SC Chuah |

Inilah hidup yang kekal, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus. (Yohanes 17:3)

Ayat ini merupakan ayat yang amat penting karena definisi bagi hidup yang kekal dinyatakan. Hidup yang kekal merupakan sebuah hubungan yang hidup dengan dua pribadi, yaitu Bapa (17:1) dan Yesus Kristus. Inilah iman yang sejati.

Yesus memanggil Bapanya, “Satu-satunya Allah yang benar”, dan dirinya sendiri, “yang telah Engkau utus”. Perkataan Yesus demikian jelas sehingga kita tidak perlu teknik-teknik linguistik yang rumit untuk menjelaskannya. Bagi Yesus, hanya ada satu Allah yang benar, yaitu Bapa. Sejak kecil kita semua sudah belajar apa artinya “satu-satunya”. Kata tersebut dimaksudkan untuk membatasi dan mengecualikan semua yang lain!  Itulah caranya kita akan memahami dan memakai kata tersebut sampai kita mati. 

Namun, kira-kira 2 miliar penduduk dunia berpandangan kata “satu-satunya” memiliki arti yang berbeda hanya pada kalimat ini. Entah bagaimana, melalui penjelasan yang rumit dan berkelit, “satu-satunya Allah yang benar” menurut para Trinitarian, tidak mengecualikan Yesus sebagai Allah yang benar juga.  Hal ini tampaknya terlalu dipaksakan demi merukunkan iman yang sejati dengan kredo Trinitarian yang dirumuskan kira-kira 300-400 tahun setelah zamannya Yesus. Seorang bapa gereja yang ternama, Augustine, di dalam Homilies on John dengan beraninya mengubah urutan kata dan menegaskan bahwa Yohanes 17:3 berarti, “Inilah hidup yang kekal, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau dan Yesus Kristus yang telah Engkau utus, sebagai satu-satunya Allah yang benar.” Orang-orang percaya yang bijaksana akan menjauhkan dirinya dari “tindak kekerasan” terhadap Firman Tuhan semacam ini. Bukankah lebih bijaksana jika kita memilih untuk mempercayai perkataan Yesus daripada memaksanya supaya sesuai dengan kredo ciptaan manusia?

Pernyataan monoteistis yang paling ketat dalam Perjanjian Baru barangkali adalah Yohanes 17:3. Ini dapat dipastikan merupakan ayat paling utama yang menunjukkan bahwa hanya Bapa adalah Allah dan bahwa Yesus Kristus bukan Allah. Ayat penting ini, dibaca apa adanya, justru membuktikan Yesus bukan Allah. Yesus adalah utusan Allah, dan utusan Allah, mau dipahami bagaimanapun, bukanlah Allah. Tidak di mana pun di dalam Injil Yohanes, Yesus mengeklaim bahwa dia adalah Allah.

Bagaimanakah kamu dapat percaya, kamu yang menerima hormat seorang dari yang lain dan yang tidak mencari hormat yang datang dari Allah yang Esa? (Yohanes 5:44)

Dalam bahasa Inggris, “Allah yang Esa” diterjemahkan sebagai the one and only God. Dari konteks the one and only God jelas-jelas menunjuk kepada Bapa. Bagaimana mungkin doktrin Trinitas bisa memiliki fondasi? Bagaimana mungkin Yesus dapat disebut Allah jika Bapa menurut Yesus sendiri adalah the only true God (17:3) dan the one and only God (5:44)?

Kermit Zarley dalam bukunya The Restitution of Jesus Christ, menulis:

Sebetulnya, ayat ini [Yohanes 17:3] dapat diartikan dengan cara yang seharusnya membimbangkan para tradisionalis. Yesus bisa saja bermaksud bahwa untuk seseorang dapat menerima hidup yang kekal, orang itu harus mempercayai bahwa Bapa adalah satu-satunya Allah yang benar dan Allah inilah yang mengutus Yesus, dengan demikian hanya Bapa adalah Allah dan Yesus bukan Allah.”

Berikan Komentar Anda: