Ev. Xin Lan | Yakub (4) |

Tokoh Alkitab yang akan kita lanjutkan untuk pelajari hari ini adalah Yakub. Kita sampai pada bagian yang terakhir.

Pada tiga pembahasan yang lalu kita melihat kehidupan awal Yakub yang agak kedagingan. Dia berhasil mendapatkan hak kesulungan dari kakaknya, Esau dengan cara yang tidak terpuji. Kemudian dia menyamar sebagai Esau dan mencurangi berkat anak sulung dari ayahnya. Walaupun berhasil, dia harus membayar harga yang mahal untuk tindakannya. Yakub terpaksa melarikan diri dan berakhir sebagai korban tipu muslihat pamannya, Laban, dan harus bekerja keras selama 20 tahun untuk Laban. Allah menggunakan fasa kehidupan ini untuk mendisiplin dan melatih Yakub dengan keras agar Yakub berubah. Akhirnya Yakub kembali ke Kanaan dengan membawa banyak harta benda. Dalami perjalanan ini, Allah menyatakan diri lagi kepadanya. Yakub bergulat dengan Allah dan dia tidak mau melepaskan Allah sebelum Allah memberkatinya. Allah memberi Yakub nama yang baru yang menandakan suatu permulaan hidup yang baru. Setelah itu, Yakub tidak lagi seperti Yakub yang semula yang kedagingan, yang penuh tipu muslihat. Hidupnya benar-benar berubah, jadi Allah memberkatinya.

Kenapa Allah mengubah Yakub? Allah tidak akan memaksa kita untuk berubah. Yakub mengalami titik balik yang sangat penting. Dia menaikkan sebuah doa kepada Allah dalam perjalanannya ke Kanaan. Allah menyatakan diri kepadanya di Betel yang membuat Yakub ketakutan. Pada waktu itu Yakub tidak mengenal Allah. Sekalipun kakek dan ayahnya dikenal sebagai orang-orang beriman dan Yakub dibesarkan dalam keluarga orang beriman, Yakub masih belum mengenal Allah. Mengenal Allah bukanlah melalui pengetahuan. Pengenalan dengan Allah adalah lewat pengalaman dan komunikasi dengan-Nya, dan lewat proses itu membangun sebuah hubungan yang hidup.

Yakub tahu ia tidak mengenal Allah, ia memohon kepada Allah. Atau dapat kita katakan bahwa dia berdoa dan menyampaikan sebuah tantangan kepada Allah. Yakub menantang Allah dengan berkata, “Jika aku mengalami perlindungan-Mu, Engkau akan menjadi Allahku”.

Allah menerima tantangan ini, Dia menolong Yakub di sepanjang perjalanannya, mengizinkannya untuk mengalami Allah. Karena Yakub berinisiatif, dia akhirnya dapat mengalami Allah, mengalami perubahan dari Allah dan diberkati oleh-Nya. Yakub ingin mengenal Allah Yahweh dan dia mempersembahkan doanya kepada Allah di Betel. Setelah Yakub mengenal Allah, dia mempersembahkan seluruh hidupnya kepada Allah dan dengan iman mengikuti pimpinan Allah.


Hidup Yang Singkat dan Penuh Kesusahan

Inilah yang kita pelajari dari tiga bagian yang terdahulu. Hari ini mari kita melanjutkan untuk mempelajari tentang Yakub. Tidak diragukan lagi Yakub adalah orang yang penting di dalam Alkitab. Hampir setengah dari Kejadian berbicara tentang Yakub. Suku Israel berasal dari dia. Namun, berbanding dengan hidup kakek dan ayahnya, Abraham dan Ishak, yang hidup damai dan stabil, kehidupan Yakub penuh dengan gejolak dan penderitaan. Di Kejadian 47, ketika Yakub bertemu Firaun Mesir, Firaun bertanya berapa umurnya? Yakub menjawab,

“Hidupku sebagai pengembara telah 130 tahun. Tahun-tahun hidupku singkat dan penuh dengan kesusahan, lebih singkat daripada tahun-tahun pengembaraan nenek moyangku.”

Pada usia tuanya, Yakub menyimpulkan bahwa hidupnya singkat dan penuh dengan kesusahan.

 Di pesan-pesan yang lalu, kita menyebutkan bahwa hidup Yakub dapat dibagi menjadi tiga tahap: tahap pertama adalah tahun-tahun awal di Kanaan. Tahap kedua, dia bekerja sebagai buruh di rumah pamannya, Laban. Tahap ketiga adalah kembalinya Yakub ke Kanaan. Di bagian akhir dari tahap pertama, Yakub yang muda harus meninggalkan kampung halaman dan kedua orang tuanya, hal yang membuatnya sangat menderita. Ketika Ishak ditinggal mati oleh ibunya, Ishak merasa sangat sedih. Alkitab berkata dia baru terhibur setelah menikahi Ribka. Pada saat itu, Ishak sudah berumur 40 Tahun. Maka ketika Yakub muda meninggalkan Ribka, ibunya yang sangat menyayanginya, hal ini pasti juga sangat menyakitkan baginya.

Pada tahap kedua, Yakub ditipu oleh pamannya, dan selama 20 tahun dia harus bekerja keras dan mengalami banyak penderitaan. Akhirnya Allah menyelamatkan Yakub dan dia dengan selamat dan aman dapat meninggalkan Laban. Mungkin kita pikir pada awal kehidupan di tahap yang ketiga ini, kehidupannya yang pahit sudah berakhir dan akan ada permulaan yang manis. Namun, kenyataannya tidak demikian. Malah, apa yang terjadi adalah Yakub harus mengalami lebih banyak lagi penderitaan.

Pertama ia harus menghadapi kakaknya Esau. Pada awalnya, karena hendak menghindari Esau yang hendak membunuhnya, Yakub melarikan diri ke rumah Laban, pamannya. Setelah 20 tahun, Allah masih ingin dia berhadapan dengan Esau. Di sepanjang perjalanan pulang Yakub sangat ketakutan. Yang dia khawatirkan bukan hanya apakah dia akan dibunuh tetapi, apakah keluarganya juga akan menjadi korban amarah Esau. Apa yang harus dia lakukan?

Setelah dia dengan selamat bertemu dengan Esau, dan dia bisa bernapas lega, tetapi anak perempuannya Dina menjadi korban pemerkosaan di kota Sikhem. Untuk membalas kejahatan ini, dua anak lelakinya, membunuh semua pria di kota Sikhem dan menjarah harta milik penduduk kota itu. Yakub berduka untuk anak perempuannya, dan pada waktu yang bersamaan juga ketakutan memikirkan akibat dari tindakan putra-putranya. Mereka adalah perantau ke negeri orang. Penduduk setempat yang lainnya dapat saja menghabisi mereka. Akibat dari tindakan dua putranya, Yakub dan seluruh keluarganya harus melarikan diri.

Dalam perjalanan mereka melarikan diri ke Betel, Rahel mati saat melahirkan. Rahel adalah istri yang sangat dicintai Yakub. Demi Rahel, Yakub bekerja keras selama 14 tahun untuk pamannya, Laban. Tidak diragukan lagi kematian Rahel membuat Yakub sangat berdukacita.

Kesedihan mungkin belum terobati dan Yakub dihantam sekali lagi dengan berita duka. Dia kehilangan Yusuf, anak kesayangannya. Yakub menyayangi Yusuf lebih daripada yang lain karena Yusuf lahir ketika dia sudah tua dan merupakan anak sulung dari Rahel. Anak-anak yang lain pergi menggembalakan kawanan kambing domba, menggunakan pakaian gembala yang biasa. Namun, Yakub membuat pakaian yang berwarna-warni untuk Yusuf, pakaian yang dipakai oleh mereka yang berstatus tinggi di dalam masyarakat. Yusuf juga tidak perlu bekerja keras dan dimanjakan oleh Yakub. Tentu saja, hal ini membuat saudara-saudara yang lain menjadi iri hati yang akhirnya membuahkan kebencian. Saat saudaranya mempunyai kesempatan, mereka memperlakukannya dengan buruk dan menjualnya sebagai budak. Yusuf lalu dijual ke Mesir sebagai budak. Untuk menutupi kejahatan mereka, anak-anak Yakub menipu Yakub dengan mengatakan bahwa Yusuf telah mati dimakan oleh binatang buas.

Dapatkah kita membayangkan betapa besar pukulan ini untuk Yakub saat mengetahui anak kesayangannya mati pada saat dia semakin menua. Saya pikir jika dia bukanlah seorang yang takut akan Allah, yang bersandar pada Allah, mungkin dia tidak dapat bertahan.

Melihat pada kehidupan Yakub yang penuh dengan kesusahan, kita tidak bisa tidak bertanya, kenapa Allah mengizinkan Yakub mengalami begitu banyak penderitaan?


Kenapa Yakub Mengalami Begitu banyak Penderitaan?

Saat kita dengan cermat mengamatinya, kita akan menyadari bahwa hampir semua penderitaan adalah konsekuensi dari dosa yang Yakub lakukan sendiri. Apa yang memicu Yakub harus melarikan diri ke rumah Laban, ditipu dan harus bekerja untuknya selama 20 tahun? Ini jelas-jelas merupakan akibat dari apa yang dia lakukan ke atas Esau. Alkitab berkata, “Orang yang membunuh akan dibunuh, yang menipu akan ditipu”. Ini adalah prinsip Alkitab. Yakub membayar mahal untuk perbuatannya.

Allah itu kudus, jika Yakub tidak membereskan dosanya, Allah tidak akan memberkati Yakub. Ketika Yakub meninggalkan Laban untuk kembali ke rumahnya, hal pertama yang harus dia lakukan adalah menghadapi Esau dan meminta maaf kepadanya. Anda mungkin berkata, “Bukankah cukup bagi Yakub untuk mengakui dosanya kepada Allah? Apalagi dia telah membayar harganya selamanya 20 tahun. Kenapa dia masih harus meminta maaf kepada Esau? Di Matius 5:23-24:

“Karena itu, jika kamu mempersembahkan persembahanmu di atas altar, dan di sana kamu teringat bahwa saudaramu mempunyai sesuatu terhadapmu, tinggalkanlah persembahanmu itu di depan altar dan pergilah untuk terlebih dahulu didamaikan dengan saudaramu, setelah itu kembalilah dan persembahkan persembahanmu.”.              

Di sini Yesus berkata, jika kita ingin memberikan persembahan kepada Allah, tetapi kita teringat bahwa saudara punya masalah dengan kita, kita harus terlebih dahulu berdamai dengannya sebelum datang kepada Allah. Itu berarti jika kita tidak berdamai, Allah tidak akan menerima persembahan kita. Allah kita adalah Allah yang kudus, maka Yakub harus berdamai dengan kakaknya Esau. Barulah Allah akan memberkati Yakub dan memenuhi janji-Nya. Yakub melakukannya dan dia bersikeras ingin memberikan pemberian yang berlimpah-limpah kepada Esau dan tersungkur ke tanah berulang-ulang kali untuk menunjukkan permohonan maafnya. Demikianlah Yakub sepenuhnya berurusan dengan dosa yang dia lakukan pada usia mudanya dan hanya setelah itu dia memulai kehidupan yang baru.

Peristiwa putrinya, Dina diperkosa, sebenarnya juga merupakan kesalahan Yakub. Pada waktu itu Yakub mendirikan tenda di Sikhem. Dina pergi untuk mengunjungi gadis-gadis di negeri itu. Ketika Sikhem, anak Hemor raja negeri itu melihat dia, maka dia membawa dia pergi dan memperkosanya.

Kemudian Hemor, ayah dan anak menyarankan kepada Yakub agar menikahkan Dina dengan putranya, dengan berkata, “Biarlah kita ambil mengambil, tinggallah di sini, jalanilah negeri ini dengan bebas dan menetaplah di sini.”

Anak-anak Yakub sangat marah, maka mereka berbicara dengan tipu muslihat, “Kami tidak dapat berbuat demikian, memberikan adik kami kepada seorang laki-laki yang tidak bersunat, sebab hal itu aib bagi kami. Hanyalah dengan syarat ini kami dapat menyetujui permintaanmu: kamu harus sama seperti kami, yaitu setiap laki-laki di antara kamu harus disunat, barulah kami akan memberikan gadis-gadis kami kepada kamu dan mengambil gadis-gadis kamu; maka kami akan tinggal padamu, dan kita akan menjadi satu bangsa.

Hemor dan anaknya sangat senang dengan perkataan mereka. Mereka menyetujui usul itu. Karena mereka tuan dari negeri itu, terhormat dan seluruh penduduk kota mendengarkan mereka, maka setiap laki-laki pun memberikan diri untuk disunat.

Pada hari ketiga, ketika mereka semua sedang menderita kesakitan, datanglah dua orang anak Yakub, Simeon dan Lewi, kakak-kakak Dina. Mereka mengambil pedang lalu menyerang kota Sikhem secara mendadak dan membunuh setiap laki-laki. Mereka membakar kota itu dan menjarah semua harta benda dan juga orang-orangnya.

Kenapa Alkitab mencatat peristiwa ini? Sebagian orang mungkin bertanya, “Kenapa Allah tidak melindungi mereka?” Sebelumnya Allah melindungi Yakub. Lalu, kenapa nampaknya Allah tidak menjaga Yakub lagi?

Ketika kita melihat catatan ini dengan teliti, dapat kita katakan bahwa pada waktu itu Yakub telah menjauh dari perlindungan Allah. Mengapa saya katakan begitu? Ini terjadi setelah Yakub bertemu Esau. Dosa masa lalu sudah dibereskan dan dia perlahan-lahan pindah ke kota Sikhem. Sangat jelas, Yakub ingin tinggal di Sikhem karena ia telah membeli tanah dan mendirikan tendanya di sana. Di situ dia membangun sebuah mezbah untuk Allah. Dapat kita lihat, sebelum Dina diperkosa, keluarga Yakub sudah tinggal di Sikhem untuk beberapa waktu.   

Yakub melupakan satu hal. Ketika dia melarikan diri dari saudaranya, saat dia melewati Betel, Allah berbicara kepada dia. Yakub mendirikan tugu batu dan berdoa kepada Allah,

“Jika Allah menyertaiku, dan melindungi aku dalam perjalanan ini, dan jika Ia memberi roti untuk dimakan dan pakaian untuk dikenakan, sehingga aku dapat kembali dengan selamat ke rumah ayahku, maka YAHWEH akan menjadi Allahku. Dan, batu yang telah kudirikan ini akan menjadi rumah Allah.”

Namun, ketika Allah sudah melindungi Yakub untuk kembali dan bertemu Esau dengan damai, nampaknya Yakub lupa akan janjinya kepada Allah, dan ia membuat sebuah mezbah di Sikhem. Karena dia suka Sikhem dan ingin menetap di sana.

Kenapa dia memilih Sikhem? Mungkin kehidupan orang di situ makmur, banyak orang berdatangan berkumpul dan membentuk sebuah kota yang nyaman. Secara keseluruhan tempat ini menarik bagi Yakub. Namun, ini bukanlah tempat di mana Yakub berjanji untuk membangun sebuah mezbah. Hal ini tidak menyenangkan Allah. Maka pada waktu itu, Yakub menjauh dari perlindungan Allah. Dia tinggal di kota yang adalah milik orang bukan Yahudi sesuai keinginan sendiri. Pada waktu itu, perzinahan merupakan hal yang biasa bagi orang Kanaan. Yakub memilih untuk tinggal di situ dan mengekpos anaknya pada lingkungan yang cabul itu.

Anak-anak Yakub membunuh semua laki-laki di Sikhem dan merampas semua harta milik kota itu, orang-orangnya dan juga kawanan ternak mereka. Namun, orang-orang yang tinggal di sekeliling mereka adalah orang Kanaan. Mereka bisa saja menyerang keluarga Yakub. Karena itu, Yakub sangat khawatir dan berkata kepada anak-anaknya, “Kamu telah mencelakakan aku dengan membusukkan namaku kepada penduduk negeri ini, kepada orang Kanaan dan orang Feris, padahal kita ini hanya sedikit jumlahnya; apabila mereka bersekutu melawan kita, tentulah mereka akan memukul kita kalah, dan kita akan dipunahkan, aku beserta seisi rumahku.”

Pada situasi yang berbahaya ini, Allah berkata kepada Yakub,

“Bangunlah, menetaplah di Betel. Bangunlah sebuah altar bagi Allah yang pernah menampakkan diri kepadamu ketika engkau melarikan diri dari saudaramu, Esau.”

Di sini Allah mengingatkan Yakub, lupakan kamu akan doamu? Pergilah ke Betel dan bangunlah sebuah mezbah bagi-Ku. Penuhilah nazar yang engkau buat kepada Allah.

Sadarlah Yakub pada saat itu. Dia tahu dia sudah salah dan tidak memenuhi sumpahnya kepada Allah. Dia memberitahu keluarganya,  

“Singkirkan semua dewa asing yang ada pada kalian. Sucikan diri kalian dan pakailah pakaian yang bersih. Kita akan meninggalkan tempat ini dan pergi ke Betel. Di sana, aku akan membangun sebuah altar untuk Allah yang selalu menolongku pada masa kesulitan dan yang menyertai aku ke mana pun aku pergi.”

Kemudian Allah melindungi Yakub lagi. Catatan di Alkitab ini sangat khusus berkata,

“Orang-orang yang tinggal di kota-kota sekitar hendak mengejar dan membunuh rombongan Yakub. Namun, Allah memenuhi orang-orang itu dengan rasa takut yang besar sehingga mereka tidak mengejar Yakub.”

Pada awalnya, Yakublah yang takut pada orang-orang di sekitarnya karena jumlah musuhnya melebihi jumlah orang-orang Yakub. Namun, Allah bekerja dan membuat mereka takut pada keluarga Yakub.

Peristiwa ini memberi kita penghiburan. Kita biasanya takut melakukan banyak hal dan tidak berani melakukannya sesuai kehendak Allah melainkan dengan cara kita. Namun, jika kita mengerjakannya dengan iman sesuai kehendak Allah, Allah akan bekerja. Seluruh keadaan. akan diubahkan. Sama seperti Yakub. Semua orang yang seharusnya Yakub takuti berbalik takut pada mereka. Hasilnya seluruh keluarga Yakub tiba di Betel dengan selamat.


Dampak panjang dari Dosa

Maka kita katakan bahwa alasan keluarga Yakub menderita adalah karena dia melakukan dosa dan hal yang salah. Bahkan ketika Yakub tua, ia banyak menderita karena anak-anaknya menipu dia. Anak-anaknya sendirilah yang menjual Yusuf lalu mereka menipu dan berbohong kepadanya. Mungkin anda berkata, tidakkah Allah sudah menghukum Yakub? Bukankah Allah telah mengampuni dan memberkatinya? Kenapa dia harus menderita akibat dosa? Benar, Allah telah mengampuni Yakub. Namun, dosa memang seperti itu. Dosa mempunyai semacam konsekuensi yang harus kita tanggung. Bukan karena Allah ingin menghukum dia, tetapi karena dosa mempunyai dampak jangka panjang.

Sampai di sini, saya berharap kita mempunyai pemahaman yang mendalam akan dosa. Alkitab mengajarkan kita agar menjauhkan diri dari dosa. Namun, pikiran kita sebaliknya. Di pandangan kita, bukankah itu dosa yang kecil? Tidak melukai orang lain? Akan baik-baik saja jika aku mau menerima hukuman? Kita tidak melihat dampak panjang dari dosa. Konsekuensi dosa dapat mengikuti kita seumur hidup.

Namun, betapa berharganya pesan Alkitab: kita adalah orang berdosa, melakukan banyak dosa dan karena itu, kita seharusnya dihukum dan menderita. Akan tetapi, Allah tidak membiarkan kita menderita tanpa tujuan. Jika kita dapat mengandalkan Allah, penderitaan ini akan menjadi obat yang paling baik untuk mengubah kita.


Penderitaan Membawa pada Pertumbuhan

Yakub menderita di sepanjang hidupnya, tetapi Allah memakai penderitaan ini untuk mengubah dia sepenuhnya. Dia berubah dari seorang yang egois dan kedagingan menjadi seorang yang rohani dan yang peduli akan kehendak Allah. Yakub yang lama hanya dapat melihat apa yang ada di depannya. Dia berpikir hanya anak sulung yang dapat mewarisi harta milik ayahnya dan juga berkat Allah, maka ia ingin mendapatkannya dengan menghalalkan secara cara. Di Betel dia berdoa kepada Allah, memohon agar Allah menyediakan baginya makanan, pakaian dan damai, maka dia akan mengakui YHWH sebgai Allah. Namun, Yakub yang setelah itu, sama seperti kakek dan juga ayahnya, Yakub juga tergolong orang beriman. Mari kita membuka di Ibrani 11:9-10

Oleh iman, ia pergi dan tinggal di tanah yang dijanjikan seperti tinggal di tanah asing, yaitu di dalam kemah bersama Ishak dan Yakub; para pewaris dari janji yang sama, sebab Abraham sedang menantikan sebuah kota yang mempunyai fondasi, yang perancang dan pembangunnya adalah Allah.

Sekalipun di sini berbicara tentang Abraham, tetapi juga disebut tentang Yakub. Yakub yang kemudian pun ingin mendapat janji Allah dengan iman. Dia menjalani hidup yang mengembara dan merantau. Mari kita baca Ibrani 11:21

Oleh iman, Yakub, menjelang kematiannya, memberkati anak-anak Yusuf. Ia menyembah kepada Allah dengan bersandar pada kepala tongkatnya.

Yakub pada waktu itu berada di Mesir. Allah berjanji untuk memberikan tanah kepada mereka melalui Abraham kepada Ishak dan Yakub. Namun, hal itu masih belum digenapi. Yakub menyerahkan janji itu kepada anaknya dengan iman. Yakub yang berusia tua ini, bukan lagi Yakub yang lama yang hanya melihat apa yang ada di depan mata.

Mari kita membaca Kejadian 49. Di sini tercatat, pada saat Yakub akan meninggal dunia, dia meminta ke 12 anaknya datang dan ia bernubuat bagi mereka. Nubuat yang dibuat oleh Yakub semuanya telah tergenapi pada 12 suku Israel.

Yakub memberikan hak anak sulung ke Yusuf. Yusuf memperoleh dua bagian dari harta miliknya.  Berikutnya dari 12 suku Israel, Yusuf mendapatkan dua suku, yakni Efraim dan Manasye.

Ruben kehilangan hak anak sulung. Dia tidak dapat mewarisi dua bagian dari harta milik ayahnya karena ia mencemari ranjang ayahnya dengan meniduri Bilha, gundik ayahnya. Sekali pun Yakub tidak menghukum dia, Allah itu adil dan Allah akan menghakimi.

Kita tahu suku Lewi menjadi imam-imam Yahweh di kemudian hari. Mereka tidak punya harta milik apa pun. Mereka memang terpencar di antara orang Israel.

Dan untuk Yehuda, yakni tongkat kekuasaan dan penegak hukum mewakili otoritas seorang raja. Kemudian raja Israel memang berasal dari suku Yehuda. Mulai dari Daud diteruskan sampai kepada akhir dari kerajaan. Dan Mesias kita, Yesus juga berasal dari suku Yehuda.

Ketika Abraham, kakek Yakub dan Ishak, ayahnya meninggal, mereka tidak bernubuat seperti itu. Sangat jelas Yakub sudah berbeda dari Yakub yang muda dulu. Dia dapat mengerti kehendak Allah dan Allah memakai Yakub untuk bernubuat tentang masa depan dari 12 suku Israel.


K
esimpulan

Tak diragukan, Yakub adalah seorang yang sangat penting di dalam Alkitab. Hampir setengah dari kitab Kejadian membicarakan Yakub. Kedua belas suku Israel berasal dari dia. Namun, Yakub berbeda dari kakek dan ayahnya Abraham dan Ishak yang hidupnya relatif aman dan stabil. Hidup Yakub banyak turun naiknya dan penuh dengan kesusahan. Yakub muda harus melarikan diri dari kampung halamannya karena ia telah menipu Esau. Hari-hari saat dia bekerja di rumah Laban pamannya dia juga ditipu dari waktu ke waktu dan bersusah payah bekerja selama 20 tahun. Setelah kembali ke Kanaan, Dina anak perempuannya diperkosa. Yakub kehilangan istri tercintanya, Rahel dan Yusuf anak kesayangannya juga menjadi korban kejahatan anak-anaknya yang lain. Kehidupan Yakub benar-benar menderita. Dia sendiri berkata, “tahun-tahun hidupku itu sedikit saja dan buruk adanya.”

Kenapa demikian? Di satu sisi ia melakukan dosa dan ia harus menanggung konsekuensi dosa. Alkitab berkata, “yang membunuh akan dibunuh, yang menipu akan ditipu.” Namun, di sisi lain, Allah memakai penderitaan untuk melatih dan mengubah Yakub sepenuhnya. Dia berubah dari orang yang mementingkan diri sendiri, yang hanya peduli pada hal-hal jasmani, menjadi seorang yang rohani yang peduli pada kehendak Allah. Ketika Yakub tua, dia benar-benar berbeda. Alkitab menyebutnya sebagai seorang yang beriman. Dengan iman dia bernubuat dan memberkati anak-anaknya.

Jadi, dapat dikatakan bahwa seluruh hidup Abraham dan Ishak, mereka tidak membuat pelanggaran besar, contoh mereka sepertinya terlalu tinggi untuk kita ikuti. Namun, kita terhibur melihat pada contoh Yakub. Kita yang adalah orang-orang berdosa yang sebelumnya tidak mengenal Allah, yang sangat egois dan dikuasai daging, tetapi, sekiranya kita memohon kepada Allah dan menaati Dia, Allah akan menerima kita, mengubah kita dan memberikan kita penghargaan untuk menjadi anak-Nya laki-laki dan anak-Nya perempuan serta memperoleh janji-janji-Nya, sama seperti Yakub.      

 

                              

Berikan Komentar Anda: