Ev. Xin Lan | Yakub (2) |

Dalam pendalaman Alkitab hari ini, kita akan melanjutkan untuk melihat tokoh Yakub. Di dalam Alkitab, Yakub merupakan seorang yang sangat penting karena janji Allah kepada Abraham dipenuhi di dalam diri Yakub. Kedua belas anak Yakub menjadi keduabelas suku Israel. Nama Israel berasal dari nama Yakub. Nama “Yakub” muncul lebih dari 300 kali di dalam Alkitab. Jumlah angka kemunculan yang melebihi kemunculan nama Abraham.

Namun, Yakub berbeda dari kakek dan ayahnya. Abraham dan Ishak takut akan Allah dan mengikuti panggilan Allah dari awal sampai akhir. Hidup mereka sangat stabil. Namun, Yakub berbeda. Di PA yang lalu kita melihat Yakub yang muda masih kedagingan. Dia berusaha mendapatkan yang terbaik dengan menggunakan cara yang licik. Dia menipu hak kesulungan Esau, saudaranya, dan dia juga menipu ayahnya untuk mendapatkan berkat yang dikhususkan untuk anak sulung.

Allah menubuatkan bahwa anak yang tua akan melayani anak yang muda. Hal ini bukan berarti Allah sudah menentukan sebelumnya siapa yang akan mendapatkan berkat Allah. Allah memang mempunyai kekuasaan untuk melihat apa yang akan terjadi, tetapi hasil akhirnya tergantung pada tanggapan setiap orang kepada Allah. Yakub menghargai berkat Allah, dia menginginkannya dan ini memang hal yang baik. Sebaliknya, Esau memandang enteng berkat Allah, dan dia lebih mengutamakan nafsu kedagingan, dan hal inilah yang tidak menyenangkan Allah.

Sekalipun seorang itu memiliki keinginan untuk mendapatkan berkat Allah, tetapi Allah masih akan melihat apakah kualitas hidup kita pantas atau tidak untuk memperoleh berkat itu. Allah tidak senang dengan kehidupan Yakub yang egois pada tahun-tahun awalnya. Allah juga tidak pernah menghalalkan cara manusia yang licik dan tidak benar untuk menggenapi kehendak Allah. Atas kesalahan Yakub, dia harus membayar harga yang mahal. Jadi Yakub terpaksa meninggalkan kampung halamannya, menjadi buronan dan melarikan diri ke kampung halaman Ribka, ibunya. Dia harus bergantung pada Laban, pamannya untuk bertahan hidup dan di sini Yakub masuk ke dalam satu fasa kehidupan yang baru.


Kehidupan Yakob di Mesopotamia

Setelah melarikan diri selama ribuan mil yang penuh kesulitan, Yakub akhirnya tiba di negeri timur. Dia melihat sekelompok gembala dan bertanya kepada mereka, “Saudara-saudara, dari manakah kamu ini?” Jawab mereka: “Kami ini dari Haran.” Lagi katanya kepada mereka: “Kenalkah kamu Laban, cucu Nahor?” Jawab mereka, “Kami kenal. Ia sehat, dan lihat, itu datang anak perempuannya, Rahel, dengan kambing dombanya.”

Kemudian Yakub mendekat ke Rahel sambil menangis dengan suara keras. Lalu Yakub menceritakan kepada Rahel bahwa ia adalah sanak saudaranya ayah Rahel, dan anak Ribka. Maka berlarilah Rahel menceritakannya kepada ayahnya. Segera sesudah Laban mendengar kabar tentang Yakub, anak saudaranya itu, berlarilah ia menyongsong dia, lalu mendekap dan mencium Yakub, kemudian membawanya ke rumahnya. Maka Yakub menceritakan segala hal ihwalnya kepada Laban. Pada waktu itu belum ada telepon sehingga Ribka tidak bisa memberitahukan akan kedatangan anaknya. Tidak ada foto-foto, jadi Yakub tidak dapat menunjukkan foto Ribka kepada Laban. Pada generasi itu tidak ada apa alat komunikasi modern seperti sekarang ini. Tiba-tiba seseorang datang entah dari mana dan mengaku dirinya sebagai keponakan. Bagaimana anda bisa percaya? Maka Laban hanya bisa bertanya kepada Yakub hal-hal tentang kakeknya dan ayahnya dan bagaimana ibunya menikah dengan Ishak. Yakub harus menceritakan dengan rinci kepada Laban. Pada akhirnya Laban berkata, sesungguhnya engkau sedarah sedaging dengan aku dan mengizinkan Yakub untuk tinggal bersamanya.

Setelah satu bulan, Laban berkata kepada Yakub: “Masakan karena engkau adalah sanak saudaraku, engkau bekerja padaku dengan cuma-cuma? Katakanlah kepadaku apa yang patut menjadi upahmu.” 

Laban mempunyai dua anak perempuan; yang lebih tua namanya Lea dan yang lebih muda namanya Rahel. Lea tidak berseri matanya, tetapi Rahel itu elok sikapnya dan cantik parasnya. Yakub cinta kepada Rahel, sebab itu ia berkata: “Aku mau bekerja padamu tujuh tahun lamanya untuk mendapat Rahel, anakmu yang lebih muda itu.”                            

Sahut Laban: “Lebih baiklah ia kuberikan kepadamu daripada kepada orang lain; maka tinggallah padaku.” Jadi bekerjalah Yakub tujuh tahun lamanya untuk mendapat Rahel, tetapi tujuh tahun itu dianggapnya seperti beberapa hari saja, karena cintanya kepada Rahel. 

Sesudah itu berkatalah Yakub kepada Laban: “Berikanlah kepadaku bakal istriku itu, sebab jangka waktuku telah genap, supaya aku akan kawin dengan dia.” Lalu Laban mengundang semua orang di tempat itu, dan mengadakan perjamuan. Namun, pada waktu malam diambilnyalah Lea, anaknya, lalu dibawanya kepada Yakub. Maka Yakubpun menghampiri dia. Lagi pula Laban memberikan Zilpa, budak perempuannya sebagai budak Lea, anaknya. Namun, pada waktu pagi tampaklah bahwa yang dinikahinya adalah Lea! Lalu berkatalah Yakub kepada Laban: “Apakah yang kauperbuat terhadap aku ini? Bukankah untuk mendapat Rahel aku bekerja padamu? Mengapa engkau menipu aku?” 

Jawab Laban: “Tidak biasa orang berbuat demikian di tempat kami ini, mengawinkan adiknya lebih dahulu daripada kakaknya. Genapilah dahulu tujuh hari perkawinanmu dengan anakku ini; kemudian anakku yang lain pun akan diberikan kepadamu sebagai upah, asal engkau bekerja pula padaku tujuh tahun lagi.”

Maka Yakub berbuat demikian; ia menggenapi ketujuh hari perkawinannya dengan Lea, kemudian Laban memberikan kepadanya Rahel, anaknya itu, menjadi istrinya. Yakub juga mencintai Rahel lebih dari Lea. Dan dia masih bekerja tujuh tahun lagi untuk Laban.


Dampak Penipuan Laban ke atas Yakub

Penipuan Laban sungguh-sungguh membawa Yakub ke dalam penderitaan yang panjang dan mendalam. Pertama dia membuat Yakub menikahi dua istri. Yakub menyukai Rahel, tetapi cintanya yang mendalam pada Rahel, tentunya melukai Lea. Awalnya mereka adalah kakak adik yang akur, tetapi akhirnya menjadi saling membenci dan bertengkar karena bersaing untuk mendapatkan perhatian dari suami mereka. Sekalipun Rahel mendapatkan cinta Yakub, tetapi dia mandul, dan hal ini membuat dia cemburu terhadap kakaknya yang mempunyai anak. Lalu, dia memberikan hambanya kepada Yakub sebagai gundik Yakub, hal yang merupakan tradisi setempat pada masa itu. Jika seorang istri mandul, dia akan memberikan budaknya kepada suaminya sebagai gundik, dan bayi yang dilahirkan akan menjadi milik tuannya. Rahel memakai cara duniawi yang cenderung digunakan pada masa itu untuk mendapatkan anak. Lea setelah melahirkan beberapa anak bagi Yakub, tidak lagi melahirkan. Dia juga memberikan budaknya kepada Yakub sebagai istri dengan harapan akan memperoleh lebih banyak anak lagi. Akhirnya budak Lea pun melahirkan beberapa anak untuk Yakub. Bayangkan betapa banyak konflik yang akan terjadi di dalam keluarga yang mempunyai empat istri. Mungkin Yakub harus banyak menguras energi dan pikiran untuk meleraikan pertengkaran dan pasti akan kebingungan harus berpihak kepada siapa saat perdebatan terjadi di antara istri-istrinya.

Hal ini tentunya juga memengaruhi anak-anak mereka. Anak-anak terlibat dalam perselisihan keluarga sejak masa kecil. Anak-anak yang lahir dari ibu-ibu yang berbeda berkelahi satu dengan yang lain. Pada hari kemudian, anak-anak Yakub bahkan menjual anak kesayangan Yakub, yaitu Yusuf yang dilahirkan oleh Rahel, untuk menjadi budak di Mesir. Hal ini membawa kesedihan yang dalam bagi Yakub pada masa tuanya.

Sebuah keluarga yang mempunyai beberapa istri sering ada banyak konflik dan dipenuhi dengan ketidak-percayaan dan ketidak-harmonisan. Anak-anak pasti kekurangan perhatian dan kasih sayang. Mereka tidak dapat menikmati sukacita yang dialami oleh keluarga normal yang lain. Yakub tentunya tidak mengalami hari-hari yang tenang yang merupakan karakter aslinya, tipe yang menyukai ketenangan.                            

Laban menipu Yakub, berharap Yakub akan bekerja padanya untuk selamanya. Awalnya upah Yakub adalah tujuh tahun, kemudian menjadi 14 tahun karena ia menikahi kedua putri Laban. Setelah menggenapi 14 tahun ini, Yakub memberitahu Laban, “Izinkanlah aku pergi, supaya aku pulang ke tempat kelahiranku dan ke negeriku. Berikanlah istri-istriku dan anak-anakku, yang menjadi upahku selama aku bekerja padamu, supaya aku pulang, sebab engkau tahu, betapa keras aku bekerja padamu.”

Lalu Laban berkata kepadanya: “Sekiranya aku mendapat kasihmu! Telah nyata kepadaku, bahwa TUHAN memberkati aku karena engkau. Tentukanlah upahmu yang harus kubayar, maka aku akan memberikannya.”

Jawab Yakub, “aku mau lagi menggembalakan kambing dombamu dan menjaganya, asal engkau mengizinkan hal ini kepadaku: Hari ini aku akan lewat dari tengah-tengah segala kambing dombamu dan akan mengasingkan dari situ setiap binatang yang berbintik-bintik dan berbelang-belang; segala domba yang hitam dan segala kambing yang berbelang-belang dan berbintik-bintik, itulah upahku.”

Laban setuju, lalu diasingkannyalah pada hari itu kambing-kambing jantan yang bercoreng-coreng dan berbelang-belang dan segala kambing yang berbintik-bintik dan berbelang-belang, segala yang ada warna putih pada badannya, serta segala yang hitam di antara domba-domba, dan diserahkannyalah semuanya itu kepada anak-anaknya untuk dijaga. Dia sepenuhnya tidak rela Yakub mendapatkan semua ini.


Yakub Menjadi Korban Tipu Muslihat Laban

Yakub bekerja pada Laban selama 20 tahun. Dia sangat menderita. Yakub berkata kepada Laban hal ini, “Selama dua puluh tahun ini aku bersama-sama dengan engkau; domba dan kambing betinamu tidak pernah keguguran dan jantan dari kambing dombamu tidak pernah kumakan. Yang diterkam oleh binatang buas tidak pernah kubawa kepadamu, aku sendiri yang menggantinya; yang dicuri orang, baik waktu siang, baik waktu malam, selalu engkau tuntut dari padaku. Aku dimakan panas pada siang hari dan kedinginan waktu malam, dan mataku jauh dari pada tertidur. Selama dua puluh tahun ini aku di rumahmu; aku telah bekerja padamu empat belas tahun lamanya untuk mendapat kedua anakmu dan enam tahun untuk mendapat ternakmu, dan engkau telah sepuluh kali mengubah upahku…”

Muslihat Laban sangat keji. Hal ini membuat saya berpikir tentang saudara perempuan Laban, yaitu Ribka, ibu Yakub. Menipu berkat milik Esau adalah sepenuhnya rancangan Ribka. Mungkin keluarga Laban ini mempunyai kebiasaan menipu. Yakub menipu saudara laki-lakinya, Esau, tetapi dia sendiri ditipu oleh Laban, pamannya, dan Yakub ditipu dengan sangat parah.

Di dalam Alkitab, Allah memberitahu kita satu prinsip, yaitu siapa yang membunuh akan dibunuh. Bagaimana anda memperlakukan orang lain, demikianlah pula anda akan diperlakukan, demikianlah Allah akan berurusan dengan anda. Kita dapat katakan bahwa ini merupakan penghakiman Allah untuk manusia. Bagaimana anda memperlakukan orang lain, Allah juga akan membiarkan orang lain memperlakukan anda dengan cara yang sama. Namun, di sisi lain, Allah juga menolong kita untuk melihat dosa-dosa kita. Ketika kita menipu orang lain, kita tidak menganggapnya serius. Kita pikir tidak apa-apa. Kita tidak menyadari dalamnya luka yang kita timbulkan pada orang lain. Namun, ketika kita ditipu barulah kita tahu seperti apa rasanya. Kita bahkan mungkin ingin segera membunuh orang itu. Jadi dengan cara ini, Allah ingin kita menyadari akan keseriusan dosa-dosa kita, dan juga dalamnya luka yang kita akibatkan pada orang lain, supaya kita dapat bertobat.


Disiplin Allah atas Yakub

Seperti yang kita singgung di pesan sebelumnya, Allah tidak menyetujui kehidupan Yakub yang egois dan juga tipu muslihatnya. Kita tidak boleh memperlakukan orang lain dengan secara licik dan tidak benar bahkan untuk alasan rohani. Kadang-kadang kita orang Kristen melakukan hal yang licik dan tidak benar untuk alasan rohani. Allah tidak mengizinkan itu. Allah akan menghakimi kita, sama seperti Yakub. Yakub menipu Esau, kakaknya dan Yakub harus membayarnya dengan ditipu oleh Laban dan bekerja untuk pamannya selama 20 tahun. Allah menggunakan ini untuk menyucikan dan mengubah Yakub. Saya percaya pengalaman 20 tahun itu membuat Yakub menyadari dosanya dan bertobat dengan sangat untuk itu. Maka akhirnya Allah berbelas kasihan kepadanya. Laban tidak rela memberikan upah Yakub, dia mengasingkan domba-domba yang berbelang-belang dan bercoreng-coreng. Namun, Allah menjadikan domba-domba melahirkan domba-domba yang bercoreng dan berbelang sehingga Yakub menjadi sangat makmur. Dia mempunyai kawanan kambing domba yang besar, pelayan-pelayan, unta-unta dan banyak keledai.

Lebih lagi, setelah Yakub menyelesaikan 20 tahun disiplin dan pelatihan yang keras, Yahweh memberitahu Yakub, pergilah dari negeri ini, dan pulanglah ke negeri ayahmu dan sanak familimu, dan Aku akan menyertai engkau. Kemudian Yakub membawa istri-istrinya, anak-anak perempuan dan anak-anak lelaki serta semua ternaknya dan harta bendanya dan pergi ke Kanaan. Tentu saja, Laban tidak mengizinkan Yakub pergi dengan membawa harta benda yang banyak. Maka ia bersama orang-orangnya mengejar Yakub. Namun, di dalam perjalanan itu, Allah memberitahu Laban dalam sebuah mimpi, “Jagalah baik-baik, supaya engkau jangan mengatai Yakub dengan sepatah katapun.” Sebenarnya Laban mempunyai kuasa untuk mencelakai Yakub atau setidaknya mengambil kembali harta miliknya. Namun, Allah bekerja secara pribadi untuk melindungi Yakub dan menjadikan Laban tidak berdaya. Laban sadar bahwa Allah mencurahkan rahmat-Nya ke atas Yakub sehingga dia tidak berani untuk membahayakan dia. Dia bahkan membuat perjanjian dengan Yakub, dan mereka berjanji untuk tidak saling mencelakai dan Laban membiarkan Yakub meneruskan perjalanannya.


Kemurahan dan Kebaikan Allah bagi yang Berdosa

Di sini kita melihat kebaikan Allah. Orang yang melakukan dosa akan didisiplin, tetapi Dia masih berlimpah dalam kebaikan dan kemurahan sekali disiplin diterapkan. Sikap kita terhadap penjahat adalah tanpa belas kasihan. Saya ingat saya menonton potongan berita di TV. Dilaporkan bahwa beberapa penjahat telah tertangkap di sebuah kota. Akhirnya mereka mendapat hukuman mati. Orang-orang dalam pengadilan mendengarkan keputusan termasuk beberapa siswa SMP. Ketika reporter mewawancara para siswa itu tentang bagaimana perasaan mereka, mereka menjawab, “Mereka itu sangat jahat, mereka pantas mendapatkan hukuman mati itu.” Jawaban mereka begitu santai menyetujui hukuman mati pada para penjahat itu.

Saya sendiri sulit menerimanya. Ya, mereka layak untuk hukuman itu, tetapi kenapa kita tidak memberikan belas kasihan? Mereka dalam usia yang seharusnya menikmati indahnya hidup. Namun, karena dosa mereka harus berhadapan dengan maut.

Dalam Perjanjian Baru, ada kasus semacam itu di Yohanes 8. Dikatakan di sana ada seorang perempuan yang kedapatan berzinah, dan orang-orang menangkapnya. Mereka hendak melemparinya dengan batu sampai mati karena ini adalah hukuman yang pantas untuk dia terima.

Ketika kita berhadapan dengan penjahat, kita pikir mereka itu adalah sampah masyarakat yang tidak berguna. Lalu kita memperlakukan mereka tanpa belas kasihan. Ini merupakan sifat dasar manusia. Namun, Allah tidak seperti itu. Dia akan berbelas kasihan kepada kita, menolong kita. Ia akan tetap memperlakukan kita dengan kebaikan bahkan pada saat kita dihukum dan mendapat disiplin, sama seperti yang telah dialami Yakub.

Ketika Yakub telah membayar harga saat diperlakukan dengan buruk oleh Laban, dan bekerja keras selama 20 tahun untuk menebus dosanya, Allah bermurah hati padanya dan mengizinkannya kembali ke tempat kelahirannya dalam keadaan makmur. Pada saat Yakub muda, dia seorang diri melarikan diri ke Haran, dia sebatang kara. Pada kemudian hari, dia mempunyai banyak anak, kambing domba, dan harta milik yang lain. Dia kembali ke tempat asalnya dengan makmur bersama banyak aset. Bahkan yang paling penting adalah Yakub sekarang sudah berbeda dari Yakub yang sebelumnya. Dia mengerti dia telah merugikan saudaranya Esau, dia harus minta maaf. Inipun kehendak Allah, jika tidak Allah tidak akan membiarkan dia kembali ke rumah. Allah tidak menyetujui dosa-dosa yang dia perbuat pada tahun-tahun awalnya. Hanya setelah Yakub sepenuhnya menangani masa lalunya, barulah Allah sungguh-sungguh memberkatinya.

Sangat jelas pertemuan dengan Esau merupakan pertemuan yang berbahaya. Ada kemungkinan seluruh keluarga Yakub akan menghadapi kemalangan yang menyedihkan, yaitu terbunuh oleh Esau. Yakub sangat berhati-hati. Pertama-tama dia mengirim orang untuk bertemu Esau agar mereka menyampaikan pesan: Beginilah kata hambamu Yakub: Aku telah tinggal pada Laban sebagai orang asing dan diam di situ selama ini. Aku telah mempunyai lembu sapi, keledai dan kambing domba, budak laki-laki dan perempuan, dan aku menyuruh memberitahukan hal ini kepada tuanku, supaya aku mendapat kasihmu.” Sebelumnya ia ingin menjadi tuan terhadap saudaranya. Sekarang ia menyebut dirinya sebagai hamba kakaknya.

Namun, utusan Yakub kembali dan berkata, “Kami telah sampai kepada kakakmu, kepada Esau, dan iapun sedang di jalan menemui engkau, diiringi oleh empat ratus orang.” Ketika Yakub mendengar ini ia semakin takut, kemungkinan untuk dicelakai oleh kakaknya menjadi semakin besar. Maka dibaginyalah orang-orangnya yang bersama-sama dengan dia, kambing dombanya, lembu sapi dan untanya menjadi dua pasukan. Jika Esau datang menyerang pasukan yang satu, sehingga terpukul kalah, maka pasukan yang tinggal akan terluput. Ia juga menyiapkan suatu pemberian yang besar untuk Esau. Kemudian Yakub memohon kepda Allah, “Ya Allah nenekku Abraham dan Allah ayahku Ishak, lepaskanlah kiranya aku dari tangan kakakku, dari tangan Esau, sebab aku takut kepadanya, jangan-jangan ia datang membunuh aku, juga ibu-ibu dengan anak-anaknya.”

Pada malam itu, Yakub mengalami satu peristiwa yang mengubah seluruh hidupnya, dia bergulat dengan Allah. Peristiwa ini tercatat di Kejadian 32:22-32,

Pada malam itu Yakub bangun dan ia membawa kedua isterinya, kedua budaknya perempuan dan kesebelas anaknya, dan menyeberang di tempat penyeberangan sungai Yabok. Sesudah ia menyeberangkan mereka, ia menyeberangkan juga segala miliknya. Lalu tinggallah Yakub seorang diri. Dan seorang laki-laki bergulat dengan dia sampai fajar menyingsing. Ketika orang itu melihat, bahwa ia tidak dapat mengalahkannya, ia memukul sendi pangkal paha Yakub, sehingga sendi pangkal paha itu terpelecok, ketika ia bergulat dengan orang itu. Lalu kata orang itu: “Biarkanlah aku pergi, karena fajar telah menyingsing.” Sahut Yakub: “Aku tidak akan membiarkan engkau pergi, jika engkau tidak memberkati aku.” Bertanyalah orang itu kepadanya: “Siapakah namamu?” Sahutnya: “Yakub.” Lalu kata orang itu: “Namamu tidak akan disebutkan lagi Yakub, tetapi Israel, sebab engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia, dan engkau menang.” Bertanyalah Yakub: “Katakanlah juga namamu.” Namun sahutnya: “Mengapa engkau menanyakan namaku?” Lalu diberkatinyalah Yakub di situ. Yakub menamai tempat itu Pniel, sebab katanya: “Aku telah melihat Allah berhadapan muka, tetapi nyawaku tertolong!” Lalu tampaklah kepadanya matahari terbit, ketika ia telah melewati Pniel; dan Yakub pincang karena pangkal pahanya. Itulah sebabnya sampai sekarang orang Israel tidak memakan daging yang menutupi sendi pangkal paha, karena Dia telah memukul sendi pangkal paha Yakub, pada otot pangkal pahanya. 

Ini merupakan bagian Alkitab yang relatif sulit untuk dimengerti. Namun, diberitahukan kepada kita dengan jelas di sini bahwa Yakub bergulat dengan Allah. Kita melihat Yakub memegang erat Allah dan tidak membiarkan-Nya pergi. Dia berkata, “Aku tidak akan melepaskan Engkau pergi, jika Engkau tidak memberkati aku”. Perbedaan antara Yakub dan Esau adalah Yakub menghargai berkat Allah. Dia ingin mendapatkan berkat Allah. Pada tahun-tahun awalnya, Yakub menggunakan cara yang licik untuk memperolehnya. Kali ini dia bergulat dengan Allah, menahan dan memegang erat pada Allah. Jika Allah tidak memberkati Yakub, dia tidak akan membiarkan-Nya pergi. Mendekati hari-harinya yang terakhir, Yakub juga meminta anaknya Yusuf, untuk bersumpah agar membawa dia ke Kanaan dan menguburkannya di sana bersama dengan Abraham, kakeknya dan Ishak, ayahnya. Kenapa? Dia ingin mendapatkan berkat Allah karena itu merupakan tanah perjanjian yang Allah berikan kepada mereka. Abraham dan Ishak mengembara di sepanjang hidup mereka untuk mendapatkan janji berkat Allah. Allah menyukai orang-orang jenis ini. Maka di antara kedua anak Ishak, Allah memilih Yakub sebagai pewaris janji Allah.

Jadi, ingin mendapatkan janji Allah dan ingin masuk kerajaan Allah merupakan hal yang baik dan berkenan kepada Allah. Namun, apakah berharap untuk mendapatkan berkat Allah berarti kita akan memperolehnya? Tidak, Allah akan melihat apakah hidup kita layak atau tidak. Yakub pada awal hidupnya adalah seorang yang kedagingan. Motivasi dari harapannya untuk mendapatkan berkat Allah juga berasal dari daging. Dia menggunakan cara yang licik untuk mendapatkan berkat itu. Allah tidak senang pada semua ini, maka Allah mendisiplin dia. Untuk kelicikannya itu, Yakub membayar harga selama 20 tahun. Pada waktu Allah menyatakan diri kepadanya, Yakub berpaut pada Allah dan menginginkan Allah untuk memberkati dia. Dia belum menyerah pada apa yang menjadi gol dan tujuannya.

Perhatikan kali ini, Allah mengubah namanya. Apa yang diwakili oleh perubahan nama ini? Perubahan nama ini melambangkan bahwa Yakub yang lama telah mati, dari sekarang dia adalah Yakub yang baru, dia masuk ke dalam suatu hidup yang baru. Allah mengubah Yakub dan mengubah hidupnya yang kedagingan menjadi hidup rohani yang baru. Setelah itu, Allah mulai memberkati dia. Bertahun-tahun setelah Ishak ayahnya memberkati Yakub dengan iman, akhirnya Yakub mendapatkan berkat Allah karena Allah telah mengubah hidupnya.


Kesimpulan

Kehidupan Yakub dapat dibagi menjadi 3 tahap. Tahap pertama adalah tahap remaja di Kanaan; yang kedua adalah bekerja di rumah Laban; dan yang ketiga adalah ketika ia meninggalkan Laban kembali ke Kanaan.

Hari ini kita telah melihat tahap yang kedua, kehidupan Yakub di rumah pamannya. Ditipu oleh Laban, menikahi kedua putri Laban. Hal itu menjadikan keluarganya tidak harmonis. Menjadi buruh untuk Laban yang telah sepuluh kali mengubah upahnya. Yakub menderita selama 20 tahun di tangan Laban. Allah memakai hal ini untuk mendisiplin dan melatihnya dengan keras supaya dia dapat menyadari dosanya secara mendalam.

Setelah itu, Allah berbelas kasihan kepada Yakub, dan mengizinkannya kembali ke Kanaan dengan makmur. Dalam perjalanan pulang itu, Allah menyatakan diri kepadanya. Yakub berpaut teguh dan tidak melepaskan Allah. Dia bergulat dengan Allah dan ingin Allah memberkatinya. Allah memberinya nama yang baru, yang menandakan permulaan hidup yang baru. Yakub yang kemudian sangat berbeda dari Yakub yang muda yang hidup dalam kedagingan dan yang penuh dengan tipu daya yang licik. Hidupnya sepenuhnya berubah, maka Allah memberkatinya.

 

Berikan Komentar Anda: