Pastor Eric Chang | Matius 13:10-17 |
Kita akan membahas dari Matius 13:10-17. Dari nas ini, yang merupakan bagian dari perumpamaan tentang seorang penabur, ada beberapa hal yang sangat penting yang ingin disampaikan oleh Yesus pada kita. Pertanyaan dan persoalan yang ada di nas ini begitu penting sehingga jika kita gagal untuk memahaminya dengan benar, maka kita akan berada di jalur yang salah dalam memahami Firman Allah. Nas paralel ada di Markus 4 dan Lukas 8, tetapi kita akan fokus pada nas di Matius yang lebih lengkap.
Dalam pembahasan nas ini, saya harap Anda mengingat-ingat beberapa pertanyaan penting. Pertanyaan pertama yang perlu kita bahas menyangkut isi dari bagian itu sendiri. Mengapa Yesus mengajar dengan memakai perumpamaan? Apakah untuk menutupi atau untuk menyingkapkan kebenaran? Apakah untuk menyembunyikan pesan keselamatan atau untuk mengungkapkannya? Jika pesan itu memang ingin disembunyikan dari telinga orang-orang tertentu, apakah itu merupakan tujuan Allah? Ini adalah pertanyaan yang perlu kita bahas karena akan membawa kita kepada pertanyaan yang lebih luas lagi cakupannya: apa tujuan Allah bagi kita? Apakah Ia ingin menyelamatkan kita atau tidak? Jika tujuan pemakaian perumpamaan adalah untuk menutupi pesan keselamatan, berarti mungkin saja Ia tidak ingin menyelamatkan kita. Kelihatannya seperti suatu jawaban yang aneh, tetapi di dalam beberapa aliran teologi, inilah jawaban yang mereka yakini. Para penerus ajaran Calvinis meyakini bahwa perumpamaan disusun untuk menutupi ketimbang menyingkapkan; dan perumpamaan lebih menitik-beratkan penghakiman daripada anugerah.
Inilah pertanyaan-pertanyaan yang saya ingin Anda perhatikan sejalan dengan pembahasan kita nanti. Mengapa Yesus berbicara kepada kita di dalam perumpamaan? Adakah keselamatan itu bagi setiap orang? Mari kita kembali ke Matius 13:10-11:
Kemudian datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya, “Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?” Jawab Yesus, “Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Surga, tetapi kepada mereka tidak.
Apakah jawaban Yesus ini mengungkapkan niat atau mengungkapkan fakta? Ada perbedaan yang sangat penting antara keduanya. Apakah memang merupakan niat Allah untuk tidak menyatakan rahasia Kerajaan Surga kepada beberapa orang tetapi menyatakannya kepada yang lain? Hal ini kemudian berkembang menjadi pengajaran predestinasi yang menyatakan bahwa sebagian orang sudah ditetapkan untuk diselamatkan dan sebagian yang lain tidak. Cabang pertanyaan yang lain adalah, apakah jawaban Yesus ini hanya sekadar mengungkapkan fakta yang ada, bukan mengungkapkan niat Allah – yaitu bahwa Anda memperoleh kerajaan Allah karena Anda telah menerimanya dan yang lain tidak memperoleh karena mereka tidak menerimanya?
KETEPATAN SANGAT PENTING DALAM MENELAAH FIRMAN TUHAN
Pembahasan Firman Allah menuntut pikiran yang jernih dan pemahaman yang akurat. Setiap kesalahan akan berakibat serius, yang jauh lebih berat dari akibat dari melakukan kesalahan dalam bidang yang lain. Kesalahan di dalam merancang jembatan mungkin akan berakibat runtuhnya jembatan tersebut dan menimbulkan korban jiwa yang memang sangat disayangkan tetapi masih tidak seberat penyampaian firman yang keliru. Mendengarkan pengabar Injil yang keliru menyampaikan firman Tuhan, dapat membahayakan kehidupan kekal seseorang. Tanggungjawab yang sangat berat ini selalu terngiang di kepala saya sehingga saya melanjutkan pembahasan ini hanya di bawah kasih karunia Allah.
Untuk dapat memahami mengapa Yesus memakai perumpamaan kita lihat ke Matius 13:12-17:
Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. Itulah sebabnya aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti. Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka. Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya
Firman tersebut pertama kali disampaikan kepada bangsa Israel oleh Yesaya. Agak sulit untuk dipahami. Justru karena bagian ini memang sulit untuk dipahami, ia mengandung kebenaran yang sangat penting. Yesus secara konsisten mengajar orang banyak dengan memakai perumpamaan. Mengapa? Seperti yang sudah saya ajukan sebelumnya: Apakah itu ditujukan untuk menutupi keselamatan atau justru untuk mengungkapkannya? Jika Anda menyatakan bahwa hal itu bertujuan untuk mengungkapkan keselamatan, maka Anda sudah mengambil posisi yang berseberangan dengan para penganut predestinasi dan Calvinisme. Jika Anda berkata bahwa hal itu ditujukan untuk menutupi kebenaran dari mereka, maka Anda sudah mengambil posisi yang sama dengan para penganut predestinasi dan Calvinisme. Ini berarti Anda sedang menyatakan bahwa Allah telah mengeluarkan ucapan yang menghakimi dan bukannya menyatakan keselamatan agar orang-orang dapat melihat atau mengerti. Hanya orang yang diberi mata untuk melihat dan telinga untuk mendengar yang dapat memahami; yang lain dengan sengaja akan dibutakan. Menurut mereka, apa bukti bagi pengajaran ini? Kita baca Yohanes 12:39-40 (yang merupakan kutipan dari Yesaya 6:10):
Karena itu mereka tidak dapat percaya, sebab Yesaya telah berkata juga: “Ia telah membutakan mata dan mendegilkan hati mereka, supaya mereka jangan melihat dengan mata, dan menanggap dengan hati, lalu berbalik, sehingga Aku menyembuhkan mereka.”
Allah telah membutakan mata mereka sehingga mereka tidak dapat melihat, mengeraskan hati mereka sehingga mereka tidak menanggapi, supaya mereka tidak berbalik dan disembuhkan oleh-Nya. Di dalam pengajaran ini, Calvin dan para penganut predestinasi bersukacita!
Akan tetapi, saya bermaksud untuk membantah pandangan mereka. Jika benar bahwa Allah tidak menghendaki Anda diselamatkan, saya akan segera mematikan komputer saya saat ini juga dan berhenti berkhotbah. Tidak ada lagi hal yang perlu saya beritakan. Jika Calvin benar, maka saya tidak memiliki alasan untuk berkhotbah, karena Allah tidak menghendaki supaya orang-orang bertobat. Dan tidak ada lagi gunanya mengabarkan Injil kepada orang non-Kristen, jika pekabaran injil diarahkan untuk menutupi dan bukannya menyatakan, setidaknya bagi mereka yang telah ditetapkan untuk binasa. Namun tidak baik jika kita langsung menarik kesimpulan ini karena firman Allah tidak boleh dipahami secara dangkal. Hal inilah yang akan saya bahas.
Mari kita melanjutkan pengamatan kita pada ayat-ayat di Matius tadi dan bergerak menuju kesimpulannya yang benar. Pertama-tama, saya ingin menjabarkan pemahaman, lalu posisi teologi saya kepada Anda. Saya minta maaf karena di dalam kesempatan ini saya harus melibatkan pandangan Calvinisme dan predestinasi. Sebagian besar dari yang diajarkan oleh Calvin sangatlah besar manfaatnya; dan saya tidak memusuhi Calvin. Namun pada poin ini saya berbeda pandangan dengannya, dan saya tidak menyesal akan hal itu. Saya ingin menunjukkan kepada Anda mengapa penelaahan dan pemikiran teologinya keliru.
Jika Calvin benar, maka saya tidak memiliki alasan apapun untuk mengabarkan Firman Allah dan menulis buku untuk membahas pengajaran-Nya karena pengajaran Injil dirancang untuk menutupi dan bukannya mengungkapkan. Jika Yesus memang bermaksud menutupi kebenaran bagi banyak orang, bukankah saya juga harus melakukan hal yang sama? Buat apa saya pergi dan mengabarkan injil kepada banyak orang? Percuma! Bukankah Allah lebih suka melihat mata mereka dibutakan. Inikah kehendak Allah? Bagi saya, nyaris tak terbayangkan bahwa kita dapat menarik kesimpulan seperti itu dan kemudian mengajarkannya dengan sepenuh hati sekarang ini. Akan tetapi hal inilah tepatnya yang sedang dilakukan banyak orang. Bagi sebagian pihak, doktrin dan posisi keagamaan lebih penting dibandingkan manusianya. Saya tidak ingin terlibat dalam urusan seperti itu dan saya tidak menyesal mengatakan hal ini. Jika agama dapat bermegah di dalam Allah yang membutakan dan menghukum orang yang dibutakan-Nya ke neraka, atau dengan menulikan telinga dan mengeraskan hati mereka, saya tidak mau terlibat dalam urusan ini. Saya tidak mau menjadi pekerja di dalam agama seperti itu. Akan tetapi Allah Alkitab sama sekali tidak seperti itu. Kita tidak boleh memahami Alkitab diluar konteksnya.
Calvin, di dalam tulisannya tentang hal ini, yang berjudul The Eternal Predestination of God (Takdir Kekal dari Allah), sangat mengandalkan kutipan dari Matius tersebut. Tidak ada satu hal pun yang saya setujui dari tulisan tersebut, kecuali poin bahwa hati orang-orang tersebut dikeraskan karena mereka telah berbuat dosa. Namun, sekalipun ia mengatakan bahwa orang-orang itu berbuat dosa terlebih dahulu, ia juga menyebutkan bahwa Allahlah yang mengeraskan hati mereka! Sebenarnya, cara saya menyajikan pandangannya jauh lebih lunak dibandingkan dengan perkataan langsung Calvin sendiri!
MENGERASKAN HATI
Mari kita lihat apa yang disampaikan oleh Firman Allah. Pertama, kita balik kembali pada kutipan dari Yesaya di Matius 13:14 (Yang juga dikutip di Yohanes 12:40):
Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap…
Jika Anda mencermati ayat tersebut dengan lebih teliti, Anda akan melihat betapa berbedanya ayat ini dengan kutipan yang diambil dari Yohanes 12, yang tentunya juga merupakan kutipan dari Yesaya 6:9-10. Mengapa keduanya mengutip Yesaya akan tetapi kutipannya sangat berbeda? Di Matius 13:14, kutipannya menggunakan Perjanjian Lama berbahasa Yunani, bukan yang berbahasa Ibrani. Mengikuti Septuaginta kata demi kata, tanpa perubahan dalam tensa dan pengalimatannya; ayat itu merupakan kutipan harfiah dari Perjanjian Lama berbahasa Yunani. Kita melihat bahwa para penerjemah Perjanjian Lama ke dalam bahasa Yunani, justru karena kuatir jika orang-orang yang belum mahir dalam teologi akan salah paham, telah melembutkan tekanan makna dari apa yang tertulis dalam bahasa Ibraninya. Tidak ada dikatakan tentang Allah yang mengeraskan hati atau membutakan mata seseorang.
Tuhan menyebut tentang orang-orang yang mendengar tetapi tidak mengerti. Pernyataan ini bersifat mengungkapkan fakta, menjelaskan bahwa hati orang-orang tersebut telah menjadi tumpul dan telinga mereka telah menjadi tuli. Allah tidak melakukan kedua hal tersebut. Tanggungjawab sepenuhnya terletak di pundak orang-orang Israel tersebut karena telah menutup mata terhadap kebenaran dari Allah. Hal ini tidak ada hubungan sama sekali dengan tindakan Allah.
Selanjutnya, kita masuk ke kitab Yesaya untuk melihat apa yang sebenarnya dikatakan di sana. Terjemahan bahasa Inggris mengikuti teks berbahasa Ibrani dan bukannya Yunani. Di Yesaya 6:9-10 kita melihat:
Kemudian firman-Nya: “Pergilah, dan katakanlah kepada bangsa ini: Dengarlah sungguh-sungguh, tetapi mengerti: jangan! Lihatlah sungguh-sungguh, tetapi menanggap: jangan! Buatlah hati bangsa ini keras dan buatlah telinganya berat mendengar dan buatlah matanya melekat tertutup, supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik dan menjadi sembuh.
Pernyataan tersebut menjelaskan fakta atau niat? Sekarang kita mengerti dari mana kutipan di Yohanes 12:40 berasal. Ia mengutip dari Perjanjian Lama berbahasa Ibrani. Sebagai alat dan hamba Allah, Yesaya disuruh untuk membuat hati bangsa ini mengeras – yaitu menjadi tumpul dan lamban dalam memahami hal rohani. Ia disuruh membuat telinga bangsa ini menjadi berat dan menutup mata mereka (perhatikan, ia tidak disuruh membutakan mata mereka). Yohanes 12:40 benar-benar berkata bahwa Allah melakukan hal ini melalui Yesaya. Anda mungkin menanggapi, “Wah, kalau begitu pengikut Calvin benar.” Ya, tetapi hanya sebagian. Jika Anda mengerti mengapa demikian, maka keseluruhan gambarannya akan berubah. Saya akan mengajukan pertanyaan yang sangat sederhana bagi Anda. Yesaya, nabi besar Allah, mendapat penglihatan dari Allah. Dan Allah mengutusnya dengan misi menutup mata bangsa ini dan membuat telinga mereka menjadi berat. Mengapa? Jika Anda membaca lima pasal pertama dari Yesaya, Anda akan tahu jawabannya. Ini adalah karena mereka sendiri sudah menutup mata mereka. Inilah latar belakang bagi terjemahan Yunani, dan merupakan poin pertama yang perlu diperhatikan.
Sekarang kita masuk pada poin kedua. Yesaya dikirim untuk mengabarkan Injil. Sangat jarang di kitab yang lain, kedatangan Kristus, sang Mesias, digambarkan dengan sedemikian lengkap. Itu sebabnya mengapa kitab Yesaya sering disebut sebagai Injil Yesaya. Ia dikirim untuk mengabarkan Injil kepada bangsa Israel. Sekarang, pertanyaan saya adalah: Yesaya diperintahkan untuk pergi dan mengeraskan hati bangsa ini. Bagaimana cara ia melakukannya? Jika Allah memberi Anda perintah, “Pergi dan beritakan Injil, tetapi tutuplah mata orang-orang, tutup telinga mereka, dan keraskan hati mereka,” bagaimana Anda akan melakukannya?
Inilah kunci bagi eksposisi yang benar. Jawabannya bukanlah sekadar perkara tebak-menebak. Jawabannya tersedia bagi kita di dalam kitab Yesaya. Bagaimana cara Yesaya mematuhi perintah Allah? Jika ini merupakan acara pendalaman Alkitab, saya berminat untuk mendengar jawaban Anda. Bagaimana Anda akan pergi dan menutup hati orang-orang? Pikirkan hal itu. Bagaimana cara Anda melakukannya? Apakah Anda akan mendatangi seseorang dan meninju dadanya, berharap bahwa akan akan ada satu katup yang tertutup di dalam sana? Apakah Anda akan menutupi mata mereka dengan tangan Anda? Atau apakah saya harus menutupi telinga Anda dengan tangan saya pada saat saya mengabarkan Injil kepada Anda? Kedengarannya aneh, lalu bagaimana cara Anda melakukannya?
Kita perlu memikirkan dengan lebih mendalam sebelum kita sampai pada kesimpulan bahwa Allah menghendaki agar orang-orang tersebut binasa, atau bahwa Ia menghendaki sebagian besar orang binasa dan hanya sedikit orang yang terpilih untuk diselamatkan. Pengajaran macam apa ini? Bagaimana tepatnya cara Anda untuk menutup mata dan telinga orang-orang? Sederhana, Yesaya pergi dan mengabarkan kebenaran. Dengan cara apa lagi ia akan melakukannya? Tidak sulit untuk dipahami, seperti yang akan kita lihat nanti.
Kebenaran dari Allah akan menimbulkan satu dari dua dampak ini dalam kehidupan seseorang. Kebenaran itu akan membuka atau menutup mata Anda; akan membuka atau menutup telinga Anda. Jadi kebenaran itu akan menghidupkan atau mematikan Anda. Ringkasnya, kita dapat mengatakan bahwa kebenaran melakukan keduanya. Pada saat saya menyatakan kebenaran, beberapa orang akan menutup telinga mereka dan beberapa yang lain akan membuka hati mereka. Pada saat saya menyampaikan pesan Kristus, beberapa orang akan menjadi hidup, dan yang lainnya mati. Setiap penginjil mestinya dapat memahami hal ini dengan baik. Jika saya harus mengabarkan Injil kepada bangsa seperti Israel saat itu – bangsa yang tegar tengkuk dan memberontak – saya tidak perlu melakukan hal lain untuk menutup mata mereka. Mereka akan menolak kebenaran, seperti yang dikatakan oleh Allah kepada Yehezkiel: Pada saat kamu menyampaikan firman mereka akan menolakmu. Tetapi Aku akan meneguhkanmu (Yehezkiel 3:9).
Seperti batu intan, yang lebih keras dari pada batu Kuteguhkan hatimu; janganlah takut kepada mereka dan janganlah gentar melihat mukanya, sebab mereka adalah kaum pemberontak.
TIDAK MENGHENDAKI SATU ORANGPUN BINASA
Allah tidak menghendaki satu orangpun binasa. Sayangnya kebenaran ini ditolak oleh Calvin. Menurut dia, Allah menghendaki sebagian besar orang binasa. Saya menolak pengajaran semacam itu. Sekalipun Allah tahu bahwa orang-orang tidak mau mendengar firman-Nya, tetapi Ia terus menerus mengirimkan hamba-Nya. Sebagai contoh, itulah makna pesan yang disampaikan Yesus di dalam perumpamaan tentang para penyewa kebun anggur. Mereka membunuh hamba yang satu dan Ia mengirimkan yang lainnya lagi. Akhirnya, Ia mengirim anak-Nya tetapi mereka membunuhnya juga. “Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau” (Matius 23:37). Bangsa itu sendiri yang tidak mau berkumpul di bawah sayap Tuhan. Berbahaya sekali ajaran yang mengatakan bahwa Allah tidak mau mengumpulkan mereka!
Jika kita sudah memahami hal ini, kita akan tahu dengan cara apa Allah membutakan mata orang-orang. Cukup dengan menyampaikan kebenaran saja. Yohanes 12:40 akan terdengar berbeda jika Anda memahami prinsip ini. Terang akan memberi Anda penglihatan ataupun membutakan Anda. Terang membutakan mata Paulus sebelum ia memberinya penglihatan. Jadi bukan hanya kegelapan yang membutakan. Terangpun dapat membutakan. Dan memang demikian, Allah mengirim Yesaya untuk membuat hati bangsa tersebut mengeras dengan jalan mengabarkan kebenaran. Ini karena mereka tidak ingin menerimanya dan Ia sudah tahu bahwa mereka akan menanggapi secara demikian dan tidak akan menerimanya. Lalu mengapa Ia mengabarkan injil? Ia tidak menghendaki satu orangpun binasa, itulah keseluruhan maksudnya! Kita baca kata-kata yang indah ini di dalam Perjanjian Lama, “Sepanjang hari Aku telah mengulurkan tangan-Ku kepada suku bangsa yang memberontak” (lihat Yesaya 65:1-2).
Aku telah berkenan memberi petunjuk kepada orang yang tidak menanyakan Aku; Aku telah berkenan ditemukan oleh orang yang tidak mencari Aku. Aku telah berkata: “Ini Aku, ini Aku!” kepada bangsa yang tidak memanggil nama-Ku. Sepanjang hari Aku telah mengulurkan tangan-Ku kepada suku bangsa yang memberontak, yang menempuh jalan yang tidak baik dan mengikuti rancangannya sendiri.
Mengapa Ia harus mengulurkan tangan-Nya kepada bangsa yang tegar tengkuk? Ia tidak ingin mereka binasa. Sebenarnya, tidak akan ada yang binasa kecuali mereka yang menampik tangan Yesus yang berlubang paku. Ia berdiri di pintu gerbang neraka dan menghalangi mereka dengan tangannya yang berlubang paku, dan berkata, “Tolong jangan dilanjutkan.” Ia tidak menghendaki seorangpun binasa.
Sekarang, tentunya kita dapat memahami betapa berbahayanya pemahaman yang tidak tepat dan dangkal dari firman seperti Yohanes 12 dan menyimpulkan bahwa Allah menghendaki kebinasaan kita dan dengan demikian membutakan mata kita. Sebelum kita melompat kepada kesimpulan seperti itu, kita harus menyadari bahwa Allah berkata benar. Kami orang Tionghoa sangat memahami arti perkataan itu. Kami tahu betapa sulitnya menelan kebenaran dan itu sebabnya mengapa banyak orang yang menolak kebenaran. ‘忠言逆耳﹐良藥苦口’ – kami mengenali kata-kata itu dengan sangat baik. Kalimat tersebut berarti bahwa apa yang baik dan yang benar sangat sulit diterima kuping kita, dan obat memiliki rasa pahit. Itu sebabnya saya selalu mendorong orang-orang Kristen untuk mencintai kebenaran. Apapun akibatnya, kita harus terus mencintai kebenaran sampai akhir hayat kita. Kebenaran di dalam perkara ini adalah bahwa kita dapat memastikan dengan teguh tanpa ragu berdasarkan Alkitab bahwa Allah tidak menghendaki satu pun yang binasa. Ia menyebutkannya di 2 Petrus 3:9:
Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.
Setiap orang yang berani berkata bahwa Allah mengkehendaki kebinasaan sebagian orang – malahan sebagian besar orang – berarti orang itu sedang mengajarkan kesesatan.
APA YANG MEMBUAT DOKTRIN PREDESTINASI TAMPAK BENAR?
Apa yang membuat Calvinisme seolah-olah tampak benar? Karena mereka mengutip dan menyajikan ayat-ayat seperti Yohanes 12:40 kepada orang-orang yang belum mendapatkan pemahaman yang cukup untuk itu. Persoalan ini muncul jika Anda hanya mengamati perkaranya secara sekilas saja. Sebagaimana yang diketahui oleh kebanyakan ahli hukum, sebuah pernyataan bisa kelihatan benar jika Anda belum mendalaminya lebih jauh. Namun pada saat Anda memeriksa dengan lebih seksama, pemahaman yang didapat bisa berlawanan dengan bunyi pernyataan yang sedang Anda periksa. Dalam hal ini, apa yang kita baca di dalam Alkitab tidak selalu memiliki pengertian sebagaimana yang tampak di permukaan. Kita harus memahami dulu prinsip yang mendasarinya.
Kedua, apa yang membuat pandangan predestinasi dari kaum Calvinis berkesan benar adalah karena mereka hanya menekankan satu poin: kehendak Allah. Kedengarannya baik, karena Alkitab banyak berbicara tentang kehendak Allah. Namun, ada dua hal dari pengajaran tentang kehendak Allah ini yang tidak alkitabiah.
Pertama, adanya penekanan yang berlebihan tentang kehendak Allah sampai-sampai mengabaikan kekudusan dan kasih-Nya. Dengan kata lain, di dalam ajaran predestinasi ini, kekudusan dan kasih Allah tidak diperhitungkan sama sekali. Keduanya dikorbankan di dalam dokrin kehendak Allah. Ini berarti bahwa keselamatan yang Allah berikan kepada seseorang tidak berhubungan sama sekali dengan kekudusan dan kasih Allah. Semuanya tergantung pada kehendak-Nya, entah Anda seorang pendosa ataupun bukan, tidak menjadi soal. Inilah inti dari Calvinisme. Sekalipun Calvinisme tidak menolak kedua hal itu, tetapi kekudusan dan kasih Allah tidak diperhitungkan sama sekali. Bagaimana Anda bisa berbicara seperti itu tentang Allah yang penuh kasih? Benar sekali, Allah yang menghendaki sebagian besar orang binasa sangat sulit disebut Allah yang penuh kasih. Akan tetapi hal yang diperhitungkan oleh Cavinisme hanyalah kehendak Allah. Kedaulatan Allah yang sering dirujuk oleh penganut Calvinisme pada dasarnya adalah kedaulatan kehendak Allah. Ia akan melakukan apapun yang Ia inginkan. Tidak dapat dipertanyakan apakah hal itu benar atau salah; sesuatu itu benar atau salah bergantung kepada kehendak Allah. Dengan demikian, sesuatu itu benar atau pun salah tergantung pada apakah Ia ingin melakukannya atau tidak. Tidak peduli apakah hal itu mungkin tidak cocok dengan kekudusan atau kasih-Nya. Sebagaimana yang ditegaskan olh kaum Calvinis, kedaulatan kehendak Allah berada di atas segalanya dan menutupi segalanya. Hal ini membuat kita bertanya-tanya: apakah doktrin tentang kedaulatan Allah yang alkitabiah memang seperti ini?
Kita sampai pada hal yang kedua. Karena kehendak Allah itu berdaulat, maka Calvin menyebutkannya juga sebagai sesuatu yang tidak dapat dipahami. Dan para penganut Calvinisme mengandalkan dasar pemikiran ini untuk membela diri pada saat doktrin mereka dipertanyakan. Posisi ini cukup aman karena Anda tidak dapat mempertanyakan sesuatu yang tidak dapat dipahami. Seperti kutipan yang digemari oleh Calvin, “Siapakah kamu, hai manusia?” ia menekankan keadaan kita sebagai makhluk yang fana, “Ia adalah Allah, dan kamu hanya manusia. Jadi tidak boleh kamu mempersoalkan Dia!” Jika itu maunya, mungkin lebih baik jika kita tidak usah berpikir sekalian. Tidak perlu menalar; tidak perlu berpikir karena perkaranya jelas-jelas tidak terpahami. Singkatnya, kita tidak boleh menanyakan apa-apa tentang kehendak Allah. Kita boleh membaca Alkitab, tetapi kita tidak perlu memikirkan tentang kehendak Allah karena hal itu jelas-jelas tidak terpahami. Seperti yang sudah dinyatakan di bagian depan. Ada bahaya terselubung dari doktrin semacam ini. Saya mengatakan hal ini secara terbuka, mungkin lebih terbuka dari kebanyakan pengajar karena saya melihat bahayanya yang sangat menakutkan.
APAKAH ALLAH TIDAK DAPAT DIPAHAMI?
Bahaya ajaran tersebut adalah bahwa Allah menjadi sangat tidak dapat dipahami. Bagaimana kita dapat mengasihi Allah yang memiliki perilaku yang tidak dapat dipahami? Tidak ada cara untuk dapat memahami tindakan-Nya karena Ia tidak dapat dipahami. Karena kehendak-Nya tidak dapat dipahami, maka Anda harus menyembah-Nya secara membabi buta – bukan karena kasih-Nya, bukan karena kekudusan-Nya, tetapi karena kehendak-Nya yang sangat berkuasa. Sebagai makhluk ciptaan, tugas Anda hanya sekadar berlutut menyembah-Nya. Ia menyuruh Anda dan Anda langsung mengerjakan. Anda menyembah-Nya karena kehendak-Nya sangat berdaulat. Ia menyampaikan sabda-Nya dan sesuatu segera terlaksana. Saya tidak tahu apakah mungkin bagi kita untuk mengasihi Allah dengan setulus hati jika berpegang pada doktrin seperti ini.
Dampak lain dari doktrin ini adalah bahwa tanggung jawab manusia disingkirkan sepenuhnya. Anda tidak lagi bertanggung jawab atas tindakan Anda karena satu-satunya hal yang penting adalah kehendak-Nya. Apa yang Anda lakukan atau tidak Anda lakukan tidak menjadi persoalan karena yang penting adalah kehendak-Nya! Akibat dari doktrin ini sangat mengerikan.
Apa yang salah dengan doktrin predestinasi? Tidak ada disebutkan di dalam Alkitab bahwa kehendak Allah itu merupakan hal yang tidak dapat dimengerti dalam artian tidak dapat dipahami alasannya. Di dalam setiap tempat di Alkitab, kita melihat bahwa kasih dan kekudusan Allah menjadi dasar bagi kehendak-Nya. Hal ini berlaku bagi manusia dan berlaku juga bagi Allah. Kehendak Anda tidak dijalankan tanpa alasan yang jelas. Kepribadian Anda akan mengendalikan fungsi kehendak Anda. Itu sebabnya Anda seringkali dapat menduga apa yang akan dilakukan atau diputuskan oleh seseorang jika Anda sudah mengenali kepribadiannya secara cukup mendalam. Jelas tidak benar jika dikatakan bahwa kehendak seseorang berfungsi di luar kepribadiannya. Demikian pula halnya dengan Allah, sebagaimana yang dapat kita lihat di dalam Alkitab. Namun hal ini justru diabaikan oleh para penganut pre-destinasi.
Di dalam Alkitab kita dapat melihat bahwa kasih dan kekudusan Allah menentukan pelaksanaan kehendak-Nya. Dengan jalan ini, kita dapat memahami Allah. Karena saya mengetahui hal ini dari pengalaman sendiri, saya tidak bemasalah untuk memahami Allah. Sekalipun saya mungkin tidak memahami Dia sepenuhnya, saya dapat memahami Dia di dalam tingkatan yang cukup mendalam. Dan saya dapat menanggapi kasih dan kekudusan-Nya. Allah yang kehendak-Nya semena-mena, tidak terduga, dan tidak memiliki alasan, itu yang tidak dapat saya mengerti atau tanggapi. Bagaimana bisa saya memberi tanggapan, jika Allah yang melakukan semua respon itu di dalam saya? Jika demikian halnya, saya hanya akan menjadi boneka rohani di atas panggung sandiwara.
PERUMPAMAAN MEMBANTU KITA UNTUK MEMAHAMI FIRMANNYA
Mari kita kembali ke Alkitab, kepada petanyaan yang semula. Pada waktu Yesus berbicara dengan memakai perumpamaan, apakah hal itu untuk menutupi atau menyatakan kebenaran? Apa yang seharusnya menjadi jawaban kita sekarang? Saya harap sekarang ini kita sudah berada di dalam posisi yang lebih baik untuk menjawab pertanyaan apakah Yesus memakai perumpamaan untuk menutupi atau menyatakan kebenaran. Apakah Yesus mengajar orang banyak dengan tujuan supaya mereka tidak dapat memahaminya? Tidakkah hal ini akan membuat segala yang diajarkan Yesus menjadi tidak masuk akal dan keterlaluan, jika boleh dikatakan demikian? Apa gunanya pergi mengabarkan Injil jika Anda tidak ingin orang lain mengerti apa yang Anda sampaikan? Bayangkan jika saya harus mengabarkan Injil kepada Anda dengan tujuan supaya Anda tidak dapat mengerti! Jika saya harus mengabarkan injil kepada Anda dengan tujuan supaya Anda tidak mengerti, maka lebih masuk akal jika saya menutup Alkitab dan pergi tanpa berbuat apa-apa.
Mari kita ajukan pertanyaan lanjutannya. Apa itu perumpamaan? Perumpamaan adalah ilustrasi yang dipakai untuk menggambarkan kebenaran ilahi. Lalu apa tujuan ilustrasi itu? Apakah ilustrasi Anda pakai untuk menutupi apa yang hendak Anda sampaikan atau dipakai untuk menjelaskan apa yang hendak Anda sampaikan? Dengan begini, jawabannya tentu sangat jelas. Orang menggunakan ilustrasi untuk membantu orang lain agar dapat memahami apa yang disampaikan, bukannya untuk mencegahnya dari pemahaman yang dibutuhkan.
Pada saat Yesus mengajar dengan memakai perumpamaan, ia sedang mengajar dengan memakai ilustrasi, untuk membantu kita memahami perkara-perkara yang sedang disampaikannya. Seperti yang dikatakan oleh Yesus kepada Nikodemus,
“Kamu tidak percaya, waktu Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal duniawi, bagaimana kamu akan percaya, kalau Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal surgawi?”.
Hal ini dengan sempurna mengambarkan inti dari sebuah perumpamaan. Yesus tahu bahwa kita punya masalah untuk memahami hal-hal rohani, karena itu dia berbicara kepada kita memakai gambaran yang membumi. Jika, di sisi lain, kita bahkan tidak dapat memahami gambaran yang sangat membumi, bagaimana kita dapat memahami hal-hal rohani yang disampaikan secara apa adanya?
Dari apa yang telah kita diskusikan, kita mulai memahami sesuatu. Yesus sedang berusaha untuk menyampaikan kebenaran kepada kita dalam cara yang dapat kita pahami. Itulah alasan mengapa dia memakai gambaran atau perumpamaan – tentang burung, bunga, pohon, matahari dan hal-hal jasmani lain di sekitar kita. Dia tahu bahwa pemahaman spiritual kita sangat tumpul dan dia berbicara kepada kita seperti seorang guru sekolah Minggu berbicara kepada anak-anak Sekolah Minggu. Saat Anda berbicara dengan anak-anak sekolah Minggu, apakah Anda buka ke Roma 8 dan memberikan penguraian tentang keselamatan? Semua anak-anak itu akan memandang pada Anda dan berpikir, “Apa yang sedang guru ini bicarakan?” Bukankah kita selalu akan memakai gambaran atau perumpamaan yang sederhana. Mengapa? Apakah karena kita tidak mau mereka paham? Tentu saja bukan. Karena anak-anak tidak memahaminya, kebenaran rohani harus disampaikan dalam bentuk gambaran yang lebih mudah untuk mereka pahami.
Justru itulah yang sedang dilakukan oleh Yesus. Dia datang kepada orang banyak, yang rata-rata adalah petani. Apakah dia memberikan penguraian dari Roma 8? Tidak, para pendengar tidak akan paham. Jadi dia memyampaikan pengajaran di level mereka. Dia menyampaikan dalam bentuk cerita. Pelan-pelan, saat mereka merenungnya, mereka akan mendapat pesan dari kisah itu. Seperti saat kita menabur benih sebuah cerita di hati seorang anak; saat anak itu tumbuh membesar dan merenungkannya, dia akan suatu hari berkata, “O ya, saya mulai memahami pokok dari kisah itu”. Itulah seluruh tujuan Yesus menyampaikan pengajaran dalam bentuk perumpamaan kepada kita.
KUNCI UNTUK MEMAHAMI KEBENARAN ALLAH
Ini membawa kita kepada pertanyaan penting yang lain: mengapa orang Kristen mempunyai masalah besar dalam pemahaman mereka? Seperti yang Yesus katakan, respon mereka sangat lamban dan mereka menutup mata pada hal-hal ilahi. Paulus mengatakan hal yang sama; dia berkata Injil tidak tertutup. Saat dia keluar memberikan Injil, dia tidak memberitakan dengan cara agar orang tidak memahaminya; dia mengajarkan dengan niat agar orang memahaminya. Itulah yang dia katakan, “Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa” (2 Korintus 4:3). Mengapa tertutup bagi mereka yang akan binasa? Karena mereka tidak mau mendengarkan kebenaran. Mereka tidak mau meresponi firman Allah. Inilah esensi penting dari kebenaran: kita akan memahami Firman Allah sesuai dengan kerelaan kita untuk menaatinya. Itulah rahasia dari kehidupan Kristen. Hal ini menjelaskan kenapa ada orang yang diselamatkan dan ada yang tidak, mengapa ada yang menjadi raksasa rohani sementara ada yang menjadi kerdil secara rohani.
Menutup mata adalah suatu tindak kehendak. Saya khawatir, sekalipun Anda seorang Kristen, Anda mungkin membuka mata hanya pada sebagian dari firman Allah. Tidak semua Anda ingin dengar. Anda hanya menginginkan bagian Injil yang cukup untuk membawa Anda ke surga. Lebih dari itu, Anda tidak mau tahu. Banyak yang ke KKR karena mereka hanya menginginkan Injil yang membawa mereka ke surga – tidak lebih dari itu. Dan mereka berharap untuk menggenapi persyaratan minimal. Sekiranya ini cara pikir Anda, bisa saja Anda tidak akan memperoleh apa-apa.
Inilah signifikansi dari kata-kata di Matius 13:12, “Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.” Pokoknya adalah, Anda tidak akan pernah tahu di mana titik minimal itu. Saat kita datang kepada firman Allah, kita mungkin sering berkata, “O, saya sesungguhnya tidak mau mendengarkan ini. Saya pikir saya tidak perlu melakukan ini karena terlalu berat. Ini tidak mungkin.” Saat Yesus berkata di Lukas 14:27, “Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku,” apa yang menjadi respon Anda? Anda mungkin berkata, “O tidak, itu meminta terlalu banyak. Tentunya Anda bisa menurunkan harga Injil ke sesuatu yang lebih rendah dari itu. Tentunya ada musim untuk memberikan diskon sekarang. Harga yang dipajang harus diturunkan lagi. Anda harus menjadikannya menarik banyak orang banyak. Harga yang dipajang terlalu mahal. Dengan harga yang sedemikian tinggi, bagaimana Anda berharap saya untuk menjadi seorang murid. Anda ingin saya menyangkal bahkan diri saya sendiri? Tidak mungkin!!”
Seorang penginjil mungkin datang dan berkata, “Saudara, keselamatan itu gratis. Ya, yang perlu dilakukan hanyalah percaya pada Yesus – haleluyah – dan Anda akan diselamatkan, dan Anda akan memiliki damai dan sukacita. Banyak penginjil akan berkata, “Tidak ada harga yang perlu dibayar. Yang perlu akan lakukan adalah tandatangan kartu keputusan ini untuk menerima Yesus. Sebelum itu, mari ke depan sambil puji-pujian dipersembahkan.” Nyanyian merdu berkumandang dan hati Anda digerakkan. Semua mata tertutup dan kepala tertunduk, Anda ke depan dan konselor di depan berbicara kepada Anda, “Anda hanya perlu percaya pada Yesus. Itu saja yang diperlukan!” O, sungguh sangat indah! Anda bahkan tidak diberitahu apa artinya percaya pada Yesus. Kemungkinan Anda harus mengaku dosa. Anda cukup rela untuk melakukan itu dan mengakui dosa Anda dan percaya bahwa Yesus mati bagi Anda. Haleluyah, Anda sudah di surga. Atau hampir ke surga. Dengan Injil yang sedemikian, apa yang perlu dikhawatirkan? Anda siap mendengarkan Injil seperti ini karena sama sekali tidak ada harga yang perlu dibayar.
Sebetulnya, kadang-kadang dengan gamblang dikatakan, “Anda tidak perlu kehilangan suatu apa pun, hanya memperoleh.” Contohnya, ini cara Whitelaw menyampaikan di buku kecil, The Reason Why. Whitelaw adalah seorang pengusaha di Shanghai yang menulis buku kecil yang disebarkan dalam jumlah jutaan. Tidak heran buku ini popular karena setiap orang mau mendapatkan sesuatu tanpa perlu membayar. Menurutnya, menjadi seorang Kristen berarti memperoleh segala sesuatu dan tidak kehilangan apa-apa pun. Saya ingin memberikan satu tantangan: Dapatkah Anda menemukan pernyataan seperti ini di dalam Kitab Suci? Yang dikatakan Yesus adalah: “Melainkan seorang menyangkal dirinya…” Cara menyampaikan Injil dengan cara ini bukanlah hal yang jujur. Saya tidak akan melakukan hal ini. Saya akan terus membicarakan kebenaran sekalipun setiap orang akan keluar meninggalkan ruangan. Saya menyampaikan kebenaran karena itu merupakan tugas yang diberikan kepada saya. Jika kebenaran itu membutakan, hal ini bukan keinginan saya. Namun kebutaan itu adalah pekerjaan kebenaran di hati orang yang tidak mau mendengarnya.
Kita harus memutuskan untuk diri kita apakah inilah Injil yang kita harus beritakan, apakah ini merupakan apa yang Allah katakan – bahwa Dia tidak menginginkan satu orang pun yang binasa. Yesus telah membayar harga untuk penebusan kita dan Dia menginginkan suatu respon dari kita. Dia telah sepenuhnya memberikan diri kepada kita dan hal minimal yang dia perlukan dari kita adalah untuk kita sepenuhnya memberi diri kepadanya. Seperti yang Paulus katakan, “Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka. (2Korintus 5:15) Orang Kristen tidak hidup untuk dirinya lagi. Dia hanya hidup untuk Kristus. Itulah yang dikatakan oleh Injil. Orang yang memberitahu kita, “Anda hanya perlu percaya bahwa Yesus mati bagi kamu,” sedang memberikan pada kita gambaran yang tidak utuh.
Jika kita benar-benar percaya bahwa Yesus telah mati bagi kita, apa yang harus menjadi respon kita? Satu-satunya respon yang dapat saya berikan adalah: jika dia telah memberikan dirinya bagi saya, maka saya harus memberikan diri kepadanya. Itulah satu-satunya respon iman yang mungkin. Bagaimana mungkin kita menurunkan harga keselamatan, mengencerkannya dan memalsukannya?
Pertanyaan saya bagi Anda adalah: “Anda berkata bahwa Anda percaya pada Yesus. Puji Tuhan! Namun, apakah Anda memahami apa artinya hidup bagi dia? Sekali lagi, saya tidak sedang berbicara tentang pelayanan full time dan hal semacam itu. Saya sedang berbicara tentang hidup untuk dia di mana pun Anda berada – apakah di tempat kuliah, di kantor, di pabrik atau di mana pun. Seperti yang dikatakan oleh Paulus, Anda telah dibeli dan karena itu Anda milik dia. Itulah alasan mengapa gelar kehormatan yang Paulus megahkan adalah, “hamba Yesus Kristus.” Kata “hamba” berarti budak. Paulus membuka setiap suratnya dengan ungkapan “Aku milik Yesus.” Dengan sukacita dia deklarasikan bahwa dia telah memberikan dirinya kepada Kristus, bahwa ia telah dibeli, dia adalah hamba Kristus (1 Korintus 7:22, 9:19). Apakah kita memiliki sukacita yang sama?
Yesus berkata kepada para muridnya, “Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar” (Matius 13:16). Mata para murid terberkati karena mereka telah sepenuhnya memberikan diri kepada Yesus. Tidaklah mengherankan mereka terberkati. Jika hari ini, Anda telah sepenuhnya berkomitmen kepada Kristus sebagaimana para murid, maka terberkatilah Anda karena mata Anda sekarang melihat. Apakah Anda pernah dikagetkan dengan kejernihan mata Anda? Tidakkah Anda memuji Tuhan karena kejelasan pendengaran Anda? Tidakkah Anda bersukacita karena Allah telah memenuhi hati kita dengan Roh Kudus? Seperti yang dikatakan di Roma 5:5, “Kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.” Karena itu, rahasianya ada di kata-kata ini: Apakah firman Allah itu terbuka atau tertutup bagi Anda tidak bergantung pada apakah Allah menginginkan atau tidak menginginkan Anda memahaminya. Allah melarang adanya pengajaran seperti ini! Kenyataannya adalah Allah mau Anda memahami firman-Nya. Dia sudah menyampaikan sejelas yang mungkin, bahkan jika perlu dengan ilustrasi. Inilah yang sedang dilakukan oleh Yesus saat dia mengajar lewat perumpamaan.