Pastor Boo | Wahyu 3:1-6 |
1 “Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Sardis: Inilah firman dia, yang memiliki ketujuh Roh Allah dan ketujuh bintang itu: Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati!
2 Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati, sebab tidak satupun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di hadapan Allahku.
3 Karena itu ingatlah, bagaimana engkau telah menerima dan mendengarnya; turutilah itu dan bertobatlah! Karena jikalau engkau tidak berjaga-jaga, Aku akan datang seperti pencuri dan engkau tidak tahu pada waktu manakah Aku tiba-tiba datang kepadamu.
4 Tetapi di Sardis ada beberapa orang yang tidak mencemarkan pakaiannya; mereka akan berjalan dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu.
5 Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapan Bapaku dan di hadapan para malaikat-Nya.
6 Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat.”
Jemaat di Sardis dikatakan hidup. Mereka memiliki reputasi yang baik di kalangan gereja-gereja di wilayah yang bersangkutan. Jika anda menyebut tentang jemaat di Sardis, setiap orang akan berkata, “Oh, mereka sangat dinamis dan bertumbuh pesat! Kegiatan penyembahan mereka sangat dinamis, acara persekutuan doa, PA, khotbah dan penginjilan mereka sangat dinamis juga. Mereka menunjukkan segala hal yang menjadi ciri jemaat yang hidup!”
Kita cenderung mengagumi beberapa gereja melebihi yang lain. Reaksi kita bersifat spontan saat nama-nama gereja tertentu disebutkan. Kita langsung bisa menyebutkan berbagai hal baik tentang gereja tersebut, dan kita melakukannya dengan penuh semangat. Kesimpulannya: Tuhan pasti hadir dan bekerja dalam kehidupan saudara dan saudari seiman di sana. Jadi, kalau kita punya uang untuk disumbangkan, gereja tersebut pasti layak untuk masuk dalam pertimbangan.
Akan tetapi, hal yang mengejutkan kita, penilaian Yesus tentang jemaat di Sardis justru berlawanan! Fakta bahwa kita mengagumi dan berkata baik tentang suatu gereja tidak berarti Yesus juga sependapat dengan kita. Kita harus selalu ingat bahwa tidak ada hal yang mutlak dalam penilaian orang terhadap suatu gereja, bahkan oleh mereka yang dipandang sudah dewasa sekalipun. Oleh karena itu, kita tidak perlu kecewa saat dikritik orang, atau bangga ketika dipuji orang. Kita perlu selalu waspada karena penilaian manusia dan penilaian Yesus ternyata tidak sama. Kita bisa saja memuji sebuah gereja; kita juga bisa saja memuji beberapa saudara atau saudari seiman; tetapi kita harus ingat bahwa pandangan kita belum tentu mencerminkan kebenaran; penilaian kita bisa saja cacat.
Jadi penilaian Allah, bukan orang, yang menentukan keadaan yang sebenarnya. Ini adalah poin yang penting. Jika orang berbicara baik tentang diri anda, sebagai contoh, mengatakan bahwa anda orang yang “rohani” atau dewasa, jangan biarkan hal itu membuat kepala anda menjadi besar! Kita harus selalu ingat bahwa pandangan manusia dan pandangan Tuhan, pada umumnya jauh berbeda, kecuali jika orang itu memang benar-benar seorang nabi atau abdi Allah. Oleh karena itu, kami tidak berani terlalu percaya diri. Kami tidak berani beranggapan bahwa kami sudah baik secara rohani atau terlalu yakin sudah diselamatkan — karena memang ada alasan yang kuat untuk tidak bersikap seperti itu! Surat ini mengingatkan kita bahwa mereka yang dipandang mati tidak akan mewarisi kerajaan Allah tidak peduli seberapa dinamis dan aktif mereka, tidak peduli seberapa besar reputasi dan pujian yang mereka terima dari manusia.
Jika kita mencari pertumbuhan rohani, pandangan kita tidak boleh terarah ke belakang. Fakta bahwa kita pernah mencapai prestasi yang baik bukan berarti bahwa sekarang ini keadaan kita tetap baik. Kita tidak boleh hidup dalam kegemilangan masa lalu. Sejarah juga sudah mengajari kita tentang hal ini. Kerajaan Inggris pernah mencapai kejayaannya; mereka pernah menguasai separuh dunia. Namun, tak ada lagi orang di Inggris yang berbicara tentang hal itu karena mereka tahu itu semua hanya bagian dari sejarah masa lalu; tidak mencerminkan kondisi zaman sekarang. Kita selalu teringat masa-masa jaya ketika Pastor Eric masih menjadi gembala di gereja di Montreal ini. Saya juga punya kenangan tentang masa itu karena saya masih menjadi mahasiswa di sini ketika itu. Periode itu adalah masa yang penuh sukacita, dan kami semua begitu penuh dengan semangat. Jadi, jika kita ingin berbicara tentang masa lalu, memang banyak hal yang bisa diceritakan. Akan tetapi, semua itu sudah berlalu. Bagaimana dengan masa sekarang?
Bagaimana penilaian Allah terhadap kita sekarang ini? Adakah hal-hal di dalam diri kita yang perlu dibenahi dalam pandangan-Nya? Keadaan yang sekarang inilah yang perlu menjadi perhatian kita. Di mana posisi kita sekarang dalam pandangan Allah dan Yesus? Jika Yesus mengamati kita, akankah dia berkata, “Kamu dikatakan hidup, padahal kamu mati” atau, “Kamu disebut mati, dan kamu memang mati”? Yang pertama lebih berbahaya karena mengandung unsur kesesatan! Orang mengira bahwa anda adalah orang yang layak diikuti dan memiliki jawaban bagi persoalan rohani mereka padahal anda sama matinya seperti mereka.
BUDAYA MENYEMBAH BERHALA TERNYATA DISERAP OLEH GEREJA
Jadi, kita perlu tahu persoalan apa yang sebenarnya terjadi. Di dalam konteks Wahyu pasal 3, persoalan apakah yang melanda jemaat di Sardis? Kita ingin tahu bagaimana mereka bisa sampai terjatuh.
Kita tahu dari sejarah bahwa bangsa Mongol dan Manchuria pernah menjajah China. Sebelum mereka memasuki China, mereka memiliki kebudayaan mereka sendiri. Setelah mereka menaklukkan China, mereka kehilangan kebudayaan mereka sendiri dan menyerap kebudayaan China. Sekarang ini, anda tidak akan bisa membedakan orang Mongol, orang Manchuria atau orang Han di tengah masyarakat China. Saya diberitahu bahwa saya masih keturunan Mongol. Jika kita tumbuh besar di China, kita tidak akan bisa berbahasa Mongol. Pada zaman itu, baik orang Mongol dan orang Manchuria mengikuti cara berpakaian orang China, mereka juga menyerap kebudayaan, bahasa dan aksara orang China. Dengan kata lain, pihak penakluk berubah menjadi pihak yang takluk. Secara rohani, prinsip yang sama juga berlangsung. Saat Injil diberitakan ke berbagai bangsa, selalu ada bahaya bahwa gereja akan menyerap berbagai kebudayaan yang bisa membelokkan kebenaran Injil.
Fenomena ini juga berlangsung pada zaman sekarang. Banyak kebiasaan sekuler yang telah diserap oleh gereja. Sekarang ini, misalnya, kita melihat ada banyak pasangan yang sudah hidup bersama di luar nikah. Ini berarti mereka melakukan hubungan seks dan menjalani hidup seperti suami istri, tetapi mereka tidak menikah. Saya kenal beberapa pasangan Kristen yang menjalani kehidupan seperti ini. Demikianlah, ketika sang pria mengajukan lamaran, hal itu ibarat berkah bagi pihak perempuan! Apakah ini alkitabiah? Kita tahu bahwa Yusuf dan Maria tidak tinggal bersama walaupun mereka sudah bertunangan. Itu adalah pemahaman masyarakat zaman itu. Mereka baru akan tinggal bersama jika sudah menikah. Ini hanya sebuah contoh. Gereja memang sudah menyerap cukup banyak perilaku duniawi pada zaman sekarang.
– “Kekristenan tidak membinasakan paganisme; ia justru menyerapnya” – The Story of Civilization, Wm. Durant (tulisan ini mendapat penghargaan Pulitzer Prize yang diberikan oleh lingkungan serikat wartawan di Amerika)
– “Jika benar paganisme telah ditaklukkan oleh Kekristenan, adalah benar juga bahwa Kekristenan dicemari oleh paganisme” – The History of Christianity, Edward Gibbon, 1916, hal. xvi (penulis The Decline and Fall of the Roman Empire).
Kedua kutipan di atas mendukung pokok yang sedang kita bahas. Kedua kutipan ini aslinya merupakan bagian dari pembahasan tentang doktrin trinitas, suatu hasil dari penyerapan pandangan kebudayaan Yunani ke dalam Alkitab. Kita hidup pada zaman yang berbahaya.
BERHALA ADALAH UNGKAPAN KREATIF DARI HASRAT MANUSIA
Berikut ini adalah sebuah contoh uraian dalam Perjanjian Lama mengenai keadaan disebut hidup, yakni menunjukkan tanda-tanda kehidupan, tetapi sebenarnya mati.
21“Aku membenci, Aku menghinakan perayaanmu dan Aku tidak senang kepada perkumpulan rayamu. 22Sungguh, apabila kamu mempersembahkan kepada-Ku korban-korban bakaran dan korban-korban sajianmu, Aku tidak suka, dan korban keselamatanmu berupa ternak yang tambun, Aku tidak mau pandang. 23Jauhkanlah dari pada-Ku keramaian nyanyian-nyanyianmu, lagu gambusmu tidak mau Aku dengar. (Amos 5:21-23)
Umat Israel waktu itu menjalankan semua yang diperintahkan Yahweh dengan cermat. Mereka memiliki berbagai hari raya, ibadah raya, dan mereka mempersembahkan berbagai korban kepada Allah. Perhatikan bagaimana penilaian Allah. Dia menolak itu semua. Dia tidak berkenan pada semua hal itu. Bahkan lagu-lagu pujian mereka dianggap sebagai kebisingan oleh Allah. Mari kita lihat Amos 5:24-26
24“Tetapi biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir.” 25“Apakah kamu mempersembahkan kepada-Ku korban sembelihan dan korban sajian, selama empat puluh tahun di padang gurun itu, hai kaum Israel? 26Kamu akan mengangkut Sakut, rajamu, dan Kewan, dewa bintangmu, patung-patungmu yang telah kamu buat bagimu itu.”
Sekalipun mereka mempersembahkan korban, Allah berkata bahwa mereka mengangkut berhala mereka dalam pengembaraan itu. Mereka menyembunyikan berbagai berhala itu di kemah-kemah mereka. Akibatnya, keadilan dan kebenaran menghilang dari mereka. Yang kita bicarakan di sini adalah Allah Yang Maha Adil dan Maha Benar, jadi yang ingin Dia lihat adalah kita melakukan hal yang benar terhadap sesama manusia. Semua itu sudah hilang dari tengah bangsa Israel.
Jika ada berhala di dalam hati kita, Allah tidak akan menyertai kita. Jika Allah tidak mau tinggal bersama atau di dalam diri kita, lalu apa yang ada di dalam diri kita? Hasrat duniawi kita! Karena berhala adalah cermin dari hasrat duniawi kita. Jika anda mengidamkan uang, lalu anda akan membuat berhala uang. Jika anda mengidamkan kesehatan, anda akan membuat berhala kesehatan. Berbagai berhala lain termasuk umur panjang, pendidikan dan sebagainya. Demikianlah, kita menciptakan berhala menurut hasrat duniawi kita. Jika hasrat duniawi kita berhasil memegang kendali kehidupan kita, keegoisan dalam diri kita akan sangat menonjol. Itu sebabnya keadilan dan kebenaran akan hilang dari diri kita. Karena kita menempatkan kepentingan pribadi di atas segalanya.
JIKA KEDAGINGAN MENDOMINASI HIDUP ANDA, ANDA AKAN MATI SECARA ROHANI
1Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. 2Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. 3Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain. (Ef 2:1-3)
Bagaimana kondisi mati dalam dosa dan pelanggaran itu digambarkan? Paulus di sini sedang berbicara kepada jemaat di Efesus. Cara hidup lama mereka dipenuhi oleh penyembahan berhala di samping berbagai dosa yang lainnya. Lalu di ayat 3, ada ungkapan “kami semua juga terhitung di antara mereka …” Di sini Paulus menunjuk pada dirinya sendiri serta rekan-rekan kerjanya. Akan tetapi, mereka semua adalah orang Yahudi! Dalam hal apa mereka sama kafirnya dengan orang-orang Efesus? Paulus sendiri adalah orang Farisi. Bagaimana mungkin dia pernah menjadi penyembah berhala?
Yang dia maksudkan bukanlah berhala harafiah. Seperti yang sudah saya uraikan, berhala adalah ungkapan kreatif dari hasrat duniawi kita. Paulus mengidentifikasikan dirinya dengan hal-hal semacam ini di ayat 3, “Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat.“
Bagaimana hal ini diperlihatkan? Dalam ayat 2 disebutkan, “Mengikuti jalan dunia ini.” Seperti apa dunia ini berfungsi? Persis seperti yang sudah diuraikan: setiap orang mengikuti hasratnya masing-masing, dan ini tercermin dari cita-cita, ambisi serta segala hal yang mereka nikmati. Itu sebabnya sangatlah berbahaya jika kita mengikuti anjuran seperti: “Turuti kata hatimu, ikuti segala hasratnya.” Ayat 2 memberitahu kita bahwa jika kita mengikuti hasrat duniawi kita, kita akan berakhir dalam perbudakan roh-roh jahat. Setiap orang yang belum memasuki hidup baru di dalam Kristus akan mengejar hasrat duniawinya masing-masing. Mereka akan memakai akal atau kecerdasan mereka dalam mencapai hasrat duniawi mereka. Oleh karena itu, seluruh jalan hidup mereka terbuka bagi kuasa setan karena mereka membantu dia dalam membangun jaringan pemberontakan kepada Allah. Jadi, anda bisa melihat keselarasan antara manusia duniawi dengan kuasa kegelapan. Itu sebabnya mengapa saya sampaikan minggu lalu tentang adanya orang-orang Kristen berwatak setan.
Selama hasrat duniawi ini berkuasa atas diri kita, secara rohani kita berada dalam keadaan mati. Sekarang kita bisa memahami persoalan yang melanda jemaat di Sardis. Anda bisa saja mengerjakan segala sesuatu yang merupakan pekerjan gereja, bahkan anda mungkin bisa menyampaikan khotbah yang bagus, tetapi batin anda mati — seperti yang dikatakan oleh Yesus kepada orang-orang Farisi, “Di luarnya kamu terlihat bersih, tetapi di dalamnya kamu berisi bangkai” (Matius 23:27,28).
PAKAIAN KITA TERCEMAR SAAT KITA BERKOMPROMI DENGAN DUNIA
Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia (Yakobus 1:27).
Pertama-tama, Yakobus menyebutkan tentang kebutuhan orang-orang di kalangan jemaat yang terpinggirkan secara sosial, terutama para janda dan anak yatim. Lalu dia melanjutkan dengan poin yang kedua. Jika tidak dilanjutkan dengan poin yang kedua ini, orang bisa saja terlihat aktif atau benar di sisi luarnya, padahal busuk batinnya. Bagian yang pertama terlihat seperti kegiatan amal, tetapi Yakobus menegaskan bahwa, “Kalau kamu ingin hidup murni di hadapan Allah, kamu harus menjaga supaya dirimu tidak tercemar oleh dunia.” Jadi perhatikan penekanan pada pentingnya kemurnian atau kekudusan batin.
Wahyu 3:4 memberitahu kita bahwa hanya sedikit orang yang menjaga pakaian mereka tidak tercemar. Bagaimana mayoritas jemaat sampai mencemarkan pakaian mereka? Mereka berkompromi dengan budaya penyembahan berhala dan membiarkan semua itu masuk ke dalam gereja. Begitu hal ini terjadi, hal ini bisa mengakhiri kehidupan rohani gereja. Jemaat sudah tercemar. Akan tetapi, banyak dari antara kita yang tidak merasakan gawatnya persoalan ini. Hilangnya kepekaan ini terjadi karena gereja zaman sekarang begitu bergantung pada pandangan jemaatnya. Sebagai contoh, bukannya berusaha mencari petunjuk dari Tuhan serta mencari arahan dari-Nya, gereja justru mengadakan pemungutan suara di kalangan jemaat. Tidak adakah pimpinan gereja yang mampu mengenali suara Tuhan? Karena anda tidak bisa mengenali suara Tuhan, lalu anda memakai sistem suara mayoritas. Dunia sudah mencemari kita. Karena kita hidup di tengah masyarakat demokrasi, kita jadi terbiasa dengan urusan voting. Lalu, kita mengadopsi metode ini ke dalam gereja.
JIKA SEGALA SESUATU DILAKUKAN DEMI KEMULIAAN DIRI SENDIRI, KITA SUDAH MATI
Berbagai perbuatan baik bisa meningkatkan suasana hati dan imunitas anda, menurunkan tekanan darah, mengurangi kekuatiran, membuat anda terlihat dan merasa lebih muda, memperbaiki hubungan sosial anda (termasuk hubungan anda dengan diri sendiri) serta memberi anda semacam rasa memiliki kehidupan yang bermakna serta terarah.
Cheung. 100 Ways to Be Kind (100 Cara Menjadi Orang Baik)
Penulis ini tidak peduli tentang kesehatan rohani anda. Dia hanya menyatakan bahwa berbuat baik satu sama lain itu bagus untuk kehidupan sosial dan kesehatan badan anda. Jadi, jika anda ingin menurunkan tekanan darah, merasa lebih muda, meningkatkan hubungan sosial, dan merasa menjalani kehidupan yang bermakna, lakukanlah kebaikan. Jadilah orang yang ramah dan selalu berusaha menolong orang lain.
Dengan kata lain, orang yang mati kerohaniannya oleh berbagai pelanggaran dan dosa tidak semestinya orang yang kasar. Mereka bisa saja orang yang ramah, sama seperti penulis artikel itu sendiri. Apakah orang lain mendapatkan sesuatu manfaat dari kebaikannya? Tentu saja! Akan tetapi, anda mengerjakan hal-hal tersebut dalam rangka meningkatkan kesehatan jasmani serta emosional anda. Uraian penulis ini membawa kita pada bagian kesimpulan dari pokok yang sedang kita bahas. Apapun yang anda lakukan, apapun yang anda cita-citakan, jika tujuan akhirnya adalah kepentingan pribadi anda, anda boleh yakin bahwa anda tidak memiliki hubungan pribadi dengan Allah. Tidak terbentuk hubungan di sana, dan akibatnya, secara rohani anda mati!
MEMULIAKAN DIRI ADALAH PEMBERHALAAN YANG PALING BURUK
Bagaimana perasaan para pimpinan gereja jika gereja mereka memiliki berbagai kegiatan yang sangat baik dan menjadi pujian di kota mereka? Saya yakin mereka akan berkata, “Puji syukur kepada Allah. Ini semua adalah hasil karya-Nya. Kami semua hanya menjalankan pelayanan untuk Dia.” Reaksi semacam ini sudah banyak kita dengar dan mungkin sudah menjadi ucapan spontan dari kita. Saat memberi jawaban seperti itu, apakah terbersit semacam rasa menjadi orang penting serta kepuasan pada diri sendiri? Kita merasa puas dengan reputasi yang kita capai. Setiap orang menghormati saya karena Allah berkarya melalui saya! Pada akhirnya, apakah kemuliaan itu ditujukan kepada Allah atau kepada diri sendiri? Saya rasa kita cenderung ingin mengambil sebagian kemuliaan itu untuk diri sendiri. Dalam hal ini, anda sudah melakukan kesalahan yang sama dengan penyembahan berhala, bahkan dalam bentuk yang paling buruk, yakni menyembah diri sendiri. Itu sebabnya mengapa bagi orang yang ingin masuk ke dalam hidup yang baru, dia harus membuang unsur keegoisan dalam dirinya. Selama unsur keegoisan itu masih tinggal di dalam diri kita, dan terus berusaha mewujudkan dirinya, maka keegoisan ini akan membinasakan kita. Belakangan nanti, di dalam kitab Wahyu, anda akan mempelajari uraian tentang binatang dan berbagai monster lainnya,yang berfungsi memberikan peringatan agar kita tidak membiarkan hasrat duniawi kita berkuasa atas diri kita. Anda akan melihat hubungan langsung antara orang yang disebut ‘rohani’, tetapi sangat egois dengan roh jahat.
INGATLAH “APA” YANG TELAH KAMU TERIMA DAN DENGAR
Karena itu, ingatlah apa yang telah kamu terima dan dengar, taatilah itu dan bertobatlah! Jika kamu tidak waspada, Aku akan datang seperti seorang pencuri dan kamu tidak akan tahu jam berapa Aku akan datang kepadamu. (Wahyu 3:3 AYT)
Pertama-tama, Yesus berkata, “Bangunlah dan kuatkanlah apa yang masih tinggal.” Kemudian dia melanjutkan dengan berkata, “ingatlah apa yang telah kamu terima dan dengar.” Dalam hal ini, Yesus menyerukan kepada jemaat untuk berhenti dari semua yang sedang dijalankan dan mengingat kembali apa yang sudah diterima. Saya akan berfokus pada “apa” sebenarnya yang sudah diterima itu.
3Jika seorang mengajarkan ajaran lain dan tidak menurut perkataan sehat — yakni perkataan Tu(h)an kita Yesus Kristus — dan tidak menurut ajaran yang sesuai dengan ibadah kita, 4ia adalah seorang yang berlagak tahu padahal tidak tahu apa-apa. Penyakitnya ialah mencari-cari soal dan bersilat kata, yang menyebabkan dengki, cidera, fitnah, curiga, 5percekcokan antara orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat dan yang kehilangan kebenaran, yang mengira ibadah itu adalah suatu sumber keuntungan. 6Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. (1 Timotius 6:3-6)
Paulus memberitahu kita bahwa inilah “apa” yang diajarkan oleh Yesus. Dalam kutipan ini disebutkan, “Perkataan sehat — yakni perkataan Yesus Kristus — dan … ajaran yang sesuai dengan ibadah kita.” Ini berarti penjelasan mengenai ajaran Yesus oleh para rasul. Jadi kita harus kembali dan memeriksa ulang kehidupan rohani kita dalam terang ajaran Yesus. Jika kita tidak melakukannya, kita akan seperti mereka yang disebutkan di ayat 5, yakni orang-orang yang mengira bahwa ibadah adalah sumber keuntungan pribadi. Akhirnya kita kembali ke urusan uang. Berhala mulai masuk ke dalam hati kita karena hasrat kita sudah berkuasa di dalam jiwa. Masalah yang melanda jemaat di Sardis adalah bahwa kehidupan mereka tidak sejalan dengan ajaran Yesus.
INGATLAH “BAGAIMANA” ENGKAU TELAH MENERIMA DAN MENDENGARNYA
21Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu. 22Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. (Yakobus 1:21-22)
Kalimat “ingatlah apa yang telah kamu terima dan dengar” dapat juga diterjemahkan sebagai “ingatlah, bagaimana engkau telah menerima dan mendengarnya”. Kita juga perlu mengingat “bagaimana” kita menerimanya dulu, bukan saja “apa”. Jadi, pertanyaannya sekarang bukan “apa” melainkan “bagaimana”’? Bagaimana kita menerima ajaran Yesus dulu? Yakobus berkata, “Buanglah segala dosa yang mencemari pakaianmu.” Kemudian, menerima firman yang ditanamkan dalam hati itu dengan lemah lembut. Firman Allah sanggup menyelamatkan jiwa anda jika anda menerimanya dengan sikap hati yang benar. Akhirnya, dia mengingatkan para murid membuktikan diri mereka dengan cara menjadi pelaku firman.
MANUSIA RENDAH HATI: FIRMAN ALLAH MENGUASAI HIDUPNYA
Lalu, kualitas seperti apa yang terdapat dalam diri orang yang rendah hati atau lemah lembut itu? Uraiannya cukup mudah. Dalam bentuk pasif, ini berarti dia tidak akan menentang. Dia tidak membela diri, tidak membelokkan firman itu ke arah orang lain (mungkin rekan sekamar, anggota keluarga, pasangan atau rekan kerja). Secara aktif, dia menyambut ajaran Yesus karena dia memandang hal itu sebagai sumber wewenang yang memerintah atas hidupnya. Karena Yakobus berbicara tentang hal menanam, berarti dia sedang merujuk kepada tanah yang baik yang diuraikan dalam Perumpamaan tentang Penabur Benih, yang disampaikan oleh Yesus (Matius 13:23, Markus 4:20, Lukas 8:15). Kategori tanah yang keempat ini sangat menentukan keselamatan, pertumbuhan dan kesuburan rohani kita. Kita harus merawat hati kita agar selalu terbuka dan patuh. Di ayat 22, dijelaskan bahwa tanah jenis itu adalah hati yang patuh: “Pelaku firman.”
Mari kita kuatkan tekad untuk mendekat pada Tuhan karena diagnosa yang tepat ada pada Dia. Jangan hanyut oleh pendapat orang lain dan juga jangan patah semangat oleh kritikan orang lain. Kiranya kebenaran dari Tuhan tertanam teguh dalam hati kita.