Ev. Xiao Shan | Filipi 4:15-23 |
Dalam benak Anda, orang yang bagaimanakah yang disebut sebagai orang yang diberkati? Kapan Anda merasa beruntung? Tentu saja ketika ada pertolongan pada waktu Anda kesulitan atau seseorang menolong Anda saat Anda menghadapi krisis. Apa lagi yang lebih berharga daripada ini? Benar, ini sangat berharga. Pada umumnya, menerima hadiah adalah sesuatu yang menyenangkan. Tetapi bagi Paulus, orang yang bagaimanakah yang dianggap sebagai orang yang diberkati?
Mari kita beralih ke Filipi 4:15-23,
“Kamu sendiri tahu juga, hai orang-orang Filipi; pada waktu aku baru mulai mengabarkan Injil, ketika aku berangkat dari Makedonia, tidak ada satu jemaatpun yang mengadakan perhitungan hutang dan piutang dengan aku selain dari pada kamu. 16Karena di Tesalonikapun kamu telah satu dua kali mengirimkan bantuan kepadaku. 17Tetapi yang kuutamakan bukanlah pemberian itu, melainkan buahnya, yang makin memperbesar keuntunganmu. 18Kini aku telah menerima semua yang perlu dari padamu, malahan lebih dari pada itu. Aku berkelimpahan, karena aku telah menerima kirimanmu dari Epafroditus, suatu persembahan yang harum, suatu korban yang disukai dan yang berkenan kepada Allah. 19Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus. 20Dimuliakanlah Allah dan Bapa kita selama-lamanya! Amin. 21Sampaikanlah salamku kepada tiap-tiap orang kudus dalam Kristus Yesus. Salam kepadamu dari saudara-saudara, yang bersama-sama dengan aku. 22Salam kepadamu dari segala orang kudus, khususnya dari mereka yang di istana Kaisar. 23Kasih karunia Tu(h)an Yesus Kristus menyertai rohmu!”
Jemaat Filipi sangat memperhatikan kebutuhan Paulus
Sekitar 10 tahun yang lalu, Paulus baru saja mulai memberitakan Injil. Ketika dia meninggalkan Makedonia, selain jemaat Filipi, tidak ada jemaat lain yang menyediakan kebutuhannya. Ini tidak berarti Paulus tidak pernah menerima bantuan dari jemaat-jemaat yang lain, tetapi yang disebutkan hanya jemaat Filipi yang menyediakan kebutuhannya pada waktu itu. Ketika Paulus hendak meninggalkan Tesalonika, jemaat Filipi juga mengirimkan seseorang untuk menyediakan kebutuhannya. Bahkan ketika Paulus berada di Roma, jemaat itu tetap mengutus Epafroditus yang harus berkelana jauh untuk menyediakan kebutuhannya. Mereka sangat menunjukkan perhatian dan rasa syukur kepada Paulus.
Memberi merupakan sebuah aktivitas Jemaat secara keseluruhan, bukan secara individu
Jemaat Filipi merupakah sebuah gereja yang unik karena semua orang di gereja bersatu hati, mendukung Paulus dalam kesatuan. Pemberian yang dibawa Epafroditus kepada Paulus bukan merupakan persembahan dari satu atau dua orang percaya yang mempunyai kasih yang luar biasa, tetapi merupakan partisipasi dari semua jemaat. Seringkali orang-orang percaya memiliki masing-masing pendapat. Orang yang ini mungkin berpikir bahwa persembahan seharusnya dipakai untuk pekerjaan penginjilan, sedangkan orang yang lain mungkin berpikir bahwa persembahan seharusnya dipakai untuk area yang lain. Masing-masing memiliki pendapatnya sendiri dan sulit untuk menyesuaikan diri satu dengan yang lain. Tetapi jemaat Filipi sangat berbeda dari yang lain. Mereka semua mempunyai satu pikiran, dan sering mengirim orang untuk menyediakan kebutuhan Paulus, suatu hal sangat tidak biasa dilakukan. Hal yang lebih tidak terduga adalah jemaat Filipi bukan jemaat yang kaya, tetapi merupakan jemaat yang sangat miskin. Hal ini tertulis di dalam 2 Kor 8:1-2:
“Saudara-saudara, kami hendak memberitahukan kepada kamu tentang kasih karunia yang dianugerahkan kepada jemaat-jemaat di Makedonia. 2Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan.”
Jemaat-jemaat Makedonia yang disebutkan di sini termasuk di dalamnya adalah jemaat Filipi, Tesalonika, dan Berea. Meskipun sangat miskin, mereka tidak pernah lebih lambat dalam hal memberi dibandingkan dengan jemaat yang lain, dan mereka berusaha keras untuk berpartisipasi. Di sini kita dapat melihat bahwa jemaat Filipi merupakan jemaat yang penuh kasih, murah hati dalam memberi.
Perhatian jemaat memberikan Penghiburan kepada Paulus
Dikatakan di dalam Flp. 4:10 dan 14:
“10Aku sangat bersukacita dalam Tuhan, bahwa akhirnya pikiranmu dan perasaanmu bertumbuh kembali untuk aku. Memang selalu ada perhatianmu, tetapi tidak ada kesempatan bagimu.”
“14Namun baik juga perbuatanmu, bahwa kamu telah mengambil bagian dalam kesusahanku.”
Tindakan kasih jemaat telah membawa sukacita dan dorongan yang besar kepada Paulus. Apakah alasan Paulus bersukacita adalah karena dia telah menemukan kepuasan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari? Bukan, tetapi karena jemaat Filipi telah belajar untuk mengambil bagian dalam kesusahan Paulus. Meskipun mereka tidak bersama-sama dengan Paulus tetapi mereka dapat memahami penderitaannya, kesulitan-kesulitannya, dan bahkan mereka sampai memikirkan keadaan Paulus dengan menyediakan kebutuhan sehari-harinya. Tidak dapat disangkali, dukungan dan persahabatan di dalam Tuhan sangat menguatkan hati Paulus. Bantuan untuk kebutuhan hidupnya tentu saja baik, tetapi dukungan spiritualnya adalah lebih penting lagi. Jemaat Filipi membawa pemberian melalui Epafroditus, sehingga Paulus sangat terkesan. Dia tidak merasa menghadapi kesusahan sendirian, tetapi seluruh jemaat mengingatnya, mengingatnya di dalam doa.
Perhatian jemaat terhadap Paulus mencerminkan kasih jemaat kepada Allah
Perhatian jemaat kepada Paulus merefleksikan kasih mereka kepada Allah. Dikatakan di Flp. 4:18,
“Kini aku telah menerima semua yang perlu dari padamu, malahan lebih dari pada itu. Aku berkelimpahan, karena aku telah menerima kirimanmu dari Epafroditus, suatu persembahan yang harum, suatu korban yang disukai dan yang berkenan kepada Allah.”
Ini sangat aneh. Pemberian untuk Paulus sebenarnya berasal dari jemaat, tetapi mengapa menjadi korban yang disukai Allah? Karena kasih jemaat kepada Paulus merefleksikan kasih mereka kepada Allah. Jemaat mengirim Epafroditus untuk mengunjungi Paulus dan menyediakan kebutuhannya, karena mereka mengasihi Allah. Orang yang sungguh-sungguh mengasihi Allah akan mengasihi hamba-Nya. Mereka yang menghormati Allah tentu akan menghormati hamba-Nya, karena hamba Allah merupakan representasi Allah. Karena itu, sikap kita kepada para pendeta secara langsung merefleksikan sikap kita terhadap Allah.
Jemaat mempunyai tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan Pendetanya
Saya tidak yakin apakah Saudara akan bingung. Apakah merupakan tanggung jawab jemaat untuk menyediakan kebutuhan para pendeta? Alkitab dengan jelas berkata bahwa kita harus hidup dengan iman, apakah itu berarti para pendeta tidak melihat penyediaan dari Bapa di surga dengan iman? Sebenarnya, ajaran di dalam Alkitab adalah untuk jemaat menyediakan kebutuhan para pendeta. Ini adalah tanggung jawab orang-orang percaya.
Mari buka Lukas 10:7,
“Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah.”
Yesus mengirim murid-muridnya berdua-dua (berpasangan) untuk memberitakan injil, dan dia berkata kepada mereka, di kota atau rumah mana pun mereka pergi, tetap tinggal di sana, makan dan minum apa yang disediakan, karena seorang pekerja layak mendapatkan upahnya. Ini adalah ajaran Yesus kepada murid-muridnya.
Sekarang kita buka Galatia 6:6,
“Dan baiklah dia, yang menerima pengajaran dalam Firman, membagi segala sesuatu yang ada padanya dengan orang yang memberikan pengajaran itu.”
Apa yang dikatakan oleh Paulus sama dengan yang diajarkan oleh Yesus: Mereka yang menerima pengajaran harus membagi segala sesuatu dengan orang yang memberi pengajaran itu, lalu mereka harus fokus pada pelayanan, dengan tidak kuatir, tidak perlu sepanjang hari sibuk dengan urusan keluarga, mempengaruhi pekerjaan injil.
Adalah lebih baik memberi daripada menerima
Alkitab mengajarkan kita untuk menyediakan kebutuhan para pendeta, dan ada sebuah alasan yang lebih penting, yaitu untuk keuntungan jemaat. Flp. 4:17 berkata,
“Tetapi yang kuutamakan bukanlah pemberian itu, melainkan buahnya, yang makin memperbesar keuntunganmu.”
Sekarang kita tahu bahwa tindakan memberi akan menyebabkan jemaat menghasilkan lebih banyak buah, lebih banyak yang akan ditambahkan kepada mereka. Di sini Paulus menggunakan sebuah gambaran bisnis. Kapan saja gereja mempunyai aktivitas memberi, maka akan ada pertumbuhan spiritual. Lalu, pada hari kita berdiri di hadapan Tuhan, tangan kita tidak akan kosong, dan kita tidak akan mendapat malu. Banyak orang yang pandai menghitung dan merencanakan anggaran belanja, tahu bagaimana merencanakan tindakan pencegahan, sangat paham tentang permintaan pasar, melakukan investasi pada barang-barang yang mempunyai permintaan yang tinggi, untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Bahkan anak-anak tahu bagaimana merencanakan masa depannya, yaitu bekerja di siang hari dan melanjutkan pendidikan di malam hari, demi meningkatkan daya saingnya.
Bagaimana dengan orang-orang Kristen? Apakah Anda merencanakan dan siap dengan masa depan Anda sendiri? Apakah Anda menghasilkan buah pada tahun lalu, apakah rekening spiritual Anda hampir nol; dan tahun ini masih belum menghasilkan buah, dan malah rekening spiritual Anda telah menunjukkan keadaan defisit? Atau apakah Anda akan berkata bahwa iman dan kasih Anda telah bertambah tahun ini. Sebelumnya Anda tidak berani menghadapi tantangan-tantangan baru, tidak peduli dengan orang lain, tetapi sekarang berkemenangan dengan bergantung kepada Allah, dan telah memiliki sikap yang baru dalam berurusan dengan orang lain atau masalah?
Selain itu, di dalam Flp 4:19,
“Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus.”
Jemaat Filipi murah hati dalam memberi. Mereka bukan hanya diteguhkan dalam kehidupan spiritual mereka, tetapi mereka juga mengalami penyediaan oleh Allah di dalam kehidupan mereka. Apakah pengajaran rohani susah ini untuk dipahami? Memberi kepada orang lain seharusnya mengurangi, tetapi mengapa ini malah bertambah? Pengajaran rohani sungguh misterius, sangat berbeda dengan pemikiran manusia. Mari kita buka Lukas 6:38,
“Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.”
Barangsiapa yang memberi kepada orang lain, pasti akan mendapat penyediaan dari Allah, dan tidak berkekurangan di dalam kehidupan sehari-hari. Ini adalah janji Allah, dan juga merupakan prinsip rohani yang tidak akan berubah. Allah menginginkan kita untuk belajar melupakan tentang diri kita sendiri, dan dengan iman mengalami realitas Tuhan di dalam kehidupan kita. Jika kita hanya peduli tentang diri kita sendiri, tidak bersedia untuk memberi, maka kehidupan rohani tidak akan berkembang selamanya. Apakah sebagai suatu jemaat atau sebagai individu, orang-orang Kristen juga harus belajar memberi, atau selamanya akan berada pada tahap kanak-kanak, tidak mampu bertumbuh.
Sikap Paulus terhadap pemberian:
Paulus tidak mencari pemberian apa pun, tetapi hanya meminta agar buah-buah jemaat bertambah.
Meskipun jemaat bertanggung jawab menyediakan kebutuhan pendetanya, tetapi Paulus tidak menganggap pasti semuanya itu. Ini dinyatakan di dalam Flp 4:17,
“Tetapi yang kuutamakan bukanlah pemberian itu, melainkan buahnya, yang makin memperbesar keuntunganmu.”
Paulus tidak mencari pemberian. Bahkan di dalam kondisi yang sangat miskin, dia tetap memiliki hati yang puas, tidak ada komplain sama sekali. Anda mungkin akan berkata bahwa tentu saja Paulus tidak mencari pemberian, karena dia tidak menggembalakan jemaat Filipi saat itu, sehingga tidak dapat meminta apa-apa. Sebenarnya, jika gereja Filipi digembalakan oleh Paulus, dia mungkin juga tidak menerima pemberian jemaat. Sebagai contoh, dikatakan di dalam 2 Tes 3:7-9,
“Sebab kamu sendiri tahu, bagaimana kamu harus mengikuti teladan kami, karena kami tidak lalai bekerja di antara kamu, 8dan tidak makan roti orang dengan percuma, tetapi kami berusaha dan berjerih payah siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapapun di antara kamu. 9Bukan karena kami tidak berhak untuk itu, melainkan karena kami mau menjadikan diri kami teladan bagi kamu, supaya kamu ikuti.”
Meskipun dia memiliki otoritas untuk membiarkan orang-orang percaya dari jemaat Tesalonika menyediakan kebutuhannya, tetapi dia memilih untuk bekerja bagi dirinya sendiri, memberikan contoh untuk jemaat. Jadi, Paulus sendiri mempraktikkan apa yang dikhotbahkan, memberikan contoh, dan mengajar murid-murid: “Adalah lebih baik memberi daripada menerima”. Jika Anda adalah seorang pendeta, mohon untuk tidak memaksa saudara – saudari Anda untuk memberikan sejumlah tertentu persembahan setiap bulan untuk biaya hidup Anda. Meskipun Alkitab dengan jelas berkata kepada jemaat untuk memenuhi kebutuhan pendetanya, tetapi persembahan haruslah diberikan dengan sukarela, keluar dari hati yang tulus, yang mana tidak dapat dipaksakan. Hal ini harus dipahami oleh para pendeta.
Kesatuan Orang-orang Percaya
Dikatakan di dalam Flp 4:21-22,
“Sampaikanlah salamku kepada tiap-tiap orang kudus dalam Kristus Yesus. Salam kepadamu dari saudara-saudara, yang bersama-sama dengan aku. 22Salam kepadamu dari segala orang kudus, khususnya dari mereka yang di istana Kaisar.”
Apakah Anda memperhatikan sebuah istilah yang sangat unik, yaitu orang kudus, yang digunakan di dua ayat ini? Paulus menggunakan kata orang kudus untuk mendeskripsikan jemaat Filipi, dan juga menggunakan orang kudus untuk mendeskripsikan orang-orang percaya yang bersama dengan dia. Alasan mengapa itu unik adalah karena penggunaan kata itu berbeda dengan kata yang digunakan orang-orang saat ini. Saat ini kita menyebut orang-orang yang percaya kepada Tuhan sebagai orang-orang Kristen atau orang-orang percaya, tetapi Paulus memanggil mereka dengan sebutan orang-orang kudus. Jika melihat di Perjanjian Baru, kita akan melihat bahwa Paulus selalu menggunakan kata orang kudus untuk memanggil orang-orang Kristen.
Efe. 1.1
Dari Paulus, rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah, kepada orang-orang kudus di Efesus, orang-orang percaya dalam Kristus Yesus.
Fil 1:1 menuliskan,
“Dari Paulus dan Timotius, hamba-hamba Kristus Yesus, kepada semua orang kudus dalam Kristus Yesus di Filipi, dengan para penilik jemaat dan diaken.”
Paulus memanggil orang-orang percaya dengan sebutan orang-orang kudus di awal dan akhir suratnya karena kudus merupakan karakteristik kehidupan orang-orang Kristen. Jika tidak kudus, maka bukanlah orang Kristen yang sejati. Orang Kristen yang sejati adalah orang-orang yang telah dibebaskan dari dosa, diselamatkan oleh Allah, dan hidupnya sekarang adalah kudus, diperintah oleh roh kudus. Apakah Anda berani menyebut diri Anda sendiri sebagai orang kudus?
Kekudusan bukanlah sebuah objek, yaitu sekali dimiliki untuk selamanya. Kekudusan merupakan sebuah kualitas dari kehidupan orang Kristen, harus dikejar secara terus menerus, dan memerlukan usaha untuk selalu dijaga, atau itu akan hilang dengan berjalannya waktu. Lalu, bagaimana seharusnya kehidupan kekristenan itu? Di dalam hatimu, seperti apa seharusnya kehidupan Kristen itu? Bagaimana Anda tahu bahwa Anda masih hidup di dalam kekudusan? Jika seorang Kristen sangat sungguh-sungguh dan menghadiri semua pertemuan gereja, dapat mengingat ayat-ayat Alkitab dengan sangat baik, berdoa dan menyembah dengan air mata, maka dia adalah orang kudus, apakah itu cara kita menilai?
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, kekudusan bukanlah sebuah objek, tetapi merupakan sebuah karakteristik dari kehidupan kekristenan. Kekudusan bukan dari luar, tetapi merupakan kualitas dari dalam. Para ahli Taurat dan orang-orang Farisi adalah orang-orang yang sangat bersungguh-sungguh dan memahami hukum dengan sangat baik, tetapi mereka tidak kudus di mata Allah. Karakteristik apa yang seharusnya dimiliki oleh manusia?
Di dalam Filipi 4:21-22, Paulus menyapa orang-orang kudus Filipi, juga menyampaikan salam dari orang-orang kudus Roma. Sebenarnya, apa hubungan antara orang-orang kudus dan salam satu dengan yang lain? Salam satu dengan yang lain menunjukkan kesatuan hati. Sekarang kita tahu bahwa hidup kudus dan hubungan yang harmonis tidak dapat dipisahkan. Orang kudus haruslah orang yang hidup dalam damai dengan orang-orang. Sebaliknya, orang yang selalu berdebat bukan orang kudus. Mari lihat Ibrani 12:14,
“Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan.”
Mereka yang percaya pada Tuhan mengetahui bahwa tanpa kekudusan orang tidak dapat melihat Allah, tetapi mereka tidak tahu bahwa tidak hidup damai dengan orang-orang artinya tidak kudus. Jika tidak harmonis dengan orang-orang, maka tidak akan melihat Allah. Hidup kudus artinya hidup harmonis dengan orang lain. Ketika orang-orang percaya tidak harmonis dengan yang lain, maka akan menjadi tidak kudus. Ketidak-kudusan mereka akan sangat mudah mempengaruhi seluruh jemaat, dan menyebabkan gereja menjadi terpecah. Hidup yang kudus tidak akan ditemukan di sana.
Dikatakan di dalam Flp 4:22,
“Salam kepadamu dari segala orang kudus, khususnya dari mereka yang di istana Kaisar.”
Dikatakan di sini orang-orang kudus Roma, khususnya mereka yang tinggal di istana Kaisar juga mengirim salam kepada jemaat Filipi. Ini sungguh-sungguh merupakan gambaran yang sangat indah. Orang-orang percaya terlepas dari kebangsaan, latar belakang sosial, dan status. Semua orang-orang percaya adalah milik Kristus, mereka adalah satu. Paulus secara khusus menyebutkan istana Kaisar. Saya berpikir itu bukan tentang keluarga kerajaan Kaisar Nero, tetapi para budak dari keluarga kerajaan, atau mereka yang melayani Kaisar. Injil adalah kuasa Allah. Meskipun di berbagai tempat yang berbeda, orang-orang dengan latar belakang yang berbeda juga dapat bersatu di dalam Kristus, saling mengirim salam satu dengan yang lain melalui Paulus.
Entah apakah Anda pernah memiliki pengalaman ini. Pertama kali Anda bertemu dengan beberapa saudara dan saudari, meskipun Anda datang dari tempat yang berbeda, memiliki latar belakang yang berbeda, bahkan berbicara dengan bahasa yang berbeda, tetapi seperti kawan lama saat bertemu pertama kali.
Apakah “Sukacita” tema kitab Filipi?
Ini adalah bab terakhir pada kitab Filipi. Sebelum saya mengakhirinya, saya akan meringkas tema kitab Filipi. Menurut Anda, apa seharusnya tema kitab Filipi? Sukacita? Tidak dapat disangkal, kata Yunani untuk senang (happy) atau sukacita (joy) muncul sangat sering di dalam seluruh kitab dan dengan frekuensi yang sangat tinggi, sebanyak 13 kali. Tidak heran banyak orang yang melakukan penafsiran berpendapat bahwa sukacita adalah tema kitab Filipi.
Tidak diragukan lagi, sukacita adalah pengajaran Paulus yang sangat penting di dalam kitab Filipi, tetapi apakah itu adalah tema kitab Filipi? Mengapa Paulus bersukacita? Apakah hasil tak terduga yang dibawa oleh sukacita? Dikatakan di dalam Flp. 1:18,
“Tetapi tidak mengapa, sebab bagaimanapun juga, Kristus diberitakan, baik dengan maksud palsu maupun dengan jujur. Tentang hal itu aku bersukacita. Dan aku akan tetap bersukacita,”
Ada sebuah alasan Paulus dipenuhi oleh sukacita, yaitu Injil telah tersebar kepada bangsa-bangsa lain. Tidak hanya itu, ketika dia di penjara, saudara-saudara yang lain telah menyebarkan injil dengan berani, tanpa rasa takut sedikit pun. Sebagai hasilnya, Kristus diproklamasikan, bahkan banyak orang menerima kabar baik ini. Dikatakan di dalam Flp 2:17,
“Tetapi sekalipun darahku dicurahkan pada korban dan ibadah imanmu, aku bersukacita dan aku bersukacita dengan kamu sekalian.”
Selama jemaat Filipi memiliki iman yang kuat, dan bertobat sepenuhnya di hadapan Allah, Paulus akan mencurahkan dirinya sebagai persembahan atas kurban, dan bersama-sama mempersembahkan kurban kepada Allah, dia akan bersukacita. Dikatakan di Flp. 3:1-2,
“Menuliskan hal ini lagi kepadamu tidaklah berat bagiku dan memberi kepastian kepadamu. 2Hati-hatilah terhadap anjing-anjing, hati-hatilah terhadap pekerja-pekerja yang jahat, hati-hatilah terhadap penyunat-penyunat yang palsu,”
Paulus meminta jemaat untuk bersukacita di dalam Tuhan, dan berhati-hati terhadap ajaran-ajaran palsu, mempertahankan kebenaran, dan memproklamasikan injil yang benar. Dikatakan di Flp. 4:10,
“Aku sangat bersukacita dalam Tuhan, bahwa akhirnya pikiranmu dan perasaanmu bertumbuh kembali untuk aku. Memang selalu ada perhatianmu, tetapi tidak ada kesempatan bagimu.”
Paulus sangat bersukacita. Apakah karena gereja peduli kepadanya, dan mengirimkan persembahan kepadanya melalui Epafroditus? Tentu saja tidak. Itu karena Paulus telah belajar mencukupkan diri di dalam segala situasi, dia tahu bagaimana menghadapi kesulitan. Alasan Paulus bersukacita adalah karena jemaat bersedia untuk mengambil bagian dalam pekerjaan penginjilan.
Kitab Filipi jelas merupakan sebuah surat yang sangat khusus. Bahkan di dalam keadaan yang sangat buruk, Paulus tetap berlimpah antusiasnya, penuh dengan sukacita. Untuk menyebarkan injil, Paulus bersedia untuk menderita; untuk menyebarkan injil, dia bersedia untuk menganggap segala sesuatu sebagai kerugian, sebagai sampah; untuk memproklamasikan injil, dia dapat melakukan segala sesuatu bersama Allah.
Pengajaran kitab Filipi akan segera berakhir. Apakah Anda mampu memperoleh sukacita dan damai, itu tergantung apakah Anda dapat menangkap visi Paulus. Kedatangan Kristus yang kedua kalinya sudah dekat. Daripada membuang waktu, disibukkan oleh masalah Anda sendiri, problem hubungan dengan sesama sepanjang hari, mengapa tidak sungguh-sungguh meminta kepada Allah untuk memimpin Anda untuk peduli kepada sesama, dan menyebarkan Injil kepada mereka. Dengan ini, masalah Anda akan hilang, dan hati Anda akan dialiri oleh sukacita yang tak terucapkan.