Pastor Eric Chang | Efesus 5:31

“Keduanya Menjadi Satu”

Hari ini saya akan membagikan beberapa pemikiran dari sebuah ayat yang penting dalam Kitab Suci, sebuah ayat yang sering dibaca dalam acara pernikahan.

“Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.” (Efesus 5:31)

Kita sering mendengar ayat ini dibacakan di gereja tetapi jarang yang memahami maknanya. Kita akan luangkan waktu sejenak untuk merenungkan ayat yang penting ini dan fokus saya adalah pada bagian akhir dari kalimat ini, “sehingga keduanya itu menjadi satu daging.” Dalam ayat ini disebutkan “satu daging”, kata ‘daging’ dalam Alkitab bermakna manusia atau keberadaan lahiriah. Jadi, saat dikatakan “menjadi satu”, keduanya menjadi satu dalam tingkatan hubungan antar manusia. Mereka tidak menjadi satu pribadi – tentu saja mereka tetap sebagai dua pribadi – tetapi mereka menjadi satu kesatuan. Apa artinya? Inilah pokok yang ingin saya bahas dalam waktu yang singkat ini, yaitu mengenai hal kesatuan dan bagaimana kesatuan ini dapat menjadi rusak atau bahkan hancur. Jadi khotbah ini sangatlah penting bagi kita.


Berpisah dari Orangtua untuk Membentuk Keluarga yang Baru

Jadi di sini dikatakan, “Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya.” Sebuah pernikahan adalah peristiwa bahagia karena ketika dua orang bergabung dalam kesatuan, kita merasa bahagia. Namun jika terjadi perpisahan, maka muncul kesedihan pada tingkat tertentu. Akan tetapi di sini ungkapan, “meninggalkan ayahnya dan ibunya” bukanlah peristiwa yang menyedihkan karena hal ini tidak menyatakan putusnya hubungan dengan ayah dan ibu. Makna yang terkandung di sini sekedar pembentukan satu unit yang baru – satu keluarga baru di mana suami baru itu akan mengambil peran baru sebagai kepala keluarga. Jadi mereka keluar dari unit yang lama untuk membentuk unit yang baru. Perpisahan ini hanya sekedar bertujuan membentuk satu unit keluarga yang baru.

Sangat mirip dengan yang kita kerjakan di Hong Kong. Gereja kita terus bertumbuh, dan akhirnya, jemaat menjadi terlalu banyak untuk ditampung. Kemudian sekitar 15 atau 20 anggota jemaat bergerak keluar membentuk satu gereja baru. Di sini terjadi perpisahan akan tetapi bukan jenis perpisahan yang memutuskan hubungan. Tujuannya adalah memulai gereja yang baru. Dan itulah sebabnya kita terus saja membentuk gereja baru. Peristiwanya mirip dengan sepasang pengantin yang melangkah keluar dari keluarga lama untuk membentuk unit keluarga yang baru, suatu hal yang patut disyukuri.


‘Bersatu’ Berarti ‘Dilem Bersama’, atau ‘Melengket Pada’

foxSesudah ungkapan “laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya,” apakah kelanjutannya? “Bersatu dengan isterinya.” Nah, kata ‘bersatu’ di sini memiliki makna ‘dilem bersama’ atau ‘melengket pada’. Jadi, terjemahan yang harfiah dari kalimat ini adalah “laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan melekat dengan isterinya.” Mulai sekarang, anda berdua akan melekat satu sama lain. Itulah yang dikatakan di sini. Bahasa Yunani untuk kata ini secara harfiah memang berarti melekat satu sama lain. Menariknya, kata ini di dalam bahasa Ibrani juga bermakna ‘melekat’.

Dalam Alkitab, kata ini pada dasarnya digunakan untuk menggambarkan hubungan antara kita dengan Allah, di mana kita akan melekat atau lengket dengan Allah. [Dalam ITB, kata itu sering diterjemahkan sebagai ‘berpaut’]. Dan saya harap lem yang dipakai cukup kuat. Saya harap lem yang dipakai hari ini sangat kuat. Kita semua pernah berurusan dengan masalah perbaikan rumah. Anda memakai lem, dan tahukah anda apa yang terjadi? Setelah sepuluh tahun, lem itu akan mengeras dan tidak melekat lagi. Ia kehilangan daya lekatnya. Saya sudah membahas hal ini sebelumnya, tentang hal kehilangan kasih yang mula-mula. Janganlah kehilangan daya lekat tersebut. Dapatkanlah jenis lem yang dari Allah, yang tidak menjadi keras dan tidak kehilangan daya lekatnya. Sangat banyak pernikahan yang ambruk, mengapa? Karena lemnya sudah tidak lengket lagi. Melekatlah satu sama lain!

 
“Sahabat yang Lebih Karib daripada Seorang Saudara”

Kata yang satu ini sangatlah menarik. Malahan, jika anda mengerti bahasa Perancis, maka anda akan memahami makna kata Yunani yang satu ini dengan baik. Kata Yunaninya adalah kollao. Banyak dari anda yang tahu bahwa bahasa Perancis untuk kata “dilem bersama” adalah Colle, benar bukan? Demikianlah, kata colle ini berasal dari bahasa Latin ‘kolla’ yang mengambil dari kata Yunani kollao. Menarik bukan? Anda jadi dilem satu sama lain. Dengan demikian, ikatan itu berlaku seumur hidup. Dan sebagai akibat dari pelekatan ini, anda menjadi satu dalam hati, satu dalam roh, di dalam kesatuan. Alkitab juga mengandung ayat yang berkata,

“Ada juga sahabat yang lebih karib daripada seorang saudara.”

Kata ‘karib’ di sini memakai kata yang sama. “Seorang sahabat yang melekat kepada anda seperti lem.” Dan persahabatan semacam ini seringkali lebih erat daripada persaudaraan.

Saya teringat pada suatu ketika di mana saya sedang bepergian, di masa kuliah, menuju lokasi perkemahan Paskah gereja kami dari London. Saya berangkat ke sana dengan sepeda motor, dan teman saya mengikuti dengan sepeda motornya sendiri. Sebenarnya, saat itu kami sekaligus mengadakan penginjilan ke Irlandia bersama-sama. Jadi, saat itu kami sedang menuju lokasi perkemahan. Suasana perkemahan sangat indah. Roh Allah hadir di tengah kami. Kami mengalami hadirat Allah secara luar biasa. Dan setelah acara berakhir, semua peserta pulang ke rumah masing-masing. Semua orang sudah berangkat pulang. Ada yang memakai bus, mobil pribadi dan sebagainya. Kami berdua adalah mahasiswa yang miskin, jadi kami mengendarai sepeda motor masing-masing untuk pulang. Awal perjalanan pulang kami dari tempat perkemahan menuju London sangat menyenangkan. Lokasi perkemahan berada di selatan kota London, jaraknya cukup jauh. Dan kami melanjutkan perjalanan. Mendadak saja, mesin motor saya mengalami masalah. Kecepatan sepeda motor saya semakin berkurang dan akhirnya hanya dapat dipacu dengan kecepatan 10 mil/jam, hanya sedikit lebih cepat dari jalan kaki. Saya berusaha memainkan gas dan kopling motor saya, tetapi kecepatannya tidak mau melebihi 10 mil/jam.

Dan saudara seiman yang terkasih ini, teman sekamar saya, Dennis, dia harus memperlambat laju motornya agar bisa tetap bersama saya. Tentu saja saya tak dapat memacu kendaraan saya lebih cepat dari 10 mil/jam, jadi saya berkata kepadanya, “Dennis, kamu pulang saja. Tinggalkan saja saya di sini. Motor ini tak akan dapat melaju lebih cepat lagi, mungkin perlu waktu sekitar 7 atau 8 jam baru saya bisa sampai ke London. Pulanglah, karena kamu harus bekerja besok jam 8 pagi.” Namun saudara ini berkata, “Tidak, aku akan bersamamu di sini. Aku tidak akan pergi ke mana-mana.” Hal yang dia kuatirkan adalah kalau-kalau motor saya akan mati total, dan saya akan terdampar di tengah jalan di daerah pedesaan di tengah malam, jadi dia berkeras untuk tetap menemani saya. Saya berkata, “Kamu pulang saja.” Tetapi dia tidak mau meninggalkan saya. Demikianlah, selama berjam-jam kami melakukan perjalanan dengan kecepatan seperti itu. Dia menjalankan motornya dengan sangat lambat, sekedar menjaga agar sepeda motornya tetap seimbang karena kecepatannya hanya 10 mil/jam; perjalanan berlangsung sangat lambat. Hal ini berlangsung sampai pukul 2 dini hari. Dan saya menyadari bahwa dia harus bekerja pukul 8 pagi hari nanti. Lalu saya memohon kepadanya, “Sebaiknya kamu pulang saja. Kamu harus berangkat kerja; kamu harus beristirahat.” Dia menyahut, “Tidak bisa, saudaraku. Aku tidak akan meninggalkanmu di tengah jalan. Selama kamu masih di sini, aku akan menemanimu.” Saya sering memikirkan peristiwa ini. Persahabatan semacam ini sangat menyentuh hati saya. Seorang sahabat yang melengket kepada anda seperti lem.

Akhirnya, pada pukul 2 dini hari itu, saya katakan kepada Dennis, “Kalau kita harus bersama-sama, maka lebih baik kita pulang bersama karena kamu harus beristirahat.” Jadi saya harus meninggalkan motor saya di pinggir jalan di luar kota. Motor ini masih dapat dicuri karena masih mampu dikendarai, walaupun sangat lambat. Namun saya putuskan bahwa lebih penting memberi dia kesempatan beristirahat daripada mempertahankan motor saya. Jadi saya tinggalkan sepeda motor saya dan membonceng dia pulang ke London. Dua jam kemudian kami sampai di London, sekitar pukul 4 subuh. Dia hanya punya sekitar dua atau tiga jam untuk beristirahat dan setelah itu, dia berangkat kerja. Seorang sahabat yang melekat seperti lem. Saya harap di dalam melalui semua perkara, sambil mengingat akad nikah kalian berdua, kalian akan saling melekat satu sama lain, kalian akan saling bergantung satu sama lain seperti ikatan persahabatan yang baru saja saya ceritakan, ‘Aku tak akan meninggalkanmu.’


Disatukan Oleh Kristus: Meruntuhkan Segala Tembok

 Inilah makna pernikahan. Persatuan yang dibentuk, dalam hal ini, oleh Kristus. Jadi saya ingin, sambil menutup uraian ini, membacakan satu bagian lain dari Alkitab yang akan menjelaskan ayat tersebut, dan bagian ini berasal dari Efesus 2:14-15:

“Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan, sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera.”

Menjadi juru damai berarti meruntuhkan tembok pemisah. Kemudian Paulus melanjutkan dengan berkata di Efesus 6:15 bahwa Injil adalah “Injil damai sejahtera”, yang berarti bahwa ia adalah Injil yang mendamaikan kedua pihak menjadi satu. Injillah yang meruntuhkan tembok pemisah antara Allah dan manusia, dan antar manusia dengan manusia. Inilah makna gereja. Peliharalah visi gereja ini. Visi dari gereja adalah – melayani dengan meruntuhkan tembok pemisah antara manusia dengan Allah. Tembok dosa, tembok permusuhan, tembok kejahatan, keserakahan, keegoisan dan tembok antara satu dengan lainnya. Tujuannya adalah membangun masyarakat tanpa tembok pemisah. Itulah misi kita. Itulah visi kita. Jika ada di antara jemaat yang bergerak tanpa memahami apa arti gereja, yakni untuk memberitakan Injil damai sejahtera, maka mereka cenderung bergerak memberitakan permusuhan, membangun tembok pemisah antar manusia.


Membangun Kesatuan: Jagalah Ucapanmu!

wallBagaimana anda membangun suatu kesatuan? Nah, bagaimana anda akan membangun pernikahan? Sangat mudah dipahami. Saat pertama kali anda bertemu, apakah anda langsung berkata, “Aku akan menikahimu”? Tentu saja tidak. Anda bahkan belum saling mengenal dengan baik. Jadi langkah yang pertama adalah dengan meruntuhkan tembok apa? Ketidak-akraban. Tembok yang membuat kita merasa asing satu sama lain, kita tidak saling mengenal. Ada banyak tembok pemisah – budaya, sosial, politik dan rasial. Benak manusia penuh dengan tembok. Di mana-mana kita menemui tembok pemisah. Ada sangat banyak tembok pemisah yang perlu kita runtuhkan, dan ada lagi tembok emosional. Pernahkah anda memperhatikan tembok emosional? Anda menatap wajah seseorang dan membatin, “Aku tidak suka orang ini.” Alasan yang tidak masuk di akal, anda hanya tidak suka wajah seseorang. Demikianlah manusia. Ia akan selalu membangun tembok pemisah. Jadi anda harus meruntuhkan banyak tembok pemisah. Sudahkah anda melakukannya? Anda harus saling mengenal. Anda harus meluangkan waktu. Ada banyak tembok pemisah yang harus diruntuhkan dan secara perlahan, apa yang akan terjadi? Dengan semakin banyak tembok yang diruntuhkan, anda semakin mendekati titik di mana anda menjadi satu kesatuan. Bukankah ini indah? Itulah makna gereja. Kita saling mengenal, kita saling meruntuhkan tembok pemisah.

Bagaimana melakukan hal ini? Anda melakukannya dengan ucapan. Anda harus saling berkomunikasi. Alkitab banyak membahas tentang ucapan, tentang lidah.

“Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar” (Kolose 4:6).

Ucapan yang sia-sia, apakah dampaknya? Ia akan membentuk tembok pemisah. Jika anda mengucapkan hal yang buruk tentang seseorang, sebuah tembok pemisah akan terbentuk. Pemisah itu akan menjadi semakin tebal di dalam benak orang lain.

Saya beritahu anda hal yang pernah terjadi. Saya teringat dengan seorang rekan sekerja yang mengatakan hal yang buruk mengenai rekan sekerja lainnya. Dan tahukah anda apa yang terjadi? Saat anda mendengar hal yang negatif tentang seseoang, hal itu langsung membentuk tembok pemisah di benak anda, suatu pembatas emosional, jadi ketika anda kemudian bertemu orang itu, apa yang terjadi? “Orang ini ternyata tidak sebaik perkiraanku.” Anda lihat, suatu pemisah yang membatasi komunikasi. Saya bergumul dengan tembok itu. Saya bertekad untuk menyingkirkan tembok pemisah tersebut, tetapi memang tidak mudah. Demikianlah kekuatan dari kata-kata. Ucapan dapat menciptakan tembok pemisah yang merusak relasi.

Anda bahkan dapat menciptakan tembok pemisah walau sedang bercanda. Ada seorang yang menjalani pernikahan di Malaysia, dan pengiring pengantin pria sedang berbicara dengan pengantin perempuan tepat sebelum pernikahan. Begitu melihat bahwa pengantin perempuan agak tegang, sang sahabat ini berusaha bercanda untuk mencairkan suasana. Sayangnya, hal yang dia sampaikan lewat canda justru menambah masalah. Tahukah anda apa yang dia sampaikan kepada pengantin perempuan ketika dia sedang berjalan menuju mimbar? Saat itu sambil senyum dia berkata, “Apa kamu yakin mau menikah dengan dia?” Orang ini hanya sekedar bercanda, dan dia mengira bahwa mempelai perempuan akan tertawa, dan semua urusan akan berakhir beres. Akan tetapi pengantin perempuan itu tidak tertawa. Dia justru memikirkan hal lain, “Orang ini adalah sahabat karib dari calon suamiku. Dan kalau sahabatnya sendiri bertanya ‘Apa kamu yakin mau menikah dengan dia?’ berarti memang ada masalah dengan calon suamiku.” Demikianlah, sambil berjalan menuju mimbar, mempelai perempuan terus saja memikirkan ucapan, “Apa kamu yakin mau menikah dengan orang ini?” Dan tahukah anda betapa ucapan yang dimaksudkan sebagai canda itu telah mengganggu hubungan suami-istri tersebut sampai sekarang? Demikianlah, Alkitab memperingatkan kita untuk tidak mengucapkan hal yang sia-sia walaupun dalam canda.

Menurut ucapanmu,” kata Yesus, “engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum.” Tahukah anda mengapa? Karena ucapan anda dapat meruntuhkan tembok pemisah serta menyatukan orang-orang, dan dengan demikian, anda akan dibenarkan; atau anda dapat membentuk tembok pemisah melalui ucapan anda, menciptakan ketegangan dan sengketa, dan anda akan dihukum. Walaupun ucapan yang sia-sia itu anda sampaikan lewat canda yang tidak perlu ditanggapi dengan serius, tetapi anda tidak tahu bagaimana jalan pikiran orang lain.

imagesDemikianlah saudara-saudari sekalian, ijinkan saya sampaikan hal ini kepada anda, saat anda menikah dan tembok pemisah anda runtuh, jagalah ucapan anda. Jagalah ucapan anda! Camkanlah hal ini baik-baik. Terlalu banyak pernikahan yang berantakan akibat dari apa? Akibat dari lidah! Ucapan! Saya sampaikan hal ini berdasarkan pengalaman dalam pelayanan, melalui hal-hal yang kami lalui dalam berbagai pelayanan konseling. Dan anda tahu, pemisah itu mulai muncul dari kata-kata yang tampaknya tidak menyakiti. Sedikit ucapan keras, sedikit ucapan kasar, sedikit ucapan keterusterangan, berkurangnya kesopanan. Anda akan menyesal karena telah membangun tembok pemisah dengan ucapan anda. Sekarang anda sudah meruntuhkan semua tembok pemisah – anda berdua sudah menjadi satu. Pastikanlah bahwa anda tidak akan mengucapkan hal-hal yang akan menjadi tembok pemisah baru nantinya. Inilah kata-kata yang terpenting untuk anda dari saya – percayalah. Karena anda dapat membangun kesatuan yang berkelanjutan lewat ucapan yang menguatkan, penuh kasih, ramah, penuh pertimbangan dan bertenggang-rasa. Ucapan-ucapan semacam itulah yang perlu kita biasakan. Namun terkadang kita menjadi tidak sabar. “Kenapa sampai begitu?” Nada ucapan saja sudah membuat masalah. Suatu tembok pemisah emosional mulai tumbuh. Namun jika anda teruskan dengan menambahkan kata-kata yang kasar (sering terjadi di dalam rumah tangga), pernikahan akan mulai retak dan itu semua berawal dari kata-kata. Percayalah, semua itu berawal dari ucapan. Pada awalnya, kata-kata yang dipakai tidak terlalu kasar, namun sejalan dengan usia pernikahan, kata-kata yang dipakai menjadi semakin kasar dan akhirnya anda menghancurkan segalanya.

happySaya mohon kepada anda, pahamilah ajaran Kitab Suci mengenai kuasa dari lidah – kuasa dari ucapan. Jika anda ikuti nasehat saya dan tidak pernah melontarkan kata-kata kasar satu sama lain, maka pernikahan anda akan berada di jalur yang benar. Dan jika anda terus memakai kata-kata yang membangun, ramah, penuh kasih, maka rumah tangga anda akan menguat dan terus menguat. Yesus sudah memberi kita landasan bagi pernikahan. Hubungan kita dengan Yesus, melalui darahnya, melalui salibnya, dia telah menghamparkan landasan yang membuka komunikasi kita dengan Allah Bapa. Anda disatukan antara satu dengan yang lain di dalam Allah, di dalam Kristus melalui darahnya. Persahabatan kita, seperti yang saya jalin dengan Dennis, diawali dan berakar di dalam Kristus. Kami sama-sama ingin memberitakan Injil, hal yang juga menjadi hasrat anda. Dan kemudian, dengan saling menguatkan satu sama lain, kami membangun hubungan persahabatan yang kuat di tingkat manusia. Kadang kala, ucapan yang tegas memang harus disampaikan, dan hal itu memang perlu. Namun pastikanlah bahwa ucapan yang tegas itu tidak merupakan ungkapan yang keras dan merusak. Jadi, jika anda camkan hal ini, maka anda akan memahami rahasia membangun kesatuan dan meruntuhkan tembok pemisah, yang membawa pada kesatuan yang semakin kuat seiring waktu.

Dan bagi kita semua, hal yang sama berlaku di dalam semua hubungan antar manusia. Secara khusus, di dalam gereja, berjaga-jagalah terhadap orang yang mengucapkan kata-kata yang jahat, kasar, yang selalu mencela orang lain. Di dalam Perjanjian Baru, Paulus secara khusus berkata, “Waspadalah terhadap orang-orang semacam itu karena mereka akan membangun pemisah yang akan menghancurkan gereja.” Kita menghendaki gereja yang membuang semua pemisah di antara kita, suatu masyarakat baru yang disebut Alkitab sebagai Kerajaan Allah. Mari kita tutup dalam doa.

 

Berikan Komentar Anda: