Ev. Xin Lan | Esau (2) |

Hari ini kita lanjutkan untuk melihat tokoh Esau.

Esau adalah cucu Abraham, bapa orang beriman, ia adalah anak Ishak dan kakak dari Yakub. Abraham, Ishak dan Yakub merupakan tokoh yang terkenal di dalam Alkitab karena iman mereka. Mereka mempunyai hubungan karib dengan Allah. Allah dikenal sebagai, “Allah Abraham, Ishak dan Yakub.” Seluruh Perjanjian Lama dibangun atas foundasi ketiga tokoh ini. Dibandingkan dengan ketiga tokoh ini, Esau menjadi tidak penting. Pada mulanya dia adalah anak sulung Ishak, tetapi dia tidak mewarisi hak milik yang seharusnya dia dapatkan dan dia tidak mempunyai hubungan dengan Allah.

Pada bagian yang lalu, kita melihat kenapa Esau kehilangan hak kesulungannya. Sebelum kedua bersaudara itu lahir, Allah telah berkata, “anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda.” Allah itu Mahakuasa dan dia dapat melihat ke depan. Namun, itu bukan berarti Allah sudah mengatur segala sesuatu, bahwa entah setiap kita mendapatkan keselamatan atau tidak bergantung pada apa yang sudah ditentukan sebelumnya. Tidaklah demikian halnya, Injil semacam ini tidak menawarkan harapan apa pun dan kita tidak perlu berbuat apa-apa pun karena anda sudah ditentukan untuk diselamatkan atau tidak diselamatkan.

Allah menolak Esau karena Esau telah menolak Allah. Di antara sop kacang merah dan hak kesulungan, dia memilih sop kacang merah dan menjual hak kesulungannya. Alkitab mengatakan Esau memandang ringan hak kesulungannya dalam pengertian menghina atau memandang rendah berkat Allah. Siapa yang menghina Allah akan direndahkan Allah. Maka, ia kehilangan hak milik anak sulung yang seharusnya dia dapatkan.


Apa yang Bernilai bagi Kita?

Mari kita membuka lagi Ibrani 12:15-17:

15  Pastikan supaya jangan ada seorang pun yang kehilangan anugerah Allah; pastikan juga supaya jangan ada akar pahit yang tumbuh dan menimbulkan masalah sehingga mencemari banyak orang. 16  Dan, pastikanlah supaya jangan ada orang yang berbuat cabul atau tidak suci seperti Esau yang menjual hak kesulungannya demi semangkuk makanan. 17  Sebab kamu tahu bahwa di kemudian hari, ketika Esau menginginkan warisan berkat itu, ia ditolak dan tidak ada lagi kesempatan untuk bertobat sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata.

Di sini, Alkitab mengingatkan kita: Berjagalah, jangan ada orang yang kehilangan anugerah Allah, seperti Esau. Kenapa Esau menjauh dari kasih karunia Allah? Dikatakan di sini, Esau mempunyai nafsu yang rendah yang menjual hak kesulungannya untuk semangkuk makanan.

Terakhir kali kita membicarakan topik ini, Esau lebih memilih sop kacang merah dibandingkan dengan hak kesulungannya. Dia menyerahkan hak kesulungannya. Mungkin anda mendapati hal ini tidak masuk akal. Mengapa dia menukar hak kesulungannya hanya untuk semangkuk sop kacang merah?

Pada saat orang Eropa mendarat di Benua Amerika Utara untuk pertama kalinya, penduduk asli di tempat itu adalah orang Indian Amerika. Orang Eropa mendapati tempat itu adalah surga yang dilapisi emas di mana-mana. Ada banyak emas yang berlimpahan di bawah tanah. Orang Indian sering bermain dengan emas sebagai mainan, mereka tidak tahu bahwa itu adalah emas. Bagi mereka, itu mungkin semacam batu yang lebih berkilau. Namun, orang Eropa tahu emas-emas ini sangat berharga. Tahukah anda apa yang mereka lakukan? Orang-orang Eropa ini menggunakan gelang-gelang kecil, bross/peniti, lencana dsb yang bernilai beberapa sen untuk menukarkan dengan emas milik orang Indian. Orang Indian sangat tertarik. Mereka berkelahi dengan sesama mereka untuk menukar emas mereka dengan mainan yang tidak bernilai milik orang Eropa. Saat mendapatkan benda kecil yang tidak bernilai itu, mereka mengira bahwa mereka telah mendapatkan sesuatu yang sangat berharga. Mereka sangat menyukainya. Orang Eropa tertawa girang sambil menukar barang tidak berharga yang mereka bawa dengan emas orang Indian Amerika.

Kenapa orang Indian sangat bodoh? Karena mereka tidak mengerti apa-apa akan nilai emas. Mereka mendapati benda-benda seperti gelang-gelang kecil, bros-bros dan mainan tersebut lebih berguna dan lebih lucu. Apa gunanya emas? Setidaknya, bagi mereka, emas tidak ada gunanya dan tak bernilai.

Dengan cara yang persis sama, kita tahu betapa berharganya hak kesulungan Esau dan berkat Allah. Kita melihat hal ini dari sejarah Perjanjian Lama, kita tahu tidak ada yang dapat dibandingkan dengan berkat yang Yakub dapatkan. Di sepanjang Kejadian, nama Yakub mencakup setengah dari halaman-halamannya. Keduabelas suku Israel berasal dari Yakub dan mereka menjadi umat pilihan Allah. Perjanjian Lama adalah sejarah orang Israel. Sampai sekarang ini, Israel masih memengaruhi dunia. Yesus Kristus juga adalah seorang Israel. Pusat dari Perjanjian Baru adalah Yesus Kristus. Jadi sebagai penonton, kita melihat betapa bernilainya berkat yang diberikan kepada Yakub. Namun, pada waktu itu, Esau tidak melihat nilai apa pun dalam berkat ini. Bagi Esau, “Sebentar lagi aku akan mati; apakah gunanya bagiku hak kesulungan itu? Hal yang terpenting sekarang adalah adalah mengisi perut dengan memakan semangkuk sop merah ini. Bagaimana aku tahu apa yang terjadi di kemudian hari? Dan, jika aku mati, apa yang kudapat?”

Jadi, diperhadapkan dengan sebuah pilihan antara sop kacang merah dan hak kesulungan yang merupakan berkat Allah, apa yang Esau pilih? Esau memilih yang pertama, dia memandang rendah berkat Allah. Tentu saja, apabila kita melihat hal itu sekarang, bubur itu sama sekali tidak berharga, bahkan bodoh memilih makanan dibandingkan dengan berkat dari Allah. Kita bahkan tidak menginginkan semangkuk bubur kacang itu, tetapi kita mungkin menginginkan yang lain. Setiap orang mempunyai sesuatu yang menurutnya berharga. Kita ingin mendapatkannya, dan dalam proses itu, kita bahkan akan menjual berkat hidup kekekalan kita.


Apakah Esau Terpuruk Hidupnya Karena Kehilangan Hak Kesulungannya?

Mari kita mempertimbangkan pertanyaan kenapa Esau tidak melihat nilai dari hak kesulungannya? Kenapa dia tidak melihat berharganya berkat Allah? Kenyataannya adalah dia tidak melihat nilai dari berkat itu pada waktu itu. Yakub mendapatkan berkatnya, tetapi bagaimana dengan kehidupan Yakub setelah itu? Kehidupan Yakub penuh dengan penderitaan. Dia ditipu dan menjadi pekerja tanpa gaji selama 20 tahun di rumah pamannya, Laban. Setelah kembali ke Kanaan, anak tunggal perempuannya diperkosa; dia kehilangan Rahel, istri tercintanya; dia ditipu oleh anak-anaknya; dan dia juga kehilangan Yusuf anak kesayangannya. Pada usia tuanya, seluruh keluarganya harus mengungsi ke Mesir untuk menghindari kelaparan. Akhirnya Yakub juga meninggal di Mesir.

Jadi, seluruh kehidupan Yakub penuh dengan penderitaan. Dia tidak mendapatkan janji Allah bahkan sampai ia mati. Keturunannya orang Israel diperlakukan dengan buruk sebagai budak di Mesir selama 400 tahun. Apakah layak untuk membayar harga yang begitu besar, untuk mendapatkan sebuah janji yang tergenapi hanya ratusan tahun kemudian?

Di sisi lain, Esau kehilangan hak kesulungan dan berkat Allah, tetapi hidup dengan baik dan berhasil di sepanjang hidupnya. Di Kejadian pasal 32, ketika Yakub kembali ke Kanaan, Esau membawa 400 orang pengikut untuk menyambut Yakub. Ketika Abraham diberkati Allah menjadi sangat kaya dan memiliki banyak harta benda, Abraham hanya membawa 318 orang untuk mengejar raja Kedorlaomer. Namun, ketika Esau keluar hanya untuk menyambut Yakub, dia membawa 400 orang. Anda dapat melihat betapa makmurnya dia.

Selanjutnya Yakub ingin memberikan pemberian yang besar kepada Esau sebagai bentuk permohonan maaf. Jumlahnya kira-kira sekitar beberapa ratus hewan ternak. Namun, Esau berkata, “Aku mempunyai banyak, adikku; peganglah apa yang ada padamu.” Esau bahkan tidak ingin mengambil semua itu. Dia berkata dia punya banyak ternak, dan dia tidak membutuhkan pemberian Yakub.

Di Kejadian pasal 36, tercatat bahwa, “Esau membawa isteri-isterinya, anak-anaknya lelaki dan perempuan dan semua orang yang ada di rumahnya, ternaknya, segala hewannya dan segala harta bendanya yang telah diperolehnya di tanah Kanaan, lalu pergilah ia ke negeri lain dan ia meninggalkan Yakub, adiknya itu. Sebab harta milik mereka terlalu banyak, sehingga mereka tidak dapat tinggal bersama-sama, dan negeri penumpangan mereka tidak dapat memuat mereka karena banyaknya ternak mereka itu.”

Esau mendapat banyak anak cucu, dari keturunannya muncul lebih dari sepuluh pemimpin suku. Secara sederhana, dari apa yang kita lihat, apakah berkat Yakub lebih besar dari Esau? Tentu saja, kita tidak dapat katakan demikian. Bahkan tepatnya berlawanan, berkat Esau lebih besar, keluarganya lebih makmur, dia mempunyai banyak anak cucu dan dari mereka muncul banyak pemimpin suku. Keluarganya menonjol. Namun, bagi Yakub, dia menderita sepanjang hidupnya dan keturunannya menjadi budak orang Mesir.

Lalu bagaimana kita dapat melihat nilai dari berkat Allah? Kita melihatnya dengan iman. Di Ibrani pasal 11, Yakub sama seperti kakeknya, Abraham dan juga Ishak ayahnya, yang disebut sebagai teladan iman. Sekalipun mereka tidak mendapat janji Allah dalam kehidupan mereka, mereka percaya janji Allah dan melihat berharganya janji itu. Karena itu, mereka rela menggunakan seluruh hidup mereka untuk mengejarnya.


Iman Melihat Betapa Bernilai dan Berharganya Allah

Seluruh kitab Ibrani pasal 11 berbicara tentang iman. Apakah iman itu? Ayat pertama berkata,

“Iman adalah jaminan atas segala sesuatu yang kita harapkan, dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kelihatan.”

Melihat pada apa yang tidak dapat dilihat oleh mata jasmani adalah iman. Gunakan iman untuk melihat pada apa yang akan terjadi pada masa depan dan gunakan iman untuk mempercayai firman Allah. Ibrani mencatat banyak nama-nama orang yang beriman, mereka semua percaya pada perkataan Allah. Mereka bekerja keras dalam hidupnya. Mereka menderita, bahkan dianiaya karena hal itu. Namun, dalam seluruh kehidupan mereka, mereka tidak mendapatkan janji Allah. Inilah iman.

Sebenarnya Esau tidak mempunyai iman. Dia tidak melihat betapa berharganya Allah. Hal ini terlihat bukan hanya dalam soal menjual hak kesulungannya. Kejadian mencatat peristiwa lain tentang dia, yaitu pernikahannya. Di Kejadian 26:34-35:

34  Ketika Esau berumur 40 tahun, dia menikah dengan Yudit anak Beeri dan Basmat anak Elon, keduanya adalah orang Het. 35  Pernikahannya itu membuat hati Ishak dan Ribka menjadi sangat sedih.

Kita tahu Allah tidak suka apabila umatnya mengambil wanita kafir dan menjadikannya istri. Prinsip ini berlaku di seluruh Perjanjian Lama dan Baru. Itulah sebabnya Abraham sangat berhati-hati. Dia takut Ishak menikahi perempuan setempat atau tidak kembali lagi jika ia pulang ke kampung halamannya untuk menikah. Jika Ishak berbuat demikian, dia akan kehilangan janji Allah. Maka, Abraham dengan iman mengutus hambanya yang tua untuk berangkat ke kampung halamannya, ribuan mil jauhnya untuk mendapatkan istri, yaitu Ribka bagi Ishak. Di sepanjang prosesnya Allah memberkati dan memimpin. Hal ini sangat berkenan kepada Allah. Akhirnya Ishak juga memerintahkan kepada Yakub, “Janganlah mengambil isteri dari perempuan Kanaan. Bersiaplah, pergilah ke Padan-Aram, ke rumah Betuel, ayah ibumu, dan ambillah dari situ seorang isteri dari anak-anak Laban, saudara ibumu.”  

 Sangat jelas, Esau kembali menyenangkan dagingnya. Dia mengambil perempuan-perempuan setempat menjadi istri. Mungkin ketika dia melihat mereka, dia menyukai mereka. Kemudian menikah tanpa menghiraukan akibatnya karena dia memerlukan istri pada waktu itu.


Esau, Kehilangan apa yang Menjadi Miliknya karena Tidak Beriman

Jadi, Esau kehilangan hak kesulungannya karena dia tidak memiliki iman. Dia hanya melihat-hal-hal yang ada di depan matanya, melihat melalui mata jasmaninya. Dia ingin mendapatkan apa yang dapat dia dapatkan di hadapannya. Dia tidak melihat pada masa depan. Perhatikan, Alkitab berkata Esau kehilangan hak kesulungannya. Ini berarti sebelum dia kehilangannya, dia sudah memilikinya dari awal. Dia anak tertua yang seharusnya mendapatkan janji Allah. Namun, dia kehilangan itu. Allah memberikan janji kepada kita, tetapi pada akhirnya, dibutuhkan iman untuk mendapatkannya. Itulah sebabnya dalam Perjanjian Baru, Yesus Kristus sering memberitahu kita agar beriman dan jangan menjadi orang yang kurang imannya. Allah memberikan kita janji untuk masuk kerajaan-Nya dan hidup bersama Dia selama-lamanya. Namun, dibutuhkan iman di pihak kita untuk masuk ke dalam kehidupan ini. Jika kita tidak berhati-hati, kita akan sama seperti Esau, kehilangan sesuatu yang harusnya menjadi milik kita.

Iman sepenuhnya penting dalam kehidupan Kristen. Jika kita tidak memiliki iman, semua gambaran yang indah di Alkitab, tentang Allah menyelamatkan kita dan memasuki kerajaan-Nya tidak akan berarti apa-apa bagi kita sekalipun itu sudah dijanjikan bagi kita.

Mari kita kembali ke Ibrani 12:17. Dikatakan di sini bahwa ketika Esau kemudian ingin mewarisi berkat dari ayahnya, dia ditolak. Esau tidak bertobat, sekalipun dia mencarinya dengan mencucurkan air mata. Bukankah aneh? Esau sepertinya lupa ia telah menjual hak kesulungannya. Dia tidak lagi berhak atas berkat anak sulung. Kenapa dia masih sedih?

Kemungkinan, ketika Esau menjual hak kesulungannya, dia mungkin berpikir, “Itu hanya sekadar kata-kataku saja, bukan masalah besar, bagaimana mungkin aku benar-benar memberikannya kepada dia? Aku masih anak tertua. Apalagi, ayah tidak tahu, hanya aku dan Yakub yang tahu, itu tidak menjadi masalah”.

Namun, Allah melihatnya. Allah mengambil hak kesulungannya sesuai dengan apa yang dia katakan. Hal ini tidak pernah terpikirkan oleh Esau. Allah tidak bisa dipermainkan. Dia tahu segala sesuatu yang kita lakukan sekalipun kita lakukan secara tersembunyi.


Sekali Kehilangan tidak Dapat Memperolehnya Kembali

Ini merupakan peristiwa yang paling menyakitkan. Mungkin Esau tidak pernah memikirkan hal itu ketika dia dengan santai menjual hak kesulungannya. Dia sungguh-sungguh kehilangan haknya dan hal itu tidak dapat dibalik lagi. Inilah yang kita katakan di sesi yang lalu. Esau tahu bahwa berkat ini baik, itulah sebabnya dia sangat sedih dan ingin membunuh Yakub. Namun, saat diperhadapkan pada pilihan, dia lebih memilih apa yang ada di depan matanya dan melepaskan berkat Allah. Apa yang kamu tabur, itu yang kamu tuai. Setelah itu, tidak ada apa pun yang dapat Esau lakukan untuk mendapatkannya kembali.

Ketika Yesus Kristus berbicara tentang perumpamaan, dia sering berbicara tentang orang yang ditolak Allah untuk dapat masuk ke dalam kerajaan surga. Mereka akan berada di luar dan mereka akan meratap dan mengertakkan gigi. Kenapa mereka meratap dan mengertakkan gigi? Sangat jelas, sama seperti keadaan Esau, mereka kehilangan sesuatu yang seharusnya menjadi milik mereka. Itulah sebabnya mereka akan dipenuhi dengan rasa penyesalan. Orang tidak akan merasa sangat menyesal jika dia tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkannya. Justru karena anda pernah memilikinya, tetapi akhirnya kehilangannya, maka itu akan menimbulkan rasa sakit dan penyesalan yang amat sangat.

Allah akan memberikan manusia satu kesempatan. Apa pun yang kita tabur dalam kehidupan ini, itu pula yang kita peroleh ketika Yesus Kristus datang kembali. Pada hari itu, apakah kita akan sama seperti Esau? Sekalipun kita meratap dengan keras hari itu, itu tidak akan mampu mengubah hati Allah pada waktu itu.


Esau, Orang Baik Menurut Ukuran Dunia

Mari kita kembali melihat pada Esau. Dalam catatan Alkitab, selain dua kejadian, yakni menjual hak kesulungan demi semangkuk sop kacang dan menikahi perempuan-perempuan Kanaan sebagai istri, Alkitab tidak mengatakan apa-apa lagi tentang kesalahan Esau. Dari sudut pandang manusia, Esau sebenarnya seorang yang cukup baik. Kenapa kita katakan begitu? Sekalipun Yakub menipu hak kesulungannya dengan cara yang licik, tetapi Esau mengampuni dan akhirnya menerima Yakub. Ketika Yakub meninggalkan Laban dalam perjalanan kembali ke Kanaan, dia sangat takut, Yakub khawatir Esau mungkin akan membunuh dia dan seluruh keluarganya. Namun, ketika Yakub mendekati Esau, Esau malah berlari untuk mendekap, memeluk dan mencium Yakub, dan mereka menangis bersama-sama.

Esau tidak mau mengambil pemberian Yakub. Dia mengambilnya karena Yakub yang memaksa. Dia juga mengundang Yakub untuk tinggal bersama-sama dengan dia.

Melihat pada kehidupan Esau, dia bukan orang yang tidak baik. Dari sudut pandang manusia, kita dapat berkata dia adalah seorang yang baik, dia bisa mengampuni. Berapa banyak orang yang bisa mengampuni? Yakub banyak melukai Esau, tetapi Esau mengampuni dia.

Jadi, Esau bukanlah orang yang jahat. Dari sudut pandang manusia, dia termasuk orang yang baik. Namun, pertanyaannya adalah: seorang yang baik belum tentu orang yang rohani. Belum tentu berkenan kepada Allah. Esau tidak memiliki iman dan cara pandang rohani dan tidak melihat bahwa hal yang terpenting adalah Allah. Dia hanya peduli pada persoalan duniawi, sesuatu yang ada di hadapannya. Inilah Esau. Hal ini juga merupakan permasalahan banyak orang yang baik-baik.

Ketika saya bertemu dengan orang yang bukan Kristen, banyak dari mereka merupakan orang baik. Mereka adalah orang yang ramah dan baik hati. Mereka mempunyai kualitas yang baik. Ketika saya berbicara tentang Injil kepada mereka, mereka berkata, “Ya, harusnya akan ada penghakiman. Namun, saya rasa, saya tidak melakukan hal yang salah, saya tidak akan ke neraka. Sekalipun saya tidak mempercayai Allah ini, saya bukan orang Kristen, tetapi harusnya Allah akan memperlakukan saya dengan adil. Jika ada surga, saya akan masuk surga.”


Kerajaan Surga Milik Orang yang Rohani

Memang betul, Allah akan memperlakukan setiap orang dengan adil. Namun, kerajaan surga tidak memerlukan orang baik, kerajaan surga memerlukan orang rohani. Jika kita melihat dalam Wahyu, kita akan mendapati dalam kerajaan surga, Allah akan disembah sepanjang waktu. Hal terpenting pada orang-orang pilihan di kerajaan surga adalah mereka memiliki hubungan yang intim dengan Allah. Dengan kata lain, kerajaan surga adalah perpanjangan hubungan kita dengan Allah dari kehidupan kita di bumi ini. Alkitab mengajar kita agar kita menjadi orang yang rohani pada masa sekarang. Kita harus mempunyai hubungan yang intim dengan Allah pada saat ini dan kerajaan surga merupakan perpanjangan dari kehidupan yang semacam ini. Hanya mereka yang memiliki hidup baru yang diberikan Allah pada masa hidup sekarang, yang telah dimeterai oleh Roh Kudus, yang dapat melanjutkan masuk ke dalam kerajaan surga dengan materai ini. Mereka dapat hidup bersama dengan Allah selamanya. Jika kita tidak menjadi orang yang rohani semasa hidup ini dan tidak membangun satu hubungan yang intim dengan Allah, kerajaan surga bukanlah tempat untuk kita.

Jika kita hanyalah orang baik di dunia ini, setelah menyelesaikan hidup di dunia ini, kehidupan kita akan berhenti di sini. Sama ketika setelah lulus SMA, seseorang akan mendapat ijazah. Namun, dia tidak mendaftar untuk masuk universitas, tentu saja dia tidak akan terdaftar di universitas. Maka kita berhenti di tahap SMA. Sama halnya jika kita hanya menjadi orang yang dunia sebut sebagai “orang baik” dan tidak memiliki hubungan dengan Allah, maka kita akan berhenti di tahap hidup jasmani. Kematian berarti akhir dari segalanya. Setelah mati kita tidak masuk ke dalam tahap kehidupan yang lebih tinggi.

Terlebih lagi, setiap orang berpikir dirinya adalah orang baik. Hanya Allah, Yahweh yang dapat menyelidiki hati manusia. Saya takut pada hari itu, kita akan mendapati, orang yang dinilai orang baik justru melakukan banyak dosa. Masalahnya adalah mereka sendiri tidak menyadarinya.

Jadi, yang terpenting adalah apakah kita orang rohani? Apakah kita menghargai hubungan kita dengan Allah? Inilah perbedaan antara orang baik dengan orang rohani. Kerajaan surga tidak membutuhkan “orang baik”, kerajaan surga menginginkan sahabat Allah dan orang rohani. Hanya orang-orang jenis ini yang akan mewarisi warisan berkat dari Allah.


Kesimpulan

Mari kita membuat sebuah kesimpulan kecil. Tokoh yang kita lihat hari ini adalah Esau. Kita sudah melihat dia kehilangan hak kesulungannya. Kenapa dia kehilangannya? Karena dia memandang rendah berkat Allah. Demi sedikit sop kacang, dia menjual hak kesulungannya. Kenapa dia melakukan itu? Hal ini dia lakukan, karena dia tidak melihat betapa berharganya berkat Allah itu. Pada waktu itu, yang terpenting adalah mengisi perutnya.

Kenapa Esau tidak bisa melihat betapa berharganya berkat Allah? Hal ini adalah karena dia tidak memiliki iman. Iman yang memampukan kita untuk melihat apa yang tidak dapat dilihat oleh mata jasmani kita. Kalau kita memandang dengan mata jasmani pada kehidupan Yakub dan Esau, berkat Allah yang Yakub dapatkan tidaklah lebih baik daripada yang Esau peroleh. Bahkan, Esau bisa saja hidup lebih baik bahkan lebih berhasil. Esau sangat makmur dan memiliki banyak anak cucu dan banyak pemimpin suku berasal dari keturunannya. Yakub, di sisi lain, dengan mata iman melihat betapa berharganya berkat Allah. Jadi, Esau, kehilangan berkat Allah karena dia tidak mempunyai iman. Iman adalah unsur yang sangat penting dalam kehidupan Kristen. Tanpa iman, kita tidak akan memperoleh apa-apa.

Yang terakhir, kita dapat melihat bahwa Esau bukanlah orang yang jahat. Dari sudut pandang manusia, dia adalah seorang yang baik. Namun, orang baik bukan berarti dapat memperoleh berkat Allah. Allah menginginkan seorang yang rohani, seorang yang menjadi sahabat karib-Nya.

 

 

Berikan Komentar Anda: