Pastor Eric Chang |

Hari ini, saya akan memusatkan khotbah pada Injil Yohanes pasal 2, khususnya pada ayat 17. Inilah bunyi ayat tersebut,

“Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan aku.”


Hubungan antara Gereja dan Kebangkitan Kristus

Di khotbah ini, saya akan mengambil beberapa langkah. Pertama, saya ingin menunjukkan bahwa pemahaman yangdestroy this temple lazimnya berlaku sangatlah dangkal dan gagal mengungkapkan apa yang ingin Yesus sampaikan kepada kita. Langkah yang kedua adalah mencari pemahaman yang memadai untuk ayat ini. Dan langkah yang ketiga adalah menerapkan makna penting dari ayat ini kepada kita di zaman ini. Secara khusus apa yang ingin Allah sampaikan kepada kita mengenai gereja-Nya di akhir zaman – di zaman kita hidup ini. Secara khusus saya ingin agar Anda bisa melihat hubungan antara gereja dan kebangkitan Kristus. Sekarang pemahaman tentang hubungan antara gereja dengan Pentekosta cenderung keliru. Kita harus kembali lagi ke pemahaman tentang kebangkitan di dalam Kitab Suci.

Di Yohanes 2:19,

“Jawab Yesus kepada mereka: “Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari aku akan mendirikannya kembali.”

Ayat ini sangatlah penting karena ketika Yesus diadili, ucapan tersebut dipakai untuk menuduh dia. Di Markus 14:58, Yesus dituduh telah berkata, “Aku akan menghancurkan Bait Allah ini dan dalam tiga hari aku akan dirikan yang baru.” Ketika Yesus sedang disalibkan, ucapan yang sama dipakai lagi oleh orang banyak untuk mengolok-olok dia. “Engkau yang berkata ingin menghancurkan Bait Allah dan mendirikannya lagi dalam tiga hari, sekarang cobalah selamatkan dirimu.” Olokan yang sama bisa ditemukan di Markus 15:29.

Kata-kata di Yohanes 2:19 dipakai ketiga kalinya – kali ini dalam peristiwa pembunuhan Stefanus, martir pertama di kalangan gereja (Kisah 6:14). Stefanus dituduh sebagai pengikut Yesus yang disebutkan pernah berkata bahwa dia akan merubuhkan Bait Allah, suatu hal yang jelas tidak pernah dikatakan oleh Yesus. Yesus tidak berkata, “Aku akan merubuhkan Bait Allah.” Dia berkata, “Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari aku akan mendirikannya kembali.”

Kita akan secara khusus memusatkan perhatian pada Yohanes 2:17 “Cinta untuk rumah-Mu (Bait-Mu) menghanguskan aku.” Itulah firman yang akan kita telaah secara khusus hari ini. Mari kita baca keseluruhan Yohanes 2:13-22,

Ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem. Dalam Bait Suci didapatinya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ. Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkannya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkannya.

Kepada pedagang-pedagang merpati ia berkata: “Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapaku menjadi tempat berjualan.” Maka teringatlah murid-muridnya, bahwa ada tertulis: “Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan aku.”

Orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya: “Tanda apakah dapat engkau tunjukkan kepada kami, bahwa engkau berhak bertindak demikian?” Jawab Yesus kepada mereka: “Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari aku akan mendirikannya kembali.”

Lalu kata orang Yahudi kepadanya: “Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?” Tetapi yang dimaksudkannya dengan Bait Allah ialah tubuhnya sendiri. Kemudian, sesudah ia bangkit dari antara orang mati, barulah teringat oleh murid-muridnya bahwa hal itu telah dikatakannya, dan merekapun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus.


Kasih kepada Allah harus terungkap dalam kepedulian terhadap umat-Nya

Coba bayangkan gambaran peristiwa pada saat itu. Yesus masuk ke dalam Bait Allah di Yerusalem dan di sanaBassano,_Jacopo_~_The_Purification_of_the_Temple,_The_National_Gallery,_London berkerumun banyak orang. Ada orang yang sedang berjual-beli domba dan burung merpati, dan mereka menambah sesak halaman Bait Allah. Jika Anda mengunjungi sebuah kuil pada hari ini, Anda bisa melihat hal yang mirip dengan apa yang terjadi di Yerusalem dulu. Ada kerumunan banyak orang, ada bau dupa yang dibakar, ada orang yang membeli keperluan sembahyang dan ada orang yang berjualan di sana sini. Bait Allah telah menjadi, seperti yang disebutkan di ayat 18, sarang penyamun, tempat orang berdagang sesuka hatinya. Dunia tidak ditaklukkan, justru dunia yang menaklukkan Bait Allah, dunia telah mengalahkan gereja. Menyanyikan lagu yang berbicara tentang iman sebagai kemenangan tentunya akan merupakan sebuah lawakan di dalam konteks ini. Bait Allah telah didominasi oleh dunia, oleh perdagangan, oleh barang dagangan. Bagi mereka yang telah cukup lama menjadi Kristen, tentunya akrab dengan hal-hal yang tengah berlangsung juga di tengah gereja.

Yang Allah perlukan sekarang adalah orang-orang yang bisa berkata bersama-sama dengan Yesus, “Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan aku.” Kasih kepada Allah harus diterjemahkan ke dalam kepedulian yang sangat mendalam kepada umat-Nya. Kekristenan dari jenis yang ini akan segera terlihat berbeda dari jenis yang sibuk mengunci diri di dalam biara-biara dan hanya menghabiskan waktu untuk bersaat teduh, mengerjakan pendalaman Alkitab dan tidak peduli apakah gereja dan dunia hancur berkeping-keping. Ada sebagian orang Kristen yang hanya peduli pada diri mereka sendiri saja, hanya peduli pada kemajuan kehidupan rohaninya sendiri saja, tentang sudah berapa kali mereka membaca Alkitab secara tuntas, lalu mereka membanggakan hal ini di depan orang lain. Kita menghabiskan banyak waktu untuk mengikuti pelatihan ini dan itu bukan untuk memetik manfaatnya untuk diri sendiri saja. Tujuan dari mengikuti berbagai pelatihan itu adalah untuk bisa melayani Allah dan jemaat dengan lebih efektif.


“Cinta (zeal )” dan “Hangus (consume)” mengungkapkan suatu intensitas

Kata ‘cinta’ di dalam kalimat ‘cinta untuk rumah Allah’ berasal dari kata Yunani yang bermakna “merebus” atau “membakar”. Rebusan atau pembakaran itu berlangsung sampai menghanguskan. Yesus berkata, “Menghanguskan aku” – berapa banyak di antara kita yang mampu untuk menunjukkan sedikit saja intensitas ini – yang secara harfiah membakar atau menghanguskan kita? Bagi Yesus, intensitas hidupnya terlihat bahkan dari penampilan fisiknya. Orang yang melihatnya, menilai bahwa usianya jauh melampaui yang seharusnya. Usianya saat itu sekitar tiga puluh tahun, akan tetapi di Yohanes 8:57 dikatakan, “Usiamu belum mencapai 50.” Mereka mengira bahwa usianya lebih mendekati 50 tahun padahal dia hanya 30 tahun pada waktu itu.

Belakangan saya membaca satu hal yang sangat aneh di koran. Di koran itu disertakan foto seorang gadis berusia sebelas tahun. Namun jika Anda lihat foto tersebut, gadis itu terlihat seperti telah berusia seratus tahun. Dia mengidap penyakit penuaan ekstrim. Mengapa? Karena ada sesuatu yang terjadi di dalam tubuhnya yang membuat tubuhnya berproses sepuluh kali lebih cepat daripada manusia normal. Penyakit yang sangat langka. Tak ada orang yang bisa memahami mengapa proses biologisnya berjalan sepuluh kali lebih cepat daripada orang lain. Di Australia, ada dua kasus penuaan ekstrim ini. Akibat dari penyakit ini gadis yang aslinya berusia 11 tahun, tampak dan memang secara jasmani sama seperti orang yang berusia 111 tahun. Malahan, ketika dilakukan uji biologis, tubuhnya memang merupakan tubuh seseorang yang berusia 111 tahun. Demikianlah, dia duduk di bangku sekolah bersama anak-anak berusia 11 tahun lainnya, akan tetapi sebenarnya tubuhnya berusia 111 tahun. Menurut para dokter, harapan hidupnya hanya tinggal satu atau dua tahun lagi. Dia akan segera mati. Luar biasa, bukankah begitu? Ada yang terjadi di dalam sistem tubuhnya yang membuat intensitas proses kehidupan di dalamnya dipercepat sampai sepuluh kali lipat. Dengan kata lain, jenis kehidupan yang dia jalani telah menghabisinya, telah memakan hidupnya dan dia sedang menuju kematian dengan cepat pada usia 11 atau 12 tahun.

Di bidang kedokteran penyakit yang berkembang secara intens disebut consumptive disease (penyakit yang konsumtif). Penyakit ini seperti memakan habis nyawa Anda. Istilah yang dipakai adalah kata ‘consume (memakan atau menghabiskan)’, kata yang sama dengan yang sedang dibahas sekarang. Sebagian orang mengidap penyakit dari jenis yang konsumtif, misalnya, TBC konsumtif yang berkembang dengan luar biasa cepat, jauh melampaui TBC normal, dan membuat penderita penyakit ini mati lebih cepat dari TBC normal.

Demikianlah, di dalam ayat ini kita menemukan kata-kata, “Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan aku.” Kata menghanguskan itu di dalam Septuaginta, yakni Perjanjian Lama berbahasa Yunani, dipakai dalam kaitannya dengan persembahan korban yang dipersembahkan dengan dihanguskan di dalam api. Seperti itulah cara hidup Yesus. Seperti inilah cara hidup yang diharapkan oleh Allah dari kita. Namun di Wahyu 3:16, kebanyakan orang Kristen di zaman sekarang digambarkan sebagai tidak panas dan tidak dingin. Mereka tidak terbakar di dalam api kudus dari Allah. Jadi hari ini, saya memohon kiranya Allah menganugerahi kita api yang kudus yang datang dari atas yang akan menghanguskan kita dengan hasrat cinta untuk rumah-Nya, untuk gereja-Nya.


Apakah Rumah yang dimaksudkan oleh Yesus di sini?

Apakah Yesus sangat prihatin akan Bait Allah, bangunan tempat Allah disembah? Apa yang menjadi obyek keprihatinannya yang mendalam? Sekarang kita masuk ke bagian eksegetis. Kalimat ‘cinta untuk rumah-Mu’ itu biasanya dipahami sebagai mengacu kepada apa? Dengan cara apa Yesus peduli pada rumah Allah? Lalu, apa rumah yang menjadi keprihatinan Yesus itu? Dengan meneliti perikop ini, kata rumah itu sepertinya mengacu pada Bait Allah, bangunan tempat Allah disembah. Namun, pemahaman seperti ini akan memunculkan berbagai masalah eksegetik, hal yang akan kita lihat nanti.

Hal berikut yang Yesus sampaikan adalah, “Rombak Bait Allah ini dan aku akan mendirikannya dalam tiga hari.” Nah, jika Yesus prihatin akan Bait Allah, mengapa harus dirombak? Lalu mengapa pula didirikan lagi dalam tiga hari? Mengapa harus dirombak? Cukup dibersihkan saja, seperti yang telah dia lakukan. Usir semua penukar uang dan pedagang. Bersihkan Bait Allah, mengapa harus dirombak? Sudah tentu ada hubungan antara tindakan meruntuhkan dengan tindakan mendirikan kembali karena jika tidak dirombak, bagaimana mungkin akan didirikan kembali dalam tiga hari?


Apakah Bait Allah itu adalah Tubuh Yesus?

Lalu apa yang akan didirikan kembali itu? Apakah yang dibahas itu masih Bait Allah atau sudah bukan Bait Allah lagi? Tentu saja, menurut konteksnya, kita masih membahas tentang Bait Allah. Akan tetapi bagian yang berawal dari ayat 21 menyebutkan bahwa apa yang akan Yesus bangkitkan kembali dalam waktu tiga hari itu adalah tubuhnya sendiri! Sekarang kita mulai kehilangan hubungannya. Yesus sedang berapi-api membela Bait Allah, akan tetapi dia justru berkata, “Rumah Allah ini, rubuhkanlah, dan dalam tiga hari aku akan mendirikannya.” Kata ‘nya’ ini menunjuk kepada apa? Kata ‘nya’ itu seharusnya mengacu pada Bait Allah, akan tetapi di ayat 21 dikatakan bahwa Bait Allah ialah tubuhnya sendiri.

Ayat berikutnya berkata bahwa ketika para murid melihat kebangkitannya, mereka teringat pada apa yang telah dia katakan. Hal itu disampaikan di ayat 22, dan merekapun percayalah akan Kitab Suci. Kata Kitab Suci di sini – dalam bahasa Yunaninya – memakai bentuk tunggal (Scripture), bukan bentuk jamak (Scriptures) yang menunjukkan segenap Alkitab sebagaimana biasanya. Jadi yang dimaksudkan adalah satu Kitab saja. Di dalam perikop ini hanya ada satu Kitab yang dijadikan sumber rujukan dan ayat yang dikutip itu adalah “sebab cinta untuk rumah-Mu menghanguskan aku.” Itu adalah kutipan dari Mazmur 69:10 yang secara tegas mengacu pada Bait Allah. Di dalam pasal itu, si pemazmur disebutkan mengalami penganiayaan bahkan oleh sahabat dan keluarganya sendiri karena begitu besar kecintaannya kepada Bait Allah. Artinya, orang-orang sesama Yahudi telah menganiaya dia karena kecintaannya yang begitu luar biasa kepada Bait Allah.

Saya harap Anda ingat akan kata “intensitas” ini, kata “menghanguskan aku”. Kita hidup di zaman orang-orang takut pada semangat yang tinggi. Kita takut melihat radikalisme. Kita takut akan hal-hal semacam itu. Kita ingin menjadi kaum moderat saja. Saya yakin, bagi Anda yang menjadi Kristen sementara orang tua Anda bukan Kristen, Anda tentu akan mengerti maksud saya. Mereka akan berkata, “baiklah, kamu ingin dibaptiskan. Tidak masalah, silakan ikut baptisan. Menjadi orang baik memang bagus.” Adalah hal yang bagus buat anak-anak mengikuti Sekolah Minggu dan belajar menjadi orang yang baik. Lalu mereka mendengar tentang Basic Training (Pelatihan tingkat dasar) dan mereka berkata, “Tingkat dasar, tidak masalah.” Lalu Anda berbicara tentang pelatihan intermediate (tingkat menengah), “Intermediate? Kelihatannya ini sudah agak berlebihan.” Saat itu, jika ada yang berbicara tentang hal pelatihan untuk pelayanan full-time, cukup sudah! Ini terlalu radikal! Semangatnya terlalu berlebihan! Urusannya sudah kelewat batas. “Jadilah orang Kristen yang suam-suam kuku saja.” Saat api Allah membakar di dalam diri Anda, bahkan sahabat terdekat Anda tidak akan bisa memahami diri Anda lagi. Dari kenyataan seperti itulah ayat di Mazmur pasal 69 ini muncul, yakni ketika si pemazmur mulai terbakar oleh semangat kepedulian pada rumah Allah, bahkan sahabat terdekatnya menjadi musuhnya.

Mari kita coba memahami perkara ini dengan lebih jelas. Secara umum, jika Anda renungkan hal ini, ada satu keterkaitan yang tidak dipahami oleh semua orang. Menurut pandangan umum, hubungan itu adalah Yesus memiliki kecintaan yang luar biasa kepada rumah Allah, lalu rumah itu ternyata adalah tubuhnya sendiri (menurut ayat 21). Seperti itulah pemahaman yang dangkal akan hal ini. Jadi itu berarti intensitas kecintaannya yang tinggi terhadap rumah Allah itu ternyata merupakan intensitas kepeduliannya terhadap kebangkitannya sendiri. Saya rasa, sekalipun Anda bukan seorang pakar Alkitab, tetap saja Anda bisa melihat adanya beberapa persoalan di sini. Namun memang begitulah pemahaman yang lazim terhadap perikop ini. Kebanyakan orang beranggapan bahwa makna kalimat, “Aku akan membangkitkannya dalam tiga hari,” adalah bahwa Yesus akan bangkit dari antara orang mati. Jadi kecintaan yang luar biasa tingginya itu ditujukan terhadap apa? Terhadap kebangkitannya sendiri! Anda tentu akan bertanya-tanya, apakah ini jenis kecintaan yang egois atau bukan? Tampaknya sangat mirip dengan kebanyakan orang Kristen yang kepeduliannya hanya terpusat pada keselamatan pribadinya saja. Nah, hal ini tentunya sudah keluar dari jalur, bukankah begitu? Akan tetapi itulah pemahaman yang standar terhadap perikop ini.


Masalah-masalah eksegetis:

1. Tubuh jasmani Yesus tidak pernah disebut dalam Alkitab sebagai Bait Allah

Saya ingin menunjukkan bahwa pemahaman semacam ini tidak benar. Mengapa salah?  Karena di dalam Alkitab, Yesus tidak pernah disebutkan sebagai Bait Allah. Tubuh jasmani Yesus tidak pernah diartikan sebagai Bait Allah. Tak ada ayat di dalam Kitab Suci yang menyatakan hal ini. Jadi, setiap eksegesis atas perikop ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati.


2. Akitab tidak pernah menyebut bahwa Yesus membangkitkan dirinya sendiri

Persoalan eksegetik yang kedua justru lebih parah lagi. Ayat 19 berkata, “Aku akan mendirikannya kembali,” “Aku, Yesus, akan mendirikan kembali Bait Allah itu.” Ini adalah kalimat yang aktif. Dia akan melakukannya. Akan tetapi tidak pernah disebutkan di dalam Alkitab bahwa Yesus membangkitkan dirinya sendiri dari antara orang mati. Di perikop ini dan juga di Alkitab, kebangkitan Yesus dari antara orang mati selalu diuraikan dalam kalimat berbentuk pasif, tak pernah dalam bentuk aktif. Hal ini terlihat di ayat 22, “Kemudian, sesudah ia bangkit (raised = dibangkitkan) dari antara orang mati. Ini adalah kalimat berbentuk pasif. Jadi sekali lagi, perhatikan baik-baik, di ayat 19: “… dan dalam tiga hari aku akan mendirikannya kembali”, ini adalah kalimat yang berbentuk aktif. Namun di ayat 22, peristiwanya disebutkan dalam kalimat berbentuk pasif, sesudah ia bangkit (raised = dibangkitkan) dari antara orang mati. Yesus tidak membangkitkan dirinya sendiri.

Allah Bapa itulah yang membangkitkan dia. Ada banyak referensi ayat untuk hal ini, namun ayat-ayat itu tidak akan dibahas di sini. Jika Anda ingin menelitinya, bisa cek ke buku konkordansi. Selalu Allah yang disebut membangkitkan Yesus, bukan Yesus yang membangkitkan dirinya sendiri dari antara orang mati. Hal ini dapat dibaca di Kisah Para Rasul 13:30, dan juga banyak ayat rujukan yang lainnya. Kita membaca Alkitab secara ceroboh dan menelaahnya secara dangkal, dan akhirnya kita sampai pada kesimpulan yang salah dan tidak memadai. Inilah masalah besar yang dihadapi di tengah kalangan gereja sekarang.


3. Yesus membangkitkan orang percaya, bukan dirinya sendiri

Di Injil Yohanes, Yesus memang membangkitkan orang mati, akan tetapi yang dia bangkitkan itu adalah orang lain, dan bukan dirinya sendiri. Kita bisa melihat di Yohanes 5:21. “Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendakinya.” Bapa membangkitkan orang mati dan Ia membangkitkan Yesus. Namun Bapa juga memberikan kuasa kepada Yesus untuk membangkitkan mereka yang percaya kepadanya. Di sini Yesus membangkitkan kita, orang-orang percaya, membangkitkan kita secara rohani dari antara orang mati. Di hari Akhir, Yesus juga akan membangkitkan kita dari antara orang mati secara jasmani. Kita bisa melihat hal itu, misalnya, di Yohanes 6:39-40. Jadi, di dalam Kitab Suci – terutama di dalam Injil Yohanes, selalu Yesus yang membangkitkan orang percaya, tapi tidak dirinya sendiri. Sekarang, kita siap untuk melihat ke mana maksud pembicaraan di Yohanes 2.


Bait Allah yang mana yang akan dibangkitkan oleh Yesus?

Lalu apa Bait Allah yang menjadi pusat keprihatinan Yesus ini? Apakah hal yang akan Yesus bangkitkan itu? Apakah hal yang akan dia bangun itu? Kita baca dari Matius 16:18, di atas batu karang ini aku akan mendirikan jemaatku. Dari sini kita mulai bisa melihat sesuatu hal yang sangat penting.


‘Bait Allah’, ‘rumah’ dan ‘ruang kudus (sanctuary)’ bermakna Gereja

Terlebih lagi, kata ‘Bait Allah’,’ ‘rumah’ dan ‘ruang kudus’, ketiganya adalah tiga kata yang berbeda dalam bahasa Yunani, dan kadang kala diterjemahkan secara pukul rata di dalam bahasa Inggris (dan juga dalam terjemahan LAI). Ada kata ‘rumah’ di ayat 16, “Kamu membuat rumah Bapaku menjadi tempat berjualan.” Namun di ayat 19 dan 20 kita temukan kata ‘bait Allah’, yang jika ditelusuri ke dalam bahasa Yunaninya, memakai kata yang bermakna ‘ruang kudus’. Kata ini mengacu pada satu ruang di bagian dalam Bait Allah, tempat berdiamnya hadirat Allah. Jika kita pelajari bagaimana kata-kata tersebut dipakai di dalam berbagai kitab dalam Perjanjian Baru, kita dapati bahwa semua kata itu selalu mengacu pada gereja sebagai Bait Allah. Jadi pahamilah baik-baik, terhadap ‘rumah’ apakah kecintaan Yesus itu meluap-luap? Bukan tubuh jasmaninya dan juga bukan pada kebangkitan dari tubuh jasmaninya itu. Yang dimaksudkan dengan ‘rumah’ itu adalah tempat hadirat Allah berdiam.

Dalam Perjanjian Baru, istilah ‘Bait Allah’ selalu mengacu pada gereja atau jemaat. Di 1 Korintus 3:16, 6:19 atau 2 Korintus 6:16 dan sebagainya, ayat-ayat tersebut memakai kata Yunani yang sama dengan yang dipakai di sini untuk kata ‘Bait Allah.’ Di ayat-ayat ini, kata tersebut mengacu kepada gereja atau Anda dan saya sebagai Bait Allah. Di sinilah hadirat Allah berdiam. Perjanjian Baru memberitahu kita bahwa Allah berdiam di dalam diri Anda dan saya, di dalam umat-Nya, dan Dia tidak berdiam di tempat lain. Kita inilah Bait Allah itu.


‘Tubuh Kristus’ juga mengacu pada gereja

Bukan hanya kata Bait Allah saja yang mengacu pada gereja, kata tubuh juga mengacu pada gereja. Tubuh Kristus maknanya adalah gereja. Di 1 Korintus 12:27, Paulus berkata, “Kamu semua adalah tubuh Kristus.” Sangatlah penting untuk dipahami bahwa rasul Paulus mendasarkan serta menurunkan ajarannya dari Tuan dan dan Gurunya, yakni Yesus sendiri. Sudah menjadi suatu kesalahan umum yang meluas, di dalam teologi modern, di mana banyak yang mengira bahwa rasul Paulus sudah sedikit banyak telah menciptakan teologinya sendiri dan juga mengembangkan sendiri istilah-istilah yang dia pakai. Ini jelas salah. Rasul Paulus berdasarkan ajarannya berikut semua unsur-unsur penting dalam ajarannya langsung dari ajaran Yesus sendiri.

Dari mana Paulus dapatkan istilah ‘tubuh Kristus’ sebagai istilah yang mengacu pada gereja? Saya cukup yakin bahwa dia mendapatkannya dari Yohanes 2:21, karena Paulus adalah seorang ekseget yang jauh melampaui kita semua. Dia jelas tidak membuat kesalahan seperti yang dilakukan oleh kebanyakan kita. Paulus melihat dengan jelas bahwa Alkitab tidak menyebut bahwa Yesus membangkitkan dirinya sendiri dari antara orang mati, yang Yesus bangkitkan adalah gereja. Melalui kuasa kebangkitan, Yesus membangkitkan kita menuju hidup baru dengan Roh Kudus yang juga disebut Roh Kristus. Ini adalah poin penting yang harus dipahami. Paulus memahami pokok ini dengan sempurna karena itu Paulus menurunkan ajaran bahwa gereja adalah tubuh Kristus.


Paulus juga menurunkan istilah yang lain, ‘ciptaan baru’ dari ajaran Yesus

Namun ada hal yang lebih penting lagi. Saya sering bertanya-tanya dari mana Paulus mendapatkan ajaran tentang gereja dan orang-orang Kristen sebagai ‘ciptaan yang baru’ karena tampaknya Yesus tidak pernah memakai istilah ini. Akan tetapi Paulus memang seorang ekseget yang unggul. Untuk melihat ini kita perlu mengambil beberapa langkah eksegetik.

Pertama-tama, dikatakan di Yohanes 2:19: “Dalam tiga hari aku akan mendirikannya.” Membandingkan ayat ini dengan Markus 14:58, kita akan mendapatkan hasil yang menarik. Apa yang tertulis di Markus 14:58? Ini adalah kutipan yang dipakai sebagai bahan tuduhan saat Yesus diadili.

“Kami sudah mendengar orang ini berkata: Aku akan merubuhkan Bait Suci buatan tangan manusia ini dan dalam tiga hari akan kudirikan yang lain, yang bukan buatan tangan manusia.”

Sangat menarik. Ada satu perincian lebih lanjut yang disebutkan di sana. Di sana tertulis, “Dalam tiga hari, aku akan mendirikan yang lain, yang bukan buatan manusia.” Ini hampir pasti merupakan suatu kutipan asli dari pernyataan Yesus. Bangunan yang akan didirikan oleh Yesus itu bukan merupakan hasil buatan tangan manusia. Apa artinya itu?

Langkah eksegetik selanjutnya adalah membandingkan dengan ayat di surat Ibrani. Hal yang tertulis di Ibrani itu sendiri juga sangat mengejutkan. Ibrani 9:11 membahas tentang bangunan yang dibuat bukan oleh tangan manusia:

“Tetapi Kristus telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal yang baik yang akan datang: Ia telah melintasi kemah yang lebih besar dan yang lebih sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan manusia, artinya yang tidak termasuk ciptaan ini.”

Bangunan yang bukan buatan tangan berarti bangunan rohani yang tidak berasal dari dunia ini, tidak termasuk ciptaan yang sudah ada. Ia adalah ciptaan yang baru. Itulah tepatnya istilah yang dipakai oleh Paulus: ‘ciptaan yang baru’, yang bukan merupakan hasil buatan tangan. Sekarang kita tahu dari mana Paulus mendapatkan istilah yang dia pakai di 2 Korintus 5:16-17 ini. Jika Anda berada di dalam Kristus, maka Anda adalah ciptaan yang baru. Anda adalah bait Allah, yang bukan buatan tangan manusia, tidak termasuk ciptaan yang sudah ada melainkan ciptaan yang baru.


Visi gemilang tentang Bait Allah yang baru

Untuk merangkumnya kita bisa melihat bahwa di Yohanes pasal 2 terdapat hal yang “menghanguskan” Yesus. Dia menatap ke arah Bait Allah dan melihat berbagai macam orang berlalu-lalang sambil berjualan kambing dan merpati, dan hatinya terbakar oleh rasa duka yang mendalam. Bangunan ini akan dirubuhkan. Dia telah menubuatkan hal itu di Markus pasal 13 dan Lukas pasal 21.

Namun, bahkan sebelum bangunan itu – yakni Bait Allah di Bukit Sion – dihancurkan, ada satu bangunan yang akan didirikan. Dan bangunan baru ini akan menjadi ciptaan baru dari Allah, didirikan melalui kebangkitan Yesus. Melalui kematian dan kebangkitannya, sebuah Bait Allah yang baru telah berdiri. Bangunan ini akan menjadi tubuh Kristus di muka bumi. Dan jika orang melihat kita, maka mereka bisa melihat Yesus, kita diharapkan mewujudkan kemuliaan Kristus. Itulah visi Paulus. Sungguh suatu visi yang sangat gemilang. Saya tidak tahu apakah visi ini membakar semangat Anda. Saya tidak tahu apakah visi ini menyentuh hati Anda.


Saat dibaptis Anda menjadi Ciptaan Baru

Apa ciri-ciri dari ciptaan yang baru ini? Ia terkait secara langsung dengan kebangkitan. Perjanjian Baru memberitahu kita gereja itu mulai muncul melalui kebangkitan. Perhatikanlah isi ajaran Kitab Suci dan Anda akan bisa melihat kaitan ini dengan jelas sekali. Di Roma pasal 6, misalnya, kapankah seseorang menjadi bagian dari tubuh Kristus? Pada saat dia dibaptis, ketika dia mati dan bangkit kembali bersama Yesus di dalam hidup yang baru.

Saya akan uraikan lewat cara lain. Jika kuasa kebangkitan Kristus tidak bekerja di dalam diri Anda, maka Anda bukanlah bagian dari tubuh Kristus. Bagaimana Anda bisa tahu bahwa kuasa kebangkitan itu sedang bekerja di dalam diri Anda? Paulus menjelaskan hal ini dengan sangat gamblang di Roma pasal 6. Setelah Anda mati bersama Yesus, mati terhadap dosa, dan mati terhadap cara hidup kita yang lama, kuasa kebangkitan – melalui Roh Kudus – menjadi aktif di dalam diri Anda.

Apa arti praktis dari uraian tersebut? Ini berarti kuasa dosa dan kuasa maut telah dipatahkan di dalam hidup Anda, persis seperti yang dikatakan oleh Yesus di Yohanes 8:36, “Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka”. Kuasa apakah yang telah mematahkan kuasa dosa dan kuasa maut itu? Itulah kuasa kebangkitan yang dijalankan di dalam diri Anda oleh Roh Kudus. Itulah kuasa kebangkitan yang bisa Anda alami langsung di sini dan sekarang juga. Itulah pengalaman saya secara langsung dan karena itu saya dapat dengan yakin menyampaikannya.

Itulah sebabnya mengapa Yohanes berkata di 1 Yohanes 5:4 bahwa iman adalah kemenangan. Kemenangan atas apa? Tentu saja atas dosa. Atas dunia dan atas dosa yang mengendaikan dunia ini. Jika Anda berkata bahwa Anda percaya kepada Yesus akan tetapi hidup dalam kekalahan terhadap dosa, berarti Anda masih belum tahu apa arti iman itu. Iman adalah kemenangan! Kemenangan atas segala kuasa dosa. Tahukah Anda jenis kehidupan seperti apa itu? Jika Anda hidup tidak berkemenangan, berarti Anda masih belum tahu apa arti kehidupan Kristen menurut Alkitab. Hal ini sangat memprihatinkan, karena saat saya amati di sekeliling saya, di lingkungan gereja-gereja sekarang ini, apakah hal yang saya lihat? Orang-orang Kristen yang menjalani kehidupan di dalam dosa! Mereka ditaklukkan oleh dosa setiap hari. Setiap hari mereka dikalahkan! Takluk pada keangkuhan, keegoisan, keserakahan, dan juga pada fitnah (kegemaran menjelek-jelekkan orang lain), tidak hidup dalam kerukunan dengan orang lain, hidup dalam ketegangan dengan orang lain, antara suami dan istri, antara anak dengan orang tua, antara sahabat.

Apakah Anda memiliki sukacita di dalam hidup ini? Apakah Anda puas dengan kehidupan Anda? Salahkah membahas tentang kepuasan di dalam kehidupan Kristen? Apakah yang dikatakan oleh Yesus? Jika orang minum dari air yang akan kuberikan ini, maka dia tidak akan pernah kehausan lagi. Artinya, orang itu akan dipuaskan sepenuhnya. Apakah Anda menjalani hidup di dalam suatu kepuasan di mana Anda telah mendapatkan segala sesuatunya di dalam Kristus?  Hal yang tidak bisa diberikan oleh dunia, yang memang tidak mungkin bisa diberikan oleh dunia, sudahkah Anda dapatkan pada Yesus? Saat Anda bertemu orang, apakah orang akan berkata kepada Anda, “Ada semacam kekayaan di dalam hidupmu, ada semacam kuasa di dalam hidupmu, saya tidak tahu apa itu tetapi aku menginginkannya”? Apakah kehidupan Anda memiliki dampak seperti itu terhadap orang-orang di sekitar Anda? Atau, apakah Anda tidak berbeda dengan orang non-Kristen, Anda sama saja dengan orang-orang yang lain? Apa gunanya berbicara tentang isi Alkitab? Apa gunanya datang ke gereja atau ke gedung apapun itu jika Anda tidak bisa menjalankan firman tersebut dalam kehidupan Anda dan tidak mengalami kuasa kebangkitan dalam hidup Anda?


Apakah cinta akan Rumah Allah membakar di dalam diri Anda?

Saya ingin ajukan pertanyaan ini, “Apakah cinta akan rumah Allah membakar di dalam diri Anda?” Ketika Yesusfire-of-god mengucapkan kata-kata tersebut, tubuhnya masih belum diubahkan melalui kuasa kebangkitan. Namun sekarang ini, tubuh Kristus hidup; ia telah dibangkitkan. Setiap orang yang telah dibaptis, yang telah mati bersama dengan Yesus dan dibangkitkan bersama dia, apakah Anda hidup di dalam kuasa kebangkitan ini? Jika tidak, orang Kristen jenis apakah Anda ini? Orang Kristen yang seperti itu sangat memalukan bagi Tuhan. Bukan saja memalukan, tetapi berdasarkan ajarannya, saat Yesus bertemu dengan Anda, dia akan mengusir Anda sama seperti dia telah mengusir para pedagang itu keluar dari Bait Allah.

Saat kuasa kebangkitan Yesus bekerja di dalam diri Anda, maka Anda bukan sekadar akan hidup di dalam kuasa kebangkitan itu saja, Anda bukan sekadar hidup dalam kemenangan terus menerus atas dosa. Lebih dari itu, Anda akan begitu dimerdekakan dari belenggu keegoisan sehingga Anda menjadi sangat peduli akan orang lain. Api yang sedang terbakar di dalam diri Anda oleh hidup yang baru itu akan terlihat oleh mereka. Yang kita bicarakan ini adalah seperti apa kita sekarang. Jika Anda belum dibangkitkan oleh kuasa kebangkitan Yesus secara rohani sekarang ini, maka berdasarkan apa Anda akan membangun keyakinan bahwa nantinya Anda akan diselamatkan?

Baru-baru ini saya bertemu dengan seseorang dari gereja lain. Dia berbicara tentang jaminan keselamatan. Saya bertanya kepadanya, “Berdasarkan apakah jaminan keselamatan Anda itu?” Dia tidak bisa memberikan jawaban yang berarti. Jika Anda berkata bahwa jaminan keselamatan Anda ada di dalam Kristus, apa dasar pernyataan Anda itu? Dia memberi saya jawaban yang kabur dengan mengatakan bahwa dasarnya adalah Alkitab. Berdasarkan Alkitab? Alkitab memberitahu kita bahwa orang yang tidak hidup menuruti kehendak Allah akan masuk ke dalam kebinasaan, mereka akan binasa.


Hidup berkemenangan di dalam kuasa Allah

Saya mempunyai jaminan bukan karena saya ini lebih baik daripada orang lain, melainkan – oleh kasih karunia Allah – Dia telah menganugerahkan saya kuasa kebangkitan-Nya dan sudah menjadikan saya ciptaan yang baru. Apakah menurut Anda Paulus itu memakai istilah ‘ciptaan baru’ hanya untuk hiasan belaka, supaya kalimatnya menjadi enak dibaca? Atau kebaruan hidup ini memang sesuatu yang bisa kita alami? Ketika Anda mengalami kuasa Allah yang luar biasa itu memampukan kita untuk menjalani hidup yang mengalahkan kuasa dosa, berarti Anda sedang mengalami kuasa Allah karena tak ada orang yang bisa hidup berkemenangan atas dosa tanpa kuasa Allah. Paulus telah mencoba untuk menjalani hdiup yang benar dan dia gagal. Dia mencoba untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah. Hal ini Paulus ungkapkan di Roma pasal 7, tetapi dia gagal menjalaninya. Jadi, jika Anda bisa menjalani hidup yang berkemenangan, berarti Anda sedang mengalami kuasa Allah. Yang sedang dibicarakan di sini adalah hidup, kita tidak sedang berbicara tentang doktrin, kita tidak sedang berbicara tentang kekristenan, kita sedang berbicara tentang kehidupan, hidup yang berasal dari Allah. Itulah hal yang harus Anda alami. Jika Anda mengalaminya, maka Anda akan mengalami bagaimana api dari Allah membakar diri Anda, dan Anda tidak mau beristirahat sebelum seluruh jemaat bisa hidup di dalam kuasa kebangkitan.


Ada yang rela dibakar demi Hak Asasi Manusia

Baru-baru ini, saya melihat foto di koran tentang seorang gadis yang kelihatan sangat aneh. Mengapa dia terlihat sangat aneh? Karena dia harus menjalani operasi plastik di wajah dan di sekujur tubuhnya. Para dokter harus mengambil kulit dari bagian lain di tubuhnya serta menaruh kulit itu di wajahnya. Apa yang telah terjadi dengan gadis ini? Dia berjuang untuk demokrasi, demi kemerdekaan, demi hak asasi manusia (HAM) di Argentina. Pada suatu hari, dia sedang melakukan pawai demonstrasi. Jika Anda menyayangi nyawa Anda, maka demonstrasi adalah kegiatan yang tidak akan Anda ikuti di negara-negara di Amerika Selatan. Polisi berhasil menangkapnya, lalu mereka menyiramkan minyak tanah ke tubuh gadis ini dan membakarnya. Dia dibakar hidup-hidup. Dalam urusan membara oleh api, gadis ini benar-benar mengalaminya secara harfiah. Akibatnya 80% dari tubuhnya terbakar oleh api. Anda yang memiliki sedikit pengetahuan di bidang kedokteran tentunya tahu jika 80% dari tubuh Anda terbakar oleh api, maka peluang Anda untuk bisa tetap hidup sangatlah kecil. Namun berkat perjuangan dan pertolongan teman-teman dan juga teknik yang sangat maju, dia berhasil dibawa ke Kanada. Setelah melewati beberapa bulan usaha mempertahankan nyawanya, nyawa gadis ini terselamatkan. Apa yang membuat tubuh dan wajahnya terbakar? Dia terbakar oleh semangat kecintaannya bagi rakyat dan negerinya. Berita tentang gadis ini masuk ke koran karena setelah sembuh dari luka bakar dan juga berhasil melewati operasi tersebut, dia kembali lagi ke Argentina untuk melanjutkan perjuangannya menegakkan hak asasi manusia. Dia sudah siap untuk mati kali ini.

Orang-orang yang seperti gadis ini, yang hatinya membara dan tubuhnya secara harfiah juga terbakar demi memperjuangkan ‘hak asasi manusia’ dan bahkan siap mengorbankan nyawanya, tidakkah hidup mereka membuat orang-orang Kristen seperti kita sangat malu? Apakah menurut kita, gadis ini terlalu ekstrim, terlalu radikal, terlalu bersemangat? Atau apakah karena kita ini suam-suam kuku sehingga semangat yang semacam ini membuat kita ketakutan?

Akan tetapi mirip seperti itulah Yesus terbakar demi sesuatu yang jauh lebih besar dari persoalan HAM, maupun politik tetapi demi kemerdekaan dari dosa yang telah memperbudak umat manusia. Demikianlah, saya memohon kiranya Allah memantik api semacam ini di dalam diri kita semua.

 

Berikan Komentar Anda: