Ev. Xin Lan | Korah (2) |

Kita melanjutkan untuk melihat pada karakter Korah. Kisah tentang Koran tercatat bagi kita di Bilangan 16. Dia adalah cicit Lewi dan sepupu kepada Musa dan Harun. Korah secara terang-terangan memimpin 250 pemimpin Israel dan seluruh umat untuk memberontak melawan Musa. Kenapa dia berbuat demikian? Dia menginginkan posisi imam besar yang dijabat Harun. Pada akhirnya, Allah secara pribadi membinasakan Korah dan pengikutnya berserta 14.700 dari umat Israel.


Yudas ditulis sebagai Peringatan bagi Kita

Mari kita membaca dari Yudas 11:

Celakalah mereka! Mereka telah mengikuti jalan yang ditempuh Kain, dan mengejar dengan serakah kesalahan yang dilakukan Bileam, dan binasa karena pemberontakan seperti Korah.

Siapa “mereka” di ayat ini? “Mereka” ini adalah orang-orang mengaku sebagai orang Kristen. Mereka adalah nabi palsu, pengajar palsu. Tema seluruh buku Yudas adalah “to keep (memelihara atau berpegang)”. Yudas dengan semangat dan sungguh-sungguh menghimbau kita berdoa kepada Allah agar kita dicegah dari jatuh, tidak tersandung dan tidak kehilangan keselamatan. Jika tidak ada bahaya untuk orang Kristen kehilangan keselamatan, tidaklah perlu bagi Yudas untuk memperingatkan kita.

Kitab Yudas ditulis untuk memperingatkan kita bahwa ada orang Kristen dan bahkan orang yang melayani Allah yang akan jatuh, tersandung dan binasa. Dia mengutip tiga orang sebagai contoh. Mereka adalah Kain, Bileam dan Korah. Ketiganya adalah umat Allah dan Bileam bahkan adalah seorang nabi. Korah adalah seorang Lewi yang melayani di tabernakel. Mereka dijadikan contoh untuk kita. Dosa yang dilakukan oleh Korah, juga akan dilakukan banyak orang terutama pada akhir zaman. Dosa semacam ini sangatlah lazim, itulah alasan kenapa Yudas memakai contoh Korah untuk memperingati kita. 


Ciri-ciri Pemberontak

Melalui buku Yudas, kita dapat memahami kenapa Korah memberontak dan dibinasakan. Apa yang dikatakan oleh Yudas? Mari kita lihat pada beberapa ayat.

Sebab, orang-orang tertentu telah menyusup tanpa disadari, yaitu mereka yang sejak dahulu telah ditentukan untuk dihukum, orang-orang tidak beriman yang menyalahgunakan anugerah Allah kita untuk memuaskan nafsu dan menolak satu-satunya Penguasa dan Tuan kita, Kristus Yesus.

Seperti itu jugalah orang-orang ini, mengandalkan mimpi-mimpi mereka, mencemarkan tubuh, menolak kekuasaan, dan menghina semua yang mulia. (ay 8)

Mereka adalah orang-orang yang suka mengeluh, mencari-cari kesalahan, dan menuruti hawa nafsu mereka sendiri; mereka bermulut besar dan menjilat orang lain demi mendapatkan keuntungan. (ay 16).

Mereka adalah orang-orang yang menyebabkan perpecahan, mengikuti nafsu duniawi, dan tidak memiliki Roh. (ay 19)

Setelah melihat pada beberapa ayat di atas, kita dapat menarik beberapa kesimpulan tentang orang-orang ini. Apa ciri-ciri orang-orang ini? Mereka adalah orang yang mengikuti nafsu dan menyalahgunakan anugerah Allah sebagai kesempatan untuk perbuatan asusila. Mereka melakukan segala sesuatu menurut hawa nafsu mereka. Mereka tidak menghormati otoritas dan memfitnah pemimpin mereka. Mereka sering mengeluh secara pribadi dan mengutarakan ketidakpuasan kepada orang lain. Untuk memperoleh keuntungan, mereka akan menjilat dan membesar-besar sesuatu. Mereka juga mengumpulkan orang untuk mendukung agenda pribadi mereka.    


Modus yang dipakai Korah

Kenapa Korah berhasil membangkitkan pemberontakan yang begitu besar? Jelas, Korah sangat pandai menggumpulkan orang. Kitab Bilangan meneguhkan hal ini dengan menulis tentang, “Korah dan pengikutnya”. Korah membentuk kelompok, antek-anteknya termasuk Datan, Abiram, dan On serta 250 pemimpin, bahkan termasuk seluruh jemaah. Semuanya mengikut Korah. Mengapa Korah mampu mengumpulkan begitu banyak orang untuk mendukung dan mengikutinya? Jelas, dia adalah orang yang pintar berbicara. Dia sangat ahli dalam menyanjung dan menyenangkan hati orang. Dia mengadakan pendekatan pribadi dan memenangkan dukungan populer, seperti putra Daud, Absalom. Di 2 Samuel 15:2,

Setiap pagi, Absalom bangun, lalu berdiri di tepi jalan yang menuju pintu gerbang. Setiap orang yang mempunyai perkara dan yang masuk menghadap raja untuk diadili, Absalom akan memanggilnya dan bertanya, “Dari kota manakah kamu ini?” Lalu, dia menjawab, “Hambamu ini dari salah satu suku Israel.”

Samuel memberitahu kita bagaimana, Absalom, anak Daud memenangkan dukungan dan menjadi popular. Dia dengan sengaja menyanjung dan menyenangkan orang. Lalu, dia akan menghasut orang dengan berkata bahwa pemimpin yang ada tidak baik dan raja Daud tidak sebaik dia, Absalom. Pada akhirnya, banyak orang yang mendukungnya dan memberontak melawan Daud. Mereka ingin memahkotakan Absalom menjadi raja. Hal yang sama dilakukan oleh Korah, dia berhasil membuat umat memandang Musa sebagai tidak baik. Adalah lebih baik untuk semua orang kalau Korah yang menjadi pemimpin dan imam besar.


Pengagungan akan Demokrasi dan Permasalahan yang Timbul

Kecenderungan dunia saat ini adalah mengagungkan demokrasi, semua orang suka berbicara tentang demokrasi. Maafkan saya kalau saya tidak sepakat. Apakah demokrasi baik atau tidak tergantung pada orang seperti apa yang membuat keputusan. Kita semua terlalu percaya diri. Kita mengira bahwa kita sangat pintar. Dan kita berasumsi bahwa orang pada umumnya bisa melihat dengan jelas dan dapat membedakan apa yang benar dari yang salah. Ini adalah satu pandangan yang keliru. Mata orang pada umumnya tidaklah tajam dan jelas. Setiap orang hanya melihat pada kepentingan diri. Jadi, keputusan yang dibuat oleh mayoritas orang umumnya keliru.

Pada akhirnya, orang banyak dengan mudah dapat dimanipulasi oleh para konspirator. Misalnya, Hitler adalah pemimpin yang dipilih oleh demokrasi Jerman. Seluruh Jerman sangat mencintai, mengagumi dan mengikutinya. Pada akhirnya, mereka dipimpin untuk turut terlibat dalam pembinasaan dan penghancuran dunia. Masyarakat umum mudah disesatkan dan ditipu.

Kedua, bagaimana Anda bisa meminta masyarakat umum untuk mengambil keputusan atas sesuatu yang tidak mereka mengerti? Misalnya, negara-negara Uni Eropa saat ini semuanya adalah negara demokratis. Keputusan penting apa pun, mereka akan menggunakan hak pilih universal untuk membuat keputusan akhir. Beberapa waktu lalu, Uni Eropa membuat konstitusi. Setelah dibuat, sebelum konstitusi itu bisa dilaksanakan, harus didukung oleh surat suara dari masing-masing anggota negara. Akan tetapi, berapa banyak masyarakat awam yang paham hukum? Sebagian besar masyarakat sama sekali tidak memahami satu pun ketentuan dari undang-undang ini. Bahkan jika mereka tahu hukum pun, seberapa banyak mereka memahami arti penting dari konstitusi ini bagi negara mereka sendiri? Mereka sama sekali tidak mengerti, bagaimana mereka bisa memutuskan apa yang akan dipilih? Pilihan mereka bisa saja bergantung pada apakah suasana hati mereka baik atau tidak pada hari itu. Pemilihan mereka tidak didasarkan pada penilaian yang tepat.

Satu lagi contoh adalah pemilihan presiden. Berapa banyak masyarakat umum yang mengenal calon presiden tersebut secara pribadi? Bagaimana mereka memutuskan siapa yang akan dipilih sebagai presiden? Bukankah itu tergantung pada platform politik mereka? Namun, berapa banyak orang yang mengerti arti platform politik? Sekalipun mereka mengerti, tapi apa yang dikatakan kandidat dalam kampanye presidensial bisa jadi sangat berbeda dengan apa yang dilakukan saat terpilih. Jadi, bagaimana orang-orang memilih? Sekali lagi, tergantung perasaan. Jika yang berpenampilan menarik, tampan, maka mereka akan memilihnya. Atau orang yang sangat pandai berbicara, lalu mereka akan memilihnya.


Alkitab bersifat Theokrasi

Dalam Perjanjian Lama, bangsa Israel juga menerapkan demokrasi, Bilangan 16:2 mengatakan bahwa 250 pemimpin jemaat, dipilih dalam majelis, orang-orang ternama dipilih oleh rakyat. Namun, apa kualitas mereka? Ternyata mereka turut mengikuti Korah untuk memberontak. Walaupun mereka adalah pemimpin terpilih, kualitas mereka tidak bagus. Mereka memimpin orang-orang untuk memberontak melawan Allah. Dan Korah sendiri dihormati dan didukung oleh rakyat. Orang Israel jelas telah memilih dia untuk menjadi pemimpin.

Jadi, demokrasi tidaklah sebaik yang dicanangkan. Pada akhirnya, demokrasi justru dimanfaatkan oleh para konspirator. Sama sekali tidak ada demokrasi dalam Alkitab, Tuhan adalah tuannya. Karena manusia sama sekali tidak mengerti hati manusia, hanya Tuhan yang tahu. Setiap otoritas, setiap pemimpin dan setiap orang harus mempertanggungjawabkan apa yang telah mereka lakukan kepada Tuhan.


Korah Memanfaatkan Suara Banyak untuk Agenda Pribadi

Mari kita pikirkan mengapa Korah  begitu dipandang tinggi oleh orang-orang? Karena dia menganjurkan demokrasi. Dia mengibarkan panji demokrasi dan memanfaatkan orang-orang untuk memberontak melawan Musa. Mengapa saya mengatakan itu? Kita akan membaca kata-kata yang diucapkan oleh Korah ketika dia memberontak melawan Musa.  Di Bilangan 16 mencatat kata-katanya,

Mereka berkumpul menentang Musa dan Harun dan berkata, “Kalian sudah keterlaluan! Seluruh umat, dan setiap orang di antara mereka adalah orang-orang kudus. Yahweh ada di tengah mereka. Mengapa kamu meninggikan diri di atas jemaat Yahweh ini?”

Korah mencela Musa karena “meninggikan diri di atas jemaah Yahweh”. Artinya kita semua harus sama, kita harus demokratis, kenapa mau menempatkan diri menjadi pimpinan kita?

Inilah yang dikatakan oleh Yudas, “menolak kekuasaan, dan menghina semua yang mulia”. Korah menolak dan menghina pemimpinnya, Musa. Dan, di sisi lain, Korah menyenangkan umat: “Seluruh umat, dan setiap orang di antara mereka adalah orang-orang kudus. Yahweh ada di tengah mereka.”

Tak heran jika banyak orang yang mengikuti Korah untuk memberontak. Jika Anda suka mendengar kata-kata yang menyenangkan Anda dan membenci kata-kata yang menunjukkan kesalahan Anda, maka Anda pasti tipe yang mudah tertipu. Korah di satu sisi mengatakan sesuatu yang menyenangkan jemaah, dan di sisi lain memfitnah para pemimpin. Sebenarnya dia hanya ingin mencapai ambisinya sendiri, menuruti keinginannya dan merebut kepemimpinan tertinggi.


Berhati-hati dengan orang seperti Korah

Jadi, kitab Yudas membantu kita melihat dengan jelas permasalahan Korah. Jika kita adalah orang bijak, kita harus belajar dari orang seperti Korah dan mengambil peringatan darinya. Pertama, kita harus melihat diri kita sendiri untuk menilai apakah kita adalah “Korah”. Jika kita mengetahui sesuatu yang salah tentang diri kita sendiri, kita harus bertobat sesegera mungkin. Kita tidak boleh mengikuti teladan Korah dan menempuh jalan pemberontakan dan binasa. Kedua, setelah menilai diri kita sendiri, kita juga harus menilai orang lain. Jika ada Korah di tengah kita, maka kita harus bisa melihatnya dan tidak tertipu, seperti 250 pemimpin itu dan seluruh jemaah. Mereka mengikuti Korah untuk memberontak dan akhirnya binasa.

Lalu, bagaimana kita memastikan kita tidak mengikuti teladan Korah? Bagaimana kita mengetahui apakah ada “Korah” di dalam gereja? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus mengacu pada ciri-ciri orang seperti Korah yang disebutkan di kitab Yudas. Mereka mengikuti nafsu mereka; menolak otoritas dan menghujat para pemimpin; mereka suka menggerutu; memiliki banyak ketidak-puasan; menjilat orang demi kepentingan diri; berbicara dengan arogan dan sombong; dan mengakibatkan perpecahan.

Alkitab mengajarkan kita untuk berjalan dalam terang. Mereka yang berjalan dalam kegelapan adalah mereka yang suka mengatakan ketidakpuasan di belakang orang, terutama ketidakpuasan terhadap pemimpin. Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga akan melakukan dosa semacam ini?

Mungkin mereka menemukan diri mereka terlalu jauh dari pendeta dan pemimpin, lalu mereka mulai membisik-bisikan ketidakpuasan kepada orang-orang Kristen yang dekat dengan mereka. Pada akhirnya, semakin banyak mereka berbicara, semakin buruk situasinya. Semakin banyak yang mengeluh dan menggerutu. Kita tidak boleh melakukan apa yang tidak berkenan kepada Tuhan. Kita tidak bisa mulai sama sekali karena efeknya akan menjadi semakin besar.

Di sisi lain, jika kita mendengar ada orang yang mengeluhkan ketidakpuasan terhadap orang lain, atau bahkan kata-kata yang menyerang, kita seharusnya tidak mudah mempercayainya. Ada peribahasa Tionghoa: Desas-desus berhenti pada orang bijak. Mereka yang bijak tidak akan termakan rumor. Namun, kebanyakan orang bukanlah orang bijak. Mereka sama sekali tidak mengenal dua pihak yang lagi bermasalah. Mereka bertindak berdasarkan desas-desus dan membantu menyebarkan desas-desus yang bisa saja palsu. Misalnya, ketika Korah menyerang Musa dan mengatakan bahwa Musa telah bertindak terlalu jauh, mari kita menempatkan diri kita di antara orang Israel saat itu. Kalau kita di situ, apa yang harus kita lakukan?

Sekarang, kita tahu segalanya dengan jelas dengan membaca Alkitab yang mencatat seluruh peristiwa itu setelah semuanya selesai. Bayangkan kalau kita di situ, apa yang harusnya kita lakukan. Korahlah yang menyerang dan memberontak melawan Musa. Namun, pada saat itu, orang Israel tidak dapat menilai bahwa Korahlah yang menyerang Musa. Mereka mengira apa yang dikatakan Korah adalah fakta. Bagaimana mereka bisa tahu apa sebenarnya yang sedang terjadi? Mereka seharusnya duduk bersama Musa dan Harun dan memperjelas semua masalah secara langsung. Mereka seharusnya tidak mengikuti Korah secara membabi buta dan turut memberontak.


Jangan cepat Terpengaruh dengan Omongan orang

Saya percaya bahwa kebanyakan orang Israel tidak memiliki kesempatan untuk berhubungan dekat dengan Musa. Itu adalah karena Musa adalah pemimpin tertinggi dan ada sekitar 600.000 laki-laki Israel dewasa pada waktu itu. Bersama perempuan, anak-anak, setidaknya ada 1 atau 2 juta orang. Mustahil bagi Musa untuk punya hubungan dengan setiap orang Israel secara pribadi. Justru karena itu, bangsa Israel juga memiliki pemimpin lain, seperti 250 pemimpin itu. Musa menyalurkan perintah Tuhan menurut hierarki yang ditetapkan, melalui para pemimpin ini. Jadi, kebanyakan orang Israel tidak mengenal Musa secara pribadi. Dalam situasi tidak mengenal Musa ini, mereka seharusnya tidak begitu cepat mempercayai Korah dan turut berteriak mendukung ketidakadilan yang dinarasikan oleh Korah. Mereka tidak mengetahui kebenaran. Sikap yang benar adalah membiarkan kedua belah pihak duduk dan berbicara langsung, setelah kita mendengar dari kedua sisi, baru kita membuat keputusan akhir.

Bagi 250 pemimpin itu, mereka tentunya memiliki kesempatan untuk berhubungan dengan Musa secara pribadi. Ketika mereka mendengar kata-kata Korah yang menyerang Musa, apa yang harusnya menjadi tanggapan mereka? Mereka harus mengamati kehidupan Korah dan Musa. Dari kehidupan kedua orang ini, mereka bisa menyimpulkan siapa yang benar dan siapa yang salah. Dalam bahasa Tionghoa ada peribahasa yang lain: Tidak ada yang datang dari ketiadaan. Seseorang yang berbuat dosa tidak terjadi dalam semalam. Sebelum Korah melangkah lebih jauh dengan memberontak, bibit persoalan dia dengan Musa dan Harun pasti sudah lama ada. Masalah dalam hidupnya telah ada sejak lama. Jika orang-orang yang dekat dengannya mengamati dengan cermat, mereka seharusnya bisa melihatnya.


Buat Penilaian kita Sendiri dengan Bertanya pada Tuhan

Jadi, kalau ada hal seperti itu terjadi di gereja, kita harus mengamati kehidupan dua pihak yang terlibat. Dari situ kita akan dapat membuat penilaian tentang siapa yang benar dan siapa yang salah. Pihak yang berdosa tidak akan dapat menyembunyikan tanda-tanda kesalahannya. Dan, jangan lupa, Tuhan ada di belakang kita. Jika Anda benar-benar ingin mengetahui kebenaran, Tuhan akan memberitahu Anda. Kitab Yudas mengatakan bahwa orang-orang seperti ini (yang tipe pemberontak) hidup memanjakan diri atau menuruti keinginan mereka. Jadi, kita harus bisa melihat masalahnya. Perhatikan kata “memanjakan diri”, ini berarti tidak ada penguasaan diri. Misalnya dosa zina, ini jelas hidup menurut hawa nafsu. Namun, ada juga yang tidak begitu kentara, seperti pemarah. Orang yang pemarah memberitahu kita bahwa orang ini juga tidak bisa mengendalikan emosinya.

Bagaimanapun, jika kita mengamati dengan saksama, dan meminta Tuhan untuk memberitahu kita cara mengevaluasi, maka Tuhan mencelikkan mata kita untuk melihat dengan jelas dan kita tidak akan mudah tertipu. Jika kita memahami poin ini, kita akan mengerti mengapa Tuhan mengampuni sebagian besar orang Israel. Karena bagaimanapun, mereka tidak mengenal Musa dan mungkin juga tidak mengenal Korah. Mereka bertindak karena ketidaktahuan mereka. Mereka tertipu karena kehidupan rohani mereka masih di tahap anak-anak. Akan tetapi, 250 pemimpin itu seharusnya mengenal Musa dan juga Korah. Mereka memiliki kesempatan untuk mengamati hidup mereka dan membedakan apa yang benar dari yang salah. Akan tetapi, mereka dengan sadar dan sengaja mengikuti Korah untuk memberontak. Ini tergolong melakukan dosa dengan sengaja. Jadi, Tuhan tidak memberi mereka kesempatan untuk bertobat dan mereka langsung dilenyapkan.


Cinta akan Kebenaran akan Melindungi kita

Jadi, ketika kita berbicara tentang bagaimana menilai Korah, yang terpenting adalah apakah kita mencintai kebenaran. Di Galatia 4:16-17, Paulus memberi tahu orang-orang Kristen Galatia.

Apakah sekarang aku menjadi musuhmu karena menunjukkan kebenaran kepadamu? Orang-orang itu berusaha mendapatkanmu, tetapi bukan dengan maksud yang baik. Mereka ingin mengasingkan kamu dengan harapan kamu akan mencari mereka.

Paulus mengatakan kebenaran kepada orang Kristen Galatia, tetapi dia diperlakukan dengan penuh kebencian oleh orang Kristen Galatia. Kenapa demikian? Karena orang suka mendengar kata-kata yang menyenangkan telinga mereka. Mendengar kebenaran tentang diri kita, rasanya seperti sedang mendengar orang mencela dan mengoreksi kita. Hamba Tuhan yang sejati, misalnya Musa, tidak akan mengatakan apa pun untuk menyenangkan Anda. Dia akan berkata sesuai dengan kehendak Tuhan. Dia sangat peduli dengan jiwa Anda. Akan tetapi, jika Anda tidak mencintai kebenaran, Anda akan menganggap hamba Tuhan itu tidak menyenangkan. Pantas saja seluruh bangsa Israel berdiri teguh mendukung Korah karena mereka tidak mau mendengarkan perintah Musa. Mereka menemukan Musa selalu mengendalikan mereka. Musa melarang mereka melakukan ini dan itu. Dia mengumumkan banyak hukum; kemudian pada hari lain saat hukum tidak ditaati, Musa lalu menghukum mereka. Musa benar-benar membuat orang tidak nyaman.

Akan tetapi, rasul-rasul palsu dan guru-guru palsu, seperti Korah, akan dengan sengaja mengatakan sesuatu dan melakukan segala sesuatu untuk menyenangkan orang. Mereka membuat daging Anda nyaman dan menawarkan sedikit bantuan dan nikmat. Namun, tujuan mereka adalah untuk keuntungan mereka sendiri, untuk mendapatkan dukungan Anda. Mereka tidak melakukannya karena benar-benar peduli pada Anda. Mereka juga tidak benar-benar peduli pada jiwa Anda. Pada akhirnya, mereka membawa Anda binasa. Korah justru membawa semua pengikutnya binasa. Datan dan Abiram, dan On serta istri, menantu perempuan dan anak-anak mereka jatuh tertimbun di bawah tanah hidup-hidup. 250 pemimpin dibakar sampai mati di depan Kemah Suci Allah. Bagaimana dengan orang lain?

Hal yang sangat aneh adalah ketika Korah dan para pemimpin ini dimusnahkan oleh Tuhan, orang Israel masih mendukung Korah. Mereka menyerang Musa dan Harun. Mereka mencela Musa dan Harun karena telah membunuh umat Yahweh. Korah telah sangat berhasil memenangkan hati orang Israel. Dia sangat “baik” di mata mereka dan semua orang menghargainya dan mendukungnya. Mereka berpikir bahwa Korah benar dan adalah umat Yahweh. Bahkan setelah Tuhan memusnahkan Korah, mereka tetap tidak melihat bahwa Korah dimusnahkan karena dosanya. Mereka masih bersikeras bahwa Musa yang telah membunuh Korah. Pada akhirnya, Tuhan bertindak membela Musa dan 14.700 umat Israel tewas.

Jelas, Musa dan Harun adalah orang-orang yang benar-benar memperhatikan bangsa Israel. Jika mereka tidak berdoa untuk bangsa Israel, seluruh jemaah akan musnah. Korah hanya membawa kehancuran jemaah. Namun, ternyata bangsa Israel tidak mampu melihat kebenaran. Sebaliknya, mereka tetap mendukung Korah dan memarahi serta menyerang Musa dan Harun. Anda bertanya-tanya, “Mengapa orang-orang begitu bodoh?” Jangan merasa aneh, jika engkau tidak mencintai kebenaran, memanjakan daging, senang dijilat, engkau akan ditipu oleh mereka yang bermotif lain. Anda tidak akan bisa membedakan siapa teman dan siapa musuh dan sampai mati, Anda tidak bisa membedakannya. Orang lain membawa Anda ke kematian, Anda masih bersukacita dan bahagia. Ini benar-benar mengerikan! Semoga Tuhan mengasihani kita, marilah kita mencintai kebenaran dan segera keluar dari kehidupan daging. Jika tidak, ketika penipu terbesar, anti-Kristus, datang, kita semua akan tertipu dan pada akhirnya kehilangan hidup kekal kita.


Dosa Korah tidak ditimpakan pada keturunannya

Mari kita buka di Bilangan 26:10-11.

Tanah membuka mulutnya dan menelan Korah bersama semua pengikutnya, api membakar 250 orang. Hal itu menjadi peringatan bagi mereka. Namun, anak-anak Korah tidak mati.

Di sini, Alkitab menjelaskan dengan mengatakan bahwa anak-anak Korah tidak mati. Ini sangat spesial. Putra-putra Korah tidak hanya tidak mati, tetapi juga terus melayani Tuhan. Misalnya, 1 Tawarikh 9:19, 26:19 mengatakan bahwa keturunan Korah menjaga pintu Kemah Suci. Yang lebih istimewa lagi, kitab Mazmur mengumpulkan tulisan dari keturunan Korah. Contoh: Mazmur 42, 44 sampai 49, 84-85 dan 87-88. Semuanya ada 11 mazmur yang sangat indah, terutama Mazmur 42 yang sangat disukai gereja saat ini: “Seperti rusa merindukan aliran air, demikianlah aku merindukan Engkau, ya Tuhan!”. Mazmur yang mengungkapkan hati yang sangat merindukan dan mencintai Tuhan, ternyata penulisnya adalah keturunan Korah.

Mengapa anak-anak Korah tidak mati? Jelas mereka tidak mengikuti Korah untuk memberontak. Di Bilangan 16:24-25, sebelum Tuhan memusnahkan Korah, Tuhan meminta Musa untuk menyuruh jemaah itu meninggalkan Korah. Harusnya pada saat itulah anak-anak Korah meninggalkan Korah. Mereka bisa melihat bahwa Korah sedang memberontak kepada Allah, sehingga mereka tidak mengikuti Korah. Jadi, Tuhan tidak memusnahkan anak-anak Korah dan tetap membiarkan mereka melayani di tabernakel. Jadi, Tuhan sangat benar, sangat adil. Alkitab mengatakan bahwa “anak laki-laki tidak bertanggung jawab atas dosa ayahnya”. Allah tidak akan membunuh anaknya karena ayahnya telah berdosa. Di antara keturunan Korah, masih ada orang yang mencintai Tuhan. Terlebih lagi, mazmur yang mereka tulis sangat indah, ini sangat membesarkan hati kita.

 

Berikan Komentar Anda: