Pastor Boo | Wahyu 2:18-19 |

18 “Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Tiatira: Inilah firman Anak Allah, yang matanya bagaikan nyala api dan kakinya bagaikan tembaga: 19Aku tahu segala pekerjaanmu: baik kasihmu maupun imanmu, baik pelayananmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa pekerjaanmu yang terakhir lebih banyak dari pada yang pertama.

Jika kita baca keseluruhan isi surat kepada jemaat di Tiatira, isinya berkenaan dengan hukuman yang diberikan kepada seorang perempuan yang disebut dengan nama ‘Izebel’ serta para pengikutnya. Di ayat 22-23, Yesus berkata bahwa dia akan melemparkan Izebel ke atas ranjang, di mana dia akan menderita sakit yang parah, mungkin sampai mati.

Tindakan disiplin semacam ini sudah langka di tengah gereja zaman sekarang. Sekarang ini ada banyak orang Kristen yang melakukan berbagai perbuatan dosa di tengah jemaat, tetapi tidak terjadi sesuatu apa pun pada diri mereka. Ibrani 12:8 memberitahu kita kalau Allah tidak lagi mendisiplin kita, berarti kita sudah bukan anak-Nya lagi. Salah satu tanda kasih-Nya yang nyata adalah disiplin ketika kita berbuat dosa.


Jemaat di Tiatira merupakan jemaat yang cukup baik

Surat kepada jemaat di Tiatira ini diawali dengan pengakuan tentang kebaikan mereka, semua kualitas itu ada di dalam ayat 18. Lalu di ayat 19 dia melanjutkan dengan berkata,

“Aku tahu segala pekerjaanmu: baik kasihmu maupun imanmu, baik pelayananmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa pekerjaanmu yang terakhir lebih banyak dari pada yang pertama.”

Jemaat ini pada dasarnya memiliki kualitas yang cukup baik. Ini merupakan jemaat yang sedang bertumbuh pesat karena hal-hal yang dilakukan belakangan jauh lebih banyak daripada yang pertama. Semua itu menyenangkan hati Tuhan. Para saudara dan saudari seiman di sana saling mengasihi satu sama lain. Mereka siap untuk saling mendukung dan juga siap menolong orang-orang yang belum mengenal Allah.

Walaupun kondisi di Tiatira tidak begitu berbeda dengan di Pergamum, jemaat di Tiatira bisa bertahan, dan hal ini diuraikan dalam ayat 19. Menjadi murid Yesus pada abad pertama memang merupakan hal yang berbahaya. Oleh karena itu dibutuhkan ketekunan yang tinggi. Namun, jemaat di Tiatira tekun menghadapi tekanan. Mereka tidak pasif, mereka justru selalu aktif. Hasilnya, dinamika kasih Allah tercermin dalam kegiatan mereka. Dalam hal ini, Yesus memuji mereka.


NABIAH BERNAMA IZEBEL

Selanjutnya kita akan baca ayat 20 dan 24 karena kita akan berkonsentrasi pada masalah yang melanda jemaat di Tiatira.

20 Tetapi Aku mencela engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel, yang menyebut dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hamba-hambaku supaya berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala.

24 Tetapi kepada kamu, yaitu orang-orang lain di Tiatira, yang tidak mengikuti ajaran itu dan yang tidak menyelidiki apa yang mereka sebut seluk-beluk Iblis, kepada kamu Aku berkata: Aku tidak mau menanggungkan beban lain kepadamu. (Wahyu 2:20,24)

Perempuan ini menyebut dirinya nabiah. Dengan kata lain, dia mengangkat dirinya sendiri ke posisi itu. Namun, di tengah kalangan jemaat, ternyata cukup banyak yang memandang bahwa dia benar-benar seorang nabiah. Jika anda tidak memiliki pikiran Kristus, anda tidak akan tahu bahwa perempuan ini mengangkat dirinya sendiri sebagai nabiah. Dibutuhkan kearifan rohani, untuk mengetahui apakah orang-orang yang menyebut diri mereka sebagai rasul atau nabi, merupakan orang-orang yang mengangkat dirinya sendiri atau memang dipilih oleh Allah. Hanya seorang hamba Allah yang sejati yang bisa mengetahui apakah mereka yang mengaku hamba Allah itu orang yang mengangkat dirinya sendiri atau bukan. Akan tetapi, banyak anggota jemaat di Tiatira yang memandang dia sebagai nabiah sejati. Ini berarti dia memiliki otoritas yang cukup besar!

Di kalangan jemaat di Efesus, ada orang yang mengaku sebagai rasul. Di Tiatira pula, kita temukan orang yang mengaku sebagai nabiah. Rasul dan nabi merupakan kedudukan yang sangat tinggi di lingkungan jemaat. Jemaat sangat menghormati orang yang berada dalam kedudukan ini. Jadi, tidak heran jika banyak orang Kristen yang ingin menjalankan pelayanan dalam kedudukan ini. Sayangnya, jika orang yang memiliki ambisi setinggi itu tidak berhati-hati, dia mudah terjerat dalam khayalannya sendiri, dan akhirnya justru menipu diri sendiri karena telah mengangkat diri untuk menduduki jabatan yang bukan wewenangnya.


Perbuatan Izebel dan Bileam menyesatkan murid-murid Yesus

Saat Yesus menyebut bahwa dia adalah Izebel, itu merupakan sebuah pernyataan diagnostik. Dia memakai Perjanjian Lama untuk memberitahu kita jenis perempuan macam apa yang sedang dia maksudkan. Perempuan ini tentu saja tidak bernama Izebel. Dia memiliki nama yang berbeda. Yang jelas, perempuan ini tidak memakai nama Izebel. Alasan mengapa Yesus menyebut dia Izebel adalah karena dia telah menyesatkan jemaat. Perempuan ini telah “mengajar dan menyesatkan hamba-hambaku supaya berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala.

Dalam pesan yang lalu, kita membahas tentang jemaat di Pergamum, dan kita bisa melihat kemiripan antara kedua jemaat ini. Di Pergamum ada sosok yang disebut dengan istilah Bileam, dan di Tiatira kita melihat sosok yang disebut Izebel. Dosa mereka berdua sama saja. Satu-satunya perbedaan antara keduanya adalah Bileam masih memiliki hubungan dengan Yahweh dan bisa berkomunikasi dengan-Nya. Jadi, Bileam memang merupakan seorang nabi. Sebaliknya, Izebel ini bukanlah nabi, dia orang tidak percaya yang mengadakan penyesatan serta memasukkan penyembahan berhala ke tengah bangsa Israel. Akan tetapi, Bileam sendiri juga menunjukkan ketidaksetiaan. Buah dari perbuatan mereka berdua adalah sama.

Anda perlu memahami kondisi geografi wilayah ini karena letak Tiatira sangat dekat dengan Pergamum. Dari berbagai penelitian tentang latar belakang sejarah kedua kota ini, kita bisa mengetahui bahwa Tiatira dipakai sebagai perisai yang melindungi kota Pergamum. Jika ada pasukan yang datang menyerang, pasukan itu harus melewati Tiatira dulu untuk bisa mencapai Pergamum. Dari ketinggian pegunungan wilayah Pergamum, masyarakat bisa melihat ke bawah, ke arah kota Tiatira. Jadi, jika ada Izebel atau Bileam di satu kota, tidak akan mengejutkan jika jenis orang yang sama akan muncul juga di kota berikutnya karena kedua kota itu sangat dekat.


Bagaimana cara iblis menegakkan takhtanya?

13Aku tahu di mana engkau diam, yaitu di sana, di tempat takhta Iblis; dan engkau berpegang kepada namaku, dan engkau tidak menyangkal imanmu kepadaku, juga tidak pada zaman Antipas, saksiku, yang setia kepadaku, yang dibunuh di hadapan kamu, di mana Iblis diam. 14Tetapi Aku mempunyai beberapa keberatan terhadap engkau: di antaramu ada beberapa orang yang menganut ajaran Bileam, yang memberi nasihat kepada Balak untuk menyesatkan orang Israel, supaya mereka makan persembahan berhala dan berbuat zinah. (Wahyu 2:13-14)

Kedua ayat ini ditujukan kepada jemaat di Pergamum. Bagaimana cara Iblis menegakkan takhtanya di sebuah kota? Jika ada jemaat Allah di sana, Iblis justru ingin menegakkan takhtanya di situ. Jika kita mengajukan pertanyaan yang tepat, kita akan tahu apa jawabannya. Di Pergamum, Iblis menegakkan takhtanya melalui orang semacam Bileam. Hal yang mirip juga terjadi di Tiatira, karena kedua kota ini berdekatan. Takhta Iblis ditegakkan di sana oleh sosok yang disebut sebagai Izebel. Baik Bileam maupun Izebel dipandang sebagai nabi dan nabiah di kalangan jemaat kedua kota itu. Tentu saja, kedua orang ini tidak melihat diri mereka sendiri sebagai penyesat. Akan tetapi, ajaran mereka membuka jalan bagi para murid untuk berpartisipasi dalam berbagai ritual di kuil-kuil dan memakan persembahan berhala. Sebagai akibatnya, kedua orang ini akhirnya menjadi batu sandungan bagi jemaat.


Kata “Baal” bermakna tuan, damai sejahtera dan kemakmuran

Jika anda pelajari Perjanjian Lama, anda akan melihat bahwa Bileam dan Izebel terlibat dalam penyembahan Baal. Pokok ini sangat penting. Lalu, apa makna kata Baal ini? Dalam bahasa asli, kata Baal bermakna tuan (lord) atau pemilik (owner). Sebagai contoh, Sarah menyebut Abraham dengan sebutan ‘tuanku’. Oleh karenanya, kata Baal juga bisa berarti suami, karena di dalam Perjanjian Lama, suami menjadi tuan dan pemilik dari istri.

Hal yang penting di sini ialah Baal tidak sekadar adalah tuan, ia juga melambangkan kesuburan. Dengan kata lain, jika anda menjadi pengikutnya, dia akan membuat hidup anda produktif. Artinya, anda akan memiliki banyak anak serta menikmati kemakmuran. Bisnis anda berkembang pesat, dan karir anda juga mengalami peningkatan pesat. Pada dasarnya, Baal memberikan kemakmuran.

Masih ada satu makna lagi yang terkait dengan Baal, yakni kemenangan. Dia melambangkan kemenangan. Dalam penelitian arkeologi, Baal digambarkan sebagai dewa yang memegang petir di tangannya. Dengan kata lain, dia melindungi masyarakat dari kuasa kekacauan. Singkatnya, kata Baal ini mewakili ‘kedamaian dan kemakmuran’. Jika Baal melindungi anda dari segala kuasa kekacauan, tentu saja anda akan menikmati kedamaian dan keamanan, dan anda bisa membangun kemakmuran. Nah, semua hal ini adalah hal-hal yang dirindukan oleh kita! Itu sebabnya mengapa Baal selalu menjadi ancaman terbesar bagi iman bangsa Israel pada masa Perjanjian Lama. Jika anda berbicara tentang kedamaian dan kemakmuran, bukan hanya Allah yang bisa menyediakannya, Baal juga bisa menawarkan hal yang sama — demikianlah hal yang akan disampaikan oleh para nabi palsu zaman itu.


Para rasul palsu juga memberitakan tentang kebenaran dan moralitas

13Sebab orang-orang itu adalah rasul-rasul palsu, pekerja-pekerja curang, yang menyamar sebagai rasul-rasul Kristus. 14Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblispun menyamar sebagai malaikat Terang. 15Jadi bukanlah suatu hal yang ganjil, jika pelayan-pelayannya menyamar sebagai pelayan-pelayan kebenaran. Kesudahan mereka akan setimpal dengan perbuatan mereka. (2 Korintus 11:13-15)

Dalam ayat 15, para rasul palsu ini disebut pelayan-pelayan kebenaran. Dengan kata lain, mereka juga menganjurkan agar anda menjalankan kebenaran. Mereka adalah orang-orang yang menjalani kehidupan dalam standar moral yang tinggi. Zaman sekarang ini, tidak ada gereja yang mengajari anda untuk berbohong dan mencuri. Tentu saja tidak ada! Semua gereja akan mendukung moralitas. Jadi, sangat sukar untuk melihat perbedaannya.

Paulus berkata para rasul palsu ini juga memberitakan kebenaran, tetapi mereka sebenarnya merupakan hamba-hamba setan. Jika anda pelajari latar belakang sejarah kota Tiatira, masyarakat kota ini juga memiliki standar moral yang tinggi. Jika anda berbicara tentang kaisar pada zaman itu, mereka akan memuji kaisar karena telah menunjukkan kemurahan dan kebaikan, terutama ketika ada bencana alam menimpa rakyat. Namun, yang paling utama adalah kaisar menyediakan kedamaian dan keamanan di wilayah kekaisaran. Kita juga melihat bahwa setiap orang yang menjalankan bsinis tergabung dalam serikat bisnis tertentu. Semua serikat pekerja maupun serikat dagang itu juga terlibat dalam berbagai perbuatan baik. Mereka beramal kepada orang-orang miskin serta menediakan perawatan bagi orang-orang yang tidak mampu. Jadi, anda bisa melihat bahwa sukar bagi kita untuk membuat garis pemisah yang tegas. Secara umum, setiap orang akan berbicara mendukung hal-hal yang secara moral dinilai baik.

Akan tetapi, di kalangan masyarakat ini terdapat kecenderungan untuk melakukan kegiatan seksual. Hanya saja, tindakan itu biasanya dilakukan dalam konteks penyembahan berhala. Bagi masyarakat zaman itu, kegiatan seksual yang mereka lakukan memiliki makna spiritual. Jika seseorang melakukan hubungan seks dengan pelacur bakti (di lingkungan kuil), orang itu sebenarnya sedang bersekutu dengan dewa atau dewi yang disembahnya. Jadi, mereka tidak memikirkan hal itu semata-mata sebagai kenikmatan jasmani. Urusannya memang tidak sederhana. Tindakan itu dianggap sebagai tindakan spiritual.

Kembali ke 2 Korintus 11, Paulus memandang mereka sebagai para rasul palsu, tetapi jemaat di Korintus memiliki penilaian yang berbeda.


Paulus mengatakan bahwa mereka memberitakan Yesus dan injil yang lain

Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima. (2 Korintus 11:4)

Paulus mengatakan, “mereka memberitakan Yesus yang lain,” dan, “mereka memberikan roh yang lain serta Injil yang lain.” Dan Paulus menegur, “Kamu sabar saja dengan semua itu.” Teguran ini dapat kita bandingkan dengan Wahyu 2:20 yang mengatakan, “Engkau membiarkan wanita Izebel.”

Jika kita berada di sana pada saat itu, saya tidak tahu apakah kita akan mampu membedakan apakah perempuan ini benar-benar hamba Tuhan atau bukan, karena dia juga menekankan Injil dan Yesus. Pertanyaannya adalah bagaimana isi pesannya diwujudkan dalam praktek?

Aku tahu kesusahanmu dan kemiskinanmu  —  namun engkau kaya  —  dan fitnah mereka, yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian: sebaliknya mereka adalah jemaah Iblis. (Wahyu 2:9)

Lihatlah, beberapa orang dari jemaah Iblis, yaitu mereka yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, melainkan berdusta, akan Kuserahkan kepadamu. Sesungguhnya Aku akan menyuruh mereka datang dan tersungkur di depan kakimu dan mengaku, bahwa Aku mengasihi engkau. (Wahyu 3:9)

Kita telah melihat adanya rasul palsu, nabi palsu, dan sekarang kumpulan orang Yahudi yang juga disebut sebagai jemaah Iblis. Anda bisa merangkum semua hal ini sebagai berikut: akan muncul jemaah Iblis jika Izebel dibiarkan meneruskan kegiatannya. Tariklah pelajaran dari 2 Korintus 11: Injil dari setan, Yesus dari setan, roh dari setan, dan orang Yahudi dari setan. Orang Yahudi dari setan dapat diartikan sebagai orang-orang Kristen dari setan. Urusannya memang mengerikan! Jadi, ini adalah masalah yang serius. Jemaat Allah bisa saja berubah menjadi jemaah Iblis. Perlu saya tekankan sekali lagi: ini bukan berarti bahwa mereka secara harafiah menyembah iblis.  Mereka berada di bawah kendali iblis, tetapi mereka tidak menyadarinya.

Itu sebabnya mengapa Yesus bereaksi keras terhadap orang-orang ini, yang dia sebut sebagai Izebel dan Bileam. Kadang kala kita tidak mengerti mengapa Yesus bersikap sangat keras. Ingatlah bahwa kita sedang menjalani peperangan rohani. Yesus bisa melihat bahwa di lingkungan jemaat di Pergamum dan Tiatira, Iblis mendapatkan keunggulan. Di sana dia berhasil menegakkan takhtanya. Oleh karena itu, Yesus perlu turun tangan guna menghentikan trend yang berbahaya ini. Masalah dalam kedua jemaat ini ada pada kepemimpinannya: para pimpinan tidak mampu memahami situasi dan oleh karenanya tidak tahu bahaya yang sedang dihadapi. Hal ini mirip dengan orang yang membiarkan penyakit kanker menggerogoti dirinya karena dia tidak tahu bahwa dia sedang terkena kanker. Oleh karena itu, dia tidak melakukan tindakan untuk menanganinya.


Tidak boleh melayani dua tuan – Allah dan harta kekayaan

Sekarang mari kita lihat hal yang diajarkan oleh Yesus.

Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon. (Matius 6:24)

Perhatikan bahwa urusan mengabdi ini digambarkan dengan ungkapan mengasihi yang satu dan membenci yang lain. Berarti, untuk melayani Allah, kita akan mengasihi Dia sedemikian hingga sampai kita membenci uang. “Wah!” anda mungkin terkejut, “Ada apa ini?” Kata uang (money dalam bahasa Inggris) memang mewakili makna yang dimaksudkan oleh kata Mamon (yang merupakan berhala kemakmuran zaman itu). Jadi, kata Mamon ini mencakup semua harta benda yang anda miliki di dunia ini. Ayat ini membuat pusing banyak orang. Kebingungan inilah yang memberi peluang untuk tampilnya orang-orang seperti Bileam dan Izebel. Anda ingin menikmati keseimbangan. Bagaimana mungkin anda hanya mengasihi Allah dan membenci harta benda anda? Jika anda membenci harta benda anda sendiri, lalu apa yang akan anda perbuat dengan harta benda itu? Mungkin anda akan memperlakukannya seperti orang memperlakukan sampah!

Jika kita lihat kata ‘setia’ di dalam ayat itu, bahasa Yunani yang dipakai memiliki makna keterikatan yang kuat terhadap seseorang atau sesuatu. Dengan kata lain, anda tidak bisa memiliki ikatan yang kuat terhadap Allah sekaligus terhadap harta benda. Anda tidak bisa memiliki keduanya.

Saya menemukan rujukan dari mana Yesus mendapatkan prinsip ini. Yesus tidak mengarang sendiri ajarannya; dia melandasi ajarannya di dalam Perjanjian Lama. Di bagian mana dari Perjanjian Lama itu yang merupakan rujukan dari prinsip tersebut? Mari kita lihat ayat berikutnya.

Seperti buah-buah anggur di padang gurun Aku mendapati Israel dahulu; seperti buah sulung sebagai hasil pertama pohon ara Aku melihat nenek moyangmu. Tetapi mereka itu telah pergi kepada Baal-Peor dan telah membaktikan diri kepada dewa keaiban, sehingga mereka menjadi kejijikan sama seperti apa yang mereka cintai itu. (Hosea 9:10)

Apakah anda melihatnya? Jika anda bandingkan ayat ini dengan Matius 6:24, keduanya memiliki isi yang sama.

Satu hal yang perlu kita pahami dalam hal ini adalah: dalam Matius 6:24 tersebut, kepada siapakah Yesus berbicara? Kepada orang Yahudi. Saat itu mereka tidak menyembah berhala apapun. Pada zaman Yesus, masyarakat Yahudi pada umumnya bisa dikatakan ‘setia’. Tidak ada orang Yahudi yang menyembah berhala, baik itu sembahan bangsa Roma atau pun bangsa Yunani. Jadi, dalam hal pengabdian, mereka hanya menyembah Yahweh. Akan tetapi, di Matius 6:24 ini Yesus justru berkata bahwa mereka tidak boleh menyembah keduanya. Dengan kata lain, Mamon di Matius 6:24 ini sejajar dengan Baal di Hosea 9:10.

Yesus memberitahu kita bahwa berhala yang dimaksudkan tidak harus diartikan secara harafiah. Saya yakin bahwa tidak ada orang di gereja ini yang menyembah berhala secara harafiah. Akan tetapi, harta benda memiliki arti yang sangat besar bagi kita. Oleh karenanya, urusan harta benda dan penyembahan berhala bisa disejajarkan. Matius 6:24 memberitahu kita bahwa kekayaan dan Allah itu ibarat minyak dengan air. Anda tidak bisa mencampurkan minyak dengan air; keduanya tidak mau bercampur. Gambaran ini sangat mengejutkan bagi banyak orang.

Lalu, bagaimana kita akan mengatasi masalah ini? Nah, kita lalu mengembangkan pengemulsi supaya minyak dan air dapat dicampur. Itulah caranya kita membuat mayonnaise dan krim untuk salad. Namun, jika anda terapkan hal ini terhadap Firman Allah, anda sudah melakukan kesalahan yang sama dengan Izebel dan Bileam yang mencampuradukkan Allah dan Baal menjadi satu. Itulah yang kita lihat di Wahyu pasal 2 ini. Kedua sosok itu mencoba untuk mencampurkan penyembahan kepada Yahweh dan kepada uang.


Kasih dan kesetiaan kepada Yahweh harus bersifat absolut

3Ketika Israel berpasangan dengan Baal-Peor, bangkitlah murka YAHWEH terhadap Israel;

5Lalu berkatalah Musa kepada hakim-hakim Israel: “Baiklah masing-masing kamu membunuh orang-orangnya yang telah berpasangan dengan Baal-Peor.” (Bilangan 25:3,5)

Israel berpasangan dengan Baal-Peor akibat anjuran yang diberikan Bileam kepada orang-orang Moab. Pilihan yang ada di sini hanya “yang ini atau yang itu”. Anda akan berpasangan dengan Baal-Peor atau dengan Yahweh.

Perhatikan hal yang disampaikan dalam ayat 5. Musa bereaksi keras terhadap sikap semacam ini. Itu sebabnya dia berkata, “Baiklah masing-masing kamu membunuh orang-orangnya yang telah berpasangan dengan Baal-Peor.” Di Wahyu 2:22, jika orang-orang seperti Izebel ini tidak bertobat, Yesus berkata, “Aku akan melemparkannya ke atas ranjang, dan aku akan membunuh para muridnya.” Wow! Kita pikir pernyataan ini terlalu ekstrim. Namun, apakah kita bisa melihat bahaya kebinasaan rohani yang mengintai di balik Injil yang berisi kompromi ini?

Sekarang kita bisa memahami seperti apa keadaan kekristenan pada abad pertama itu. Kasih dan pengabdian kita kepada Yahweh haruslah absolut. Itu sebabnya mengapa Yesus berkata kepada jemaat di Efesus, “Kamu sudah kehilangan kasihmu yang mula-mula.” Di sini kita kembali kepada urusan intensitas pengabdian.


Mamon menawarkan damai sejahtera dan keamanan

Apabila mereka mengatakan: Semuanya damai dan aman  —  maka tiba-tiba mereka ditimpa oleh kebinasaan, seperti seorang perempuan yang hamil ditimpa oleh sakit bersalin  —  mereka pasti tidak akan luput. (1 Tesalonika 5:3)

Di sini anda bisa melihat mengapa Baal begitu berbahaya. Jika kita kembali ke zaman Perjanjian Lama, pertanyaannya adalah mengapa masyarakat menyukai Baal? Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, Baal sanggup memberikan kedamaian dan keamanan, seperti yang dikatakan oleh Paulus dalam 1 Tesalonika 5. Jika kita terapkan pada diri kita sendiri, mengapa kita mengasihi Mamon? Karena Mamon menyediakan rasa damai dan aman. Sekarang kita bisa memahami maksud dari perkataan Yesus kepada kita semua. Mamon mendapat kedudukan sebagai berhala harafiah dalam kehidupan kita. Demikianlah, mengasihi uang (Mamon) adalah bentuk penyembahan berhala zaman sekarang.


Injil kemakmuran, penyembahan Baal zaman modern

Saya ingin membahas tentang sebuah ajaran tertentu dalam sisa waktu ini. Ajaran ini begitu terkenal, dan kita tahu bahwa ajaran ini memang ada sampai sekarang. Ini adalah jenis ajaran yang mendapat sambutan luas di Amerika Utara, dan terus menyebar ke segala penjuru dunia. Ketika kami melayani di India, ajaran ini sudah sangat populer di sana. Banyak orang yang senang mendengarkan ajaran yang satu ini karena mayoritas penduduk di sana tergolong miskin. Bahkan di Filipina, kami juga sempat melakukan pelayanan di sana, kami mendapati situasi yang sama. Kemudian di Singapore, ada banyak orang Kristen yang menyukai ajaran ini. Itu sebabnya mengapa mereka yang memberitakan ajaran ini biasanya berhasil mengumpulkan jemaat yang banyak. Banyak orang yang ingin bergabung untuk mendengarkan ajaran ini.

Saya yakin kita semua sudah akrab dengan istilah Injil kemakmuran. Injil jenis ini memberitahu kita bahwa jika kita percaya kepada Allah, Dia akan memberi anda segala hal yang anda inginkan: uang, kesehatan, kebahagiaan keluarga, dan berbagai kesenangan lainnya. Jenis-jenis berkat yang dikhotbahkan terutama adalah yang terkait dengan urusan lahiriah, selain hidup yang kekal, yaitu jaminan tempat di surga. Injil kemakmuran ini, sebenarnya, tidak lain adalah Baalisme zaman modern.


Injil kemakuran, ajaran setan yang berbahaya

Injil kemakmuran merupakan ajaran yang berbahaya karena mencampuradukkan kasih anda kepada Allah dengan keserakahan pada harta benda. Itu sebabnya mengapa ajaran ini menjadi sangat popular di kalangan masyarakat yang memang selalu tergiur oleh harta benda. Siapa yang tidak ingin menikmati keamanan? Siapa yang tidak ingin menikmati kedamaian? Siapa yang tidak ingin menikmati kekayaan? Kita perlu mewaspadai ajaran yang berbahaya ini.

Jika kita memang jemaat Allah yang sejati, kita tidak akan menoleransi ajaran semacam ini. Setiap orang yang mengajarkan Injil kemakmuran mestinya tidak boleh dibiarkan sampai mengajar di lingkungan gereja. Mengapa? Karena ajaran ini bertentangan dengan pengajaran Injil. Saya bersyukur karena ada cukup banyak pakar yang bersuara menentang ajaran Injil kemakmuran ini. Mereka memperingatkan bahwa ajaran ini tidak berlandaskan pada Kitab Suci, dan mereka memang benar. Bahkan, sebenarnya ini ajaran yang menyesatkan, dilandasi oleh ajaran setan.


Anda tidak akan kekurangan sesuatu apapun jika anda mengikut Yahweh

Kita harus memahami persoalan tersebut dengan jernih. Sebagai pengikut Kristus, kita tidak lagi menjalani kehidupan demi kepentingan pribadi. Inilah isi dari panggilan menjadi murid. Saya bersyukur kepada Yahweh karena Dia telah banyak mengajar kita tentang perkara ini. Ketika bangsa Israel mengembara di padang gurun, Musa berkata kepada mereka, “Kamu tidak kekurangan sesuatu apa pun!” Dengan kata lain, mereka selalu mendapatkan pemenuhan kebutuhan secara penuh, selalu cukup walaupun tidak lebih dari cukup. Setiap hari mereka mendapatkan manna, dan manna itu hanya bertahan segar untuk masa satu hari, kecuali pada hari menjelang Sabat.

Kami juga mengalami pemenuhan kebutuhan dari Yahweh. Selama masa 30 tahun melayani Dia, kami tidak pernah kekurangan apa pun. Kami selalu mendapatkan hal yang kami butuhkan. Saat kami melayani di Singapore, ketika itu sedang terjadi resesi ekonomi di sana. Ada banyak orang yang kehilangan pekerjaan. Namun, pelayanan kami dibutuhkan di sana. Lalu, ada seorang saudara seiman yang tergerak membantu kami. Dia adalah Pastor PK. Dia tergerak menolong kami dengan cara berinisiatif mencari pekerjaan. Tentu saja, kami perlu memenuhi kebutuhan hidup kami dari bulan ke bulan. Ada berbagai tagihan yang perlu kami bayar setiap bulannya. Lalu, Pastor PK berkata, “Saya akan mencari pekerjaan supaya anda bisa berkonsentrasi pada pelayanan.” Dia akan mencari pekerjaan di tengah masa resesi! Dengan Yahweh, segala sesuatu menjadi mungkin! Yahweh membukakan pintu, dan PK mendapatkan pekerjaan mengajar di sebuah Politeknik. Prosesnya berjalan mulus. Dia menjalani satu kali wawancara dan langsung diterima. Separuh dari gaji yang dia terima dibagikan kepada kami, dan itu sudah hampir mencukupi kebutuhan kami. Sisa dari kebutuhan kami ditutup oleh Pastor Boon, yang juga mendapatkan pekerjaan di tengah masa resesi di Singapore saat itu.

Yahweh membuka jalan untuk PK bekerja di Politeknik itu juga dengan alasan yang lain: PK bisa memberitakan Injil kepada para mahasiswa di sana. Hal itu dia kerjakan dan ada beberapa mahasiswa politeknik yang kemudian bergabung dengan gereja kita. Kami bersyukur kepada Yahweh karena Dia sudah mencukupi kebutuhan bulanan kami. Dia tidak pernah memberi lebih dari yang kami butuhkan. Jika ada kelebihan, berarti ada sesuatu hal yang perlu dilakukan dengan kelebihan itu.

Hal ini mengingatkan saya pada seorang pastor yang melayani di Iraq. Saya rasa dia masih melayani di Iraq sampai dengan sekarang. Suatu hari, dalam kunjungannya ke Amerika, Tuhan menyuruh salah satu pimpinan gereja untuk memberi dia uang dalam jumlah yang besar. Saat pimpinan ini mengucapkan perpisahan kepada pastor tersebut, dia memeluk erat pastor ini dan memasukkan amplop berisi uang tersebut ke dalam saku sang pastor. Pimpinan gereja ini meyakinkan pastor tersebut untuk mau menerima uang tersebut karena Tuhan sudah memerintahkan dia untuk memberi uang sebesar itu.

Pada waktu itu, perang di Iraq masih berkecamuk dengan hebat. Ketika pastor ini kembali ke Iraq, dia diculik oleh salah satu pihak di sana! Lalu, dia teringat dengan uang yang diberikan saat meninggalkan Amerika. Uang itu ternyata cukup untuk menebus kebebasannya. Tuhan tahu hal yang akan terjadi pada diri pastor ini dan sudah memerintahkan hamba-Nya yang lain untuk menyiapkan dan memberikan uang itu kepadanya. Kebutuhannya di masa depan sudah disiapkan sebelum peristiwa itu terjadi!

Namun, harap diperhatikan bahwa tidak semua pemberian yang berlebih itu merupakan persediaan untuk keadaan kritis! Hanya Allah yang tahu apa kebutuhan anda sekarang dan pada masa depan. Jadi, bersyukurlah, Dia selalu peduli dan menyiapkan hal-hal yang kita butuhkan!


Timbunlah hartamu di surga, bukan di bumi

Yesus berkata, “Kumpulkanlah harta bagimu di surga, jangan mengumpulkan harta di bumi.” Jika kita ada harta milik di bumi, seharusnya yang kita pikirkan adalah, “Bagaimana saya bisa berkontribusi bagi Kerajaan Allah?” Kita memang memiliki kebutuhan belanja; membayar sewa tempat tinggal; membiayai pendidikan anak, dan sebagainya. Segala pekerjaan yang kita jalani, itu semua adalah milik-Nya. Yahweh memberi dan mengambil. Hal yang perlu kita camkan adalah: keberadaan kita di bumi ini adalah untuk mengembangkan kerajaan-Nya. Kiranya Yahweh membebaskan kita dari cinta akan uang, Baal zaman modern.

 

Berikan Komentar Anda: