Ev. Xin Lan | Pinehas (1) |

Karakter Alkitab yang akan kita pelajari hari ini adalah Pinehas. Pinehas adalah cucu kepada Imam Harun, dan anak kepada Eleazer. Alkitab tidak memiliki banyak catatan tentang Pinehas. Namun, Pinehas melakukan satu hal yang membuat Allah memujinya. Allah juga memberi Pinehas perjanjian damai dan menjadikan dia dan keturunannya sebagai imam selamanya.   

Seluruh peristiwa ini tercatat di Bilangan pasal 25. Mari kita melihat di Bilangan 25:1-13,

1 Bangsa Israel tinggal di Sitim, bangsa itu mulai melakukan pelacuran dengan perempuan Moab.
2 Perempuan-perempuan ini mengundang bangsa itu untuk mempersembahkan kurban kepada ilahnya. Umat itu turut makan dan sujud menyembah kepada ilah mereka.
3 Ketika Israel bergabung dengan Baal-Peor, YAHWEH murka kepada Israel.
4 YAHWEH berfirman kepada Musa, “Tangkap semua pemimpin orang-orang itu dan gantunglah mereka pada siang hari, di hadapan YAHWEH. Dengan demikian, murka YAHWEH surut dari Israel.”
5 Musa berkata kepada para hakim Israel, “Bunuhlah orang-orang yang bergabung dengan Baal-Peor.”
6 Seorang Israel datang membawa seorang perempuan Midian kepada sanak saudaranya, dengan dilihat Musa dan para pemimpin Israel, yang sedang menangis di depan pintu tenda pertemuan.
7 Ketika Pinehas, anak Eleazar, cucu Imam Harun, melihat mereka, berdirilah dia meninggalkan pertemuan itu dan mengambil tombak di tangannya.
8 Dia mengikuti orang Israel itu ke dalam tendanya. Kemudian, dia menikam keduanya tepat di perutnya, baik orang Israel maupun perempuan itu. Maka, berhentilah tulah atas bangsa Israel.
9 Jumlah orang yang mati karena tulah itu 24 ribu orang.
10 YAHWEH berfirman kepada Musa,
11 “Pinehas, anak Eleazar, cucu Imam Harun, telah menyurutkan murka-Ku terhadap orang Israel. Dia melakukan ini karena dia giat membela kehormatan-Ku di tengah mereka, sehingga Aku tidak jadi membinasakan bangsa Israel dalam kecemburuan-Ku.
12 Katakanlah kepada Pinehas bahwa Aku membuat perjanjian perdamaian dengannya.
13 Inilah perjanjian itu: bagi dia dan keturunannya ada perjanjian keimaman selamanya. Karena dia giat membela Allahnya dan telah melakukan penebusan bagi Israel.”

Dari perikop ini, kita dapat melihat bahwa Israel melakukan dosa perzinahan, menyembah berhala. Allah menangani perlanggaran ini dengan sangat serius. Di dalam peristiwa ini, Pinehas membunuh mereka yang melakukan dosa sesuai dengan kehendak Allah. Jadi, Allah memuji Pinehas dan membuat perjanjian dengan dia untuk mengangkat keturunannya menjadi imam selamanya.


Allah Memuji Pinehas

Allah memuji Pinehas hanya dalam tiga ayat yang singkat, di Bilangan 25:11-13. Namun, di dalam tiga ayat singkat ini, kata “cemburu” muncul empat kali dalam teks Ibrani.

Bilangan 25:11-13 (MILT) 

11  “Pinehas anak Eleazer, anak Harun imam itu, telah menyurutkan murka-Ku terhadap bani Israel ketika dia cemburu dengan kecemburuan-Ku di tengah-tengah mereka, sehingga Aku tidak menghabisi bani Israel dalam kecemburuan-Ku.
12  Untuk itu katakanlah: Sungguh, Aku memberikan kepadanya perjanjian pendamaian-Ku;
13  dan akan menjadi baginya dan bagi keturunannya sesudah dia sebuah perjanjian imamat selamanya; sebagai ganti bahwa dia telah cemburu bagi Allahnya dan mengadakan penebusan atas bani Israel.”

Jadi, kita bisa melihat bahwa hal yang paling menonjol dari karakter Pinehas adalah dia memiliki hati yang cemburu seperti Allah. Karena dia memiliki hati cemburu seperti Allah, Allah memberkati dia dan keturunannya menjadi imam selamanya untuk melayani Allah di Bait Suci. Sungguh suatu berkat yang luar biasa besar!


Yahweh adalah Allah yang Cemburu

Perhatikan bahwa dikatakan bahwa Pinehas membagi hati cemburu Allah. Allah memberitahu kita bahwa Allah adalah Allah yang cemburu. Jadi kita membuka Alkitab ke Keluaran 20:1-17, tercatat sepuluh perintah yang terkenal itu. Perintah kedua berkata bahwa Allah adalah Allah yang cemburu. Mari kita membaca Keluaran 20:4-6,

4  Jangan membuat berhala apa pun. Jangan membuat patung atau gambar yang menyerupai apa pun yang ada di langit, di bumi, atau di dalam air.
5  Jangan menyembah atau beribadah kepadanya karena Aku, YAHWEH, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, sampai keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku.
6  Namun, Aku akan menunjukkan kasih yang teguh kepada ribuan orang yang mengasihi Aku dan memelihara perintah-Ku.

Allah sendiri berkata bahwa Dia adalah Allah yang cemburu. Lalu, apa makna dari kata “cemburu”? Kata Ibrani ini muncul banyak kali di Perjanjian Lama Ibrani. Dalam Alkitab bahasa Tionghoa, kata ini diterjemahkan kepada beberapa kata yang berbeda tergantung koteks dari perikop itu. Kadang-kadang diterjemahkan sebagai cemburu, kadang sebagai keraguan atau kebencian, kadang sebagai marah, kadang sebagai “semangat yang berapi-api”, atau “penuh semangat” dan seterusnya. Mari kita melihat pada beberapa contoh.

Mari kita membuka di Bilangan 5:11-32. Alkitab Indonesia versi AYT memberikan subjudul, “Suami yang Cemburu”. Tertera di sini prosedur untuk menguji seorang istri yang dicurigai oleh suami telah berbuat tidak setia. Di perikop ini, kata “cemburu” muncul banyak kali. 

Mari kita membaca ayat-ayat 11-15:

11  Lalu, YAHWEH berkata kepada Musa,
12  “Beritahukan hal ini kepada umat Israel: Seorang istri mungkin saja tersesat dan menjadi tidak setia terhadap suaminya.
13  Lalu, seorang laki-laki melakukan hubungan seksual dengannya dan perempuan itu merahasiakannya dari suaminya. Ia tidak ketahuan meskipun telah menajiskan dirinya, tidak ada saksi yang melihatnya, dan ia tidak tertangkap basah saat melakukan hal itu.
14  Namun, apabila roh cemburu muncul dalam diri suaminya sehingga ia merasa cemburu kepada istrinya, baik istrinya itu telah menajiskan diri ataupun tidak,
15  maka si suami harus membawa istrinya kepada imam. Ia juga harus membawa persembahan berupa 1/10 efa tepung gandum. Ia tidak boleh mencurahkan minyak atau kemenyan ke atas tepung itu sebab itu adalah kurban sajian kecemburuan, suatu kurban sajian pengingat, sebuah pengingat terhadap kesalahan.

Di lima ayat singkat ini, kata “cemburu” muncul lima kali. Inilah kecemburuan yang muncul hanya di dalam hubungan suami dan istri. Saat seorang istri tidak setia, suami akan menjadi cemburu dan marah besar. Kenapa: Tentu saja, karena kasih. Justru karena Allah mengasihi umat-Nya, Dia menjadi cemburu dan marah besar saat umat-Nya berbuat dosa, menyembah berhala dan berlaku tidak setia. Inilah makna dari kata “cemburu”.

Mari kita membuka di Yesaya 37:30-32,

Inilah yang akan menjadi tanda bagimu, “Kamu akan makan pada tahun ini dari apa yang tumbuh dengan sendirinya, dan pada tahun kedua dari apa yang tumbuh dari yang pertama. Akan tetapi, pada tahun ketiga, kamu harus menabur dan menuai; menanami kebun anggur dan memakan buahnya. Orang-orang yang tersisa dari keturunan Yehuda akan berakar ke bawah dan menghasilkan buah ke atas. Sebab, dari Yerusalem akan keluar orang-orang yang tersisa dan dari Gunung Sion akan keluar orang-orang yang selamat. Kecemburuan YAHWEH semesta alam akan melakukan hal ini.”

Kita bisa melihat kata”kecemburuan Yahweh” di sini. Mari kita membaca dari Zakharia 8:1-3,

Firman YAHWEH semesta alam datang, firman-Nya, “Inilah firman YAHWEH semesta alam: Aku cemburu karena Sion dengan kecemburuan yang besar. Aku cemburu kepadanya dengan marah yang besar.” Inilah firman YAHWEH, “Aku akan kembali ke Sion dan akan tinggal di tengah-tengah Yerusalem. Yerusalem akan disebut Kota Kebenaran, sedangkan gunung YAHWEH semesta alam akan disebut Gunung Kudus.”


Kecemburuan Allah adalah Ungkapan Kasih Allah

Allah cemburu untuk umat-Nya. Kenapa? Allah cemburu karena Dia mengasihi. Cemburu-Nya muncul dari kasih yang besar.

Sebagai kesimpulan, apa itu “cemburu”? Dari ayat-ayat di atas, kita dapat melihat bahwa “kecemburuan Allah” juga merupakan kasih Allah. Justru karena Allah penuh dengan kasih, Dia mengasihi dengan begitu berapi-api demi umatNya. Namun, di sisi lain, jika umat-Nya berbuat dosa dan tidak setia kepada Allah, maka Allah akan menjadi cemburu, murka dan akan bertindak untuk menghapus dosa di tengah-tengah mereka.

Kita semua tahu bahwa Allah adalah Allah pengasih, tetapi kita seringkali lupa bahwa Allah sendiri memberitahu kita dengan gamblang bahwa Dia adalah Allah yang cemburu. Jikalau umat Allah berbuat dosa dan tidak bertobat, maka Allah karena kasih-Nya, Dia akan menghapuskan umat yang berbuat dosa agar seluruh jemaat tidak akan tercemar. Jadi tindakan Allah melenyapkan dosa berpangkal dari kasih dan demi keselamatan umat-Nya. Pinehas sangat jelas memahami kehendak Allah di dalam hal ini. Dia melihat Israel secara terbuka berbuat dosa, lalu dia menangkap inti permasalahan. Dia membunuh semua yang berbuat dosa untuk melenyapkan dosa. Tindakan Pinehas ini yang meredakan murka Allah, menyelamatkan seluruh umat Israel. Tindakan Pinehas memberitahu kita dia memiliki hati yang sama dengan Allah, hal inilah yang membuat Allah begitu berkenan dengan Pinehas. 


Para pelayan Allah harus Memiliki Kecemburuan Ilahi

Para imam adalah orang yang melayani Allah, sama seperti para hamba Tuhan, para pendeta dan pemimpin gereja. Siapa yang Allah seleksi untuk menjadi hamba Tuhan dan pendeta? Di dalam peristiwa Pineas ini, Allah sedang memberikan kepada kita satu pelajaran. Para imam, pelayan Tuhan dan pendeta harus memiliki hati yang cemburu seperti Allah. Saat kita dengan saksama membaca Alkitab, semua pelayan Tuhan yang Allah pakai adalah mereka yang memiliki hati cemburu seperti Allah. Sebagai contoh, Musa.

Kita telah mempelajari karakter Musa. Di dalam peristiwa bangsa Israel menyembah anak lembu emas di Keluaran 32, Musa dibakar amarah dan membunuh 3,000 umat. Tindakannya ini meredakan murka Allah dan menyelamatkan umat yang lain.

Satu lagi contoh adalah Elia. Elia adalah seorang nabi dengan kekuatan yang besar di Perjanjian Lama. Allah memakainya dengan luar biasa. Dan melaluinya, banyak mukjizat dilakukan. Mari kita membuka di 1 Raja-Raja 19:9-10,

Di sana, dia masuk ke sebuah gua dan bermalam di sana. Kemudian, firman YAHWEH turun kepadanya, firman-Nya, “Apakah yang kamu lakukan di sini, hai Elia?” Dia menjawab, “Aku sungguh-sungguh bertekun bagi YAHWEH, Allah semesta alam, karena keturunan Israel telah meninggalkan perjanjian-Mu. Mereka telah meruntuhkan mazbah-mazbah-Mu dan membunuh nabi-nabi-Mu dengan pedang, dan hanya aku yang masih ditinggalkan sendiri, dan mereka berusaha mencabut nyawaku.”

Elia berkata bahwa dia sungguh-sungguh bertekun untuk Yahweh. Kata yang diterjemahkan sebagai “sungguh-sungguh bertekun” adalah kata “cemburu” dalam teks asli bahasa Ibrani. Apa yang dilakukan oleh Eli yang “cemburu” ini? Dia sendiri berhadapan dengan 450 nabi Baal di Gunung Karmel. Saat dia mulai berdoa, Allah mengirim api untuk menghanguskan korban. Setelah itu, Elia berdoa lagi. Allah mengirim hujan. Hujang yang pertama dalam tiga tahun. Karena Elia telah berdoa kepada Allah untuk tidak mengirim hujan, terdapat kemarau selama tiga tahun di Israel. Peristiwa-peristiwa ini adalah hasil dari kecemburuan ilahi Elia


Kecemburuan Ilahi yang diperlihatkan oleh Yesus dan Paulus

Mari kita melihat ke Perjanjian Baru. Rasul yang paling menonjol di Perjanjian Bau adalah Rasul Paulus. Dia dipakai dengan luar biasa oleh Allah. Mari kita buka di 1 Korintus 5:1-8:

1  Memang telah dilaporkan bahwa ada perzinaan di antara kamu, perzinaan yang bahkan tidak ada di antara bangsa-bangsa lain, yaitu ada orang mengambil istri ayahnya.
2  Dan, kamu sombong! Tidakkah seharusnya kamu justru berduka supaya orang yang melakukan perbuatan ini disingkirkan dari antara kamu?
3  Memang, secara jasmani aku jauh, tetapi aku hadir dalam roh. Dan, aku telah menjatuhkan hukuman atas orang yang melakukan hal itu, seolah-olah aku hadir.
4  Dalam nama Tu(h)an Yesus, ketika kamu berkumpul, dan aku bersamamu dalam roh dengan kuasa Tuhan kita, Yesus,
5  aku telah memutuskan untuk menyerahkan orang ini kepada Iblis untuk kebinasaan dagingnya supaya rohnya boleh diselamatkan pada hari Tuhan.
6  Kesombonganmu itu tidak baik. Tidak tahukah kamu bahwa sedikit ragi saja akan meragikan seluruh adonan?
7  Bersihkanlah semua ragi yang lama supaya kamu menjadi adonan baru, sebagaimana memang kamu tidak beragi. Sebab, Kristus, Domba Paskah kita, sudah disembelih.
8  Karena itu, marilah kita merayakan pesta itu, bukan dengan ragi yang lama, bukan dari ragi keburukan dan kejahatan, melainkan dengan roti tidak beragi dari kemurnian dan kebenaran.

Perikop ini berbicara tentang seorang Kristen di gereja Korintus yang melakukan dosa inses. Bagaimana Paulus menanangi persoalan ini? Cara Paulus menanganinya sama dengan apa yang Pinehas lakukan. Tentu saja, dalam Perjanjian Baru, Paulus tidak membunuh orang Israel yang berdosa seperti yang dilakukan Pinehas di Perjanjian Lama. Namun, prinsipnya sama. Paulus mengusir orang berdosa dan secara khusus menyebutkan bahwa dia akan membersihkan ragi yang lama, dia akan  membersihkan dosa. Paulus juga memiliki hati Allah yang cemburu. Tindakan Paulus adalah untuk menyelamatkan seluruh jemaat Korintus, sama dengan apa yang dilakukkan Pinehas untuk menyelamatkan seluruh Israel. 

Terakhir marilah kita melihat pada Yesus. Tentu saja hamba Allah yang terbesar dalam Perjanjian Baru adalah Yesus yang memanifestasikan karakter Allah, dan Allah mengangkatnya menjadi Penguasa atas kita. Mari kita baca Yohanes 2:13-17,

13  Hari Raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, dan Yesus pun naik ke Yerusalem.
14  Di Bait Allah, Ia melihat orang-orang menjual lembu, domba, dan merpati, serta para penukar uang duduk di sana.
15  Yesus membuat cambuk dari tali dan mengusir mereka semua keluar dari Bait Allah, termasuk semua domba dan lembu mereka. Ia juga membuang uang-uang koin dari para penukar uang dan membalikkan meja-meja mereka.
16  Kepada para pedagang merpati, Yesus berkata, “Bawa keluar semua ini dari sini! Jangan menjadikan rumah Bapa-Ku tempat untuk berjual beli!”
17  Murid-murid-Nya teringat bahwa ada tertulis: “Cinta akan rumah-Mu, menghanguskan Aku.”

Apa perasaan Anda saat membaca perikop ini? Biasanya apa gambaran Yesus di hati kita? Dia adalah anak domba yang lemah lembut, rendah hati dan perwujudan kasih, sosok yang selalu mengampuni dosa-dosa kita. Ada yang berkata, “Yesus mengampuni wanita yang telah melakukan perzinahan, jadi kita tidak boleh menghakimi orang sebagai orang berdosa. Perjanjian Lama adalah era hukum, jadi Tuhan sangat serius dengan dosa; Perjanjian Baru adalah era anugerah, apapun jenis dosanya, Allah akan mengampuni.” Mereka yang berpikir seperti ini pada dasarnya tidak memahami Alkitab. Mungkin mereka belum membaca perikop yang baru kita baca? Yesus tampil sangat kasar di sini. Hal yang mengejutkan kita adalah dia membuat cambuk. Dia mencambuk dan mengusir lembu dan domba keluar dari Bait Suci. Dia membalikkan meja penukar uang dan melempar koin mereka. Bagaimana tindakan ini mencerminkan kasih Allah?

Perhatikan kalimat yang terakhir, “Cinta akan rumah-Mu menghanguskan aku.” Ayat ini dikutip dari Mazmur 69:10. Kata yang diterjemahkan sebagai “cinta” adalah kata “cemburu” di dalam teks asli Ibrani di Bilangan 25:11. Yesus juga memanifestasikan hati Allah yang cemburu, itulah alasan mengapa Yesus membersihkan Bait Suci.

Kita harus tahu mengapa orang-orang itu menjual lembu dan domba serta menukar uang di Kuil Suci. Merkea sedang menyediakan satu pelayanan yang diperlukan. Orang-orang datang dari tempat jauh untuk beribadah di Bait Suci. Tidak mungkin bisa membawa hewan-hewan untuk persembahan karena mungkin hewan-hewan itu akan mati karena kelelahan. Jadi, mereka membeli hewan-hewan ini untuk dipersembahkan kepada Allah ketika mereka tiba di Yerusalem. Penjualan hewan-hwean ini sangat membantu umat yang mau mempersembahkan korban kepada Allah di Bait Suci. Mereka tinggal membawa uang dan bisa dengan mudah membeli hewan kurban. Mereka juga datang dari tempat jauh dan membawa mata uang asing yang perlu ditukar untuk memakai uang khusus untuk dipakai di Bait Suci. Penukar uang maupun penjual hewan-hewan sedang menawarkan pelayanan yang diperlukan. Mereka bahkan dapat dikatakan juga terlibat dalam melayani Allah. Bait Suci dapat disejajarkan dengan gereja masa kini. Orang Kristen yang melayani orang gereja, Allah dan orang Kristen yang lain. Namun, Yesus menangani mereka dengan sangat kasar. Dia mencela mereka dan mengusir mereka dari Bait Suci.

Ini adalah Yesus sebagaimana dicatat dalam Alkitab. Dia memiliki hati Allah. Dia tidak dapat menolerir adanya dosa di gereja. Bait Suci adalah tempat tinggal Allah, Allah tidak menolerir dosa di dalam Bait Suci-Nya dan menajiskan Bait Suci-Nya. Jadi, tindakan Yesus menyucikan Bait Suci adalah mirip dengan apa yang dilakukan oleh Pinehas, yang hati Allah yang cemburu.


Eli, contoh negatif dari Pinehas

Lagi pula, siapa yang Tuhan pilih untuk melayani Dia? Orang-orang yang memiliki hati Allah yang cemburu, yang membenci dosa yang dibenci Allah. Inilah pelajaran yang Allah ingin ajarkan kepada kita melalui Pinehas. Jadi, perlu kita renungkan, bagaimana sikap kita terhadap dosa? Jika ada dosa di gereja, bagaimana kita menanganinya? Dosa itu seperti ragi. Jika gereja menolerir dosa dan para pendeta menolerir dosa, maka pada akhirnya seluruh gereja akan terinfeksi dan dimusnahkan oleh Allah Sendiri.

Pinehas sama seperti Allah, memiliki kecemburuan ilahi, dia tidak menolerir dosa. Dia menghapus dosa. Kemudian Allah menganugerahkan kepadanya perjanjian damai dan mengangkat dia dan keturunannya menjadi imam selamanya. Namun, ada contoh negatif dalam Alkitab. Di 1 dan 2 Samuel, tercatat kisah Imam Eli. Imam Eli sendiri tidak berbuat dosa. Akan tetapi dua putranya melakukan kejahatan dan Eli tidak mendisiplinkan mereka. Dia tidak menangani dosa anak-anaknya dengan membiarkan mereka terus melakukan kejahatan. Lalu, apa hasilnya? Allah meninggalkan Eli dan keluarganya, mereka tidak diizinkan untuk menjadi imam. Seluruh keluarganya dihapuskan. Jadi, jika ada dosa di dalam gereja, dan para pemimpin gereja tidak menangani tetapi menolerirnya, maka Allah sendiri yang akan bertindak untuk menghapus dosa dari tengah umat-Nya. Ketika Allah melibatkan diri-Nya dalam masalah ini, Allah tidak hanya akan menghapus mereka yang berdosa, tetapi juga para pemimpin gereja yang mentolerir dosa. Apakah kita mau memilih menjadi Eli atau Pinehas?

 

Berikan Komentar Anda: