Pastor Eric Chang | Matius 12:30b |

Yesus berkata,

“Siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan.”

Kalimat inilah yang perlu kita teliti hari ini. Apa yang Yesus maksudkan dengan kalimat tersebut?

Saat kita berkata bahwa hati kita terbuka kepada Allah, apakah bukti dari keterbukaan itu? Sangatlah mudah untuk berkata, “O Ya! Hatiku terbuka buat Allah.” Namun apakah bukti dari keterbukaan itu? Buktinya tidak bisa dilihat dari ucapan atau pengakuan iman saja, namun harus bisa terlihat dari fakta bahwa kita aktif bagi Allah; inilah hal yang saya ingin agar Anda perhatikan.

Yesus berkata, “Siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan.” Jika disampaikan lewat cara lain, Yesus sebenarnya sedang berkata, “Siapa tidak bekerja bersama Aku, ia bekerja melawan Aku.” Di sini tidak ada tempat netral. Mengumpulkan atau mencerai-beraikan adalah suatu pekerjaan, hal ini merupakan suatu perbuatan, dan Yesus sedang menyatakan, “Aku tidak sekadar mengamati pengakuanmu saja. Kamu berkata bahwa kamu percaya ini dan itu, bukti pengakuan itu akan terlihat di dalam hidupmu dengan melihat apakah kamu bekerja bersama aku atau kamu bekerja melawan aku.”

Ini adalah hal yang penting untuk dipahami karena di zaman sekarang ini, Anda biasanya akan diberitahu bahwa Anda diselamatkan cukup dengan percaya; tidak diperlukan adanya suatu tindakan dari Anda. Anda tinggal membuat pengakuan iman dengan bibir Anda, dan Anda selamat! Urusannya selesai sampai di situ saja.

Apakah itu yang Yesus ajarkan? Itu adalah pertanyaan yang penting. Dia adalah Juruselamat kita. Biarlah Yesus saja yang menjawab pertanyaan ini. Yesus berkata, “Siapa tidak mengumpulkan bersama Aku” (‘ia’, siapa pun ia itu) “adalah orang yang mencerai-beraikan.” Sangatlah jelas bahwa mencerai-beraikan adalah lawan dari mengumpulkan. Jadi, jika Anda tidak mengumpulkan bersama Yesus atau bekerja bersama dia, berarti Anda mencerai-beraikan. Yesus melihat pada kehidupan orang itu, dan bukan pada pengakuan di mulutnya.

Apakah kepercayaan Anda kepada Yesus diwujudkan dalam tindakan mengumpulkan? Kita perlu menelaah hal ini.


Penggunaan kata ‘Mengumpulkan’ dan ‘Mencerai-beraikan’


(1) Berkaitan dengan domba

Pertama-tama, mari kita masuk ke dalam pemahaman makna kata ‘mengumpulkan’ serta ‘mencerai-beraikan’ ini di dalam bahasa sumbernya. Kata ‘mengumpulkan’ dan ‘mencerai-beraikan’ ini di dalam bahasa Yunaninya mengacu kepada domba, yaitu tindakan mengumpulkan atau justru mencerai-beraikan domba-domba. Sebagai contoh, kata ‘mencerai-beraikan’ ini dipakai di Yohanes 10:12 di mana serigala datang dan mencerai-beraikan kawanan domba itu. Anda hanya bisa menjadi gembala atau serigala, itulah pilihannya. Tak ada tempat di tengah-tengah keduanya.

(2) Berkaitan dengan tuaian

Namun kata-kata tersebut di dalam bahasa Yunaninya juga bisa dipakai dalam acuan terhadap hasil panen, dan saya pikir Yesus secara sengaja memperluas cakupan maknanya. Yesus berkata, “Barangsiapa tidak mengumpulkan tuaian bersama Aku, ia mencerai-beraikan atau ia merusak tuaian.” Dinyatakan lewat cara yang mana pun, maknanya sama saja. Semua itu mengacu pada tindakan membawa orang-orang pada keselamatan atau justru menjauhkan mereka dari keselamatan.

Di dalam kehidupan sehari-hari, seorang Kristen sebenarnya sedang mengumpulkan orang-orang kepada Allah, seperti seorang gembala atau, dia justru mencerai-beraikan mereka seperti serigala

Para ahli kitab Yahudi punya pepatah yang menyatakan bahwa dosa yang tak terampuni adalah dosa mencemari, yaitu mempermalukan nama Allah, karena hal itu akan menjauhkan orang-orang dari Allah dan akibatnya, menjauhkan mereka dari keselamatan. Melakukan jenis dosa semacam itu berarti Anda tidak sekadar melakukan dosa yang merugikan diri Anda sendiri, dosa yang Anda lakukan itu juga membuat orang lain jatuh. Jika Anda mengaku sebagai Kristen tapi perilaku Anda sangat memalukan, maka Anda akan menjauhkan orang-orang dari Allah atau Anda sedang mencerai-beraikan. Anda sedang melakukan pekerjaan serigala, bukanya pekerjaan gembala.

Kita berkata, “Anda cuma perlu percaya saja untuk bisa diselamatkan.” Pemahaman keselamatan dari Yesus jauh lebih mendalam. Yesus berkata, “Siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan.” Makna kalimat itu adalah bahwa semua yang Anda kerjakan setiap hari akan berdampak pada membawa orang-orang kepada Allah atau mendorong mereka semakin jauh.

Pikirkan saja, satu kata tidak ramah yang Anda ucapkan pada seseorang, satu tindakan yang gegabah, kerusakan macam apakah yang bisa ditimbulkannya terhadap orang itu? Tindakan ini mungkin akan mendorongnya pergi menjauh. Mencerai-beraikan orang. Tindakan ini tidak mengumpulkan. Sebaliknya, bukankah segala perbuatan berdasarkan kasih, setiap kebaikan yang datang dari iman akan membawa seseorang lebih dekat kepada Tuhan?


Paulus mengajarkan hal yang sama

Rasul Paulus mengajarkan hal yang sama 1 Korintus 3:10-17.

Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya. Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus. Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami, sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api. Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu.

Para hamba Allah melakukan pekerjaan mengumpulkan atau mencerai-beraikan di ladang Tuhan atau ‘bangunan’ milik Allah yaitu gereja.

Dikatakan bahwa kita ini adalah bait Allah, Roh Kudus dari Allah berdiam di dalam diri kita. Dapatkah Anda melihat hubungan ayat ini dengan yang kita bahas di Matius 12.30. Kita telah melihat bahwa kita akan menjadi orang yang mengumpulkan bersama Kristus atau mencerai-beraikan. Kita telah melihat bahwa kedua istilah tersebut bisa mengacu pada tuaian, dan di 1 Korintus 3:9 dikatakan, Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah. Anda adalah ladang Allah dan para pekerja Allah bekerja di ladang itu untuk mengumpulkan tuaian. Akan tetapi jika Anda memiliki pekerja yang tidak setia atau yang jahat, dia bisa merusak hasil panen, bukannya mengumpulkan hasil panen, dia malah menghambur-hamburkannya.


Pekerja Allah akan membangun atau menghancurkan jemaat

Atau, dengan gambaran lain, kata Paulus, kita bisa berbicara tentang membangun atau menghancurkan, satu lagi gambaran tentang mengumpulkan atau mencerai-beraikan. Jadi, dari 1 Korintus 3:10-15 dia berbicara tentang hal membangun dan di ayat 17, dia berbicara tentang hal menghancurkan atau membinasakan, Jika ada orang yang membinasakan (sama artinya dengan jika ada yang mencerai-beraikan) bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia, karena bait Allah itu kudus dan Dia telah membelinya dengan harga yang mahal, yaitu dengan darah Anak-Nya. Demikianlah, segala yang kita kerjakan akan memiliki dampak: entah kita akan membangun atau membinasakan. Itulah poinnya.

Perhatikan hubungan antara perikop ini dengan yang di Matius: ‘hari Tuhan’ di ayat 13, juga ada di Matius 12:36 yaitu hari Penghakiman. Dan di ayat 16 dan 17, disebutkan bahwa kita adalah bait dari Roh Kudus Allah, Roh Allah tinggal di dalam diri kita. Setelah Yesus berbicara tentang hal mengumpulkan bersama dia atau mencerai-beraikan, yaitu di Matius 12:20, Yesus melanjutkan di ayat 31 dengan berbicara tentang hujat terhadap Roh Kudus dan bahayanya membuat duka atau memadamkan Roh. Jadi, kita bisa melihat betapa jelasnya jalur-jalur hubungan tersebut, yaitu antara yang di 1 Korintus dengan yang di Matius 12. Kita juga dapat melihat bahwa perikop di 1 Korintus 3 ini adalah uraian Paulus tentang pengajaran Yesus di Matius 12.


Meskipun pekerjaan Anda terbakar habis, Anda akan diselamatkan?

Selanjutnya, mari kita lihat 1 Korintus 3:10-17. Apakah hal yang mau disampaikan oleh perikop ini kepada kita? Berdasarkan ayat ini banyak orang yang berkata, “Sekali pun hasil pekerjaan Anda terbakar, Anda tetap diselamatkan.” Sekalipun Anda tidak punya hasil pekerjaan, atau jika hasil pekerjaan Anda sedemikian buruknya sehingga hanya layak untuk dibakar, selama Anda masih punya iman, Anda akan tetap diselamatkan. Inilah jenis penyalahgunaan yang tentunya sudah biasa Anda dengar.

Apakah ini yang dimaksudkan oleh Alkitab? Coba perhatikan serta renungkan baik-baik ayat-ayat tersebut. Saya akan menyajikan fakta-fakta yang ada dan Anda tinggal mengambil keputusan saja. Saya akan memberikan banyak referensi karena saya ingin agar Anda melihat apa yang dikatakan oleh Firman Allah.


Konteks dari 1 Korintus 3:10-17: membangun Gereja, bukannya keselamatan individual

Mari kita teliti perikop ini. Apakah ayat-ayat ini berkenaan dengan keselamatan individual, yaitu dengan apa yang saya kerjakan di dalam kehidupan pribadi saya? Perhatikan baik-baik dan Anda akan bisa melihat bahwa perikop ini berkenaan dengan Gereja Allah. Seluruh perikop ini berkenaan dengan Jemaat. Perikop ini tidak mengacu pada kehidupan pribadi perorangan.

Pertama-tama, kita sudah melihat di ayat 9, Paulus berbicara tentang: kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah, kata ‘kamu’ ini dalam bentuk jamak, yaitu bahwa kata ‘kamu’ ini mengacu kepada Jemaat. Segenap isi ayat-ayat ini berkenaan dengan hal pembangunan Jemaat dan tidak ada kaitannya dengan keselamatan individual.


1. Pembangunan Jemaat Korintus

Paulus sendiri yang pergi menginjil ke Korintus. Dia berbicara kepada Jemaat di Korintus ini, dan ia berkata, “Aku yang meletakkan dasar bagi jemaat ini, aku yang membangun jemaat di Korintus ini. Kemudian datanglah Apolos, hamba Allah yang lain, yang membangun di atas landasan yang telah kuletakkan.” Atau, dengan gambaran yang lain, dia menggunakan gambaran di bidang pertanian di ayat 6, Aku menanam, Apolos menyiram. Di ayat 8, dia berkata, “Hal itu bukan berarti bahwa aku ini lebih baik daripada Apolos. Yang menanam dan yang menyiram adalah sama. Kami semua melakukan pekerjaan Allah, akan tetapi kami melakukannya secara berbeda-beda.” 

Jadi, yang dia bicarakan adalah hal pembangunan Jemaat di Korintus, dan selanjutnya, tentu saja, prinsip ini berlaku juga di dalam pembangunan jemaat-jemaat yang lain. Paulus menanam benihnya, orang lain yang menyiram; dia yang meletakkan dasar dan orang lain, misalnya Apolos, membangun di atas dasar tersebut. Tentunya poin ini menjadi jelas bagi kita sekarang.


2. Yesus adalah dasar bangunan Jemaat 

Kedua, kita melihat adanya kata ‘dasar’ di ayat 10. Jika kita bandingkan dengan Efesus 2:20, kita bisa lihat bahwa kata yang sama digunakan dalam kaitannya dengan Jemaat. Yesus adalah dasar atau landasan Gereja. Dia tidak sedang berbicara tentang kehidupan pribadi. Dia berkata bahwa Yesus adalah dasar dari Gereja, dan para rasul serta nabi-nabi adalah lapisan kedua dari dasar ini. Dengan demikian, sekali lagi – sebagaimana yang ditunjukkan ayat yang paralel di Efesus 2:20 – yang dia bicarakan adalah hal pembangunan Jemaat.


3. Orang-orang Kristen secara keseluruhan, adalah satu Jemaat (Bait) Allah

Ketiga, untuk bisa memahami bahwa perikop ini berkaitan dengan Gereja, kita lihat bahwa di ayat 17 disebutkan tentang ‘Bait Allah.’ Kata bait Allah ini memakai bentuk tunggal. Ia tidak berkata, “Kalian adalah bait-bait Allah,” yang akan memberi arti bahwa setiap orang Kristen adalah semacam kuil, yakni kuil-kuil yang berkeliaran kesana-kemari. Namun dia berkata, “Kamu semua, adalah satu bait Allah.” Kata ‘bait’ menggunakan bentuk tunggal tetapi kata ‘kamu’ menggunakan bentuk jamak; ‘kamu’ semua menjadi satu bait Allah. Demikianlah, tidak hanya di 1 Korintus 3 tetapi juga di 1 Korintus 6, serta di 1 Petrus pasal 2, kita menemukan bahwa Bait Allah merupakan gambaran dari Jemaat.

Selanjutnya, ia melanjutkan dengan berkata, “Jika ada orang yang membinasakan bait Allah (menghancurkan atau merusak Jemaat Allah), maka Allah akan membinasakannya.” Dia tidak sedang berkata tentang seseorang yang sedang membinasakan dirinya sendiri, karena jika Anda sedang membinasakan diri Anda sendiri, maka Anda tidak membutuhkan Allah untuk membinasakan Anda lebih lanjut, sebab Anda sudah binasa. Akan tetapi jika ada orang yang membinasakan Jemaat Allah, maka Allah akan membinasakannya. Segenap ayat-ayat itu berbicara tentang pembangunan Gereja, kita tidak boleh mempersempit maknanya ke arah individual.


Membangun Jemaat Allah

Jika kita sudah mengerti bahwa ayat-ayat ini berkenaan dengan Jemaat Allah, maka kita perlu mengajukan satu pertanyaan, Lalu pekerjaan apakah yang sedang dilakukan itu? Pekerjaan apakah yang sedang dipersoalkan di sana? Tentunya pekerjaan itu adalah pekerjaan membangun Jemaat Allah. Anda bisa lihat lagi kesejajarannya dengan Matius 12:30, yang mengumpulkan bersama Aku, berarti mengumpulkan umat Allah atau Jemaat. Yang mencerai-beraikan, berarti mencerai-beraikan umat Allah, domba-domba Allah, kawanan Allah atau tuaian Allah, terserah gambaran mana yang Anda pilih – semuanya berkenaan dengan Gereja.

Jadi Paulus sebenarnya sedang menyatakan hal yang tepat sama dengan Yesus: ia sedang menguraikan ajaran Yesus. Dan apakah pekerjaan yang dimaksudkan di ayat itu? Jika yang dipersoalkan adalah Gereja, maka tentu saja yang menjadi pekerjaannya adalah pekerjaan membangun Jemaat. Hal yang sangat jelas sekali.


‘Membangun (to edify)’ atau ‘Pembangunan (edification)’

Membangun Jemaat Allah adalah ungkapan kegemaran Paulus; dia sangat menyukai istilah ini. Dia selalu memikirkan tentang hal membangun Jemaat Allah ini. Dan ada kata ‘to edify ( membangun)’ atau ‘edification (pembangunan)’ yang merupakan kata-kata yang lazim muncul dalam tulisan Paulus. Kata ini muncul dalam bentuk kata kerja sebanyak 9 kali serta dalam bentuk kata benda sebanyak 15 kali di dalam tulisan-tulisan Paulus. Di dalam surat-surat rasul Paulus kita menemukan istilah ini muncul sebanyak 24 kali secara keseluruhan, dan setiap kemunculannya selalu berkaitan dengan hal pembangunan Jemaat. Jika Anda perhatikan surat-surat Paulus, Anda akan lihat bahwa pembangunan Jemaat menyita segenap perhatian Paulus. Sangat besar kasih dan hasrat Paulus untuk membangun Jemaat.

Kata ‘edifies‘ berarti membangun. Di dalam bahasa Yunani, kata ‘bangunan’ sebagaimana yang Anda lihat di dalam 1 Korintus 3:9, bangunan Allah, menggunakan kata dasar yang sama dengan kata yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris ‘to edify (membangun)’. Dan lagi, di Efesus 2:21 (di ayat 20 kita melihat hal tentang dasar), Di dalam Dia (Kristus) tumbuh seluruh bangunan, di sini digunakan kata ‘bangunan’ yang sama dengan yang di dalam 1 Kor 3:9. (Paulus mengatakan bahwa ada saling keterikatan, kesatuan dan struktur Gereja berada di dalam Kristus). Dan sekalipun RSV menerjemahkan kata ‘bangunan (building)’ dengan kata ‘structure’, sebenarnya kata Yunani yang digunakan ini sama, yaitu kata yang sama dalam bentuk dasarnya dengan kata yang diterjemahkan sebagai ‘to edify (membangun)’ dalam bahasa Inggris. Jadi, di semua bagian itu, kita melihat bahwa perhatian Paulus tertuju pada pembangunan Jemaat. Pekerjaan yang sedang dipermasalahkan adalah pekerjaan membangun Jemaat. Dan kita mendapati lebih jauh lagi bahwa kata ini diterjemahkan dengan kata ‘edify (= membangun)’ di 1 Korintus 14:4, 5, 12, Efesus 4:12, 16, dan sebagainya. Jadi pekerjaan itu adalah pekerjaan membangun Jemaat Allah.


Siapa yang membangun Jemaat Allah?

Pekerja Kristen dan semua orang Kristen sejati terlibat dalam pembangunan Jemaat Allah

Jika kita sudah mengukuhkan poin ini, kita akan maju ke poin yang berikutnya, dan pertanyaan yang kita ajukan adalah, “Siapa yang membangun Gereja Allah?”

Di ayat, “Jika pekerjaannya terbakar habis, ia rugi tetapi ia sendiri diselamatkan,” Siapakah yang diselamatkan di sini? 

Siapakah yang membangun Gereja Allah? Tentu saja, yang berada di garis pertama adalah para hamba Allah, hal ini terlihat di 1 Korintus 3:9, ‘Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah’.

Di sini terlihat ‘kami’ dan ‘kamu’, lalu siapakah ‘kami’ itu? Yang termasuk ‘kami’ ini adalah rasul Paulus, Apolos, dan juga Kefas yaitu rasul Petrus. Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah. Kami membangun kamu, bukankah itu maksudnya?

Lalu mengapa perikop ini sulit untuk dipahami? Paulus berkata, ‘kami membangun kamu’ dan kamu adalah Gereja, kami adalah kawan sekerja Allah yang sedang membangun Gereja. Atau, jika Anda mengganti gambarannya, kamu adalah ladang Allah dan kami adalah para pekerjanya (yang satu menanam dan yang lain menyiram) yang bekerja di ladang itu. Atau, jika kita kembali ke gambaran semula, kami adalah para pembangun yang sedang membangun Jemaat Allah.

Jadi jelaslah: jika pekerjaannya terbakar, pekerjanya tetaplah selamat. Bangunannya terbakar habis, akan tetapi pekerjanya tetap hidup. Petrus, Apolos, Paulus, akan tetapi selamat. Para pekerja Allah yang setia pada pelayanan Allah, orang yang terlibat di dalam pembangunan Jemaat akan tetap selamat.

Baiklah, jika pekerjaan mereka musnah, mereka akan diselamatkan, akan tetapi hal itu bukanlah suatu penghiburan bagi setiap pekerja Allah yang berdedikasi.

Hal yang ditakutkan oleh Paulus adalah jika pekerjaannya rusak. Bukanlah merupakan suatu penghiburan bagi Paulus jika dia sendiri diselamatkan akan tetapi Jemaat yang dia bangun binasa. Namun saya melihat orang-orang Kristen ini mengklaim hal tersebut sebagai sumber penghiburan mereka: Sekalipun pekerjaanku sia-sia, aku tetap diselamatkan. Pekerjaan apa yang Anda maksudkan? Apakah Anda terlibat dalam pembangunan Jemaat Allah? Karena inilah isi sebenarnya dari perikop tersebut. Ia membahas tentang para pekerja Allah yang sedang membangun Jemaat Allah.

Janganlah Anda mengutip secara gegabah. Prinsip utama dalam menerangkan isi Alkitab adalah dengan membuat uraian menurut konteksnya. Anda tidak bisa menarik keluar satu ayat dan mengartikannya sesuka hati Anda. Anda harus melihat konteks keseluruhannya. Itulah prinsip paling dasar dari eksposisi. Jadi, ayat-ayat itu berkenaan dengan para pekerja Allah, lalu siapakah para pekerja Allah itu? Apakah pengertian pekerja Allah itu hanya mencakup Paulus, Petrus, Apolos dan orang-orang semacam mereka saja? Tidak! Di zaman sekarang ini, mereka adalah para pendeta, para penginjil yang mengumpulkan dan tidak mencerai-beraikan.

Namun apakah pembangunan Jemaat hanya melibatkan para pelayan full-time? Tidak! Itu sebabnya mengapa di bagian awal saya berkata, setiap orang pasti terlibat di dalam pembangunan Jemaat Allah atau, jika Anda tidak terlibat di dalam pembangunannya, maka Anda terlibat di dalam pembinasaannya. Segala yang Anda perbuat akan menimbulkan dampak membangun atau membinasakan; tidak ada tempat netral di antara keduanya. Artinya, kita bisa menerapkan ayat ini terhadap orang-orang Kristen, tetapi orang-orang Kristen yang bagaimana? Orang Kristen yang terlibat dalam pembangunan Jemaat. Lalu orang Kristen macam apakah yang terlibat dan berminat pada pembangunan Jemaat? Jawabannya jelas: hanya orang-orang Kristen yang berkomitmen total, hanya orang-orang Kristen yang benar-benar mengasihi Allah dan Jemaat-Nya.

Saya melihat bahwa mayoritas orang Kristen tidak berbuat apa-apa sama sekali bagi Jemaat. Mereka tidak berminat untuk membangun orang lain; mereka datang hanya untuk mendapatkan sesuatu bagi diri mereka sendiri. Saat Anda mulai memiliki kepedulian untuk membangun Jemaat Allah, maka Anda akan mulai tahu apa artinya menjadi orang Kristen sejati. Dan seorang Kristen yang sejati akan terlibat di dalam pembangunan Jemaat Allah. Ya, bahkan sekalipun pekerjaannya tidak mencapai standar yang tinggi, hasil pekerjaan itu akan mampu bertahan karena ia memiliki komitmen. Namun, apakah Anda secara jujur dapat berkata bahwa Anda peduli pada pembangunan Jemaat Allah, pada pembangunan diri orang lain di dalam Jemaat Allah? Apakah Anda hanya peduli pada diri Anda sendiri? Perhatikan bahwa ajaran Yesus menyatakan, “Siapa yang mengumpulkan bersama Aku,” bukannya mengumpulkan buat diri sendiri.

Hari ini, segenap ajaran Gereja berbicara tentang perkara menyelamatkan diri sendiri, hal itulah yang menjadi perhatian utamanya. Dan saya mau berkata bahwa jika Anda tidak berminat untuk menyelamatkan orang lain, maka peluang Anda untuk menyelamatkan diri sendiri mendekati nol persen. Ajaran dari Yesus adalah mengasihi Allah dengan segenap hati dan mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri. Setiap orang Kristen yang hanya mengasihi dirinya sendiri sebenarnya bahkan tidak tahu apa artinya menjadi orang Kristen.

Jadi, Anda bisa lihat bahwa di saat Anda menjadi rekan sekerja Allah, membantu Yesus membangun Jemaat Allah, “Bekerja mengumpulkan bersama Aku,” sebagaimana yang dikatakan oleh Yesus, Anda akan menjadi orang Kristen yang mengalami transformasi, Anda akan menjadi ciptaan baru di dalam Kristus yang memiliki pikiran Kristus. Seperti yang dikatakan oleh Paulus kepada jemaat di Korintus, “Kami memiliki pikiran Kristus.”

Apakah Anda memiliki pikiran Kristus? Apa itu pikiran Kristus? Pikiran Kristus itu adalah kerelaan mengorbankan nyawa bagi orang lain. Apakah Anda memiliki pikiran Kristus itu? Jika Anda memiliki pikiran Kristus tersebut, tentu saja, di hari Penghakiman nanti, Anda tidak perlu takut sama sekali. Namun janganlah Anda, sebagai seorang Kristen KTP, mencoba mengklaim ayat ini bagi diri Anda, karena Anda hanya akan menipu diri Anda sendiri. Saya ulangi sekali lagi, ayat-ayat di 1 Korintus 3 ini berkenaan dengan orang Kristen yang aktif terlibat sebagai rekan sekerja Allah di dalam membangun Jemaat-Nya. Apakah Anda melihat hal itu?

Inilah hal yang seharusnya dikerjakan oleh setiap orang Kristen, akan tetapi kita tidak bisa memperlakukan ayat-ayat ini pada Gereja sekarang ini karena gereja-gereja zaman sekarang tidak seperti itu. Orang-orang Kristen di gereja-gereja zaman sekarang hanya peduli pada keselamatan diri mereka sendiri saja. Dan jika Anda hanya ingin menyelamatkan diri Anda saja, Anda bahkan tidak akan bisa selamat. Memang benar, Anda harus menyelamatkan diri Anda, namun itu adalah langkah yang pertama, akan tetapi Anda harus melangkah dari sana menuju penyelamatan orang lain, untuk mengumpulkan bersama Kristus, untuk membawa masuk tuaian atau membawa masuk domba-domba.

Dan Paulus begitu peduli akan hal ini sehingga dia selalu mengajari jemaat-jemaat: hendaklah kalian saling membangun, itulah tugas kalian. Sebagai contoh, di Roma 14:19, dia berkata saling membangun. Atau, di 1 Tesalonika 5:11, di sana dia mengucapkan hal yang sama lagi, yaitu saling membangun. Dia tidak sekadar berkata bangunlah dirimu, dia berkata hendaklah kalian saling membangun. Tentu saja, Anda memang perlu membangun diri Anda sendiri, namun yang lebih penting adalah membangun orang lain di dalam Jemaat. Dengan demikian, segenap Jemaat saling membangun satu dengan yang lain. Perkara membangun Jemaat ini bukan merupakan tanggung jawab pendeta saja, juga bukan sekadar tanggung jawab Paulus, melainkan setiap orang Kristen mempunyai tanggungjawab untuk saling membangun satu dengan yang lain.

Tentu saja, Anda bisa mengerjakannya, karena pasti akan selalu ada orang Kristen yang lebih muda secara rohani dari Anda dan yang bisa Anda bantu. Jika Anda tidak membantu pertumbuhan rohani orang tersebut, apa kerja Anda? Atau, jika Anda baru saja menjadi orang Kristen, ada banyak orang non-Kristen yang bisa Anda bantu dengan membawa mereka masuk ke dalam Kerajaan. Akan selalu ada pekerjaan yang bisa Anda lakukan. Meskipun pekerjaan itu pada awalnya sangat terbatas, yang jelas selalu ada bidang pekerjaan bagi Anda untuk melayani Tuhan, jika Anda berniat untuk melayani.


Apakah ‘pekerjaan’ setiap orang yang akan diuji oleh api itu?

Apakah ‘pekerjaan’ yang akan diuji dengan api di dalam ayat 13 itu? Pekerjaan tidak bisa diuji dengan api, pekerjaan adalah suatu kegiatan, dan kegiatan tidak bisa diuji dengan api. Kata ‘pekerjaan di sini tidak mengacu pada kegiatan, tetapi pada hasil dari kegiatan tersebut. Emas dan perak, serta barang-barang lain yang dipakai di atas dasar tersebut bukanlah ‘pekerjaan’ melainkan bahan baku yang dipakai untuk bekerja. Ini adalah hal yang perlu kita pahami.

Jadi, berkenaan dengan hal apakah pekerjaan itu? Alkitab tidak membiarkan kita untuk menebak-nebak, kita tidak perlu membuat perkiraan dan mencari tahu apa kira-kira maknanya. Firman Allah telah memberitahu kita dengan sangat jelas. Kita akan melihat dengan lebih mendalam lagi apa yang digambarkan oleh emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami.

1 Korintus 3:12, “Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami.” Terdapat enam bahan yang disebutkan di sini. Tiga bahan yang sanggup menahan api: emas, perak dan batu permata; tiga bahan yang lainnya tidak tahan api: kayu, rumput kering, jerami. Hal apakah yang sedang dirujuk oleh keenam bahan itu?


Apa makna dari jenis bahan baku yang dipakai di atas dasar itu?


Jerami: gambaran tentang seseorang atau sekelompok umat

Saya memulai dari bahan terakhir di ayat ini. Apakah yang disebut dengan jerami itu? Pada masa panen, apakah yang dikerjakan oleh para petani? Mereka memotong bagian atas tangkai gandum. Bulir-bulir gandum itu terletak di bagian pucuknya. Jadi bagian yang di bawahnya, batang gandumnya, dibiarkan tertinggal. Bagian batang yang ditinggalkan itulah yang disebut jerami. Jerami ini kadang-kadang dipakai untuk membuat atap rumah. Jika Anda menjalin banyak jerami, Anda memang bisa menjadikannya bahan bangunan. Ia tidak tahan api, juga tidak begitu bagus menahan air hujan, namun bisa diandalkan sebagai tempat berteduh sementara.

Di Matius 11:7, Anda akan menemukan kata Yunani yang persis sama (yang di 1 Korintus ini diterjemahkan dengan kata jerami) akan tetapi di sana diterjemahkan dengan kata ‘buluh’. Yesus berkata, “Untuk apakah kamu pergi ke padang gurun? Melihat buluh (jerami) yang digoyangkan angin kian ke mari?” Dan saat itu Yesus sedang berbicara tentang Yohanes Pembaptis. Dari segi kualitas Yohanes Pembaptis bukanlah buluh; dia juga bukan jerami; Kualitas Yohanes Pembaptis lebih mendekati emas dan perak.

Atau di Matius 12:20 misalnya, kata Yunani yang sama yang diterjemahkan sebagai jerami di 1 Korintus juga dipakai dan diterjemahkan dengan kata buluh. “Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya.” Apakah buluh yang patah terkulai itu? Buluh di sini menggambarkan seorang yang berdosa yang rapuh. Dan di sini Yesus berkata, “Aku datang untuk membawa orang berdosa bertobat, bukan untuk menghancurkan mereka, bukan untuk menghakimi melainkan untuk menyelamatkan.” Di situ letak keindahan dari gambaran ini. “Buluh yang patah terkulai tidak akan Ku-patahkan. Sekarang ini, Aku tidak datang untuk meremukkan mereka dalam penghakiman, Aku datang untuk menyelamatkan mereka.” Jadi, buluh atau jerami adalah gambaran tentang manusia yang berada di dalam dosa. Ia menggambarkan tentang seorang berdosa, manusia di dalam kelemahannya dan sebagainya.

Selanjutnya Kitab Suci memberitahu kita bahwa buluh atau jerami itu menggambarkan seseorang atau sekumpulan umat. Ia mengacu kepada kumpulan orang.


Rumput kering: gambaran tentang manusia sebagai manusia alamiah

Kita sampai pada kata yang berikut, ‘rumput kering’. Kata rumput dan rumput kering di dalam bahasa Yunani adalah sama saja. Di dalam bahasa Inggris dibedakan antara grass (rumput) dan hay (rumput kering), sedangkan di dalam bahasa Indonesia cenderung mirip dengan bahasa Yunani, yaitu tidak dibedakan antara rumput dan rumput kering. Terjemahan rumput kering tampaknya mengikuti penekanan makna dari terjemahan bahasa Inggris.

Apa yang disampaikan 1 Petrus 1:24 kepada kita? Semua yang hidup adalah seperti rumput dan segala kemuliaannya seperti bunga rumput. Kata ‘rumput’ di dalam bahasa Yunani juga bisa berarti ‘rumput kering’. 1 Petrus 1:24 menunjukkan bahwa ‘rumput’ atau ‘rumput kering’ menggambarkan manusia dalam keadaan alaminya. Itulah maknanya, manusia alami, semua yang hidup adalah seperti rumput – di sini diberikan definisi rumput. Kita diberitahu bahwa rumput berarti daging (flesh) atau semua yang hidup.

Kita harus tetap mengacu pada bahasa Yunani. Kita harus tahu bagaimana untuk memahami bahasa Yunani. Tak seorang pun yang akan bisa menguraikan Alkitab tanpa memahami bahasa Yunani karena Anda tidak tahu apakah Anda sedang menangani kata yang sama. Alkitab terjemahan mungkin akan menerjemahkan satu kata yang sama di dalam bahasa Yunani ke dalam lima kata yang berbeda di dalam bahasa Inggris, Chinese atau Indonesia.Yang penting adalah apa kata itu dalam bahasa aslinya. Jika Anda membaca terjemahan Inggris atau yang lainnya, maka Anda tidak akan tahu apakah Anda sedang membicarakan kata yang sama.


Kayu: gambaran manusia secara umum

Yang berikutnya adalah ‘kayu’. Kata ‘kayu’ di dalam Alkitab kembali merupakan gambaran tentang manusia. Sebagai contoh, kita lihat di dalam Perjanjian Baru, di dalam Lukas 23:31, kata Yunani yang sama dipakai di sini: “Sebab jikalau orang berbuat demikian dengan kayu hidup, apakah yang akan terjadi dengan kayu kering?” Kata Yunani untuk kayu dan pohon adalah sama saja. Di 1 Korintus 3:12, yang dimaksudkan adalah pohon dalam pengertian yang sudah ditebang menjadi balok kayu. Kayu hidup di dalam Alkitab adalah gambaran tentang orang benar. Dan kayu kering adalah gambaran orang yang berdosa di dalam Alkitab. Jadi kayu sebenarnya merupakan gambaran tentang manusia secara umum, itu saja. Gambaran ini sangat sering dipakai oleh Yehezkiel. ‘Pohon’ atau ‘kayu’ merupakan gambaran dari manusia di dalam Alkitab.

Dengan apakah Anda membangun bait Allah? Tentunya Anda tidak membangun bait Allah hanya dengan pekerjaan, Anda membangun bait itu dengan bahan baku, dan bahan baku itu bisa berupa jerami atau rumput kering atau kayu, apa pun itu, namun bisa kita lihat bahwa semua bahan itu, di dalam Alkitab, mengacu pada manusia. Camkanlah poin ini baik-baik. Ini adalah suatu gambaran dan ketiga jenis bahan itu (jerami, rumput kering serta kayu) semuanya mengacu pada manusia dalam keadaan alamiahnya.

Bagaimana dengan emas, perak dan batu permata? Bahan-bahan ini juga mengacu pada manusia berdasarkan pada kualitasnya. Setiap kali kata-kata tersebut digunakan di dalam Alkitab, mereka selalu mengacu pada orang-orang yang saleh. Demikianlah, kita dapati di sini bahwa kata-kata tersebut selalu mengacu pada orang-orang.


Batu permata: gambaran orang Kristen

Perhatikan kata batu permata. Satu referensi mengenai batu permata dapat ditemukan di 1 Petrus 2:5 – Rasul Paulus berkata kepada orang-orang Kristen, kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, (Bait Allah yang kudus). Bukankah itu juga yang merupakan maksud perkataan dari rasul Paulus? Jadi, Petrus di 1 Petrus 2:5 menyampaikan hal yang sama dengan yang disampaikan oleh rasul Paulus di 1 Korintus 3:9, “Kalian adalah batu-batu hidup, berharga karena hidup Allah ada di dalam diri kalian, dan kalian dipakai untuk pembangunan bait Allah.” Sungguh sangat indah. Jadi sekali lagi, kita mendapati bahwa batu adalah gambaran tentang orang-orang, namun kali ini, gambaran itu mengacu pada orang-orang Kristen.


Emas dan perak: orang-orang yang saleh, mulia dan benar

Bagaimana dengan emas dan perak? Sama persis. Emas dan perak juga mengacu pada orang-orang. Sebagai contoh, Paulus menggunakan ungkapan ini di 2 Timotius 2:20. Di sana dia berbicara tentang orang-orang Kristen sebagai alat-alat yang diperbuat dari emas atau dari perak. Dan di 1 Korintus 3:12, bahan baku emas atau perak di dalam pembangunan bait Allah. Emas dan perak mengacu pada orang-orang, dan dia melanjutkan dengan berkata, “Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia.”

Akan tetapi jika Anda tidak menyucikan diri, maka Anda menjadi perabotan yang tidak mulia. Dan tahukah Anda apa yang diperbuat orang Yahudi terhadap perabotan yang tidak mulia? Bejana yang haram, tercemar, dihancurkan, dipecahkan, dibanting hancur dan tidak dipakai lagi. Hal ini tampaknya merupakan fakta yang sudah tidak dipahami lagi di zaman sekarang ini. Bagi orang-orang Yahudi, kesucian moral sangatlah penting. Bejana yang tidak murni, secara moral telah haram akan dihancurkan. Itu sebabnya di 2 Timotius 2:22, ayat setelahnya, Paulus segera menyuruh Timotius untuk menjauhi nafsu orang muda. Dia ingin agar Timotius tetap menjadi bejana yang suci dan tidak menjadi tercemar, melainkan tetap menjadi bejana kemuliaan, perabotan emas atau perak.

Gambaran yang sama dipakai di dalam Perjanjian Lama, misalnya di Mazmur 66:10 dikatakan, Sebab Engkau telah menguji kami, ya Allah, telah memurnikan kami, seperti orang memurnikan perak. Orang benar dilambangkan seperti perak yang diuji atau dimurnikan di dalam api.

Atau, di Maleakhi 3:3 kita menemukan rujukan yang sama, umat Allah itu seperti emas dan perak yang diuji di dalam api untuk melihat kemurniannya. Dan rujukan terhadap api, tentu saja, membawa kita kembali kepada 1 Korintus 3:15, yaitu bahwa kita akan diuji dengan api.


Bahan baku selalu mengacu pada orang-orang

Jadi, sebagai kesimpulan untuk bagian pembahasan tentang bahan baku ini, kita telah melihat bahwa bahan baku itu mengacu pada orang-orang. Dan ini sangatlah mudah untuk dipahami, karena dengan apakah Anda akan membangun Gereja? Gereja di dalam Alkitab bukan berarti bangunan sebuah gedung. Gereja itu terdiri dari orang-orang. Jika saya membangun Jemaat Allah, berarti saya membangun Jemaat Allah dengan bahan baku berupa orang-orang. Cukup gamblang. Dengan demikian, saya bisa berkata bahwa saya ini sedang membangun Gereja, dan dengan apakah saya membangun Gereja? Saya membangun gereja dengan orang-orang. Orang-orang yang datang itulah yang sedang saya bangun. Saya tidak membangun Gereja dengan kayu, batu bata atau pun batu kali. Di dalam Alkitab, kata ‘gereja’ selalu berarti orang-orang; tidak pernah dirujuk sebagai gedung. Malahan, Jemaat zaman awal tidak mempunyai satu pun gedung gereja. Jemaat tidak memiliki gedung gereja sampai dengan abad kedua atau ketiga masehi. Demikianlah, kita sekarang menyadari bahwa jika kita membangun Gereja Allah berarti kita membawa orang-orang ke dalam Jemaat, kita mengumpulkan kawanan-Nya seperti yang Yesus katakan di Matius 12:30.

Dengan bahan baku berupa orang-orang macam apakah Anda ingin membangun Gereja? Kualitas rohani dari orang-orang yang menjadi bagian dari Jemaat itulah yang penting. Jika saya membangun Jemaat Allah hanya dengan orang-orang duniawi, orang-orang yang belum lahir baru tapi yang menyebut dirinya ‘Kristen’, maka apakah sebenarnya yang sedang saya kerjakan? Berarti saya sedang membangun Gereja dengan bahan baku kayu, rumput kering dan jerami, dan kita telah melihat bahwa itu semua adalah gambaran manusia duniawi atau orang-orang yang belum lahir baru.

Dan Anda tahu bahwa Gereja di zaman sekarang ini, gereja penuh dengan orang-orang yang menyebut dirinya ‘Kristen’. Mereka adalah orang ‘Kristen’ yang belum lahir baru; mereka tidak tahu apa artinya menjadi orang Kristen. Mereka tidak tahu bagaimana menjadi seorang murid Kristus. Gereja penuh dengan orang-orang yang belum dilahirkan kembali; Gereja di zaman sekarang ini dibangun dengan bahan baku kayu, rumput kering dan jerami, bukankah begitu? Namun dengan kasih karunia Allah, saya berniat untuk membangun menggunakan batu permata, emas dan perak.


Dengan iman jerami, rumput dan kayu berubah menjadi emas, perak dan batu permata

Hal apakah yang menentukan bahwa bahan bakunya emas atau perak? Hal apakah yang berharga di mata Allah? Bagaimana menurut Anda? Hal apakah yang berharga itu? Iman kita itulah yang berharga. Kita baca hal itu di 1 Petrus 1:7, iman Anda bahkan lebih berharga daripada emas. Seseorang yang dipenuhi oleh iman memiliki sesuatu yang berharga seperti emas.

Orang yang belum dilahirkan kembali tidak memiliki iman, dia boleh saja menyebut dirinya Kristen, mungkin saja dia pergi ke gereja setiap Minggu, akan tetapi dia tidak memiliki iman. Orang semacam ini adalah jenis kayu, rumput kering dan jerami. Saya tidak ingin membangun gereja semacam ini. Ada banyak sekali gereja yang sebenarnya hanya merupakan pusat kegiatan masyarakat. Yang mereka jalankan sebetulnya hanyalah kumpul-kumpul sosial; itu bukanlah Kekristenan. Itu adalah acara kumpul-kumpul sosial di mana setiap orang datang untuk bertemu dengan para sahabatnya. Dan apakah yang Anda lihat? Orang-orang itu datang dan segera setelah ibadah, mereka bergegas keluar untuk pergi makan siang.

Segera setelah ibadah selesai, mereka melesat menuju pintu karena bisa jadi sudah ada orang lain yang mendahului Anda memesan meja di restoran, sehingga Anda tidak mendapat meja, dan harus berdiri menunggu. Mengapa mereka harus pergi ke gereja jika mereka sedang terburu-buru ingin pergi makan? Untuk apa mereka pergi ke gereja? Untuk bertemu dengan para sahabatnya, dan jika mereka tidak masuk ke gereja, maka kawan-kawannya akan bertanya, “Kemana saja kamu? Apa yang terjadi denganmu? Apakah keadaanmu sedang buruk? Apakah kamu sakit?” Oh! Tidak, Anda harus membuktikan bahwa Anda baik-baik saja, bahwa bisnis Anda sedang berkembang, Anda belum bangkrut, jadi Anda harus menunjukkan wajah di gereja. Jadi apa yang sedang kita kerjakan? Kita membangun gereja yang sebenarnya adalah pusat kegiatan sosial saja.

Saya tidak keberatan dengan adanya pusat kegiatan sosial, lembaga-lembaga semacam itu memang bagus buat kita, akan tetapi Gereja tidak ditujukan untuk menjadi pusat kegiatan sosial. Jika kita lakukan hal itu, berarti kita membangun gereja yang duniawi, yang secara rohani mati, seperti Jemaat yang di Laodikia, “Kamu mengira dirimu hidup padahal kamu mati.” Itulah hal yang terjadi pada Gereja. Jika secara rohani Anda mati, berarti Anda hanyalah jerami, rumput dan kayu. Anda hanyalah manusia duniawi.

Inilah hal yang diprihatinkan oleh Paulus dari jemaat di Korintus. Sekarang kita bisa mengerti apa yang sedang dia bicarakan, karena sejak dari bagian awal, di 1 Korintus 3:1, dia berkata kepada mereka,

“Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus.”

Dia memperingatkan orang-orang Korintus “Kalian ini mungkin hanya kayu, rumput kering dan jerami dan aku mungkin akan berakhir sebagai orang yang membangun Jemaat Allah dengan orang-orang semacam kamu.”

Dia sedang memperingatkan mereka. Dia berkata, “Tidak menjadi soal bagiku untuk membangun dengan bahan-bahan itu. Aku ingin ada kualitas di tengah Jemaat. Aku bertujuan membangun manusia-manusia rohani di tengah Jemaat, namun lihatlah jenis apa kalian ini?” Paulus adalah orang yang sangat berterus terang, sangat blak-blakan. Dia berkata kepada mereka, “Kalian manusia yang dikuasai kedagingan, manusia duniawi.” Oh! Dia tidak diplomatik seperti saya. Dia langsung menyatakan kebenaran! Dia sampaikan kepada mereka langsung apa yang dia pikirkan tentang mereka. Dia berkata, “Aku tidak bisa berbicara denganmu sebagai manusia rohani karena kalian adalah orang-orang duniawi. Saya kira kalian sudah tumbuh sebagai orang Kristen tetapi kalian masih dalam tahapan bayi, sebaiknya kalian cepat bertumbuh di dalam Kristus, jika tidak, maka kalian tidak akan bisa bertahan.” Dia berkata kepada mereka secara terus terang.

Kemudian, dia mengganti gambarannya. Dia berkata, “Aku membangun Jemaat Allah, dan aku tidak berniat untuk membangun dengan kayu, rumput kering dan jerami. Aku ingin agar kalian semua menjadi emas, perak dan batu permata. Dan bagaimanakah caranya agar kalian bisa berubah dari kayu, rumput kering dan jerami menjadi batu permata, perak dan emas? Melalui iman.

Hanya ada satu hal yang berharga di mata Paulus dan hal itu adalah Kristus. Sedemikian berharganya Kristus, sehingga di dalam Filipi 3:8 dia berkata,

“Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus.”

Semakin kita menjadi serupa dengan Kristus lewat iman, berarti semakin kita menjadi sama dengan emas, perak dan batu permata.

Dan bagi Paulus, dia memiliki satu tujuan: menjadikan setiap orang Kristen serupa dengan gambaran Kristus. Itulah tujuannya: untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus. Itulah ucapan Paulus sendiri. Dia tidak mau memiliki jemaat yang penuh dengan bayi-bayi rohani. Dia berkata, “Baiklah, memang harus ada tahapan bayi, hal itu cukup wajar. Akan tetapi kalian jangan tetap di tahapan itu. Kalian harus bertumbuh sampai pada gambaran Kristus yang sepenuhnya. Kalian harus beralih dari kayu, rumput kering dan jerami menjadi gambaran Kristus, menjadi yang paling berharga.”

Dapatkah Anda melihak makna dari perikop itu? Jemaat Allah sedang dibangun dan kita membangun Gereja Allah itu dengan bahan baku berupa orang-orang sebagai mana yang dikatakan di 1 Petrus 2:5,

“Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani.”

Kita membangun dengan bahan baku berupa orang-orang, akan tetapi yang terpenting adalah kualitas dari bahan baku itu. Petrus tidak sekadar berkata, “Kamu adalah batu-batunya.” Dia berkata, “Kamu adalah batu-batu hidup.” Mengapa Anda berharga? Karena ada hidup Allah di dalam diri Anda!

Saya juga bertujuan membangun Jemaat Allah dengan emas dan perak dan batu permata. Saya tidak mau gereja yang dipenuhi rumput kering dan jerami. Memang ada banyak gereja yang jumlah jemaatnya ratusan orang, namun saya tidak bangga jika dengan jemaat ratusan orang itu terdiri dari kayu, rumput kering dan jerami saja. Emas, perak dan batu permata jauh lebih langka, bukankah demikian? Apakah Anda ingin membangun rumah yang besar dari bahan kayu saja? Apakah hal itu akan lebih memuliakan Allah? Apa yang lebih memuliakan Allah? Bait Allah yang lebih kecil namun dipenuhi oleh batu permata, emas dan perak atau gedung besar yang dipenuhi oleh kayu, rumput dan jerami?

Apakah yang dihasilkan oleh batu permata, emas dan perak? Mereka punya kecemerlangan, mereka memantulkan cahaya, bukankah begitu? Mereka selalu indah dan cemerlang. Gereja yang indah bagi Allah adalah gereja yang memantulkan terang Allah, itulah yang memuliakan Allah! Apa gunanya memiliki gereja yang dipenuhi oleh kayu, rumput kering dan jerami? Mereka sama sekali tidak memantulkan kemuliaan Allah.


‘Hari Tuhan’ adalah hari Penghakiman dari Allah

Kita lanjutkan ke poin yang berikutnya. Di 1 Korintus 3:13 kita melihat kata ‘hari Tuhan’. “Sekali kelak pekerjaan masing-masing orang (masing-masing kita terlibat di dalam pembangunan Jemaat Allah dan mudah-mudahan Anda juga) akan nampak.” (Pekerjaan macam apakah itu.) Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu.” Apakah ‘hari Tuhan’ itu? ‘Hari Tuhan’ di dalam Alkitab selalu mengacu pada hari Penghakiman. Anda bisa temukan banyak sekali referensi tentang ‘hari Tuhan’, misalnya di Matius 7:22, Roma 2:5, 1 Korintus 1:8, 2 Korintus 1:14 dan sebagainya. Kata ‘hari Tuhan (the Day)’ adalah istilah yang terkenal di dalam Alkitab yang mengacu kepada hari Penghakiman.

Tentu saja, kata ‘api’ adalah kata lain bagi penghakiman, sebuah kata yang sangat lazim dipakai untuk menggambarkan penghakiman di dalam Alkitab. Hal ini dapat dilihat di Matius 3:12, Matius 7:19, 1 Korintus 3:13, 15, Yudas 7 dan sebagainya.


Apakah hanya orang non-Kristen yang akan dihakimi oleh Tuhan?

Sejauh ini pengajaran yang saya sampaikan merupakan koreksi bagi pengajaran yang telah Anda dengarkan di gereja-gereja zaman sekarang ini, dan saya sangat sedih akan hal itu. Situasi ini terjadi karena kita belum menjadi ekspositor yang mampu membuka rahasia Firman Allah. Ada ajaran di Gereja sekarang yang berkata bahwa orang Kristen tidak akan dihakimi, hanya orang non-Kristen yang akan dihakimi oleh Allah. Orang Kristen tidak akan dihakimi. Saya tidak paham bagaimana, kita bisa membuat pernyataan semacam itu. Saya tidak mengerti hal ini. Saya melihat sebuah artikel utama dari Gereja Injili (Evangelical Church) berjudul “We believe the Bible to be the Word of God (Kami Percaya Alkitab sebagai Firman Allah)” akan tetapi apa yang diajarkan di artikel itu malah berlawanan dengan Alkitab. Bagaimana cara Anda untuk memahami hal-hal tersebut. Di bagian mana di dalam Alkitab disebutkan bahwa orang Kristen tidak akan dihakimi? Tentu saja, kita akan dihakimi. Perikop ini memberitahu kita akan hal itu karena penghakiman itu mengikuti hasil pekerjaan masing-masing. Setiap pekerjaan orang Kristen akan dihakimi dengan api.


Apakah yang dibakar?

Mari kita perhatikan poin lainnya lagi. Kita telah melihat bahwa bahan baku berupa kayu, rumput kering, jerami, batu permata, emas, perak mengacu kepada orang-orang. Lalu, kapankah material itu dibakar? Apakah yang dibakar? Kayu, rumput kering, jerami mengacu pada orang-orang. Maka yang akan terbakar adalah orang-orang. Orang-orang yang menyebut dirinya sebagai orang ‘Kristen’ di gereja-gereja akan dibakar.

Apakah hal itu tidak membuat Anda bersedih? Apakah hal tersebut tidak mengusik hati Anda? Hal itu sangat mengusik hati saya. Itu sebabnya mengapa saya berkhotbah dengan sepenuh hati. Saya tidak mau melihat seorang pun terbakar dan setidaknya, mereka yang menyebut dirinya Kristen tetapi bukan orang Kristen. Dan di hari Penghakiman, Allah akan berkata kepada mereka, “Aku tidak kenal siapa kalian, menjauhlah dariKu” (Mat 7:21). Saya tidak ingin hal ini terjadi pada siapa pun.

Mengapa Anda ingin tetap menjadi kayu, rumput kering dan jerami dan terbakar di hari Penghakiman? Orang Kristen akan menghadapi penghakiman sama seperti setiap orang yang lainnya. Setiap orang yang lain juga menghadapi Penghakiman. Lalu bagaimana dengan para pekerja Krsiten? Mereka yang menyebut dirinya “orang Kristen” akan terbakar, lalu bagaimana dengan para pekerja Kristen?

Para pekerja Kristen juga harus melalui Penghakiman sama seperti setiap orang yang lain. Saya, Anda, setiap orang yang lain, begitu juga dengan Paulus. Inilah hal yang dikatakan oleh Paulus dengan kata-kata yang paling gamblang. Saya tidak mengerti bagaimana orang bisa membuat kontroversi dengan kata-kata di dalam ayat tersebut yang sebenarnya bahkan tidak memerlukan penjelasan lebih lanjut. Di 2 Korintus 5:10, inilah yang Paulus katakan,

“Sebab kita semua (‘kita’, bukan ‘mereka’) harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.”


Apakah orang Kristen tidak akan dihakimi?

Ada sebuah pandangan yang mengatakan bahwa orang Kristen tidak akan dihakimi; mereka hanya akan menerima hadiah pada saat Penghakiman. Jangan biarkan ajaran yang tidak alkitabiah ini menipu Anda. Kita semua akan dihakimi. Jangan mau ditipu. Setiap orang Kristen akan dihakimi. Paulus berkata: Kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus. Dan di dalam konteks tersebut, dia sedang berbicara dengan orang-orang Kristen, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.  Jadi bukan sekadar yang baik, bukan sekadar hadiah, melainkan sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.

Dia mengulangi hal yang persis sama di Roma 14:10. Roma 14:10 –

Tetapi engkau, mengapakah engkau menghakimi saudaramu? Atau mengapakah engkau menghina saudaramu? Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Allah.

Bukankah ini sudah cukup gamblang?

Maknanya sudah cukup gamblang: bahan baku yang digarap adalah orang-orang. Saya tidak mau melihat seorang pun di dalam gereja ini terbakar oleh api Penghakiman Allah. Itu sebabnya saya berkhotbah dan memohon dengan sekuat tenaga saya. Saya meminta kepada Allah agar setiap orang dari antara Anda bisa menjadi emas dan perak dan batu permata. Jangan sampai binasa di bawah Penghakiman Allah.


Pekerja-pekerja Allah tidak mau bekerja sia-sia

Poin yang terakhir. Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api. Poinnya adalah bahwa Anda menderita kerugian. Poin ini bukanlah suatu hal yang menenteramkan bagi Paulus, karena hanya dia sendiri yang selamat. Lagi pula, untuk apa kita bekerja keras selama ini? Kita bekerja keras bukan untuk menyelamatkan diri kita sendiri, kita bekerja keras untuk menyelamatkan orang lain.

Saya sendiri memiliki perasaan yang persis sama dengan Paulus. Bagi saya, jelas bukan suatu kelegaan jika hasil pekerjaan saya terbakar, walau saya sendiri tetap diselamatkan. Di mana letak penghiburan buat hati saya? Saya telah menyerahkan segenap hidup saya untuk pembangunan Jemaat. Di mana letak penghiburan buat saya? Apakah saya akan terhibur jika seluruh hidup saya tersia-siakan? Jika saya membangun dengan kayu, rumput kering dan jerami, dan hasil pekerjaan saya binasa, maka pada Hari itu saya akan menangis. Apa yang bisa membuat saya bersukacita? Tidak ada. Jika saya sudah mengorbankan segenap hidup saya, mengorbankan pekerjaan, profesi dan masa depan saya untuk membangun Jemaat Allah, saya tidak mau membangun dengan kayu, rumput kering dan jerami. Dan bukanlah merupakan suatu penghiburan jika saya sendiri yang diselamatkan karena jika saya ingin menyelamatkan diri saya sendiri.

Demikian juga dengan Paulus. Paulus berkata, “Mengapa kami rela menanggung semua ini? Aku telah dipukuli, dihina, kelaparan, mengalami kapal karam dan aku telah mengalami dicambuk.” Dan pada akhirnya, dia mengorbankan nyawanya bagi Kristus, untuk apa? Untuk membangun Jemaat Allah. Jika pada akhirnya, Gereja terbakar, apakah Anda pikir Paulus akan terhibur? Apakah itu menjadi sukacita bagi Paulus? Seperti yang telah saya katakan, satu-satunya orang yang bisa bersukacita dalam keadaan seperti ini adalah orang yang belum lahir baru. Tak ada orang, yang peduli dan mengasihi Jemaat Allah, yang akan bersukacita jika dia sendiri yang diselamatkan. Di mana letak sukacitanya? Paulus sangatlah prihatin akan hal ini dan dia tidak sekadar satu kali saja mengungkapkan hal ini. Dia sampaikan berulang kali bahwa ketakutan terbesarnya adalah bahwa dia ternyata telah bekerja keras secara sia-sia. Bekerja tanpa hasil.

Di Galatia 2:2 dia berkata,

supaya jangan dengan percuma aku berusaha atau telah berusaha.

Apakah Anda pikir setelah aku berlari begitu kencang, dan telah kehilangan segala-galanya demi lomba lari ini, lalu aku berakhir tanpa hasil apa-apa? Jangan dengan percuma aku berusaha atau telah berusaha.

Dia mengucapkan sekali lagi hal ini di Filipi 2:16. Dia berkata kepada Jemaat di Filipi,

sambil berpegang pada firman kehidupan, agar aku dapat bermegah pada hari Kristus, (Perhatikan kata-kata yang sama, ‘hari Kristus’) bahwa aku tidak percuma berlomba dan tidak percuma bersusah-susah.

Paulus ingin agar orang Kristen di Filipi untuk berpegang pada firman kehidupan, agar tidak percuma dia berlomba. Jika orang Kristen di Filipi binasa, katanya, “Berarti aku telah berlomba dengan sia-sia, aku telah berusaha dengan sia-sia, aku telah menderita dengan sia-sia, aku telah mengorbankan kehidupan dan karirku dengan sia-sia.” Dan Paulus di akhir hidupnya menjalani hukuman pancung demi Kristus. Apakah Anda pikir dia mau mengerjakan semua itu tanpa hasil?

Dia mengucapkan hal yang sama di 1 Tesalonika 3:5. Seringkali dia menunjukkan keprihatinannya yang terus menerus, yaitu agar pekerjaannya tidak sia-sia. 1 Tesalonika menunjukkan betapa dekatnya poin ini dengan hati Paulus. Perhatikan bahwa yang satu ditujukan kepada orang Kristen di Korintus, satu lagi ditujukan kepada yang di Filipi, dan yang sekarang ditujukan kepada yang di Tesalonika, kepada semua jemaat yang telah dia bantu pembangunannya.

Di 1 Tesalonika 3:5 dia berkata,

Itulah sebabnya, maka aku, karena tidak dapat tahan lagi, telah mengirim dia, supaya aku tahu tentang imanmu, karena aku kuatir kalau-kalau kamu telah dicobai oleh si penggoda dan kalau-kalau usaha kami menjadi sia-sia.

Paulus berkata kepada orang-orang di Tesalonika, “Jika Setan telah menggoda kalian dan iman kalian jatuh dan kalian berpaling dari Tuhan, maka aku telah berusaha dengan sia-sia. Segala usahaku tidak ada artinya.” Tidakkah Anda melihat betapa tema ini terus muncul di dalam tulisan Paulus? Dia sangat ingin agar hasil pekerjaannya tidak hancur berantakan. Dan saya juga tidak ingin hasil pekerjaan saya hancur binasa.


Rangkuman

Saya akan merangkumnya sekarang, menyatukan semua poin itu secara singkat. Apakah yang telah kita pelajari?

Kita telah belajar bahwa Yesus berkata bahwa kita ini akan mengumpulkan bersama dia atau mencerai-beraikan, dan Yesus mengatakan hal ini kepada setiap orang Kristen.

Saat kita beralih ke perikop di 1 Korintus, kita melihat bahwa ayat-ayat ini berkaitan dengan hal pembangunan Jemaat, sama seperti Matius 12:30 yang berkenaan dengan hal mengumpulkan Jemaat atau umat Allah.

Dan kita melihat bahwa di 1 Korintus 3, tema utamanya adalah berkenaan dengan para pekerja Allah. Jika Anda perhatikan 1 Korintus pasal 3, Anda akan melihat dua nama yang terus muncul di sepanjang pasal ini, “Paulus dan Apolos.” Dia sedang berbicara tentang para pekerja Kristen yang terlibat dalam pembangunan Jemaat dan di 1 Korintus 3:22, ada satu rujukan pada Petrus juga yang tampaknya sempat singgah di Korintus dan membantu pembangunan Jemaat di sana. Jadi, kita mendapati bahwa secara keseluruhan pusat perhatiannya adalah para pekerja Allah.

Namun kita juga melihat bahwa, dalam pengertian tertentu, setiap orang dari antara kita terlibat dan memang harus terlibat di dalam membangun Jemaat Allah jika kita ini adalah orang Kristen yang sejati. Itu sebabnya mengapa Paulus memperluas pengertian tersebut dengan ungkapan tiap-tiap orang; itulah sebabnya hal yang dia bahas ini berlaku pada setiap orang Krsiten. Dengan mengatakan tiap-tiap orang, dia berbicara kepada orang Kristen di Korintus. Dan di sana dia berkata bahwa setiap orang dari kita harus terlibat dalam membangun Jemaat.

Kita melihat bahwa di dalam membangun Gereja, yang kita bangun adalah orang-orangnya, dan jika kita sedang membangun orang-orang, kita harus memastikan bahwa mereka bertumbuh di dalam kasih karunia. Janganlah puas hanya karena seseorang telah membuat keputusan bagi Kristus. Gereja-gereja banyak yang puas dan duduk santai mendapat hasil seperti itu. Saya sendiri justru ketakutan akan hasil ini. Kita harus melanjutkan dari sana menuju pada kepenuhan kesempurnaan di dalam Kristus, sampai mereka memancarkan kemuliaan Allah, keindahan-Nya dan kuasa-Nya, sampai mereka menjadi emas, perak dan batu permata.

Di hari Penghakiman, pekerjaan kita akan diuji. Jika kita adalah orang Kristen yang berkomitmen dan berdedikasi, yang membantu pembangunan Jemaat Allah dan bekerja untuk membangun Jemaat-Nya lewat berbagai cara, dan jika hasil pekerjaan kita bisa bertahan, yaitu orang-orang yang kita bawa kepada Kristus dan kita bangun di dalam Kristus, bertahan menghadapi ujian jika hasil pekerjaan Anda lulus uji, maka Anda akan mendapat hadiah. Jika tidak, maka mereka akan binasa dan Anda akan menderita kerugian.

Dengan demikian, ini berarti bahwa saat kita menjalani kehidupan sebagai orang Kristen, kita dipanggil bukan sekadar untuk percaya kepada Yesus melainkan untuk bekerja bersama dia dan melayani bersama dia, ini adalah poin penting. Dan Paulus ingin memberitahu kita untuk tidak sekadar melayani dia, tetapi kualitas rohani dari hasil pekerjaan kita itulah yang lebih penting. Itu adalah hal yang pokok juga. Marilah kita camkan hal itu ke dalam hati kita.

Dan saya ingin bertanya sekali lagi kepada Anda, termasuk orang jenis apakah Anda? Apakah Anda masih jenis kayu, rumput kering dan jerami? Atau, apakah, dengan kasih karunia Allah dan iman, Anda telah berubah menjadi emas, perak dan batu permata?

Dan apakah Anda bekerja untuk membangun orang lain dengan iman dan membangun Jemaat Allah? Anda, tentu saja, adalah unsur di dalam Jemaat Allah, akan tetapi Anda juga dipanggil untuk membangun orang lain ke dalam Jemaat Allah. Dan seluruh perikop ini berkenaan dengan hal pembangunan itu, bukan mengenai jenis bahan apakah Anda, tetapi mengenai bahan apa yang Anda pakai dalam membangun Jemaat Kristus. Itulah pokok perhatiannya.

Jadi tanyakanlah diri kita masing-masing, ini adalah ujian mengenai apakah kita ini adalah orang Kristen yang sejati, apakah kita ini aktif bagi Kristus, apakah kita ini rekan sekerjanya yang bekerja bersama dia mengumpulkan umatnya dan membangun Gerejanya. Atau, apakah kita ini mencerai-beraikan?

 

Berikan Komentar Anda: