Pastor Eric Chang | Matius 12:38-42 |

Di pesan ini, kita akan melihat apa makna dari tanda nabi Yunus di Matius 12:38-42:

Pada waktu itu berkatalah beberapa ahli Taurat dan orang Farisi kepada Yesus: “Guru, kami ingin melihat suatu tanda dari pada-Mu.” Tetapi jawab-Nya kepada mereka: “Angkatan yang jahat dan tidak setia (pezina) ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam. Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan menghukumnya juga. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus! Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama angkatan ini dan ia akan menghukumnya juga. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengar hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo!”

Bacakan juga perikop yang sejajar di Lukas 11:29-32

Ketika orang banyak mengerumuni-Nya, berkatalah Yesus: “Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini. Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama orang dari angkatan ini dan ia akan menghukum mereka. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengarkan hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo! Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan mereka akan menghukumnya. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat waktu mereka mendengarkan pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!”

Tanda adalah sesuatu yang dapat dilihat 

Yunus dijadikan sebagai ‘tanda’ untuk dilihat oleh orang-orang Niniwe. Tanda di dalam Alkitab adalah sesuatu hal yang dapat dilihat; dan juga berisi pesan dari Allah. Pesan dari Allah disampaikan melalui tanda itu. Pesan yang disampaikan oleh suatu tanda atau suatu sarana yang dapat Anda lihat.

Sebagai contoh, dalam kisah tentang kelahiran Yesus, Lukas 2:12 memberitahu kita, “Dan inilah tandanya bagimu,” tidak dikatakan ‘mukjizat’ bagimu. ‘Tanda’ yang di Lukas 2 itu adalah bayi yang dibungkus dengan kain lampin. Sehingga para gembala itu akan tahu saat mereka melihat tanda tersebut, bahwa bayi yang terbungkus dengan kain lampin itulah yang akan menjadi Juruselamat.

Di Matius 26:48, kita melihat kata ‘tanda’ dalam pengertian yang buruk, tanda yang akan diberikan Yudas kepada orang-orang yang akan menangkap Yesus, “Aku akan memberimu tanda. Aku akan mencium mukanya dan kamu akan tahu bahwa dialah yang harus kamu tangkap.” Tentunya, saat dia berkata, “Aku akan memberimu tanda,” dia tidak bermaksud untuk berkata, “Aku akan memberimu mukjizat.” Yang dia maksudkan adalah, “Aku akan memberimu tanda, untuk menunjukkan bahwa orang itulah yang harus kamu tangkap.”

Di ayat-ayat di atas, para ahli kitab, yaitu para pakar teologi Yahudi pada zaman itu, dan orang-orang Farisi berkata kepada Yesus, “Berilah kami tanda yang bisa kami lihat.” Dan Yesus berkata kepada mereka, “Kepada angkatan yang jahat dan pezina (adulterous)  ini, tidak ada tanda yang akan diberikan selain tanda nabi Yunus.”


‘Angkatan’: periode waktu yang bisa saja sangat lama

Saat Yesus berkata ‘Angkatan ini’, angkatan yang manakah yang sedang dia maksudkan? Apakah dia bermaksud untuk menunjuk kepada angkatan pada zaman itu saja? Apakah ini berarti bahwa hanya angkatan itu yang akan menerima tanda nabi Yunus, sedangkan angkatan yang lain tidak akan menerima tanda? Haruskah kita mengartikan bahwa hanya angkatan itu yang jahat, dan generasi-generasi sesudahnya tidak jahat? Apakah hanya angkatan itu saja yang disebut sebagai angkatan yang jahat dan pezina?

Kata ‘angkatan’ yang dipakai oleh Yesus tidak bermakna seperti yang dimaksudkan di dalam bahasa Inggris (atau bahasa Indonesia). Di dalam bahasa Inggris, makna kata ‘angkatan’ menunjuk kepada satu kelompok khusus di dalam masyarakat yang hidup pada periode yang sama, jangkauannya mungkin mencakup sekitar 30 sampai 40 tahun. Pemaknaan kata ‘angkatan’ di dalam Alkitab tidak harus dibatasi pada satu generasi dalam rentang waktu sekitar 30 tahunan, sebagaimana yang dipahami dalam bahasa Inggris. Makna kata tersebut dalam bahasa Ibrani merujuk ke segala zaman, bisa mengacu pada rentang waktu yang sangat lama. Kata ini merujuk kepada masa di mana kita hidup; mencakup semua periode waktu yang disebut sebagai masa kini, yaitu mencakup masa 2000 tahun; atau dalam hal ini, satu periode khusus di dalam rentang waktu Allah. Jadi kalau dikatakan angkatan Perjanjian Lama, itu berarti semua angkatan yang masuk dalam periode Perjanjian Lama.

Itulah sebabnya kata ‘angkatan’ bisa mengacu pada semua golongan di dalam masyarakat, tanpa merujuk pada periode waktu tertentu, sehingga, misalnya, kita bisa menemukan istilah ‘angkatan yang benar’ di Mazmur 14:5. Istilah ini menunjuk kepada segenap golongan yang ada di masyarakat, yang termasuk dalam kelompok orang benar. Dan ada juga istilah ‘angkatan yang jahat’, yaitu segenap orang yang jahat dari berbagai golongan di dalam masyarakat.


Tanda nabi Yunus berlaku sampai ke zaman ini

Jadi persoalannya adalah, apakah tanda ini hanya berlaku bagi orang-orang yang sedang berdiri di hadapan Yesus? Atau tanda nabi Yunus ini juga berlaku untuk zaman sekarang? Jika tanda itu hanya untuk mereka, maka tampaknya angkatan yang disebut jahat itu mendapatkan semacam perlakuan istimewa, dan angkatan yang berikutnya tidak mendapat tanda apa-apa sama sekali. Setelah kita dengan tepat mengerti makna kata angkatan itu, kita melihat bahwa saat Yesus menyebut ‘angkatan ini’, dia tidak sekadar menunjuk kepada orang-orang Yahudi yang sedang mendengarkannya. Tanda nabi Yunus berlaku sampai ke masa kini.


Apakah tanda nabi Yunus dan tanda Anak Manusia?

Namun persoalannya adalah, apakah tandanya? Dikatakan di Lukas 11:30 bahwa Yunus adalah tanda untuk orang-orang Niniwe dan Anak Manusia adalah tanda bagi kita. Pertanyaannya adalah, bagaimana Yesus, Anak Manusia, menjadi tanda bagi kita? Kita tahu bahwa tanda adalah sesuatu hal yang terlihat. Tanda bukan sekadar sebuah pesan. Anda mungkin berkata bahwa Anak Manusia lebih merupakan pesan ketimbang tanda, akan tetapi sebuah pesan bukanlah hal yang bisa Anda lihat tetapi lebih merupakan apa yang Anda dengar. Tanda harus merupakan sesuatu yang bisa Anda lihat.

Lalu, apa yang menjadi tanda itu? Anda bisa saja berkata, “Jika Yesus adalah tanda untuk zaman sekarang ini, kami tidak melihat Yesus.”


Kebangkitan Yesus bukanlah tanda nabi Yunus

Kita lihat di Matius 12:40, bahwa sama seperti Yunus yang berada di dalam perut ikan selama tiga hari tiga malam, demikian pula Anak Manusia akan tiga hari tiga malam berada di dalam perut bumi. Dari sini jelas terlihat adanya rujukan bahwa Yesus akan dikuburkan selama tiga hari tiga malam dan kemudian dia akan bangkit kembali dari antara orang mati. Namun, persoalannya adalah bagaimana kebangkitan itu menjadi tanda bagi kita karena kita tidak melihat langsung kebangkitan tersebut? Bagaimana kebangkitan Yesus bisa menjadi tanda? Bagaimana kebangkitan Yesus bisa menjadi suatu tanda? Peristiwa itu mungkin bisa kita terima sebagai pesan, akan tetapi sulit diterima sebagai tanda.

Banyak yang berkata, “Oh, tandanya adalah kebangkitan Yesus itu.” Akan tetapi, bagaimana kebangkitan itu bisa kita terima sebagai tanda? Jika sebuah mukjizat dilakukan dan Anda bisa melihatnya, maka mukjizat itu akan menjadi tanda. Akan tetapi siapa yang telah melihat kebangkitan itu? Bagaimana kebangkitan itu bisa menjadi tanda?

Terlebih lagi, jika kebangkitan itu adalah tanda, maka Yesus telah memberikan tanda itu sebelumnya. Di Yohanes pasal 11, Yesus membangkitkan Lazarus dari antara orang mati di depan mata orang banyak yang berdiri di sana, bukan sekadar di depan keluarganya. Jadi, jika kuasa kebangkitan adalah tanda, maka dia telah memberikan tanda itu di depan orang banyak. Dalam kesempatan lain, dia membangkitkan anak perempuan Yairus dan hal itu dilihat banyak orang. Dalam kejadian lainnya, dia membangkitkan orang mati, anak seorang janda di Nain, dan hal itu juga disaksikan oleh banyak orang. Yesus menghentikan rombongan yang akan menguburkan anak tersebut dan dia membangkitkan anak itu dari antara orang mati. Jadi, orang-orang di zaman itu sudah melihat tanda kebangkitan, kuasa kebangkitan yang dimiliki oleh Yesus.

Yesus tidak sedang berbicara tentang para muridnya; Yesus sedang berbicara tentang angkatan yang jahat yang tidak percaya kepadanya. Sekalipun para murid Yesus melihat kebangkitannya, yang memang sudah terjadi, angkatan yang jahat ini tidak melihatnya. Sekali lagi, ingatlah bahwa Yesus sedang berbicara kepada para ahli kitab dan orang-orang Farisi. Dia berkata, “Aku akan memberimu tanda,” akan tetapi mereka tidak pernah melihat kebangkitan itu.

Demikianlah, apa yang tadinya terlihat sederhana, cukup dengan berkata, “Tandanya adalah kebangkitan Kristus,” ternyata malah bukan itu sama sekali. Apa yang tidak bisa dilihat oleh orang yang tidak percaya; angkatan yang jahat dan pezina ini, tidak bisa menjadi tanda bagi mereka.


Membandingkan Yunus dan Yesus

Lalu, bagaimana kita bisa memahami tanda luar biasa yang akan Yesus berikan kepada kita? Perbandingannya adalah dengan nabi Yunus. Mari kita renungkan sejenak tentang nabi Yunus. Membandingkan Yesus dengan Yunus adalah seperti membandingkan antara warna hitam dan putih!

Yunus adalah nabi di Perjanjian Lama yang sedang melarikan diri dari Allah ketika ia dibuang ke dalam laut. Dan bahkan setelah mengalami hal yang luar biasa di dalam perut ikan selama tiga hari tiga malam, sikapnya tidak berubah. Kita mendapati bahwa ketika dia bernubuat ke Niniwe dan orang-orang di Niniwe bertobat, apakah dia gembira? Tidak, dia tetap mengeluh akan hal ini.

Anda akan bertanya, “Apa yang mau dibandingkan antara Yunus dengan Yesus? Bagaimana Yunus bisa dijadikan tanda? Dan di dalam pengertian apa Yesus akan dijadikan tanda, bagaimana Anak Manusia bisa menjadi tanda?”

Anda mungkin berkata, “Kita tidak akan berbicara tentang bagian awal dan akhir dari kisah Yunus. Kita hanya akan membahas masalah tiga hari tiga malam di dalam perut ikan.” Namun, masalahnya adalah, tidak dikatakan bahwa Yunus menjadi tanda selama dia berada di dalam perut ikan. Dia menjadi tanda saat dia pergi kepada orang-orang Niniwe; kepada merekalah dia menjadi tanda. Anda mungkin berkata, “Urusan ini jadi semakin sulit untuk dipahami. Hal yang tadinya saya pikir mudah, semakin dibahas ternyata semakin menjadi rumit.”

Semakin saya mempelajari ajaran Yesus, semakin saya kagum dengan pengajarannya. Tak ada hal yang semacam ini di dunia. Kemarin, semakin saya merenungkan firman Allah, semangat saya semakin bergelora dan istri saya tidak paham mengapa saya begitu bersemangat. Dia ingin saya mau memberitahunya, akan tetapi saat itu sudah pukul setengah empat dini hari, dan tentunya akan sulit untuk melakukan pembahasan di saat seperti itu. Kadang kala semangat saya begitu terpicu oleh Firman Allah sehingga saya tidak bisa tidur, dan saya bekerja sampai matahari terbit. Malahan, memang hal inilah yang terjadi tadi pagi. Jadi, bagi saya, pernyataan orang-orang yang berkata bahwa mereka mengalami kesulitan dalam mempelajari Alkitab, adalah pernyataan yang tidak bisa saya pahami. Saya sendiri justru tidak bisa berhenti mempelajarinya.

Namun, ada satu persoalan besar bagi saya. Bagaimana menyampaikan pesan yang ada di dalam Firman agar bisa dipahami oleh semua orang, karena terkadang memahami sesuatu hal lebih mudah daripada menolong orang lain untuk turut bisa memahaminya juga.

Mari kita pikirkan sekali lagi, apa yang menjadi tanda nabi Yunus? Tampaknya kita hanya bisa menyentuh sedikit saja dari makna yang ada. Mari kita perhatikan, Yunus menjadi tanda bagi orang-orang Niniwe hanya setelah dia berada tiga hari dan tiga malam di dalam perut ikan. Dan dia menjadi tanda bagi orang Niniwe bukan hanya setelah peristiwa itu, melainkan justru karena peristiwa itu!  

Jika kita pelajari Lukas 11:30 dengan cermat, Yesus TIDAK berkata, “Kebangkitan-ku akan menjadi tanda bagimu, hai orang-orang Farisi,” melainkan, “Anak Manusia akan menjadi tanda bagi angkatan ini.” Dan Yesus Kristus memang akan menjadi tanda bagi satu angkatan, termasuk Anda dan saya, bagi semua orang sejak zaman itu sampai sekarang. Yesus Kristus akan menjadi tanda bagi kita di dalam kematian dan kebangkitannya, dan itu terjadi hanya setelah kematian dan kebangkitannya. Sama seperti Yunus yang menjadi tanda setelah peristiwa itu, demikian pula Yesus menjadi tanda setelah kebangkitan itu. 


‘Angkatan ini’ tidak melihat Yesus sama sekali

Anda akan berkata, “Setelah kebangkitan? Namun, setelah kebangkitan, angkatan ini sama sekali tidak melihat Yesus.” Paling tidak, sebelum kematian dan kebangkitannya, para ahli kitab dan orang-orang Farisi, dan segenap angkatan itu, bisa melihat dia. Namun, setelah kematian dan kebangkitannya, orang-orang Farisi dan ahli kitab justru tidak pernah melihatnya lagi. Malahan, memang itu yang dikatakan oleh Yesus kepada murid-muridnya: “Dunia tidak akan melihatku lagi, tetapi kamu akan melihatku.” Lalu, bagaimana dia akan menjadi tanda bagi angkatan ini? Kita masih berada di dalam teka-teki.

Jawabannya terletak pada apa yang Yesus maksudkan dengan kata ‘Anak Manusia.’ Anda perlu perhatikan, dia tidak berkata, “Aku akan menjadi tanda,” tetapi, “Anak Manusia akan menjadi tanda.”


‘Anak Manusia’ adalah Yesus dan Jemaat

‘Anak Manusia’ adalah gelar bagi Yesus yang berasal dari Daniel pasal 7. Di Daniel pasal 7, ‘Anak Manusia’ adalah gelar yang sangat istimewa dan tidak lazim. Karena kadang-kadang, istilah ‘Anak Manusia’ di kitab Daniel tampaknya  menunjuk kepada satu orang. Dia memang merujuk kepada satu orang, tetapi jika Anda meneruskan pembacaan, Anda akan dapati bahwa istilah ini juga merujuk kepada lebih dari satu orang. Lalu, “Apakah istilah ini mengacu pada satu orang, atau pada beberapa orang?” Inilah yang menjadi inti persoalan.

Apakah pokok anggur itu mengacu pada satu orang atau pada banyak orang di Yohanes pasal 15? Pokok anggur itu mengacu pada satu pribadi, Yesus dan juga Gereja. Yesus adalah pokok anggur itu, kita juga adalah pokok anggur itu – kita adalah cabang-cabang dari pokok anggur itu. Pokok anggur itu adalah satu orang dan juga Gereja secara keseluruhan. Anak Manusia itu adalah satu orang dan juga segenap Gereja.  Apakah sumber dari pernyataan ini?

Inilah hal yang coba disampaikan oleh rasul Paulus kepada kita, ketika dia berkata bahwa Yesus hadir di dunia sekarang ini. Dengan cara apa? Di dalam tubuhnya. Kitalah tubuhnya itu. Rasul Paulus berkata, “Kristus ada di dalam kamu,” itulah makna dari Gereja: Kristus hadir di dalam kamu. Kita, sebagai Gereja, adalah perwujudan dari Kristus di tengah dunia sekarang ini. Saat orang-orang melihat kita, mereka seharusnya melihat Yesus. Bagaimana pun juga, saat saya melihat diri Anda, yang saya lihat adalah Anda. Anda tidak bisa menyangkal bahwa tubuh Anda adalah bagian dari Anda. Jika saya mengamati kepala Anda, yang saya lihat adalah Anda. Jadi, saya tidak berkata bahwa saya hanya melihat Anda ketika saya mengamati kepala Anda. Yesus adalah kepala dan kita adalah tubuh, seperti yang dikatakan oleh Paulus kepada kita.


Tanda dari Yesus: kuasa kebangkitan di dalam diri setiap orang Kristen

Yesus sedang menyampaikan sesuatu hal yang sangat indah: “Aku akan memberimu tanda, dan ungkapan dari tanda itu adalah kuasa kebangkitan.”

Kebangkitan tidak sekadar terjadi 2000 tahun yang lalu saja. Kuasa dari kebangkitan itu ada dan sedang bekerja sekarang ini juga di dunia ini. Kuasa kebangkitan adalah sesuatu hal yang bisa dialami oleh Anda dan saya. Kuasa kebangkitan adalah hal yang saya alami secara nyata. Itulah sebabnya mengapa saya menjadi Kristen.

Namun, kuasa kebangkitan bukanlah sesuatu yang langsung Anda ketahui sepenuhnya ketika Anda pertama kali menjadi orang Kristen. Anda akan terus diperkenalkan dengan kuasa kebangkitan itu dalam pengalaman sehari-hari saat Anda dibentuk untuk menjadi serupa dengan gambaran Kristus.

Itu sebabnya mengapa di Filipi 3:10, rasul Paulus berkata, “Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya…” Apakah Anda mengira bahwa Paulus tidak mengenal Yesus dan kuasa kebangkitannya? Tentu saja Paulus mengenal kuasa kebangkitannya. Namun, yang dia maksudkan adalah, “Aku perlu mengenal lebih banyak lagi akan hal itu.” Anda dan saya masih belum sepenuhnya memahami apa yang perlu diketahui dan dialami (kata ‘mengenal’ di sini berarti mengalami) kuasa kebangkitannya.

Saat kita menjadi Kristen, kita mulai mengalami kuasa yang mengubah kita menjadi manusia baru, membawa kita dari maut menuju hidup. Saudara-saudari yang akan dibaptis akan menjadi kesaksian akan kuasa tersebut. Anda bisa melihat perubahan yang akan terjadi pada hidup mereka. Anda akan bisa melihat tanda kebangkitan di dalam hidup mereka. Adalah suatu kesempatan istimewa untuk bisa masuk ke dalam pelayanan penggembalaan: Anda berada dekat sekali dengan orang-orang dan mengamati pertumbuhan rohani mereka. Saya tidak pernah berhenti terheran-heran serta takjub pada kuasa transformsi dari Allah saat saya melihat orang-orang berubah di depan mata saya. Namun, yang terindah adalah bukan saja saya melihatnya tapi tanda dapat dilihat oleh setiap orang, termasuk orang non-Kristen.

Saya mewawancarai beberapa orang sebelum mereka dibaptis, dan saya tanyakan pada mereka tentang bagaimana mereka sampai menjadi Kristen. Hampir di dalam setiap kasus mereka melihat tanda dari suatu kehidupan yang sudah mengalami transformasi pada orang yang mereka kenal. Mereka bisa melihat kuasa kebangkitan itu! Mereka berkata, “Saya kenal baik dengan orang ini, dan saya perhatikan dia sudah mengalami perubahan yang sepenuhnya! Saya sangat takjub akan hal itu sehingga saya mulai tertarik untuk mengenal Allah.”

Dapatkah Anda melihat tanda dari kebangkitan itu sedang bekerja di setiap saat, setiap masa?

Itulah tepatnya hal yang dijanjikan oleh Yesus kepada angkatan ini, dan sekarang kita mulai memahaminya. Yang dilihat bukanlah pertunjukan mukjizat; bukan mengenai orang sakit yang disembuhkan. Anda tahu bahwa ada banyak orang yang telah melihat berbagai mukjizat, atau pernah mendengar tentang mukjizat, tetapi, mereka tidak banyak terpengaruh akan hal itu. Mungkin ada sedikit pengaruhnya, akan tetapi tidak sekuat jika mereka melihat tanda dari kehidupan yang sudah ditransformasi oleh kuasa Allah. Itulah kuasa kebangkitan! Di saat kita berbicara tentang hidup yang berubah, hal apakah yang sebenarnya sedang kita bicarakan? Kita sedang berbicara tentang peralihan dari maut ke dalam hidup, seperti yang dikatakan oleh rasul Paulus. Perubahan pada seseorang terjadi saat dia dikeluarkan dari dalam kuasa dosa, tempat berdiamnya maut, untuk masuk ke kuasa hidup, tempat berdiamnya kebenaran.


Gereja dapat dibandingkan dengan Yunus

(1) Kita tetap memiliki beberapa kekurangan, sama seperti Yunus

Jika seseorang menjadi manusia baru sepenuhnya, apakah hal itu berarti bahwa dia langsung menjadi orang yang sempurna? Tidak, itu tidak berarti bahwa dia akan langsung sempurna. Kita harus berhati-hati dalam hal ini. 

Tanda itu bukan berarti hanya merujuk kepada Yesus saja; tanda itu harus terlihat di dalam Gereja. Gereja adalah pihak yang dibandingkan dengan Yunus. Anda tidak bisa membandingkan Yesus yang sempurna dengan Yunus yang tidak sempurna. Hal itu tidak bisa dilakukan karena Yunus tidak taat, sedangkan Yesus selalu taat. Yunus walaupun setelah melalui pengalaman yang membawa transformasi, yaitu tiga hari di dalam perut ikan besar, Yunus masih membawa karakter manusia lamanya – dia masih menggerutu ketika orang-orang Niniwe ternyata bertobat karena, tampaknya, dia merasa hal itu akan membuatnya kehilangan muka.

Jika kita melihat orang Kristen, kita akan mendapati bahwa di satu sisi, sangatlah indah karena terjadi perubahan, tetapi kita juga tahu bahwa di dalam setiap perubahan itu masih ada beberapa kekurangan, sama seperti Yunus.

(2) Sama seperti Yunus yang dibaptis di dalam air dan bangkit ke dalam hidup yang baru, orang-orang yang akan dibaptis ini juga akan masuk ke dalam air dan bangkit menuju hidup yang baru

Jadi, sekarang, Anda mulai bisa melihat keindahan dari tanda nabi Yunus ini. Tanda nabi Yunus adalah tanda Anak Manusia, yang juga merupakan tanda dari Gereja. Dan kita juga mendapati kecocokan dari poin ini: bahwa sama seperti Yunus yang secara harfiah dibaptiskan di dalam air dan bangkit menuju hidup yang baru, kita juga dibaptiskan, masuk ke dalam air dan bangkit menuju hidup yang baru.

(3) Saat Yunus ‘dibaptiskan’, terjadi perubahan rohani padanya, dengan demikian, menjadi seorang Kristen bukanlah sekadar masalah baptisan, melainkan juga masalah adanya perubahan rohani, kebangkitan: mati bagi dunia, bagi dosa-dosa Anda dan hidup buat Allah.

Sama seperti Yunus, bukan sekadar baptisan jasmani itu yang membuat perbedaan; bersamaan dengan itu, terjadi juga perubahan rohani di dalam hatinya. Dengan demikian, menjadi seorang Kristen bukan sekadar masalah pembaptisan melainkan juga masalah perubahan rohani. Itulah yang menjadi pokok utama dari kuasa kebangkitan; kita mati bagi dunia ini, bagi dosa, dan hidup untuk Allah. Di dalam perut ikan itulah untuk pertama kalinya Yunus mati bagi dunia. Dia memang telah mati secara harfiah menurut pengertian dunia – dia terkubur di bawah laut, tetapi, dia hidup bagi Allah. Kita mendapati doanya yang indah, yang dia panjatkan di pasal 2.

Demikian pula halnya, bagi mereka yang akan dibaptis, perubahan rohani berarti mati bagi dunia dan dosa-dosa mereka, dan selanjutnya, hidup bagi Allah. Itulah kebangkitan.


“Jemaat adalah tanda nabi Yunus buat angkatan ini”

Sebagai konsekuensi dari baptisan ini, mereka akan menjadi tanda buat angkatan ini. Sejak saat ini, Anda dan saya, setiap orang Kristen sejati, menjadi “tanda Anak Manusia” untuk bisa dilihat oleh dunia. Dengan lewat cara itulah dunia bisa mengenal Yesus. Mereka mengenal Yesus melalui Anda dan saya. Begitulah cara bagi mereka untuk dapat melihat Yesus. Mereka melihat Yesus di dalam Anda dan saya. Jika kita tidak menjadi tanda bagi angkatan ini, maka angkatan ini tidak akan mendapatkan tanda apa-apa. Demikianlah, ajaran yang indah ini menunjukkan kepada kita tentang tanggung jawab kita di tengah angkatan ini, menjadi tanda yang Allah berikan untuk dunia.

Itu sebabnya mengapa setiap orang Kristen yang tidak berperilaku sebagai seorang Kristen, ia akan menjadi lebih buruk daripada orang non-Kristen karena seorang non-Kristen tidak akan menjadi batu sandungan bagi orang non-Kristen lainnya, orang non-Kristen itu tidak bisa menghambat yang lainnya untuk datang mengenal Allah untuk masuk ke dalam hidup yang kekal. Namun, seorang Kristen, yang tidak berperilaku selayaknya seorang Kristen, bisa menjadi batu sandungan terhadap seorang non-Kristen.

Jadi, keindahan dari pernyataan Yesus adalah: Kita, dalam kehidupan kita sebagai orang Kristen, adalah tanda – kita memperlihatkan Yesus kepada dunia.

Namun, dengan adanya hak istimewa itu, datang pula tanggung jawabnya. Itu sebabnya saya pernah katakan pada beberapa orang, “Jangan terburu-buru minta dibaptis.” Itu sebabnya saya tidak pernah mendorong seseorang untuk segera dibaptis. Jika ada orang yang berkata bahwa dia tidak begitu yakin, saya akan berkata, “Tunda dulu. Tunggu sampai kamu benar-benar yakin.” Tanggung jawab besar dan hak yang istimewa yang muncul dari tanggung jawab itu adalah bahwa mulai saat dibaptis, dunia akan melihat Yesus di dalam diri kita. Jangan ada orang Kristen berdalih atau mencari-cari alasan karena Allah tidak akan mendengarkan alasan. Jangan berkata pada orang lain, “Jangan lihat saya. Saya belum menjadi orang Kristen seutuhnya. Yang penting percaya saja pada Allah.” Ada apa? Apakah kuasa kebangkitan tidak cukup kuat untuk mengubah Anda? Jika kuasa itu tidak cukup kuat untuk mengubah Anda, lalu mengapa Anda menjadi orang Kristen?

Rasul Paulus berkata, “Lihat aku.” Dan Anda berkata, “Wah, Paulus, engkau terlalu sombong.” Paulus tidak sekadar berkata seperti itu, dia malah berkata, “Teladani aku, sama seperti aku meniru teladan Yesus.” Lalu Anda berkata, “Ah Paulus! Aku tidak menyangka kalau kamu seangkuh itu.” Paulus tidaklah sombong. Dia percaya pada apa yang bisa dikerjakan oleh Allah di dalam dirinya. Dia berkata, “Aku adalah yang terkecil di antara para rasul, bahkan tidak layak untuk disebut sebagai rasul” sebagaimana yang tertulis di 1 Korintus 15:9. Di 1 Timotius 1:15, dia berkata, “Di antara mereka, aku ini orang yang paling berdosa.”

Namun, Paulus berkata, “Aku hidup oleh kasih karunia Allah. Aku bisa mengerjakan semuanya melalui Kristus yang menguatkanku (yang memberiku kuasa)” (Filipi 4:13). Menjadi seorang Kristen berarti berurusan dengan kuasa; bukan sekadar berbicara tentang hal ajaran, doktrin, teologi. Bagi kebanyakan orang, menjadi orang Kristen itu hanya sekadar menjadi penganut suatu ajaran. Siapa yang mau menjadi orang Kristen jika urusannya hanya sekadar memegang suatu kepercayaan?

Menjadi orang Kristen itu berarti berurusan dengan kuasa. Di sepanjang Alkitab, hal ini dinyatakan dengan jelas kepada kita. Kita sedang berbicara tentang kuasa Allah. Di dalam surat kepada jemaat di Korintus, Paulus berkata bahwa dia ingin menguji beberapa orang yang menyebut dirinya Kristen. Dia mengatakan hal ini, “Saat aku datang nanti, bukan omongan mereka yang ingin kudengar, tetapi aku ingin melihat kuasa mereka.” Saya sendiri tidak berminat untuk berada di dalam posisi yang sama dengan orang-orang tersebut saat Paulus datang saat itu, karena dia tidak berminat pada omongan Anda. Dia ingin melihat kuasa apa yang ada di dalam diri Anda.

Membicarakan kuasa Allah, berarti kita sedang membicarakan tentang kuasa kebangkitan karena di dalam kuasa kebangkitan itulah terlihat kuasa yang paling besar dari Allah. Jika kebangkitan jasmani saja sudah sangat ajaib, bukankah kebangkitan rohani itu lebih ajaib lagi?

Mana yang lebih mudah bagi Allah untuk dikerjakan? Membangkitkan orang secara jasmani atau secara rohani? Tentu saja, keduanya sama. Kuasa yang samalah yang membangkitkan jasmani yang mati dan rohani yang mati. 

Namun, saat saya merenungkannya, tampaknya, membangkitkan orang yang mati secara rohani, dalam pengertian tertentu, lebih susah daripada membangkitkan orang yang mati secara jasmani. Namun, bagaimanapun juga, kuasa yang samalah, dan memang hanya kuasa itu saja, yang bisa melakukannya: yaitu kuasa kebangkitan Allah.

Inilah yang sedang Yesus sampaikan: kita, sebagai Jemaat, sebagai anak manusia yang dilahirkan kembali, adalah merupakan tanda nabi Yunus bagi angkatan ini.


Alamilah kuasa kebangkitan Allah sebagai tanda dari Yesus bagi dunia

Jika Anda bukan seorang Kristen, dan Anda baru sekadar mendengar tentang kebangkitan Kristus, saya minta kepada Anda hari ini, bukan sekadar untuk mendengarkannya, tetapi juga untuk datang dan mengalami kuasa itu di dalam hidup Anda.

Mungkin sekarang ini, Anda seperti Yunus yang melarikan diri dari Allah. Akan tetapi Anda juga bisa seperti Yunus, dia berdoa dan berseru kepada Allah di dalam kesedihannya di dalam perut ikan – saat dia ditelan oleh kuasa maut. Dengan cara yang sama, Anda juga sedang berada di dalam kuasa kematian rohani. Jika Anda tidak dibebaskan dari kuasa itu, maka itu berarti Anda nanti akan ditelan oleh kuasa kematian jasmani. Jika Yunus tidak berseru kepada Allah dari dalam perut ikan itu (pasal 2), mungkin dia akan binasa di dalam perut ikan itu. Jika dia tidak diselamatkan, maka dia akan binasa.

Namun kemudian, setelah diselamatkan, dia lalu menjadi tanda bagi orang-orang di Niniwe. Dia menjadi tanda itu justru karena dia telah mengalami kuasa kebangkitan Allah itu di dalam hidupnya sendiri. Pokok dari kisah nabi Yunus ini adalah bahwa peristiwa itu merupakan sesuatu yang bisa Anda alami, yaitu apa yang bisa Allah kerjakan di dalam hidup Anda.

Apakah hal ini benar? Silakan Anda buktikan sendiri di dalam pengalaman Anda: Allah yang bisa menyelamatkan Yunus, tidak bisakah Dia menyelamatkan Anda?

Jika Anda seorang Kristen, saya juga punya sesuatu untuk disampaikan kepada Anda. Jangan berkata, “Aku sudah jadi orang Kristen sekarang. Semuanya sudah berakhir.” Anda baru mulai masuk ke jalan tersebut. Ini baru permulaannya. Perjalanan Anda masih jauh. Anda akan mengalami bagaimana kuasa itu terus bekerja di dunia ini hari demi hari.

Sama seperti rasul Paulus yang berkata, “Agar aku mengenalnya di dalam kuasa kebangkitannya hari demi hari, agar aku mengalami kuasa itu setiap hari.” Dan inilah hal yang saya alami setiap hari. Inilah sukacita di dalam kehidupan Kristen. Saya mengalami kuasa itu yang terus bekerja di dalam hidup saya sambil juga bekerja di dalam hidup orang lain. Inilah sukacitanya, di sinilah letak kebahagiaannya, inilah kuasa kehidupan orang Kristen. Kiranya Anda juga akan mengalaminya.

 

Berikan Komentar Anda: