Pastor Mark Lee | Pembaruan (6) |

Penambahan pengetahuan tidak membantu kehidupan rohani

Saya akan melanjutkan seri tentang pembaharuan akal budi ini. Sebagaimana yang saya katakan sebelumnya, pembaharuan akal budi bukanlah semata-mata suatu pembaharuan pengetahuan. Kita harus dengan sangat jelas menangkap poin penting ini. Kita terbiasa menambah pengetahuan dari mendengar khotbah-khotbah, atau dari membaca Alkitab.  Kita menyimpan pengetahuan itu dan berusaha mempraktekkannya. Namun, Alkitab memberitahu kita sekadar meningkatkan pengetahuan sama sekali tidak berguna.

Mengapa Alkitab berkata bahwa pengetahuan sangat sedikit gunanya? Pengetahuan di dunia ini atau dalam sains sangatlah penting. Setiap negara harus mempunyai pengetahuan jika ingin menjadi kuat, makmur dan handal. Namun, kita sedang berbicara tentang kehidupan rohani, hal yang berbeda dengan pengetahuan duniawi.

Apakah itu pengetahuan Alkitab? Selain “Firman Allah” dan “pengajaran-pengajaran Allah”, ada lagi satu istilah yang biasa digunakan untuk merujuk pada pengetahuan Alkitabiah, dan Anda akan terkejut saat saya mengatakannya, yakni hukum Allah.

Pengetahuan apa yang kita pelajari? Pengetahuan yang berupa kebenaran Allah, hukum Allah. Mungkin ada yang mengira bahwa kata “hukum” Alkitab bukanlah sesuatu yang baik. Pemahaman ini juga salah. Alkitab secara jelas mengatakan bahwa hukum adalah sesuatu yang baik. Hukum itu baik. Hanya saja kita tidak terbantu olehnya.

Sebab, aku tidak mengerti apa yang kulakukan karena aku tidak melakukan hal yang kuinginkan, melainkan aku melakukan hal yang kubenci. 16 Akan tetapi, jika aku melakukan suatu hal yang tidak ingin kulakukan, aku menyetujui bahwa Hukum Taurat itu baik. (Rm 7:15-16)

Hukum itu adalah pengajaran dari Alkitab, apakah itu Perjanjian Baru atau Perjanjian Lama. Jadi, bukan hanya Perjanjian Lama yang mempunyai hukum, tetapi Perjanjian Baru juga mempunyai hukum. Kitab Roma juga berbicara tentang hukum. Alkitab sangat jelas dalam pendiriannya bahwa hukum itu baik, dan tidak ada penyebutan bahwa hukum itu buruk.

Di sinilah masalahnya. Memang baik membaca Alkitab dan memperoleh banyak pengetahuan, tetapi pengetahuan tentang hukum itu tidak banyak membantu. Mengapa? Ayat 15 menjelaskan, “aku tidak mengerti tindakan-tindakanku sendiri“. Mengapa aku melakukan hal-hal ini? Aku punya hukum itu, dan aku tahu apa yang baik dan yang buruk. Namun, “aku tidak melakukan apa yang aku inginkan” (yaitu, apa yang baik), malahan, “aku melakukan hal yang justru aku benci (yaitu apa yang tidak aku suka). Apa yang dilarang oleh hukum, malah itu yang aku lakukan.

Anda tahu apa yang baik, tapi Anda tidak melakukannya; Anda tahu apa yang sebaiknya tidak dilakukan, tapi Anda tetap lakukan.  Hukum itu telah memberi Anda beban. Hukum itu sendiri baik, tapi masalahnya adalah kita tidak bisa berpegang teguh padanya dan hukum tidak dapat membantu Anda. Inilah poin pertama: hukum itu tidak dapat membantu kita. Namun, jangan berpikir bahwa kita tidak perlu membaca hukum Perjanjian Lama. Ingat bahwa tidak hanya ada hukum Perjanjian Lama, tapi pengajaran Perjanjian Baru juga adalah hukum Allah.


Berkehendak juga tidak membantu

Hukum itu tidak membantu kita. Membuat resolusi-resolusi juga tidak banyak membantu kita. Sebagaimana disebutkan di ayat 15, aku tidak melakukan yang aku ingini atau yang aku kehendaki untuk dilakukan. Anda mengawali tahun yang baru dengan membuat resolusi yang baru, berharap bahwa tahun ini lebih baik. Namun, perlahan-lahan Anda menyadari bahwa setiap tahun sama saja – 2015, 2017, 2020, tidak ada perbedaan, dan Anda tahu bahwa 2025 akan sama juga. Anda menemukan bahwa ayat 15 sangat benar! – “Aku tidak melakukan yang aku ingin lakukan, yang aku bertekad untuk melakukannya. Namun, yang aku benci dan berikrar untuk tidak lakukan, malah itu yang aku lakukan. Bukankah ini yang terjadi?!

Di sini ada dua fakta yang tidak dapat diperdebatkan: hukum, yaitu pengetahuan, tidak membantu kita, dan sekalipun kita berkehendak untuk melakukannya, itu juga sia-sia. Anda telah tahun demi tahun menjalani kehidupan Anda dalam dua cara ini: mempelajari pengajaran-pengajaran Alkitab dan menetapkan pikiran Anda untuk mengikutinya dan melakukannya, tetapi pada akhirnya, semua usaha Anda ternyata sia-sia. Alkitab memang benar, dan Paulus juga memberitahu kita hal yang sama, bahwa keduanya, pengetahuan dan kehendak, tidaklah ada gunanya. Ini merupakan poin yang sangat penting.

Dengan lebih banyak membaca, Anda hanya akan memperoleh lebih banyak pengetahuan, tetapi Anda tidak akan merasa bahwa Anda dapat melakukannya; Anda bisa menetapkan pikiran Anda untuk melakukannya, tapi pada akhirnya semua usaha Anda sia-sia. Bagi orang yang sudah berada di gereja selama 10 tahun, bagaimana kehidupan rohani Anda menurut Anda sendiri? Banyak orang percaya yang tidak tahu cara mana yang akan berhasil untuk mereka. Anda telah bergumul sekian lama, berusaha untuk melakukan hal yang sama selama satu, dua, atau lima tahun. Namun, tidak ada perubahan, kalau ada pun, hanya perubahan yang kecil. Ada yang sudah sampai di titik di mana mereka sudah terlalu frustasi untuk berusaha lagi.

Biar saya memberi Anda contoh yang paling umum untuk mengilustrasikan fakta bahwa pengetahuan rohani benar-benar tidak dapat membantu kita; membuat resolusi juga tidak dapat memecahkan permasalahan. Hampir setiap orang suka membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain, dan sangat mudah untuk menjadi sombong dan kritis terhadap orang lain. Anda membandingkan diri Anda dengan teman-teman sebaya. Anda membandingkan dengan orang-orang yang sudah bertahun-tahun di gereja, tetapi masih lemah, dan Anda merasa lebih baik daripada mereka.

Filipi 2:3 berkata, “anggaplah orang lain lebih penting daripada dirimu sendiri.” Ini adalah hukum. Bisakah Anda menaati pengajaran paling dasar ini, hukum paling dasar ini, yaitu “jangan membandingkan dirimu dengan orang lain, jangan berpikir kamu lebih baik daripada orang lain”? Bukankah ini sangat sulit? Satu-satunya hal yang Anda bisa lakukan adalah berusaha untuk tidak menjadi sombong. Anda tahu hukum-hukum ini, tapi bisakah Anda berhenti dari membandingkan diri Anda dengan orang lain? Bisakah Anda berhenti merasa puas diri?

Anda tahu Anda seharusnya tidak melakukannya, itu salah, tetapi bisakah Anda berhenti? Anda telah percaya kepada Yesus, Anda telah memiliki Roh Kudus, tetapi mengapa Anda tidak dapat berhenti? Mengapa masih melakukannya? Ini merupakan masalah yang sudah terjadi bertahun-tahun dan bukanlah hal yang baru. Bahkan jika Anda bolak-balik membaca Alkitab, cara berpikir Anda tidak akan banyak berubah karena yang sedang Anda lakukan adalah menambah pengetahuan. Anda harus mengerti bahwa pengetahuan rohani itu tidak berguna. Bahkan jika Anda menetapkan pikiran dan membuat tekad tahun demi tahun, Anda akan mendapati bahwa Anda akan segera kembali pada diri Anda yang lama. Mungkin Anda akan tahan sebentar, tergantung pada kekuatan kehendak Anda, beberapa orang bisa bertahan selama satu bulan, sebagian yang lain bisa bertahan dua bulan, sebagian yang lain beberapa bulan, tetapi cepat atau lambat Anda akan menyerah.


Pembaruan akal budi, bukan pembaruan Pengetahuan

Paulus memberitahu kita prinsip yang sangat penting: Anda harus memperbaharui akal budi Anda. Jika akal budi Anda tidak dibaharui, tidak kira apa yang Anda lakukan, itu tidak akan berhasil karena Anda tidak melakukannya menurut cara Allah. Ini bukan tentang pengetahuan. Ini bukan tentang kehendak. Ini bukan tentang membuat ketetapan hati untuk melakukannya. Masalahnya adalah Anda tidak tahu apa yang dimaksudkan dengan pembaharuan akal budi. Anda belum menangkap prinsip yang sangat penting ini, walaupun saya sudah menjabarkannya beberapa kali. Pembaharuan akal budi merupakan  hal yang terlalu asing bagi kita.

Terakhir saya mengajak Anda untuk melakukan satu tugasan, yaitu memikirkan bagaimana menerapkan pembaruan akal budi dan menuliskan pemahaman Anda tentang topik ini. Setelah membaca tugasan-tugasan Anda, saya dapat melihat di mana letak permasalahannya. Di dalam tugasan-tugasan saudara,  kata ‘akal budi’ bahkan tidak muncul! Meski saya telah dan sedang membicarakan subyek ini untuk waktu yang cukup lama, saya mendapati bahwa sebagian besar orang benar-benar tidak paham. Rencana Anda tentang bagaimana menerapkan hal ini masih persis sama dengan sebelum Anda mendengar seri khotbah ini. Anda masih berbicara tentang bagaimana “menetapkan akal budi” untuk melakukan. Sangat sedikit yang menyebutkan tentang berpikir (thinking). Ini aneh. Seolah-olah semua khotbah tentang pembaruan akal budi, belum pernah Anda dengar. Apakah benar Anda telah mendengar khotbah-khotbah ini? Saya percaya Anda sudah, tetapi mengapa Anda masih belum mengerti apa yang Alkitab katakan? Jadi saya hanya bisa melanjutkan dengan topik ini, sambil berharap suatu hari Anda akan memahaminya.


Pengetahuan di otak Tidak membantu Kehidupan kita

Pembaharuan akal budi sangatlah penting. Hal pertama yang perlu Anda ketahui tentang pembaharuan akal budi adalah ini bukan pembaharuan pengetahuan. Ini adalah “pembaharuan akal budi”, jadi fokusnya bukan pada pengetahuan! Pembaharuan pengetahuan itu mudah – ketika Anda mendapatkan lebih banyak informasi baru, pengetahuan Anda diperbarui, sama seperti komputer Anda bisa diperbarui hampir setiap hari. Sangat mudah untuk memutakhirkan komputer Anda, hanya dengan menekan tombol keyboard. Namun, bagaimana otak manusia bisa diperbarui? Seandainya saja ada keyboard semacam itu untuk otak manusia, Anda akan membelinya berapa pun harganya!

Bagaimana otak bisa diperbarui? Bahkan di tingkat yang paling dasar, sangat sulit bagi kita untuk memahami apa itu otak. Kita berpikir bahwa otak sepenuhnya adalah pikiran, bahwa organ ini mengandung banyak pengetahuan dan banyak pikiran rasional. Otak tidak sesederhana itu. Otak sebenarnya mengatur segala sesuatu tentang seluruh keberadaan Anda.

Ada banyak bagian di dalam otak, tetapi kita hanya familiar dengan bagian yang berhubungan dengan belajar dan menyerap pengetahuan.  Terdapat banyak demensi lain, seperti pertimbangan, kehendak, emosi dan lainnya. Dari mana emosi muncul? Tentu saja, dari otak Anda. Apakah otak Anda bisa mengontrol emosi Anda? Tidak bagi kebanyakan orang. Otak menyuruh Anda untuk tidak marah, Anda seharusnya tidak marah, dan berusaha menekannya, tapi kenyataannya Anda masih marah. Saat Anda sangat tidak senang, apakah Anda bisa menggunakan otak, pemikiran, akal budi atau pertimbangan lainnya untuk melarang diri Anda untuk menjadi tidak senang? 

Kita salah dalam berpikir bahwa pengetahuan sangat penting dalam kehidupan kita. Pada kenyataannya, pengetahuan hanyalah salah satu dari banyak area kehidupan, dan pengetahuan termasuk area yang agak lemah. Pada musim panas, Anda tahu tidak baik untuk mengkonsumsi terlalu banyak es, es krim, dan makanan manis. Atau mungkin otak Anda memberitahu Anda bahwa tidak baik untuk menghabiskan banyak waktu bermalas-malasan di sofa bermain HP. Anda tahu hal-hal ini buruk, tapi sejauh mana pengetahuan seperti ini membantu Anda? Mungkin hanya 5% atau 10%, pengetahuan hanya dapat berfungsi sebagai pengingat. Anda sedikit merasa bersalah, tapi pengaruh “pengetahuan” ini terlalu lemah atas perilaku Anda, terlalu tidak berarti. Ya, pengetahuan berguna di lingkup lain seperti arsitektur, tapi saya tidak sedang berbicara tentang arsitektur atau benda-benda mati, saya sedang berbicara tentang manusia yang hidup (kehidupan)


Allah Mengukir hukum Perjanjian Baru di dalam akal budi kita

Lalu Anda mungkin bertanya fakultas atau bagian kita yang mana yang lebih mampu untuk membantu kita. Hal inilah yang akan kita tangani hari ini. Topik tentang pembaharuan akal budi. Inilah bagian yang dimaksud. Jika akal budi Anda benar-benar diperbarui, Anda bisa diselamatkan, tetapi jika hanya pengetahuan yang diperbarui, manfaatnya hanya sedikit.

Mari kita melihat ayat di Ibrani 8:10

‘Inilah perjanjian yang akan Kuadakan dengan kaum Israel setelah masa itu,’ kata Tuhan: ‘Aku akan menaruh hukum-hukum-Ku dalam pikiran mereka, dan Aku akan menuliskannya pada hati mereka. Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku.

Di manakah Tuhan akan menaruh hukum-hukum-Nya? Di manakah Tuhan akan menaruh semua isi pengajaran-pengajaran Alkitab? Di dalam hati dan pikiran umat-Nya. Akal budi adalah pikiran atau pemikiran-pemikiran kita. Pikiran dan hati sering disebut bersamaan, dan mereka berkaitan erat sampai keduanya tidak dapat dengan jelas dibedakan. Sangatlah jelas bahwa keduanya tercampur satu dengan yang lain. 

Di manakah hukum Perjanjian Lama tertulis? Sepuluh Perintah tertulis pada loh-loh batu. Perintah-perintah Perjanjian Lama yang lain tertulis dalam gulungan-gulungan perkamen. Bagaimana orang Israel membaca Perjanjian Lama? Orang-orang Israel membaca gulungan-gulungan Perjanjian Lama dan menghafalkannya dalam pertemuan-pertemuan dan kebaktian-kebaktian mereka. Mereka terus menyimpan hukum-hukum itu di kepala mereka.

Berbeda dengan Perjanjian Baru. Hukum Perjanjian Baru tidak lagi tertulis pada loh-loh batu atau pada kertas. Hukum ini tertulis di pikiran dan di hati kita. Apa maksudnya hukum Allah tertulis dalam hati dan pikiran kita? Apakah ini berarti kita menghafal Alkitab sampai kita mengetahuinya dengan hati sehingga saat kita menutup mata, kita bisa mengutip dari Kejadian sampai Wahyu? Sehingga Anda dapat meraih nilai tinggi pada kuis-kuis Alkitab? Tidak. Itu bukan yang dimaksudkan oleh Ibrani 8:10. Lalu apa artinya?

Menyimpan Kitab Suci dari gulungan-gulungan ke dalam kepala dan pikiran seseorang merupakan cara PL dalam mendekati hukum Allah. Ini seperti belajar – Anda menjadi familiar dengan Tata Bahasa Inggris dan menghafal semuanya. Dalam Matematika, Anda harus tahu bagaimana mengintegrasikan semua rumus Matematika. Setelah menyimpan semua ini dalam otak Anda, Anda mengikuti ujian umum. Atau dapat juga digambarkan seperti menyimpan data dalam sebuah penyimpanan USB. USB Anda mungkin punya kapasitas 10GB. Rata-rata otak manusia mempunyai kemampuan untuk menyimpan setara berjuta-juta gigabytes memori digital. Otak Anda kuat. Anda bisa mencari pengetahuan dan data yang tersimpan dalam otak Anda, mempelajarinya, dan bahkan mengaplikasikannya.


Hukum Perjanjian Baru tertulis dalam akal budi

Situasi di Perjanjian Lama lebih mudah dipahami, karena membaca Perjanjian Lama adalah seperti membaca sebuah buku dan menghafalkan atau mengingat pengetahuan di kepala Anda. Bagaimana dengan Perjanjian Baru? Apakah menuliskan Perjanjian Baru di pikiran Anda berarti menghafal hukum itu? Apakah perbedaannya? Perintah-perintah Perjanjian Lama tertulis pada loh-loh batu, pada perkamen-perkamen, atau pada kertas. Ketika hukum itu tertulis pada sehelai perkamen, disebut apakah perkamen itu? Itulah yang disebut Alkitab, tempat Firman Allah terekam. Mengapa buku ini disebut Alkitab? Karena Firman Allah tertulis di dalamnya. Jadi, apa pun bahannya, jika yang tertulis di dalamnya adalah Firman Allah, itu adalah Alkitab.

Lalu, apa yang sedang berusaha dikatakan oleh penulis kitab Ibrani? Dia sedang berkata bahwa Allah telah menulis hukum, Firman, perintah dan pengajaran-Nya secara langsung pada pikiran dan hati Anda. Jadi, otak sekarang disebut sebagai apa? Otak sekarang disebut sebagai Alkitab, hati juga adalah Alkitab! Alkitab menyertai Anda ke mana saja Anda pergi, dan Anda melakukan segala sesuatu melalui Alkitab, kecuali jika Anda tidak menggunakan otak Anda. Apakah Anda paham? Sekarang otak Anda harus menjadi Alkitab. Ini merupakan perbedaan besar antara Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama. Hukum Perjanjian Lama tertulis di luar, dan orang-orang hanya dapat membacanya, mempelajarinya dan menghafalkannya, dan segala sesuatu ada di luar. Dapatkah Anda melihat perbedaannya? 

Apakah jelas? Namun, apa artinya, “Otak saya adalah Alkitab”? Ini berarti Anda mempunyai pengajaran dan kebenaran Allah di dalam otak Anda. Dengan kata lain, segala sesuatu yang saya pikirkan di kepala adalah Alkitab. Apakah ada yang pernah menulis omong kosong dalam Alkitab? Saya pikir tidak ada yang berani melakukan itu. Anda dapat berkata bahwa sekarang otak Anda telah disucikan dan hanya Firman Allah yang tersimpan di dalamnya.

Ini berarti otak saya dan pemikiran-pemikiran dalam akal budi saya adalah hal-hal tentang Allah, pengajaran-pengajaran Allah, perintah-perintah Allah, undang-undang Allah dan ketetapan-ketetapan Allah, di mana pemikiran-pemikiran, cara pikir dan akal budi saya secara sempurna selaras dengan perintah-perintah Allah. Ini adalah karena Allah telah mengukir hukum-Nya pada otak dan di hati saya. Apakah Anda paham? Anda harus tiba ke tahap di mana apa yang Anda pikirkan, apa yang ada di kepala Anda, semuanya konsisten dengan Firman Allah. Itulah yang dimaksudkan.

Terkandung dalam otak Anda merupakan sejumlah besar pemikiran yang harus diubah sehingga tidak ada lagi kehendak manusia, tetapi kehendak Allah, dan inilah pembaharuan. Akal budi Anda harus diperbarui sampai pada satu titik di mana hanya ada Firman Allah, kebenaran Allah, di dalamnya. Jika Anda menaruh Firman Allah bersama dengan pemikiran-pemikiran manusia, ini disebut penistaan. Pulang dan pikirkan hal ini. Periksalah seberapa banyak kebenaran Allah ada di pikiran Anda. Saya percaya tidak lebih dari 5%! Dan 95% dari pemikiran-pemikiran yang berputar-putar di pikiran Anda bukan saja bukan kebenaran, tapi malah berlawanan dengan kebenaran, berlawanan dengan Alkitab.

Allah bermaksud untuk mengubah otak Anda menjadi Alkitab, dan ini merupakan pekerjaan-Nya. “Aku akan menulis perkataan-perkataan-Ku di dalamnya”. Firman Allah yang tertulis di kertas disebut Alkitab; dan otak Anda dengan Firman Allah yang tertulis di dalamnya juga adalah Alkitab. Sekarang kita harus mengizinkan Allah mengubah kita dengan cara ini – beralih dari otak manusia menjadi otak kepunyaan Allah sehingga apa yang ada di dalamnya adalah pengajaran-pengajaran Allah, tanpa ada pemikiran dari daging sama sekali. Itulah, peralihan kepada otak yang baru. Apakah ini jelas? Tidak terlalu sulit untuk dipahami, bukan?

Jadi, saya tidak bermaksud bahwa kita seharusnya membaca Alkitab dengan cara siang dan malam menjejalkan otak kita dengan Firman. Itu cara kita menangani studi kita – pada hari sebelum tes, kita belajar dari pagi sampai malam, lalu kita akan melupakan apa yang kita pelajari itu setelah tes berlalu. Yang saya maksudkan adalah otak Anda harus diubah sehingga tidak ada lagi pemikiran-pemikiran manusia atau kehendak manusia di dalamnya, tetapi segala sesuatu yang ada di dalamnya sesuai dengan kehendak Allah, pikiran Allah, hukum Allah, dan perintah-perintah Allah. Membiarkan otak kita diubah dengan cara ini, itulah pembaharuan akal budi.


Kejarlah agar Pikiran kita diperbarui hari demi hari oleh Allah

Peralihan kepada otak yang baru, yaitu pembaharuan, bukanlah perubahan yang instan. Ini merupakan sesuatu yang terjadi selama hidup Anda, dan akal budi Anda akan perlahan-lahan diubahkan menurut kerangka berpikir dan hakikat dari Firman Allah. Ini dimulai hari ini saat Anda mendengar pesan ini dan terus berubah. Alkitab berkata di 2 Korintus 4:16,

Itulah sebabnya, kami tidak pernah berkecil hati. Walaupun tubuh lahiriah kami makin merosot keadaannya, tetapi manusia batiniah kami selalu diperbarui hari demi hari.

Setiap hari, pikiran, manusia batiniah dan otak kita secara konstan ditransformasi ke dalam pemikiran-pemikiran dan perintah-perintah Allah, diperbarui hari demi hari. Ini berarti hari ini, lebih baru dari kemarin, dan esok akan sedikit lebih baru dari hari ini, sampai hari Anda bertemu Tuhan, pikiran Anda telah diperbarui secara total.

Pikiran kita akan diubah dan diperbarui sampai akhirnya menjadi keseluruhan Alkitab. Pemikiran-pemikiran dan keputusan-keputusan yang dibuat dalam pikiran Anda akan semuanya secara natural selaras dengan Alkitab. Anda akan menjadi “Alkitab yang sedang bertindak atau Alkitab yang sedang beraksi” karena Alkitab benar-benar terukir dalam hati dan dalam pikiran Anda. Alkitab bersama Anda ke mana saja Anda pergi, dan Anda mempunyai Firman Allah dalam diri Anda. Otak Anda telah beralih menjadi baru.

Kita harus mengejar ini. Saat kita memang mengejar ini,  yakinlah bahwa Allah akan bekerja, dan Roh Kudus akan bekerja. Namun, kita semua harus melakukan bagian kita. Alkitab tidak pernah berkata bahwa kita tinggal pasif atau bahwa kita tidak harus berpartisipasi. Kita harus bekerjasama dengan Allah. Jika Anda tidak bekerjasama dengan Allah, tentu saja Allah tidak dapat membantu Anda.

Anda bisa menyebut ini “pencucian otak”, tapi yang secara aktif mencucinya adalah Anda sendiri, membuang pemikiran-pemikiran yang lama dan secara aktif menggantinya dengan yang baru. Saat Anda mengejar pembaruan ini dengan kemauan, Allah akan membantu Anda. Beberapa negara di dunia juga melakukan pencucian otak, tapi diktator-diktatorlah yang memaksakannya kepada Anda. Keduanya adalah pencucian otak, tapi perbedaan di antara keduanya sangatlah besar.

Sangatlah penting untuk kedua pihak bekerjasama, bukan dipaksa. Ini sangat penting karena perilaku Anda bergantung sepenuhnya pada pemikiran Anda. Tidak kira bagaimana perilaku Anda berubah, jika akal budi Anda tetap sama, perubahan pada perilaku Anda hanya akan berumur pendek. Setelah satu periode waktu tertentu, Anda akan kembali pada cara-cara lama Anda. Banyak orang percaya yang bermasalah besar pada area ini, dan akibatnya, tidak ada kemajuan di dalam kehidupan rohani mereka. Mereka berputar-putar di tempat karena pemikiran mereka belum berubah. Saat pikiran mulai berubah, akan terlihat kemajuan yang semakin besar di dalam kehidupan rohani.  


Pemikiran yang salah: Manusia tidak dapat menjalani standar tinggi dari Alkitab

Izinkan saya untuk memakai satu contoh dari seorang saudari di sini. Dia berkata,

“Pada kenyataannya, kita semua tahu apa itu junk food, seperti kentang goreng dan es krim. Kita semua tahu bahwa makan junk food tidak sehat dan buruk bagi kesehatan kita. Namun, kita sangat suka makanan-makanan ini sampai sangat sulit untuk tidak memakannya, jadi kita hanya bisa berusaha yang terbaik dengan mengurangi makan makanan-makanan itu.”

Inilah pemikiran dan logika kita. Saya kira banyak dari Anda setuju dengan pemikiran ini.

Namun, tahukah Anda bahwa pemikiran seperti ini salah total? Pemikiran kita keluar jalur, salah, dan sebagai konsekuensinya perilaku kita juga salah. Sayangnya, banyak yang hanya ingin mengubah perilaku mereka, tetapi tidak pemikiran mereka. Setiap orang mengira pemikiran mereka benar. Tentu saja mereka tidak tahu bahwa pemikiran mereka salah. Seandainya mereka tahu bahwa ini salah, mereka tidak akan terus bersikeras dalamnya.

Setiap orang menganggap bahwa pemikiran mereka logis. Mereka berpikir bahwa persyaratan-persyaratan Alkitab benar-benar sulit, lalu siapa yang bisa diselamatkan? Apakah Anda berpikir bahwa ini pemikiran yang benar? Jika demikian, ini berarti tidak banyak orang di dunia ini bisa diselamatkan, jika tingkat kesulitannya sangat tinggi, persyaratan-persyaratan Alkitab terlalu sulit! Semua itu baik, tetapi terlalu sulit. Saya mengakui kegagalan saya. Alkitab terlalu menuntut!

Inilah pemikiran banyak orang percaya, “Alkitab terlalu menuntut. Saya benar-benar tidak bisa melakukannya. Tolong beri saya sedikit kelonggaran!” Jika itu benar, lalu apakah Allah adil? Ya, Dia akan menyelamatkan kita, tapi Dia mensyaratkan kita untuk mencapai tingkatan yang mustahil untuk kita capai. Apakah Allah sedang bermain-main dengan kita? Mungkin Anda merasa ini pemikiran yang masuk akal bagi kita, tapi sebenarnya Anda sedang ditipu oleh setan!

Ketika Anda benar-benar memahami Alkitab, Anda akan menyadari ada yang salah dengan penalaran Anda. Sangat sering, Anda tidak tahu siapa yang sedang mengatakan kebenaran. Apa yang Alkitab katakan?

Tidak ada pencobaan yang pernah menimpamu kecuali pencobaan yang biasa bagi manusia. Dan, Allah adalah setia, Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melebihi kemampuanmu. Akan tetapi, bersama dengan pencobaan itu, Ia juga akan menyediakan jalan keluar supaya kamu dapat menanggungnya. (1Kor 10:13)

Banyak orang percaya berpikir bahwa Alkitab terlalu menuntut, dan mereka benar-benar tidak bisa memenuhi persyaratannya. Mereka berpikir, “Bagaimana saya bisa tidak makan makanan enak ini! Saya sudah memakannya selama bertahun-tahun.” Kita telah sampai pada kesimpulan ini, tapi kita tidak tahu bahwa kesimpulan seperti ini absurd bagi Alkitab. Yang Anda maksud adalah, “Allah itu tidak adil, dan ini lebih dari yang bisa kutanggung,” tetapi Alkitab berkata, “Allah setia, dan Dia tidak akan membiarkanmu dicobai lebih dari kemampuanmu.”

Pikiran Anda telah meleset, bagaimana Anda bisa menjadi orang Kristen yang benar? Anda tidak bisa. Pikiran Anda terdistorsi dan jika pikiran seperti ini tidak diubahkan, Anda tidak memiliki harapan. Namun, Anda bahkan tidak tahu Anda sedang salah dalam pemikiran Anda, dan itulah masalahnya! Saya tahu bahwa Anda tidak bermaksud untuk menuduh Allah tidak adil, dan Anda hanya mengeluh tentang penderitaan dan kesengsaraan Anda.

Anda tidak menyadari bahwa Anda sebenarnya sedang menuduh Allah sebagai Allah yang tidak masuk akal, yang meminta kita melakukan hal-hal yang kita tidak bisa capai. Anda tidak tahu bahwa ini adalah tuduhan-tuduhan yang tidak masuk akal, karena akal budi Anda terselubungi oleh awan kegelapan! Anda tidak tahu apa yang sebenarnya yang sedang Anda pikirkan. Anda hanya bisa melihat sebagian kecil dari masalahnya, dan Anda menganggap kesimpulan Anda benar. Namun, kesimpulan Anda itu benar-benar salah!


Diperdaya oleh Iblis sehingga tidak dapat melihat Persoalan

Kebanyakan orang percaya mempunyai pemikiran seperti ini, dan Anda tentunya bukan satu-satunya yang berkata: Persyaratan-persyaratan Allah tidak bisa dicapai, dan sangat sulit bagi kita untuk menjadi orang Kristen yang baik. Ini merupakan mantra orang-orang percaya. Anda terikat dengan pemikiran ini. Anda menjadi bingung sendiri. Biar saya memberitahu Anda sebuah contoh dalam kehidupan nyata.

Saya telah memilih contoh ini karena ini adalah ilustrasi yang baik tentang bagaimana pemikiran seseorang bisa dibuat meleset dan keluar dari jalur. Sebenarnya, saudari yang berkata bahwa sulit untuk tidak makan junk food, adalah orang yang kita sangat kagumi.

Apa hal mengagumkan yang telah dilakukannya? Dia punya disiplin makan yang sangat bagus. Saya pikir tidak ada dari kita yang punya pengendalian diri seperti dia dalam hal makanan. Kita menjadi saksi dari keberhasilan dia menurunkan berat badan. Kita tahu betapa sulitnya untuk menurunkan berat badan, dan banyak orang menghabiskan banyak uang demi menurunkan berat badan dan berakhir sia-sia. Dia merupakan satu-satunya, yang saya kenal, yang berhasil menjadi langsing dan tetap langsing. Saya benar-benar mengaguminya selama tahun-tahun ini. Sejak 2013, sampai sekarang 2020, dia tetap sehat dan fit selama 7 tahun. Mempertahankan penurunan berat badan dalam 7 bulan itu mudah, dan banyak orang mengalami kenaikan berat badan lagi setelah beberapa tahun. Namun, saudari ini tetap terjaga kelangsingannya selama 7 tahun. Dia tentu saja adalah sebuah kisah sukses. 

Namun sekarang, saudari yang sama yang mengatakan dia tidak bisa tahan untuk tidak makan junk food! Dia telah berdisiplin dengan apa yang dia makan selama 7 tahun, jadi bagaimana bisa dia berkata dia tidak bisa menolak makanan-makanan itu? Saya benar-benar tidak mengerti mengapa dia berkata demikian. Dia jelas punya kemampuan untuk melakukannya, tetapi dia berkata dia tidak dapat, apa ini yang disebut merendah? Faktanya adalah dia berhasil, dan dia bisa berhasil menolak makanan-makanan itu selama 7 tahun sampai ke saat ini. Namun sekarang, cukup aneh, dia berkata dia tidak bisa melakukan itu, dan dia benar-benar tidak bisa menahan diri dari makan junk food. Saya tidak ada alasan untuk menerima perkataannya bahwa dia tidak bisa melakukannya.

Dia bisa dan telah melakukannya, dan sampai hari ini dia masih mengendalikan diri dan tidak makan atau makan lebih sedikit makanan yang tidak seharusnya dia makan. Namun, sangat aneh bagaimana akal budi manusia bekerja. Dia membalikkan fakta bahwa dia bisa melakukannya. Tentu saja, terkadang dia mungkin makan sedikit dari makanan-makanan tidak sehat itu, tapi yang jelas dalam kebanyakan kasus dia bisa menjauhkan diri dari semua itu, dan fakta ini yang tak terbantahkan.

Namun kemudian, mengapa dia berkata dia tidak bisa melakukannya? Seringkali, kita tidak bisa melihat persoalan dengan jelas. Terkadang ini adalah karena kita dipengaruhi oleh kebiasaan pikiran dan perasaan kita. Masalahnya adalah kita tidak melihat hal-hal secara utuh. Kita hanya fokus pada kelemahan-kelemahan dan kegagalan-kegagalan kita, dan merasa bahwa: “Saya sedang dalam kondisi buruk. Saya tidak punya harapan”. Bagaimanapun juga, jika Anda melihat dari perspektif yang lebih seimbang, Anda akan tahu bahwa ada harapan untuk Anda. Orang-orang condong menjadi ekstrim. Terkadang Anda sangat sombong dan berpikir bahwa Anda tak tertandingi di dunia ini, dan terkadang Anda merasa Anda sangat lemah. Ketika Anda telah melakukan sesuatu yang salah, Anda akan berpikir bahwa Anda telah jatuh ke neraka. Anda lalu mau menyerah. Faktanya, Anda hanya bereaksi berlebihan.


Fokuskan pikiran Anda pada Allah, bukan pada ancaman musuh

Kita telah diintimidasi oleh iblis! 1 Petrus 5:8 mendeskripsikan iblis sebagai seekor singa yang mengaum-ngaum. Mengapa dia mengaum? Tidakkah binatang-binatang kecil akan melarikan diri segera mendengar aumannya? Sebaliknya, dia seharusnya berjalan dengan senyap dan menyerang mangsanya secara mendadak dan cepat, bukan? Mengapa dia mengaum? Apakah Anda berpikir singa itu bodoh, dia salah strategi? Faktanya adalah, pada saat mendengar aumannya, binatang-binatang di hutan akan sangat ketakutan sampai-sampai mereka terpaku tidak dapat bergerak. Mereka panik dan tidak akan tahu harus melarikan diri ke arah mana. Mereka hanya terpaku di tempat menunggu nasib mereka. Iblis mengancam kita dengan trik ini sehingga kita percaya kita tidak bisa melakukannya. Iblis sedang berkata, “Bagaimana mungkin kamu bisa melakukannya? Kamu lebih baik menyerah!”

Banyak orang percaya sudah menyerah bahkan sebelum mereka bertarung, “Bagaimana aku bisa mengalahkan dosa, berjuang melawan dosa? Bagaimana saya bisa melawan singa, si iblis?” Kita terlalu cepat takut, dan panik ketika kita berhadapan dengan kesulitan. Karena itu, sikap kita sangat penting. Ketika menghadapi serangan musuh, Anda tidak boleh menyerah pada ancaman setan, tidak boleh membiarkan dia melemparkan segala macam tuduhan kepada Anda, yang hanya akan membuat Anda frustrasi dan putus asa. Jangan fokus pada kegagalan-kegagalan Anda. Jangan fokus pada kelemahan-kelemahan Anda, atau memperhitungkan kegagalan masa lalu Anda. Banyak orang yang terfokus pada hal-hal ini.

Apakah yang Alkitab suruh kita pandang? Kita harus memandang kepada Allah! Mengapa Anda harus berkutat di area kelemahan Anda? Mengapa Anda harus fokus pada ancaman-ancaman musuh? Bukankah Anda harus menetapkan mata Anda pada Allah? Saat Dia menuntun Anda sepanjang jalan, bagaimana bisa Anda masih melihat ke arah ini dan itu? Sama seperti murid-murid yang berada di perahu di laut yang penuh badai, dengan angin dan gelombang yang ganas, tidak mengetahui kapan mereka akan mencapai pantai. Mereka tidak melihat Yesus, mereka hanya melihat pada gelombang dan angin topan. Lalu bagaimana Anda akan punya kekuatan untuk bertarung melawan badai itu? Kekuatan datang dari Allah! Ada banyak pemikiran-pemikiran yang salah, pandangan yang salah dalam akal budi Anda, dan semua itu negatif. Mengapa Anda tidak menetapkan pikiran Anda pada Allah? Anda seharusnya memikirkan dan meneladani pikiran Yesus.

Kita cenderung memberi perhatian hanya pada auman singa itu, yang selalu membuat kita panik. Saat masalah-masalah muncul, reaksi pertama kita adalah “Aku tidak bisa!”. Tidaklah tepat untuk memfokuskan pikiran pada yang negatif, pada kelemahan-kelemahan Anda, pada kegagalan-kegagalan Anda. Jika Anda tetap terus dalam jalur ini, jika Anda tidak berubah, masalah-masalah akan tetap bermunculan, dan Anda akan pasti akan gagal, dan pada akhirnya berujung maut! Pola-pola pikir seperti ini mutlak tidak bisa diterima.

Pola-pola pikir kita harus diubahkan 180 derajat. Mulai dari yang penting-penting terlebih dahulu. Tentu saja, seseorang tidak bisa mengalahkan sepuluh persoalan sekaligus, ini mustahil. Identifikasilah pola pikir mana yang paling mempengaruhi Anda, dan mulailah untuk melawannya satu demi satu.


Mulailah dengan pembaharuan Akal Budi

Jika Anda ingin memperbaiki perilaku Anda, Anda harus bermula dengan pemikiran-pemikiran Anda, bukan perilaku Anda. Perilaku yang salah atau penyimpangan perilaku merupakan akibat dari penyimpangan dalam pemikiran. Jika Anda hanya memperbaiki perilaku Anda, mungkin Anda bisa melakukan hal yang benar untuk beberapa waktu, tapi tidak akan bertahan karena akarnya belum tuntas. Saat angin musim semi datang, akar yang masih ada itu membuat yang lama bertunas kembali. Anda akan terjebak dalam lingkaran tak berujung. Ini terjadi karena Anda tidak bermula dari akarnya. Pikiran Anda adalah akar Anda, dan apa pun yang ingin Anda ubah, Anda harus mulai dari akarnya, bukan di luaran, perilakunya.

Izinkan saya untuk mengilustrasikan ini dengan beberapa contoh dari sharing Anda. Sebagai contoh, Anda menyerahkan persoalan atau kebutuhan Anda ke dalam tangan Allah. Di satu sisi, Anda sudah menyerahkan ke dalam tangan Allah, tapi di sisi lain, Anda masih punya banyak pertanyaan, masih cemas, khawatir dan ragu, “Apakah Allah akan menolong saya atau tidak?”

Banyak yang memberitahu diri mereka sendiri, “Saya harus belajar untuk mempercayakan hal-hal ini kepada Allah dan berhenti memikirkannya atau mengkhawatirkannya.” Apakah cara ini akan berhasil membuat Anda tidak berpikiran atau khawatir? Tidak sama sekali. Anda tidak dapat mengendalikan apa yang akal budi Anda pikirkan. Tidak semudah itu. Anda perlu mengendalikan pikiran Anda – jika Anda menginginkan pikiran untuk tidak khawatir, ia tidak akan khawatir; jika Anda menginginkannya berhenti, ia akan langsung berhenti. Rata-rata orang tidak akan bisa melakukan itu. Anda perlu mengetahui letak permasalahannya. Anda menerka permasalahan terletak di akal budi Anda, tapi Anda perlu mencari tahu aspek mana dari pikiran Anda yang perlu Anda tangani. Bagaimana bisa Anda masih cemas dan khawatir bahkan setelah mempercayakan hal-hal ini kepada Allah? Apakah ini bisa disebut “mempercayakan”? Jelas sekali, apa yang Anda sebut “mempercayakannya” kepada Allah hanyalah suatu “hukum” religius. Anda tahu Anda harus menaati hukum ini karena setiap orang menyuruh Anda untuk mempercayakannya kepada Allah dan juga Alkitab berkata demikian. Karenanya, sesuai dengan hukum ini Anda berusaha menyerahkan ke dalam tangan Allah, tapi sebenarnya Anda belum.

Mengapa Anda khawatir, mengapa Anda tidak bisa sungguh-sungguh mempercayakan hal-hal kepada Allah meskipun Anda ingin mempercayakannya? Di mana letak masalahnya? Ini adalah karena Anda belum mengenal Allah dengan cukup baik. Ini bukan berarti Anda tidak mengenal Dia sama sekali, tapi karena Anda belum mengenal Dia dengan cukup baik sehingga bisa mempercayai-Nya dengan damai. Pengenalan akan Allah oleh banyak orang percaya hanya sebatas pengetahuan di kepala mereka. Secara teori Anda tahu bahwa Dia maha kuasa dan bahwa Dia adalah kasih. Kita semua tahu ini. Namun, di dalam hati Anda, dalam hidup Anda, Anda tidak sungguh-sungguh tahu seperti apa Allah ini. Anda tidak mengenal Dia yang telah Anda percayai. Jika Anda memang mengenal Dia, Anda dapat mempercayakan segala sesuatu kepadanya dengan penuh ketenangan, karena Anda mempunyai kepercayaan penuh kepada Dia.

Anda harus benar-benar mengalami kenyataan Allah, mengenal Dia dalam kehidupan Anda sebagaimana Anda mengenal seorang manusia yang lain. Ketika Anda mempercayakan sesuatu yang berharga kepada seseorang yang tidak Anda kenal dengan sangat baik, Anda akan khawatir atau tidak percaya. Jika orang ini merupakan sahabat baik Anda dan Anda telah mengenalnya selama bertahun-tahun, baru Anda tidak akan khawatir. Makin Anda mempercayai Dia dan mengenal Dia, makin Anda menjadi yakin. Sebagaimana di 2 Timotius 1:12 Paulus berkata, “Aku mengenal siapa yang telah aku percayai.” Dan Anda mungkin berkata, “Aku tahu itu juga – Aku tahu yang aku percaya adalah Yahweh, Allah Israel, Allah seluruh bumi. Tentu saja aku tahu, bagaimana aku bisa tidak tahu?” Yang Paulus maksudkan adalah Anda harus mengenal di dalam hati Anda siapa yang telah Anda percayai. Alasan mengapa banyak orang tidak dapat melepaskan sesuatu ke dalam tangan Tuhan sangatlah sederhana – Anda tidak sungguh-sungguh mengenal di dalam hati Anda seperti apa karakter-Nya, seperti apa Allah itu; yang Anda kenal tentang Dia hanyalah pengetahuan di kepala.


Akar masalah yang paling menghalangi Pengejaran akan Allah

Satu lagi contoh yang sangat umum – ada orang yang senang bermalas-malasan, hidup bersantai, pengangguran, menghabiskan waktu bermain HP, menjelajah internet, dll. Biasanya bagaimana menangani hal ini? Menetapkan jadwal untuk membatasi diri mereka sendiri: Kapan tidur dan kapan melakukan ini dan itu. Ada yang juga yang bertekad untuk belajar pengendalian diri dengan membuat jadwal. Namun, Anda yang pernah melakukan ini seharusnya sudah bisa menyimpulkan bahwa: Ini sama sekali tidak berguna! Hal-hal ini tidak membantu menangani permasalahan pengendalian diri Anda.

Anda harus mencari tahu mengapa Anda terpengaruh oleh hal-hal ini. Mengapa Anda membuang waktu untuk hal-hal ini? Apa hubungannya dengan akal budi Anda? Ini sangat berhubungan dengan akal budi, jadi Anda harus tahu di mana letak akar permasalahannya. Jika akal budi Anda tidak berubah, sekadar menetapkan jadwal tidaklah berguna. Di dalam pikiran Anda, Anda tidak sungguh-sungguh mengerti apa makna hidup, Anda tidak tahu betapa berharganya nilai kehidupan. Itulah alasan mengapa Anda tidak menghargai waktu sehingga Anda sesuka hati membuang waktu. Anda menyia-nyiakan masa muda, menyia-nyiakan hidup dengan sesuka hati, karena Anda belum diinsafkan tentang betapa bernilainya hidup yang diberikan Tuhan dan apa tujuan hidup itu diberikan. Anda belum melihat bahwa waktu adalah hidup.

Bagi yang merasa masih banyak waktu, masih punya banyak tahun, jadi membuang waktu bukanlah masalah besar dan Anda tidak menyesalinya sama sekali. Anda seperti orang kaya bodoh di perumpamaan, yang berpikir bahwa dia bisa ceroboh dengan waktu. Khususnya sekarang saat Anda masih muda. Bagaimanapun, jika Anda sampai pada kesadaran bahwa hidup ini berharga, Anda tidak akan membuang waktu Anda dengan sembrono lagi. Semua ini adalah masalah pola pikir. Sama seperti yang saya lakukan sebelum saya bertobat, hidup saya tanpa arti, tanpa arah, tak berisi, sama sekali kosong, segala sesuatunya kacau. Saya benar-benar tidak tahu apa makna hidup pada waktu itu. Saya hanya tahu bahwa memiliki uang dan bersenang-senang, itulah artinya kehidupan.

Sekali lagi, jika Anda ingin membuat perubahan dalam hal apa pun, Anda harus bermula dari pola pikir dan akal budi Anda. Jika pola pikir Anda diubahkan, semua perilaku Anda akan secara alami ikut berubah; jika pola pikir Anda tidak diubahkan, apa pun perilaku yang baru dibentuk akan segera kembali ke bentuk asalnya. Juga, saya mau menggarisbawahi satu poin: Pembaruan adalah perjalanan panjang. Namun, tidak masalah. Berapa lama waktu yang dibutuhkan bukanlah poinnya. Poinnya adalah kita berjalan di jalur ini selangkah demi selangkah, dan melalui prosesnya, Roh Allah akan memimpin Anda dan berjalan bersama Anda. Hal yang kita kejar bukanlah kita bangun pagi dan langsung diubahkan dalam sekejap. Bukan, bukan seperti itu. Pikiran kita diperbarui hari demi hari. Jika Anda bisa diperbaharui 1% setiap hari atau setiap bulan, itu sudah sesuatu yang besar, dalam 10 tahun Anda sudah akan banyak berubah.

Waktu bukan masalah besar dalam hal ini. Hal yang paling penting adalah Anda sungguh-sungguh memulai. Cari tahu dengan jelas aspek-aspek mana dari hidup Anda yang paling perlu diperbarui. Jangan mencoba memperbarui setiap hal sekaligus, karena Anda tidak dapat memperhatikan terlalu banyak hal. Pilih satu hal yang mempengaruhi hidup Anda, jadikan itu sebagai pengejaran Anda yang paling awal. Cari tahu cara untuk mengubah pola pikir Anda setiap hari, dan pola pikir yang baru akan membuat Anda menyadari di mana letaknya nilai kehidupan hidup. Jika Anda dapat dengan sungguh-sungguh mengejar dengan cara ini,  mengejar hati yang baru dan pikiran yang baru, Roh Allah akan membantu Anda. Alasan mengapa Allah mengutus Roh Kudus untuk tinggal di dalam kita adalah untuk membantu kita diperbarui hari demi hari, mulai dari otak kita, pola pikir kita dan akal budi kita. Ketika pola pikir kita berubah, pilihan-pilihan Anda akan berubah, cara Anda melakukan hal-hal akan berubah dan sudut pandang Anda akan berubah. Semua aspek kehidupan akan berubah, dan secara alami perilaku Anda akan mengikutinya. Ini adalah perubahan hidup yang benar.

 

Berikan Komentar Anda: