Ev. Xin Lan | Pinehas (2) |

Kita akan melanjutkan untuk mempelajari karakter Pinehas. Pinehas adalah cucu kepada imam Harun, anak kepada Eleazar.


Tindakan Pinehas menyelamatkan Israel

Kisah tentang Pinehas ada di Bilangan 25. Pada waktu itu, Musa telah memimpin bangsa Israel ke tanah Moab. Perempuan Moab menggoda Israel untuk melakukan perzinahan. Mereka membuat Israel mempersembahkan korban kepada ilah-ilah mereka, menyembah berhala-berhala ini dan turut makan dari korban-korban persembahan itu. Sebagai akibatnya, Yahweh sangat murka terhadap Israel. Dia mengirim wabah dan memerintah Musa untuk membunuh semua pemimpin Israel dan membantai kaum pria yang telah bergabung dengan “Baal-Peor”.

Namun, saat Musa dan seluruh umat Israel sedang meratapi dosa yang telah mereka lakukan di depan tabernakel, seorang pria Israel yang adalah pemimpin suku Simeon, membawa seorang perempuan Midian. Peristiwa ini terjadi di depan seluruh bangsa Israel yang sedang berkumpul di situ. Saat Pinehas melihat ini, dia bangkit dari tengah-tengah umat, mengambil tombak dan langsung mengejar pria itu ke kemahnya. Dia menombak mati pria Israel and wanita Midian itu. Tindakan Pinehas inilah yang menghentikan penularan wabah penyakit ke atas seluruh bangsa Israel. Namun, wabah itu sudah memakan 24,000 korban.


Kecemburuan Allah adalah ungkapan Kasih-Nya

Setelah peristiwa ini, Allah memuji Pinehas. Allah berkata,

11 “Pinehas, anak Eleazar, cucu Imam Harun, telah menyurutkan murka-Ku terhadap orang Israel. Dia melakukan ini karena dia giat membela kehormatan-Ku di tengah mereka, sehingga Aku tidak jadi membinasakan bangsa Israel dalam kecemburuan-Ku. 12 Katakanlah kepada Pinehas bahwa Aku membuat perjanjian perdamaian dengannya. 13 Inilah perjanjian itu: bagi dia dan keturunannya ada perjanjian keimaman selamanya. Karena dia giat membela Allahnya dan telah melakukan penebusan bagi Israel.” (Bil 25)

Secara khusus Allah memuji Pinehas karena memiliki hati kecemburuan Allah. Di sesi yang lalu, kita berbicara tentang apa artinya kata “cemburu”. Kata yang berarti semangat atau kasih yang menyala-nyala. Kata yang mengungkapkan kasih Allah. Justru karena Allah penuh dengan kasih, dia juga begitu bersemangat dan berapi-api untuk umat-Nya; tetapi di sisi lain, jika umat Allah berbuat dosa dan tidak setia kepada Allah, maka Allah akan menjadi cemburu dan murka. Dengan semangat yang berapi-api ini Dia lalu akan bertindak untuk menghapuskan dosa. 

Kita semua sudah akrab dengan kenyataan bahwa Allah adalah kasih. Namun, kita biasanya lupa bahwa Allah juga dengan gamblang memberitahu kita bahwa dia adalah Allah yang cemburu. Jika umat Allah berbuat dosa dan tidak bertobat, Allah karena kasih-Nya, akan menghapuskan orang yang berbuat dosa agar seluruh jemaat tidak akan dipengaruhi oleh dosa itu dan berakhir di dalam kebinasaan akhirnya.

Jadi, Allah melenyapkan dosa demi kasih dan untuk keselamatan umat-Nya. Sangat jelas bahwa Pinehas memahami kehendak Allah. Saat dia melihat Israel masih secara terbuka berbuat dosa, dia lalu mengambil tombak dan membunuh orang yang sedang berbuat dosa dan seketika dosa terhapus. Tindakan Pinehas yang tegas dan nekat inilah yang meredakan murka Allah dan menyelamatkan seluruh jemaat Israel. Lewat tindakan ini, Allah mengangkat Pihenas dan keturunannya untuk menjadi imam selamanya.


Hamba Tuhan harus Membenci apa yang Dibenci Allah

Imam adalah orang yang melayani Allah, dapat disamakan dengan hamba Tuhan, pendeta atau pemimpin gereja masa kini. Orang seperti apa yang Allah seleksi untuk menjadi hamba Tuhan atau pelayan-Nya? Di dalam kasus Pinehas, Allah mengajarkan kepada kita satu pelajaran. Imam, hamba Tuhan dan pendeta harus memiliki hati yang cemburu seperti Allah, memiliki kecemburuan ilahi.

Inilah pokok yang telah kita bahas di pesan yang lalu. Hari ini, kita melanjutkan untuk mempelajari topik ini. Saat kita berbicara tentang hati yang cemburu, apakah itu berarti kita harus dengan jeli membuka mata kita untuk memantau dan menilai orang setiap waktu? Jika mereka berbuat dosa, kita langsung pergi dan menegur dan meminta mereka untuk bertobat. Tentu saja tidak. Alkitab tidak mengajarkan kita untuk memantau orang lain setiap waktu dan menegur mereka. Masalah manusia adalah kita hanya melihat kesalahan orang lain dan tidak dapat melihat kesalahan mereka sendiri. Fenomena ini digambarkan di Alkitab sebagai,

Mengapa kamu melihat serpihan kayu di mata saudaramu, tetapi tidak mengetahui balok yang ada di matamu sendiri?” (Mat 7:3)

Alkitab memberitahu kita bahwa Pinehas memiliki hati yang cemburu seperti Allah. Apa yang dibenci Allah juga dibenci oleh Pinehas. Saat kita berbicara tentang dosa, setiap orang akan berkata bahwa dia membenci dosa. Dunia ini juga menghukum kejahatan dan menyanjung kebaikan. Apakah di koran, berita, film, TV dan juga di sekolah, dunia akan mencela dosa dan mempromosikan kebaikan. Dunia juga akan mengakui dosa-dosa yang jahat dan parah. Lagi pula, setiap orang memiliki definisi sendiri tentang dosa. Ada yang mengira melakukan dengan cara ini adalah dosa, dan yang lain akan berpendapat bahwa yang lain itu yang dosa. Pada umumnya, setiap orang akan mengakui bahwa mereka membenci dosa dan mereka semua ingin menghapus dosa. Namun, kunci permasalahan adalah dosa seperti apa yang dibenci Allah. Pinehas membenci dosa yang dibenci Allah dan dia ingin menghapuskan dosa yang Allah juga mau hapuskan.


“Jangan Kehilangan Semangka karena Mengutip biji Wijen”

Kesalahan yang lazim yang dilakukan oleh orang Kristen adalah, dosa yang ingin Allah hapuskan, kita tidak mengira bahwa itu adalah dosa. Sebaliknya, kita menoleransi dan terus berbicara tentang bagaimana kita harus mengasihi. Dan ada masalah yang sebenarnya bukan dosa di mata Allah, hanya mungkin hanya perbedaan pendapat, atau paling kelemahan saudara yang harusnya kita bisa toleransi, tetapi dalam hal-hal begini, kita tidak mau bertolak angsur. Dalam hal-hal seperti ini, kita tidak mau lepas, kita pegang erat-erat dan terus bergumul.

Jangan bicara tentang hal yang jauh, lihat saja pada gereja hari ini. Tanpa alasan yang jelas, kita suka melabel gereja lain sebagai sesat. Mereka begitu sibuk dengan urusan ajaran sesat dan tidak peduli apakah gereja kudus; apakah kehidupan jemaat kudus. Tidak ada kepedulian yang mendalam tentang berakar di dalam Firman dan bertumbuh secara spiritual. Gereja sendiri sedemikian kacau, tetapi mereka masih sibuk menilai apakah gereja lain itu sesat atau tidak.   

Kenapa anda begitu takut gereja lain itu sesat? Sekalipun gereja itu sesat, tidak akan mempengaruhi gereja anda. Kedua gereja itu bahkan tidak ada relasi sama sekali. Alkitab berkata bahwa setiap orang berdiri sendiri di depan tuannya, apakah dia bangun atau jatuh. Jika gereja itu sesat, Tuhan yang akan mendisiplin. Apa kaitannya dengan anda? Mengapa anda tidak mengerahkan usaha untuk membangun gereja anda sendiri, membangun jemaat? Namun, kita tidak tahu bagaimana untuk mengatur prioritas. Kita mengira bahwa menilai kesesatan adalah prioritas utama dan segala yang lain tidaklah penting. Tidaklah mengherankan Yesus menegur orang Farisi dengan berkata, “Kamu pemimpin-pemimpin buta, yang menyaring nyamuk dan menelan seekor unta!” Arti dari kalimat ini adalah, hal yang penting tidak mereka pikir penting; hal yang tidak penting mereka pikir penting. Ada pepatah Tionghoa juga yang berbunyi, “Kehilangan semangka karena mengutip biji wijen.”


Karakter orang yang Memiliki Kecemburuan Ilahi

Apa yang harus kita nilai sebagai penting dan apa yang harus kita lakukan? Kita harus kembali ke standar Firman Allah. Apa yang Allah nilai sebagai penting, itulah yang penting bagi kita; apa yang Allah nilai tidak penting, itu juga yang kita anggap tidak penting. Inilah artinya dari kecemburuan ilahi. Memang benar Pinehas membunuh orang-orang yang jahat. Namun, kita jangan mengira bahwa Pinehas setiap waktu kelihatan bengis dan galak di tengah jemaat; sibuk mendisiplin orang dan menegur orang setiap hari. Sebaliknya, saya yakin kalau kita memiliki kesempatan untuk bertemu dengan Pinehas, kita akan menemukan dia orang yang lemah lembut, menyenangkan dan penuh kasih. Mengapa saya berkata demikian? Ini adalah karena, seperti itulah Allah. Alkitab tidak memiliki banyak catatan tentang Pinehas. Namun, karena Alkitab berkata Pinehas memiliki hati yang cemburu seperti Allah, saya berani memastikan bahwa kehidupan yang Pinehas jalani adalah kehidupan indah Allah.

Mari kita pikirkan tentang kehidupan Yesus. Di pesan yang lalu, kita telah membaca tentang tindakan Yesus menyucikan Bait Suci di Yohanes 2. Di sana ada kutipan dari Mazmur 69:9, “Cinta akan rumah-Mu, menghanguskan Aku.”

Kata yang diterjemahkan sebagai“cinta” dalam teks asli Ibrani adalah kata “cemburu”. Yesus menyucikan Bait Suci adalah seperti Pinehas menghukum orang-orang yang berbuat kejahatan. Yesus dan Pinehas, keduanya memiliki kecemburuan ilahi. Namun, apakah Yesus menegur dan mengoreksi orang sepanjang hari dan menjadikan dirinya tidak mudah didekati orang? Tentu saja tidak. Yesus adalah sosok yang paling lembut hatinya dan berbelas asih serta memiliki paling banyak kasih. Kita tidak meragukan belas kasihan, kelemah-lembutan dan kasih Yesus. Namun, masalahnya adalah kita selalu lupa bahwa Yesus juga memiliki hati yang cemburu seperti Allah, seperti Pinehas. Dari sini, kita dapat melihat bahwa Pinehas juga memiliki belas kasihan, kelemah-lembutan dan kasih Yesus. 


Mulai sekarang, janganlah berbuat Dosa lagi

Kita sangat akbrab dengan Yesus mengampuni perempuan yang ditangkap basah melakukan zinah. Peristiwa ini tercatat bagi kita di Yohanes 8. Mari kita membaca ari ayat-ayat 3-11:

3 Lalu, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa seorang perempuan yang kedapatan berbuat zina, dan setelah menempatkan perempuan itu berdiri di tengah-tengah, 4 mereka berkata kepada Yesus, “Guru, perempuan ini tertangkap basah ketika sedang berzina. 5 Dalam hukum Taurat, Musa memerintahkan kita untuk melempari perempuan semacam ini dengan batu. Apa pendapat-Mu tentang hal ini?” 6 Mereka mengatakan demikian untuk mencobai Yesus supaya mereka memiliki dasar untuk menyalahkan Dia. Akan tetapi, Yesus membungkuk dan menulis di tanah dengan jari-Nya. 7 Karena mereka terus-menerus menanyai Dia, Yesus berdiri dan berkata kepada mereka, “Orang yang tidak berdosa di antara kalian hendaklah dia menjadi yang pertama melempar perempuan ini dengan batu.” 8 Lalu, Yesus membungkuk lagi dan menulis di tanah. 9 Ketika mereka mendengar hal itu, mereka mulai pergi satu per satu, mulai dari yang lebih tua, dan Yesus ditinggalkan seorang diri, dengan perempuan tadi yang masih berdiri di tengah-tengah. 10 Lalu, Yesus berdiri dan berkata kepada perempuan itu, “Hai perempuan, ke manakah mereka? Tidak adakah orang yang menghukummu?” 11 Perempuan itu menjawab, “Tidak ada, Tuhan.” Yesus berkata, “Aku pun tidak akan menghukummu. Pergilah, dan mulai sekarang, jangan berbuat dosa lagi.” (Yoh 8:3-11)

Dari perikop ini, kita dapat melihat kehidupan Yesus berbeda jauh dengan para ahli Taurat dan Farisi. Para ahli Taurat dan orang Farisi merupakan para pengajar umat Yahudi. Mereka dapat disejajarkan dengan pengkhotbah atau pendeta di masa kini. Sekilas pandang, para ahli Taurat dan orang Farisi sepertinya memandang dosa dengan sangat serius, seperti cara mereka menangani dosa wanita ini. Namun, motivasi hati mereka adalah untuk mencobai Yesus. Mereka tidak terlalu peduli dengan kesucian gereja, juga tidak peduli dengan wanita yang telah berbuat dosa itu. Jadi, Yesus memulai dengan menangani konspirasi mereka. Bagaimana Yesus menghancurkan konspirasi mereka? Dengan cara berbicara kepada hati nurani mereka: Jika hati nurani anda tidak bersalah dan anda adalah tanpa dosa, silahkan untuk melemparkan batu. Tentunya, nurani mereka rasa bersalah karena tindakan yang sedang mereka lakukan itu adalah bersumber dari kejahatan hati. Mereka mau menjebak Yesus dan mendapatkan dasar untuk menyalahkan dia. Perempuan yang berzina itu hanyalah alat di tangan mereka. Tentunya, hati nurani mereka belum sepenuhnya padam. Mereka masih punya nurani, akhirnya mereka merasa bersalah dan mereka menyerah.

Lalu, Yesus berbelas kasihan ke ada perempuan yang telah berbuat dosa ini dan mengampuninya. Tujuan kedatangan Yesus ke dunia adalah untuk menunjukkan kemurahan dan mengampuni dosa-dosa kita. Kita adalah seperti perempuan yang berbuat dosa ini. Kita harusnya mati, tapi Allah, melalui Yesus, berbelas kasih dan mengampuni kita. Namun, syaratnya adalah, “mulai sekarang, jangan berbuat dosa lagi.”

Jadi dari kehidupan Yesus dan Pinehas kita dapat melihat mereka berdua memiliki kecemburuan Allah. Mereka memanifestasikan kasih Allah. Kecemburan Allah juga adalah kasih Allah. 


Kasih tidak dapat dipisahkan dari Kekudusan

Seorang hamba Allah yang sejati akan sangat serius menangani dosa. Pertama-tama, dengan mengandalkan Allah, dia akan dengan serius menangani dosanya sendiri agar hidupnya kudus. Saat anda berkontak dengan hamba Tuhan yang sejati, anda akan menemukan bahwa dia adalah seorang yang paling lembut hati dan penuh kasih. Dia juga merupakan orang yang penuh dengan kemurahan. Orang yang tidak mengenal kekudusan tidak mengenal kasih dan kemurahan. Ini adalah karena kekudusan dan kasih berasal dari Allah. Kekudusan adalah hidup Allah. Tanpa kekudusan, sama sekali tidak ada kasih. Hamba Allah yang seperti ini akan dapat melayani Allah dengan kekuatan yang besar. Dia akan dapat membantu saudara-saudaranya mengatasi dosa, dan memimpin seluruh jemaat untuk menjalani kehidupan yang kudus.

Renungkan kenapa hamba Tuhan tidak berani menangani dosa di dalam gereja? Apakah anda menemukan diri anda turut melakukan hal yang sama dengan orang Saduki dan Farisi?

Saat gereja tidak kudus dan menoleransi dosa, maka tidak akan ada kasih dan kemurahan di gereja. Jemaat tidak tahu bagaimana mengasihi dan memedulikan sesama. Namun, di gereja kudus yang serius menangani dosa, jemaat hidup dengan kasih yang melimpah. Saat anda masuk gereja seperti itu, anda akan merasakan suasana yang berbeda. Mereka saling mengasihi seperti keluarga.


Diperhitungkan benar oleh Allah

Terakhir, mari kita buka di Mazmur 106. Mazmur ini melihat secara retrospektif sejarah Israel. Disebutkan juga kejadian Phinehas. Mari kita membaca dari ayat 28-31,

28 Kemudian, mereka mengikatkan diri mereka dengan Baal-Peor, dan memakan kurban persembahan orang-orang mati. 29 Mereka membuat YAHWEH marah dengan perbuatan-perbuatan mereka, sehingga tulah menjalar di antara mereka. 30 Kemudian, Pinehas berdiri dan menengahi, lalu tulah itu terhenti. 31 Hal itu diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran, dari generasi ke generasi untuk selama-lamanya. (Mzm 106:28-31)

Perikop ini sangat istimewa. Mengapa saya mengatakan itu? Dikatakan di sini bahwa Allah memperhitungkan Pinehas sebagai orang yang benar. Alkitab hanya menyebutkan dua orang yang Allah perhitungkan sebagai orang yang beriman. Salah satunya adalah Pinehas dan yang lainnya adalah bapa iman kita yang terkenal, Abraham.

Abram percaya kepada YAHWEH, dan Dia memperhitungkan hal itu sebagai kebenaran. (Kej 15:6)

Kita semua menyebutkan Abraham sebagai contoh orang yang dianggap benar karena iman. Lalu kita katakan bahwa kita seperti Abraham, juga diperhitungkan benar karena iman. Namun, apakah iman itu? Setiap orang mempunyai pemahaman yang berbeda-beda. Lalu pada akhirnya semua orang tidak mengerti maksudnya. Bagaimanapun, kita juga mengeklaim diri kita dibenarkan oleh iman.

Syukur kepada Allah. Alkitab juga memberi kita contoh lain tentang siapa yang diperhitungkan benar oleh Tuhan, yakni Pinehas. Melalui Pinehas, Allah mengajarkan kita orang seperti apa yang diperhitungkan atau dianggap benar oleh Tuhan? Atas alasan apa Pinehas diperhitungkan benar oleh Tuhan? Peristiwa Phinehas sangat sederhana. Berbeda dengan peristiwa Abraham yang begitu kaya dan panjang sehingga kita mulai kehilangan jejak iman Abraham. Hanya satu hal yang dilakukan Phinehas, yaitu membunuh orang Israel yang melakukan dosa zina dan penyembahan berhala. Mazmur 106 menyimpulkan kejadian ini dalam satu kalimat, yaitu, “Pinehas berdiri dan menengahi; lalu tulah itu berhenti. Hal itu diperhitungkan sebagai kebenaran, dari generasi ke generasi selamanya.”

Kalimat “menengahi” adalah kalimat yang sangat spesial. Kalimat ini berarti berdoa atau bersyafaat di dalam teks asli Ibrani. Kata ini dipakai 87 kali dalam Perjanjian Lama yang kebanyakan diterjemahkan sebagai “doa”. Sebagai contoh, Kejadian 20:7, Bilangan 11:2 dan juga di 1 Samuel 2:25. Secara sederhana, kata yang diterjemahkan sebagai “menengahi” di Mazmur 106:30 berarti berdoa atau bersyafaat dalam teks asli Ibrani.

Pada kenyataannya, Pinehas memang melakukan tugas sebagai pensyafaat karena Pinehas berhasil menghentikan tulah. Kenapa ada tulah? Karena Yahweh murka. Jadi, menghentikan tulah berarti telah berhasil meredakan murka Allah. Di Bilangan 25:11, Allah juga berkata bahwa Pinehas “telah menyurutkan murka-Ku terhadap orang Israel”. Tugas menengahi adalah untuk menyurutkan murka Allah. Sebagai contoh, Mazmur 106:23 berkata, “Musa berdiri di tengah umat untuk memadamkan murka Allah.” Ini adalah gambaran menengahi atau bersyafaat. Pinehas dengan menyurutkan murka Allah sedang melakukan tugas menengahi. Tidaklah mengherankan Allah menjanjikan keturunannya akan menjadi imam selamanya. Imam adalah orang yang bersyafaat atau menebus umat. Bagaimana Pinehas bersyafaat dan menebus umat? Dengan menjatuhkan hukuman dan menghapuskan dosa. Syafaat Pinehas diungkapkan secara fisik dengan menghukum orang-orang jahat. Dan dikarenakan oleh tindakannya ini, Allah memperhitungkan dia sebagai orang benar.    


Diperhitungkan benar untuk Melayani

Apa yang dimaksudkan dengan Allah memperhitungkan dia sebagai benar? Kita dapat memahami hal ini dengan membandingkan Mazmur 106 dan Bilangan 25. Allah memperhitungkan Pinehas benar berarti Allah memilih Pinehas dan keturunannya sebagai imam dari satu generasi ke satu generasi. “Memperhitungkan sebagai benar” bukan satu slogan kosong tanpa makna. Saat Allah memperhitungkan seseorang sebagai benar, Allah memberinya tugas sebagai imam dan orang ini akan melayani Allah seumur hidup.

Di 1 Petrus 2:9, rasul Petrus berkata,

“Namun, kamu adalah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri supaya kamu dapat memberitakan kebaikan-kebaikan-Nya, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan menuju kepada terang-Nya yang ajaib.”

Kata-kata Petrus di sini ditujukan kepada kita, orang-orang Kristen. Kita bukan saja umat Allah. Namun, sekarang, oleh darah Kristus, dan melalui pertobatan, Allah menerima kita dan memperhitungkan kita sebagai kebenaran. Itu berarti Allah telah memberikan kepada kita tugas sebagai imam. Setiap dari kita, setiap orang Kristen adalah imam Allah. Kita semua harus melayani Allah. Dari sudut pandang ini, setiap orang Kristen harus menjadi Pinehas yang memiliki hati Allah.   

 

Berikan Komentar Anda: