Ev. Xin Lan | Yakub (3) |

Kita akan melanjutkan untuk melihat pada karakter Yakub. Kita sampai pada bagian yang ketiga.

Pada dua bagian yang lalu, kita telah melihat bahwa Yakub merupakan seorang yang secara relatif kedagingan pada awal kehidupannya. Demi keuntungan dia menggunakan cara yang licik untuk menipu hak kesulungan milik Esau, kakaknya. Dia menyamar sebagai Esau dan menipu ayahnya untuk memberkati dia sebagai anak sulung. Hal ini tidak menyenangkan Allah. Dia membayar mahal untuk dosanya. Ia ditipu oleh pamannya sendiri dan bekerja selama 20 tahun untuk Laban. Allah memakai hal ini untuk mendisiplin, mendidik dan mengubahnya. Kemudian Allah berbelas kasihan kepada Yakub dan mengizinkannya kembali ke Kanaan dengan membawa banyak harta benda. Dalam perjalanan itu, Allah menyatakan diri kepada Yakub. Dalam peristiwa itu, Yakub memegang Allah dengan erat, bergulat dengan Allah dan tidak mengizinkan Allah pergi sebelum Allah memberkatinya. Allah memberikan nama yang baru kepada Yakub, yang menandakan permulaan hidup yang baru. Yakub tidak lagi seperti Yakub yang semula yang kedagingan dan penuh dengan kelicikan. Seluruh hidupnya berubah setelah itu, dan karena itu Allah memberkati dia.


Yakub
Mencari Allah saat Terpuruk

Baiklah, mari kita melanjutkan untuk mempelajari Yakub. Kenapa Allah mengubah Yakub? Apakah semua orang dapat mengalami perubahan dari Allah? Mari kita membuka Kejadian 28:10-22:

Maka Yakub berangkat dari Bersyeba dan pergi ke Haran. Ia sampai di suatu tempat, dan bermalam di situ, karena matahari telah terbenam. Ia mengambil sebuah batu yang terletak di tempat itu dan dipakainya sebagai alas kepala, lalu membaringkan dirinya di tempat itu. Maka bermimpilah ia, di bumi ada didirikan sebuah tangga yang ujungnya sampai di langit, dan tampaklah malaikat-malaikat Allah turun naik di tangga itu. Berdirilah YAHWEH di sampingnya dan berfirman: “Akulah YAHWEH, Allah Abraham, nenekmu, dan Allah Ishak; tanah tempat engkau berbaring ini akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu. Keturunanmu akan menjadi seperti debu tanah banyaknya, dan engkau akan mengembang ke sebelah timur, barat, utara dan selatan, dan olehmu serta keturunanmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat. Sesungguhnya Aku menyertai engkau dan Aku akan melindungi engkau, ke manapun engkau pergi, dan Aku akan membawa engkau kembali ke negeri ini, sebab Aku tidak akan meninggalkan engkau, melainkan tetap melakukan apa yang Kujanjikan kepadamu.” Ketika Yakub bangun dari tidurnya, berkatalah ia: “Sesungguhnya YAHWEH ada di tempat ini, dan aku tidak mengetahuinya.” Ia takut dan berkata: “Alangkah dahsyatnya tempat ini. Ini tidak lain dari rumah Allah, ini pintu gerbang sorga.” Keesokan harinya pagi-pagi Yakub mengambil batu yang dipakainya sebagai alas kepala dan mendirikan itu menjadi tugu dan menuang minyak ke atasnya. Ia menamai tempat itu Betel; dahulu nama kota itu Lus. Lalu bernazarlah Yakub: “Jika Allah akan menyertai dan akan melindungi aku di jalan yang kutempuh ini, memberikan kepadaku roti untuk dimakan dan pakaian untuk dipakai, sehingga aku selamat kembali ke rumah ayahku, maka YAHWEH akan menjadi Allahku. Dan batu yang kudirikan sebagai tugu ini akan menjadi rumah Allah. Dari segala sesuatu yang Engkau berikan kepadaku akan selalu kupersembahkan sepersepuluh kepada-Mu.”                      

Catatan ini adalah pada saat Yakub meninggalkan orang tuanya dalam perjalanan menuju rumah pamannya, Laban. Ketika dia tertidur di tempat terbuka di Betel, dia bermimpi tentang Allah. Hal yang mengherankan adalah saat dia bangun, perkataan pertama yang diucapkannya adalah: “Sesungguhnya Yahweh ada di tempat ini.” Lalu ia menjadi takut dan berkata: Alangkah dahsyatnya tempat ini. Ini tidak lain dari rumah Allah.” Ketika Abraham dan Ishak mendengar Allah berbicara kepada mereka, respon mereka sangat berbeda dari Yakub. Kita dapat melihat bahwa Yakub tidak mengenal Allah pada saat itu. Dari doanya kita juga dapat melihat hal ini. Dia memohon kepada Allah, jika Allah memberkatinya dengan makanan dan pakaian dalam perjalanannya dan dia dapat kembali ke rumah ayahnya dengan selamat, maka ia akan menjadikan Yahweh sebagai Allahnya. Jadi, dari sini kita dapat melihat bahwa selama ini ia tidak menganggap Yahweh sebagai Allahnya. Perhatikan Kejadian 27:20, saat Yakub menyamar sebagai Esau dan datang kepada ayahnya, Ishak dengan membawa makanan kesukaan ayahnya. Ishak bertanya kepadanya: “Lekas juga engkau mendapatnya, anakku!” Jawabnya: “Karena Yahweh, Allahmu, membuat aku mencapai tujuanku.” Yakub tidak berkata “Yahweh Allahku”, tetapi “Allahmu.” Jadi, kita dapat melihat bahwa Yakub tidak mengenal Allah pada waktu itu.

Dari pengalaman Yakub di Betel, kita menemukan dua poin yang berharga untuk diperhatikan. Yang pertama, Yakub belum mengenal Allah. Yang kedua, doanya seolah-olah sedang menantang Allah. Jika Engkau melindungi aku, Engkau akan menjadi Allahku. Yakub memberikan persyaratan kepada Allah sebelum dia mengakui Yahweh sebagai Allahnya.


Yakub tidak “Mengenal” Allah, sekalipun Lahir dalam Keluarga
yang Beriman

Apakah mungkin bahwa Yakub tidak mengenal Allah? Abraham adalah bapa iman. Sepanjang hidupnya dia mengikuti panggilan Allah dan dia seorang sahabat Allah. Ishak adalah anak tunggal yang dijanjikan Allah kepada Abraham. Ishak mengikuti jejak langkah ayahnya dengan sedemikian dekat dan menaati pimpinan Allah di sepanjang kehidupannya. Yakub dibesarkan dalam sebuah keluarga yang takut akan Allah. Bagaimana mungkin Yakub tidak tahu tentang Allah? Tentu saja dia tahu tentang Allah. Dia tahu tentang janji berkat yang Allah berikan kepada Abraham dan Ishak, karena itu Yakub ingin menjadi ahli waris Ishak. Untuk mendapatkan berkat Allah, dia memakai segala cara supaya berkat kesulungan dari ayahnya menjadi miliknya. Lalu bagaimana bisa Yakub tidak mengenal Allah? Dia tahu banyak hal tentang Allah. Namun, dari doanya, sangat jelas dia masih tidak mengenal Allah secara pribadi. Bagaimana memahami hal ini?

Kita dapat mempelajari banyak hal tentang Allah. Seperti apa Allah itu? Apa yang telah Dia perbuat? Apa saja yang menjadi perintah-perintahnya dan seterusnya. Namun, pengetahuan di otak kita, tidak menjadikan kita mengenal Allah. Allah bukan sebuah buku yang mati. Kita tidak dapat dengan sederhana memahaminya dengan membaca buku atau bahkan dengan fasih menceritakan tentang buku itu. Alkitab sering berkata, “Allah itu Allah yang hidup.” Dia juga Allah orang yang hidup. Apa artinya ini? Ini berarti, kita harus memiliki hubungan yang bersifat interaktif dengan-Nya. Satu hubungan yang hidup. Kita harus berkomunikasi dengan Dia, kita harus mengalaminya.

Jika saya bertanya, apakah anda mengenal pemimpin negara anda? Semua orang akan berkata, tentu saja saya mengenal dia. Kita dapat melihat dia, mendengar tentang dia setiap hari lewat acara berita di televisi. Kita juga dapat melihat fotonya di koran dan membaca tulisan-tulisannya. Kita pun dapat membaca buku-buku dan riwayat hidupnya di toko buku. Kita bahkan dapat berkata kita tahu pemimpin negeri ini dengan baik. Namun, apakah anda mengenal dia? Tidak, karena anda belum pernah berbicara dengannya. Mungkin anda tidak pernah secara pribadi melihat dia. Kita tahu dan mengenal dia melalui berbagai media, tetapi kita tidak pernah mengenal dia. Kita tidak ada hubungan yang nyata dengannya. Kita tidak ada hubungan apa-apa dengan dia.

Dari sini, kita bisa sedikit memahami, apa yang disebut mengenal Allah. Apakah kita mengenal Allah? Di gereja, saya berbicara pada seseorang. Saya bertanya, “Kapan anda percaya kepada Allah?” Dia menjawab, “Saya lahir sebagai seorang Kristen karena kedua orang tua saya dan juga kakek nenek saya adalah orang Kristen, seluruh keluarga adalah orang Kristen”.

Tentu saja adalah hal yang baik untuk lahir di tengah-tengah keluarga seperti itu. Hal ini memberikan lingkungan yang baik untuk seseorang mengenal Allah. Namun, bukankah Yakub juga terlahir sebagai salah seorang umat Allah. Seharusnya dia sudah menjadi seorang yang mengenal Allah. Lebih lagi karena kakek dan ayahnya adalah teladan-teladan iman. Namun, Yakub masih tidak mengenal Allah.

Kita harus bertanya, apakah kita mengenal Allah? Bahkan jika anda dan saya telah menjadi Kristen dan melayani Allah, kita masih perlu menanyakan pertanyaan ini. Jangan menganggap menanyakan pertanyaan ini akan membuat Allah tersinggung. Kita harus tahu apakah kita mengenal Allah. Jika tidak, kita hanya percaya pada satu agama. Agama itu mati, dan mempercayai agama adalah seperti mengikuti serangkaian peraturan yang belum tentu berarti.


Doa Yakub yang “Menantang” Allah

Yakub mengetahui bahwa dirinya tidak mengenal Allah, maka ia membuat satu keputusan kunci. Dia memohon kepada Yahweh, atau kita dapat berkata bahwa ia menyampaikan tantangan kepada Allah, dia berkata, “Jika Allah menyertai dan melindungi aku di jalan yang kutempuh ini, memberikan kepadaku roti untuk dimakan dan pakaian untuk dipakai, sehingga aku selamat kembali ke rumah ayahku, maka Yahweh akan menjadi Allahku. Dan batu yang kudirikan sebagai tugu ini akan menjadi rumah Allah. Dari segala sesuatu yang Engkau berikan kepadaku akan selalu kupersembahkan sepersepuluh kepada-Mu.” Kebalikan dari hal ini adalah, jika aku tidak mengalami pengalaman semacam ini maka maaf saja, Allah ini tidak nyata bagiku dan aku tidak dapat mengandalkan Engkau.

Doa ini nampaknya tidak rohani dan juga terlalu berani. Mungkin orang akan mendapati doa ini berpotensi menyinggung perasaan Allah. Allah adalah Allah yang Maha Tinggi, bagaimana anda bisa berdoa seperti itu? Namun, anehnya Allah menerima tantangan ini. Hal yang terjadi kemudian membawa Yakub ke dalam pengalaman yang mendalam dengan Allah.


Allah menjawab Tantangan Yakub

Pertama-tama, Yakub tiba di rumah pamannya Laban dengan selamat. Selama penderitaan 20 tahun di rumah Laban, kata “Allah” muncul dan dicatat berulang-ulang kali. Kita dapat melihat bahwa Allah memelihara Yakub. Sebagai contohya kedua istri Yakub mempunyai masalah dalam melahirkan anak. Kejadian 29:31 berkata, Ketika Yahweh melihat, bahwa Lea tidak dicintai, dibuka-Nyalah kandungannya, tetapi Rahel mandul.” Dikatakan di sini Yahweh membuka kandungan Lea. Setelah Lea mendapatkan beberapa orang anak. Dia tidak melahirkan lagi. Namun, Lea memohon supaya Allah berbelas kasihan lagi kepadanya. Kejadian 30:17 berkata, “Lalu Allah mendengarkan permohonan Lea”. Lea mengandung dan melahirkan anak laki-laki yang kelima bagi Yakub. Bagi Rahel setelah sekian tahun tidak memperoleh anak, akhirnya Allahpun berbelas kasihan kepadanya.

Lalu ingatlah Allah akan Rahel; Allah mendengarkan permohonannya serta membuka kandungannya. (Kej 30:22)

Jadi terhadap kedua istri Yakub, Alkitab dengan jelas berkata bahwa Allah bekerja, pamannya Laban pun dapat melihat pekerjaan Allah. Kejadian 30:27,

Tetapi Laban berkata kepadanya: “Sekiranya aku mendapat kasihmu! Telah nyata kepadaku, bahwa YAHWEH memberkati aku karena engkau.”

Laban menyadari bahwa karena Yakub tinggal dengannya, maka ia menjadi makmur. Karena alasan inilah Laban tidak rela melepaskan Yakub untuk pergi dan meninggalkannya.

Pada akhirnya Yakub melarikan diri dari Laban. Lalu Laban dan orang-orangnya mengejar Yakub. Dalam perjalanan itu, Allah memperingatkan Laban di dalam mimpi, “Jagalah baik-baik, supaya engkau jangan mengatai Yakub dengan sepatah katapun.” Hal ini membuat Laban tidak berani menyakiti Yakub. Pada akhirnya, Laban membiarkan Yakub pergi karena dia menyadari Allah telah menolong Yakub. Dia juga membuat sebuah perjanjian dengan Yakub dengan membuat pernyataan bahwa mereka tidak akan menyakiti satu sama lain pada masa depan.

Yakub secara pribadi menyadari pertolongan Allah. Waktu berbicara tentang upah, Yakub dan Laban sepakat bahwa ternak yang berbelang-belang, bercoreng dan berbintik hitam akan menjadi upahnya. Laban nampaknya setuju akan hal ini, tetapi dia mengambil pergi semua yang kambing bercoreng-coreng dan berbelang-belang dan segala domba yang berbintik-bintik dan berbelang-belang, supaya Yakub tidak mendapatkan apa-apa. Namun, Allah menjadikan domba-domba putih itu melahirkan yang bercoreng dan berbelang. Dengan cara ini, Allah membantu Yakub mendapat banyak ternak, kawanan kambing, domba, para pelayan dan juga banyak keledai.

Segera setelah 20 tahun bekerja keras di tempat Laban, Allah bicara secara langsung kepada Yakub, “Pulanglah ke negeri nenek moyangmu dan kepada kaummu, dan Aku akan menyertai engkau.”  

Dapat kita katakan, Allah menyelamatkan Yakub dari tangan Laban dan meninggalkan hidup yang keras. Allah menampakkan diri lagi di Pniel dan bergulat dengan Yakub. Kenapa Allah menunjukkan diri padanya pada saat-saat itu? Karena Yakub pada waktu itu sedang mempersiapkan diri untuk menghadapi musuhnya yang berat yaitu kakaknya, Esau yang menurut Yakub bisa saja akan membunuhnya dan seluruh keluarganya. Yakub sangat ketakutan sehingga dia bersungguh-sungguh meminta pertolongan Allah. Di tengah-tengah ketakutan ini, Allah menyatakan diri kepada Yakub untuk menghibur dan menguatkannya sebelum dia menghadapi musuhnya.

Jadi, dapat kita katakan bahwa Allah menerima tantangan Yakub. Allah selalu menolong Yakub dan terus membuktikan bahwa Ia adalah Allah. Allah tidak takut pada tantangan. Jika kita berdoa kepada Allah dan berharap untuk mengenal dan mengalami-Nya, seperti yang diperbuat Yakub, Allah akan menjawab tantangan itu. Jangan berpikir anda akan membuat Allah tersinggung. Allah senang menerima tantangan dan akan menunjukkan pada kita bahwa: “Dialah Allah!”


Berdoalah kepada Allah yang selalu Mendengarkan

Saya memiliki pengalaman seperti itu. Saya juga memakai cara ini untuk membawa orang ke dalam pengenalan akan Allah. Mereka bukan orang Kristen dan tidak mengenal Allah. Namun, mereka menghadapi beberapa kesulitan yang mereka bagikan pada saya. Lalu saya mendorong mereka untuk berdoa bersama, untuk meminta kepada Allah agar mereka dapat mengalami apakah Allah itu nyata. Setiap kali Allah menjawab doa kami dan menunjukkan pada kami: “Dia adalah Allah”

Allah tidak takut tantangan. Dia ingin kita mengenalnya. Namun, pertama-tama, beranikah kita maju mengambil langkah ini? Beranikah kita berdoa seperti itu kepada Allah? Beranikah kita menantang Allah?

Doa Yakub di Betel merupakan titik balik di dalam hubungannya dengan Allah. Jika dia tidak menyampaikan doa seperti itu, dia tidak akan mempunyai pengalaman dengan Allah pada tahun-tahun berikutnya. Pengalaman-pengalaman ini menyadarkan Yakub secara mendalam bahwa Allah itu nyata. Jadi, ini adalah langkah pertama di mana dia dapat mengalami perubahan dari Allah. Ini juga merupakan langkah pertama di mana setiap dari kita dapat mengalami Allah.


Tanggapilah Allah setelah Mengalami -Nya

Hal yang terjadi setelah itu adalah Yakub menerima Yahweh sebagai Allah dan mengizinkan Allah untuk memimpin seluruh hidupnya sesuai dengan nazar yang dia buat kepada Allah. Langkah ini sangat penting. Saya dapati seringkali kita tidak berani melakukan langkah pertama, kita tidak berani menyampaikan tantangan kepada Allah karena kita takut. Takut pada apa? Takut bahwa kita harus berkomitmen kepada Allah jika kita menemukan bahwa Ia benar dan nyata setelah kita mengalami pertolongannya. Pada dasarnya, kita tidak mau mengikuti Allah. Sekalipun mengalami jawaban doa, mereka akan berkata bahwa itu hanyalah kebetulan. Atau mereka akan bersyukur kepada Allah, tetapi tidak berbuat apa-apa setelah itu.

Jika kita mempunyai sikap seperti ini, sekali pun kita mengalami Allah, apakah untungnya? Kita masih tidak mengalami hidup kita diubahkan oleh Allah

Yakub tidak seperti itu. Dia mengambil langkah pertama – dia menantang Allah, dan dia mengalami kebenaran Allah. Di tempat Laban, pamannya, Yakub sering berkata, “karena Allah yang menolong”. Dia tidak mengatakan itu kebetulan atau karena usahanya sendiri. Dia mengakui dengan yakin bahwa dia mengalami Allah. Kemudian dengan berani dan pasti, Yakub mengambil langkah kedua. Dia menerima Allah sebagai Allahnya dan berkomitmen kepada Dia, sepenuhnya menyerahkan hidupnya kepada Allah, menuruti pimpinan Allah dan mengikutnya. Kita melihat bahwa Allah yang memimpin Yakub untuk meninggalkan Laban. Kejadian 31:3 berkata:

Lalu berfirmanlah YAHWEH kepada Yakub: “Pulanglah ke negeri nenek moyangmu dan kepada kaummu, dan Aku akan menyertai engkau.”

Jika Yakub mendengarkan perintah Allah, dia harus berani mengambil dua resiko. Apa resikonya? Resiko yang satu berkaitan dengan pamannya, satunya lagi berkaitan dengan Esau, kakaknya. Laban tidak akan membiarkan Yakub pergi begitu saja dengan membawa begitu banyak kekayaan. Bahkan Laban dengan sekelompok orang memang mengejar Yakub dan mereka berhasil. Laban mempunyai kemampuan untuk mencelakai Yakub. Mungkin dia tidak akan membunuh Yakub, tetapi setidaknya dia dapat mengambil semua milik kepunyaan Yakub, lalu menahan istri-istri dan anak-anaknya. Dia dapat membuatnya sulit untuk Yakub pergi.

Permusuhannya dengan Esau juga merupakan kekhawatiran besar dalam hati Yakub. Pada awalnya, Yakub telah menggunakan cara yang licik untuk memperoleh berkat hak kesulungan yang merupakan hak Esau. Justru karena hal ini, Yakub harus melarikan diri karena Esau bersumpah bahwa ia akan membunuh dia. Lalu, apakah Esau masih ingin membunuhnya? Yakub tidak pasti akan hal ini. Namun, sekarang Yakub tidak lagi sendirian, dia harus melindungi keluarganya, bisa saja seluruh keluarganya ikut menjadi korban. Menurut catatan Alkitab, Yakub ketakutan dan gemetar karena hal ini.

Jadi, perintah untuk Yakub pulang ke Kanaan, merupakan suatu ujian iman bagi Yakub. Tingkat kesulitan dari ujian ini tidak kurang dari kesulitan tingkat ujian Abraham saat harus mempersembahkan anak tunggalnya, Ishak. Yakub menaati perintah Allah dengan iman, dia berangkat ke Kanaan. Dalam menaati perintah Allah, Yakub mengalami pertolongan Allah di tingkat yang lebih mendalam. Kedua masalah yang berpotensi mengancam nyawanya akhirnya tertangani karena Allah turut bekerja di dalamnya.


Allah dapat Dialami oleh Semua Orang

Kembali kepada pertanyaan kita pada awal tadi, kenapa Allah ingin mengubah Yakub? Apakah setiap orang dapat mengalami perubahan dari Allah? Ini adalah sesuatu yang pasti. Alkitab terbuka bagi semua orang. Kita semua diberikan anugerah dan kesempatan untuk mengenal Allah. Namun, Allah tidak akan memaksa untuk mengubah kita. Itu bukan sifat Allah. Allah tidak memaksa orang. Ketika Allah menciptakan manusia, Ia memberikan kehendak bebas kepada manusia. Sekalipun, untuk sesuatu yang baik, Allah tidak akan memaksa kita untuk menerimanya. Tidak ada artinya kalau sesuatu didapatkan lewat paksaan. Ada istilah Tionghoa yang berkata: Melon yang dipetik dengan paksa dari cabangnya tidak akan terasa manis.

Sangat aneh, saya mendengar dari beberapa teman yang memberitahu saya, “Ada orang Kristen yang keras saat memberitakan Injil. Mereka berbicara dengan nada memaksa dan berusaha untuk memaksa orang. Saya tidak meragukan semangat mereka, tetapi mereka lupa bahwa sifat Allah bukan begitu. Dia tidak pernah memaksa orang walaupun niatnya baik. Bahkan dia ingin memberikan kita yang terbaik yakni keselamatan-Nya, tetapi tetap saja Allah tidak pernah memaksa orang untuk menerima-Nya. Jadi, siapa yang dapat mengalami Allah, mengalami perubahan dan mendapatkan berkat Allah? Hanya mereka yang berinisiatif dengan tekad dan iman untuk mengalami dan mengenal-Nya, seperti Yakub.

Kenapa Yakub dapat mengalami Allah? Alasan mengapa Yakub dapat mengalami perubahan dari Allah dan diberkati adalah karena ia mengambil inisiatif yang terlihat dari tekad dan imannya. Pertama dia dengan sungguh-sungguh berdoa kepada Allah di Betel. Sekali pun, yang dilakukan adalah menantang, Allah menerima dan memimpin Yakub untuk mengenal-Nya. Kedua, setelah mengalami Allah, Yakub menyerahkan hidup sepenuhnya kepada Allah dan mengikuti pimpinan Allah. Dia mengikuti pimpinan Allah dengan iman pada saat hal-hal yang dilihatnya dengan kasat mata sangatlah berbahaya dan mengancam nyawanya. Namun, Yakub mengalahkan semua ini dengan iman dan sepenuhnya mengikuti pimpinan Allah. Karena itu, di kitab Ibrani nama Yakub dicatat bersama-sama dengan kakeknya, Abraham dan ayahnya, Ishak sebagai orang yang beriman.


Kesimpulan

Hari ini kita telah melihat kenapa Yakub mengalami Allah dan diubahkan Allah. Ketika Yakub meninggalkan orang tuanya dan pergi ke timur, dia masih belum mengenal Allah. Ketika Allah menyatakan diri kepadanya, dia menjadi sangat takut, kenapa demikian? Yakub adalah cucu Abraham, anak dari Ishak dan dilahirkan di tengah keluarga yang takut akan Allah. Kenapa dia masih belum mengenal Allah? Karena mengenal Allah bukanlah melalui pengetahuan, tetapi melalui pengalaman akan Allah, melalui komunikasi dengan Allah dan memiliki sebuah hubungan yang hidup dengan Allah.

Lalu, bagaimana mengenal Allah? Yakub mengambil inisiatif untuk menyampaikan tantangan pada Allah. Jika dia mengalami Allah dalam hal makanan, pakaian dan dia dapat kembali lagi ke rumahnya, maka ia akan menerima Yahweh sebagai Allahnya. Allah menerima tantangannya dan memimpin di sepanjang perjalanannya. Yakub mengalami kebenaran Allah, kemudian dia sepenuhnya menyerahkan hidup kepada Allah. Dengan iman dia mengizinkan Allah memimpin dia.

Kita juga dapat mengenal Allah ini. Namun, apakah setelah Allah menyatakan diri-Nya, kita rela memberi tanggapan dengan menjadikan Dia Allah kita dan mengizinkan Dia untuk bekerja di dalam diri kita untuk mengubah kita?

 

Berikan Komentar Anda: