Pastor Boo | Kematian Kristus (25) |

Mari kita lihat 1 Petrus 1:17-19

17 Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini. 
18 Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas,
19 melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.

Petrus menyuruh kita untuk menjalani kehidupan yang kudus, sama seperti Bapa adalah kudus, sambil menyadari bahwa Yahweh adalah Dia yang akan menghakimi semua perbuatan kita. Lalu, dia melanjutkan, “Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus.

Demikianlah, kita mendapatkan satu gambaran di sini, kata ‘ditebus’ dimaknai dengan ungkapan ‘dibeli’. Kita tidak dibeli dengan perak atau emas karena, pertama, ini bukan urusan transaksi duniawi, dan kedua, ini adalah urusan kemerdekaan rohani dan bukan kemerdekaan lahiriah. Anda tidak bisa membeli kehidupan rohani dengan materi. Ongkos yang dibayar adalah darah Anak Domba (Yesus sendiri), hal yang jauh lebih berharga daripada semua logam mulia itu ditimbun menjadi satu. Petrus sedang mengingatkan orang-orang percaya bahwa mereka itu sudah dibeli.

Kata ‘dibeli’ ini memberi makna ‘perpindahan hak milik’. Sebelumnya, anda masih di bawah kuasa dosa, yang berarti menjadi milik si Jahat. Saat kita masih berada dalam cara hidup yang lama, kita melakukan banyak hal yang jahat. Namun, ketika Allah menebus atau membeli kita dengan darah Kristus, terjadi perpindahan hak milik. Melalui Kristus, kita sekarang menjadi milik Yahweh. Hal menjadi miilk Yahweh inilah yang selalu ditekankan di dalam Kitab Suci, karena kita tidak perlu mengajukan pertanyaan konyol seperti, “Kepada siapa Allah membayar? Jika Allah ingin membeli kita, kepada siapa Allah membayar?” Ini jelas bukan gambaran yang ingin disajikan oleh kutipan tersebut, juga bukan hal yang ingin disampaikan oleh Alkitab. Tak ada pembayaran kepada siapapun.

Dulu, kehidupn pribadi ini kita kelola dengan buruk. Kita bisa bayangkan seperti, misalnya, sebuah perusahaan yang terjerat banyak hutang karena buruknya pengelolaan, dan perusahaan ini sudah hampir bangkrut. Kemudian datang seseorang yang berkata, “Aku akan membeli perusahaan ini.” Padahal perusahaan itu sudah tidak ada nilainya lagi. Setelah membeli perusahaan itu, pemilik yang baru segera melunasi semua hutang perusahaan dan memasukkan manajemen yang baru ke dalam perusahaan. Setiap karyawan lama yang dipertahankan di dalam perusahaan itu harus mematuhi peraturan, kebijakan dan tujuan yang baru untuk perusahaan. Mereka tidak bisa menolak karena pemilik perusahaan sudah berganti dan cara kerja yang baru sudah ditetapkan. Demikianlah gambaran dari hidup baru ketika Yahweh memerintah di dalam kehidupan kita.

Yesus mengajarkan bagian doa, “ampunkanlah kepada kami utang-utang kami” (ILT) karena ketika kita berusaha mengelola sendiri kehidupan kita, begitu banyak kesalahan yang kita buat, dan itu semua berujung pada timbunan hutang yang tak terlunaskan. Lalu, oleh darah Kristus sang Anak Domba, Yahweh membebaskan kita. Begitu Dia membeli, berarti Dia membebaskan. Oleh karenanya, sekarang ini kita berada di bawah manajemen yang baru. Dengan kata lain, kita bertanggung jawab kepada Bapa. Itulah hal yang dimaksudkan oleh Petrus. Kita jalani hidup baru ini dalam ketakutan. Sebelumnya, kita hidup dalam kesesatan dan kecemaran karena kita mengikuti semua hasrat kita. Namun, sekarang kita mengikuti Kristus.

Jadi, harap dipahami bahwa ketika darah Yesus memerdekakan kita, itu adalah pembelian yang yang melibatkan pergantian pemilik. Sebenarnya, kata ‘membebaskan’ dan kata ‘membeli’ adalah terjemahan dari kata Yunani yang dipakai untuk makna ‘menebus’. Selanjutnya, kita memiliki majikan yang baru, dan majikan itu adalah Yahweh sendiri yang menjalankan kedaulatan-Nya melalui Kristus-Nya. Pergantian pemilik berarti kita sekarang berada di bawah otoritas yang baru.

Mari kita lihat Wahyu 5:9,10,

9 Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru katanya: “Engkau layak menerima gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya; karena Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa.  10 Dan Engkau telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah sebagai raja di bumi.”

Lagu ini dinyanyikan untuk Yesus. Dia sudah menebus atau membeli kita untuk Allah. Lalu, di ayat 10 disebutkan bahwa Yesus membuat kita menjadi kerajaan dan imam-imam bagi Allah. Dengan demikian, Allah menjadi yang berdaulat dalam hidup kita, bukan kehendak kita lagi yang kita utamakan melainkan kehendak-Nyalah yang diwujudkan di bumi. Sebagai imam, dari Perjanjian Lama, kita tahu bahwa mereka melayani Allah dan manusia. Mereka bisa menghadap kepada Allah, mewakili umat, dan juga melayani kebutuhan rohani umat, mewakili Allah. Mereka mengungkapkan kehendak Allah dan mengajarkan Firman-Nya kepada umat. Banyak dari kita yang mampu mengajarkan Alkitab, tetapi pertanyaan besarnya adalah, apakah kita memiliki akses kepada Allah? Pintu inilah yang dibuka oleh darah Kristus. Yahweh memindahkan kita dari kegelapan rohani menuju terang hadirat-Nya (lihat 1 Petrus 3:18). Jadi, kita memiliki akses kepada Yahweh. Kita sekarang hidup di bawah otoritas-Nya dan diajar serta dipimpin oleh-Nya.

Di zaman kekaisaran Roma dan juga Israel kuno, jika seseorang membeli budak, dia berhak memberi tanda di tubuh budak itu. Dari kebiasaan inilah konsep cap atau tanda itu mendapatkan makna pentingnya. Tanda ini menunjukkan bahwa anda adalah milik dari majikan tertentu. Ada budak yang tidak ditandai oleh majikannya, tetapi kita tahu hewan ditandai dengan cap besi panas.

Kata ‘tanda’ atau ‘cap’ dapat digunakan untuk berbagai konteks. Sebagai contoh, seorang kaisar memiliki stempel atau cincin khusus tanda kedaulatan. Untuk mengesahkan suatu dokumen, maka di sudut bawah dokumen itu akan diberi bahan meterai, kemudian kaisar menggunakan stempel atau cincinnya untuk menekan bahan meterai itu. Ukiran di stempel atau cincin kekaisaran akan meninggalkan motif khusus di bahan meterai yang menandakan bahwa dokumen tersebut disahkan oleh kaisar. Setiap orang yang membaca dokumen itu akan segera tahu bahwa dokumen tersebut berasal dari kaisar.

Jadi, baik dalam hal memberi tanda kepada budak atau ternak, maupun untuk keperluan pengesahan dokumen, semua urusan itu terkait dengan kata Yunani yang diterjemahkan dengan ungkapan ‘tanda’. Apa arti penting dari kata tanda ini? Menurut Alkitab, setiap orang yang mengikut Yahweh dan Yesus memiliki tanda khusus. Mari kita lihat Galatia 6:17

Selanjutnya janganlah ada orang yang menyusahkan aku, karena pada tubuhku ada tanda-tanda milik Yesus.

Yang dimaksudkan Paulus adalah, “Bagaimana kalian bisa tahu bahwa aku ini milik Yesus? Bagaimana kamu bisa tahu bahwa aku ini hamba Kristus?” Tanda-tanda itu terlihat jelas di tubuhnya, dia berkata, “Pada tubuhku ada tanda-tanda milik Yesus.” Kamus bahasa Yunani-Inggris mengungkapkan kepada kita bahwa tanda-tanda itu adalah tanda penderitaan. Ini berarti bahwa luka-luka dari cambukan atau lemparan batu yang dialami oleh Paulus telah meninggalkan bekas luka yang mudah dilihat oleh orang lain. Itulah tanda dari Yesus! Ini adalah tantangan besar bagi kita. Berapa banyak dari ktia yang memiliki tanda dari Yesus di tubuh kita? Mungkin pada masa depan nanti, kita akan mengalami hal itu. Akan tetapi, yang paling penting adalah sisi rohani kita, apakah kita memiliki tanda dari Yesus di sana? Mari kita lihat Galatia 5:24

Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.

Hal pertama yang kita alami, jika kita menjadi milik Kristus, adalah proses dimatikannya hasrat kedagingan kita. Sejak awal baptisan, hal itu sudah mulai berlangsung. Kuasa dari daging dibuat semakin lemah, dan anda dimerdekakan dari dorongan kuasa daging itu. Jika hasrat anda terasa begitu kuat mengendalikan diri anda pada masa lalu, hasrat-hasrat itu menjadi semakin lemah sejak saat anda mengalami lahir baru. Semua hasrat itu tidak lagi mengendalikan diri anda. Selanjutnya, mari kita baca Galatia 3:27-29

27 Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus. 
28 Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus. 
29 Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah

Paulus menjelaskan bagaimana kita bisa menjadi pemenang, “Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus.” Anda harus membuat keputusan berdasarkan hati nurani anda untuk membiarkan Kristus memegang kendali di dalam hidup anda. Jika orang lain melihat hidup Kristus di dalam diri anda, mereka akan tahu bahwa anda milik Yesus. Inilah hal yang disampaikan oleh Paulus sendiri di Galatia 2:20, “Bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.” Makna dari ungkapan itu diuraikan oleh Paulus di Galatia 5:22-23, yakni pertumbuhan buah Roh. Pertumbuhan buah Roh ini menjadi pengalaman kita setiap hari. Entah di rumah, di kantor atau di manapun kita berada, akan selalu ada kasih, sukacita, damai sejahtera dan sebagainya. Akan tetapi, jika pertumbuhan itu tidak terjadi, atau bahkan tidak ada, anda perlu berdiam diri sejenak dan bertanya, “Apakah saya memiliki tanda Yesus di dalam hidup saya?” Kita perlu meluangkan banyak waktu untuk berdoa dan mmohon Yahweh untuk memampukan kita, untuk mengubah kita dari dalam. Ini adalah pokok yang sangat penting karena sekarang ini kita hidup di akhir zaman, dan oleh karenanya kitab Wahyu menjadi sangat penting bagi kita. Mari kita lihat Wahyu 7:3

Katanya: “Janganlah merusakkan bumi atau laut atau pohon-pohon sebelum kami memeteraikan hamba-hamba Allah kami pada dahi mereka!”

Kemudian di ayat 4:

Dan aku mendengar jumlah mereka yang dimeteraikan itu: seratus empat puluh empat ribu yang telah dimeteraikan dari semua suku keturunan Israel

Di ayat ini disebutkan tentang 144.000 hamba Allah. Banyak orang yang bertanya-tanya tentang identitas 144.000 hamba Allah ini. Saya tidak akan menguraikan pokok ini secara detail karena bukan tema ini yang sedang kita bahas sekarang. Saya hanya ingin menekankan bahwa jumlah 144.000 itu tidak bisa kita pahami secara harafiah. Angka ini hanya melambangkan kepenuhan umat Israel yang sejati.

Anda dapati lagi bahwa suara ini berkata, “Sampai kami memeteraikan hamba-hamba Allah kami pada dahi mereka.” Ingatlah: Siapakah yang akan dimeteraikan itu? Para hamba Allah (orang percaya). Itulah hal yang dinyatakan oleh Paulus di Roma 6, saat kita masuk ke dalam hidup baru dari Yesus, maka kita menjadi para hamba Allah. Semua penghakiman dan hukuman dari Allah tidak akan mengenai para hamba-Nya karena Allah sudah memeteraikan mereka.

Di mana meterai itu diberikan? Di dahi mereka. Ini adalah detail yang penting. Kita juga tahu bahwa antikristus akan memberi tanda pada setiap orang di dunia ini, dia menempatkan tandanya di dahi dan juga di tangan setiap orang. Harap diperhatikan bahwa tanda ini bukan tanda di badan secara haraiah. Kita juga tidak bisa mengartikan kata ‘dahi’ secara harafiah. Kedua ungkapan itu bersumber dari Perjanjian Lama. Banyak orang berspekulasi tentang tanda dari binatang itu, yang ditaruh di dahi dan di tangan, lalu diartikan sebagai mikrochip yang ditanamkan di sana. Tidak ada hal jasmani yang dibahas dalam urusan tanda ini, dan kita tidak bisa menarik makna harafiah dari sana. Urusan tanda ini cukup mudah untuk dipahami karena dahi melambangkan nalar atau cara berpikir seseorang. Meterai di dahi para hamba Allah melambangkan penerimaan Allah terhadap cara berpikir seseorang. Jadi, jika Allah mengubah sikap hati dan cara berpikir kita, berarti kita sudah menerima tanda dari Allah. Orang akan tahu siapa diri anda dari cara berpikir, berbicara dan berperilaku anda sehari-hari. Tak diragukan lagi, pikiran kita akan diwujudkan dalam bentuk ucapan dan tindakan kita. Mari kita lihat Ulangan 6:4-5

4 Dengarlah, hai orang Israel: YAHWEH itu Allah kita, YAHWEH itu esa! 
5 Kasihilah YAHWEH, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.

Kita lihat juga ayat 8

8 Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu,

Bagian ayat 4 dan 5  adalah perintah pertama dari hukum kasih: Mengasihi Yahweh dengan segenap hati, jiwa, pikiran dan kekuatan. Lalu, di ayat 8, Yahweh berkata, “Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu.” Perhatikan juga uraian berikutnya, “haruslah itu menjadi lambang di dahimu.”  Saya rasa, Yahweh tidak bermaksud menetapkan bagian ini untuk dipahami secara harafiah. Akan tetapi, orang Farisi mengartikan hal itu secara harafiah. Mereka lalu menuliskan perintah itu di lembaran kertas kecil dan mengikatkannya di dahi serta di tangan. Padahal bukan itu yang dimaksudkan oleh Yahweh.

Yahweh sedang berbicara secara rohani. Hukum kasih ini harus tertanam dalam di hati bangsa Israel, dan hukum ini harus memiliki arti penting bagi mereka karena Yahweh baru saja membebaskan atau membeli mereka keluar dari Mesir. Mereka mengasihi Dia karena Dia dulu yang pertama mengasihi mereka. Segenap pikiran mereka harus dipusatkan kepada Yahweh. Tentu saja, pelaksanaan hukum kasih ini akan terwujud di dalam tindakan, yakni mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri.

Mari kita lihat Roma 8:5-6

5 Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh. 
6 Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera.

Ayat 9:

9 Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus.

Segenap cara berpikir kita harus diselaraskan dengan Yahweh. Dengan kata lain, apakah yang menjadi kehendak Yahweh di zaman sekarang ini? Bagaimana harapan Yahweh terhadap perilaku kita? Kita harus memastikan bahwa Yahweh memang berdiam di dalam diri kita dengan mengarahkan cara berpikir kita sesuai dengan cara berpikir yang diharapkan oleh Yahweh. Jika Dia berdiam di dalam diri kita – yakni, kita memiliki Roh-Nya, maka kita menjadi milik-Nya, tetapi jika kita tidak memiliki Roh-Nya, kita bukan milik-Nya. Jadi, tanda dari Allah pada hamba-hambaNya adalah kepenuhan Kristus dan Yahweh di dalam dirinya. Itu sebabnya kita memiliki hidup dan damai sejahtera. Sebaliknya, ketika pikiran ini terpusat pada daging, akan terjadi kekacauan, kehancuran dan kesedihan. Kita menyaksikan hal ini dalam semua bentuk hubungan antar manusia serta peristiwa politik di dunia. Apa yang kita saksikan dari peristiwa di Lebanon sangatlah menyedihkan. Korupsi di negara itu berujung pada ledakan besar bahan pupuk di Beirut. Akan tetapi, Lebanon bukan satu-satunya negara yang memiliki pemerintahan yang korup. Ada banyak negara yang menghadapi masalah korupsi ini. Di tambah dengan manajemen yang buruk serta berbagai kecerobohan yang berakibat pada kehancuran dan kesedihan. Segala sesuatunya mengalami pembusukan. Alkitab memberitahu kita bahwa hal ini adalah akibat dari cara hidup yang dikuasai oleh dosa, cara hidup manusia lama. Namun sekarang kita sudah memiliki Roh Allah dan telah masuik ke dalam hidup yang baru, kita menjadi milik-Nya.

Ada satu aspek lagi yang perlu kita perhatikan, dan hal itu bisa kita lihat dalam Wahyu 14:4-5

4 Mereka adalah orang-orang yang tidak mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan, karena mereka murni sama seperti perawan. Mereka adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi. Mereka ditebus dari antara manusia sebagai korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu. 
5 Dan di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta; mereka tidak bercela

Dalam kumpulan mereka yang mengikuti Anak Domba, tidak satupun dari mereka yang berdusta. Mereka tidak bercela karena mereka tidak berdusta. Kata ‘tidak berdusta’ ini tidak boleh hanya diartikan bahwa mereka selalu menyampaikan kebenaran. Mereka mungkin bahkan menolak kebohongan walau untuk tujuan yang ‘baik’. Sudah menjadi watak mereka untuk tidak berurusan dengan kebohongan. Akan tetapi, saya rasa kita harus memahaminya lebih jauh lagi karena hal ini mencakup 144.000 orang yang selalu mengikuti Anak Domba. Kita melihat bahwa mereka ditebus dari bumi. Dengan kata lain, mereka memiliki cara berpikir yang berbeda dengan masyarakat duniawi. Bagi mereka, yang mereka inginkan adalah menyesuaikan cara berpikir mereka dengan Yahweh. Dengan demikian, ungkapan ‘tidak berdusta’ ini tidak boleh diartikan sebatas ucapan saja. Hal itu terkait dengan cara hidup kita. Dan di dalam urusan inilah kita memiliki kelemahan yang menyolok. Itu sebabnya Yakobus berkata, “Saudara-saudaraku, janganlah banyak orang di antara kamu mau menjadi guru; sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat.” Semakin banyak hal yang kita ajarkan, semakin berat tuntutan yang kita hadapi untuk hidup sesuai dengan ucapan kita. Dengan kata lain, kehidupan anda harus sesuai dengan ucapan anda.

Beberapa hari yang lalu, kita mendengar berita tetang Jerry Falwell Jr. Dia adalah president Liberty University. Kampus ini merupakan kampus kalangan Kristen Evangelis. Entah bagaimana, fotonya beredar di internet, dan di dalam foto itu, dia sedang merangkul seorang perempuan yang bukan istrinya, kedua orang ini berfoto dalam keadaan resleting celana mereka terbuka. Akibatnya terjadi kegemparan. Kalangan kampus sangat terkejut melihat foto ini. Dia lalu mundur dari jabatannya sebagai presiden di Liberty University.

Dari sisi rohani, dia adalah pemimpin dari kampus kalangan evangelis yang melatih calon-calon hamba Allah untuk melayani di gereja. Tentu saja, kampus ini juga memiliki berbagai jurusan lainnya, tetapi penekanan utama kampus ini adalah pendidikan bagi mereka yang akan melayani jemaat. Demikianlah, saat kita membaca ayat yang berbunyi seperti ini, “di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta,” itu artinya anda tidak boleh sembarangan berbicara tentang hal-hal rohani sambil menjalankan kehidupan yang bertentangan dengan ucapan anda! Yohanes juga menekankan hal ini di 1 Yohanes 2:4 dan 4:20. Akan sangat berguna jika anda merenungkannya. Meterai Allah yang menyatakan restu-Nya itu diberikan kepada mereka yang berbicara tentang kebenaran karena, baik di dalam hati maupun dalam perilakunya, mereka sudah ada di dalam kebenaran. Jika Jerry Falwell memberi pengakuan sebelum foto itu beredar, saya rasa Yahweh akan lebih berbelas kasihan kepadanya, walaupun dia tetap harus mundur dari jabatannya. Akan tetapi, skandal jenis ini sudah terlalu sering kita dengar, dan ini karena kondisi kerohanian di AS yang memang sudah parah. Banyak pemimpin yang terus saja melanjutkan dosa mereka sampai akhirnya perbuatan mereka itu terbongkar! Akhirnya, tindakan tegas harus diambil untuk menyelamatkan masyarakat yang menaruh kepercayaan pada lembaga yang bersangkutan.

Kita harus bertanya pada diri sendiri, sampai seberapa jauh cara berpikir kita sudah mengalami perubahan? Sampai seberapa jauh sikap hati kita kepada Allah mengalami perubahan? Kita harus menyadari bahwa semakin kita turuti Firman Allah dan berdoa, maka semakin besar perubahan yang dibawa oleh Firman Allah ke dalam hidup kita. Firman dan doa adalah penerapan praktis jika kita ingin meneguhkan pikiran kita ke arah Roh. Itulah pemahaman yang didapat oleh Musa dan senantiasa dia ajarkan kepada bangsa Israel, yakni menaati perintah Allah serta terus mendekat kepada-Nya. Hanya dengan cara itulah mereka bisa mengalami berkat-berkat dari Yahweh.

Baiklah, masih ada satu hal lagi yang perlu saya sampaikan. Jika kita lihat Wahyu 13:16-17

16 Dan ia menyebabkan, sehingga kepada semua orang, kecil atau besar, kaya atau miskin, merdeka atau hamba, diberi tanda pada tangan kanannya atau pada dahinya, 
17 dan tidak seorangpun yang dapat membeli atau menjual selain dari pada mereka yang memakai tanda itu, yaitu nama binatang itu atau bilangan namanya.

Binatang yang kedua akan membuat semua orang di dunia diberi tanda, dan tak ada yang bisa membeli atau menjual tanpa memiliki tanda itu. Saya sudah ingatkan sebelumnya bahwa kita tidak bisa mengartikan uraian ini secara harafiah karena ayat-ayat ini melambangkan perkara rohani. Mereka yang sudah mempelajari kitab Wahyu secara teliti akan menyadari bahwa kata ‘tanda’ yang terkait dengan binatang itu memakai kata Yunani yang unik.

Ketika membicarakan tetnang meterai Allah untuk para hamba-Nya, kata yang dipakai adalah kata Yunani yang lazim dipakai untuk kata ‘tanda’. Akan tetapi, dalam kaitannya dengan binatang itu, kata yang dipakai adalah kata yang unik. Kata ini muncul sebanyak 8 kali di dalam Perjanjian Baru, dan sebanyak 7 di antaranya muncul di dalam kitab Wahyu. Tujuh kali kemunculannya di dalam kitab Wahyu itu hanya dikaitkan dengan binatang tersebut.

Mengapa kitab Wahyu memakai kata yang sepenuhnya berbeda saat berbicara tentang ‘tanda’ dari binatang, tetapi memakai kata yang lazim dipakai saat berbicara tentang ‘tanda’ dari Allah? Alasannya bisa kita lihat di Kisah 17:29, yang merupakan referensi yang berada di luar dari kitab Wahyu.

Karena kita berasal dari keturunan Allah, kita tidak boleh berpikir, bahwa keadaan ilahi sama seperti emas atau perak atau batu, ciptaan kesenian dan keahlian manusia.

Kata Yunani yang diterjemahkan dengan kata ‘tanda’ dalam kitab Wahyu, di ayat ini diterjemahkan dengan kata ‘image (ciptaan, patung, gambar)’. Dengan kata lain, mereka yang memiliki tanda dari binatang itu adalah mereka yang memiliki gambar atau ciri-ciri dari binatang itu. Lalu, apa ciri-ciri dari binatang itu? Kisah 17:29 menjelaskan hal ini kepada kita. Anda dapat lihat di sini disebutkan “an image formed by art and imagination of man (ciptaan kesenian dan keahlian manusia)”. Dari sini anda bisa melihat bahwa ‘tangan’ adalah sarana untuk menciptakan seni itu, dan ‘keahlian’ mengacu pada otak atau pikiran manusia. Di sini anda bisa temukan tanda dari binatang itu di tangan dan di dahi.

Akan tetapi, apakah makna dari kata ‘image (gambar)’ itu?  Gambar ini merupakan gambar Allah yang diselewengkan. Dengan kata lain, antikristus akan tetap menyandang nama Allah. Dia paham akan isi Alkitab dan dapat memanfaatkan pengetahuannya itu untuk tujuannya sendiri. Akan tetapi, gambar Allah yang dia ajarkan itu adalah gambar yang sudah diselewengkan maknanya. Dia memutar-balikkan ajaran Kitab Suci dan mengajarkan hal yang berkesan benar, tetapi sesat. Itu sebabnya dia menjadi terkenal dan diterima di semua kalangan karena dia tahu bagaimana menyenangkan hati manusia. Kita sudah bisa melihat beberapa contohnya pada zaman sekarang ini melalui para penginjil yang gemar berbicara tentang kasih karunia Allah tanpa pernah membahas makna salib. Allah begitu murah hati sehingga tidak akan pernah menghukum. Kita boleh jalani hidup ini sesuka hati kita, dan kita akan tetap diampuni. Di atas semua itu, Dia tetap ingin memberkati kita dengan kesehatan dan kekayaan duniawi. Ini adalah ajaran yang sangat berbahaya karena menyampaikan gambar Allah dan Kristus yang sudah diselewengkan, ajaran yang tidak memiliki dasar di dalam Perjanjian Baru. Kita harus camkan bahwa Paulus berkata, “Aku membawa tanda Yesus di tubuhku.” Apakah tanda di tubuh Paulus itu? Tanda dari penderitaan yang sudah dia lewati demi nama Kristus. Paulus menunjukkan kepada kita apa artinya menjadi seorang murid Yesus Kristus.

Salah satu hal yang dapat anda lihat saat membaca kitab Wahyu adalah bahwa semua tindakan disiplin atau hukuman dari Allah tidak menyentuh mereka yang sudah memiliki meterai dari Allah dan menjadi milik-Nya. Dengan kata lain, ini adalah meterai perlindungan. Kita dilindungi dari penghakiman Allah jika kita benar-benar orang Kristen yang sejati. Akan tetapi, kita tidak dilindungi dari penganiayaan yang dilakukan oleh manusia. Itu sebabnya Paulus bisa berkata, “Aku membawa tanda Yesus di tubuhku.” Di kitab Wahyu, orang-orang kudus mengorbankan nyawa mereka demi Yahweh dan Kristus. Mereka adalah para martir.

Jadi kita harus bertanya pada diri kita sendiri, apakah kita siap untuk ini? Untuk menjadi siap, kita perlu berdoa agar Yahweh terus mengubah sikap hati kita dan juga cara berpikir kita supaya kita bisa semakin menghargai Dia. Itulah kasih karunia-Nya!

Seperti yang sudah kita bahas pada minggu lalu mengenai penduduk kota Kehila, di 1 Samuel 23, mereka sangat menghargai hal yang sudah dilakukan Daud untuk mereka. Namun, mereka tidak mau membela dia. Kita bisa saja berterima kasih kepada orang yang sudah berbuat baik kepada kita, tetapi penghargaai itu tidak selalu berlanjut dengan pembelaan jika orang yang bersangkutan menghadapi masalah. Memang baik jika kita memiliki hati yang berterima kasih kepada Yahweh. Kita juga berterima kasih kepada Anak Domba, Yesus, tetapi kita harus meneruskannya dengan berpihak kepada Yahweh dan Kristus di dalam kegelapan dunia ini. Hal inilah yang ingin saya sampaikan pada hari ini.

 

Berikan Komentar Anda: