Eric H.H. Chang |

(Dikutip dari buku The Only Perfect Man)

Kata Ibrani untuk “dengar” ialah shema. Oleh karena itu, kata Shema dipakai umat Yahudi sebagai nama kepada proklamasi sakral di Ulangan 6:4: “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!” [1]  Ini sebenarnya sebuah terjemahan yang salah karena ia mengaburkan fakta bahwa “TUHAN” dalam naskah Ibrani asli adalah “Yahweh”. Ayat ini secara harfiah menyatakan,

“Dengarlah, hai orang Israel: Yahweh itu Allah kita, Yahweh itu esa!”

New Jerusalem Bible memberikan terjemahan yang sangat baik:

Listen, Israel: Yahweh our God is the one, the only Yahweh”.

Ada sebuah artikel [2] yang beredar luas di Internet oleh seorang penulis yang tesisnya didasarkan pada tulisan penulis kedua, seorang yang bernama Nick Norelli, yang berpendapat bahwa “satu” dalam Ulangan 6:4 harus ditafsirkan menurut jalur pikir trinitaris. Untuk lebih spesifik, ada dua artikel: artikel yang pertama mengutip Norelli, dan yang kedua oleh Norelli sendiri. Meskipun pembahasan kita berpusat pada dua artikel tersebut, dimulai dengan yang pertama dan dilanjutkan dengan yang kedua, kita sebenarnya menyinggung banyak buku dan artikel yang menyampaikan argumentasi-argumentasi yang kurang lebih sama.

Artikel yang pertama (yang mengutip Norelli) agak pelik karena salah mengeja kata Ibrani untuk “satu” menjadi eschad (transliterasi yang benar adalah echad atau eḥad). Kesalahan ini (yang memperlihatkan ketidaktahuan akan alfabet Ibrani dengan memasukkan “s” yang non-eksisten) tampak konsisten di sepanjang artikel kecuali saat ia mengutip sumber-sumber lain. Hal ini disebut supaya ketika salah ejaan ini muncul dalam pembahasan kita, pembaca tidak akan menganggapnya sebagai salah ketik atau salah kutipan. [3]

Artikel yang pertama, di bagian yang berjudul The Argument, dimulai dengan mengutip sebuah pernyataan yang dibuat oleh seorang rabi (yang tidak diberi nama):

Kata echad dalam bahasa Ibrani berfungsi dengan cara yang persis sama dengan kata one dalam bahasa Inggris.

Artikel ini selanjutnya mengatakan bahwa rabi itu “lalai menyebutkan, bahwa ada dua kata untuk ‘satu’ dalam bahasa Ibrani”.

Singkatnya, artikel ini menuduh rabi ini telah menutupi bukti penting yang membenarkan kasus trinitarian. Artikel itu melanjutkan:

ketika hal ini menjadi jelas, Anda akan melihat bahwa seluruh maksud dari kata Eschad menjadi sangat jelas.

Dengan kata lain, rabi ini dituduh telah menggelapkan perkara dengan menahan informasi penting bahwa ada dua kata Ibrani untuk “satu”. Ini merupakan tuduhan yang amat berani dari seseorang yang bahkan tidak dapat mentransliterasikan kata Ibrani untuk “satu”.

Bertentangan dengan apa yang dituduhkan terhadap rabi itu, saya menyatakan tanpa kekhawatiran akan kontradiksi faktual bahwa rabi itu justru benar ketika ia berkata, “Kata echad dalam bahasa Ibrani berfungsi dengan cara yang persis sama dengan kata ‘one’ dalam bahasa Inggris.” Atau dalam hal ini bahasa Mandarin, Jerman, dan Perancis. Sebaliknya, bertentangan dengan tuduhan yang ditujukan terhadap sang rabi, rabi itu tidak lalai menyebutkan bahwa ada kata lain untuk “satu” dalam bahasa Ibrani, karena memang tidak ada kata lain untuk “satu” selain echad! Namun, pengkritik rabi dengan membabi buta mengikut seseorang yang bernama Nick Norelli, yang di dalam apa yang kita sebut “artikel kedua” tampaknya tidak lebih berpengetahuan tentang bahasa Ibrani dan dasar eksegesis Alkitabiah dibandingkan dengan pengkritik ini, tetapi tetap menulis sebuah artikel atas subjek ini yang memiliki “bentuk” ilmiah (penuh dengan catatan kaki) tetapi kurang berbobot.

Dalam artikel kedua yang ditulis Norelli,[4] Norelli tampaknya tidak memahami makna dasar dari kata Ibrani yachid yang ia sendiri timbulkan untuk dibahas. Mengenai kata ini ia mengatakan dengan tepat:

JPS Tanach 1917 menerjemahkan yachid sebagai only sebanyak 10 dari 12 kali kata itu muncul dalam teks Ibrani, dua kali yang lainnya diterjemahkan sebagai, solitary, dan 8 dari 10 kali itu kata itu dipakai untuk merujuk pada seorang anak tunggal.

Mari kita jelaskan apa yang dikatakan Norelli: Kata Ibrani yachid muncul 12 kali dalam Alkitab Ibrani; terjemahan JPS 1917 menerjemahkan yachid sebagai only (hanya, saja) sebanyak 10 kali, dan sebagai solitary (tersendiri, tunggal) sebanyak dua kali. Ini tepat.

Ini berarti menurut observasi Norelli sendiri, tidak satu kali pun kata yachid diterjemahkan sebagai “satu” dalam JPS Tanakh! Dengan kata lain, Norelli sendiri mengakui bahwa tidak sekali pun kata yachid pernah berfungsi sebagai kata Ibrani yang kedua untuk “satu”! Ia tampaknya tidak sadar bahwa ia sedang menyangkal tesisnya sendiri ketika ia mengakui (dengan tepat) bahwa makna dasar dari yachid adalah only (hanya, saja) alih-alih “satu”. Kata ini biasanya dipakai dalam konteks seperti only son (anak tunggal), tetapi “satu” bukanlah salah satu dari definisinya.

Sama membingungkannya, Norelli lalu menyediakan sebuah daftar yang berisi semua kata yachid yang dipakai dalam Alkitab. Berikut daftarnya, yang saya kumpulkan dari program Bibleworks. Nomor ayat sesuai dengan Alkitab Indonesia, bukan Alkitab Ibrani):

Kej 22:2               Ambillah anakmu yang tunggal itu

Kej 22:12             menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku

Kej 22:16             menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku

Hak 11:34           Dialah anaknya yang tunggal

Mzm 22:21         dan milikku satu-satunya (MILT)

Mzm 25:16         aku sendirian dan tertindas (MILT)

Mzm 35:17         dan satu-satunya milikku (MILT)

Mzm 68:7           tempat tinggal kepada orang-orang sebatang kara

Ams 4:3              sebagai anak tunggal bagi ibuku

Yer 6:26              seperti menangisi seorang anak tunggal

Am 8:10              perkabungan karena kematian anak tunggal

Za 12:10              seperti orang meratapi anak tunggal

Andai saja Norelli menyimak sekilas daftar ini, ia akan melihat bahwa kata “satu” tidak pernah muncul. Dalam Alkitab-alkitab Inggris, yachid secara konsisten diterjemahkan sebagai only (kecuali dua kali diterjemahkan sebagai lonely, atau “sendirian”, “sebatang kara” yang dalam bahasa Ibrani didasarkan pada konsep only). Meskipun dengan bukti di hadapan mata yang dikumpulkannya sendiri, Norelli tidak dapat melihat bahwa yachid berarti only (hanya, saja) dan bukan “satu”! Apa masalahnya? Permasalahannya merupakan sesuatu yang pernah saya alami sebelumnya: kebutaan yang disebabkan oleh trinitarianisme; kita menolak untuk melihat apa yang sudah jelas. Ini benar-benar mengerikan, dan kiranya Allah berbelas kasihan atas kita.

Jika Anda mengambil daftar 12 ayat ini ke sebuah kelas Alkitab, dan meminta setiap orang dalam kelas untuk membacakan ayat-ayat tersebut dalam berbagai versi Alkitab (Inggris atau Indonesia) sebanyak yang dapat mereka temukan, dan lihat apakah mereka dapat menemukan bahkan satu versi yang menerjemahkan yachid sebagai “satu”.

Apa yang “lalai disebutkan” Norelli (menggunakan ungkapan yang secara tidak adil dikenakan kepada sang rabi) adalah fakta ini: Sementara Norelli dengan tepat mencatat bahwa yachid muncul 12 kali dalam Alkitab Ibrani, ia gagal menyebutkan fakta krusial bahwa echad muncul 977 kali! Sebuah kekhilafan kecil? Atau apakah ini sebuah tindakan yang disengaja untuk menutupi bukti penting dalam memahami arti “satu”?

Anda tentu ingat bahwa di artikel yang pertama, pengkritik rabi dengan yakin menegaskan bahwa ada dua kata Ibrani untuk “satu”, sambil memberi kesan bahwa kedua kata itu begitu erat terkait sehingga tidak dapat dibedakan secara semantik, berbeda hanya dalam satu hal, yaitu yachid adalah “satu” dalam arti tunggal, sedangkan echad bisa jadi tunggal atau gabungan, sehingga memberi dukungan kepada trinitarianisme. Jika ini memang benar, kita akan melihat distribusi yang luas dari kedua kata itu di sepanjang Alkitab Ibrani. Namun, statistik menunjukkan bahwa hal ini sepenuhnya palsu (977 versus 12).

Hanya echad ditemukan di sepanjang Alkitab, sedangkan yachid muncul hanya dalam konteks-konteks terbatas. Sebagai contoh, yachid muncul 3 kali di Kejadian 22 untuk merujuk kepada anak “tunggal” Abraham Ishak, dan hal ini sendiri merupakan seperempat dari semua kemunculan yachid di dalam Alkitab! Dari 12 kali kemunculan yachid, 8 merujuk kepada seorang anak tunggal, dan ini sendiri merupakan dua pertiga dari semua referensi. [5]

Dengan perbedaan statistik sebesar 977 versus 12, perbedaan semantiknya dikaburkan oleh kontras numerikal ini. Penulis kedua artikel ini telah “membodohi” (taken us for a ride) kita. Atau barangkali mereka sendiri terlebih dulu telah dibodohi orang lain. Artikel-artikel yang ditulis berdasarkan premis yang sama yang termotivasi oleh doktrin seperti ini, banyak sekali beredar di Internet dan di beberapa buku.

Biarlah dinyatakan dengan tegas bahwa echad merupakan satu-satunya kata untuk “satu” dalam bahasa Ibrani, dan kata yachid (only) tidak akan pernah dapat menggantikan “satu” di dalam Shema (Ul 6:4). Coba baca ayat itu dengan menggantikan kata “satu” dengan only! Namun, Norelli berargumentasi bahwa yachid adalah “satu” secara tunggal, sedangkan echad bisa jadi tunggal atau gabungan untuk membuat Allah menjadi sebuah trinitas. Anda dapat merancang kemenangan dangkal dengan membuat aturan sendiri, atau dalam kasus ini mengarang-ngarang definisi sendiri, tetapi pada akhirnya Anda hanya menipu diri sendiri dan orang lain, dan ini bukanlah hal yang bijak untuk dilakukan karena melibatkan firman Allah. Pada akhirnya, kepada Allah yang hiduplah kita harus mempertanggung-jawabkan diri kita.

Berkenaan dengan fakta bahwa angka “satu” bisa memiliki makna tunggal atau gabungan, bukankah ini juga berlaku untuk semua bahasa utama yang lain? Kita dapat berbicara tentang satu pribadi atau satu keluarga, jadi bagaimana “satu” harus dimengerti dalam bahasa apa pun ditentukan dari kalimat itu secara keseluruhan, bukan dari kata “satu” itu sendiri. Dengan sendirinya kata “satu” tidak dapat dipakai untuk membuktikan bahwa Allah itu sebuah trinitas hanya karena “satu” bisa mengambil makna kesatuan. Arti kata “satu” dalam Ulangan 6:4 hanya dapat ditentukan dari ayat itu atau dari konteksnya, dan keduanya sama sekali tidak memberikan indikasi adanya Allah tritunggal, atau dalam kasus ini “Yahweh” yang tritunggal.

Untuk mengilustrasikan hal tersebut, pernyataan “tidak ada satu belalang pun yang tinggal di seluruh daerah Mesir” (Kel 10:19) mengacu kepada belalang tunggal secara numerik, bukan dua atau tiga belalang menyatu menjadi satu. Di sisi lain, frasa one man bisa mengacu kepada seorang manusia secara numerik (“Abraham was only one man, yet he got possess­ion of the land”, Yeh 33:24) atau satu kesatuan dari sekelompok orang (“they came out as one man”, 1Sam 11:7). Jadi makna dari one man—apakah tunggal numerik atau gabungan—ditentukan oleh konteks, baik oleh kata he tunggal (Abraham), atau kata they jamak (orang Israel). Catatan: echad (“satu”) dipakai dalam semua ayat tersebut.

Tampaknya Norelli berusaha memperoleh semacam pengaruh psikologis atas para pembacanya, dengan meninggalkan sebuah tanda tanya dalam pikiran mereka: Barangkali, barangkali saja, kata “satu” (“Yahweh Allahmu itu satu”) harus dimengerti sebagai sebuah “satu” gabungan dan dengan demikian sebagai sebuah rujukan kepada Trinitas. Jika Norelli berhasil meninggalkan tanda tanya ini dalam benak para pembacanya, ia sudah mencapai objektifnya sekalipun ia tahu persis bahwa argumentasinya tidak membuktikan apa-apa.

Namun, siapa saja yang mengizinkan tanda tanya itu mengendap di pikirannya akan menjadi korban yang mudah bagi kesalahan politeisme trinitarian yang merusak iman biblika. Alkitab Ibrani bersifat monoteistis ketat tanpa kompromi, sebuah fakta yang tidak akan diperdebatkan oleh sarjana Alkitab yang bertanggung jawab. Mengingat Shema dari Ulangan 6:4 dikutip dalam kedua artikel tersebut, mari kita melihatnya sekali lagi: “Dengarlah, hai orang Israel: Yahweh itu Allah kita, Yahweh itu esa (satu)!”

Penulis kedua artikel tersebut sebenarnya lebih berani dari kebanyakan trinitarian yang lain karena mereka menerapkan arti “satu” gabungan kepada Yahweh alih-alih kepada Allah. Dalam ayat ini, “satu” merujuk secara spesifik kepada Yahweh, yang segera merobohkan argumentasi mereka. Mengapa? Kata “Yahweh” muncul 6,828 kali dalam Alkitab Ibrani. Kata ganti tunggal “aku” dan bukan kata ganti jamak “kami” dipakai setiap kali Yahweh merujuk kepada Diri-Nya Sendiri sebagai orang pertama. Demikian pula, ketika Yahweh dibicarakan sebagai orang ketiga, kata ganti tunggal “Ia” atau “Dia” selalu dipakai, bukan “Mereka”. Melawan bukti yang berlimpahan ini, Norelli berusaha memperjuangkan kemungkinan kata “satu” memiliki arti gabungan di Ulangan 6:4.

Jika pronomina tunggal orang pertama dan ketiga (“Aku” dan “Ia”) yang muncul ribuan kali itu tidak cukup bukti bagi Norelli dan yang lain yang sepandangan dengannya, bagaimana dengan ayat-ayat yang menyatakan bahwa Yahweh adalah Allah dan “tidak ada yang lain” (misalnya Yes 45:5, “Akulah Yahweh dan tidak ada yang lain; kecuali Aku tidak ada Allah”)? Perhatikan sekali lagi pronomina orang pertama tunggal (“Aku”).

Akan tetapi, mereka yang menutup matanya kepada kebenaran tidak akan dapat dibujuk dengan bukti Alkitabiah sebanyak apa pun. Apakah mungkin sebenarnya trinitarianisme-lah yang sebenarnya mereka pedulikan, dan bukan kebenaran Alkitab? Tidak mengherankan rabi yang dikutip dalam artikel yang pertama mengungkapkan rasa frustasi terhadap argumentasi trinitarian yang didasari oleh penjelasan echad yang palsu itu. Ia bisa saja menyatakan terus-terang bahwa argumentasi ini nonsens, tetapi cukup sopan untuk tidak mengatakan demikian.

Apakah mungkin kedua penulis itu tidak tahu bahwa “Yahweh” bukanlah sebuah nama umum untuk Allah, tetapi sebuah nama pribadi untuk Allah Israel? Bagaimana mungkin sebuah nama pribadi mempunyai referensi multi-pribadi? Bagaimana mungkin sebuah nama pribadi seperti Yahweh atau Yesus Kristus atau William Shakespeare, ketika digunakan secara referensial, merujuk kepada lebih dari satu pribadi tertentu? Dalam bidang kesarjanaan biblika, “Yahweh” bukanlah satu cara umum untuk merujuk kepada Allah. “Yahweh” juga bukan sinonim untuk “Allah”. Zondervan Encyclopedia of the Bible, “Names of God”, mencatat:

Jika El (allah) merupakan sebuah istilah umum untuk keilahian dalam pikiran orang-orang di daerah-daerah Alkitab dan Timur Dekat Kuno, nama Yahweh adalah nama Ibrani yang spesifik untuk Allah … Adalah signifikan bahwa pemakaian nama ini [Yahweh] untuk Allah merupakan sesuatu yang unik kepada bangsa Israel. Bangsa-bangsa Semit yang lain tampaknya tidak mengetahuinya atau setidaknya tidak memakainya untuk merujuk kepada Yang Ilahi kecuali melalui kontak dengan orang Ibrani yang membawanya kepada perhatian mereka. Nama itu adalah milik khusus umat perjanjian.

Sebagai nama Allah Israel yang dinyatakan secara khusus (Kel 3:14), “Yahweh” bukanlah sebuah referensi multi-pribadi. Nama itu merujuk kepada Dia saja, dan Ia telah menyatakan bahwa “tidak ada Allah kecuali Aku” (Ul 32:39; bdk. Yes 44:8; 45:5, dll.). Hal ini sudah dinyatakan dalam Perintah yang Pertama: “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku” (Kel 20:3; Ul 5:7). Pada Hari itu, dapatkah kedua penulis artikel tersebut berharap untuk lolos dari tuduhan serius karena telah melanggar Perintah Pertama?

Saya telah merespon dengan nada keras kepada kedua penulis artikel yang eksposisinya begitu kurang bermutu sehingga tidak layak untuk sebuah studi firman Allah. Oleh karena firman Allah adalah “firman kehidupan”, mereka yang tidak berhati-hati “membagikannya dengan tepat” (2Tim.2:15 ILT) harus mempertanggung jawabkan dirinya kepada Allah yang hidup karena telah memimpin orang lain ke dalam kesalahan. Menguraikan Kitab Suci bukanlah sebuah permainan untuk orang-orang yang mempunyai terlalu banyak waktu. Kita harus berjuang untuk memahami kebenaran Allah tanpa memedulikan harga yang harus dibayar, termasuk doktrin-doktrin yang kita sayangi. Hanya kebenaran Allah yang harus menang jika kita ingin masuk ke dalam hidup yang kekal. Atas alasan yang sama, saya akan dengan hormat dan dengan pikiran terbuka memperhatikan semua eksposisi firman Allah yang benar-benar berkomitmen kepada kebenaran.

[1] Shema aslinya merujuk kepada proklamasi sakral di Ulangan 6:4 tetapi telah diperluas untuk mencakup Ulangan 6:4-9 dan 11:13-21, dan Bilangan 15:37-41.

[2] http://www.reocities.com/bicwyzer.geo/Christianity/eschad.html, seperti apa adanya pada 31 Maret 2013.

[3] Kata Ibrani untuk “satu” (אֶחָד) kadang-kadang ditransliterasikan sebagai echad. “c” ditambahkan sebelum “h” untuk menandakan “h” keras atau parau berbeda dari “h” lembut. Dalam beberapa buku, “h” keras ditunjukkan dengan menempatkan sebuah titik di bawahnya (ḥ), tetapi keyboard Inggris tidak dapat mengetiknya dengan mudah, jadi titik itu sering dihilangkan atau “h” ditransliterasikan sebagai “ch”. Namun penulis artikel tidak tahu semua ini, jadi ia mengarang-ngarang eschad yang non-eksisten, tetapi mempunyai keberanian untuk mengkritik seorang rabi yang menghabiskan seluruh hidupnya untuk mempelajari Kitab Suci Ibrani, sesuatu yang jelas belum dilakukan oleh pengkritiknya.

[4] rdtwot.files.wordpress.com/2007/06/yachid-vs-echad.doc, seperti apa adanya pada March 31, 2013.

[5] Empat yang lain tidak merujuk kepada seorang anak tunggal, dan ditemukan dalam kitab Mazmur dan para penerjemah Alkitab mengalami kesulitan untuk menemukan terjemahan yang sesuai untuk yachid yang sesuai dengan konteks.