Pastor Jeremiah Zhang | Pesan 2 |
Kem Gabungan di Kuala Lumpur, Juni 2023
Mari kita mulai dengan 2 Tim 2:1,2:
1Karena itu, anakku, jadilah kuat dalam anugerah yang ada dalam Yesus Kristus. 2Apa pun yang telah kamu dengar dari aku di depan banyak saksi, percayakan itu kepada orang-orang yang setia, yang juga mampu mengajar orang lain.
Perhatikan ayat 1 yang berkata, “… jadilah kuat dalam anugerah yang ada dalam Yesus Kristus.” Kita telah menerima anugerah demi anugerah melalui Kristus Yesus. Allah telah memberi kita banyak anugerah melalui Kristus Yesus. Kita telah diselamatkan. Jadi, setelah Anda diselamatkan, lalu apa? Anda seharusnya menyelamatkan orang lain! Anugerah selalu disertai tanggung jawab.
Pokok inilah yang ingin saya tekankan hari ini. Tema kamp adalah “Fight the Good Fight.” Agar dapat berjuang dalam perjuangan yang baik, Anda harus menjadi prajurit Yesus Kristus yang baik.
PRAJURIT YANG BAIK MEMILIKI RASA TANGGUNG JAWAB
Lalu, bagaimana menjadi prajurit Yesus Kristus yang baik? Hal pertama adalah Anda harus menjadi orang yang memiliki rasa tanggung jawab. Allah memberi kita anugerah. Bersama dengan anugerah adalah tanggung jawab. Dosa Anda telah diampuni. Lalu apa? Anda seharusnya mengampuni mereka yang berdosa terhadap Anda. Itulah tanggung jawab Anda. Allah mengasihimu! Lalu apa? Kita harus saling mengasihi. Itulah tanggung jawab Anda. Kita bersyukur bahwa sekarang kita telah menjadi warga kerajaan. Lalu apa? Sekarang Anda memiliki kewajiban. Seperti warga negara Singapura yang wajib militer. Kita juga wajib bergabung dengan pasukan yang membebaskan orang dari kegelapan! Kita adalah Yahweh’s Liberation Army sebagaimana prajurit di Tiongkok disebut People’s Liberation Army (Tentara Pembebasan Rakyat).
Kita adalah Tentara Pembebasan Yahweh. Tugas dan tanggung jawab kita adalah untuk membebaskan orang dari kegelapan!
Paulus terus mengingatkan Timotius akan tanggung jawabnya. Dia berkata, “… percayakan kepada orang-orang yang setia yang akan mampu mengajar orang lain”. Itu berarti Timotius harus menyampaikan kepada orang lain ajaran yang telah dia dengar atau terima. Dia harus meneruskannya kepada orang-orang yang setia. ‘Mempercayakan’ adalah kata yang keras. Di 1 Timotius, Paulus menekankan bahwa ia mempercayakan pelayanan Firman kepada Timotius (1 Tim 1:18). Sekarang dia mengingatkan Timotius, “Sekarang kamu harus mempercayakannya kepada orang yang setia …”. Terus menyebarkannya! Itulah tanggung jawab kita!
Apakah Anda orang yang dapat dipercayai? Jika tidak, kita tidak bisa berbicara tentang menjadi seorang prajurit. Tidak akan ada artinya. Jika kita selalu berubah: Hari ini kita berkata, “Ya”, besok “Ya” kita berubah menjadi, “Tidak”, lalu bagaimana anda bisa menjadi seorang prajurit? Siapa yang akan mempercayai seorang prajurit seperti ini? Tidak seorang pun!
Ayat 2 mengingatkan kita akan Amanat Agung karena terdapat kemiripan dengan Matius 28:20. Inilah Amanat Agung yang dipercayakan Yesus kepada semua murid. Dia berkata,
“… ajarkanlah mereka untuk menaati semua yang Aku perintahkan kepadamu. Dan lihat, Aku selalu bersamamu, bahkan sampai kepada akhir zaman.”
Kalimat pertama berbunyi, “… ajarkanlah mereka untuk menaati.” Menaati apa? “… semua yang telah Kuperintahkan kepadamu.” Menyebarkannya! Sampaikan apa yang telah Anda terima dan dengar.
Diperlukan tanggung jawab agar Anda dapat meneruskan apa yang telah kita dengar. Anda harus menaati perintah Yesus. Jika anda tidak menaati perintah Yesus, lupakan tentang memberitakan Injil! Jika Anda ingin memberitakan Injil, pertama-tama anda harus menjadi orang yang menaati perintah Yesus! Jika tidak, bagaimana Anda akan memberitahu orang lain untuk menaati apa yang telah Yesus ajarkan kepada kita? Jadi, kita harus berkhotbah bukan hanya dengan kata-kata kita, tetapi juga dengan perbuatan kita. Itulah tanggung jawab kita!
Apakah Amanat Agung itu bagi setiap orang Kristen? Itulah pertanyaannya. Bagaimana kita memahami perkataan Yesus? Amanat Agung adalah perintah Yesus. Perintahnya adalah untuk kita taati. Jadi, apakah perintah ini untuk kita, atau bukan? Bisakah kita menjawabnya?
Jelas, kita dipanggil bukan hanya untuk diselamatkan, tetapi untuk memuridkan semua bangsa. Keselamatan adalah berkat yang Allah berikan kepada kita. Sekarang Dia ingin kita meneruskan berkat ini kepada semua bangsa.
PRAJURIT YANG BAIK PEDULI DENGAN KEPENTINGAN TUHAN
Mari kita lihat ayat berikutnya, Filipi 2:21, rasul Paulus berkata,
Sebab, yang lain hanya sibuk memedulikan kepentingannya sendiri, bukan kepentingan Kristus Yesus.
Ini merupakan kata-kata yang sangat menyedihkan dari Paulus. Dia menyesalkan kondisi gereja. Saya pikir pada saat itu, ada banyak orang Kristen, banyak gereja, tetapi Paulus membuat pernyataan semacam ini. Dia berkata, “Tidak ada yang peduli dengan kepentingan Yesus Kristus.” Tidak seorang pun! Cukup mengejutkan, bukan?
Apakah Anda prihatin? Apa yang menjadi keprihatinan Yesus Kristus? Perintah terakhir sebelum dia pergi adalah Amanat Agung. Apakah Anda peduli? Tidak, saya rasa tidak. Kita memiliki terlalu banyak hal untuk dikhawatirkan. “Biarlah para pendeta yang pikirkan tentang Amanat Agung, bukan saya!”
Sayangnya, ketika Paulus mengucapkan kata-kata ini, dia mengacu pada rekan kerjanya, tim pastoral. Banyak dari mereka terlalu sibuk dengan urusan mereka sendiri. Mereka tidak punya waktu untuk peduli dengan kepentingan Yesus.
Apa yang menjadi keprihatinan Anda? Ini bisa dilihat di Pertemuan Doa, bukan? Ketika datang ke waktu Pertemuan Doa, apa yang Anda doakan? “Kesehatan saya, keluarga saya, pekerjaan saya, kesulitan saya.” Pernahkah Anda memikirkan tentang keprihatinan Yesus? Pernahkah terlintas untuk mendoakan apa yang menjadi kepedulian Yesus? Tidak. Itu menunjukkan apa yang sebenarnya menjadi keprihatinan kita.
Apa yang menjadi permintaan doa Paulus? Apakah dia meminta gereja untuk mendoakan kesehatannya, atau untuk keamanannya? Tidak! Dia selalu meminta gereja untuk berpartisipasi! Memikul tanggung jawab! Dia meminta gereja untuk berpartisipasi dalam pemberitaan Injil. Dia berdoa, “Tuhan, semoga Engkau membuka pintu, sehingga saya bisa memberitakan Injil.” (Kol 4:3) Inilah permintaan Paulus – agar Injil dapat tersebar dengan cepat. Itulah yang menjadi pokok doanya yang utama! Dengan meminta doa ini, dia sebenarnya sedang mengundang jemaat untuk berpartisipasi, untuk turut memikul tanggung jawab. Dia berkata, “Inilah hal yang dapat Anda lakukan.” Namun, apakah itu menjadi keprihatinan Anda? Atau, itu bukan urusan Anda, hal yang tidak pernah Anda pikirkan. Anda selalu berpikir tentang ‘masalah saya’ atau ‘masalah keluarga saya’. Itulah batas keprihatinan Anda. Semua bangsa? Lupakan saja!
Kita dapat berdoa untuk pekerjaan Tuhan – untuk pelaksanaan Amanat Agung. Sebagai contoh, kita ada pelayanan di Mesir dan di Asia Tengah. Kita baru saja membaptis saudara kita di Iran. Kita juga mengadakan studi Alkitab online untuk orang-orang Afghanistan dan memulai pos pelayanan di Turki. Apakah Anda mendukung teman-teman ini, setidaknya dalam doa?
Mungkin Anda bahkan dapat mengunjungi mereka untuk menghibur dan mendorong mereka! Kita selalu berpikir untuk pergi berlibur. Ketika Anda berlibur, destinasi apa yang Anda pikirkan? Jepang! Korea! Taiwan! Makanan enak! Pemandangan yang bagus! Pernahkah Anda berpikir, “Bagaimana saya bisa memanfaatkan liburan saya untuk berpartisipasi dalam Amanat Agung? Mungkin saya bisa pergi ke sana dan menghibur para penjuang kita? Mungkin saya bisa melakukan survei ke lokasi baru. Lalu kita kembali dan memberitahu gereja apa yang dapat kita lakukan. Mungkin Allah bisa menuntun kita untuk membagikan kabar baik kepada beberapa penduduk setempat.”
Ada banyak hal yang bisa kita pikirkan!
PRAJURIT YANG BAIK MENDERITA DEMI INJIL!
Di 2 Timotius 2:3 kita membaca,
“Ikutlah menderita sebagai prajurit Yesus Kristus yang baik.”
Paulus mendorong Timotius untuk turut menderita bersamanya. Penderitaan macam apa yang Paulus bicarakan? Kehidupan seorang prajurit ditandai dengan penderitaan. Sangatlah sulit untuk menjadi seorang prajurit. Prajurit menjalani pelatihan dan disiplin yang intensif. Banyak prajurit-prajurit yang terluka dan lumpuh saat pelatihan, dan beberapa bahkan meninggal dalam kecelakaan saat pelatihan. Jika Anda berada di garis depan pertempuran, Anda akan diserang dan disergap. Anda menderita cedera. Anda bahkan bisa mati. Jika Anda ditangkap musuh, Anda akan disiksa. Prajurit menghadapi penderitaan fisik dan emosional. Penderitaan merupakan ciri khas kehidupan seorang prajurit!
Penderitaan seperti apa yang Paulus maksudkan? Ketika Paulus berbicara tentang penderitaan di 2 Timotius, hal itu selalu berkaitan dengan Injil! Kita akan membuat satu survei cepat. Di 2 Tim 1:8:
Jadi, jangan malu bersaksi tentang Tuhan kita atau tentang aku, tahanan-Nya. Akan tetapi, oleh kuasa Allah ikutlah menderita demi Injil.
Perhatikan kalimat “… ikutlah menderita demi Injil”. Paulus harus menderita demi Injil, dan bahkan menderita penjara. Dia mendorong Timotius untuk tidak malu karena kita dipanggil untuk menderita bersama Kristus sebagai prajurit yang baik.
Yang berikutnya ada di 2 Tim 2:8,9:
8Ingatlah Kristus Yesus, yang telah bangkit dari antara orang mati, keturunan Daud, seperti yang aku beritakan dalam Injilku, 9yang olehnya aku sekarang menderita sampai dipenjara sebagai seorang kriminal, tetapi firman Allah tidak terpenjara!
Firman Allah tidak terpenjara! Hal yang sangat menggembirakan! Namun, Paulus diperlakukan seperti penjahat karena memberitakan Injil. Musuh mencoba segala cara untuk menghentikan kemajuan Injil. Mereka berhasil menghentikan langkah Paulus dan memenjarakannya. Namun, Paulus berkata bahwa Injil tidak terpenjara. Itulah sebabnya sekarang Injil telah sampai kepada kita.
Berikutnya, kita baca di 2 Tim 4:5
Sedangkan kamu, waspadalah dalam segala hal, bertahanlah dalam kesukaran, kerjakanlah tugas pemberita Injil, dan selesaikanlah pelayananmu.
Apakah Anda melihat? Penderitaan merupakan nasib setiap penginjil. Penderitaan macam apa yang harus dihadapi Timotius? Penderitaan seperti apa yang harus dihadapi Paulus? Seorang penginjil harus menghadapi pengajaran palsu. Dia harus menanggung oposisi dan harus menghadapi hukuman penjara. Gereja yang suam-suam kuku juga merupakan suatu penderitaan. Seorang penginjil harus menghadapi kesalehan palsu. Namun, Paulus menasihati Timotius, “… bertahanlah dalam kesukaran, … selesaikanlah pelayananmu.” Sekali lagi, tanggung jawab! Selesaikanlah pelayanan Anda! Harga yang harus dibayar adalah: Anda harus menanggung kesukaran. Namun ingat, Firman Allah tidak akan terpenjara. Jangan malu dan jangan takut.
Anda adalah seorang prajurit Kristus hanya jika Anda berpartisipasi dalam memajukan Injil.
Kita tidak hanya di sini melambaikan spanduk, menyanyikan lagu-lagu, bermain game tentang ‘berjuang dalam perjuangan yang baik’ dan kemudian tiba-tiba kita menjadi tentara Kristus. Tidak!
Anda adalah seorang prajurit Kristus hanya jika Anda berpartisipasi dalam memajukan Injil! Jika Anda tidak memiliki kepedulian terhadap kepentingan Yesus, tema kamp ini sebenarnya tidak relevan bagi Anda.
PRAJURIT YANG BAIK MENYENANGKAN KOMANDANNYA!
Bagaimana menjadi prajurit Kristus yang baik? 2 Timotius 2:3,4:
3 Ikutlah menderita sebagai prajurit Yesus Kristus yang baik. 4 Tidak ada prajurit yang menyibukkan dirinya dengan urusan hidup sehari-hari supaya ia dapat menyenangkan komandannya.
Bagaimana menjadi prajurit Kristus yang baik? Menyenangkan Komandan Anda! Siapa panglima tertinggi Anda? Apakah Anda tahu? Banyak orang Kristen tidak tahu karena mereka sendiri adalah Panglima Tertinggi itu.
Tentu saja, kita tahu bahwa YAHWEH merupakan TUHAN semesta alam. Dia adalah Yang Tertinggi. Namun, bagaimana Yahweh memerintahkan pasukan-Nya? Melalui Yesus Kristus. Kita harus jelas akan hal ini! Ketika kita mendengarkan Yesus, kita mendengarkan Yahweh Allah karena Dia menunjuk Yesus untuk menjadi Tuan kita, untuk memimpin kita; Allah menetapkan Yesus untuk menjadi Panglima Tertinggi kita. Itulah sebabnya kita dipanggil untuk menjadi prajurit Yesus Kristus. Kehendak Allah dan perintah-Nya disampaikan melalui Yesus. Itulah sebabnya kita harus mematuhi perintah-Nya. Inilah Amanat Agung yang disampaikan Yesus.
Jika Anda meremehkan Panglima Tertinggi Anda, tidak mungkin Anda akan peduli dengan kepentingannya.
Jika dia tidak memegang kendali atas hidup Anda, bagaimana Anda bisa menyenangkannya? Periksalah diri Anda: Siapa Panglima Tertinggi Anda? Apakah Yesus benar-benar Tuan dan Penguasa atas hidup Anda? Jika tidak, Anda bahkan bukan bagian dari pasukannya!
Bagaimana cara menyenangkan Panglima Tertinggi kita? Dengan berbagi keprihatinan dan kepentingannya, dan dengan setia melaksanakan perintahnya!
Kita mungkin bertanya, “Mengapa saya harus selalu menyenangkannya?” Kita mau menyenangkannya karena kita berterima kasih dan mengasihi dia! Itu sebabnya saya ingin menyenangkan dia. Saya tahu bahwa jika saya menyenangkan Yesus, saya juga menyenangkan Bapa saya di surga.
Allah itu baik. Tahukah Anda bahwa Allah itu baik? Saya tidak hanya mengalaminya sendiri, saya juga melihat bagaimana Allah itu baik kepada orang-orang di sekitar saya. Tahun lalu, kami memiliki program penjangkauan. Kami pergi ke taman untuk menjangkau orang-orang. Sebelum pergi, kami berdoa kepada Allah agar Dia memimpin kami untuk mengenal orang-orang yang dalam kebutuhan, agar kami dapat menawarkan penghiburan kepada mereka. Kami berhasil mengenal sekelompok orang dan sampai sekarang kami tetap berhubungan. Salah satunya adalah seorang anak muda yang baru tahun lalu lulus dari universitas. Ketika kami mengenalnya, kami melihat dia adalah pria yang bahagia! Dia akan datang dan mendengarkan kami menyanyikan lagu-lagu dan akan berbicara kepada kami. Seorang pemuda yang terlihat sangat bahagia! Dia selalu datang membawa makanan ringan untuk kami nikmati bersama-sama.
Setelah beberapa waktu, dia mulai mempercayai kami dan berbagi dengan kami pengalaman hidupnya. Saya dikagetkan karena orangnya terlihat bahagia, tetapi sebenarnya sangat tidak bahagia. Sejak SMP kelas 1, dia sudah dikirim oleh orang tuanya ke Jepang, yaitu pada saat dia paling membutuhkan orang tuanya. Dia tidak mengerti mengapa orang tuanya mengirimnya pergi ke Jepang dan mempercayakannya kepada kerabat mereka untuk merawatnya saat dia belajar di Jepang.
Banyak orang tua di Tiongkok berpikir bahwa satu-satunya cara untuk bahagia adalah dengan menghasilkan banyak uang. Ketika Anda memiliki banyak uang, maka Anda dapat memberikan hal-hal terbaik kepada anak-anak Anda: pendidikan terbaik, makanan terbaik, hal-hal terbaik yang dapat dibeli dengan uang untuk mereka. Bagi mereka, ini adalah kebahagiaan. Jadi, mungkin itulah yang dipikirkan orang tuanya ketika mereka mengirim putra mereka ke luar negeri. Mungkin mereka berpikir, “Ini bagus untuk pendidikannya, dan orang tua dapat fokus berbisnis dan menghasilkan lebih banyak uang tanpa gangguan.”
Namun, anak malang itu tidak tahu mengapa orang tuanya mengirimnya ke Jepang. Dia selalu berpikir, “Mereka membenciku. Mereka tidak menyukai aku. Mereka telah meninggalkanku.” Pikiran itu terus terngiang-ngiang di benaknya. Akhirnya, dia mengalami depresi. Dia tidak bisa tidur di malam hari. Dia berada di negara asing, harus belajar bahasa, budaya, dan bergaul dengan teman-teman baru. Dia bergumul dengan banyak hal. Untungnya dia mempunyai seorang teman baik di kelasnya yang juga berasal dari Tiongkok. Jadi, mereka berteman baik dan selalu bersama. Sayangnya, dalam waktu kurang dari satu tahun, saat mereka berjalan bersama-sama, temannya ditabrak bus. Dia melihat banyak darah dan seketika itu juga dia pingsan dan diantar ke rumah sakit.
Dia berakhir depresi dan mengalami insomnia untuk waktu yang lama. Suatu malam dia pergi ke tepi sungai, hanya untuk duduk di sana. Dia sedang mempertimbangkan untuk bunuh diri malam itu. Dia duduk di sana sendirian untuk waktu yang lama.
Apakah Anda tahu apa yang terjadi selanjutnya?
Sesuatu yang luar biasa! Datanglah seorang pria tua tunawisma dan duduk berbicara dengannya. Dia berkata, “Anak muda, mengapa kamu duduk di sini?” Dia mulai menghiburnya dan mendorongnya, dan akhirnya pria tua ini meyakinkannya untuk kembali ke sekolah dan melupakan ide untuk bunuh diri.
Saya bertanya kepadanya, “Apakah Anda tahu bahwa Allah menyelamatkan hidup Anda?” Sebenarnya, dia tidak begitu percaya kepada Allah. Namun, setidaknya untuk pertanyaan ini, dia menganggukkan kepalanya, dan berkata, “Kurasa begitu.” Dia tahu itu tidak mungkin hanya suatu kebetulan.
ALLAH PEDULI! NAMUN, APAKAH ANDA PEDULI?
Ada banyak orang yang dalam kebutuhan. Mereka terlihat bahagia, tetapi di dalam hati mereka, mereka tidak bahagia. Faktanya, dari kelompok yang kami injili itu, lebih dari separuh memiliki masalah.
Adapun pemuda ini, setelah SMP Kelas 3, dia dikirim kembali ke Tiongkok. Saat itu dia sudah menderita depresi dan harus minum obat. Dia mengatakan kepada saya, “Apakah Anda tahu bahwa rambut saya palsu?” Dia sangat jujur. “Rambut saya palsu. Semuanya palsu!” Soalnya, rambutnya terus rontok, mungkin karena pengaruh obatnya. Dia berkata, “Setiap bulan saya akan menderita beberapa hari depresi yang membuat saya mengurung diri di rumah.” Dia tinggal sendirian karena orang tuanya kaya, dan membelikannya apartemen untuk tinggal sendiri.
Saya berbagi semua ini dengan Anda untuk menunjukkan bahwa Allah peduli. Namun, apakah kita peduli? Apakah kita punya waktu untuk peduli dengan orang-orang seperti ini.
Ketika Yesus memandang orang banyak, Dia berkata, “Mereka tertindas. Mereka lelah. Mereka seperti domba tanpa gembala.” Yesus menyatakan hati Allah. Dia peduli pada yang tertindas dan yang lelah. Dia meminta kita untuk berdoa kepada Allah – untuk apa? Agar kita turut berpartisipasi! Berdoalah kepada Allah, “Kirim lebih banyak pekerja untuk mengumpulkan hasil panen.” (Mat 9:36-38, Lukas 10:2, Yoh 4:35)
Bagaimana Anda berdoa?
“Tuhan, tolong utuslah seseorang!”
Begitulah cara kita berdoa. “Utuslah seseorang!… Kirimlah seseorang untuk mengumpulkan panen.” Utus siapa? Utus John? Utus Petrus? Bagaimana dengan Anda?
Jika Anda tidak berniat untuk pergi sendiri, janganlah berdoa! Anda munafik! Anda tahu perintah Yesus, Anda tahu hatinya dan keprihatinannya, tetapi Anda tidak ingin terlibat. Anda ingin Yesus mengutus orang lain! Tuhan peduli! Bagaimana dengan Anda?
PRAJURIT YANG BAIK TIDAK MENGEJAR HAL DUNIAWI
Bagaimana menjadi prajurit Kristus yang baik? 2 Timotius memberi tahu kita untuk tidak terjerat dengan urusan duniawi atau pengejaran sipil (2Tim 2:4). Alih-alih hanya merujuk pada 2 Timotius, saya ingin merujuk pada bagian yang menarik dalam Perjanjian Lama.
Kita akan membaca Ulangan 20:1-9. Agak panjang, tapi bacaan yang sangat menarik.
1Bila kamu pergi berperang melawan musuhmu dan kamu melihat kuda, kereta perang, dan orangnya lebih banyak daripada orangmu, janganlah takut kepadanya. Karena, YAHWEH, Allahmu, yang telah membawamu keluar dari negeri Mesir, besertamu. 2Ketika kamu menghadapi peperangan, imam harus maju dan berbicara kepada rakyat. 3Dia akan berkata, “Hai orang Israel, dengarkanlah aku! Hari ini, kamu akan berperang melawan musuhmu. Jangan berkecil hati, jangan panik, dan jangan gemetar terhadap musuh. 4Karena, YAHWEH, Allahmu, menyertaimu untuk berperang melawan musuhmu dan menyelamatkanmu.” 5Para pengatur pasukan juga akan berkata kepada tentara, “Apakah di sini ada yang telah membangun sebuah rumah baru, tetapi belum menempatinya? Biarlah dia pulang ke rumahnya supaya dia jangan mati dalam peperangan dan orang lain menempati rumahnya. 6Apakah di sini ada yang sudah menanami kebun anggurnya, tetapi belum mengecap hasilnya? Biarlah dia pulang ke rumahnya, supaya jangan mati dalam peperangan dan orang lain akan menikmati buahnya. 7Apakah di sini ada yang sudah bertunangan? Yang akan kawin? Biarlah dia pulang ke rumahnya, supaya dia jangan mati dalam peperangan dan orang lain akan menikahinya.” 8Para pengatur pasukan juga harus berkata lagi kepada tentara (setelah pengumuman atau proklamasi sebelumnya, akhirnya, sekali lagi), “Apakah di sini ada yang takut dan berkecil hati? Biarlah dia pulang ke rumahnya sehingga dia tidak membuat tentara lain kehilangan keberaniannya.” 9Kemudian, setelah para pengatur pasukan itu selesai berbicara kepada tentara, mereka harus memilih para komandan untuk memimpin tentara itu.
Ulangan 20 adalah tentang strategi perang: Bagaimana umat Allah seharusnya berperilaku dalam pertempuran? Tidak ada tentara, sejauh yang saya tahu, berfungsi seperti ini! Jika Anda membuat proklamasi semacam ini, apa yang terjadi? Seluruh pasukan akan menghilang! Betapa baiknya kalau militer Singapura akan berfungsi seperti ini. Namun, bahkan IDF (Israel Defense Forces), Pasukan Pertahanan Israel – tidak akan berani melakukan itu! Kalau proklamasi seperti di atas diberikan, tidak ada yang tersisa di pasukan militer. Sangat menarik bahwa hal itu dicatat dalam Firman Tuhan, tetapi bangsa Israel tidak menaatinya.
Mengapa orang bergabung dengan dinas militer? Mungkin kita perlu bertanya kepada orang Singapura, “Mengapa Anda bergabung dengan dinas militer?” Jawabannya adalah karena itu adalah kewajiban! Anda tidak punya pilihan, setiap pria dewasa wajib militer. Mengapa orang bergabung dengan militer? Karena gaji yang bagus dan kesempatan karir yang bagus. Anak muda bergabung bukan karena mereka mau berperang.
Demikian juga mentalitas kita sebagai orang Kristen. Kita percaya kepada Yesus, tetapi kita tidak berniat untuk memikul salib! “Maaf, kami hanya percaya demi berkat, untuk hidup kekal, bukan untuk memikul salib!” Apa yang terjadi ketika kita bertanya, “Apakah ada yang mau memikul salib dan mengikuti Yesus?” Orang-orang akan segera pergi. Jika kita membuat proklamasi yang sama, kita harus bertanya, “Apakah kamu baru saja membeli rumah? Anda belum selesai dengan cicilan rumah? Kamu bisa pulang!”
Apa yang dikatakan di sini adalah bahwa urusan duniawi ini, keterikatan ini, selalu menghalangi kita untuk menjadi prajurit yang baik. Semua keterikatan yang disebut pada ayat-ayat di atas membuat kita cemas dan khawatir. Kita membeli rumah, menanam kebun anggur dan lainnya. Semua itu mengikat kita.
Saat ini membeli rumah telah menjadi kewajiban. Setiap orang harus berambisi untuk membeli rumah. Untuk memiliki sebuah rumah, prosedurnya sangat sederhana. Dapatkan KPR! Pinjaman biasanya untuk 20 tahun, atau 30 tahun. Jadi, Anda terikat! Anda punya alasan yang bagus. “Maaf, Pak Pendeta, Amanat Agung bukan untuk saya, saya ada kewajiban KPR di bank. Apakah Anda tidak mengerti kesulitan saya? Mengapa Anda tidak mempertimbangkan situasi saya? Lihatlah, berdasarkan ayat-ayat di Ulangan! Saya bisa dikecualikan!”
Anda terikat oleh pinjaman bank seumur hidup! Anda tidak bisa maju. Bagaimana mungkin bisa berfungsi sebagai seorang prajurit?! Tidak mungkin Anda dapat menanggapi panggilan Allah!
Lalu apa tujuan hidup kita? Menikah dan punya anak! Saya minta maaf harus mengatakan ini, tetapi makna hidup bagi kebanyakan orang sangatlah sempit! Yakni hanya untuk menikah dan punya anak. Setelah Anda memiliki anak, lalu apa? Kamu punya cucu! Di tempat kami, saya melihat banyak orang tua membawa cucu mereka ke taman. Apakah mereka bahagia? Mereka terlihat bahagia. Namun, saya merasa kasihan pada mereka. Apakah itu artinya kehidupan? Lingkaran pergaulan yang semakin kecil, dan akhirnya, satu-satunya yang tersisa adalah kakek dan cucu. Semua waktu kakek nenek dihabiskan untuk merawat cucu.
Di manakah “semua bangsa”? Allah ingin memperluas cakrawala kita! Untuk memberkati mereka semua bangsa! Tuhan memberkati Anda agar Anda dapat memberkati semua bangsa. Namun, hati kita semakin kecil. Kita hanya peduli dengan “keluargaku, rumahku, istriku, anak-anakku.” Setelah Anda memiliki anak, tentu saja Anda memiliki cucu. Anda terikat selamanya! Tentu saja Anda akan berpikir, “Amanat Agung bukan untuk saya.”
Jadi, kewajiban telah berubah menjadi opsi, karena Anda berkata, “Ini bukan untuk saya”!
Saya sangat terhibur oleh seorang pemuda di gereja baru-baru ini. Pemuda ini menjadi seorang Kristen sekitar dua tahun dan dia berkata kepada pendetanya, “Pak, saya telah melakukan sesuatu yang salah.” Pendetanya bertanya, “Apa yang telah Anda lakukan?” “Ayah saya telah membayar uang muka untuk saya membeli rumah!” Rumah itu harganya sekitar satu juta Yuan. Pada awalnya, pemuda ini tidak pernah memikirkannya. Dia mendapatkan rumah dan hanya perlu membayar sisa pinjaman. Tiba-tiba dia menyadari apa yang telah dia lakukan. Dia ke pendetanya dan berkata, “Saya sekarang terikat selamanya! Pinjaman banknya selama 30 tahun! Itu berarti saya akan berada di sini selama 30 tahun! Saya tidak bisa pergi ke tempat lain. Saya harus bekerja selama sisa hidup saya untuk melunasi pinjaman ini.”
Pemuda ini berkata kepada pendetanya, “Hal ini tidak sejalan dengan pengajaran Alkitab, bagaimana saya bisa bebas dipimpin oleh Tuhan kalau saya terikat seperti ini?”
Saya terhibur oleh pemuda ini! Dia mulai berpikir dan sampai pada kesimpulan bahwa hal itu tidak benar. “Semakin saya membaca Alkitab, semakin saya menemukan bahwa saya tidak sejalan dengan apa yang ada di dalam Firman.” Akhirnya, dia membuat keputusan dan menjual rumah dan kemudian mengembalikan uang itu kepada ayahnya, dan membayar kembali pinjaman. Dia membebaskan dirinya sesegera mungkin.
PRAJURIT YANG BAIK MENGUTAMAKAN ALLAH
Apakah Firman Tuhan terlalu keras? Biarkan saya berbagi dengan Anda sesuatu yang sangat menarik. Tiongkok memiliki banyak propaganda termasuk tentang bagaimana Anda harus mencintai negara. Ada seorang pria bernama Huang Xu Hua (黄旭华). Pria ini sangat terkenal karena merupakan pelopor proyek kapal selam nuklir di Tiongkok. Dia merupakan seorang pionir. Apa yang membuatnya terkenal? Ketika dia direkrut, dia harus menandatangani perjanjian: dia tidak diizinkan untuk menghubungi keluarganya sejak saat itu. Tidak ada kontak, bahkan panggilan telepon, karena proyek ini sangat rahasia! Selama berapa lama, dia tidak bisa menghubungi keluarganya? Coba tebak! Sepuluh tahun? 20 tahun?
Tiga puluh tahun! Selama tiga puluh tahun, orang ini tidak pernah kembali ke rumah. Dia tidak pernah menghubungi keluarganya. Keluarganya tidak tahu keberadaannya, apa yang dia lakukan, dan sebagainya. Bukankah ini sangat kejam?
Namun, hal ini bisa dimengerti. Orang Tionghoa memiliki pepatah: “Antara negara dan keluarga, Anda hanya dapat memilih satu (忠孝不能两全).” Jika Anda seorang prajurit, Anda hanya bisa setia kepada satu: apakah negara atau keluarga Anda. Pria ini tahu prinsipnya; Dia setuju. Dan saya setuju juga! Karena tanpa negara, tidak ada keluarga. Jika negara Anda hancur, keluarga Anda juga hancur. Bahkan jika Anda mencoba untuk membuat keluarga Anda bahagia, jika negara hancur, Anda tidak memiliki kebahagiaan untuk dibicarakan. Saya setuju dengan prinsip ini. Itu benar!
Sebagai orang Kristen, kita harus memahami bahwa kita memiliki sesuatu yang bahkan lebih unggul daripada sebuah negara; yakni kerajaan Allah! Keselamatan umat manusia! Anda dipanggil untuk menjadi – Tentara Pembebasan Yahweh – untuk membebaskan orang-orang dari kegelapan! Anda memiliki sesuatu yang bahkan jauh lebih berarti.
Apa tujuan hidup? Pikirkan tentang itu.
Saya pikir kebanyakan orang akan berkata, “Tujuan hidup saya adalah melakukan sesuatu yang baik untuk masyarakat.” Jadi, apa itu “sesuatu yang baik” bagi masyarakat – dapatkah Anda memberi tahu saya? Kita telah membangun AI (Artificial Intelligence). Seberapa baik itu? Sekarag ada ChatGPT, Versi 4. Saya pikir ini yang terbaru. Prestasi luar biasa! Namun, apa hebatnya ini? Di banyak tempat, orang-orang mulai berbicara tentang bagaimana mereka akan menggunakan ChatGPT. Misalnya, beberapa orang akan bertanya, “Tolong ubah wanita cantik ini menjadi telanjang.” Dan program ini dapat melakukannya! Kemudian setelah ini, orang lain mungkin meminta AI untuk menuliskan proyek untuk mereka, mengerjakan tesis untuk mereka, melakukan tugas mereka.
Tidak ada yang salah dengan proyek AI ini. Saya pikir teknologi adalah sesuatu yang netral. Lalu di mana letak masalahnya? Selama masalah dengan hati manusia tidak terselesaikan, kejahatan tidak terpecahkan. Jika Anda tidak dibebaskan dari kejahatan, kontribusi apa pun yang Anda berikan kepada masyarakat pada akhirnya akan berubah menjadi jahat. Saya tahu bahwa ChatGPT dapat menyiapkan khotbah yang lebih baik daripada pendeta. Suatu kali saya berbagi tentang Mazmur 19 dan seorang rekan kerja meminta ChatGPT untuk menulis tentang Mazmur 19 dan kemudian dia menunjukkannya kepada saya. Cukup bagus! Setidaknya, secara teoritis benar, dan sangat jelas. Para pendeta sebaiknya bekerja lebih keras! Jika tidak, Anda gulung tikar! Saya serius!
Apakah tujuan hidup? Tahukah Anda apa kontribusi terbaik? Tujuan hidup yang terbaik adalah untuk membebaskan manusia dari dosa dan kejahatan! Kejahatan dan dosa merupakan penyebab masalah dalam masyarakat ini. Selama hati kita tidak diubah, hal baik apa pun yang kita terima baik dari manusia maupun dari Allah, kita akan mengubahnya menjadi jahat. Tidak ada yang berarti dalam hidup ini tanpa Allah. Itulah sebabnya saya berkata, melayani Allah merupakan hal terbaik dalam hidup! Hal ini yang paling berarti!
Banyak yang tidak tahu saya berasal dari Penang dan saya sekolah di Chung Ling. Suatu kali saya memberitahu seseorang bahwa saya merupakan alumnus Chung Ling. Chung Ling adalah sekolah yang sangat bagus, tetapi ketika saya melihat matanya, saya tahu apa yang dia pikirkan. “Jika Anda berasal dari Chung Ling, Anda harusnya menjadi profesional dengan gaji yang besar! Mengapa Anda menjadi seorang pendeta ?!” Dia merasa tidak ada artinya – bahwa saya berakhir sebagai seorang pendeta! Mungkin jika Anda memiliki hubungan dengan Chung Ling, pergi dan beritahu kepala sekolah bahwa Anda mengenal seorang mantan siswa yang adalah seorang pendeta. Tanyakan kepadanya apakah dia ingin mengundang saya untuk berbagi agar dapat menginspirasi para siswa. Jika Anda seorang insinyur atau apa pun, dia dengan senang hati akan mengundang Anda. Seorang pendeta? Bagi dunia, itu tidak ada artinya! Dan mungkin juga bagi orang Kristen. Itulah sebabnya kita tidak tertarik dengan Amanat Agung. Kita tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang berarti.
PRAJURIT YANG BAIK BERIMAN KEPADA ALLAH
Mari kita masuk ke poin berikutnya. Berimanlah kepada Allah! Berimanlah kepada Allah dan percayalah kepada Panglima Tertinggimu. Mari kita kembali ke Ulangan 20:1:
1Bila kamu pergi berperang melawan musuhmu dan kamu melihat kuda, kereta perang, dan orangnya lebih banyak daripada orangmu, janganlah takut kepadanya. Karena, YAHWEH, Allahmu, yang telah membawamu keluar dari negeri Mesir, besertamu.
Perhatikan kata ‘takut.’ Sangat dapat dimengerti kalau kita takut untuk masuk ke perang nyata, karena besar kemungkinan kita akan kehilangan nyawa. Ini adalah sesuatu yang nyata. Bahkan warga sipil akan kehilangan nyawa mereka.
Itulah sebabnya di Lukas 14, Yesus berkata, “Hitunglah harganya” (ayat 28). Dia menggunakan gambar para prajurit yang pergi berperang: Anda kalah jumlah, 10,000 melawan 20,000. Ini adalah perang yang berbahaya; Anda mungkin kehilangan nyawa Anda! Kata ‘takut’ terus muncul di Kitab Ulangan. Mari kita baca Ulangan 20:8:
Lagi para pengatur pasukan itu harus berbicara kepada tentara demikian: Siapa takut dan lemah hati? – yaitu pengecut – Ia boleh pergi dan pulang ke rumahnya, supaya hati saudara-saudaranya jangan tawar seperti hatinya.
Perhatikan bahwa ayat 3 berbicara tentang menjadi pengecut: “takut, khawatir, gentar, atau gemetar.” Kata-kata ‘takut,’ ‘pengecut’ muncul lagi di ayat 8 yang kemudian berbicara tentang “… tawar hati.” Istilah-istilah ‘takut’, ‘gentar’, ‘pengecut’ terus muncul. Sekarang kita tahu mengapa beberapa orang harus dikirim kembali. Mereka harus dikirim untuk kembali karena para prajurit ini dicengkeram ketakutan!
Ngomong-ngomong, jika kamu menikah, mengapa kamu tidak bisa berperang? Jika Anda dan istri Anda mencintai negara Anda, apa masalahnya? Jika saya seorang istri, saya akan mendukung suami saya untuk pergi berperang, jika diperlukan. Inilah yang terjadi di Ukraina. Nas ini bukan tentang Allah yang sedang bertenggang rasa dengan memberi orang-orang sebuah pilihan. Ini bukanlah sesuatu yang opsional! Allah tahu bahwa urusan duniawi seperti ini membuat seorang prajurit tidak bisa dengan sepenuh hati pergi berperang. Keterikatan dengan urusan duniawi akan menyebabkan hati saudara-saudaranya menjadi tawar. Rasa takut dan cemas bisa dengan cepat menular ke seluruh pasukan.
PERCAKAPAN KITA MENCERMINKAN KURANGNYA IMAN KITA
Ketika kita berkumpul, apa yang kita bicarakan? Apakah kita membicarakan hal-hal yang menyebabkan hati saudara-saudari yang lain menjadi tawar? Jika dia lajang, kita berkata, “Kapan kamu akan menikah? Anda tidak dapat menemukan pasangan hidup? Butuh bantuan aku?” Anda membuat dia berkecil hati. Dia merasa malu. Mengapa kita tidak menghiburnya? “Wow, bagus untukmu! Anda lajang. Anda bisa fokus! Tidak ada gangguan! Tidak ada keterikatan! Kamu bisa melayani Tuhan dengan sepenuh hati!” Mengapa tidak membicarakan hal-hal yang positif?!
Saya bahkan mengatakan kepada orang-orang lajang, “Tidak perlu berdoa kepada Allah, ‘Tuhan, beri aku pasangan.'” Mengapa? Karena hal itu mengalihkan perhatian Anda. Jika Anda mulai berdoa tentang hal itu, Anda akan berpikir, “Kapan Allah akan menjawab doa saya? Kapan Dia akan memberi saya pacar? Tiga bulan? Setengah tahun? Satu tahun?” Jika satu tahun kemudian, Allah belum menjawab doa Anda, Anda mungkin mulai membenci Allah. Anda akan marah kepada-Nya. Doa seperti itu akan membuat Anda kehilangan fokus.
Topik lain yang kita bicarakan ketika kita berkumpul adalah tentang properti. “Apakah kamu sudah membeli rumah? Kapan kamu akan membeli rumah?” “Saya tidak punya rumah!” Kemudian Anda mulai cemas. Di Tiongkok, semua orang mengkhawatirkan tentang kepemilikan properti. Jika Anda tidak memiliki properti, Anda tidak bisa menikah. Saya memberitahu anak-anak muda, “Jika pacar Anda menginginkan rumah sebelum Anda menikah, lupakan dia!” Mengapa saya memberikan saran seperti itu? Yah, karena jika dia bersikeras untuk memiliki sebuah rumah, itu adalah sebuah pertukaran, jiao1 yi4 交易; Jelas itu bukan cinta.
Inilah hal-hal yang membuat kita tawar hati.
“Tidak ada anak? Wah, kalau kamu sudah tua nanti, bagaimana?”
Apa masalahnya dengan tidak memiliki cucu? Saya memiliki Allah! Bukankah kita seharusnya percaya kepada Allah? Ingat di Kejadian – apa yang dikatakannya? Seorang pria harus meninggalkan orang tuanya. Lalu apa yang terjadi dengan orang tuanya? Orang tua seharusnya memimpin anak-anak untuk percaya kepada Allah. “Tinggalkan kami! Ikuti Allah! Pergi! Dan bagi saya, sebagai orang tua, saya percaya kepada Allah! Saya tidak menaruh kepercayaan pada anak-anak saya. Saya tidak perlu bergantung pada mereka.” Itulah keindahan iman: kita memiliki Allah!
Apa lagi yang kita bicarakan? Apakah pembicaraan kita selalu membuat tawar hati saudara-saudari kita? Mereka memiliki sedikit keberanian. Akan tetapi, setelah berbicara dengan kita, hati mereka menjadi tawar! Sangat menyedihkan! Kita merasa takut karena kita tidak beriman. Kita tidak percaya pada janji-janji Allah. Itulah sebabnya kita mundur ketika kita menghadapi tekanan. Dan orang-orang semacam ini – menurut Wahyu – tidak dapat mewarisi kerajaan Allah. (Wahyu 21:8)
JANGAN TAKUT! MILIKILAH IMAN!
Mari kita lanjutkan melihat Ulangan. Kita berbicara tentang menjadi prajurit yang berangkat untuk berperang. Perhatikan apa yang dikatakan di ayat 1. “Yahweh Allahmu… bersamamu.” Itulah yang tertulis, “Yahweh, Allahmu, besertamu.” Betapa sangat menyemangatkan! Lihat ayat 4. Sekali lagi, hal yang sama disebut, “Karena Yahweh Allahmu adalah Dia yang pergi bersamamu untuk berperang untukmu … untuk memberimu kemenangan.” Ini sangat menyemangatkan!
Kita mungkin bertanya, “Mengapa mengirim orang-orang itu kembali? Bagaimana kita akan bertempur dengan semakin sedikit orang?” Kita tidak perlu banyak orang karena ini adalah pertempuran Allah. Dialah yang berjuang untuk kita. Dia hanya mengundang partisipasi kita. Peperangan ilahi bukan tentang angka. Ini adalah pertempuran Allah. Dia menyertai kita dalam pertempuran. Fakta ini sangat membangkitkan semangat. Semakin saya merenungkannya, semakin saya menemukan bahwa ini sesuatu yang sangat luar biasa! Prinsip Alkitab adalah perang tidak dimenangkan oleh angka! Bukan karena Anda kuat, bukan karena Anda pintar, bukan karena Anda memiliki pasukan yang besar. Kita menang dengan iman kita kepada Allah. Kita percaya kepada Allah; kita mengikuti-Nya!
Saya telah menyaksikan hal ini sendiri setelah bertahun-tahun di lapangan. Ketika saya pertama kali pergi ke Tiongkok, situasi sangat tegang. Kadang-kadang saya merasa sangat tidak nyaman karena orang yang membawa saya ke tempat pertemuan akan berkata, “Ikuti saja saya. Jangan bicara pada saya di sepanjang jalan! Ikuti saja!” Jadi, saya mengikutinya dari belakang. Kami tidak bisa berjalan bersama. Dia berkata, “Jika saya belok kiri, Anda belok kiri! Jika saya belok kanan, Anda belok kanan! Jaga jarak sekitar 30 hingga 50 meter di antara kita. Berpura-puralah seolah-olah kamu tidak mengenal aku.” Jadi, saya hanya mengikutinya. Belok Kiri. Belok Kanan. Kemudian dia mendorong pintu ke sebuah rumah dan saya hanya mengikuti. Saya merasa sangat tidak nyaman tentang hal itu karena terasa begitu menegangkan. Bagi penduduk setempat, begitu tertangkap, mereka akan diringkus dan dilempar ke dalam penjara. Selain itu, mereka harus membayar denda. Inilah hal yang terburuk: uang! Polisi bisa mendapatkan uang dengan menangkap orang-orang Kristen, sehingga mereka memiliki banyak motivasi. Itulah konsekuensi yang berat bagi saudara-saudara setempat! Jadi, saya bertanya-tanya, bagaimana Injil akan diberitakan? Bagaimana penyebaran Injil di negara ini? Namun, yang mengherankan saya, Firman Allah tidak terikat! Saya menyaksikan ini sendiri. Saya tidak tahu bagaimana itu terjadi, tetapi itulah yang terjadi. Pelayanan berkembang dengan pesat.
Seperti yang Anda ketahui, sekarang kita memiliki gereja di berbagai tempat yang berbeda. Kami menganggapnya sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja hari ini. Akan tetapi, pada masa itu, situasi sangatlah berbeda. Saya ingat suatu kali saya pergi ke Guangzhou. Kami bertemu dengan kelompok kecil di sebuah hotel. Seseorang yang bekerja di hotel itu telah menyewa sebuah ruang kantor di pusat bisnis di hotel itu. Jadi, kami menggunakan kantor ini sebagai tempat pertemuan. Kami harus menyalakan radio dan meletakkannya di pintu. Saya bertanya, “Mengapa?” Mereka berkata, “Kalau-kalau ada yang menguping.” Jika seseorang menguping, dia hanya akan mendengar suara radio. Itu sangat menegangkan, jadi saya bertanya-tanya bagaimana Firman Tuhan bisa menyebar. Akan tetapi, itulah yang terjadi! Sama seperti rasul Paulus telah menulis, “… Firman Allah tidak terbelenggu” (2Tim 2:9). Saya adalah saksi mata bagaimana Tuhan bisa bekerja di dalam situasi yang terlihat tidak memungkinkan.
Allahlah yang melakukan pekerjaan itu! Dia menggunakan orang-orang kudus yang setia untuk memajukan Injil. Akan tetapi, apakah kita termasuk orang yang setia?
Inilah pertanyaan yang harus kita pikirkan sekarang. Kita harus memiliki keyakinan pada Panglima Tertinggi kita. Saya tahu kita takut. Terkadang kita cemas karena kelemahan kita. Justru karena kita tahu kita lemah, kita harus semakin percaya kepada Allah. Bukankah begitu?
Jangan melarikan diri! Saya tidak lebih baik dari Anda. Di medan, saya juga menghadapi banyak tekanan. Terkadang karena masalah keamanan ini saya harus berpegang teguh pada Allah! Tidak ada pilihan lain. Jadi, kita harus saling menyemangati dalam kebersamaan dan turut berpartisipasi dalam Amanat Agung. Belajarlah untuk percaya kepada Allah. Karena semua ini adalah pekerjaan Allah, janji Allah, kita percaya kepada Allah dan kita akan bersama-sama dengan Allah memajukan kerajaan-Nya.
PRAJURIT YANG BAIK MENANAMKAN DISIPLIN DIRI
Saya ingin berbicara tentang displin diri. Kemarin Pendeta Peter mengutip ayat-ayat di Hakim-hakim. Dia tidak punya waktu untuk melihatnya, jadi saya ingin melihatnya hari ini. Mari kita baca di Hakim-hakim 7:2-3:
2 YAHWEH berfirman kepada Gideon: “Rakyat yang menyertaimu terlalu banyak bagi-Ku untuk menyerahkan orang Midian ke dalam tangan mereka. Jangan sampai orang Israel menyombongkan diri terhadap Aku sambil berkata, ‘Tanganku sendirilah yang menyelamatkan aku’. 3 Karena itu, sekarang, serukanlah ke telinga orang-orang itu, katakan: ‘Siapa yang takut dan gemetar, biarlah dia kembali dan pulang dari Pegunungan Gilead.’ Lalu, dua puluh dua ribu orang dari rakyat itu Kembali, tetapi sepuluh ribu orang tetap tinggal.
Ini adalah strategi perang! Ini adalah strategi perang YAHWEH. Hal ini sudah disebutkan di Ulangan 20. Mereka yang takut dan gemetar disuruh pulang. Bukan karena itu opsional, tetapi karena mereka tidak layak. Nas dalam kitab Hakim-hakim ini mengingatkan kita bahwa peperangan rohani tidak dimenangkan oleh angka, dan tidak dengan kekuatan fisik, atau keberanian kita, tetapi oleh kepercayaan kita kepada Allah.
Kita melanjutkan dengan ayat 5 dan ayat 6. Ayat 5 mengatakan:
5 Lalu, dia membawa rakyat itu turun ke tempat air. Yahweh berkata kepada Gideon, “Setiap orang yang menjilat air dengan lidahnya, seperti anjing menjilat, harus kaupisahkan, demikian juga setiap orang yang berlutut untuk minum.” 6 Jumlah orang yang menghirup dengan tangan ke dalam mulutnya ada tiga ratus orang. Sisanya, semua orang yang berlutut untuk minum air.
Gideon membawa 10,000 rakyat ke tempat yang ada air. Setelah perjalanan panjang, mereka kelelahan dan kehausan. Tujuan Allah adalah untuk menguji respons mereka ketika mereka melihat air. Bagaimana tanggapan mereka? Di sini, Allah ingin melakukan eliminasi ronde kedua, saringan yang lebih ekstrim daripada yang di Ulangan 20.
Eliminasi kedua ini adalah untuk menguji respons mereka ketika mereka lelah dan haus. Akankah orang-orang ini menyerah pada daging mereka? Ketika mereka lelah dan haus, apakah mereka akan mulai kendur, dan lepas kendali? Ketika mereka melihat air, bagaimana mereka akan merespons? Nah, Anda bisa bayangkan: ketika Anda lelah dan haus, ketika Anda melihat air, apa yang Anda lakukan? Saya pikir seluruh pasukan akan bergegas ke sana dan mulai menjilat air dengan lidah dan meminum dengan rakus. Hanya beberapa orang, yang masih berwaspada – secara sadar waspada – dengan sangat hati-hati mengambil air dengan kedua tangan mereka dan meminumnya. Dari respon mereka, YAHWEH menyaring prajurit yang akan dipakai-Nya. Allah hanya menginginkan 300 orang ini yang dengan berhati-hati meminum air dari tangan dengan penuh kewaspadaan.
KURANG DISIPLIN: ROH BERSEDIA, TETAPI DAGING LEMAH
Lalu, apa pelajarannya? Di pesan yang lalu, kita berbicara tentang “roh memang penurut, tetapi daging lemah.” Ini pengalaman kita, bukan? Saya yakin roh Anda semua bersedia. Akan tetapi, ketika menyangkut daging, kita selalu lemah. Kapan tepatnya kita merasa lemah? Saat kita lelah, bukan? Tiba-tiba kita merasa tidak ingin melakukan apa pun atau pergi ke mana pun. Perikop ini menjelaskan bahwa Allah Yahweh akan menolak mereka yang terbiasa tunduk kepada daging, karena mereka tidak layak untuk melayani Allah. Mereka tidak bisa bertarung sebagai prajurit yang baik.
Kita sangat sering melihat hal ini di gereja: “Roh bersedia, tetapi daging lemah.” Ada seorang wanita yang bukan seorang Kristen yang beribadah dengan kami. Dia selalu datang terlambat. Selalu! Setiap hari Minggu. Terlambat! Terlambat, untuk berapa lama? Lima atau 10 menit. Sangat menarik bahwa dia selalu terlambat lima atau sepuluh menit. Maksimal 10 menit. Ketika saya mengamatinya saya tahu ini sesuatu yang disengajakan karena kalau bukan, tidak akan begitu akurat. Dia selalu terlambat selama 5 atau 10 menit. Walaupun dia adalah seorang non-Kristen, saya tidak dapat menoleransi hal ini. Bagi saya, jika Anda ingin mencari Allah, Anda sebaiknya serius dengan Allah. Jika Anda tidak serius dengan Allah, maaf, Allah tidak akan serius dengan Anda.
Jadi, saya berbicara dengannya suatu hari bersama istri saya, Karen. Dia adalah seorang pembisnis, jadi saya berkata, “Ketika Anda bertemu klien Anda, apakah Anda pernah terlambat?” Dia berkata, “Tidak! Saya tidak berani!” Saya bertanya, “Mengapa pada hari Minggu Anda selalu terlambat?” Dia menjawab, “Karena saya lelah.” Ya, memang benar dia kelelahan karena pada hari Sabtu dia bekerja hingga larut malam. Jadi saat bertemu klien, dia menerapkan disiplin dan akan tepat waktu. Akan tetapi, ketika berurusan dengan Allah, dia selalu terlambat! Rohnya bersedia – dia benar-benar ingin datang untuk pertemuan, tetapi dagingnya lemah.
KALAHKAN DAGING, ATAU DAGING AKAN MENGALAHKAN ANDA!
Mari kita lihat 1 Petrus 2:11.
Saudara-saudara yang kukasihi, aku menasihati kamu supaya sebagai pendatang dan perantau, kamu menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwamu.
Kita sedang berbicara tentang perang. Petrus berkata, dagingmu sedang berperang melawan rohmu. Karena itu, Anda harus mengatasinya! Ada banyak pertempuran yang harus diperjuangkan. Jika Anda bukan seorang hamba Tuhan, jangan berpikir bahwa Anda tidak perlu berjuang. Setiap hari Anda bertarung dengan daging Anda. Daging selalu bertarung dengan Anda.
Apakah Anda sudah ditundukkan oleh daging Anda? Apakah Anda dikendalikan oleh emosi, nafsu, dan keinginan Anda? Reaksi Anda ditentukan oleh emosi dan perasaan Anda!
Jika Anda ditundukkan oleh daging Anda, Anda tidak akan memiliki kuasa untuk mengalahkan kejahatan dengan kebaikan! Karena Anda begitu terbiasa mendengarkan emosi Anda, ketika orang tidak memperlakukan Anda dengan baik, apa yang terjadi? Anda mulai mudah marah karena Anda tidak terbiasa mengendalikan amarah Anda. Ketika orang mengucapkan kata-kata buruk, Anda juga ingin mengatakan sesuatu yang buruk, karena Anda begitu terbiasa hanya mengikuti dikte perasaan Anda. Ini menjelaskan mengapa kita selalu lemah. Maka jangan salahkan Allah saat Anda jatuh! Anda sendiri yang telah gagal mengendalikan daging Anda.
Musuh terbesar adalah daging kita! Jika kita mampu menaklukkan daging, sulit bagi Iblis untuk menemukan cara untuk menyerang kita. Akan tetapi, justru karena kita begitu terbiasa menyerah pada daging yang membuat kita begitu mudah tersingkir. Ketika tersingkir, janganlah salahkan Iblis! Jangan salahkan Tuhan. Ini adalah kegagalan kita sendiri karena tidak serius menganggap Firman Tuhan. Jika kita tidak pernah menganggapnya serius, Allah juga tidak akan menganggap kita serius, dan kita tidak menerima pertolongan dari Allah. Petrus mengatakan untuk “jauhkan diri dari nafsu daging.” Itu berarti Anda harus melarikan diri; Anda harus lari dari nafsu daging!
Saya sedang berbicara dengan seorang saudari baru-baru ini yang berkata bahwa dia menderita insomnia selama beberapa bulan. Saat berdiskusi, Allah menggerakkan saya untuk bertanya, “Apakah Anda bermain dengan ponsel Anda pada malam hari?” Dia berkata, “Ya!” Dan kemudian saya berkata, “Insomnia Anda bermula sejak itu, kan?” Dia berkata, “Ya. Mengapa?” “Karena ketika siap-siap untuk tidur, Anda ingin bersantai, lalu Anda berkata pada diri sendiri, ‘Saya hanya akan menonton selama 15 menit,’ tetapi kemudian Anda akhirnya menonton selama satu jam. Anda berencana untuk tidur jam 11 malam, tetapi Anda akhirnya tidur jam 12 tengah malam, bukan? Dan kemudian semakin Anda melakukan ini, semakin Anda mendapati Anda tidak bisa tidur lebih awal. Jika Anda tidak bisa tidur lebih awal, Anda bosan. Ketika Anda bosan, Anda mengeluarkan ponsel Anda dan mulai menonton lebih banyak. Lalu, dari jam 12 tengah malam, ditunda menjadi jam 1 pagi dan kemudian menjadi jam 2 pagi. Akhirnya, setelah beberapa waktu, Anda menyadari bahwa Anda tidak bisa tidur. Anda telah membingungkan jam tubuh Anda sendiri dan Anda berkata, ‘Saya menderita insomnia.’ Itulah akar permasalahan! Anda sudah terbiasa menyerah pada daging yang mendikte kepada Anda apa yang harus dilakukan: ‘Jangan tidur! Bermainlah dengan ponsel! Tontonlah beberapa video!’ Jadi, akhirnya dagingmu telah menaklukkanmu! Pada hari Minggu ketika Anda datang ke gereja, Anda berkata, ‘Oh, saya terlalu lelah.’ Mengapa Anda lelah? Anda berkata, ‘Saya menderita insomnia.’ Akan tetapi alasan sebenarnya adalah Anda tidak bisa menguasai daging Anda!”
Marilah kita melihat di 1 Korintus 9:27 untuk melihat bagaimana Paulus berurusan dengan dagingnya sendiri.
Namun, aku melatih tubuhku dengan keras dan menguasainya supaya sesudah aku memberitakan Injil kepada orang lain, aku sendiri tidak ditolak. (didiskualifikasi).
Didiskualifikasi atau menjadi tidak layak! Kata yang sangat keras! Jika kita gagal mengendalikan daging, ada konsekuensinya: Anda akan menjadi tidak layak dan ditolak!
Bagaimana Paulus mempersiapkan dirinya? Sebagai seorang prajurit, Anda tidak mulai mempersiapkan diri ketika Anda sudah berada di lapangan. Anda harus mempersiapkan diri jauh-jauh hari! Jadi, bagaimana Paulus mempersiapkan dirinya? Dia bekerja keras untuk menjaga tubuhnya tetap disiplin! Orang yang mendisplinkan diri, keinginan daging tidak dapat mengendalikannya.
Ketika kami mengikuti pelatihan BT (Basic Training), ada persyaratan bahwa kami harus berolahraga. Saya tidak tahu apakah persyaratan ini masih dilanjutkan. Saya pikir adalah baik untuk melanjutkan latihan berolahraga ini! Satu peringatan bahwa kita punya tanggung jawab sebagai seorang prajurit yang baik, kita perlu melatih diri! Saya ingat ketika saya masih di BT, saya juga bekerja sepanjang hari. Sepulang dari kerja, saya masih pergi jogging. Berpuasa juga merupakan sesuatu yang bisa kita praktikkan untuk meningkatkan disiplin diri kita.
Kebiasaan berolahraga terus-menerus telah menjadi bagian dari disiplin diri saya dan ini sangat membantu di medan pelayanan. Pada hari-hari awal, kadang-kadang saya harus berjalan berjam-jam dengan ransel di punggung saya. Ransel saya setidaknya 15 kg karena semua barang saya ada di dalam satu tas itu. Suatu kali sebuah bus menurunkan saya di tempat yang salah dan saya benar-benar harus berjalan berjam-jam untuk tiba di tujuan saya. Terkadang saya harus pergi ke beberapa tempat yang sangat dingin dan beberapa tempat yang sangat panas. Jika Anda tidak terbiasa dengan disiplin, Anda akan menemukan bahwa Anda tidak dapat beradaptasi. Beberapa orang tidak dapat bertahan hidup tanpa AC. Akan tetapi, jika Anda dapat bertahan hidup tanpa AC, jangan terlalu berbangga karena orang seperti ini selalunya tidak dapat bertahan hidup dalam cuaca dingin. Uji diri Anda! Ini adalah tantangan. Disiplin fisik sangat membantu untuk mengendali dan menguasai kedagingan kita.
Jika Anda ingin bekerja untuk Tuhan, Anda sebaiknya bersiap. Allah mengamati kita, sama seperti Dia mengamati 10,000 orang Gideon. Meskipun 10,000 orang ini sangat bersedia untuk berperang, mengapa Allah menyaring mereka sampai dua kali? Dia ingin mengamati bagaimana orang-orang ini berperilaku ketika bukan waktunya untuk berperang. Bagaimana mereka berperilaku pada masa damai? Hal yang sama terjadi sekarang, Allah mengamati Anda dan saya.
Saya semakin tua, jadi saya tidak bisa berlari maraton lagi. Akan tetapi, saya masih melakukan olahraga! Bahkan hari ini, saya masih jogging jarak jauh, meskipun perlahan. Saya melakukan push-up dan sit-up. Saya melakukan apa pun yang perlu saya lakukan untuk menjaga diri agar tetap fit. Saya melakukannya bukan karena saya ingin menyelamatkan hidup saya. Saya tahu orang berolahraga karena mereka berkata, “Saya ingin memastikan jantung saya baik, kaki saya baik, dan saya sehat.” Akan tetapi, sehat untuk apa? Kita harus sehat untuk tujuan melayani Allah; Kalau tidak, menjadi sehat tidak ada artinya. Anda akan mati pada akhirnya! Saya tetap fit kalau-kalau ada panggilan dan saya harus pergi ke medan yang sulit. Saya harus memastikan saya bisa beradaptasi di lapangan.
Karen dan saya juga ada jadwal. Walaupun kami tidak pergi ke kantor, tetapi kami ada jadwal kapan harus bangun dan kapan harus tidur – jika mungkin, kita akan mengikuti jadwal. Kami tidak memberi diri kami alasan. Bahkan jika tidak ada apa-apa pada hari esok, kita tidak mengatakan pada diri sendiri, “Ah, kita bisa tidur larut malam dan kemudian kita bisa bangun terlambat besok pagi.” Tidak! Kami tidak melakukan itu; Kami mengikuti jadwal kami. Meskipun orang di tempat kami ada kebiasaan tidur siang, kami mencoba untuk tidak tidur siang. Bahkan jika saya tidur siang, saya akan memberitahu Karen, “Tolong bangunkan saya! Paling lama setengah jam.” Tidak, saya tidak memberi diri saya alasan untuk mengendorkan disiplin. Saya tidak mengatakan pada diri sendiri, karena saya lelah, saya bisa tidur selama 3 jam! Tidak! Saya tahu bahwa jika saya melakukan itu, itu akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan buruk bisa membuat saya tidak efektif.
Jika Anda gagal mengendalikan daging, Anda akan dilumpuhkan oleh daging. Segala macam nafsu, keinginan, emosi akan selalu melumpuhkan Anda. Kelemahan daging akan mempengaruhi hubungan Anda satu sama lain. Orang yang selalu didikte daging adalah orang yang mudah marah, mudah cemburu, mudah membenci dan sangat mudah merasa dilukai! Hanya hal kecil dan Anda berkata, “Saya terluka!” Daging terlalu menguasai Anda. Anda tidak bebas – Anda merasa dilukai dan selama sisa hidup Anda merasa terantai oleh luka itu. Pegangan daging begitu kuat; Anda tidak bisa bebas! Jika Anda tidak bebas, bagaimana Allah dapat memimpin Anda?
DIKENDALIKAN OLEH DAGING ATAU ALLAH?
Mengapa kita berbicara tentang disiplin? Mengapa Paulus berbicara tentang menjadi tidak layak? Pokoknya adalah seperti ini:
Kalau Anda mengalah pada daging, Anda tidak dapat dipimpin oleh Roh Kudus!
Inti dari apa yang ingin saya tegaskan adalah: Jika Anda ingin menjadi prajurit Kristus yang baik, Anda harus mengendalikan daging agar Roh Allah dapat memimpin Anda. Seorang prajurit yang baik mengikuti perintah; dia tidak pernah bertindak sesuai dengan keinginannya sendiri.
Ingat pada tahun 2020, waktu wabah melanda Wuhan. Saat itu, pada bulan Januari, saya bersama istri ada di Hong Kong. Entah bagaimana ketika kami berada di Hong Kong, ada dorongan di hati untuk tidak lama-lama di situ. Saya memberitahu Karen, “Jangan lama-lama di Hong Kong.” Kami di sana karena ibunya Karen yang sudah tua dan dia senang kami bisa menghabiskan waktu bersamanya. Saya memberi tahu Karen bahwa kita tidak boleh berlama-lama; kita harus segera kembali ke Wuhan. Padahal kami tidak tahu akan ada lockdown. Kami belum pernah mendengar tentang konsep lockdown sebelum itu. Entah bagaimana ada dorongan yang memberi tahu kami bahwa kami harus bergegas kembali ke Wuhan.
Jadi, kami bergegas kembali ke Wuhan pada 14 Januari dan kemudian lockdown terjadi pada 23 Januari, sekitar 9 hari kemudian. Saya sangat bersyukur! Pada waktu itu, saya tidak tahu mengapa Allah mendesak saya agar kami kembali. Namun, Allah tahu! Kami punya jemaat yang perlu diperhatikan. Kami tidak bisa berkata kepada mereka, “Jaga dirimu baik-baik!”, sementara kami hidup dengan relatif aman di Hong Kong. Lewat dorongan di hati, kami bergegas pulang tepat pada waktunya dan dapat melewati waktu krisis bersama-sama jemaat. Allah sangatlah baik.
Allah itu sangat baik. Itulah alasan utama kita harus dipimpin oleh Roh. Akan tetapi, agar dapat dipimpin oleh Roh, kita harus bisa mengendalikan daging. Misalnya, ketika kami mendengar berita tentang wabah Covid-19, banyak orang akan menyarankan, “Janganlah kembali ke Wuhan!” Apakah Anda tidak takut? Semua kerabat kami yang non-Kristen menasihati kami, “Kembalilah ke Hong Kong. Jangan tinggal di Wuhan!”
Manusia cenderung panik karena ketidaktahuan. Pada waktu itu, orang tidak tahu tentang apa-apa tentang wabah Covid-19. Akan tetapi, kami belajar untuk percaya pada Allah, bukan percaya pada penilaian manusia.
Mari kita membaca ayat yang terakhir, 2 Tim 2:7.
Pikirkanlah apa yang aku katakan karena Tuhan akan memberimu pengertian dalam segala hal.
Saya akan mengakhiri dengan ayat ini. Pikirkan nasihat Paulus kepada Timotius. Pernyataan ini sangat menarik dan juga aneh. Khotbah yang baik saja tidak dapat menolong kita. Tidak peduli seberapa baik seorang pengkhotbah, khotbah tidak dapat membantu Anda, kecuali Anda adalah orang yang bersedia memikul tanggung jawab. Hanya orang yang bersedia memikul tanggung jawab, yang serius menanggapi perintah dari Firman Tuhan dengan serius yang dapat menjadi seorang prajurit. Renungkanlah dengan mendalam di dalam hati Anda. Tanyakan pada diri sendiri, “Apa hubungannya Amanat Agung dengan saya? Bagaimana saya bisa menerapkannya? Bagaimana saya bisa menanggapi? Bagaimana saya harus menanggapinya?” Inilah sikap yang bertanggung jawab! Jika Anda menerima perintah Firman Tuhan dengan serius, Allah pasti akan berbicara kepada Anda!
Paulus berkata di sini, “Tuhan akan memberimu pengertian.” Paulus tidak pernah berasumsi bahwa Timotius, dalam membaca kata-katanya, akan mengerti. Timotius harus meresponi, untuk memikul tanggung jawab. Jika Anda melakukan itu, Tuhan akan menanggapi Anda; Dia akan memberi Anda pengertian. Pengertian ini akan membuat Anda kuat. Anugerah Allah akan membuat Anda kuat. Kasih karunia Allah akan menginspirasi Anda dan memberi Anda kekuatan untuk maju.