Ev. Xin Lan | Gideon (1) |

Tokoh Alkitab yang akan kita bahas hari ini adalah Gideon. Gideon adalah seorang hakim Israel. Peristiwa-peristiwa tentang Gideon dicatat di kitab Hakim-hakim pasal 6-8 dalam Perjanjian Lama.

PEMIMPIN MENJALANKAN TUGAS MENGHAKIMI

Apakah yang dimaksud dengan hakim? Kata “hakim” berarti menghakimi. Apa yang dilakukan para pemimpin adalah menghakimi. Kita tahu bahwa pemimpin pertama yang Allah tunjuk untuk bangsa Israel adalah Musa. Melalui Musa, Allah memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir dan melewati padang gurun. Setelah Musa meninggal, Allah menunjuk Yosua, asisten Musa untuk menjadi pemimpin bangsa Israel. Melalui Yosua, Allah mengizinkan bangsa Israel menaklukkan tanah perjanjian. Kitab Hakim-Hakim pasal 2 menceritakan periode ketika Yosua masih hidup dan setelah kematiannya, dan ketika orang-orang yang telah melihat semua perbuatan besar Yahweh untuk orang Israel masih hidup, bangsa itu masih beribadah kepada Yahweh.  Setelah semua orang dari generasi itu meninggal, generasi yang baru tidak mengenal Yahweh. Mereka tidak mengetahui pekerjaan yang telah Yahweh lakukan bagi orang Israel. Hanya dalam waktu satu generasi, yaitu sekitar 60 atau 70 tahun atau paling lama 100 tahun, bangsa Israel mengalami kemerosotan secara rohani.  Jika kita menghitung dari generasi Musa, ketika bangsa Israel berkembang ke generasi ketiga, mereka meninggalkan Allah. Jadi, kita dapat melihat bahwa manusia begitu mudah untuk jatuh. Tidak peduli apakah itu dalam sejarah Israel atau sejarah gereja, kita dapat melihat kenyataan yang jahat ini. Umat Allah tidak membutuhkan lebih dari tiga generasi, hanya tiga generasi untuk berubah dan menjadi busuk. Ini merupakan sesuatu yang benar-benar membuat kita ngeri dan takut.

SIKLUS KEJAHATAN ISRAEL

Bangsa Israel melakukan hal-hal yang jahat di mata Allah dan menyimpang dari Allah Yahweh untuk menyembah ilah-ilah lain yang merupakan ilah-ilah bangsa-bangsa di sekitarnya. Hal ini membuat Allah, Yahweh, sangat marah. Kemudian, Allah Yahweh, menyerahkan Israel kepada musuh-musuh di sekitar mereka. Mereka menindas Israel. Ketika Israel menderita, mereka berseru kepada Allah. Allah kemudian mengasihani mereka dan mengangkat hakim-hakim bagi mereka. Jadi, “hakim-hakim” merupakan para pemimpin yang secara khusus dibangkitkan oleh Allah untuk bangsa Israel. Allah menyertai mereka dan memberi mereka kuasa untuk menyelamatkan bangsa Israel dari tangan musuh-musuh mereka. Kitab Hakim-hakim dalam Perjanjian Lama mencatat kisah para hakim ini. Allah membangkitkan orang yang berbeda pada waktu yang berbeda untuk menjadi hakim. Setiap kali, hanya ada satu hakim. Orang ini mampu mengalahkan musuh-musuh yang kuat dan menyelamatkan bangsa Israel. Dia mampu membuat bangsa Israel menikmati kedamaian selama puluhan tahun karena Allah menyertai hakim ini. Akan tetapi, setiap kali hakim itu meninggal, bangsa Israel kembali memberontak terhadap Allah. Pada akhirnya, mereka jatuh ke tangan musuh-musuh mereka dan ditindas. Ketika bangsa Israel sudah terlalu banyak menderita, mereka berseru lagi kepada Allah Yahweh. Allah kembali berbelas kasihan kepada bangsa Israel dan membangkitkan seorang hakim yang lain untuk menyelamatkan bangsa Israel.  Ketika hakim itu masih hidup, bangsa Israel menikmati kedamaian selama beberapa dekade. Akan tetapi, ketika hakim ini meninggal dunia, bangsa Israel kembali mengulangi apa yang telah mereka lakukan. Dari keseluruhan kitab Hakim-Hakim, kita dapat melihat bahwa bangsa Israel sering mengulangi kejadian ini berulang-ulang.

PENGHAKIMAN ATAS ISRAEL

Pada tahun ketika Gideon hidup, bangsa Israel telah tinggal di tanah Kanaan selama sekitar 200 tahun. Pada saat itu, bangsa Israel kembali melakukan hal-hal yang jahat di mata Allah. Yahweh menyerahkan bangsa Israel ke tangan bangsa Midian selama 7 tahun. Orang Midian menindas orang Israel. Setiap kali orang Israel mulai menanam tanaman mereka, menaburkan benih, tentara Midian akan datang untuk menyerang orang Israel. Mereka melahap habis hasil panen dan ternaknya. Mereka tidak menyisakan apa pun untuk dimakan oleh orang Israel. Tampaknya sejarah perang manusia telah lama memiliki “Kebijakan Serba Tiga”, yaitu “bunuh semua, bakar semua, jarah semua”. Seluruh tanah Israel dihancurkan sedemikian rupa. Akibatnya, bangsa Israel menjadi sangat miskin, lalu mereka berseru kepada Allah, Yahweh. Kemudian, Allah Yahweh mengirim Malaikat ke rumah Gideon.  Mari kita baca Hakim-hakim 6:11-16:    

11  Datanglah Malaikat YAHWEH dan duduk di bawah pohon Tarbantin di Ofra milik Yoas, orang Abiezer. Gideon, anaknya, sedang mengirik gandum di tempat pemerasan anggur agar tersembunyi dari orang Midian. 12  Lalu, tampaklah kepadanya Malaikat YAHWEH, dan berkata demikian, “YAHWEH menyertai engkau, ya pahlawan yang gagah berani!” 13  Jawab Gideon kepadanya, “Ya tuanku, jika YAHWEH menyertai kami, mengapa semua ini terjadi pada kami? Di manakah seluruh perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib yang diceritakan nenek moyang kami, demikian: ‘Bukankah YAHWEH yang menuntun kita keluar dari Mesir?’ Akan tetapi, sekarang, YAHWEH membuang kami dan menyerahkan kami ke tangan orang Midian.” 14  Berpalinglah YAHWEH kepadanya dan berkata, “Pergilah dengan kekuatanmu ini, dan lepaskanlah orang Israel dari tangan orang Midian. Bukankah Aku mengutus engkau?” 15  Jawab Gideon kepada-Nya, “Ah, Tuhanku, bagaimanakah aku menyelamatkan orang Israel? Lihatlah, kaumku adalah yang terkecil dari suku Manasye, dan aku pun yang paling muda dalam keluargaku.” 16  Berkatalah YAHWEH kepadanya, “Sesungguhnya, Aku akan menyertaimu, dan engkau akan mengalahkan setiap orang Midian itu.”

GIDEON MENYALAHKAN ALLAH

Dari ayat ini, kita dapat melihat bahwa Allah selalu berinisiatif untuk berhubungan dengan manusia dan memanifestasikan diri-Nya kepada manusia.  Di sini Allah mengutus utusan-Nya untuk menyatakan diri-Nya kepada Gideon. Dia berkata, “Yahweh menyertai engkau.” Bagaimana tanggapan Gideon? Dia berkata,  “Ya tuanku, jika YAHWEH menyertai kami, mengapa semua ini terjadi pada kami? Di manakah seluruh perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib yang diceritakan nenek moyang kami, demikian: ‘Bukankah YAHWEH yang menuntun kita keluar dari Mesir?’ Akan tetapi, sekarang, YAHWEH membuang kami dan menyerahkan kami ke tangan orang Midian.”

Dari jawaban Gideon, kita dapat melihat: pertama, Gideon tidak mengenal Allah. Jawabannya sangat mewakili pemikiran orang-orang yang tidak mengenal Allah dan yang hidup dalam daging. Ia menimpakan semua kesalahan atas penderitaannya kepada Allah. Ketika kita memberitakan Injil, kita sering mendengar orang berkata, “Jika Allah itu ada, mengapa ada begitu banyak penderitaan di dunia ini? Mengapa ada perang dan kelaparan di mana-mana?” Peperangan dan kelaparan terjadi di mana-mana di dunia ini karena manusia melakukan dosa. Semua itu disebabkan oleh manusia, tetapi kita menyalahkan Allah.

MANUSIA CENDERUNG MENYALAHKAN ALLAH ATAS KESALAHANNYA SENDIRI

Anda mungkin berpikir bahwa hanya orang non-Kristen yang mengatakan hal-hal seperti itu? Salah. Orang Kristen juga mengatakan hal-hal seperti itu. Ketika mereka menghadapi kesulitan dalam hidup mereka, mungkin kesulitan dalam pekerjaan mereka, sakit, atau anggota keluarga mereka terkena penyakit, ketika orang Kristen menghadapi penderitaan, mereka akan berkata, “Mengapa Allah membuat saya menghadapi semua itu? Mengapa Allah tidak menolong saya?” Jangan lupa bahwa Gideon adalah seorang Israel. Dia adalah umat Allah, bukan orang yang tidak mengenal Allah. Jadi, kita dapat mengatakan bahwa Gideon setara dengan orang Kristen masa kini. Dan Gideon juga mengatakan hal seperti ini, “jika Yahweh menyertai kita, mengapa bencana seperti ini menimpa kita? Mengapa Yahweh meninggalkan kita?”

Jawabannya sederhana dan jelas. Sebelum utusan Allah Yahweh menampakkan diri kepada Gideon, Alkitab telah memberi tahu kita mengapa orang Israel ditindas oleh orang Midian. Hakim-hakim 6:7-10 mencatat hal tersebut,

7  Dan ketika orang Israel berseru kepada YAHWEH karena menentang orang Midian itu, 8  YAHWEH mengutus seorang nabi kepada orang Israel, yang berkata, “Beginilah firman YAHWEH, Allah Israel, ‘Akulah yang menuntun kamu dari Mesir dan membawa kamu keluar dari rumah perbudakan. 9  Aku melepaskanmu dari tangan orang Mesir dan dari semua orang-orang penindasmu. Aku menghalau mereka dari hadapanmu, dan memberikan tanah mereka kepadamu. 10  Aku berkata kepadamu, ‘Akulah YAHWEH, Allahmu. Janganlah kamu menyembah allah orang Amori yang tanahnya kamu diami ini. Akan tetapi, kamu tidak mendengarkan perkataan-Ku.””

Bangsa Israel meninggalkan Allah; mereka melakukan dosa; mereka tidak menaati firman Allah, sehingga mereka jatuh ke tangan musuh-musuh mereka. Mereka kemudian ditindas. Akan tetapi, bangsa Israel justru berkata sebaliknya, yaitu Allah yang meninggalkan mereka. Di sini kita juga melihat bahwa Allah penuh dengan belas kasihan dan kesabaran. Bangsa Israel meninggalkan Allah dan tidak menaati firman Allah. Jadi, mereka jatuh ke dalam situasi yang sulit. Namun, ketika mereka berseru kepada Allah, Allah masih mau menyelamatkan.

GIDEON BELUM MENGENAL ALLAH MELALUI PENGALAMAN

Tentu saja, ketika kita mengatakan bahwa Gideon tidak mengenal Allah, bukan berarti Gideon tidak tahu siapa Allah Yahweh. Tentu saja Gideon tahu siapa Allah Yahweh. Jawabannya juga menyebutkan nama Allah, Yahweh. Dia juga tahu bahwa Allah telah menyelamatkan mereka dari Mesir melalui serangkaian mukjizat bertahun-tahun yang lalu. Akan tetapi, dia tidak memiliki pengalaman dengan Allah secara pribadi. Dengan cara yang sama, Hakim-hakim pasal 2 mengatakan bahwa generasi baru bangsa Israel bangkit, tetapi mereka tidak mengenal Yahweh dan mereka juga tidak mengetahui perbuatan-perbuatan yang telah Yahweh lakukan bagi bangsa Israel. Bukan berarti mereka tidak mengetahui bagian dari sejarah ini. Orang Israel meneruskan sejarah mereka tentang Allah yang menyelamatkan mereka dari generasi ke generasi. Mereka mewariskan hukum-hukum Musa dari generasi ke generasi. Jadi, mereka tidak mungkin tidak mengetahui bagian sejarah ini. Namun, masalahnya adalah mereka tidak memiliki pengalaman pribadi dengan Allah. Semua pengetahuan dan pengenalan akan Allah yang disebutkan dalam Alkitab adalah pengalaman pribadi dengan Allah dan bukan pengetahuan di kepala.

Dari perkataan Gideon, kita juga dapat melihat bahwa meskipun Gideon tidak mengenal Allah dan memiliki banyak keraguan tentang Allah, Gideon merupakan orang yang berbeda dari yang lain. Ia memiliki hati yang peduli terhadap umat Allah. Ketika utusan Yahweh berkata kepada Gideon, “Allah menyertai engkau”, dia tidak berkata — jika Allah menyertai saya, mengapa saya begitu sengsara?” Yang ia katakan adalah “kami”. Mengapa “kami” ditindas oleh orang Midian? Tidak heran jika Allah menampakkan diri kepada Gideon. Kemudian, Allah berkata kepada Gideon, “Engkau memiliki kekuatan. Bebaskanlah orang Israel dari kekuasaan orang Midian! Bukankah Aku telah mengutus engkau?” Artinya adalah: Sekarang Aku mengutusmu untuk membebaskan orang Israel. Allah tidak akan memanifestasikan diri-Nya tanpa alasan. Setiap kali Allah menyatakan Diri kepada seseorang, Dia akan memberinya sebuah tugas yang berhubungan dengan kesejahteraan umat Allah, yaitu untuk menyelamatkan umat Allah. Jika Anda tidak memiliki hati yang peduli terhadap umat Allah, Dia tidak akan menyatakan diri-Nya kepada Anda.

ALLAH MEMILIH DAN MEMAKAI YANG TERKECIL

Lalu, bagaimana jawaban Gideon? Gideon berkata, “Ah Tuhan, bagaimana aku dapat membebaskan orang Israel? Lihatlah! Suku saya adalah suku yang paling lemah di antara suku Manasye, dan saya adalah yang termuda di keluarga saya.” Kata-kata Gideon ini memiliki arti: Siapakah saya? Saya terlahir miskin, saya anak bungsu di keluarga saya, saya tidak memiliki status apa pun. Secara keseluruhan, saya adalah yang terkecil, bagaimana saya bisa membebaskan orang Israel?

Di sini kita dapat melihat sebuah prinsip rohani yang penting: Orang seperti apakah yang dipilih dan dipakai oleh Allah? Yang terkecil, yang memiliki status paling rendah dan bukan siapa-siapa.  Ketika kita membaca Alkitab, kita melihat bahwa semua orang yang dipilih dan dipakai Allah merupakan orang-orang yang paling kecil dan paling rendah statusnya. Allah memilih Yusuf untuk menjadi perdana menteri Mesir untuk menyelamatkan seluruh keluarga Israel. Karena Yusuf adalah yang terkecil di antara anak-anak Yakub. Semua saudara-saudaranya memperlakukan dia dengan buruk. Pada awalnya ketika Allah memilih Saul untuk menjadi raja Israel, Saul merupakan orang yang paling kecil. Dia berasal dari suku Benyamin yang merupakan suku terkecil di antara 12 suku. Kemudian Allah memilih Daud untuk menjadi raja Israel. Daud juga merupakan yang terkecil di antara anak-anak Isai.  Dalam Perjanjian Baru, 12 murid Yesus adalah nelayan tanpa pendidikan yang layak. Rasul Paulus adalah orang yang dipakai Allah dengan luar biasa dalam Perjanjian Baru. Akan tetapi, bagaimana Paulus menggambarkan dirinya sendiri? Dia mengatakan bahwa dia adalah yang terkecil di antara para rasul.

Inilah prinsip bagaimana Allah memakai manusia. Dengan memahami hal ini, kita dapat mengerti mengapa dalam sejarah manusia, khususnya pada masa kini, hanya sedikit sekali orang yang dipakai Allah. Oleh karena sifat alami kita, manusia, tidak mau menjadi yang terkecil dan tanpa status. Kita tidak ingin menjadi bukan siapa-siapa, kita semua ingin menjadi “seseorang”. Jangan berpikir bahwa ketika kita menjadi orang Kristen, atau bahkan seorang pengkhotbah, kita menjadi yang terkecil. Mungkin orang-orang duniawi melihat kita sebagai yang terkecil. Namun, di dalam lingkaran orang Kristen, orang Kristen akan menghargai kita. Mungkin kita juga ingin menyampaikan khotbah yang baik, memiliki jemaat yang banyak, dan membawa lebih banyak orang untuk percaya kepada Allah dan menjadi lebih rohani. Jika semua itu kita lakukan untuk Allah dan orang lain, Allah akan melihatnya sebagai sesuatu yang berharga. Akan tetapi, apakah kita mencari status yang tinggi dan hormat di dalam gereja? Hati manusia itu licik. Di luarnya kita tidak melihat ada yang salah, tetapi Allah mengetahui isi hati kita. Kuncinya adalah apakah hati kita memiliki sikap rendah hati. Jadi, kita tidak boleh melihat prinsip ini dengan terlalu sederhana, dengan berpikir bahwa Allah hanya akan memilih orang-orang yang paling kecil, paling miskin dan tanpa status apa pun di dunia. Tidak seperti itu. ‘Besar’ dan ‘kecil’ itu relatif. Selalu ada orang yang lebih besar daripada Anda atau lebih kecil daripada Anda. Ada orang yang berambisi setinggi langit, tapi terlahir rendah. Ada pula yang berada di posisi tinggi dan memiliki kemampuan yang luar biasa, tetapi tetap rendah hati. Jadi, yang terpenting adalah sikap rendah hati di dalam hatinya karena Allah melihat hati manusia.

Gideon memiliki sikap yang rendah hati. Dia dapat melihat bahwa dia adalah yang terkecil, itulah sebabnya Allah memilihnya untuk menjadi hakim. Allah menguatkan dia, “Aku akan menyertai engkau! Engkau akan mengalahkan seluruh tentara Midian.”  Lalu bagaimana tanggapan Gideon? Mari kita lanjutkan membaca Hakim-hakim 6:17-21: 

17  Jawab Gideon kepada-Nya, “Jika kiranya aku mendapat kasih karunia dalam pandangan-Mu, maka tunjukkanlah kepadaku tanda bahwa Engkaulah yang berfirman kepadaku. 18  Janganlah kiranya beranjak dari sini sampai aku datang kepada-Mu untuk membawa persembahanku dan meletakkannya di hadapan-Mu.” Kata-Nya, “Aku akan tinggal sampai engkau kembali.” 19  Gideon pun masuk ke dalam, lalu mengolah seekor anak kambing dan satu efa tepung untuk roti tidak beragi. Ia meletakkan daging ke dalam bakul sedangkan kuahnya ditaruhnya di dalam periuk, lalu dibawa kepada-Nya di bawah pohon Tarbantin untuk dihidangkannya. 20  Berkatalah Malaikat Allah kepadanya, “Ambillah daging dan roti yang tidak beragi itu, letakkanlah ke atas batu ini, lalu tuangkanlah kuahnya.” Jadi, dilakukannya demikian. 21  Lalu, Malaikat YAHWEH mengulurkan ujung tongkat yang ada di tangannya dan menyentuh daging dan roti tidak beragi itu. Kemudian, timbullah api dari batu itu dan memakan habis daging dan roti yang tidak beragi itu. Kemudian, Malaikat YAHWEH itu pun hilang dari pandangannya.

GIDEON MEMINTA TANDA DARI ALLAH

Dari ayat ini, kita dapat melihat bahwa Allah, Yahweh telah mengatakan kepada Gideon bahwa Allah akan menyertai dia dan dia dapat memukul orang Midian seperti memukul satu orang. Namun, Gideon tidak berani percaya. Jadi, kita dapat melihat bahwa dia benar-benar tidak mengenal Allah, dia tidak bisa langsung percaya; selain itu, kita juga dapat melihat bahwa dia tahu bahwa dia bukan siapa-siapa, dia tidak memiliki kemampuan untuk menjadi hakim dan dia tidak memiliki kepercayaan diri. Maka, Gideon meminta bukti kepada Allah dan Allah pun mengabulkan permintaan Gideon. Tidak hanya menunggu Gideon kembali dengan membawa bukti, Allah juga melakukan mukjizat. Dia membiarkan api keluar dari batu karang, menghanguskan semua pemberian Gideon, lalu utusan Yahweh itu menghilang.

MEMINTA TANDA BUKAN MENCOBAI ALLAH

Mengapa Allah tidak menegur Gideon? Bukankah Gideon meminta tanda sebagai ujian bagi Allah? Dari jawaban Allah, jelas Allah tidak menganggap Gideon sedang mencobai Allah. Jika manusia mau mencari bukti untuk mengenal Allah, Allah lebih dari bersedia untuk memberikan bukti kepadanya. Sebaliknya, beberapa orang tidak mau mengenal Allah dan tidak mau meminta bukti. Kitab Yesaya 7 memberikan contohnya.  Yesaya 7:10-14 memiliki catatan seperti itu: 

“Sekali lagi YAHWEH berfirman kepada Ahas: “Mintalah suatu tanda yang meneguhkan dari YAHWEH, Allah kita. Engkau bahkan dapat meminta sesuatu yang ajaib.” Tetapi Ahas menjawab, “Aku tidak mau meminta, aku tidak mau menguji YAHWEH.”  Maka Yesaya menjawab, “Perhatikanlah, hai keluarga Daud. Apakah kamu menganggapnya terlalu remeh untuk menguji kesabaran manusia? Apakah itu sebabnya kamu juga menguji kesabaran Allahku? Untuk alasan ini, Tuan yang berdaulat sendiri akan memberikan tanda yang mengukuhkan. Lihatlah, perempuan muda ini akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki. Engkau, hai perempuan muda, akan menamai Dia Imanuel.  

Ahas adalah raja Yehuda, tetapi ia bukanlah seorang raja yang baik. Pasal 16 dari 2 Raja-Raja mengatakan bahwa ia tidak melakukan apa yang Yahweh, Allahnya setujui, berbeda dengan leluhurnya, Daud. Dia mengikuti jejak raja-raja Israel. Ia mengorbankan anaknya ke dalam api, suatu dosa yang mengerikan yang dilakukan oleh bangsa-bangsa yang dihalau Yahweh dari hadapan orang Israel. Ia mempersembahkan korban dan membakar ukupan di bukit-bukit pengorbanan, di atas bukit-bukit, dan di bawah setiap pohon yang rindang.  Ketika Raja Aram menyerang Yehuda, Ahas tidak bersandar pada Allah. Sebaliknya, ia justru meminta bantuan kepada Asyur. Raja Asyur membantunya mengalahkan musuh, Ahas kemudian menyembah dewa Asyur di bait Allah Yahweh. Jadi, Ahas merupakan raja yang jahat.

Namun, Yesaya mengatakan di sini bahwa Allah mengizinkan Ahas untuk meminta tanda konfirmasi dari Allah, itu adalah sebuah bukti. Namun, Ahas menjawab dengan berkata, “Aku tidak mau meminta; aku tidak mau menguji Yahweh”.  Kedengarannya sangat rohani! Yesaya menegurnya dengan berkata, “Allah sudah muak denganmu. Kamu tidak meminta tanda konfirmasi? Allah akan berinisiatif untuk memberikanmu sebuah bukti dan memberitahumu bahwa Dia adalah Allah yang benar. 

Dari contoh ini, kita dapat melihat bahwa sebagian orang tidak mau mengenal Allah, maka sudah pasti mereka juga tidak mau meminta bukti. Namun, Gideon benar-benar ingin mengenal Allah, maka dia meminta bukti. Hal ini bukan untuk menguji Allah. Jadi, Allah memberinya bukti dan memberitahukan bahwa Allah itu nyata.

Berikan Komentar Anda: