Ev. Xin Lan | Esau (1) |
Tokoh Alkitab yang akan kita lihat hari ini adalah Esau. Esau adalah cucu dari Abraham, bapa orang beriman. Esau juga merupakan anak Ishak, dan saudara Yakub. Ketiga tokoh ini, Abraham, Ishak dan Yakub merupakan tokoh iman yang mempunyai hubungan yang intim dengan Allah. Allah Yahweh, disebut sebagai, “Allah Abraham, Ishak dan Yakub.” Ketiga tokoh ini merupakan foundasi dari seluruh Perjanjian Lama. Dibandingkan dengan mereka, Esau menjadi tidak penting. Esau memang adalah anak sulung Ishak, tetapi dia kehilangan hak milik yang seharusnya menjadi bagiannya. Dia juga tidak ada hubungan dengan Perjanjian Lama dan dengan Allah. Ketika Alkitab berbicara tentang Esau, dia selalu menjadi satu contoh yang tidak boleh kita tiru. Lalu, apa pelajaran praktis yang dapat kita pelajari dari Esau?
Kelahiran Esau tercatat di Kejadian 25. Ribka, istri Esau mandul, lalu Ishak memohon kepada Yahweh untuknya. Yahweh mengabulkan permohonannya dan Ribka mengandung. Namun, kedua anak ini bertolak-tolakan di dalam rahimnya yang menimbulkan rasa yang sangat sakit bagi Ribka. Ribka lalu bertanya kepada Yahweh, kenapa aku seperti ini? Yahweh menjawab,
23 Maka, YAHWEH berkata kepadanya, “Dua bangsa ada dalam rahimmu. Dan, kedua bangsa yang berasal darimu itu akan dipisahkan. Bangsa yang satu akan lebih kuat daripada yang lain, tetapi yang lebih tua akan melayani yang lebih muda.”
24 Ketika tiba waktunya untuk melahirkan, Ribka pun melahirkan anak kembar.
25 Bayi yang pertama warnanya kemerahan dan kulitnya seperti pakaian yang berbulu. Jadi, ia dinamai Esau.
26 Ketika bayi kedua lahir, ia memegang tumit Esau, jadi bayi itu dinamai Yakub. Ishak berumur 60 tahun ketika Ribka melahirkan Yakub dan Esau.
27 Saat kedua anak itu tumbuh besar, Esau menjadi seorang pemburu yang terampil, seorang yang suka tinggal di padang. Akan tetapi, Yakub adalah seorang tenang, yang suka tinggal di kemah.
28 Ishak, yang suka memakan hewan buruan, mengasihi Esau. Namun, Ribka mengasihi Yakub.
29 Pada suatu hari, ketika Yakub sedang memasak sesuatu, datanglah Esau dari padang dan ia sangat kelaparan.
30 Lalu, kata Esau kepada Yakub, “Berikanlah kepadaku yang merah-merah itu sebab aku sangat kelaparan.” Oleh sebab itu, orang menamainya “Edom.”
31 Akan tetapi, Yakub berkata, “Juallah dulu hak kesulunganmu kepadaku.”
32 Kata Esau, “Lihatlah, aku hampir mati kelaparan; apakah gunanya hak kesulungan itu bagiku sekarang?”
33 Namun Yakub berkata, “Bersumpahlah dulu kepadaku!” Maka Esau bersumpah kepadanya dan menjual hak kesulungannya kepada Yakub.
34 Kemudian, Yakub memberikan roti dan sup kacang itu kepada Esau. Esau memakannya dan minum, lalu pergi. Demikianlah Esau meremehkan hak kesulungannya.
Alkitab berkata secara khusus di sini bahwa, “Demikianlah Esau meremehkan hak kesulungannya”. Kejadian pasal 27 mencatat,
1 Ketika Ishak sudah semakin tua dan matanya menjadi rabun sehingga ia tidak dapat melihat dengan jelas, ia memanggil Esau, anaknya yang tertua, dan berkata “Anakku!” Jawab Esau, “Ya, ayah.”
2 Katanya, “Dengarlah, sekarang aku sudah tua aku tidak tahu kapan aku akan mati.
3 Jadi, ambillah senjatamu, tabung panah dan busurmu, kemudian pergilah ke padang untuk menangkap buruan untukku.
4 Lalu, siapkanlah makanan yang lezat seperti yang kusukai, dan bawalah kemari untuk kumakan supaya aku dapat memberkatimu sebelum aku mati.”
5 Ketika Ishak mengatakan ini kepada Esau, anaknya, Ribka mendengarnya. Karena itu, ketika Esau pergi ke padang untuk berburu,
6 Ribka berkata kepada Yakub, anaknya, “Aku mendengar ayahmu berbicara kepada saudaramu Esau:
7 ‘Bawalah kepadaku binatang buruan dan persiapkanlah untukku makanan yang lezat supaya aku dapat memberkatimu di hadapan Allah sebelum aku mati.’
8 Karena itu, anakku, dengarlah perkataanku baik-baik dan lakukanlah apa yang kukatakan kepadamu.
9 Pergilah kepada kawanan kambing kita dan ambillah dua kambing jantan muda yang terbaik supaya aku dapat mempersiapkan makanan yang lezat bagi ayahmu seperti yang ia sukai.
10 Setelah itu, bawalah makanan itu kepada ayahmu supaya ia dapat memberimu berkat sebelum ia mati.”
11 Namun, Yakub berkata kepada ibunya, “Tetapi, Esau, kakakku itu adalah orang yang berbulu, sedangkan aku tidak berbulu seperti dia.
12 Bagaimana jika ayah menyentuhku? Aku tentu akan dianggapnya sebagai penipu, dan ia akan menjatuhkan kutuk kepadaku, bukannya berkat.”
13 Akan tetapi, ibunya berkata kepadanya, “Akulah yang akan menanggung kutuk itu, anakku. Lakukanlah apa yang ibu katakan dan ambillah kambing-kambing itu untukku.”
14 Maka, pergilah Yakub dan mengambil dua kambing jantan, lalu memberikannya kepada ibunya. Dan, ibunya mempersiapkan makanan yang lezat itu sesuai dengan kesukaan ayahnya.
15 Kemudian, Ribka mengambil pakaian terbaik milik Esau, anak sulungnya, yang disimpannya di rumah dan mengenakannya pada anaknya bungsunya.
16 Ia juga menaruh kulit kambing muda pada tangan dan bagian tengkuk Yakub yang tidak berbulu.
17 Kemudian, ia juga menyerahkan kepada Yakub, anaknya, makanan lezat dan roti yang telah dimasaknya.
18 Kemudian, Yakub pergi kepada bapanya dan berkata, “Ayah.” Ayahnya itu menjawab, “Ya, Nak. Siapakah kamu, anakku?”
19 Yakub berkata kepada ayahnya, “Aku Esau, anak sulungmu. Aku telah melakukan apa yang ayah katakan kepadaku. Sekarang, duduklah dan makanlah hasil buruanku ini supaya engkau dapat memberkatiku.”
20 Kata Ishak kepada anaknya, “Bagaimana kamu dapat berburu dan membunuh binatang secepat ini, anakku?” Jawab Yakub, “Karena YAHWEH Allahmu yang memberiku keberhasilan.”
21 Kemudian, Ishak berkata kepada Yakub, “Mendekatlah agar aku dapat merabamu, anakku, supaya aku tahu apakah engkau benar-benar Esau atau bukan.”
22 Maka, Yakub mendekat kepada Ishak, ayahnya, dan Ishak merabanya lalu berkata, “Suaranya suara Yakub, tetapi tangannya adalah tangan Esau.”
23 Ishak tidak mengenali Yakub karena tangan Yakub berbulu seperti tangan Esau. Jadi, Ishak memberkati Yakub.
24 Namun, sekali lagi Ishak bertanya, “Apakah kamu benar-benar anakku Esau?” Jawab Yakub, “Ya, inilah aku.”
25 Kemudian, Ishak berkata, “Bawalah hasil buruanmu untuk kumakan supaya aku memberkatimu.” Yakub membawa makanan itu kepada ayahnya, dan Ishak pun memakannya. Yakub juga membawakan anggur untuk ayahnya, dan Ishak pun meminumnya.
26 Kemudian, Ishak, ayahnya, berkata kepadanya, “Kemarilah dan ciumlah aku, anakku.”
27 Maka, Yakub pun mendekat kepada ayahnya dan menciumnya. Dan, ketika Ishak mencium bau pakaian Esau, ia memberkatinya dan berkata, “Bau anakku seperti padang yang telah diberkati YAHWEH.
28 Kiranya Allah memberikan kepadamu embun dari langit, tanah yang gemuk, serta gandum dan anggur baru yang berlimpah-limpah.
29 Kiranya bangsa-bangsa melayanimudan suku-suku bangsa sujud kepadamu. Jadilah tuan atas saudara-saudaramu, dan kiranya anak-anak ibumu sujud kepadamu. Terkutuklah orang yang mengutukmu, dan diberkatilah orang yang memberkatimu.”
30 Baru saja Ishak selesai memberkati Yakub dan Yakub baru saja meninggalkan bapanya, pulanglah Esau dari perburuannya.
31 Ia juga mempersiapkan makanan yang lezat dan membawanya kepada ayahnya, kemudian berkata, “Ayah, ini aku anakmu. Bangunlah dan makanlah hasil buruan ini supaya engkau memberkati aku.”
32 Namun, Ishak bertanya kepadanya, “Siapa kamu?” Jawabnya, “Aku anakmu, anak sulungmu, Esau.”
33 Kemudian terkejutlah Ishak sampai tubuhnya gemetar dan berkata, “Lalu siapa yang memburu binatang dan membawanya kepadaku? Sebelum kamu datang, aku telah memakan makanan itu dan memberkatinya; dan ia akan tetap menerima berkat itu.”
34 Ketika Esau mendengar perkataan ayahnya itu, ia berteriak dengan suara nyaring dalam kepahitan hatinya dan berkata kepada ayahnya, “Berkati aku juga, ayah!”
35 Kata Ishak kepadanya, “Saudaramu telah menipu aku dan telah mengambil berkatmu.”
36 Esau berkata, “Memang tepat ia diberi nama Yakub sebab ia telah menipuku dua kali; ia mengambil hak kesulunganku dariku, dan sekarang ia mengambil berkatku!” Kemudian kata Esau kepada ayahnya, “Tidakkah ayah menyimpan berkat lain untukku?”
37 Jawab Ishak kepada Esau, “Aku telah menjadikannya tuan atasmu dan atas semua sanak saudaranya, dan aku pun telah memberkatinya dengan banyak gandum dan anggur baru. Karena itu, apa lagi yang dapat kulakukan untukmu, anakku?”
38 Kata Esau kepada ayahnya, “Tidakkah ayah memiliki satu berkat lainnya? Berkati aku juga, ayah!” Kemudian, Esau mulai menangis dengan suara keras.
39 Lalu Ishak, ayahnya, berkata kepadanya, “Dengarlah, tempat tinggalmu akan tinggal jauh dari tanah yang subur di bumi, dan jauh juga dari embun yang dari surga.
40 Kamu akan hidup oleh pedang, dan kamu akan melayani saudaramu. Akan tetapi, jika kamu berusaha sungguh-sungguh, kamu akan dapat melemparkan kuknya dari lehermu.”
Walaupun Ishak juga memberkati Esau, tidak ada cara untuk mengubah fakta bahwa Yakub mewarisi berkat anak sulung. Yakub akan menjadi lebih kuat daripadanya dan menjadi tuannya. Maka, Esau membenci Yakub dan berkata, “Hari-hari berkabung karena kematian ayahku itu tidak akan lama lagi; pada waktu itulah Yakub, adikku, akan kubunuh.” Akhirnya, Yakub melarikan diri kepada pamannya, ke rumah Laban.
Jadi, melihat seluruh kehidupan Esau, peristiwa terbesar dalam hidupnya adalah kehilangan status dan haknya sebagai anak sulung. Kenapa dia kehilangan semua itu?
Kenapa Esau bisa Kehilangan Hak Anak Sulung?
Ada orang berpikir itu adalah keputusan Allah karena sebelum mereka berdua lahir, Allah telah memilih Yakub dan menolak Esau. Pernyataan ini tidak komprehensif dan tidak tepat. Sangat mudah membuat orang berpikir bahwa Allah bersifat sangat otoriter dan bertindak seperti seorang diktator. Siapa yang Dia putuskan, dialah yang dipilih. Semuanya seumpama takdir yang sudah ditentukan sebelumnya. Allah hanya senang kepada Yakub, tetapi tidak kepada Esau. Hal itu tidak dapat diubah karena memang sudah ditakdirkan demikian. Bukankah itu cari pemikiran kita? Alkitab mencatat dengan jelas, mengatakan bahwa bahkan sebelum kedua anak itu lahir, Allah berkata “anak yang tua akan menjadi hamba kepada anak yang muda.” Kenapa seperti itu? Bagaimana kita memahami perkataan ini?
Kita harus tahu, Allah itu Maha kuasa, Dia mengetahui masa depan. Seluruh Alkitab penuh dengan nubuatan, yang hampir semuanya sudah tergenapi. Sejarah dapat membuktikannya. Meskipun masih ada beberapa yang belum tergenapi, itu hanya karena waktunya belum tiba. Jadi, Allah mengetahui hasil apa yang akan terjadi sepenuhnya. Dia tahu pada akhirnya, Yakub mendapat berkat dari Allah dan menjadi leluhur Israel.
Apakah Allah telah Menakdirkan Semuanya?
Tentu saja, di antara dua bersaudara, Allah memang memilih Yakub sebagai pewaris janji Allah. Namun, itu bukan berarti Allah yang memutuskan untuk memilih Yakub sejak semula dan Esau tidak mempunyai sedikit pun harapan. Pemahaman ini sangat pesimistis. Oleh karena Allah telah memutuskan segala sesuatu, telah memilih sebagian orang dan menolak yang lain, anda dan saya tidak mungkin dapat mengubah fakta ini. Ini sudah takdir. Kita hanya duduk dan menantikan keputusan Allah. Tidak ada jalan keluar! Kita tidak ada harapan apa pun. Segala sesuatu telah diputuskan Allah. Saya harus berakhir di neraka. Atau jika anda dan saya terpilih oleh Allah, seperti Yakub, saya telah dipilih Allah masuk ke dalam kerajaan surga, maka dengan membabi buta saya menjadi optimis. Entah bagaimana, Allah telah memilih saya. Tidak kira apa yang terjadi, saya akan memperoleh keselamatan! Lalu apa yang terjadi dengan orang lain? Kenapa Allah masih meminta kita memberitakan Injil? Bukankah pemberitaan Injil menjadi tidak berarti. Jika Allah sudah memilih siapa yang akan masuk kerajaan Allah dan siapa yang tidak. Kenapa kita harus pergi ke mana-mana memberitakan Injil? Bukankah ini perbuatan yang sia-sia? Kedua-dua pemahaman ini salah. Jika kita mencoba menjelaskan Alkitab dari satu sisi, itu akan membawa pendengar kepada konsep yang menyimpang, Allah nampaknya sangat bersifat otoriter dan diktator. Tidak seperti itu, Allah sama sekali bukan diktator. Allah itu baik dan Dia bukan Allah yang tidak adil.
Apa yang Membuat Yakub Menjadi Pewaris Janji Allah dan bukan Esau?
Sebagian orang mengira bahwa karakter Yakub itu tenang, suka tinggal di dalam kemah, maka Allah menyukai dia. Esau adalah seorang yang suka berkeluyuran di lapangan dan berburu. Maka Allah tidak menyukai dia. Bukan saja pemikiran seperti ini tidak meyakinkan, juga tidak didukung Alkitab dan bukan penilaian yang obyektif. Yakub suka ketenangan dan Esau tidak bisa duduk diam, hal-hal ini hanyalah perbedaan karakter dari kedua saudara ini. Alkitab tidak berkata Yakub senang berada di kemah untuk berdoa untuk mendekat kepada Allah. Tidak. Malahan pada tahun-tahun awal kehidupan Yakub, dia adalah seorang yang sangat licik. Hal ini hanya memberitahu kita bahwa kedua saudara ini mempunyai karakter yang berbeda. Bukan mengatakan Allah senang dengan orang yang tenang dan tidak suka dengan orang yang aktif. Apakah semua orang Kristen harus menjadi orang yang berkarakter sama? Sama sekali tidak, Allah tidak pernah mengekang karakter satu orang dan menjadikan semua orang tenang, seperti Yakub. Hamba-hamba Allah juga mempunyai sifat yang berbeda-beda. Dalam Perjanjian Baru, Yohanes Pembaptis sering keluar masuk padang gurun bahkan tinggal di padang gurun. Bukankah ia lebih aktif daripada Esau? Apakah ia tidak rohani? Tentu saja tidak. Allah memilih seseorang dan menolak yang lain dalam kasus Yakub dan Esau, bukan karena kedua kakak adik ini mempunyai karakter yang berbeda.
Ada juga banyak pendapat yang lain: semua ini merupakan kesalahan Yakub. Dia menipu untuk mendapatkan hak kesulungan dan menipu lagi untuk mendapatkan berkat dari ayahnya. Tentu saja, Allah menghukum Yakub karena dosanya. Kita sudah membicarakan poin ini ketika kita berbicara tentang tokoh Yakub. Sekalipun Allah menghukum Yakub karena dosanya, tetapi pada akhirnya Allah juga benar-benar memberikan kepada Yakub berkat anak sulung. Kenapa Allah tidak membela Esau malah sebaliknya, Dia membiarkan Yakub memperoleh hak milik anak sulung lewat tipu daya? Kita akan melihat bahwa Esau kehilangan berkat anak sulung bukan karena Yakub.
Kita tidak dapat menyangkal bahwa di antara kedua saudara ini, Allah sungguh memilih Yakub untuk menjadi pewaris janji Allah. Allah punya kuasa untuk memutuskan. Namun, apa yang Dia perbuat bukanlah tanpa alasan. Ia mempunyai prinsip dalam melakukan sesuatu dan Dia akan memberitahu kita alasan-Nya. Itulah sebabnya kita mau mempelajari Firman Allah karena dengan memahami prinsip Allah dalam melakukan sesuatu, kita dapat berusaha untuk melakukan sesuai dengan cara yang menyenangkan Allah dan mendapatkan berkat-Nya.
Esau Menghina Hak Anak Sulungnya
Kenapa Allah memilih Yakub dan menolak Esau? Sebenarnya, sekali pun hak untuk memilih sepenuhnya ada di pihak Allah, Allah tetap memutuskan sesuai dengan pilihan kita. Pada kenyataannya, Esau dan Yakub membuat pilihan yang sepenuhnya berbeda.
Alasan kunci Esau kehilangan gelar anak sulung adalah karena semangkuk sup kacang. Dia sendiri yang menjual hak kesulungannya. Alkitab secara khusus berkata, “Esau memandang ringan hak kesulungannya.” Kata “memandang ringan” muncul sebanyak 42 kali dalam Perjanjian Lama. Kata yang lebih sering diterjemahkan dengan kalimat, “memandang hina”.
Mari kita membuka di Bilangan 15:31,
Sebab, ia telah menghina perkataan YAHWEH dan telah melanggar perintah-Nya. Orang itu harus benar-benar dipisahkan dari umat; kesalahannya akan ditanggungkan kepadanya.”
Di sini Allah memakai Musa untuk mengumumkan perintah Allah kepada orang Israel. Pada akhirnya, Allah berkata, “Siapa yang memandang ringan atau menghina firman-Nya, pastilah orang itu dilenyapkan.”
Mari kita membaca 1 Samuel 2:30,
“Sebab itu, demikian firman YAHWEH, Allah Israel, “Aku telah berjanji bahwa keluargamu dan kaummu akan hidup di hadapan-Ku sampai selamanya. Tetapi, sekarang — firman YAHWEH — Jauhkanlah itu dari pada-Ku. Sebab, yang menghormati Aku, akan Kuhormati, tetapi siapa menghina Aku, akan dipandang rendah.
Di sini berbicara tentang Eli, imam Allah, yang tidak mendisiplinkan kedua anaknya dan mengizinkan mereka mengambil korban yang dipersembahkan kepada Allah. Maka Allah mengutus seseorang untuk mengingatkan Eli, “mereka yang menghina Aku akan direndahkan.” Tahukah anda apa yang kemudian terjadi? Kedua anak laki-laki Eli tewas dalam pertempuran. Setelah Eli mendengar kabar itu, ia terjatuh, lehernya patah dan ia mati. Ketiga orang itu, ayah dan anak-anak mati pada hari yang sama. Setelah itu tidak ada satu pun dari keluarga Eli yang duduk di atas kursi imam besar. Allah menolak suku ini untuk menjadi imam. Inilah akibat dari menghina Allah.
Jadi, masalah Esau adalah dia menghina hak kesulungannya, menghina berkat Allah. Warisan yang Ishak berikan kepada anak sulungnya adalah berkat. Dimulai dari Abraham. Allah memberikan sebuah janji kepada Abraham dan Ishak adalah pewaris janji ini. Pewaris Ishak seharusnya adalah Esau. Sebenarnya Ishak juga berencana untuk memberikan berkat ini kepada Esau. Namun, Esau kehilangan berkat ini bukan karena Yakub menipu dia, melainkan hal itu diputuskan pada saat Esau menjual hak kesulungannya. Dia kehilangan hak kesulungannya karena dia menghina berkat Allah. Prinsip Allah tidak berubah. Jika engkau menghina Allah, Allah juga akan menghina engkau. Maka Allah menolak Esau.
Beberapa waktu yang lalu, saya membaca di koran tentang pengadilan Hongkong mendenda sejumlah orang karena mereka melanggar aturan. Namun, orang-orang ini tidak menerima peraturan pengadilan. Mereka berkata mereka tidak akan membayar denda. Maka, pengadilan memperingatkan mereka: jika mereka tidak membayar denda dalam waktu yang ditentukan, pengadilan akan menuntut mereka dengan tuduhan menghina pengadilan.
Di dalam hukum, ada pasal tentang penghinaan pengadilan. Jika anda tidak melaksanakan keputusan pengadilan, anda tidak melaksanakan sebagaimana mestinya, maka ini adalah tindakan penghinaan.
Seluruh Alkitab adalah sabda Allah. Orang Yahudi suka menyebut sabda Allah sebagai “hukum”. Kita baru saja melihat hal ini di Perjanjian Lama. Jika orang Israel melawan hukum Allah, mereka akan menghadapi hukuman mati karena mereka menghina hukum Allah. Di Perjanjian Baru, Yesus memberikan kita banyak kebaikan dan kemurahan. Dia berkata, “bertobatlah sebab kerajaan Allah sudah dekat.” Dia sudah menyediakan Kerajaan bagi kita. Sama seperti Abraham yang mendapat sebuah negeri. Namun, kerajaan Yesus Kristus adalah sebuah kerajaan surga yang kekal. Allah mau kita mendapatkan berkat ini dan memperoleh kerajaan surga, sama seperti Esau yang bisa juga memperoleh berkat ini. Namun, apakah kita menghargai berkat Allah?
Perhatikan pada fakta bahwa Esau kehilangan hak kesulungannya bukan tanpa alasan. Dia tahu bahwa berkat anak sulung dan berkat Allah itu baik. Saya percaya, Ishak, ayah mereka sudah memberitahu kepada mereka tentang janji Allah yang membuat Yakub sangat ingin memilikinya. Esau juga menginginkannya, jika tidak, dia tidak akan menangisinya dengan sangat pada saat dia tidak mendapatkannya. Sangat jelas dia menginginkannya. Namun, ketika dia berhadapan dengan pilihan antara sop kacang merah dan hak kesulungan, dia memilih sop kacang merah dan menyerahkan hak kesulungannya.
Diberkati atau Tidak, Tergantung kita Masing-Masing
Sesuatu yang baik diberikan tanpa membayar satu sen pun. Alkitab berkata bahwa keselamatan yang Allah berikan itu cuma-cuma. Cuma-cuma karena memang terlalu mahal untuk kita beli. Sepenuh kasih karunia Allah yang diberikan pada kita dengan cuma-cuma. Dalam keadaan ini biasanya orang-orang ingin memperolehnya. Ketika saya memberitakan Injil, orang non-Kristen tidak terlalu banyak yang menolaknya dengan keras. Walaupun ada juga yang dengan keras menolak, tetapi hanya sedikit saja. Banyak orang berkata, baik, Allah ini sungguh baik. Dia sangat mengasihi manusia, saya juga tertarik untuk mengenal-Nya. Namun, maaf, pekerjaan saya sangat sibuk. Saya tidak punya waktu ke gereja, saya tidak punya waktu membaca Alkitab. Nanti saja kita bicarakan atau setelah saya pensiun. Saat diperhadapkan dengan pilihan, banyak orang yang memilih untuk menghina atau memandang rendah Allah.
Di Matius 6:24, Yesus berkata,
“Tidak ada orang yang dapat melayani dua tuan karena ia akan membenci tuan yang satu dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada tuan yang satu dan meremehkan yang lain. Kamu tidak dapat melayani Allah dan mamon.”
Tuhan tahu kita ingin berkat Allah, tetapi berhadapan dengan pilihan, kita mungkin lebih memilih menghina berkat Allah dengan cara tidak memilihnya. Apakah kita sama seperti Esau yang menghina janji dan berkat Allah, dan dengan demikian kehilangannya?
Kesimpulan
Mari kita membuat kesimpulan kecil. Esau adalah cucu dari Abraham, bapa orang beriman. Dia adalah saudara Yakub dan anak Ishak. Ketiga tokoh ini, Abraham, Ishak dan Yakub terkenal karena iman mereka kepada Allah. Mereka mempunyai hubungan yang intim dengan Allah, yang dikenal sebagai “Allah Abraham, Ishak dan Yakub.” Dasar dari seluruh Perjanjian Lama adalah ketiga tokoh besar iman ini. Dibandingkan dengan mereka, Esau menjadi kurang penting. Dia memang anak sulung Ishak, tetapi dia tidak mewarisi hak milik anak sulung yang seharusnya ia dapatkan dan dia menjadi tokoh yang tidak ada hubungan dengan Allah Perjanjian Lama.
Kenapa Esau kehilangan hak kesulungan? Sebelum kedua bersaudara itu lahir, Allah sudah berkata, “anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda.” Allah Mahakuasa dan Dia tahu apa yang akan terjadi. Namun, itu bukan berarti Allah sudah mengatur segala sesuatu, bahwa entah kita diselamatkan atau tidak, tergantung sepenuhnya pada apa yang sudah Allah tetapkan sebelumnya. Bukan seperti itu. Injil semacam ini tidak memberikan harapan sama sekali, dan tidak ada apa-apa yang dapat kita lakukan karena entah anda akan diselamatkan atau anda tidak, sudah ditentukan sebelumnya. Ini bukan pesan Injil.
Allah menolak Esau karena Esau telah menolak Allah. Di antara sop kacang merah dan hak kesulungan, dia memilih sop kacang merah dan menjual hak kesulungannya. Alkitab mengatakan Esau memandang ringan hak kesulungannya, yang berarti dia telah menghina dan memandang rendah berkat Allah. Siapa yang menghina Allah akan direndahkan Allah. Esau kehilangan hak anak sulung yang seharusnya dia dapatkan karena pilihannya sendiri.