Pastor Eric Chang | Matius 13:31-32 |

Perumpamaan tentang biji sesawi dijelaskan tepat sesudah perumpamaan tentang lalang di antara gandum. Dengan demikian kita dapat dikuatkan, karena setelah membaca perumpamaan tentang lalang di antara gandum mungkin kita menjadi lemah dan bertanya-tanya, “Bagaimana masa depan Gereja jika anggota-anggotanya terisi dengan lalang di antara gandum?” Inilah jawaban Yesus yang dijelaskan di Matius 13:31-32.

“Hal kerajaan Allah seumpama biji sesawi yang diambil dan ditaburkan orang di dalam ladangnya; Memang biji itu merupakan biji terkecil diantara segala jenis biji, tetapi apabila sudah tumbuh, sesawi itu akan lebih besar dari sayuran lain bahkan menjadi sebuah pohon, sehingga burung-burung di udara hinggap dan membuat sarang di antara cabang-cabangnya.”

Apa maksudnya hal tersebut? Yesus selalu berbicara lewat perumpamaan. Bagi mereka yang mengenal firman Allah, tidak akan ada masalah untuk memahaminya. Kerajaan Surga atau Kerajaan Allah adalah seperti biji sesawi yang diambil seseorang dan ditaburkan di ladang. Hal pertama yang perlu diperhatikan ialah kita menemukan lagi perumpamaan tentang biji-bijian. Ada banyak perumpamaan yang berkaitan dengan benih. Kita mempunyai perumpamaan tentang seorang penabur benih, perumpamaan tentang benih yang tumbuh sendiri, perumpamaan tentang lalang di antara gandum, dan sekarang perumpamaan tentang biji sesawi. Alasan pemilihan biji sesawi dalam perumpamaan ini adalah karena biji sesawi merupakan biji yang terkecil di antara biji-bijian yang ditabur. Jika Anda tahu sedikit tentang ilmu pertanian, Anda mungkin akan berkata, “Tunggu dulu. Meskipun biji sesawi sangatlah kecil, tetapi bukan merupakan biji yang paling kecil di dunia.” Ya, memang benar. Biji sesawi bukanlah biji terkecil yang pernah ada, tetapi merupakan biji terkecil yang ditabur oleh petani di Palestina.

Ada sebuah alasan yang sangat bagus kenapa Yesus membicarakan biji-bijian di dalam banyak perumpamaan. Benih merupakan suatu hal yang indah, dan makin Anda memahami ajaran mengenai benih, Anda akan semakin memahami seluruh ajaran Kitab Suci mengenai keselamatan.

Ketika benih ditaburkan ke tanah, benih itu akan mati atau hancur. Lalu benih itu bertunas dan tubuh benih itu akan hancur sebelum ia tumbuh kembali. Hal ini menunjukkan gambaran yang utuh tentang kematian dan kebangkitan. Secara harfiah, hidup baru akan muncul dari penguburan, kematian dan kebangkitan sebiji benih. Yesus berkata bahwa kerajaan Allah seperti halnya satu benih — sekecil biji sesawi — yang ditabur ke dalam tanah, yang hilang dari pandangan mata, mati dan kemudian bangkit menjadi kehidupan baru. Sama halnya dengan cara Yesus mati, dikubur, dan seolah-olah dia hilang selamanya. Namun, Yesus dibangkitkan oleh Allah ke dalam hidup baru. Lalu, apa yang terjadi? Ketika biji tersebut bangkit menjadi kehidupan baru, ia akan menghasilkan sejumlah biji-bijian baru. Inilah ajaran Yesus di Yohanes 12:24:

“Aku berkata kepadamu: sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh kedalam tanah dan mati, ia tetap biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.”

Butir-butiran gandum menghasilkan sejumlah biji-bijian baru setelah melewati proses kematian dan kebangkitan. Yang terjadi adalah benih jatuh ke dalam tanah dan menghasilkan sejumlah besar gandum atau biji-bijian baru, dan biji-bijian baru tersebut ditabur kembali untuk menghasilkan bijian yang lainnya. Demikianlah seterusnya. Melalui proses kematian muncul kehidupan baru. Sama seperti Yesus, jemaat lahir lewat kematian dan kebangkitannya.

Namun, perhatikan ada hal yang lain. Kehidupan yang ada pada sejumlah bijian yang baru tersebut diperoleh dari bijian pertama yang telah mati. Dengan cara yang sama, kita memperoleh hidup baru — kehidupan kita yang baru berasal dari Yesus yang telah mati dan dibangkitkan, yang menyalurkan hidup baru ini kepada kita. Butiran gandum juga adalah benih. Saat Anda memakan gandum, Anda sedang memakan biji-bijian yang juga adalah benih. Jika Anda tidak memakannya melainkan menaburnya di tanah, butiran gandum tersebut akan bertumbuh dan menghasilkan sejumlah biji-bijian baru. Anda dapat memilih untuk memakannya atau menaburkannya. Yang dilakukan para petani ialah mengkonsumsi sebagian dari hasil panen dan menaburkan sebagian lainnya. Setiap butiran gandum merupakan benih. Kehidupan yang terdapat pada benih baru tersebut berasal dari benih yang telah mati. Seperti itulah, kita memperoleh hidup baru dari kebangkitan Kristus. Kita hidup sebab Yesus telah mati dan dibangkitkan.

Namun, kita tidak boleh berhenti di sini saja. Apa yang akan terjadi pada biji-bijian baru tersebut? Apakah bijian tersebut memperoleh kehidupan baru dari benih pertama hanya untuk menganggur tanpa berbuat apa-apa? Setiap butiran gandum ditaburkan kembali dan mati agar dapat memghasilkan butir-butiran gandum yang baru. Banyak pengajar Injil akan berhenti pada tingkatan tersebut — yakni mereka telah memperoleh hidup baru melalui kematian dan kebangkitan Kristus. Namun, apakah kita menyadari bahwa kita sendiri merupakan benih yang harus mati dan kemudian dibangkitkan? Sedikit orang yang mengerti bagian tersebut. Dari Yohanes 12:25, Anda akan melihat bahwa hal itu ditujukan pada orang Kristen. Ayat 24 menunjuk pada Yesus dan ayat 25 menunjuk pada umat Kristen sebab mereka juga harus mati dan dibangkitkan.

Dengan memeriksa secara saksama Yohanes 12:24-25, kita akan mengerti maksud Yesus. Setelah berbicara tentang biji-bijian di ayat 24, Yesus  berkata:

“Barang siapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barang siapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini ia akan memeliharanya untuk hidup kekal” ( ayat 25).

Jika kita tidak menjadi benih dan hidup bagi Kristus di dunia ini, sampai kalau perlu mati bagi dia, kita tidak akan bisa memperoleh kepenuhan hidup di dalam Kristus. Jika kita coba menyelamatkan nyawa dengan berpegang pada hidup kita, kita akan kehilangan nyawa kita. Jika kita mempunyai butiran gandum, tetapi tidak menaburnya, tidak akan terjadi apa-apa. Jika kita menyia-nyiakannya, benih tersebut akan lapuk dan mati. Namun, jika kita mengambil butiran dan tidak membiarkannya lapuk dan mati, tetapi kita menanamnya di tanah, benih tersebut akan menghasilkan kehidupan baru.

Semua hal tersebut berkaitan dengan biji-bijian. Dalam perumpamaan ini, bijian tersebut ditabur ke dalam tanah; mati dan kemudian bangkit. Biji sesawi merupakan gambaran dari Yesus itu sendiri dan dia adalah kerajaan Allah. Hal ini bukan berbicara mengenai situasi yang ada di dalam kerajaan Allah, tetapi mengenai pertumbuhan kerajaan Allah itu sendiri. Dalam perumpamaan tersebut, Yesuslah yang mati dan melalui kebangkitannya, Kerajaan Allah menjadi nyata di dunia.

Di dalam perumpamaan gandum dan lalang, benih yang ditaburkan menggambarkan orang Kristen. Mereka ialah anak-anak Allah, mereka adalah anak-anak kerajaan surga seperti yang kita lihat di Matius 13:38. Dengan kata lain, pada saat Yesus memberikan kehidupan baru bagi kita, dia mengirim kita ke dunia untuk menjadi benih. Kita akan mati, dan kemudian dibangkitkan untuk menghasilkan buah.

Dalam perumpamaan tentang penabur, benih diumpamakan sebagai firman Tuhan. Dalam perumpamaan gandum dan lalang, biji-bijian (benih) tersebut merupakan anak-anak Allah. Biji atau benih tersebut juga merupakan Kristus Sendiri. Firman Allah ditaburkan ke dalam hati kita dan kita menjadi anak-anak Allah yang akan ditaburkan ke dalam dunia. Banyak hal yang merupakan kekayaan dan kebenaran Allah disimpulkan lewat gambaran sebuah biji (benih).


Memiliki Hidup di dalam Kristus

Oleh karena biji sesawi mewakili Kristus sendiri, dan biji-bijian baru yang mekar merupakan orang-orang Kristen, mungkin akan muncul pertanyaan: Apa maksudnya menjadi Kristen? Apakah seorang Kristen adalah orang yang menjalani kehidupan dengan baik dan bertingkah baik sesuai dengan tuntutan agama? Atau seorang Kristen adalah orang yang baik dan suka memberi senyuman kepada semua orang dan tahu bagaimana cara mengucapkan, “Doa Bapa Kami”? Berbuat semua hal di atas tidak membuat seseorang itu Kristen. Kekristenan bukanlah semata-mata apa yang kita lakukan di luar. Seorang yang benar-benar Kristen ialah seorang yang memiliki Kristus di dalam hidupnya. Dia akan memiliki hidup baru yang dibentuk oleh Roh Kudus yang menjadikan dia manusia baru sepenuhnya.

Apa yang terjadi jika saudara hidup di dalam Kristus? Lihatlah pada biji atau benih yang baru tersebut: mereka terlihat hampir sama dengan biji yang asli. Itulah keindahannya. Pada saat Roh Kudus bekerja di dalam kehidupan seorang Kristen, orang itu akan menyerupai Kristus. Bahkan menjadi seperti Kristus. Jika kita benar-benar merupakan seorang Kristen, kita akan menemukan diri kita semakin mirip Kristus dalam setiap pikiran kita. Oleh karena Kristus hidup bagi semua orang, kita juga harus hidup bagi orang lain bukan hanya bagi diri kita sendiri. Seperti apa yang dikatakan Paulus di Roma 5:5, “Karena kasih Allah telah dicurahkan ke dalam hati kita oleh Roh Kudus”. Itu sebabnya, kita menjadi semakin mirip seperti Kristus dan menjadi kudus. Rasul Paulus mengatakan hal ini dengan sangat jelas,

“Kita diubah menjadi serupa dengan gambarnya, dalam kemuliaan yang sangat besar.” (2Kor 3:18)

Jika kita benar-benar seorang Kristen. Keserupaan dengan Kristus harus termanifestasikan dalam kehidupan. Kalau kita memahami hal ini, kita akan mengerti kalimat seperti “menaburkan anak-anak Allah ke dalam dunia.” Kita menjadi tubuh Kristus di dunia sebab kita adalah wakilnya. Bagaimana dunia bisa mengenal Kristus jika dunia tidak melihat bahwa Kristus hidup di dalam kita? Benih yang lahir dengan benar haruslah serupa dengan benih yang asli. Apa kita lahir serupa dengan Kristus? Apakah Kristus bekerja secara penuh dalam kehidupan kita? Sudahkah pikiran kita diubahkan dan keegoisan kita dihilangkan ketika kita menjadi semakin serupa dengan Kristus? Hanya dengan cara demikianlah kita tahu apakah kita ini biji sesawi atau bukan. Perumpamaan biji sesawi tidak hanya mengulas ajaran tentang keselamatan, tetapi juga menyingkapkan kebenaran Injil.

Setiap orang harus bertanya pada diri mereka sendiri, “Apakah saya benar-benar benih yang terlahir dari kematian dan kebangkitan benih yang sulung, yakni Kristus itu sendiri? Apakah kuasa kebangkitan Kristus ada di dalam saya? Apakah saya menjadi serupa dengan Kristus dalam pikiran dan perbuatan? Saya sadar bahwa saya banyak berbuat kesalahan dan kegagalan. Namun, sudahkah saya berada dalam proses perubahan seperti yang dikatakan rasul Paulus, “dalam kemuliaan yang semakin membesar?” (bdk. 2Kor 3:18). Mungkin tingkat kemuliaan kita yang menunjukkan gambar Kristus masih terbatas saat ini, tetapi setidaknya semakin bergerak maju, semakin bertambah pada saat Roh Kudus mengubah kita menjadi makin serupa dengan Kristus.


Allah Bekerja melalui Saluran yang Sederhana

Kerajaan Allah ditabur ke dalam dunia seperti benih yang sangat kecil. Biasanya yang kita harapkan dari sebiji benih kecil adalah tanaman yang kecil. Lain halnya dengan benih ini, yang akan kita dapatkan ialah tanaman besar yang akan berkembang menjadi sebuah pohon. Meski ini sejenis rumput atau sayuran, tetapi ia bertumbuh dengan cepat menjadi seukuran dengan pohon yang besar; hal ini memberi kita gambaran tentang sumber kehidupan yang terkandung di dalam bijian sekecil itu. Yesus berkata, “Bahkan burung-burung di udara membuat sarang di pohon itu, dan tinggal di cabang-cabangnya”. Seperti itulah hal kerajaan Allah dapat diumpamakan oleh biji sesawi dan bagaimana caranya bertumbuh. Melalui gambaran ini, Yesus secara langsung membawa kita pada Perjanjian Lama, di Yehezkiel 31:3-14 dan Daniel 4:7-9, Kerajaan dunia diibaratkan sebagai pohon yang sangat besar di mana burung-burung di udara akan membuat sarang, dan segala binatang hutan bernaung dibawahnya.

Ayat yang menarik bagi kita ialah Yehezkiel 17:22-24 sebab ayat itu menunjuk pada Kerajaan Mesianik yang akan datang, yaitu Kerajaan Kristus:

22 Beginilah firman Tuhan YAHWEH, “Aku juga akan memetik sebuah ranting dari pohon aras yang tinggi dan akan menanamnya. Aku akan memetik tangkai yang lembut dari pucuk batangnya yang muda, dan akan menanamnya di atas gunung yang tinggi dan agung.
23 Di gunung Israel yang tinggi Aku akan menanamnya, supaya ia akan menghasilkan cabang-cabang, dan menghasilkan buah, dan menjadi pohon aras yang baik. Dalam bayangan cabang-cabangnya, semua jenis burung akan bersarang.
24 Semua pohon di ladang akan mengetahui bahwa Akulah YAHWEH, Aku merendahkan pohon yang tinggi dan meninggikan pohon yang rendah, membuat kering pohon yang hijau, dan membuat pohon yang kering bersemi. Akulah YAHWEH. Aku telah berfirman dan Aku akan melakukannya!”

Perhatikan kata-kata berikut ini, “meninggikan pohon yang rendah.” Sekarang kita tahu bahwa biji sesawi sebenarnya belumlah sebuah pohon, tetapi akan berkembang menjadi pohon. Dia meninggikan hal-hal yang rendah.

Ayat-ayat ini menjelaskan dengan gamblang bahwa pohon aras ialah pohon yang sangat kuat. Meninggikan pohon yang rendah merupakan sebuah nubuat. Yesus berbicara mengenai biji sesawi, pohon terkecil dari semua jenis pohon yang ada pada pikiran kita. Pohon aras merah ialah sebuah pohon yang sangat kuat yang akhirnya akan menjadi kayu yang berkualitas pula. Pohon aras tahan air dan dapat bertahan dari hal-hal buruk lainnya. Dibandingkan dengan pohon aras, pohon sesawi tentunya hanya merupakan pohon yang paling kecil yang dapat ditemukan. Begitulah Tuhan selalu mengambil hal yang rendah di dunia ini dan meninggikannya. Dia memakai hal sederhana untuk menegur mereka yang merasa bijaksana. Itulah caranya Tuhan.

Ketika Yesus datang ke Yerusalem, dia tidak memakai alat transportasi modern bangsa Arab, tetapi naik di atas seekor keledai, bentuk angkutan yang lebih sederhana. Di sini kita menemukan hal yang sama. Yesus secara sengaja menunjuk ayat di Yehezkiel ini, kemudian menyesuaikannya untuk menunjukkan sifat kerajaannya pada zaman ini. Saat Yesus berbicara tentang biji sesawi, dia menunjuk kepada ramalan yang ada pada Yehezkiel 17:22-24. Dia membuat penyesuaian atas apa yang disebut di Yehezkiel 17 untuk memberi kita gagasan baru mengenai kerajaan Allah masa sekarang.

Pada saat kita melihat perumpamaan tersebut, apa makna dari gambaran burung-burung tinggal pada cabang-cabang pohon? Dengan mengacu Yehezkiel 17 di atas, kita akan melihat seperti halnya di Yehezkiel 31:6, burung-burung menunjuk kepada bangsa-bangsa dunia. Kerajaan Allah dimulai dari sangat kecil yang lambat laun menjadi kekuasaan luar biasa di dunia, bahkan bangsa-bangsa yang sangat kuat pun akan berada di bawah naungannya.

Ketika para murid mendengar apa yang dikatakan Yesus mereka harus mempercayai apa yang disampaikannya melalui iman. Pada saat itu, tidak ada bangsa yang tinggal di bawah naungan kerajaan Allah. Pada saat itu kerajaan Allah sama seperti biji sesawi — sesuatu  yang tidak dianggap penting sebab tidak ada seorang pun yang memperhatikan. Meskipun Kerajaan Allah sudah mulai menggoncang orang-orang di Palestina pada waktu itu, tetapi dunia luas masih belum memperhatikannya.

Sekarang semuanya sudah berbeda. Kita hidup pada masa di mana kita merupakan saksi-saksi dari penggenapan ajaran Yesus. Firman berkata, “Surga dan dunia akan lenyap, tetapi firman Allah akan tetap selama-lamanya”. Menurut firman, akan tiba saatnya bangsa-bangsa di dunia akan berlindung di bawah cabang-cabang pohon kerajaan Allah. Kita sudah melihat kegenapan nubuatan Allah tentang hal ini. Banyak bangsa-bangsa besar di dunia sedang berlindung di bawah cabang pohon kerajaan Allah dengan menyebut diri mereka sendiri menjadi bangsa Kristen.

Bangsa-bangsa dunia sering memakai lambang burung. Sebagai contoh, elang adalah lambang Amerika Serikat, dan elang ganda sering diartikan sebagai lambang Jerman. Dalam bentuk tertentu, baik elang ganda atau tunggal, sering dipakai untuk melambangkan negara Jerman. Hal yang menarik ialah banyak bangsa menggambarkan negara mereka dengan cara seperti ini. Di dalam perumpamaan ini, burung bukanlah bagian dari Kerajaan Allah, tetapi mereka berlindung di bawah naungannya dan berusaha untuk mendapatkan keuntungan darinya. Ini adalah cara lain untuk mengatakan bahwa pengaruh Kerajaan Allah telah menjadi begitu kuat dan ajaran Kristus telah tersebar di dunia, dan bangsa-bangsa mengambil perlindungan dari ajarannya sekalipun mereka tidak mempraktekkannya.

Sementara burung-burung melambangkan bangsa-bangsa di dunia, biji sesawi melambangkan kerajaan Allah yang sebenarnya. Oleh karena itu, cabang/ranting mewakili orang Kristen. Di Alkitab, kata “cabang” atau “ranting” sangatlah umum dipakai untuk orang Kristen, seperti di Yohanes 15:2,4-5. Di ayat 5, dikatakan “akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya”. Kita adalah ranting-ranting dari pokok anggur atau cabang-cabang dari pohon zaitun (Rm 11:17-24). Apa pun jenis pohonnya, Yesus adalah pokok utama atau fondasi dari pohon, dan kita pengikutnya, adalah cabang-cabangnya.


Menubuatkan Hari Esok

Yesus dengan efektif memakai cerita perumpamaan untuk menubuatkan apa yang akan terjadi pada masa depan. Apa yang sudah diramalkan sedang terjadi dan akan berlangsung sampai pada waktu kerajaan Kristus memerintah seluruh bumi. Hal ini sudah dinubuatkan di Daniel 2:35. Di situ dikatakan ada gunung besar yang akan memenuhi seluruh bumi. Di dalam Perjanjian Baru, sekali lagi kita melihat hal sama terjadi, contohnya di Wahyu 11:15. Malaikat-malaikat menyatakan bahwa kerajaan dunia ini akan menjadi Kerajaan Allah. Semua bangsa di dunia ini akan diperintah oleh Yesus pada saat Yesus datang lagi. Dikatakan di Wahyu bahwa Yesus akan menjadi Raja dari raja, Tuan dari segala tuan (lord of lords). Kita harus mempercayai semua itu oleh iman sebab semua itu belum terpenuhi. Jangan pernah lupa pada apa yang telah dinubuatkan dari awal — Allah akan mengutus anak-Nya yang tunggal untuk menyelamatkan dunia dari perbudakan dosa — dan hal itu telah menjadi kenyataan. Maka, kita adalah orang-orang bodoh jika tidak mempercayai pada kegenapan nubuatan dari perumpamaan ini.

Kata Paulus di Filipi 2, ketika Yesus datang kedua kalinya, setiap lutut akan bertelut, dan setiap lidah akan mengaku dialah Tuan (Lord). Semua bangsa akan dikumpulkan di bawah penghakimannya dan Yesus akan menghakimi mereka dengan gada besi karena semua kekuasaan telah diberikan kepadanya oleh Allah. Setiap orang akan berdiri di hadapan takhta penghakiman Kristus. Kali pertama, Yesus datang sebagai Penyelamat dan kali kedua, kedatangan Yesus adalah sebagai Hakim.

Keindahan perumpamaan tersebut merupakan sebagian dari nubuat yang luar biasa yang sudah digenapi. Terlebih lagi, sampai sekarang, nubuatan tersebut masih terus digenapi di dalam kehidupan kita. Pada abad ke-4, orang Kristen melihat kegenapan nubuatan tersebut saat Kekaisaran Romawi menyarungkan pedangnya di Gereja. Romawi, bangsa besar yang tidak bisa ditaklukkan oleh negara mana pun di dunia ditaklukkan oleh Kristus, bahkan tanpa harus menghunus pedang. Konstatin, Kaisar Kristen Romawi yang pertama, mengumumkan penyerahan dirinya kepada Kristus dan menempatkan dirinya untuk berlindung di bawah naungan pohon sesawi. Sejak saat itu, bangsa-bangsa lain mulai menyusul.

Hal apa yang begitu mengesankan dari sebuah pohon sesawi? Ada banyak pohon yang sangat besar di dunia, tetapi pohon sesawi dapat menaklukkan mereka. Orang yang mempunyai mata untuk melihat — sekalipun bukan orang Kristen, mereka akan dapat memahami keluarbiasaan kerajaan Allah itu. Sama seperti keajaiban pertumbuhan sebuah biji sesawi.

Banyak di antara kita yang berjalan dekat dengan Tuhan percaya bahwa firman Allah tidak akan pernah gagal. Meskipun beberapa bangsa masih belum menerima Kristus, tetapi akan tiba saatnya setiap bangsa akan bertekuk lutut di bawah kekuasaannya. Kerajaan Allah akan terbentang dari laut ke laut, seperti nyanyian John Wesley, dan di atas kerajaan-Nya matahari tidak akan pernah terbenam.

Pada saat perumpamaan itu diberikan, murid-murid Yesus harus mempercayai perumpamaan ini berdasarkan iman. Yesus hanyalah seorang tukang kayu yang mengembara di seluruh Palestina dan berbicara tentang hal-hal luar biasa, “Wow! Apa ini?” Orang-orang akan berkata “Siapakah orang ini?” Seluruh dunia akan takluk pada kerajaannya? Lihatlah gerombolan kecil orang-orang ini — dua belas orang murid yang mengikuti dia. Pastilah mereka itu buta sebab mereka mengikuti orang ini. Pemimpin bangsa, para pemimpin agama, pemimpin politik, pemimpin sosial — tak ada satu pun di antara mereka mau menerima Yesus. Apa maksud seluruh percakapan tentang segala bangsa akan berlindung di naungan pohonnya seperti burung? Kamu pasti sedang bercanda!

Akan tetapi, Yesus dengan berani berkata, “Langit dan bumi akan lenyap, tetapi Firman Allah akan tetap kekal” (lihat Mat 5:18). Tidak ada seorang pun melainkan Kristus, yang akan berani mengatakan hal seperti itu. Yesus tidak takut mengatakan, “Siapakah di antaramu yang membuktikan bahwa aku berbuat berdosa?” (lihat John 8:46). Dia berani mengatakan hal itu kepada siapa saja. Sejarah sekali lagi membenarkan apa yang disampaikannya. “Ketahuilah,” kata Yesus kepada murid-murid, “Kerajaanku akan menjadi besar bukan dengan pedang.” Ada ideologi dan agama yang berusaha untuk menakluk dengan menghunus pedang; dan banyak bangsa ditaklukkan dengan senapan. Namun, Yesus tidak memerlukan semua itu. Tentu saja, ada yang mencoba menekan budak mereka di bawah ancaman senapan agar mereka takut, tetapi ketika mereka hilang kendali, para budak akan memberontak. Seperti kata Napoleon,

“Aku menaklukkan dengan pedang; aku menaklukkan dengan pasukan. Aku menaklukkan sebagian dunia ini, tetapi Yesus tidak pernah menghunus pedang.”

Sampai hari ini, kerajaan Allah yang didirikan oleh Yesus sudah bertahan ribuan tahun, dan tetap bertahan.


Janganlah Takut Membela Kebenaran

Seorang filsuf Inggris bernama Thomas Carlyle, yang bukanlah orang Kristen, pernah mengatakan,

“Setiap gerakan luar biasa di dunia ini dimulai dari satu hal kecil.”

Bahkan orang-orang dunia pun bijaksana dan tahu hal itu. Setiap gerakan luar biasa dimulai dari hal kecil. Betapa benarnya kalimat itu! Rupanya Carlyle sudah belajar sesuatu dari sejarah. Contohnya, Alexander Agung yang menaklukkan dunia. Semuanya dimulai dengan hanya satu orang saja.

Beberapa orang, seperti Konfusius, yang punya gagasan, dia menaklukkan Tiongkok dengan gagasan Konfusianisme, ajaran moral tentang suatu filsafat meskipun bukanlah sebuah agama. Seluruh Tiongkok hidup di bawah ajaran Konfusius selama bertahun-tahun dan orang-orang memperoleh banyak keuntungan dalam banyak hal.

Sama dengan sejarah Gereja. Suatu ketika, ada seorang yang berdiri melawan seluruh masyarakat. Dia dikutuk, dihukum, dipandang rendah, tetapi karena karya Allah bekerja, dia akhirnya menang. Contohnya Martin Luther. Dia berhadapan dengan kebesaran Gereja Roma pada saat itu — Kekaisaran Suci Roma. Hanya seorang diri — seorang bernama Luther yang hampir tidak dikenal masyarakat — berjuang dan berbicara firman Tuhan. Kebanyakan orang bahkan tidak akan memikirkan untuk melakukan sesuatu seperti ini. Mereka mungkin akan berkata, “Apa mungkin kamu seorang diri yang benar sedangkan seluruh gereja salah? Tidak tahukah kamu bahwa Paus itu sempurna? Apakah engkau baru dilahirkan kemarin?” Akan tetapi, Luther berdiri dan berbicara tentang kebenaran, menyatakan firman Tuhan. Hari ini, Gereja Katolik pun akhirnya menyadari bahwa Luther benar dalam banyak hal. Sejak Vatican II, sudah ada usaha damai. Umat Katolik tidak akan mencoba hal itu kecuali mereka juga menyadari bahwa Luther itu benar.

Pada abad ke-18, John Wesley berdiri melawan korupsi di gereja Anglikan dan berkhotbah tentang kesucian, seorang diri melawan seluruh Gereja. Dia tidak boleh berkhotbah di semua gereja Anglikan; bahkan dia tidak boleh berkhotbah di gereja ayahnya, di mana ayahnya ialah seorang pendeta dan dia sendiri merupakan seorang pendeta Gereja Inggris yang sudah ditahbiskan. Dia tidak boleh berkhotbah di mana pun. Gereja menghukum dia agar dia diam. Akan tetapi, dia tidak dapat dihalangi. Dia berdiri di ladang dan berkhotbah; dia berdiri di jalan dan berkhotbah. Dia tidak akan diam.

Bagi Wesley, ia seorang diri melawan seluruh dunia. Banyak orang yang menyerangnya dan bertanya, “Memangnya siapa kamu itu? Apa mungkin kamu seorang diri yang benar sedangkan seluruh gereja salah? Memangnya kamu siapa? Kamu terlalu sombong.” Semua orang mengutuknya, tetapi dia terus berkhotbah karena Tuhan yang menaruh di hatinya pesan keselamatan dan kesucian. Hari ini, aliran Metodis, yang dirintis oleh Wesley, sudah menyebar ke seluruh dunia dan Gereja Inggris berusaha berdamai dengan Gereja Metodis. Mereka mau dipersatukan lagi. Itu karena mereka mengakui bahwa ada banyak hal yang benar pada aliran Metodis.

Berkali-kali dalam sejarah dunia, kita melihat bahwa satu biji sesawi, satu pelayanan kecil bagi Tuhan, akan tumbuh menjadi hal besar. Tentunya, pada saat awal merupakan hari kesepian ketika anak-anak Tuhan seperti Wesley dan Luther dicela, dan dihakimi terus-menerus. Namun, dari biji sesawi yang kecil itu bertumbuh karya Tuhan yang sangat besar. Oleh sebab itu, jangan takut menjadi kaum minoritas. Umat Tuhan berbicara karena api yang menyala di hati mereka. Seperti kata Luther, “Di sini aku berdiri,” ketika dia disuruh menarik perkataannya atau ia akan menghadapi pengucilan. Dia berkata, “Di sini aku berdiri; aku tidak akan goyah. Aku tidak bisa menyangkal kata hatiku di hadapan Tuhan. Tuhan yang sudah ada di hatiku, aku harus berbicara. Kamu bisa mengucilkan aku, kamu bisa membasmiku jika kamu suka. Lakukan apa pun yang kamu suka, tetapi di sinilah aku berdiri, aku tidak akan pindah.” Kita patut bersyukur karena dia berdiri dengan kukuh. Luther adalah seorang lagi yang harus membayar harga karena imannya. Mereka mesti jatuh ke dalam tanah dan mati agar pohon yang membawa kemuliaan itu kepada Tuhan dapat tumbuh pesat.

Seperti halnya Yesus yang seorang diri saja. Semua pemimpin bangsa — termasuk para ahli Taurat dan imam-imam besar — melawan dia. Pada zaman Perjanjian Baru, para ahli Taurat merupakan orang-orang yang terpelajar yang pada zaman modern seperti sekarang ini disebut sebagai pengacara. Saat itu mereka mungkin mengatakan, “Bisakah engkau disebut benar jika para ahli agama melawan engkau?” Yang mengikuti Yesus adalah gerombolan kecil orang yang bukan siapa-siapa. Namun, oleh kasih karunia Allah, mereka mempunyai keberanian luar biasa. Apa yang terjadi? Yesus mati dan dibangkitkan, tepat seperti biji sesawi. Saat ini, banyak bangsa-bangsa yang berlindung di bawah naungannya. Di negara seperti Kanada, Amerika Serikat dan Jerman, Alkitab dipakai di setiap pengadilan. Mereka bersumpah di atas firman Tuhan. Hal ini menunjukkan bahwa mereka semua mau berlindung di bawah pohon sesawi.

Saatnya akan tiba setiap bangsa akan berada bawah pemerintahan Allah. Hal itu akan segera terjadi pada saat Yesus datang lagi. Akan tetapi, diperlukan iman untuk percaya bahwa hal ini akan terjadi. Sama seperti kegenapan nubuat Allah yang sudah menjadi kenyataan — yakni anak Allah (Kristus) yang telah datang dan lahir di dunia, maka nubuat bahwa Yesus akan kembali juga akan digenapi. Biarlah para pengejek mengejek, tetapi pada hari kedatangan Kristus mereka akan berlutut seperti yang lain dan mengakui Yesus sebagai Tuan (Lord).

Yang jelas kerajaan Allah akan menyebar di seluruh dunia. Murid-murid Yesus kala itu pastilah benar-benar bersuka ketika mereka mendengar tentang perumpamaan nubuat biji sesawi ini. Mereka pasti bersorak, “Horee, kita akan memerintah dari laut ke laut! Dan matahari tidak akan pernah terbenam di atas kerajaan Allah dan kita akan memerintah bersama-sama dengan Yesus” Namun, Yesus menyeimbangkan keadaan dengan menyampaikan pada mereka perlunya kewaspadaan. Mereka disuruh untuk berwaspada terhadap ragi. Kita akan melihat hal ini di perumpamaan selanjutnya.

 

Berikan Komentar Anda: