lagi, di Wahyu 2:10, Dia menyuruh kita untuk

“setia sampai mati, dan aku akan memberikan kepadamu mahkota kehidupan”.

Bukankah ini semua merupakan bukti yang memadai untuk menunjukkan kepada anda apa yang diajarkan oleh Kitab Suci? Saya telah sampaikan daftar-daftar rujukan ayat kepada anda. Sekali lagi saya tekankan, saya ingin agar anda tahu apa yang disampaikan oleh Firman Allah, bukan apa yang disampaikan oleh saya. Apa yang saya sampaikan itu sebenarnya baru sebagian kecil dari sekian banyaknya rujukan yang ada.

Demikianlah, ada janji Allah yang sangat indah bagi kita, janji yang harus kita klaim dengan iman, dan dengan iman yang teguh bertahan. Demikianlah, Yesus, di Lukas 21:18-19, mengucapkan pernyataan yang berharga ini,

18  Akan tetapi, tidak sehelai rambut pun dari kepalamu yang akan jatuh.
19  Dengan ketabahanmu, kamu akan memperoleh hidupmu.”

Akan tetapi, tidak sehelai rambut pun dari kepalamu yang akan jatuh.” Itulah janji darinya. Namun, apa bagian tanggung jawab anda? Bagian tanggung jawab anda adalah: Dengan ketabahanmu, kamu akan memperoleh hidupmu.” Apakah sekarang anda bisa melihat dengan cara apa anda akan menyelamatkan jiwa anda? Di satu sisi, ada janji dari dia, dan di sisi lain, ada tanggapan serta tanggung jawab kita. Jadi, kita bisa lihat bahwa keselamatan adalah hal yang sangat berharga, tetapi juga bukan merupakan hal yang mudah.

Demikianlah, ini juga menunjukkan betapa kita perlu bergantung pada kasihnya hari demi hari, saat demi saat, selalu di dalam keyakinan bahwa dia tidak berubah, kasihnya kepada kita tak pernah berubah. Di dalam firman yang sangat berharga di Yohanes 13:1, “… setelah mengasihi kepunyaannya sendiri di dunia, ia mengasihi mereka sampai akhir.” Dan juga, pada akhir suratnya, Yudas berkata, “Dia, yang berkuasa menjagamu tidak jatuh” (Yud 1:24). Kita ini lemah, tetapi Dia mampu menjaga supaya kita tidak jatuh. Akan tetapi, janganlah memutar makna ayat ini dan menyatakan bahwa Dia akan tetap menjaga kita sekalipun kita telah jatuh, sekalipun anda terus hidup di dalam dosa. Anda harus bergantung kepada-Nya agar tidak jatuh. Ini bukanlah janji untuk mengasihi anda setelah anda jatuh dan terus hidup di dalam dosa.

Namun, jika anda berkata, “Wah, kalau saya berbuat dosa, apa yang bisa saya perbuat? Apakah saya jadi tidak punya harapan?” Tidak sama sekali! Segeralah bertobat, kembali kepada Allah, maka Dia akan segera mengampuni anda. Seperti yang dikatakan oleh rasul Yohanes di 1 Yohanes 1:9, “Jika kita mengakui dosa-dosa kita, Ia adalah setia dan adil untuk mengampuni dosa-dosa kita”. Namun, jangan berani-berani untuk terus hidup di dalam dosa! Peringatan ini diberikan bukan karena anda berbuat dosa, melainkan setelah berbuat dosa, anda tidak terus hidup di dalam dosa. Anda harus segera bertobat kembali kepada Tuhan.


ALLAH AKAN MENJAGA KITA JIKA KITA TEGUH

Atas kehendak Allah, saya akan menguraikan lebih lanjut mengenai masalah jaminan keselamatan ini dalam satu atau dua minggu ke depan. Apakah dasar jaminan yang alkitabiah? Ini adalah hal yang akan saya bahas lebih lanjut, untuk membedakan jaminan yang palsu dengan jaminn yang sejati. Namun pada dasarnya, jaminannya adalah bahwa Allah akan menjaga kita, Ia akan menopang kita di dalam kelemahan kita dan menjadikan kita kuat sampai pada kesudahannya, jika kita teguh bergantung kepada-Nya.

Demikianlah, kita menutup dengan ayat-ayat pembukaan tadi, dan saya ingin bacakan lagi ayat-ayat di Kolose 1:22-23 yang sangat berharga ini kepada anda:

22  sekarang kamu telah didamaikan dengan tubuh jasmani Kristus melalui kematiannya untuk mempersembahkan kamu sebagai persembahan yang kudus, tidak bercacat, dan tidak bercela di hadapan Allah.
23  Jadi, tetaplah kamu tinggal dalam iman, kokoh, dan teguh, tidak digoyahkan dari pengharapan Injil yang kamu dengar, yang telah diberitakan kepada seluruh ciptaan di bawah langit, yang olehnya aku, Paulus, menjadi pelayan.

Sekarang, saya yakin, bahwa anda telah mengerti dengan sempurna apa yang dimaksudkan oleh Paulus.

Pembahasan kita hari ini memang tidak mudah, lebih mengarah pada pembahasan teknis. Khotbah-khotbah di gereja ini, sangat menguras konsentrasi, sangat melelahkan. Gereja ini bukanlah gereja di mana anda bisa datang untuk menikmati khotbah hari Minggu yang pendek, enak didengar dan menyenangkan. Untuk tujuan itu, anda perlu cari gereja lain. Untuk tujuan tersebut, anda perlu mencari pastor lain yang gemar menepuk bahu anda, sambil menyampaikan hal-hal yang menyenangkan hati anda, dan anda bisa pulang ke rumah dengan hati senang. Tidak, di sini kami ingin mencari kebenaran, entah kebenaran itu akan menyakitkan hati atau tidak. Kebenaran, dan seluruh kebenaran itulah yang harus kita kejar. Saya percaya Allah akan menganugerahkan kepada anda cinta akan kebenaran.

 

Berikan Komentar Anda: