Pastor Eric Chang | Matius 12:31-32 |

Di pesan yang lalu, kita telah membahas firman yang indah di Matius 12:30, “Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan.” Kita melihat apa arti dari kalimat ‘bersama Kristus’. Dan kita juga telah melihat bahwa sekadar ‘mendukung Kristus’ tidaklah cukup. Ada banyak orang Kristen yang hanya sekadar mendukung Kristus dalam berbagai pengertian. Mereka bersedia bersorak buat dia akan tetapi mereka tidak mau ikut berada di dalam medan perang bersama dia.

Yesus berkata kepada setiap orang Kristen bahwa, kita entah akan mengumpulkan bersama Dia atau mencerai-beraikan. Saat kita melihat pada 1 Korintus 3:10-17, kita mendapati bahwa hal ini berkaitan dengan perkara mengumpulkan Jemaat atau mengumpulkan umat Allah. Pertanyaannya adalah apakah Anda bekerja untuk membangun orang lain di dalam iman, membangun Gereja Allah? Anda adalah elemen di dalam Gereja Allah, akan tetapi Anda juga dipanggil untuk membangun orang lain. Perikop di Korintus ini berkaitan dengan hal membangun orang lain, tentang dengan bahan baku apakah Anda sedang membangun Gereja Kristus. Itulah pokok utamanya.

Di pesan ini kita akan melihat Matius 12:31-32, firman yang menimbulkan banyak persoalan bagi para penafsir dan orang Kristen pada umumnya. Akan tetapi jika hati kita terbuka untuk Tuhan, firman ini tidaklah begitu sukar untuk dipahami.

Sebab itu Aku berkata kepadamu: Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni. Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datangpun tidak.

Mari kita baca juga ayat 33-35

Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal. (Perhatikan bahwa di sepanjang bagian bacaan ini, ada pembedaan antara yang baik dan yang jahat; pohon yang baik dengan pohon yang tidak baik di ayat 33) Hai kamu keturunan ular beludak, bagaimanakah kamu dapat mengucapkan hal-hal yang baik, sedangkan kamu sendiri jahat? Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati. (Perhatikan sekali lagi, pembedaan antara yang baik dan yang jahat berlangsung sampai ayat 35) Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum.


Kesampingkan doktrin serta prasangka

Ini adalah perikop yang sangat penting. Kali ini kita akan memusatkan perhatian pada ayat di 31-32 saja, tentang hujat terhadap Anak Manusia, dan hujat terhadap Roh Kudus.

Sering kali, sebuah perikop di dalam Kitab Suci terasa begitu sulit untuk kita pahami karena kita membawa berbagai prasangka di dalam pikiran kita. Kita harus mempelajari Firman Allah dengan hati yang benar-benar terbuka tanpa membawa prasangka apa pun. Jika Anda ingin mempelajari Alkitab, pelajarilah dengan hati yang terbuka, dengan berkata, “Tuhan, aku datang kepadaMu dan aku terbuka untuk diajar sepenuhnya. Aku tidak membawa prasangka, aku tidak mempertahankan dogma apapun, tidak ada doktrin yang kupandang lebih penting daripada FirmanMu.”

Sangatlah merbahaya jika Anda berpegang pada ide-ide tertentu, yang sudah kuat tertanam dalam benak Anda dan Anda akan menutup diri saat mempelajari Alkitab. Anda tidak akan mau mendengarkan sekalipun itu kebenaran dari Firman. Dengan sikap demikian, saat Alkitab menyatakan hal yang tampaknya berbeda dengan doktrin yang telah Anda anut, Anda akan menolaknya. Ini adalah hal yang paling berbahaya!

Masuklah  ke dalam Firman Allah dengan hati yang benar-benar terbuka, yang berkata, “Tuhan, berbicaralah kepadaku.” Dan jika apa yang disampaikan oleh Alkitab bertentangan dengan doktrin yang Anda anut, maka yang harus Anda korbankan adalah doktrin itu, bukannya Alkitab.

Beberapa dari kita, saat masih baru menjadi Kristen, mendapat pengajaran tentang berbagai macam doktrin. Setelah kita mendalami Firman Allah, kita menemukan bahwa doktrin-doktrin itu tidak cocok dengan Alkitab, apa yang akan kita lakukan? Apakah kita akan berpegang pada doktrin kita dan mengabaikan Alkitab? Janganlah melakukan hal ini. Ini adalah jalan yang pasti untuk menuju kebinasaan!

Saya ingat bagaimana berulang kali Firman Allah membuat saya merasa tidak nyaman. Firman Allah menyatakan hal-hal yang tampaknya bertentangan dengan doktrin yang telah saya terima. Sebagai contoh, saya bertumbuh di dalam doktrin ‘sekali selamat tetap selamat’, doktrin ini saya yakini tanpa saya pertanyakan lagi. Namun ketika saya belajar Firman Allah, saya menjadi bingung karena ada begitu banyak ayat yang bertentangan dengan doktrin ini. Dan apa yang saya lakukan saat itu? Apakah saya mengabaikan Kitab Suci dan berpegang pada doktrin yang telah diajarkan kepada saya?

Sangatlah merbahaya jika saya berbuat seperti. Bahkan lebih buruk lagi adalah jika kita mempelajari Alkitab dengan hati yang dipenuhi oleh dosa. Hati yang berisi dosa tidak akan bisa terbuka untuk menerima kebenaran. Inilah alasan mengapa orang non-Kristen seringkali mendapati bahwa sulit sekali menerima Firman Allah karena ia merasa terusik karena dosa-dosanya terungkap. Namun, saya mohon kepada Anda, pelajarilah Alkitab dengan hati yang terbuka dan suci.

Mengapa ayat-ayat ini sangat sulit? Karena banyak orang yang berkata, “Yah, tentunya Allah tidak akan menolak untuk memaafkan orang.” Karena Anda berpegang pada konsep bahwa tidak mungkin Allah tidak mengampuni maka sama seperti para teolog, Anda akan kesulitan saat berhadapan dengan ayat di Matius 12:31-32 ini karena intinya bertentangan dengan doktrin yang Anda pegang itu.

Lalu, pilihan Anda adalah menjelaskan ayat-ayat itu dengan membeloknya sedemikian rupa ia menjadi cocok dengan doktrin Anda. Anda akan berdalih, tentunya ada maksud lain dari apa yang mau disampaikan oleh ayat tersebut. Dengan demikian Anda mulai menyelewengkan Firman Allah, berusaha membuatnya masuk akal. Anda akan berusaha untuk berkata ada makna lain selain dari yang sangat jelas itu. Saya mohon kiranya Anda akan datang dengan setulus hati pada Firman Allah dan berkata, “Tuhan, apapun yang Engkau katakan, aku akan menerimanya apa adanya. Aku tidak akan berusaha untuk menyelewengkan maknanya sekali pun tidak sesuai dengan pengharapan saya.” Jadilah orang yang mengasihi kebenaran dan bersedia dipimpin kebenaran tidak kira ke mana pun kebenaran itu memimpin kita. Janganlah terpaku hanya dengan pemikiran-pemikiran kita sendiri.

Marilah kita hampiri ayat-ayat tersebut dan juga seluruh Alkitab dengan sikap hati yang terbuka ini. Apakah ayat-ayat itu benar-benar sulit? Apa kerumitannya? Dari sudut pandang eksegesis, tidak ada masalah dengan tata bahasanya. Satu-satunya persoalan adalah seperti yang telah saya sebutkan tadi, yaitu karena kita menghampirinya dengan membawa ide-ide yang tertanam di benak kita. Cobalah menghampirinya tanpa membawa pemikiran-pemikiran yang kaku dan Anda akan terkejut mendapati bahwa ayat-ayat ini menyatakan kebenaran tentang Allah kepada kita dengan cara yang sangat gamblang dan mudah dipahami. Ini adalah prinsip mendasar di dalam mempelajari Firman Allah. Selalu terbuka kepada Allah. Biarlah Dia berbicara dan bukalah telinga serta hati Anda.


Apakah perbedaan antara menghujat Yesus dengan menghujat Roh Kudus?

Pertanyaan pertama yang ingin saya bahas dari bacaan ini adalah: apakah bedanya antara menghujat Anak Manusia, yaitu Yesus, dengan menghujat Roh Kudus?

Ada dua macam hujatan di sini. Dikatakan di ayat 31: Sebab itu Aku berkata kepadamu: Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni. Sisi positif dari pernyataan ini adalah bahwa tidak ada dosa yang tidak bisa diampuni, kecuali satu. Dan bagian kedua dari sisi positif ini terdapat di ayat 32: “Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni.” Anda boleh menghujat Anak Manusia. Siapa itu Anak Manusia? Anak Manusia adalah Yesus. Dia adalah Kristus. Dan jika Anda menghujat Anak Manusia, hal itu akan diampuni. “Tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datangpun tidak.” Jadi, segala dosa bisa diampuni kecuali satu, dosa terhadap Roh Kudus. Jika Anda mengucapkan sesuatu hal yang menentang Roh Allah, maka untuk hal itu tidak ada pengampunannya.

Sebelum kita mencari tahu apa itu dosa terhadap Roh Kudus, pertama-tama kita perlu meneliti mengapa Anda bisa menghujat Anak Manusia, dan juga melakukan dosa-dosa yang lainnya, dan tetap diampuni? Mengapa orang bisa sampai menghujat Anak manusia? Jadi, bagaimana kita bisa membedakan apa yang disebut hujat terhadap Anak Manusia, yaitu Yesus, dan hujat terhadap Roh Kudus?


Kita menghujat Yesus karena kita tidak tahu siapa dia itu

Penjelasannya terletak tidak jauh dari sana. Yohanes Pembaptis berkata kepada orang banyak, “Di tengah-tengah kamu berdiri orang yang tidak kamu kenal.” Yesus berdiri di tengah orang banyak itu, di dalam darah dan daging, sama seperti manusia yang lainnya, dan orang-orang itu tidak tahu siapa dia. Ini berarti bahwa Anda bisa berbuat dosa terhadapnya di dalam ketidak-tahuan Anda. Dosa di dalam ketidak-tahuan itu bisa diampuni. “Bapa, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Mereka telah melakukan segala macam dosa terhadap Yesus, termasuk menyalibkan dia. Hal ini lebih buruk dibandingkan sekadar mengucapkan penghinaan kepada Yesus. Menyalibkan Yesus yang diutus Allah adalah jelas-jelas merupakan suatu tindakan menentang dia. Akan tetapi, Yesus mengampuni mereka. Dan Allah mengampuni mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Mereka bertindak dalam kebodohan. Ini adalah hal yang penting untuk diperhatikan.

Namun saat Anda berbuat dosa terhadap Roh Kudus, Anda tidak lagi bertindak karena ketidak-tahuan. Ini adalah poin perbedaan pertama yang perlu diperhatikan. Ini menunjukkan terdapat suatu bentuk sikap hati. Kita akan kembali lagi nanti untuk melihat sikap hati yang seperti apakah itu. Mari kita amati perbedaan yang pertama ini. Kita berbuat dosa terhadap Yesus di dalam ketidak-tahuan karena kita tidak tahu siapa dia.

Saya tidak tahu siapa Yesus itu saat saya belum menjadi Kristen, jadi, saya berbuat dosa terhadap Yesus. Saya meremehkan orang Kristen, saya menentang Gereja, jadi, saya berbuat dosa. Saya tidak tahu siapa Yesus itu. Nama Yesus tidak ada artinya bagi saya. Anda mungkin telah menyebutkan nama Yesus secara sia-sia karena Anda tidak tahu dan tidak mengenal dia.


Natanael

Misalnya, seorang yang baik seperti Natanael, di Yohanes 1:46, ketika diberitahu, “Kami telah bertemu dengan Mesias.” Natanael berkata, “Bisakah sesuatu yang baik datang dari Galilea?” Ini adalah ucapan yang sangat kasar.  Dia sedang berkata, “Apakah kamu bermaksud mengatakan bahwa Mesias datang dari Galilea? Bisakah sesuatu yang baik datang dari Galilea.” Sudah jelas, Natanael ini adalah orang Yudea. Dan dia mempunyai penilaian seperti ini terhadap Yesus yang datang dari Galilea sebelum dia bertemu sendiri dengan Yesus. Hanya setelah itu dia berkata, “Engkau pastilah Anak Allah!” Matanya terbuka, akan tetapi dia telah berbuat dosa, dalam arti, dia telah mengucapkan sesuatu hal yang menentang Yesus, meremehkan Yesus. Dan apakah itu hujat?

Hujat adalah segala bentuk ucapan yang jahat terhadap seseorang. Mengucapkan hal-hal yang jahat tentang orang tersebut. Itulah hujat. Makna kata ini pada dasarnya adalah menjelek-jelekkan, menyatakan hal-hal yang buruk tentang seseorang. Dan tentu saja, Natanael sudah melakukannya.


Paulus menghujat Yesus tetapi tidak terhadap Roh

Namun Paulus melakukan hal yang lebih buruk lagi dibandingkan dengan Natanael. Seperti yang dikatakan oleh Paulus di 1 Timotius 1:13, dia sangat bersalah dalam hal menghujat Yesus. Inilah pengakuan Paulus di 1 Timotius 1:13-14 –

Aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihani-Nya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman. Malah kasih karunia Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku dengan iman dan kasih dalam Kristus Yesus.

Di sini, rasul Paulus mengakui tiga hal: Penghujat, penganiaya (dia adalah salah satu orang yang menghukum mati Stefanus dan dia juga memenjarakan beberapa orang lainnya) dan seorang yang ganas. Jadi, dia melakukan kesalahan yang sangat besar. Akan tetapi, dia diampuni.

Dari hal ini Anda dapat melihat perbedaan antara menghujat Kristus dengan menghujat Roh. Satu hal yang tidak dilakukan oleh Paulus adalah menghujat Roh. Mengapa demikian? Karena hati Paulus adalah hati yang selalu terbuka untuk Allah. Hatinya selalu dipenuhi oleh semangat untuk Allah. Dia menyebutkan hal ini di Filipi 3:6, yaitu bahwa dia telah dipenuhi oleh semangat itu sebelum dia menjadi orang Kristen. Maksud Paulus adalah: Aku menganiaya orang-orang Kristen karena dorongan semangat yang salah arah. Aku sangat mengasihi Allah, akan tetapi aku malah menganiaya orang Kristen. Paulus memiliki satu prinsip di dalam hidupnya, bahkan sebelum dia menjadi Kristen, yaitu untuk menjalani hidup dengan hati nurani yang baik di hadapan Allah. Ini adalah hal yang sangat penting, dan nanti, saya akan kembali untuk membahas masalah hati nurani ini. Di Kisah 23:1 dan juga di Kisah 24:16, dia berkata, “Aku selalu hidup di dalam hai nurani yang baik di hadapan Allah, sampai dengan hari ini.”


Allah berbicara kepada Anda melalui hati nurani Anda

Mengapa perkara hati nurani ini sangat penting? Alasan sederhananya adalah karena Allah berbicara kepada kita melalui hati nurani ini. Saya ingin agar Anda bisa memahami ini sebagai seorang Kristen. Roh Allah berbicara kepada Anda melalui hati nurani Anda. Hati nurani Anda adalah semacam alat yang diberikan oleh Allah kepada Anda lewat mana Dia berbicara kepada Anda. Setiap orang yang menghancurkan hati nuraninya akan binasa.  Tidak lagi ada harapan yang tersisa untuk orang seperti ini, hal ini akan kita lihat nanti.

Apakah arti pentingnya hati nurani itu? Orang-orang Kristen sekarang tidak banyak yang mengerti tentang hati nurani. Malahan, mereka jarang sekali berbicara tentang hati nurani. Sudah waktunya untuk orang Kristen untuk mengerti apa itu hati nurani. Roh Kudus berbicara kepada Anda melalui hati nurani Anda. Anda harus menjaga kepekaan hati nurani Anda setiap saat. Dapat dikatakan bahwa hati nurani adalah peralatan komunikasi rohaniah Anda. Semacam radio lewat mana Allah berbicara kepada Anda. Jika Anda mematikannya, maka Anda akan binasa!

Tanpa hati nurani, bagaimana Allah akan berbicara kepada Anda? Bagaimana Dia akan mengungkapkan dosa-dosa Anda jika Anda telah mematikan hati nurani Anda? Dan ada orang yang memang telah melakukan hal itu. Anda tidak akan bisa memiliki hati nurani yang baik jika apa yang Anda perbuat itu jahat, atau sikap hati Anda itu jahat.

Hal yang penting untuk diingat, sebagaimana yang kita lihat dari Roma pasal 2, adalah bahwa orang non-Kristen juga punya hati nurani. Hati nurani adalah saluran komunikasi terakhir antara mereka dengan Allah. Sekali pun dia hidup di dalam dosa, selama dia tidak mematikan hati nuraninya, maka Allah akan tetap berbicara kepadanya melalui hati nurani tersebut. Itu sebabnya orang non-Kristen juga merasa tidak enak setelah melakukan hal yang jahat, kecuali jika dia telah mematikan hati nuraninya.

Demikianlah, Paulus sangat peduli pada masalah hati nurani ini, dan setiap manusia Allah, setiap anak Allah, juga harus memiliki kepedulian yang sama. Hati nurani Anda haruslah peka terhadap Allah. Mampukah Anda, sebagai seorang Kristen, berkata bahwa Anda memiliki hati nurani yang baik? Ini adalah hal yang sangat penting. Apakah hati nurani Anda baik?

Hati nurani sebenarnya adalah pengganggu yang sangat merepotkan kita. Kita berusaha membantah hati nurani kita. Pernahkah Anda memperhatikan hal ini? Kita mencoba mematikan hati nurani kita karena ia sangat mengganggu kita. Namun, semakin keras Anda menekan hati nurani Anda, semakin keras pula suara yang keluar dari hati nurani Anda, dan semakin terganggu Anda jadinya.

Pada akhirnya, Anda akan melakukan salah satu dari dua hal ini. Hati nurani Anda akan mendorong Anda untuk mengambil pilihan. Apakah Anda akan mentaati suara Allah yang berbicara lewat hati nurani Anda, yang di Roma 2:15 disebutkan isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka. Atau, Anda akan menekan serta mematikan hati nurani Anda dengan berkata, “Aku tidak mau mendengarkan hati nurani lagi karena aku sudah tidak tahan lagi. Ia membuatku sangat tersiksa.”

Allah secara terus menerus memakai radio rohani ini di dalam hidup Anda, untuk berbicara dengan Anda. Dan Paulus, bahkan sebelum menjadi Kristen, adalah orang yang selalu menjaga kepekaan hati nuraninya di depan Allah. Inilah alasan mengapa Allah melalui Yesus bisa berbicara dengan dia, dan berbicara dengan penuh kuasa di jalan menuju Damsyik. Bagaimana dia bisa mendengar jika dia sudah menghancurkan hati nuraninya?

Allah juga berbicara kepada kita di masa kini, jika hati nurani kita peka dan mau mendengarkan. Sama halnya dengan radio, ada sebagian radio yang sangat sensitif. Mereka bisa menangkap gelombang siaran dari jarak jauh dan masih terdengar kuat dan jelas. Sebagian lagi tidak sensitif sehingga Anda bisa saja berteriak dari mikrofon dari satu sisi, namun tidak terdengar suara di radio tersebut, entah karena radionya tidak disetel dengan baik atau memang radio itu tidak mampu menangkap gelombang siarannya. Hati nurani orang adalah seperti radio. Ada orang yang hati nuraninya sangat peka. Mereka bisa mendengarkan suara Allah berbicara kepada mereka. Allah menunjukkan kepada mereka apa yang salah.

Itulah sebabnya mengapa di dalam hubungan antar sesama manusa, Anda tidak perlu berusaha membenarkan diri Anda. Jika Anda benar, Anda tidak perlu membela diri. Allah akan menunjukkan kepada orang lain bahwa Anda benar dan dia salah. Akan tetapi jika hati nurani orang itu tidak peka, boleh saja Anda berdebat sampai lidah Anda putus, dan orang itu tetap tidak akan mengakui kesalahannya karena dia tidak akan mau mendengarkan hati nuraninya. Karena alasan inilah, saya sering tidak merasa perlu untuk membela diri saya. Allah adalah hakim saya. Dan jika mereka memiliki hati nurani, Allah akan berbicara pada mereka nantinya. Tentu saja, jika mereka melakukan hal tersebut dalam ketidaktahuan mereka, dan mereka ingin mengetahui faktanya, maka kami akan menyajikan faktanya. Namun banyak orang yang tidak mau mendengarkan fakta. Jika mereka memang berminat pada fakta, maka mereka akan memintanya dari Anda. Namun karena mereka tidak memintanya dari Anda, berarti mereka memang tidak mau tahu. Dalam hal ini, apalah gunanya menyajikan fakta? Serahkan saja hal itu kepada Allah. Dia akan membela Anda. Jadi, kita bisa lihat sekarang bahwa iman dan hati nurani berkaitan sangat erat.


Iman dan hati nurani berkaitan erat di dalam Alkitab

Setelah berbicara tentang hati nurani, saya ingin mengajak Anda lebih jauh lagi, melangkah ke dalam hubungan antara iman dengan hati nurani. Karena banyak orang Kristen yang tidak memahami hubungan antara keduanya, mereka tetap tinggal di dalam iman yang lemah, iman mereka tidak pernah bertumbuh, atau lebih buruk lagi, mereka kehilangan imannya, kandaslah iman mereka (1 Timotius 1:19). Untuk membahas hal ini, saya akan beralih ke satu perikop di 1 Timotius dan menunjukkan kepada Anda bagaimana di dalam pasal ini rasul Paulus menunjukkan referensi yang konstan tentang hubungan penting antara iman dengan hati nurani.

Jika iman Anda lemah, jika Anda memiliki masalah dengan iman Anda, inilah saatnya bagi Anda untuk mempertanyakan hati nurani Anda. Saya telah sering melihat orang Kristen yang tidak bertumbuh. Apakah penyebab dari tidak bertumbuhnya iman mereka? Apakah karena kuasa Allah tidak cukup? Tidak, hal ini karena mereka tidak hidup di dalam hati nurani yang baik.

1 Timotius 1:5 berbunyi seperti ini:

Tujuan nasihat itu ialah kasih yang timbul dari hati yang suci, dari hati nurani yang murni dan dari iman yang tulus ikhlas.

Anda lihat, jika Anda tidak memiliki hati yang suci, maka Anda tidak akan memiliki hati nurani yang baik. Jika Anda belum memiliki hati nurani yang baik, maka Anda tidak akan memiliki iman yang tulus ikhlas. Itulah keseluruhan hubungannya. Jika ada yang salah dengan iman Anda, hal terbaik yang perlu Anda lakukan adalah mengamati hati nurani Anda. Jika ada yang salah dengan hati nurani Anda, maka Anda akan tahu bahwa hati Anda tidak suci.

Apakah bahayanya tidak memiliki hati nurani yang baik? Mari kita lihat sedikit lebih jauh lagi di ayat 19:

Beberapa orang telah menolak hati nuraninya yang murni itu, dan karena itu kandaslah iman mereka.

Iman mereka kandas, binasa, hilang dan tenggelam.

Saya tadi menyebutkan tentang doktrin ‘sekali selamat tetap selamat’. Mengapa mereka sampai menolak Kitab Suci yang berbicara dengan sangat gamblang tentang hal itu? Iman Anda tidak akan kandas jika Anda tidak pernah memiliki iman. Saya tidak akan mengalami kapal karam jika saya tidak naik kapal. Hanya jika Anda berada di atas kapal baru Anda bisa mengalami kapal karam. Hanya jika Anda memiliki iman baru Anda bisa bicara tentang iman yang kandas. Namun seperti yang telah saya katakan, kita menghampiri Kitab Suci dengan membawa serta pemikiran-pemikiran yang kaku di benak kita. Kita tidak mau mendengarkan apa yang disampaikan oleh Kitab Suci. Padahal Kitab Suci terang-terangan berbicara kepada kita bahwa ada orang yang terkandas imannya karena hati nurani mereka tidak bersih. Kita menolak kebenaran ini karena kita ingin membenarkan hati nurani kita yang jahat dan tidak mau menjalani hidup yang kudus yang menyenangkan hati Allah. Kejadiannya memang seringkali seperti  itu.

Kita berkata, “Seperti apapun cara hidupku, aku tetap diselamatkan.” Apakah Anda lebih suka mempercayai dusta daripada kebenaran? Paulus berkata, ‘menolak hati nuraninya yang murni,’ perhatikan bahwa dia tidak berkata ‘menolak iman’. Kata-katanya yang tertulis di sini adalah ‘menolak hati nurani’. Mereka tidak menolak iman. Yang mereka lakukan adalah menolak hati nurani dan hal inilah yang mengakibatkan mereka membinasakan iman mereka. Dengan kata lain, dengan menghancurkan hati nurani Anda, maka Anda sedang menghancurkan iman Anda. Hubungannya sangat jelas di sini. Saudara-saudariku, cermati baik-baik cara hidup Anda. Jika Anda menghancurkan hati nurani Anda, maka Anda akan berada dalam kebinasaan yang tak bisa diperbaiki lagi.

Di ayat 20, rasul Paulus menyebutkan dua di antara mereka yang telah kandas imannya: Himeneus dan Aleksander, yang telah kuserahkan kepada Iblis, supaya jera mereka menghujat. Perhatikan kata ‘menghujat’ yang menghubungkan kita dengan ayat yang sedang kita pelajari di Matius 12. Apakah yang telah terjadi dengan kedua orang Kristen ini? Iman mereka telah kandas, mereka telah sepenuhnya menghancurkan hati nurani mereka, sehingga tidak ada lagi yang bisa diperbuat oleh Paulus selain menyerahkan mereka kepada Iblis, supaya mereka jera menghujat, karena mereka telah menghancurkan dan mengandaskan iman mereka. Hal ini cukup mengerikan dan mengingatkan kita pada 1 Korintus 5, tentang seseorang yang Paulus serahkan kepada Iblis juga, karena dia telah menghancurkan hati nuraninya dan melakukan dosa hubungan seksual dengan anggota keluarga sendiri, suatu hal yang lebih buruk dari dosa perzinahan.

Itulah yang dikatakan oleh Kitab Suci; ini bukan omongan saya. Inilah peringatan dari Kitab Suci bagi kita. Jika Anda menyangkal hati nurani Anda, maka iman Anda akan terkandas, Anda akan masuk ke dalam kekuasaan Iblis. Suatu hal yang sangat mengerikan.

Mari kita perhatikan lagi hubungan antara hal-hal yang telah kita sebutkan tadi: Anda mungkin saja melakukan hujat terhadap Yesus, sebagai orang non-Kristen, di dalam ketidaktahuan Anda. Akan tetapi jika seorang Kristen yang melakukan hujat, maka dia tidak melakukan hujat itu di dalam ketidak-tahuan, seperti Himeneus dan Aleksander. Saat mereka melakukan hujat, mereka tahu apa yang mereka perbuat karena mereka adalah orang Kristen. Sangatlah penting untuk mencermati prinsip ketidak-tahuan yang merupakan lawan dari kesengajaan.


Bagaimana seseorang menghujat Roh Kudus?

Kita masuk ke dalam poin yang berikutnya. Bagaimana seseorang melakukan dosa menghujat Roh Kudus?

Banyak pakar yang menilai bahwa dosa jenis ini adalah dosa yang hanya bisa dilakukan oleh orang Kristen saja; ini bukan dosa yang bisa dilakukan oleh orang non-Kristen, karena orang non-Kristen bahkan tidak mengenal siapa Roh Kudus itu, jadi bagaimana mungkin mereka bisa menghujat Roh Kudus? Penalaran semacam ini salah. Dosa melakukan hujat terhadap Roh Kudus tidak semata-mata dosa yang hanya bisa diperbuat oleh orang Kristen saja. Penjelasannya bisa dilihat dengan menganalisa apa arti menghujat Roh Kudus itu?

Mari kita bahas tentang bagaimana dosa jenis ini dilakukan. Pertama-tama perhatikan bahwa, di dalam perikop ini, orang-orang Farisilah yang menerima peringatan akan dosa penghujatan ini. Di Matius 12:24,

Tetapi ketika orang Farisi mendengarnya, mereka berkata: “Dengan Beelzebul, penghulu setan, Ia (Yesus) mengusir setan.”

Orang-orang Farisilah yang mengucapkan hal seperti ini, dan Yesus menyampaikan peringatan ini kepada mereka. Orang-orang Farisi ini bukanlah gambaran dari orang Kristen. Tentu saja, kita harus mengakui bahwa mereka adalah orang-orang yang religius. Mereka adalah orang-orang yang tentunya tahu tentang Roh Kudus, mereka bukan orang yang tidak tahu apa-apa, dan dalam pengertian ini, mereka bisa dikatakan sama dengan orang Kristen. Mereka tidak bisa dikatakan sebagai orang yang tidak percaya jika dikaitkan dengan hal pengetahuan tentang ajaran Kitab Suci. Orang-orang Farisi dididik menurut Kitab Suci. Namun mereka tetap bukanlah orang percaya sekalipun mereka tahu tentang Roh Kudus.

Bagaimana bisa mereka melakukan dosa semacam ini? Hal pertama yang perlu kita pahami secara khusus dalam hal orang Farisi dan orang Yahudi pada umumnya adalah bahwa mereka bahkan tidak berani menyebutkan nama Allah. Mereka menggunakan kata kiasan, yaitu ungkapan yang menunjuk kepada Allah. Sebagai contoh, mereka akan menyebut Allah dengan ungkapan “Yang Maha Tinggi,”  atau dengan istilah, “Yang Kudus,” atau juga dengan istilah, “Yang Maha Mulia” namun mereka tidak akan berani secara langsung menyebut kata “Allah.” Jadi, bagaimana mungkin mereka bisa bersalah menghujat Roh Kudus jika mereka tidak berani menyebutkan nama Allah apalagi Roh Kudus?

Ini berarti bahwa orang terakhir yang mungkin bisa melakukan dosa menghujat Roh – jika diartikan sebagai hujatan langsung terhadap Roh Kudus – adalah orang-orang Farisi itu. Mereka tidak akan pernah melakukan dosa ini karena mereka bahkan tidak berani menyebut nama Allah secara langsung. Mereka hanya menyebutkan, “Yang Maha Tinggi,” “Yang Maha Kudus,” “Yang Maha Mulia”. Mereka bahkan menggunakan istilah, “Surga.” Seringkali, di dalam tulisan para rabi Yahudi, yaitu Talmud, yang akan Anda temui adalah istilah “Surga” dan bukannya “Allah.” Arti ungkapan “Kerajaan Surga” tentu saja adalah “Kerajaan Allah.” Keduanya adalah hal yang sama; itu adalah satu contoh dari pemakaian kiasan.

Jadi, bagaimana mungkin orang Yahudi pada umumnya, dan orang-orang Farisi pada khususnya, bisa melakukan dosa semacam ini? Kita harus mengerti poin bahwa dosa penghujatan terjadi bukan karena Roh Kudus secara langsung disebut.

Dan poin ini terungkap secara jelas di Markus 3:29-30, perikop yang sejajar dengan yang ada di Matius ini. Di sana Yesus berkata, 

Tetapi apabila seorang menghujat Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun selama-lamanya, melainkan bersalah karena berbuat dosa kekal.” Ia berkata demikian karena mereka katakan bahwa Ia kerasukan roh jahat.

Satu cara untuk mempelajari Alkitab adalah dengan membandingkan sebuah perikop dengan perikop yang lainnya. Perhatikan bahwa di Matius 12:32 dikatakan, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datangpun tidak. Ini adalah cara lain untuk menyatakan bahwa hal itu tidak akan pernah diampuni. Ini adalah dosa yang kekal, dan inilah tepatnya hal yang disampaikan di Markus 3:29, yang berkata: ia tidak mendapat ampun selama-lamanya, melainkan bersalah karena berbuat dosa kekal. Jadi, tanpa perlu melihat buku tafsiran, Anda sudah bisa tahu apa artinya. Dosa yang kekal adalah dosa yang tidak mendapat pengampunan baik di masa kini maupun di masa yang akan datang – di dunia yang akan datang, atau dalam kekekalan.

Di Markus 3:30, alasan Yesus memberitahu mereka bahwa mereka bisa jadi akan melakukan dosa yang satu ini adalah, karena mereka katakan bahwa Ia kerasukan roh jahat. Perhatikanlah, mereka tidak menyebutkan tentang “Roh Kudus” sama sekali, akan tetapi mereka sebenarnya sedang berkata bahwa Roh Kudus, Roh yang bekerja melalui Yesus, adalah roh jahat. Ini adalah poin yang penting, ini berarti: dosa penghujatan terhadap Roh Kudus terjadi melalui implikasinya. Perhatikanlah hal ini, rujukan langsung terhadap nama Roh Kudus memang tidak ada, akan tetapi dosa itu terjadi lewat implikasinya, yaitu menghubungkan pekerjaan Kristus kepada roh jahat, implikasinya adalah menuduh Roh Kudus sebagai roh jahat. Ini adalah hal yang sangat penting untuk dicermati.


Kita berdosa menghujat Roh Kudus jika secara sengaja memilih kejahatan

Mengapa jika Anda berbuat hal yang semacam ini lalu Anda tidak akan pernah diampuni? Mengapa begitu? Mengapa dengan berbicara seperti ini berarti Anda telah memeteraikan nasib Anda selama-lamanya? Mengapa? Pertama-tama, perhatikanlah, yang diperhitungkan bukanlah ucapan itu sendiri melainkan sikap hati yang mendasarinya. Jadi, dosa ini dilakukan dengan sengaja, dan terjadi melalui implikasi. Secara sengaja berarti tindakan itu mengungkapkan sikap hati Anda yang telah memilih untuk berpihak ke mana.

Perhatikan Matius 12:34 yang berkata, “Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati.” Hal ini terjadi bukan karena mereka telah mengucapkan sesuatu hal, melainkan karena lewat kata-kata itu sikap hati mereka terungkap. Jika Anda mengeluarkan ucapan yang asal-asalan, hal itu saja sudah buruk. Akan tetapi orang-orang Farisi ini mengucapkan hal yang keluar dari hati mereka. Yaitu sikap hati mereka yang sudah menentang Allah. Apakah sikap hati mereka itu? Perhatikan ayat 33 dan selanjutnya, di sana ada pembedaan yang konstan antara yang baik dengan yang jahat. Poinnya adalah bahwa mereka telah membuat keputusan secara sadar untuk memilih entah yang baik atau yang jahat. Saat pilihan itu sudah ditetapkan, hal itu akan menentukan di mana kedudukan mereka selanjutnya.

Yang kami maksudkan adalah ini. Jika Anda adalah seorang Kristen, ingatlah akan Himeneus dan Aleksander, Demas, terlebih lagi Yudas: orang-orang ini telah membuat  suatu keputusan yang sudah diniatkan, sudah mengambil pilihan yang tegas antara yang baik dengan yang jahat. Jika Anda seorang non-Kristen, dan Anda secara sadar dan berniat memilih yang jahat, maka situasi Anda buruk sekali. Namun jika sebagai orang non-Kristen, Anda berkata, “Aku orang yang jahat, tapi aku ingin menjadi baik, aku sangat ingin dibebaskan dari belenggu dosa,” maka Anda masih punya harapan. Harapan apa yang terdapat pada orang yang berkata, “Aku tahu apa yang baik, tetapi aku tidak mau ada di dalamnya”? Orang-orang Farisi menghujat Roh Kudus karena ucapan mereka yang keluar dari sikap hati mereka. Apakah sikap hati mereka? Mereka lebih mengasihi yang jahat daripada yang baik. Seperti yang tertulis di Yoh 3:19 – tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat.

Perhatikan ungkapan yang penting di ayat 35:

“Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat.”

Perbendaharaan yang jahat? Bagaimana hal-hal yang jahat itu menjadi perbendaharaannya? Dengan cara menimbun kejahatan: dia mengasihi kejahatan, dengan demikian dia mengumpulkan kejahatan. Anda hanya akan mengumpulkan hal-hal yang Anda cintai. Anda tidak akan mengumpulkan hal-hal yang tidak Anda cintai. Dan orang-orang memang memilih yang jahat, dan hal itu berlangsung dalam proses yang bertahap dimulai dari pilihan Anda akan hal jahat yang remeh, lalu Anda  terus menerus memilih yang jahat-jahat, Anda menjadi semakin membangkang, Anda menjadi semakin keras kepala dan hati Anda terus mengeras. Ini adalah proses berkelanjutan yang sangat berbahaya. Anda tidak mau mendengarkan Firman Allah, Anda menolaknya, Anda membantahnya. Dan semakin Anda membantahnya, semakin Anda menolaknya, semakin keras pula hati Anda, semakin kuat tekad Anda untuk masuk ke dalam yang jahat. Ini adalah situasi yang mengerikan.

Ada sebagian orang yang mau mendengarkan Firman Allah, dan mereka mendengarkannya berhari-hari, berminggu-minggu dan berbulan-bulan, namun kenyataannya mereka menolak untuk memilih; dengan demikian mereka telah membuat satu pilihan, yaitu memilih untuk menolak, setidaknya untuk sementara waktu. Bahaya besarnya adalah bahwa hati Anda akan menjadi semakin keras dengan berjalannya waktu. Saat Anda mendengarkan teguran dari Firman Allah dan Anda menolaknya, akan tiba saatnya di mana Anda tidak akan menerima teguran lagi. Hati Anda sudah benar-benar tertutup.


Apakah Anda benar-benar menginginkan apa yang baik?

Setiap orang yang mencintai kegelapan, yang mengasihi kejahatan tidak akan mengasihi hal yang kudus, yang baik. Anda tidak akan bisa mengasihi keduanya di saat yang bersamaan. Sadarkah Anda bahwa Anda akan selalu harus membuat pilihan moral dalam kehidupan sehari-hari Anda? Ingatlah akan apa yang telah disampaikan tentang hal hati nurani. Anda sedang membuat pilihan moral

Pada akhirnya Anda akan masuk ke dalam bencana penghujatan terhadap Roh dengan terus menerus memilih yang jahat atau dengan enggan memilih. Dengan tidak memilih, sebenarnya Anda sudah membuat pilihan, yaitu untuk tidak memilih yang baik. Roh Kudus adalah Roh yang suci. Hanya orang yang sudah benci dan muak dengan dosa saja yang bisa datang kepada Allah; orang yang sudah muak dengan kejahatannya sendiri dan menginginkan apa yang baik.

Pertanyakanlah hal ini di dalam diri Anda. Jika Anda seorang non-Kristen, renungkanlah hal tersebut. Apakah Anda benar-benar menginginkan hal yang baik? Apakah mendengarkan Injil bagi Anda hanya merupakan latihan intelektual di mana Anda bisa mencari pengetahuan tambahan dari Alkitab dan Anda sekadar ingin mendengarkan tetapi tidak mau membuat keputusan? Atau, apakah Anda ingin memilih apa yang baik di dalam hati Anda? Apakah Anda berkata, “Aku memang ingin tahu apa yang baik itu karena aku ingin memilihnya. Aku ingin agar hatiku terbuka bagi kebenaran. Aku ingin menerima apapun hal yang baik, yang kudus, itu”?

Ada juga orang Kristen yang pada awalnya memilih apa yang baik, namun karena tergoda dan terpikat oleh dosa, mereka secara perlahan beralih kepada yang jahat. Ini sangat berbahaya. Selanjutnya mereka menjauh dari iman. Mereka menyangkal hati nurani mereka. 1 Timotius 4:2 adalah ayat yang menakutkan. Apa sebenarnya yang terjadi? Karena hati nurani itu terus saja mengganggu mereka, lalu mereka mematikan hati nuraninya. Dan jika Anda melakukan hal tersebut, maka Anda akan terjerumus ke dalam berbagai masalah. 1 Timotius 4:1 berbunyi,

Tetapi Roh dengan tegas mengatakan bahwa di waktu-waktu kemudian, ada orang yang akan murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan.

Anda tidak akan meninggalkan iman jika Anda tidak punya iman. Anda baru bisa meninggalkan iman kalau Anda memang pernah ada di dalamnya. Roh Kudus sendirilah yang mengatakan hal itu. Akan tetapi, orang Kristen zaman sekarang ini, bahkan para pendeta dan penginjilnya, menolak apa yang dikatakan oleh Roh. Mereka berkata bahwa Anda tidak akan terpisah dari iman. Anda tidak akan binasa. ‘Sekali selamat, Anda akan tetap selamat.’ Apakah itu yang dikatakan oleh Kitab Suci? Mengapa kita mengeraskan hati kita terhadap Firman Allah dan menyangkal hati nurani kita?


Hati nurani yang tersegel tidak bisa berkomunikasi dengan Allah

Tetapi Roh dengan tegas mengatakan bahwa di waktu-waktu kemudian, ada orang yang akan murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan oleh tipu daya pendusta-pendusta yang hati nuraninya memakai cap mereka. ‘Memakai cap (seared berarti memakai cap, disegel, hangus)’ di sini berarti terbuang, binasa, hangus, hancur. Hati nurani yang sudah hangus adalah hati nurani yang sudah binasa. Tak ada lagi sarana bagi Roh Kudus untuk berbicara kepada orang itu. Bagaimana Anda bisa menyelamatkan orang yang hati nuraninya sudah binasa? Jika seseorang menetapkan pilihannya kepada yang jahat berdasarkan niatnya sendiri atau pun hanyut ke dalamnya tanpa dia sadari, maka orang itu pada akhirnya akan menyegel hati nuraninya. Jika hati nurani Anda sudah disegel, maka Anda tidak akan dapat mendengarkan hati nurani Anda lagi, lalu bagaimana Allah bisa berbicara kepada Anda? Jika Allah tidak bisa berkomunikasi dengan Anda, maka Anda tidak akan meminta pengampunan. Dan jika Anda tidak pernah meminta pengampunan, bagaimana Anda bisa diampuni? Bagaimana Anda bisa diselamatkan? Segamblang itulah persoalannya. Kita sudah sampai pada jawaban yang jelas dari persoalan yang sedang kita pelajari.


Tanpa Roh Kudus, kita tidak bisa dimerdekakan dari kuasa Iblis

Apakah yang dikerjakan oleh Roh Kudus itu? Pekerjaan Roh Kudus sangatlah jelas di Matius 12:28. Yaitu membebaskan kita dari kuasa Iblis, dari kuasa yang jahat. Bagaimana Yesus mengusir roh jahat?  Dengan kuasa Roh Kudus. Ini berarti, tanpa Roh Kudus, kita tidak akan bisa merdeka dari roh-roh jahat itu, dari kuasa Iblis. Roh-roh jahat adalah pasukan Iblis, agen-agen Iblis yang bekerja buat dia. Itu sebabnya mengapa Yesus bekerja dengan kuasa Roh Allah untuk membebaskan kita.

Yesus berkata, “Anda boleh berbicara apapun tentang aku karena Anda tidak tahu siapa aku. Perlu waktu bagi Anda untuk bisa mengenal-ku. Aku mengerti akan hal itu. (Yesus sangat berpengertian.) Namun, apapun yang Anda perbuat, janganlah tutup hati terhadap Roh Kudus. Jika Anda melakukan hal itu, maka Anda akan binasa karena Roh Kudus tidak akan bisa memerdekakan Anda dari kuasa dosa.” Jika kita sudah mengerti bahwa pekerjaan Roh Kudus adalah untuk memerdekakan kita dari dosa; dari belenggu dan kuasa Iblis, maka kita akan bisa mengerti keseriusan menolak Roh Kudus.

Jika Anda menolak Roh Kudus dengan menghujat-Nya, lalu dengan cara apa Anda bisa dibebaskan dari kuasa dosa? Bagaimana Anda bisa dimerdekakan dari Iblis? Dan jika Anda tidak dimerdekakan dari dosa dan Iblis, bagaimana Anda bisa diampuni?


Dengan menghujat Roh Kudus Anda telah menolak pengampunan

Roh Kudus adalah karunia Allah, anugerah Allah, kepada kita. Jika Anda menghujat atau menolak Roh Kudus, berarti Anda telah menolak pengampunan. Jika Anda telah menolak pengampunan, bagaimana Anda bisa diampuni? Itu sebabnya, ini menjadi dosa yang tidak terampuni karena Anda sendiri telah menolak pengampunan itu. Saya kira hal ini tidak terlalu sulit untuk dipahami sekiranya kita datang pada Firman dengan hati dan pikiran yang terbuka serta sikap hati yang rela diajar.

Kita akan merangkum sekali lagi, Roh Kudus mewakili pengampunan Allah bagi kita. Roh Kudus menerapkan pengampunan Allah itu di dalam hidup kita dengan mematahkan kuasa Iblis, kuasa si jahat dan kuasa dosa di dalam hidup kita. Jika Anda menolak Roh Kudus, maka tentunya itu berarti Anda telah menolak pengampunan itu sendiri. Jika Anda menolak diampuni, sesuai dengan makna kehadiran Roh Kudus itu, maka Anda tidak akan pernah diampuni. Jelas sekali.


Peringatan: tetaplah memiliki hati nurani yang bersih dan terbuka bagi Allah

Satu poin terakhir, dan kita akan tutup. Apakah peringatan yang disampaikan kepada kita? Apa yang bisa kita pelajari dari pokok ini? Tentu saja, hal yang bisa saya pelajari dari pokok ini adalah memahami betapa pentingnya hati nurani, memahami bahwa Roh Kudus berbicara kepada kita melalui hati nurani kita. Saya berdoa, dengan kasih karunia Allah, kiranya saya boleh memiliki hati nurani yang selalu terbuka bagi Dia. Saya memohon kepada-Nya, “Tuhan, jika aku telah mengucapkan hal-hal yang salah, jika aku telah melakukan hal-hal yang salah, Engkau tahu isi hatiku, kumohon kepada-Mu, tunjukkanlah hal itu kepadaku. Ajarlah aku untuk memahaminya.” Jika saya mempunyai sikap hati yang semacam ini, tentu saja, saya tidak akan pernah tersesat. Dengan sikap hati semacam ini, saya tidak akan sesat karena Roh Kudus akan selalu menolong saya. Sekalipun saya berbuat dosa di dalam ketidak-tahuan saya, di dalam kebodohan saya, di dalam kelemahan saya, setiap dosa bisa diampuni kecuali dosa penolakan terhadap pengampunan itu sendiri. Saya akan merangkak kembali kepada Allah dan saya akan berkata, “Tuhan, berbelaskasihanlah kepada saya. Ampunilah kelemahan saya.” Seperti Daud yang berkata, “Arahkanlah pandangan-Mu kepadaku, aku ini hanya seorang manusia. Aku ini hanyalah debu. Kasihanilah aku. Ampunilah dosaku.” Dan saya tahu bahwa Dia akan mengampuni.


Jangan pernah lari dari Allah jika Anda berbuat dosa

Pelajaran lain yang perlu dipahami dari pokok ini adalah: jika Anda telah memahami bahwa Allah selalu bersedia mengampuni jika Anda mau meminta pengampunan-Nya – ini berarti Anda tidak perlu lari dari Allah saat kita berbuat dosa.

Namun, seringkali saat kita berbuat dosa, kita lari dari Allah karena kita merasa, “Aku penuh dengan dosa, sedangkan Dia itu maha kudus.” Tentu saja Dia itu kudus akan tetapi kekudusan-Nya adalah kekudusan yang menyembuhkan. Janganlah takut pada kekudusan-Nya. Namun bagaimana reaksi kita saat berbuat dosa? Kita tidak berani datang kepada Allah. Sama seperti Adam dan Hawa, mereka bersembunyi di balik semak. Mereka memetik daun ara dan menutupi tubuh mereka. Betapa sia-sianya hal itu.  Begitulah reaksi awal kita ketika pertama kali kita berbuat dosa.

Yang perlu kita pelajari dari sini adalah: saat kita berbuat dosa, hal yang paling kita butuhkan adalah pengampunan. Dan hanya Allah dapat memberikan pengampunan itu. Jadi kita harus belajar untuk mengubah sikap hati kita. Artinya, setiap kali kita berbuat dosa, kita harus kembali kepada-Nya. Dialah tempat pelarian dan benteng perlindungan kita. Lari dari Allah di saat kita berbuat dosa sama seperti orang sakit yang lari dari dokter setiap kali dia terkena penyakit. Sangat masuk di akal bahwa saat di mana kita paling membutuhkan Allah adalah saat kita berbuat dosa. Sungguh aneh reaksi yang melarikan diri dari Allah di saat Anda telah berbuat dosa! Jadi, marilah kita belajar dari hal ini.


Kristen atau bukan Kristen, keduanya bisa menghujat Roh Kudus

Terakhir, pokok yang harus kita pelajari dari sini adalah: jangan pernah mengeraskan hati Anda terhadap Allah. Satu hal yang tidak boleh Anda lakukan adalah menutup hati Anda. Itu adalah jalan menuju kebinasaan. Jemaat di Laodikia memilih jalur yang satu ini. Orang-orang Kristen juga memilih jalur yang satu ini. “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok.” Yesus berada di luar Jemaat! Saya bertanya-tanya, bukankah hal ini terjadi sekarang juga? Kita telah mengusir Yesus keluar dari hidup kita. Kita telah mengusirnya keluar dari Gereja yang ditebus oleh kematian dan hidupnya.

Penghujatan terhadap Roh Kudus bisa dilakukan baik oleh orang Kristen mau pun oleh orang non-Kristen. Hal ini tidak terbatas bagi orang Kristen saja. Dosa terhadap Roh Kudus bisa dilakukan baik oleh orang Kristen mau pun orang non-Kristen.

Kita telah melihat bahwa dosa tersebut adalah sikap hati yang menolak Allah, yang menutup hati bagi Allah. Jemaat di Laodikia sedang melakukan hal itu dan Yesus memperingatkan mereka, “Jika kamu tidak bertobat, Aku akan memuntahkanmu dari mulutku. Aku akan meninggalkanmu. Berhati-hatilah jangan sampai aku menghapus namamu dari Kitab Kehidupan.” Ini bukanlah gertak sambal. Mari kita belajar satu hal: jangan pernah menutup hati kita terhadap Roh Allah.


Dosa yang tidak terampuni : pemberontakan terhadap Allah

Umat di Perjanjian Lama juga tahu tentang dosa yang tidak terampuni. Sebagai penutup, ijinkan saya membacakan ayat-ayat dari Perjanjian Lama tersebut. Ayat-ayat tersebut berkaitan dengan suku Yehuda, orang-orang Yahudi pada abad ke-6 SM. Ayat 2 Tawarikh 36:16 menunjukkan bagaimana hati manusia mengeras. Ingatlah bahwa orang-orang Yahudi ini adalah umat Allah. Di dalam hal ini, kita bisa menyamakan mereka dengan orang-orang Kristen di masa Perjanjian Baru. Orang-orang Yahudi adalah umat pilihan Allah.

2 Tawarikh 36:15, Namun TUHAN, Allah nenek moyang mereka, berulang-ulang mengirim pesan melalui utusan-utusan-Nya, karena Ia sayang kepada umat-Nya dan tempat kediaman-Nya. Tetapi mereka  mengolok-olok utusan-utusan Allah itu, menghina segala firman-Nya, dan mengejek nabi-nabi-Nya. Oleh sebab itu murka TUHAN bangkit terhadap umat-Nya, sehingga tidak mungkin lagi pemulihan.

Kata-kata yang terakhir itu sangat menakutkan saya: sehingga tidak mungkin lagi ada pemulihan. Dengan kata lain, Allah itu maha sabar. Anda tidak melakukan dosa penghujatan terhadap Roh Kudus dalam satu kali perbuatan saja. Allah menegur mereka dengan sabar, dan secara perlahan-lahan, sebagaimana yang telah terjadi. Kemarahan-Nya terhadap mereka bangkit di saat tidak mungkin lagi ada pemulihan. Sudah tidak bisa diampuni lagi. Sudah tamat.

Di ayat 17 dan seterusnya, Allah menghancurkan kerajaan Yehuda dan menghapusnya dari peta. Seluruh angkatan itu harus binasa. Masa 70 tahun pengasingan tentunya akan menghabiskan angkatan itu. Mereka akan benar-benar tersapu; sama seperti habisnya angkatan yang mengembara di padang gurun, demikian pula angkatan ini juga dihapuskan. Perhatikan kata, “70 tahun’ di ayat 21,

Dengan demikian genaplah firman TUHAN yang diucapkan Yeremia, sampai tanah itu pulih dari akibat dilalaikannya tahun-tahun sabatnya, karena tanah itu tandus selama menjalani sabat, hingga genaplah tujuh puluh tahun.

Masa 70 tahun adalah masa hidup satu generasi. Generasi tersebut tidak diampuni. Dihapuskan tanpa jejak. Allah itu sangat sabar, akan tetapi jika Anda terus saja mengeraskan hati, mengolok-olok utusan-Nya, menghina Firman-Nya, memberontak terhadap Dia, akan tiba saatnya ketika murka Allah datang dan tidak ada lagi pemulihan. Tidak ada lagi harapan. Sudah berakhir.

Yang kedua, perhatikan ajaran yang sama di Amsal 6:15. Kita melihat kata-kata yang sama yang disampaikan dengan keseriusan dan ketegasan yang sama pula. Kita membaca dari ayat 12 untuk melihat seluruh konteksnya:

Tak bergunalah dan jahatlah orang yang hidup dengan mulut serong, yang mengedipkan matanya, yang bermain kaki dan menunjuk-nunjuk dengan jari (tukang fitnah), yang hatinya mengandung tipu muslihat, yang senantiasa merencanakan kejahatan, dan yang menimbulkan pertengkaran (waspadailah orang yang gemar bertengkar). Itulah sebabnya ia ditimpa kebinasaan dengan tiba-tiba, sesaat saja ia diremukkan (perhatikan kata berikut ini) tanpa dapat dipulihkan lagi.

Tak ada lagi harapan bagi orang ini. Dia akan diremukkan, dihancurkan. Kata ‘diremukkan’dalam bahasa Ibrani menggambarkan tindakan seperti membanting periuk sampai hancur, misalnya gerabah yang baru dikeluarkan dari pembakaran, dan ternyata hasilnya tidak sempurna, ia akan dibanting hancur – pecah berkeping-keping.

Hal yang sama juga terlihat di Amsal 29:1. Kata-kata yang ada di sana adalah kata-kata yang harus diperhatikan oleh setiap orang Kristen.

Siapa bersitegang leher, walaupun telah mendapat teguran, akan sekonyong-konyong diremukkan tanpa dapat dipulihkan lagi.

Perhatikan bahwa orang tersebut telah diberi banyak kesempatan, dia sering diingatkan, sering diberitahu kesalahannya, ditegur. Kata ‘mendapat teguran’ berarti diingatkan, namun dia bersitegang leher, menolak teguran itu, maka dia akan sekonyong-konyong diremukkan tanpa dapat dipulihkan lagi. Tidak ada penyembuhan, pemulihan karena sudah melampaui batas pengampunan.


Hujat terhadap Roh Kudus bisa terjadi dengan mengabaikan atau menolak teguran

Dari situ kita telah melihat bahwa Anda bisa melakukan hujat terhadap Roh Kudus, dan saya berdoa kepada Allah agar tak seorang pun di sini yang akan melakukannya, namun hal itu bisa terjadi melalui cara ini: secara sengaja menolak teguran. Ada cara untuk menguji sikap hati Anda: bagaimana cara Anda menghadapi teguran. Jika Anda ditegur, bagaimana Anda bereaksi? Jika Anda diingatkan, bagaimana Anda menerima peringatan itu? Apakah hal itu akan melukai keangkuhan Anda atau Anda dengan rendah hati mau menerima hal tersebut entah salah atau pun benar? Seperti yang saya katakan sebelumnya, biarkanlah Allah berbicara ke dalam hati nurani orang lain. Buat apa berkeras membenarkan diri Anda? Tidak mampukah Allah membenarkan Anda? “Pembalasan adalah milik-Ku,” firman Tuhan. Dia mampu membela Anda.

Namun di sini kita bisa melihat apa yang akan terjadi jika Firman Allah datang kepada Anda dan Anda terus menolaknya atau Anda tidak mengambil keputusan apa-apa tentang itu, seperti yang dikatakan oleh Ibrani 2:3,

bagaimanakah kita akan luput, jikalau kita menyia-nyiakan keselamatan yang sebesar itu?

Kata yang tertulis di sana adalah ‘menyia-nyiakan’. Anda bisa binasa jika secara sengaja berbuat dosa. Kita juga bisa tersesat jika kita menyia-nyiakan kebenaran, tidak mengambil tindakan atasnya, tidak melakukan apa-apa. Bagaimanakah kita akan luput, jikalau kita menyia-nyiakan keselamatan yang sebesar itu? Demikian kata penulis surat Ibrani. Apakah Anda sedang menyia-nyiakan keselamatan? Itu sama buruknya dengan melakukan kejahatan.

Jika Anda bersedia melakukan kehendak Allah, Anda akan mengenal siapa Yesus itu

Inilah rangkumannya. Saya yakin kita semua sudah memahami ajaran Yesus yang satu ini dengan jelas dan utuh sekarang. Kita sekarang tahu apa yang sedang disampaikan itu, pemilahan antara hujat terhadap Roh Kudus dengan Hujat terhadap Kristus. Yesus sangatlah sabar. Dia tahu bahwa kita tidak bisa percaya begitu saja kepada dia dalam satu atau lima menit. Kita belum kenal siapa dia. Namun selama hati kita terbuka kepada Allah, mau diajar seperti kata Yesus di Yoh 7:17,

Barangsiapa mau melakukan kehendak-Nya, ia akan tahu entah ajaran-Ku ini berasal dari Allah, entah Aku berkata-kata dari diri-Ku sendiri.

Anda akan mengetahuinya jika Anda adalah orang yang bersedia melakukan kehendak Allah. Jika Anda bersedia melakukan kehendak Allah, maka Anda akan tahu kebenaran itu. Jika Anda tidak bersedia melakukan kehendak Allah, maka Anda tidak akan tahu kebenaran. Ini adalah persoalan tentang kesediaan hati. Perkara diselamatkan adalah masalah kesediaan hati Anda.


Hujat terhadap Roh Kudus tidak dilakukan dengan ucapan langsung melainkan lewat penolakan yang disengajakan

Jadi, kita bisa lihat bahwa hujat terhadap Roh Kudus tidak harus disertai dengan rujukan langsung terhadap nama-Nya. Penghujatan adalah masalah sikap hati, masalah kehendak yang membaut Anda menolakNya. Jika Anda telah menolak-Nya, maka Anda tidak bisa diselamatkan karena Anda telah menolak peluang keselamatan, karena Dialah yang membawa keselamatan dari Allah kepada Anda. Namun kita juga diingatkan bahwa kita harus belajar untuk selalu membuka hati kita kepada Allah. Selalu terbuka.


Hujat terhadap Roh bisa terjadi sampai ke tingkat tidak mungkin lagi ada pemulihan

Poin terakhir yang perlu kita renungkan adalah, bisakah dosa penghujatan Roh Kudus ini terjadi sekarang ini? Mungkinkah di dalam hidup ini Anda masuk sampai ke tahap tidak ada jalan kembali lagi? Jawabannya mungkin ya untuk kasus Himeneus dan Aleksander, orang yang telah kandas imannya. Orang-orang, sebagaimana yang kita lihat, di 1 Timotius 4:2, yang telah menghancurkan hati nurani mereka dan menutup saluran kasih karunia Allah bagi mereka saat ini juga.

Sebagai penutup, saya ingin menyampaikan satu peristiwa yang membuat saya bingung dan sedih. Saat saya masih di Inggris, sebelum melayani di Liverpool, saya sering melakukan penginjilan pribadi di Cambridge. Saya melakukan ini karena saya kuliah beberapa pelajaran di sana, dan saya ingin memakai waktu saya untuk pergi bersaksi kepada mahasiswa lain, terutama mahasiswa dari China. Dan di Cambridge, cukup mudah melakukan ini karena nama para mahasiswa itu tertulis di papan di luar asrama atau pemondokan mereka. Jadi, saya biasanya berjalan menyusuri tempat-tempat pemondokan dan jika saya melihat ada nama orang Tionghoa, saya akan melihat di kamar nomor berapa tempatnya dan saya akan mengetuk pintu kamar itu dan berbicara dengan mereka tentang Tuhan. Dan Tuhan telah mengerjakan hal-hal yang ajaib: cukup banyak orang yang datang kepada Tuhan dengan cara ini.

Saya teringat suatu hari di Cambridge, saya dipanggil oleh ibu pengelola pemondokan tempat saya tinggal untuk berbicara dengan seorang mahasiswa dari China. Dia sering memanggil saya untuk berbicara dengan berbagai mahasiswa, kadang dari Inggris, kadang dari Afrika, dan kali ini, orangnya adalah mahasiswa dari China. Lalu saya bercakap-cakap dengannya, setelah agak lama, saya bertanya apakah dia mau menerima Tuhan. Dan saya melihat hati yang mengeras. Dan akhirnya saya berkata, “Kita akan berlutut bersama, jika kamu sudah siap menyingkirkan ketegaran hatimu, bukalah hatimu dan biarlah pengampunan serta keselamatan dan hidup kekal dari Allah masuk ke dalam hidupmu.” Lalu kami berlutut bersama dan saya menunggu, berdoa dan menunggu. Terasa sepi, tak terjadi sesuatu apapun.

Beberapa saat kemudian, saya mendengar suara keluhan. Dia mengeluh dan berkata, “Aku tak bisa melakukannya. Aku tidak bisa.” Saya bertanya, “mengapa tidak bisa?” Dia berkata, “Tidak tahu.” Saya tanyakan lagi, “Mengapa?” Dia menjawab, “Ada semacam kuasa yang mencegah saya untuk menerima pengampunan dari Allah.” Saya bertanya, “Itu adalah kehendakmu sendiri. Kuasa apa itu?” Dia berkata, “Tidak bisa, aku tidak bisa melakukannya.” Dan dia berlutut di sana sambil merintih dan mengerang. Saya belum pernah melihat orang mengerang seperti itu sampai lama.

Dia harus naik kereta kembali ke London karena dia kuliah kedokteran di London, dan saya memperhatikan jam, jika dia tidak segera pergi ke stasiun maka dia tidak bisa kembali ke London pada hari itu juga. Setelah menunggu beberapa lama, dia masih belum bangkit juga dari posisi berlututnya. Lalu saya berkata, “Kalau kamu tidak berniat menerima Yesus sekarang, maukah kamu bangun? Kalau kamu ingin kembali ke London, sebaiknya kamu bergegas sekarang juga.” Namun dia tidak mau bangkit. Saya berkata, “Kamu mau ke stasiun atau tidak?” Dia berkata, “Tidak, aku tidak mau ke stasiun. Aku tidak peduli dengan jadwal kereta.” Saya berkata, “Baik, apakah kamu mau menerima Yesus?” Dia menjawab, “Aku tidak bisa!”

Saya tidak pernah menemui situasi seperti ini. Dia berkata bahwa dia tidak bisa menerima Yesus tetapi dia juga tidak peduli pada jadwal pulangnya, dan dia hanya mengerang dan mengeluh saja di sana sampai lama. Saya melihat dia seperti tercabik-cabik di hadapan saya dan hal ini berlangsung sampai sekitar satu jam. Dia masih berlutut dan tidak mau bangkit. Kemudian, saya bangkit akan tetapi dia masih juga berlutut, masih mengerang. Saya menilai bahwa orang ini mungkin berada di dalam belenggu kuasa Iblis.

Lalu saya bertanya, “Apakah kamu mau dibebaskan dari kuasa Iblis? Jika kamu benar-benar ingin merdeka, aku akan berdoa untukmu supaya kamu dibebaskan. Aku akan mengusir setan di dalam nama Yesus.” Tahukah Anda apa jawabnya? Dia berkata, “Tidak.” Saya bertanya, “Lalu mengapa kamu tetap berlutut?” Dan dia menjawab, “Karena di satu pihak, aku ingin dibebaskan, namun di pihak lain, aku juga tidak ingin merdeka.”

Anda tahu, sampai dengan saat ini saya masih tidak mengerti akan hal itu. Bahkan sampai tadi malam, saat saya sedang merenungkannya, saya masih bingung akan hal ini.

Pernah suatu kali, saya membicarakan hal ini dengan dia, dan saya bertanya, “Apa sebenarnya yang sedang terjadi?” Dia menjawab, “Aku tidak tahu. Biar kuceritakan padamu tentang masa lalu saya.”

Lalu dia bercerita bahwa di masa mudanya, dia pernah ingin menjadi orang Kristen, dan bahkan dia telah menjadi orang Kristen. Dan kemudian dia mengeraskan hatinya terhadap Allah sekalipun sering ditegur, seperti ayat-ayat yang telah kita lihat tadi (bandingkan dengan 2 Taw 36:15, Ams 6:15, 29:1). Dan karena dia secara terus menerus ditegur oleh Roh Kudus – pekerjaan Roh Kudus, seperti yang diberitahukan kepada kita di dalam Yoh 16:8 adalah menyatakan dosa-dosa kita melalui hati nurani kita – dia lalu mengeraskan hatinya. Dia bersitegang leher, seperti yang kita lihat di dalam Amsal, sampai kemudian tampaknya dia telah ditolak oleh Tuhan. Terjadi hal yang seperti dituliskan dalam Kejadian, “Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia.” Allah tidak akan selamanya menyertai Anda jika Anda tidak mau mendengarkan Dia. Dia akan meninggalkan Anda. Tampaknya saat itu sudah tiba bagi dia, karena dia terus saja menolak dan menghujat Roh Kudus lewat perbuatannya, maka Roh Allah meninggalkan dia. Dan dia diserahkan kepada setan, seperti yang kita lihat di dalam kasus Himeneus dan Aleksander. Saya bertanya-tanya mungkinkah ini yang menjadi penyebabnya. Lalu datanglah saat ketika dia masuk ke dalam belenggu setan, dan ajaibnya, di sisi lain dia masih merindukan kemerdekaan yang pernah dia rasakan, namun kerinduan itu tidak cukup besar untuk menjadi keinginan agar dimerdekakan dari kuasa setan.

Pernahkah Anda melihat orang yang lebih sengsara dan menderita dibandingkan dia? Saya tidak pernah melihat orang yang lebih menderita daripada dia. Saya tidak mau dogmatis dalam hal ini tapi saya bertanya-tanya, apakah dia telah melakukan dosa penghujatan terhadap Roh Kudus; apakah dia telah mencapai tahapan di mana tidak ada lagi pengampunan karena dia telah menghancurkan hati nuraninya, dan akhirnya dia tidak mau dimerdekakan. Berulang kali saya merenungkan hal ini. Saya belum pernah menjumpai kasus semacam ini dan setelahnya juga tidak pernah.

Namun di sini terselip satu peringatan bagi saya dan kita semua: berhati-hatilah jika Roh Kudus terus mengingatkan Anda melalui hati nurani Anda, janganlah Anda menutup hati nurani Anda terhadap Allah. Sebagaimana yang kita lihat di 1 Timotius 1:19,

Beberapa orang telah menolak hati nuraninya yang murni itu, dan karena itu kandaslah iman mereka.

Allah ingin agar tak seorang pun dari kita sampai masuk ke dalam situasi yang mematikan ini, namun agar hati kita telalu terbuka kepada Allah, selalu rela diajar. Tak peduli berapa kali kita jatuh, marilah kita merangkak kembali kepada Dia dan berkata, “Tuhan, berbelaskasihanlah kepadaku, aku ini orang berdosa.”

 

Berikan Komentar Anda: