Mark Lee |

Kita akan membahas topik yang sangat penting di dalam pesan keempat seri pengenalan Injil ini. Topik tentang hidup yang kekal. Alkitab berkata di Yohanes 3:16,

“setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”

Mari kita lihat apa arti hidup yang kekal. Apa yang sebenarnya Anda peroleh ketika dikatakan bahwa Anda beroleh “hidup yang kekal”? Apakah itu berarti bahwa kita tidak akan masuk ke neraka, bahwa kita akan hidup selamanya dan tidak pernah mati?

Lalu apa arti tidak pernah mati itu? Apakah roh atau tubuh jasmani kita yang tidak akan mati? Apakah kita ini seperti orang yang ingin mendapatkan ramuan hidup abadi? Dan setelah meminum ramuan itu kita tidak akan mati? Akan tetapi, jawaban ini tampaknya tidak tepat.

Ada sebuah film yang berjudul ‘Mencintaimu Selama Tiga Ratus Enam Puluh Lima Tahun (Loving You For Three Hundred And Sixty-Five Years)’. Film ini berkisah tentang seseorang yang tidak ingin mati. Suatu hari, dia bertemu dengan peri yang memberinya kekuatan sihir; bukan untuk hidup selamanya, tetapi untuk dapat hidup sampai 365 tahun. Selama tiga ratus enam puluh lima tahun, orang ini bekerja dan membangun bisnisnya. Dia menjadi sangat kaya raya. Dengan berlalunya waktu, teman-temannya menjadi semakin tua dan mati satu demi satu. Istrinya juga menjadi tua dan merasa tidak cocok lagi dengan suaminya, yang masih terlihat muda dan tampan. Lalu sang istri menjalani operasi plastik. Sayangnya, operasi ini gagal, dan dia lalu bunuh diri. Pria ini semakin lama semakin merasa kesepian. Akhirnya, hanya dia saja yang tersisa dari kumpulan para sahabat ini. Dia juga merasa tidak ingin hidup lebih lama lagi, dan dia mencoba berbagai macam upaya untuk bunuh diri. Dia melompat dari atas gedung yang tinggi, tetapi dia malah mendarat di atas truk beratap kain kanvas yang kebetulan sedang melintas. Sang peri mengingatkannya bahwa selama 365 tahun itu dia tidak akan dapat mati. Sebab jika dia mati dalam masa itu, berarti kekuatan sang peri terbukti tidak manjur!

Mungkinkah hidup yang kekal seperti itu? Bahwa seseorang tidak akan dapat mati sekalipun dia menginginkannya? Itukah konsep yang benar mengenai hidup yang kekal, yaitu bahwa kita tidak akan mati?

Apa pandangan firman tentang persoalan ini? Wahyu 20:10,

“Dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya.”

Ayat ini membahas tentang iblis yang dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang di mana dia akan disiksa sampai selama-lamanya. Ini berarti bahwa dia tidak akan pernah mati, karena jika dia mati maka dia tidak akan dapat disiksa! Jadi karena iblis tidak dapat mati, apakah itu berarti bahwa iblis juga memiliki hidup yang kekal? Jika definisi hidup yang kekal adalah bahwa seseorang tidak akan pernah mati, maka iblis juga memiliki hidup yang kekal. Tentunya sangat jelas, konsep ini tidak bisa dipertahankan. Ini pemahaman yang salah.

Hidup yang kekal bukan berarti bahwa seseorang tidak akan mati. Tidak pernah mati juga bukan berarti bahwa memiliki hidup yang kekal. Ini adalah poin pertama yang perlu kita tegaskan. Hidup yang kekal jelas bukan berarti bahwa kita tidak akan pernah mati. Memiliki keberadaan yang bersifat selamanya tidak dapat disamakan dengan hidup yang kekal. Kita harus jelas dalam berpikir. Kehidupan dan keberadaan jelas tidak dapat disamakan. Dengan demikian, hidup selamanya tidak sama dengan eksis selamanya. Keberadaan tidak harus menunjukkan adanya kehidupan. Hidup sebagaimana yang dibicarakan oleh Alkitab jelas tidak memiliki makna keberadaan atau tidak mati.

Yang dimaksudkan oleh “hidup” di dalam firman Tuhan sangatlah berbeda. Jika kita mengacaukan konsep hidup dalam firman Tuhan, maka kita akan mendapatkan konsep yang kacau tentang hidup yang kekal. Banyak orang yang memiliki keberadaan di dunia ini akan tetapi tidak berarti mereka memiliki hidup sebagaimana yang dimaksud oleh Injil! Ada orang yang dapat digambarkan sebagai “mayat berjalan.” Pada umumnya, ungkapan ini menggambarkan orang yang hatinya seolah-olah sudah mati, yang tidak lagi punya semangat untuk hidup, tetapi secara jasmani dia masih hidup.

Di perumpamaan tentang anak yang hilang di Injil Lukas 15:32, dikatakan, “Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.” Mereka yang sudah akrab dengan perikop ini tahu bahwa anak yang bungsu di dalam perumpamaan ini tidaklah mati. Dia hanya mengambil warisan dari ayahnya, meninggalkan ayahnya, dan hidup bersenang-senang. Jadi, mengapa sang ayah berkata bahwa dia tadinya mati dan sekarang hidup kembali? Di sini, sang ayah tidak bermaksud berkata bahwa anaknya sudah tidak ada lagi, tetapi anaknya tidak lagi memiliki hidup sebagaimana seharusnya. Tidak memiliki hidup sama dengan mati, akan tetapi tidak berarti bahwa dia tidak lagi memiliki keberadaan jasmani. Keberadaan dan hidup adalah dua hal yang berbeda.


HIDUP KEKAL DAN KEBINASAAN

Mungkin seseorang akan bertanya, bagaimana kita akan menjelaskan ayat-ayat yang disampaikan di Yohanes 10:28-29,

“dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar daripada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa.”

Apakah Anda memperhatikan bahwa ayat yang sebelum ini berkata, “Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku”? Ada hubungan yang erat antara hidup yang kekal dengan mendengarkan suara Kristus. Hanya mereka yang mendengarkan suara Kristus dan yang mengikut Kristus yang akan memiliki hidup yang kekal. Mereka tidak akan binasa.

Ada poin lain yang ditekankan lebih jauh oleh Yesus. Yesus berkata, “seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku” dan “seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa.” Hal ini sangat penting dan Yesus sampai mengulang-ulanginya karena ini berkaitan dengan perkara hidup dan mati seseorang. Jika seseorang tidak akan binasa setelah memperoleh hidup yang kekal, bagaimana mungkin dia dapat direbut? Seseorang tidak akan dapat direbut jika ia tidak akan dapat binasa! Jika seseorang itu tidak dapat direbut, apa maknanya Yesus mengulangi menggunakan kata “rebut” sampai dua kali. Ini menunjukkan kepada kita, walaupun setelah kita memperoleh hidup kekal, masih ada masalah yang akan timbul untuk mengancam kita. Anda bisa direbut oleh orang lain, atau oleh iblis!

Saya ulangi lagi – dengan memiliki hidup yang kekal bukan berarti bahwa seseorang tidak akan binasa. Karena kita akan binasa jika kita sampai direbut! Di sini kita melihat bahwa hidup yang kekal ternyata tidak sama dengan tidak akan pernah binasa. Jika memiliki hidup yang kekal itu sama dengan tidak akan binasa, maka, tidak akan menjadi masalah apakah kita sampai direbut oleh iblis karena kita tidak akan pernah binasa sekalipun kita sudah bersama iblis. Tentu saja, penalaran semacam ini tidak sejalan dengan firman Tuhan.

Ada syarat penting lainnya yang dikaitkan dengan hal tidak akan binasa – orang itu harus selalu mengikut Kristus dan mendengarkan suaranya. Hanya dengan begitu maka dia tidak akan binasa. Sekadar memiliki hidup yang kekal tidak menjamin bahwa dia tidak akan binasa. Agar tidak binasa, ia harus selalu mengikut gembalanya. Bagi orang seperti itu, tak ada satu pun kuasa yang bisa memisahkannya dari Bapa. Firman Tuhan berkata bahwa jika seseorang adalah domba Allah dan dia mendengarkan suara Allah, maka dia tidak akan binasa. Tak pernah disebutkan bahwa orang yang memiliki hidup lalu meninggalkan Allah tidak akan binasa. Alkitab tidak pernah mengatakan hal itu. Tak peduli seberapa besar jaminan hidup yang kekal yang Anda miliki, Anda akan binasa pada hari Anda meninggalkan Allah. Jadi, syaratnya adalah Anda harus mengikut Dia. Jika Anda mengikut Allah dan Anda memiliki hubungan yang akrab dengan Dia (tanpa ada sesuatu pun yang menjadi penghalang), Allah tidak akan pernah membiarkan siapa pun merebut Anda. Itu sebabnya Anda tidak akan pernah binasa.

Kita mengawali pembahasan dengan mengatakan bahwa hidup yang kekal bukan berarti tidak akan pernah mati. Poin yang kedua adalah bahwa kehidupan itu tidak sama dengan keberadaan. Apakah Anda memiliki hidup sekarang ini? Atau Anda sekadar ada dan menjalani keberadaan Anda? Kehidupan dan keberadaan adalah dua hal yang berbeda. Mungkin, selama ini Anda memang memiliki keberadaan di dunia ini, akan tetapi dibandingkan dengan keberadaan orang lain, apakah ada sesuatu yang layak disebut sebagai kehidupan di dalam diri Anda?


APA ITU KEHIDUPAN?

Apakah kehidupan itu? Seseorang bisa saja “ada” tetapi tanpa memiliki hidup. Lalu apakah arti hidup itu? Mari kita buka 1 Yohanes 1:1-2,

“Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup itulah yang kami tuliskan kepada kamu. Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami.”

Susunan tata bahasanya memang rumit akan tetapi maknanya jelas. Apakah yang dimaksudkan dengan, “Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami”? Apa itu Firman hidup yang dinyatakan oleh Bapa kepada kita? Apa arti raba, dengar dan lihat? Tentu saja, yang disebutkan di sini adalah Yesus sendiri. Jadi, bukannya memakai sebutan “Yesus”, tetapi sebutan yang dipakai adalah ‘Hidup Kekal’! Kata ‘hidup kekal’ dipakai untuk menggambarkan Yesus Kristus! Hidup kekal ini mewujudkan diri dan murid-murid telah melihat, mendengar dan merabanya.

Hidup yang kekal adalah hal yang sangat abstrak bagi kebanyakan orang. Kita tidak tahu persis bagaimana menggambarkan seperti apa itu percaya kepada Yesus dan memiliki hidup yang kekal. Dimana hidup kekalnya? Suatu kata yang sangat kabur dan tidak bisa kita lihat. Akan tetapi, Alkitab memberitahu kita bahwa bukan saja hidup kekal yang diberikan oleh Bapa itu bisa dilihat, malahan bisa didengar dan diraba. Alkitab adalah buku yang sangat praktis dan apa yang disampaikannya sangatlah nyata: hidup yang kekal itu bisa dilihat, didengar dan diraba!

Hal apa yang lebih nyata dari sesuatu yang bisa didengar dan diraba? Artinya, hidup yang kekal sama nyatanya dengan bunga dan pepohonan! Konsep ini harus kita pahami dengan jelas: bahwa hidup yang kekal itu bukanlah sesuatu yang abstrak. Hidup kekal adalah hal yang sangat nyata – bisa dilihat, bisa didengar, dan bisa disentuh!

Memang tidak salah jika dikatakan bahwa hidup yang kekal itu adalah Yesus Kristus. Akan tetapi bagaimana kita bisa menguraikan pemahaman ini agar bisa dimengerti oleh orang lain? Tentu saja, ketika Yesus masih hidup bersama para muridnya, dia bisa dilihat, didengar dan dijamah. Dapatkah kita merabanya sekarang saat kita memiliki Yesus? [Ingatlah bahwa Yesus itu hidup kekal] Di ayat tadi dikatakan, “memberitakan kepada kamu“. Tata bahasanya adalah dalam bentuk sekarang (present tense), bukan dalam bentuk lampau (past). Ini berarti kita masih dapat melakukannya sekarang.

Hidup, sebagaimana yang dimaksudkan dalam Alkitab, adalah kualitas hidup, bukan filsafat. Hidup menurut filsafat sangatlah abstrak. Sebagai contoh, jika kita menangkap serta membedah seekor kodok yang masih hidup, dia akan kehilangan nyawanya. Akan tetapi, apakah sebenarnya yang hilang itu? Tampaknya semua organnya masih berada pada tempatnya: hati, paru-paru, ginjal, dan bahkan darah di dalam urat-uratnya. Jika kita masukkan darah yang tercecer selama pembedahan dan menjahit kodok itu lagi, bahkan bobotnya tidak berubah. Lalu unsur apakah yang hilang jika dibandingkan dengan keadaan kodok itu sebelumnya? Apanya yang hilang? Apakah persisnya hidup itu? Kita tidak tahu! Hidup, sebagaimana yang kita lihat dari dalam Alkitab, bukanlah sesuatu yang abstrak. Ia merupakan kualitas kehidupan, ciri-ciri khusus dari kualitas kehidupan! Tadi saya katakan bahwa dengan memiliki keberadaan tidak berarti bahwa seseorang memiliki hidup. Keberadaan di dunia ini tanpa ciri khusus kualitas kehidupan tidak dipandang sebagai memiliki hidup.

Kualitas hidup dapat dilihat dan didengar. Dapatkah Anda melihat kualitas hidup seseorang? Apa yang Anda lihat dari kualitas hidup seseorang? Bisakah Anda melihat apakah seseorang itu lemah lembut atau pemarah? Tentu saja Anda bisa melihatnya dengan jelas. Bisakah Anda mendengar apakah orang tersebut cerewet atau pendiam? Tentu saja Anda bisa mendengarnya. Hidup yang kekal yang bisa didengar dan dilihat adalah hal yang baru bagi kita. Anda salah jika mengira bahwa sangatlah susah mengetahui apakah seseorang memiliki hidup yang kekal atau tidak. Sama sekali tidak susah. Jika Anda mengerti konsep ini, bahkan hal yang paling abstrak berubah menjadi sangat praktis.

1 Yohanes 3:14-15 berkata,

“Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut. Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia. Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya.”

Di sini dikatakan bahwa hidup yang kekal tidak ada dalam diri seorang pembunuh. Juga ditambahkan bahwa mereka yang membenci disamakan dengan pembunuh. Dapatkah Anda melihat dan mendengar apa arti membenci serta tidak mengampuni orang lain? Tentu saja Anda bisa. Bisa diketahui bahwa seseorang tidak memiliki hidup yang kekal dalam dirinya, tak ada hidup Allah di dalam dirinya, jika dia masih membenci dan tidak mau mengampuni orang lain. Sia-sia dia membual, menipu dirinya sendiri dan orang lain dengan menyatakan bahwa dia memiliki hidup yang kekal.

Hidup yang kekal adalah kualitas hidup Allah. Bisa langsung dilihat oleh siapa saja. “Barangsiapa tidak mengasihi ia tinggal di dalam maut” bukan berarti bahwa orang ini secara jasmani telah mati dan tidak ada lagi. Dikatakan bahwa orang ini hidup di dalam maut, hidup tanpa kasih dan tidak sesungguhnya hidup. Akan tetapi, ketika seseorang berpindah dari kebencian dan hatinya dipenuhi oleh kasih Allah, kita bisa tahu bahwa dia sudah melangkah dari maut ke dalam hidup. Dia telah meninggalkan maut, dan masuk ke dalam hidup yang kekal. Jadi, saya harap semua orang bisa menangkap makna konsep ini dengan jelas.


APAKAH ANDA MEMILIKI HIDUP KEKAL?

Kita bisa mengamati diri kita sendiri dan melihat apakah kita memiliki hidup yang kekal atau tidak, yaitu, dengan melihat apakah kita memiliki kualitas hidup Yesus. Kita tidak berbicara tentang hal mencapai kesempurnaan yang menyamai Yesus Kristus. Namun setidaknya, apakah kita memiliki jenis kualitas hidup yang sama? Sekalipun ada perbedaan dalam tingkatannya, akan tetapi dengan memiliki jenis kualitas hidup yang serupa berarti memiliki hidup yang kekal. Beberapa pengabar Injil berkata bahwa untuk percaya kepada Yesus cukup dengan mengacungkan tangan dalam menjawab panggilan altar, maka orang itu akan memiliki hidup yang kekal. Entah dia memiliki hidup yang kekal atau tidak, dapat dilihat dari kualitas hidupnya keesokan harinya. Janganlah menipu diri Anda sendiri dan orang lain. Jika Anda tidak memiliki hidup dari Yesus Kristus di dalam diri Anda, akan sia-sia saja sekalipun ada pendeta terkenal yang memberi kesaksian bahwa Anda memiliki hidup yang kekal. Karena hal tersebut tidak sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Alkitab.

Seperti apakah kualitas hidup Yesus Kristus itu? Mungkinkah pokok ini dijelaskan lebih jauh lagi? Ayat-ayat yang baru saja kita baca itu berbicara tentang kasih, barangsiapa mengasihi berarti dia telah pindah dari maut dan masuk ke dalam hidup. Dan barangsiapa yang tidak mengasihi, yang membenci orang lain, masih marah dan menolak untuk mengampuni; dia masih tinggal di dalam maut. Orang jenis ini tidak tahu sama sekali apa arti hidup itu. Tak peduli seberapa lama dia telah beribadah di gereja dan seberapa banyak pelatihan yang telah dia jalani, semua itu tidak ada gunanya. Tak ada hidup yang kekal di dalam dirinya.

Alkitab berkata di Galatia 5:22-23,

“Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.”

Kesemuanya itu adalah buah Roh dan buah Roh adalah kualitas hidup. Dapatkah Anda melihat, mendengar dan meraba kualitas hidup? Bagaimana Anda tahu bahwa seseorang memiliki kesabaran? Saat Anda melihat dia marah-marah, maka Anda akan tahu bahwa dia bukan orang yang sabar. Bagaimana Anda tahu bahwa seseorang itu lemah lembut? Anda akan tahu itu dengan berinteraksi dengan dia. Anda akan melihat dari nada suara dan sikapnya. Ini bukanlah sesuatu yang abstrak. Semua ini adalah hidup kekal yang dimaksudkan oleh Alkitab. Apakah kita memiliki kualitas-kualitas ini? Jika kita memilikinya, maka kita memiliki hidup yang kekal. Jika Anda tidak memilikinya, maka saya benar-benar tidak tahu di manakah hidup kekal Anda itu?

Mengapa saya katakan bahwa kualitas-kualitas tersebut adalah hidup yang kekal? Mari kita lihat bukti yang lebih khusus. Galatia 6:8,

“Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu.”

Barangsiapa menabur dalam Roh akan menuai hidup yang kekal dari Roh – bagaimana hubungan antara kedua bagian tersebut? Mengapa saya katakan bahwa buah Roh Kudus adalah hidup yang kekal? Apakah yang kita tuai dengan menabur dalam Roh? Tentu saja, kita menuai buah dari roh. Orang yang menabur dalam Roh, akan menuai buah dari Roh. Kita sudah mendapat penjelasan tentang buah Roh tadi. Tidak bisa lagi dibuat pernyataan yang lebih tegas daripada yang terdapat di dalam ayat ini – “menuai hidup yang kekal dari Roh itu“. Jadi, hidup yang kekal adalah perkara yang sangat praktis, yang bisa diamati dari kehidupan seseorang.

Pernahkah Anda melihat seseorang yang memiliki kualitas hidup yang kekal? Ada banyak orang Kristen di dunia ini akan tetapi tidak banyak yang memiliki kualitas hidup yang kekal. Kebanyakan orang jatuh dalam penipuan diri sendiri. Saya bersyukur kepada Allah karena sebelum saya datang kepada-Nya, saya mengenal seseorang yang memiliki kualitas hidup yang kekal. Orang ini sangat spesial, sangat berbeda dari kebanyakan orang lain yang saya kenal. Dia memiliki daya tarik yang luar biasa yang membuat saya ingin bercakap-cakap dan membina hubungan dengannya. Saya merasa sangat nyaman berada di dekatnya. Tadinya saya tidak tahu, akan tetapi sekarang saya tahu – dia memiliki kualitas dari Yesus Kristus! Pada waktu itu, saya mengenal banyak orang Kristen akan tetapi hanya orang ini yang memiliki kualitas hidup yang menonjol.

Kualitas hidup seperti – kasih, sukacita dan damai sejahtera. Damai sejahtera – pernahkah Anda melihatnya? Apakah Anda memilikinya? Apakah orang di sekitar Anda memilikinya? Apakah orang-orang di dunia ini memilikinya? Apakah lawan dari damai sejahtera? Tidak damai. Apa artinya tidak memiliki damai sejahtera? Kekhawatiran. Perhatikanlah seseorang. Mungkin dengan segera Anda akan tahu apakah dia orang yang mudah khawatir atau orang yang dipenuhi oleh damai sejahtera. Tak ada tempat bagi kekhawatiran jika hati ini dipenuhi oleh damai sejahtera.

Tahukah Anda bahwa penjualan obat penenang di Amerika Utara sangat tinggi jumlahnya? Banyak orang yang tidak dapat tidur tanpa menelan obat penenang. Terlalu banyak hal yang membuat mereka khawatir. Apakah Anda memiliki kehidupan yang penuh dengan kekhawatiran, atau Anda memiliki kehidupan yang penuh damai sejahtera? Anda lihat, hidup yang kekal itu sangatlah praktis. Bukan saja Anda sendiri tahu tetapi orang lain juga bisa melihatnya. Apakah Anda memiliki damai sejahtera yang seperti ini? Jika tidak, dan Anda masih dibebani dengan banyak kekhawatiran, di manakah hidup yang kekal milik Anda itu?

Yesus berkata bahwa dia memberi damai sejahteranya kepada Anda dan tak seorang pun yang bisa merampasnya. Yesus tidak akan meninggalkan kita dalam keadaan apa pun. Ia akan selalu bersama kita – inilah hidup yang kekal. Tentu saja, ini bukanlah jenis kedamaian sementara yang bisa dimiliki oleh setiap orang, tetapi jenis kedamaian yang tidak bisa dirampas oleh siapa pun, damai sejahtera yang selalu ada bersama Anda.

Ada juga kasih dan sukacita di dunia ini. Sebagai contoh, Anda pulang dari liburan ke luar negeri, dan Anda berada dalam keadaan yang gembira. Tak lama kemudian, seseorang mengatakan sesuatu yang tidak Anda sukai. Wajah Anda langsung muram dan kegembiraan Anda hilang. Saya tidak sedang berbicara tentang kegembiraan yang sesekali saja, yang bisa dimiliki oleh setiap orang. Yang saya bicarakan adalah tentang damai sejahtera dan sukacita yang tak dapat dirampas oleh orang lain – inilah hidup yang kekal. Apakah Anda memilikinya?

Dulu ada seorang penginjil yang terkenal bernama John Wesley. Dia mendirikan Gereja Methodist Wesley. Suatu hari, ketika dia sedang dalam pelayarannya dari Inggris ke Amerika, terjadi satu badai yang hebat di Samudera Atlantik, badai ini melontarkan kapal tersebut ke sana kemari, sehingga kapal itu terasa akan tenggelam. Wesley sangat ketakutan, sukacita dan damai sejahteranya musnah. Akan tetapi, ada sekelompok orang Kristen dari Jerman di atas kapal yang terlihat sangat tenang, benar-benar bebas dari kekhawatiran. Mereka menyanyikan lagu pujian dan berdoa bersama. Bukannya doa yang penuh ketakutan melainkan doa yang penuh sukacita. Tangan pemusiknya sama sekali tidak gemetar. Lalu Wesley datang untuk menanyai kumpulan orang-orang ini, “Apakah kalian tidak merasa takut?” jawaban mereka adalah, “Tak satupun dari kami yang ketakutan – baik yang dewasa maupun yang anak-anak.” Inilah damai sejahtera. Sekalipun Wesley sudah menjadi Kristen pada saat itu, dia tidak memiliki hidup yang kekal. Dia tidak memiliki damai sejahtera yang mampu bertahan dalam keadaan seperti itu seperti yang dimiliki oleh orang Kristen dari Jerman itu.

Jika seseorang menghabiskan hari-harinya dengan meratapi dirinya, mengkhawatirkan hal ini dan itu, maka dia tidak hidup menurut apa yang Alkitab maksudkan sebagai kehidupan. Dia berada dalam keadaan yang digambarkan oleh Kitab Suci sebagai kematian. Bagaimana mungkin seseorang yang berwajah muram sepanjang hari, dan dibebani oleh banyak kekhawatiran bisa memiliki sukacita dan damai sejahtera? Jelas sekali bahwa dia harus menyeret kakinya untuk melangkah di sepanjang hidupnya. Dia menggertakkan gigi dan merayap di jalan hidupnya. Ini jelas bukanlah hidup.

Saya pernah mengunjungi saudara-saudara seiman yang berada di dalam penjara. Hal yang paling tidak lazim adalah bahwa sekalipun mereka secara jasmani di penjara, mereka memiliki hidup yang kekal; mereka dipenuhi oleh hidup! Salah satu saudara kita ini sangatlah unik. Dia memiliki damai sejahtera dan keteguhan yang berasal dari luar dunia ini. Banyak orang di dalam penjara itu yang senang bercakap-cakap dengannya serta meminta nasehat darinya. Mereka semua berada dalam keadaan yang sama, akan tetapi karena dia mengenal Tuhan di dalam penjara, Tuhan memberinya hidup, hidup yang kekal. Dan ini adalah sesuatu yang sangat jelas terlihat oleh orang-orang di sekitarnya. Mereka akan mencari dia untuk meminta nasehat setiap kali mereka menghadapi masalah. Anda dapat bayangkan betapa sibuknya dia. Seseorang yang memiliki vitalitas seperti dia ini akan memiliki daya tarik. Orang ini sangat spesial dan orang-orang di sekitarnya tertarik kepadanya. Mereka mau tahu apa yang dimilikinya yang membuatnya spesial dan mereka juga ingin memiliki hidup yang semacam itu! Inilah hidup yang kekal! Jika seseorang tak pernah melihat hidup yang kekal, Anda bisa mengundangnya ke gereja di mana dia bisa melihat orang yang memilikinya.

Saya rasa, setiap orang seharusnya sudah jelas akan konsep hidup yang kekal sekarang ini. Mulai dari sekarang, seharusnya Anda sudah paham tentang apa itu hidup yang kekal, dan tidak lagi merasa bahwa hidup yang kekal adalah sesuatu yang tidak jelas.


APA ITU MAUT?

Baiklah, sekarang Anda telah mengetahui apa itu hidup yang kekal, tahukah Anda apa itu maut? Balikkan saja pengertian hidup yang kekal dan Anda akan mengetahui apa itu maut. Dalam sesi sebelumnya, kita berbicara tentang bagaimana seseorang menjadi budak dosa saat dia melakukan dosa. Tentu saja, terbelenggu oleh dosa, diperbudak oleh dosa bukanlah persoalan kecil. Mari kita lihat Roma 6:23,

“Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuan kita.”

Upah dosa ialah maut; tetapi apakah maut itu? Apakah maut berarti akhir dari keberadaan kita? Tak heran jika banyak orang yang tidak takut pada maut. Kemungkinan yang terburuk adalah, tidak memiliki keberadaan lagi! Tetapi tidak, ini bukanlah definisi maut yang alkitabiah. Definisi kita tentang hidup dan mati tidak berkaitan dengan masalah ada atau tidak ada. Mungkin Anda akan bertanya, “Lalu apa itu? Tidak ada atau tidak eksis sama artinya dengan sudah berakhir. Jika yang dimaksudkan tidak berhubungan dengan hal tidak ada atau tidak eksis, lalu apa yang menjadi makna sebenarnya dari maut itu?”

Mari kita lihat Efesus 2:1,

“Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.”

Apa itu artinya “mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa”? Secara logika, jika  seseorang tidak eksis lagi, maka dia tidak berbuat dosa, jadi bagaimana dia bisa mati karena pelanggaran dan dosa-dosa? Makna dari mati bukanlah tidak eksis melainkan menjalani hidup di dalam pelanggaran dan dosa! Lalu apa itu artinya hidup di dalam pelanggaran dan dosa? Apakah itu berarti tenggelam dalam kebejatan moral? Apakah makna yang konkrit dari kata mati ini?

Mati juga bisa dilihat, didengar dan dijamah. Sangat sederhana karena mati adalah lawan dari hidup. Tadi kita sudah berbicara tentang hidup dalam arti kualitas hidup. Makna mati juga berkaitan dengan kualitas yang berlawanan dengan yang ada di dalam hidup. Balik saja semua yang baru saja kita bahas tentang hidup dan Anda akan tahu apa itu mati! Apakah lawan dari kasih? Kebencian. Hidup di dalam kebencian dan permusuhan adalah mati! Orang semacam itu akan selalu tidak suka terhadap orang ini atau orang itu dan hidup menjadi sangat melelahkan! Apakah lawan dari sukacita? Kekhawatiran, kesedihan, kepahitan. Hidup dalam keadaan seperti itu sama saja dengan mati! Banyak sekali kepahitan yang muncul akibat membenci orang lain dan marah kepada mereka. Banyak ketidak-bahagiaan datang menyusul – ia hidup dalam kekhawatiran dan tidak memiliki damai sejahtera. Orang semacam ini tidak hanya kekurangan damai sejahtera di dalam hatinya, dia tidak akan menemukan perdamaian dalam berhubungan dengan orang lain juga. Sama seperti api yang tidak bisa berdampingan dengan air, dia akan selalu marah terhadap orang lain di sekitarnya. Suasana menyedihkan semacam ini adalah makna mati yang dimaksudkan oleh Alkitab.

Lebih jauh lagi, lawan dari sukacita adalah kehampaan. Ketika seseorang dipenuhi sukacita, dia tidak membutuhkan berbagai hiburan. Dia akan gembira mengerjakan apa saja. Sebaliknya, hanya mereka yang mengalami kehampaan di dalam batin yang membutuhkan berbagai macam hiburan. Jadi, apakah Anda sedang menjalani hidup yang kekal? Atau Anda menjalani hidup di dalam kematian?


SURGA DAN NERAKA

Terakhir, mari kita telaah ajaran firman Tuhan tentang surga dan neraka. Di manakah surga itu? Di atas langit? Tidak! Bagaimana saya bisa tahu bahwa di atas sana benar-benar ada surga jika surga hanya terdapat di atas langit? Apakah saya harus berkelana ke sana seperti para pemburu emas di zaman dulu? Mereka pergi ke Amerika dan Kanada untuk mencari emas dan setelah sampai baru mereka tahu betapa besarnya penderitaan yang menunggu mereka. Apa yang menantikan mereka di sana bukanlah gunung emas, melainkan kerja keras yang melumatkan tulang – membangun jalur rel kereta dan menggali bukit-bukit batu. Mereka baru tahu bahwa mereka telah ditipu setelah mereka sampai di sana.

Surga dan neraka dalam Alkitab bukanlah suatu tempat. Surga dan neraka bukanlah tempat yang bisa Anda datangi setelah Anda melewati berlapis-lapis langit, atau menuruni lapisan-lapisan di bumi. Mari kita lihat Efesus 2:6,

“dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga.”

Kita perlu tahu bahwa kedua kata kerja di dalam “mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu” dan “memberikan tempat bersama-sama dengan Dia” ditulis dalam bentuk lampau (past tense). Allah telah mengerjakan hal ini. Dia sudah membangkitkan kita bersama-sama dengan Yesus Kristus, membangkitkan kita dari kematian, dari maut masuk ke dalam hidup yang kekal, untuk diberikan tempat bersama dengan Allah di surga. Semua itu merupakan hal yang sudah terlaksana.

Jika Anda mengerti makna ‘surga’, maka Anda akan tahu bahwa kita sekarang ini sedang duduk bersama dengan Kristus di surga! Memiliki hidup yang kekal sama maknanya dengan diberikan tempat di surga. Memiliki hidup yang kekal sama artinya dengan surga. Itu sebabnya, surga di dalam Alkitab bukanlah tempat yang ingin kita tuju. Kami tidak tahu bagaimana orang bisa sampai pada ungkapan ‘pergi ke surga’ karena istilah tersebut tidak ada di dalam Kitab Suci. Kita tidak perlu pergi ke atas untuk mencapai surga yang dimaksudkan oleh Alkitab. Jika kita memilikinya – surga itu ada di dalam diri kita. Kitab Suci berbicara tentang hidup yang kekal dan memiliki hidup yang kekal itu berarti surga.

Karena surga bukanlah suatu tempat, lalu apakah surga itu? Surga adalah suatu keadaan. Ya, kita semua sedang eksis sekarang, akan tetapi dalam keadaan seperti apakah eksistensi Anda itu? Apakah dalam keadaan surga? Atau dalam keadaan neraka? Itu sebabnya, neraka juga bukan merupakan tempat. Kita tidak perlu turun sampai 18 tingkatan neraka untuk sampai di tempat di mana lidah kita dipotong, dan sebagainya – ini adalah konsep orang China tentang neraka. Surga di dalam Alkitab adalah keadaan diri Anda dan neraka juga demikian.

Tadi kita melihat bahwa iblis akan berada dalam keadaan di mana dia akan disiksa selama-lamanya. Itu adalah suatu keadaan, bukannya tempat. Lalu keadaan apakah itu? Surga adalah keadaan yang berisi kehidupan sedangkan neraka adalah keadaan yang berisi kematian. Akan tetapi, akan ada perbedaan tingkat dalam keadaan yang berisi kehidupan dan kematian itu. Sebagai contoh, kita memiliki hidup yang kekal dan kita memiliki kualitas kehidupan dari Yesus Kristus, akan tetapi kita ini berada dalam tingkatan yang jauh sekali dari kualitas kehidupan Yesus. Sekalipun jenis kualitasnya sama, akan tetapi tingkatannya berbeda. Kita memang memiliki hidup ini tetapi hidup ini masih harus bertumbuh dan akan terus dibangun, untuk menjadi semakin berkelimpahan sampai kita mencapai tingkatan terakhir, dan tingkatan terakhir itu adalah surga.

Anda mungkin belum banyak memiliki kasih dan sukacita saat ini akan tetapi jika Anda lipat-gandakan kasih dan sukacita ini sepuluh kali atau seratus kali – itulah surga. Ada sukacita besar di surga. Surga tidak seperti gambaran tentang pulau yang indah di Pasifik Selatan dengan banyak pepohonan kelapa, pantai yang indah – sangat memuaskan panca indera Anda. Tentu saja Anda akan bergembira menikmati liburan di tempat semacam itu selama seminggu, karena memang terasa seperti surga. Akan tetapi saya yakin bahwa Anda akan bosan jika Anda harus tinggal di sana selama beberapa bulan.

Memiliki sukacita atau tidak, tidak bergantung pada tempatnya melainkan pada keadaan Anda sendiri. Lipat-gandakanlah sedikit sukacita yang telah Tuhan berikan kepada Anda sampai seratus kali atau berapapun itu, dan itulah surga. Sebaliknya, lipat-gandakanlah kepedihan, kebencian, kecemburuan sampai seratus kali lipat – dan itulah neraka. Kehidupan tersedot keluar ketika seorang rekan mendapat promosi dan Anda merasa bahwa hal tersebut sangat tidak adil. Anda merasa bahwa bos Anda bersikap berat sebelah atau dia meremehkan Anda. Cemburu lahir di dalam hati dan jika Anda melipat-gandakannya sampai seratus kali, dan terus melakukannya – itulah neraka.

Jika kita masih belum merasakan surga atau neraka di dalam keberadaan kita sekarang ini, bagaimana kita bisa percaya bahwa surga itu begitu baik dan neraka itu adalah siksaan? Catatan alkitabiah tentang hal ini juga tidak akan berarti apa-apa bagi kita. Neraka bukanlah tempat pembakaran di mana orang-orang dipanggang seperti babi. Neraka adalah suatu keadaan.

Sebagai contoh, di dalam kehidupan Anda sekarang ini di dunia, Anda mungkin telah melalui kematian, dan kepedihan, atau Anda memiliki perselisihan dengan orang lain. Anda mungkin berada di tengah keluarga yang berantakan, dalam pernikahan yang berantakan – semua itu menimbulkan banyak kesengsaraan. Setiap hari, Anda bertemu dengan obyek atau sumber kesedihan Anda, dan Anda tidak bisa bebas dari semua luka di hati Anda. Lipat-gandakanlah perasaan semacam ini sampai lima puluh kali, atau seratus kali. Secara bertahap Anda akan sampai pada kebencian terhadap orang itu. Sekalipun orang itu berbuat sedikit hal saja, itu sudah menimbulkan luka hati yang besar bagi Anda. Pada bulan pertama, mungkin Anda baru sekadar tidak suka dengannya. Pada bulan kedua, Anda mulai membencinya. Pada bulan ketiga, Anda sudah ingin membunuhnya. Jika tingkat kebencian Anda meningkat terus, Anda akan mencapai tingkatan neraka.

Lukas 15:18 mengandung kata ‘surga’ di dalamnya – “Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa;” kata anak bungsu di dalam perumpamaan tentang anak yang hilang itu. “Aku telah berdosa terhadap surga”. Lalu kata ‘surga’ di sini mengacu kepada apa? Apakah artinya berdosa terhadap surga? Artinya adalah berdosa terhadap Allah! Di dalam Alkitab, surga adalah nama lain bagi Allah. Ada juga pembicaraan tentang kerajaan Surga, yang berarti kerajaan Allah. Sama seperti surga melambangkan Allah, kerajaan Surga juga melambangkan kerajaan Allah. Artinya, Allah adalah surga. Berada di tempat di mana Allah berada, berarti bersama dengan Allah, dan itu adalah surga.

Jika hidup yang Anda jalani sekarang ini benar-benar bersama dengan Allah, maka Anda berada di surga. Tentu saja, ada perbedaan tingkatan di dalam surga ini, sekalipun Anda bersama dengan Allah, kedalaman hubungan itu mungkin saja berbeda. Akan tetapi, Anda dapat berkata bahwa Anda telah menikmati rasa awal dari surga, sedangkan rasa tertingginya masih harus terus dibangun. Dengan demikian, ada suatu proses yang terlibat di sini, entah itu menuju ke surga atau ke neraka. Pertama, Anda menikmati sedikit rasa surga, atau neraka. Dan kembangkan sampai ke ujung tertinggi dari salah satu keadaan itu, dan itulah surga atau neraka.

1 Yohanes pasal 4 berkata bahwa barangsiapa hidup di dalam kasih berarti hidup di dalam Allah, dan hidup di dalam Allah berarti hidup di surga. Pernyataan ini berbicara tentang keadaan dari kehidupan yang dijalani seseorang. Kembangkanlah sukacita sampai ke tingkat maksimalnya, dan itulah surga. Demikian pula halnya, kembangkanlah kepedihan sampai ke tingkat maksimalnya, dan itulah neraka. Ketika seseorang mencapai titik ekstrim dari kepedihan, maka dia tidak akan mau hidup lagi. Setiap hari, ada begitu banyak orang yang ingin mati dan yang ingin bunuh diri. Itu sebabnya mengapa kepedihan itu seiring dengan kematian.

Tetapi, mengapa harus menambahi kepedihan? Jika Anda tidak mengambil kesempatan yang ada sekarang ini untuk mengubah sikap Anda dan malah menunggu sampai kepedihan itu menjadi permanen, maka Anda akan sampai kepada titik ujungnya. Berbagai penyesalan, kepedihan dan keputus-asaan akan berkembang sedemikian besarnya, melampaui kemampuan Anda untuk membayangkannya. Itulah neraka! Itu sebabnya, kita perlu berubah selagi masih ada kesempatan untuk melakukannya – yaitu dengan kasih karunia Allah mengubah kepedihan menjadi tawa ria, mengubah kutuk menjadi berkat, mengubah perselisihan dengan keselarasan. Harap jangan menunggu sampai perubahan itu menjadi mustahil dan akan sangat terlambat untuk menyesal!

Semoga setiap orang bisa memahami secara jelas akan kedua poin ini. Perhatikanlah kemana arah hidup Anda – ada yang mengarah kepada kehidupan, ada yang mengarah kepada kematian. Hasil akhir dari kedua arah tujuan itu adalah surga atau neraka. Dengan demikian, yang disebut sebagai tempat penyucian (purgatory) itu tidak ada. Hidup itu seperti ini – jika baik, maka akan menjadi semakin baik; jika jahat, maka akan menjadi semakin jahat. Hidup bukanlah sesuatu yang bersifat tetap.

Sebagian orang dewasa dan tua memiliki sifat yang sangat buruk. Mereka egois dan keras kepala. Kondisi ini akan meningkat dalam hal kekerasannya seiring dengan peningkatan usia karena hal ini bersifat akumulatif (bertambah terus). Mungkin kita sekarang ini masih muda dan masih belum mengalami hal ini sepenuhnya.

Di sisi lain, jika kita terus membangun hidup, maka kita membangun ke arah surga. Itu sebabnya, kedua hal itu memiliki arah tujuannya masing-masing. Tak ada keadaan di tengah-tengah di mana seseorang bisa diam tetap. Kebencian yang Anda miliki terhadap seseorang akan meningkat jika Anda berhubungan dengannya setiap hari, kecuali jika Anda berniat untuk tidak pernah bertemu lagi dengannya. Hanya dengan cara itu kebencian bisa berkurang. Itu sebabnya, bagi kebanyakan orang, keluarga dan hubungan rumah tangga sama buruknya dengan neraka.


RINGKASAN

Pesan-pesan dalam seri ini akhirnya membawa kita kepada fokus yang semakin tajam. Pertama, kita berbicara tentang tujuan Allah menciptakan manusia, dan bahwa Dia ingin bersahabat dengan manusia. Akan tetapi manusia tidak mau bekerjasama dalam tujuan ini dan malah meninggalkan Allah. Alasan di balik itu adalah dosa. Dosa membawa belenggu dan tidak ada kemerdekaan jika seseorang menjadi budak dosa. Kemudian, dalam pesan yang keempat ini – dosa membawa kepada keadaan mati, yang akan terus berkembang mengarah ke neraka, dan berakhir di sana.

Lalu bagaimana dengan Allah sendiri? Dia telah menciptakan manusia dengan harapan untuk bersahabat dengan manusia. Namun, orang-orang meninggalkan-Nya dan secara berangsur-angsur menuju kematian, dan bahkan neraka. Akankah Allah menyerah? Apakah yang telah Dia perbuat untuk menghadapi hal ini? Ini akan menjadi topik selanjutnya. Sejauh ini, yang kita bicarakan adalah keadaan manusia, selanjutnya nanti kita akan melihat sisi Allah. Akankah Dia membiarkan manusia mati secara perlahan? Mengapa Allah mengutus Yesus? Mengapa Yesus harus mati? Mengapa Mesias harus dibunuh di kayu salib? Ini bukanlah pertanyaan yang sederhana. Kita akan membahasnya nanti. Kita akhiri pembahasan ini sampai di sini.

Berikan Komentar Anda: