Pastor Mark Lee | Pembaruan Akal Budi (2) |


Kondisi kehidupan rohani para murid: membeku

Hari ini saya ingin memberikan tema bagi khotbah yang akan disampaikan, agar anda bisa memahami konsepnya dengan baik. Tema khotbah ini adalah “Jalan menuju pertumbuhan rohani”. Di dalam dunia ini, ada begitu banyak jalan atau kunci untuk mendapatkan sesuatu. Namun, untuk mendapatkan pertumbuhan dalam kehidupan rohani, hanya ada satu jalan, satu kunci. Hari ini, dengan kasih karunia Allah, saya akan uraikan jalan itu kepada anda, agar kita semua bisa berpegang pada kunci ini dan memperoleh kelimpahan dalam kehidupan rohani.

Setiap orang Kristen tahu betapa perlunya perubahan, perbaikan, atau bahkan perombakan untuk masuk ke dalam kehidupan rohani. Pada saat yang bersamaan, kita semua juga tahu bahwa perubahan ini tidak terjadi secara mendadak, perbaikan berlangsung tahap demi tahap. Akan tetapi, jika kita amati kondisi kehidupan rohani banyak saudara-saudari seiman, atau bahkan mungkin kehidupan rohani kita sendiri, hal ini mengingatkan saya pada satu kata, yang kebetulan menjadi judul sebuah film (walau pun saya sendiri belum menontonnya). Kata ini adalah “Frozen (Membeku)”.

Saat saya amati kondisi kerohanian banyak saudara-saudari seiman kita, yang saya lihat adalah bahwa mereka sudah membeku, mereka berubah menjadi es, yang berarti bahwa sangat sedikit perbaikan dan perubahan yang terjadi pada diri mereka. Jika anda amati sebongkah es, bentuknya akan sama saja hari ini, besok, bulan depan atau tahun depan. Ini adalah kondisi sulit yang dihadapi oleh seorang Kristen yang sudah baptis. Sekalipun banyak yang sudah berjuang keras, berharap untuk bisa berubah walau sedikit saja, tetapi mereka tetap berputar-putar dalam lingkaran yang sama. Pada awal tahun, segala sesuatu terlihat bergerak menuju perbaikan, masuk pertengahan tahun, arahnya sudah terbalik. Lalu ada semangat perbaikan lagi di musim gugur, tetapi mendekati akhir tahun, semangat itu merosot lagi. Mereka berjalan di dalam lingkaran setan dan membuat mereka terlihat seperti sedang membeku. Itu sebabnya, sangatlah penting untuk memahami jalan menuju pertumbuhan rohani. Jika anda memahami hal ini, berarti anda memiliki kunci pertumbuhan itu. Jika tidak, maka anda hanya akan berjalan di tempat dan terbentur pada tembok yang sama sampai puluhan tahun!

Ada orang Kristen yang gagal karena mereka tidak mau bertahan. Mereka terlihat bersemangat di titik awal, tetapi setelah beberapa waktu, tekad mereka hilang, dan mereka kehilangan motivasi. Mereka menunggu sampai tahun baru untuk mencoba lagi. Dalam lingkaran setan ini, mereka terus saja berputar di tempat yang sama.

Saya kilas balik pada apa yang sudah kita pelajari bersama selama periode ini: yakni tentang hal bagaimana membangun tubuh Kristus, bagaimana mengasihi satu sama lain. Ingatkah anda kapan kita memulai hal ini? Sekitar bulan September tahun lalu, saat saya memberikan khotbah tentang “Saling Mengasihi”, lalu saya mempersiapkan khotbah kelanjutannya. Di bulan Oktober, setiap orang menetapkan tujuan pribadinya tentang arah pertumbuhan  rohani yang ingin mereka kejar, dan setiap orang bergerak sambil saling menguatkan satu sama lain. Dari bulan September sampai bulan Maret, waktu yang sudah dijalani adalah sekitar setengah tahun. Apakah waktu berjalan terlalu cepat? Setengah tahun sudah berlalu, dan sudah seberapa jauh anda mengalami kemajuan menurut penilaian anda sendiri? Sudah seberapa banyak perbaikan yang anda capai? Itu sebabnya saya teringat pada kata “Frozen (Membeku)”. Sama seperti hewan-hewan tertentu yang melakukan hibernasi (tidur panjang musim dingin), mereka baru bangun ketika cuaca mulai menjadi hangat lagi, dan ini adalah proses yang sangat lama.

Itu sebabnya mengapa saya hari ini berbicara tentang bagaimana supaya lingkaran setan ini bisa dibongkar, bagaimana supaya kita bisa membuka pintu dan melangkah keluar. Selanjutnya, anda akan bisa membuat kemajuan yang stabil, bukannya berjalan di tempat. Dengan kemurahan Allah, hari ini saya akan sampaikan kepada anda kunci pertumbuhan rohani, dan saya harap anda bisa memahaminya.


Kunci pertumbuhan rohani: pembaruan akal budi

Saat pertama kali saya datang kepada Allah, saya masih belum paham sepenuhnya prinsip penting ini. Namun demikian, kerohanian saya tetap mengalami pertumbuhan. Saat itu saya tidak tahu bagaimana caranya merumuskan prinsip ini. Akan tetapi, Tuhan terus membimbing saya untuk melangkah maju. Karena dulu saya tidak memiliki pengetahuan akan prinsip ini, maka dulu saya tidak bisa mengajarkan pokok ini dengan baik.

Sekarang, saya meneliti ayat ini sekali lagi. Tuhan sudah membuka mata saya dan memampukan saya untuk memahami di mana letak “kunci pengejaran spiritual” ini. Sekarang saya sudah memahaminya dan saya akan membagikan dengan anda ayat ini di kitab Roma.

“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” (Roma 12:2)

Walaupun saya sudah membahas tentang ayat ini bulan lalu; anda mungkin merasa susah memahaminya. Pemahaman ayat ini memang sukar, belum lagi masalah hubungan antar kalimat di dalamnya. Saya akan menguraikan struktur dari kitab Roma ini, dan kita akan melihat betapa pentingnya peranan kedua ayat di dalam Roma 12 ini. Jika anda pernah mempelajari kitab Roma, maka anda akan tahu bahwa:

Pasal 1 sampai 11, berbicara tentang hal-hal yang Allah kerjakan di dalam hidup kita.

Pasal 12 sampai akhir kitab, berbicara tentang hal-hal yang perlu kita lakukan.

Kedua ayat awal dari Roma 12 adalah kalimat pembuka untuk bagian tentang hal-hal yang perlu kita perbuat. Di titik awal ini, Paulus berbicara tentang cara atau jalan itu, kemudian dia menguraikan lebih jauh dalam ayat-ayat berikutnya. Itu sebabnya kedua ayat ini bersifat singkat dan padat. Saat kita membacanya, kita mungkin hanya bisa menangkap kata-katanya tetapi tidak mengerti makna sesungguhnya, dan hal ini membuat kita mengalami kesulitan dalam memahaminya. Jika digambarkan secara sederhana, saya hanya akan memusatkan perhatian pada kalimat “berubahlah oleh pembaharuan budimu” di ayat 2, bagian sesudahnya merupakan hasil dari perubahan itu. Hal yang perlu kita perbuat adalah untuk bisa “diubah oleh pembaharuan budi kita”. Dengan pembaruan akal budi ini, maka segenap kepribadian kita akan berubah.

Dalam khotbah yang lalu, kita sudah membahas perkara “pembaruan akal budi” ini secara sekilas. Melalui pembaruan akal budi inilah kita bisa diubah oleh Allah, bentuk pasif ini terdapat di dalam ayat tersebut. Dengan kata lain, kita tidak bisa mengubah diri kita sendiri, kita diubah oleh Allah. Tak ada orang yang bisa mengubah dirinya sendiri, itu sebabnya kita membutuhkan keselamatan, hanya Allah yang bisa mengubah kita. Lalu mengapa tidak semua murid mengalami perubahan? Ini adalah karena perubahan hanya terjadi melalui pembaruan akal budi. Setelah ada perubahan akal budi barulah seseorang dapat diubah oleh Allah. Setelah mempelajari hal ini, anda mestinya tidak mengalami kesulitan dalam memahaminya, bahwa kunci bagi perubahan adalah pembaruan akal budi, yang memungkinkan kita untuk diubah oleh Allah. Inilah kunci perubahan dalam kehidupan.


Pembaruan akal budi dimulai dengan perubahan dalam pikiran kita

Apakah makna dari pembaruan akal budi itu? Di masa lalu, kita mengejar perbaikan dan perubahan dalam hidup kita dengan cara menetapkan target dan berjuang untuk meraihnya. Namun, Roma 12 tidak menyuruh kita untuk membangun tekad and memasang target, Roma 12 tidak berbicara tentang apa yang harus kita lakukan. Ayat-ayat ini tidak berbicara tentang apa yang perlu kita lakukan, yang dibicarakan adalah pembaruan akal budi.

Lalu apa arti dari “budi” atau “akal budi” ini? Dalam naskah aslinya, bahasa Yunani, kata yang dipakai dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan istilah “mind (benak, pikiran, akal budi)”, yang mengacu pada isi pikiran kita. Pikiran anda harus diubah, dan hal ini sangatlah penting. Banyak orang yang mengira bahwa kunci perbaikan adalah “tindakan”, tentu saja ini juga merupakan pokok yang penting, tetapi hal itu adalah tahap kelanjutannya. Setiap orang tahu bahwa untuk bisa melakukan sesuatu, maka titik awalnya adalah pikiran. Anda harus berpikir sebelum anda bertindak. Jika anda menyeberang jalan tanpa berpikir, maka anda akan ditabrak oleh kendaraan yang melintas. Anda harus berpikir dulu, melihat lampu lalu lintas dan kendaraan yang melintas, baru anda menyeberang. Oleh karenanya, pikiran muncul sebelum tindakan. Alkitab berkata, jika pikiran kita diperbarui, maka tindakan kita juga akan berubah.


Pembaruan akal budi tidak sama dengan pembaruan pengetahuan

Mengapa saya menekankan pokok yang satu ini? Karena selama ini kita sudah melalaikannya. Pada awal atau akhir tahun, biasanya kita membuat semacam resolusi untuk dijalankan. Apakah penetapan resolusi itu sama dengan memiliki akal budi yang baru? Inilah hal yang perlu kita pahami. Apakah arti pembaruan akal budi itu? Kita terbiasa menetapkan suatu tujuan, lalu kita berusaha bergerak ke arah tujuan itu, tetapi apakah hal ini sama dengan urusan memiliki akal budi yang baru? Tentu saja, keduanya adalah hal yang berbeda.

Saya mengangkat isu ini karena hal ini yang diabaikan oleh orang Kristen. Mereka bahkan tidak melihat adanya perubahan di dalam pikiran mereka, mereka hanya ingin mengejar tujuan. Kita bisa saja menetapkan suatu tujuan untuk dikejar tanpa harus mengubah pikiran kita. Namun, apa kata Alkitab tentang hal ini? Alkitab berkata bahwa anda harus mengalami perubahan akal budi untuk bisa diselamatkan. Jika akal budi anda tidak berubah, maka anda hanya akan berjalan di tempat. Oleh karenanya, kunci bagi perbaikan di dalam kehidupan rohani tidak terletak pada gol yang ditetapkan untuk dicapai, melainkan pada perubahan akal budi – inilah inti khotbah yang ingin saya bagikan hari ini. Bagi kebanyakan orang, hal ini terasa membingungkan, mereka tidak tahu apa arti perubahan akal budi. Mereka mengira bahwa orang yang tidak mengenal Allah hanya memikirkan uang dan kesenangan pribadi, setelah mengenal Allah, tentu saja pikiran mereka tidak berkubang di dalam kedua urusan ini lagi, lalu mereka merasa bahwa akal budi mereka sudah berubah: Dulunya anda tidak tahu apa yang harus dan tidak boleh anda lakukan, sekarang anda tahu. Saya akan sajikan beberapa contoh dan silakan nilai sendiri deretan contoh ini.

Membaca Alkitab? Ya. Menonton film komersil? Tidak. Bermain Mahjong? Tidak. Memberitakan Injil? Ya, bermain games di HP anda? Tidak.

Inikah pembaruan akal budi? Sebelum anda mengikut Kristus, anda tidak akan mau membaca Alkitab, kecuali jika anda mempelajarinya sebagai subyek akademis. Sekarang anda sudah mengikut Kristus, lalu anda membaca Alkitab. Dulu, anda senang menonton film komersil. Sekarang anda sudah mengikut Kristus, lalu anda berusaha untuk tidak menonton lagi karena menurut anda hal itu seharusnya tidak anda lakukan. Apakah ini berarti bahwa anda sudah berubah?

Banyak orang mengatakan bahwa jika anda memiliki cara berpikir yang baru, maka itu berarti ada perubahan. Tidak selalu demikian. Banyak orang yang salah sangka, perubahan cara berpikir bukanlah pembaruan akal budi. Sekalipun mereka tidak lagi menonton film seharian, mereka masih belum berubah. Ini bukanlah pembaruan akal budi, ini hanya menunjukkan bahwa sekarang anda tahu hal-hal yang sebelumnya tidak anda ketahui. Di masa lalu, anda tidak tahu bahwa menonton film seharian itu tidak baik, bermain game atau bermain mahjong juga tidak baik, tetapi sekarang anda tahu hal itu. Proses ini disebut apa? Mendapatkan pengetahuan. Kebanyakan orang tidak bisa membedakan antara “pengetahuan” dengan “pembaruan akal budi”. Jika saya ajukan sekali lagi pertanyaan itu kepada anda, anda mungkin masih belum bisa membedakannya. Anda mengira bahwa setelah menjadi Kristen, anda tahu bahwa hal-hal yang dulunya anda nikmati (seperti berbelanja di mall, mengikuti mode, menonton film komersil dan berpesiar) tidaklah menguntungkan dan anda tidak lagi melakukannya. Sudut pandang anda sekarang sudah berubah. Akan tetapi ada perbedaan besar antara proses ini dengan pembaruan akal budi, dan banyak orang yang tidak memahaminya. Itu sebabnya saya perlu menjelaskan lebih dulu tentang makna pembaruan akal budi.

Banyak orang mengira bahwa pembaruan akal budi itu berarti hal-hal yang dulunya anda anggap baik, sekarang tidak lagi demikian. Mengapa hal ini tidak sama dengan pembaruan akal budi? Lalu apa itu pembaruan akal budi? Bukankah Paulus memberi uraian seperti itu? Di dalam Filipi 3:7, Paulus berkata,

“Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus.”

Dianggap ‘rugi’ berarti tidak dianggap baik lagi, lalu apakah kita sedang membantah Paulus? “Yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi”, apakah ini perubahan – pembaruan – akal budi? Sebagai contoh, saya dulu menganggap bahwa bermain video games itu baik, tetapi sekarang tidak lagi; dulu saya merasa bahwa membaca Alkitab itu membosankan, sekarang saya justru merasa hal itu sangat baik – inikah pembaruan akal budi?

Benar, di sisi luarnya, hal ini terlihat sama seperti pembaruan akal budi, tetapi sebenarnya perbedaan kedua hal itu sangatlah jauh, dan itu sebabnya mengapa banyak orang yang tidak jelas apa itu pembaruan akal budi. Banyak orang hanya memahami separuh dari apa yang diajarkan oleh Alkitab, dan mereka terus saja berpegang pada pemahaman itu. Izinkan saya menegaskan sekali lagi: anda harus membedakan antara mendapatkan pengetahuan dengan pembaruan akal budi. Jika anda menilai sesuatu hal sebagai hal yang tidak lagi baik, itu hanya pembaruan pengetahuan. Mendapatkan pengetahuan berbeda dengan diperbarui. Anda bisa mendapatkan banyak pengetahuan, karena pengetahuan memang mudah untuk dicari sekarang ini, anda bahkan tidak perlu membaca Alkitab untuk bisa mendapatkan pengetahuan. Jika anda mengira bahwa mendapatkan pengetahuan itu sama artinya dengan pembaruan akal budi, maka anda keliru.


Orang dunia tahu tentang pengetahuan yang benar

Beberapa waktu yang lalu, saya membaca sebuah artikel tentang pemakaian HP. Artikel semacam ini sudah cukup banyak yang menulisnya, pernahkah anda membaca salah satu artikel sejenis ini? Artikel itu mengatakan bahwa orang tua seharusnya lebih memperhatikan anak-anak dan remaja serta membimbing mereka agar tidak kecanduan dalam hal pemakaian HP. Tulisan semacam ini sudah banyak, dan penulis artikel ini kebetulan bukan orang Kristen, dapatkah anda katakan bahwa mereka sudah mendapatkan pembaruan akal budi? Coba beritahu saya, seberapa besar perbedaan antara pembaruan akal budi anda dengan orang non-Kristen? Berbagai masalah yang bisa anda lihat, juga bisa dilihat oleh orang non-Kristen, mungkin mereka memahaminya dengan lebih baik dari anda. Penulis ini mengatakan bahwa anak-anak, bahkan remaja, harus dicegah dari kecanduan pemakaian HP. Orang dunia tahu betapa pentingnya bagi kita agar tidak kecanduan dalam memakai HP, lalu seberapa jauh kelebihan pola pikir Kristen anda dibandingkan dengan mereka? Kelihatannya, cara berpikir anda dengan mereka tidak banyak berbeda!

Selain itu, saya juga membaca artikel yang mirip yang diterbitkan oleh asosiasi psikiater AS (American Psychiatric Association – APA). Artikel mereka menyebutkan bahwa masalah kecanduan internet tidak hanya melanda kalangan anak-anak saja, kaum dewasa juga bisa kecanduan medsos dan games yang berbasis internet. Disebutkan bahwa jika seseorang merasa tidak tenang kalau tidak mengunjungi website tertentu dalam satu hari saja, itu adalah tanda dari kemungkinan adanya kecanduan. Saya ingat bahwa sejak tahun 2019, APA sudah memasukkan kecanduan internet ke dalam daftar gangguan psikologis.

Apakah anda mengira bahwa mereka sama seperti Paulus, melihat hal-hal yang dulu dianggap baik sekarang tidak lagi? Mereka tahu bahwa hal-hal itu merugikan bahkan sekalipun mereka bukan orang Kristen. Jika demikian, lalu apa kelebihan orang Kristen dibandingkan dengan mereka? Tanpa memerlukan bimbingan dari Allah atau dari Roh Kudus, orang-orang bisa mempelajari masalah tersebut dan sampai pada kesimpulan bahwa kecanduan internet itu tidak baik. Para orang tua juga mengerti akan hal ini, bahkan tanpa perlu memiliki keahlian psikologi mau pun pencerahan dari Alkitab. Jadi jangan mengira bahwa para ilmuwan itu sudah diubah oleh pembaruan akal budi. Para orang tua tahu apa yang baik dan yang tidak baik bagi anak-anak mereka, sekalipun mereka bukanlah psikiater. Apakah ini karena akal budi mereka sudah diperbarui sehingga mereka jadi seperti yang dikatakan oleh Paulus “Yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi”?

Paulus tidak sedang berbicara tentang perkara yang dangkal. Seperti yang anda ketahui, Alkitab berisi pengetahuan yang mendalam. Banyak orang yang mengira bahwa mereka sudah memiliki pengetahuan, dan merasa sudah tahu segalanya, tetapi sebenarnya mereka bahkan tidak tahu persoalan apa yang sedang terjadi. Mereka mengira bahwa dengan berlandaskan ucapan Paulus, “Apa yang dulunya dianggap sebagai keuntungan, sekarang dianggap rugi,” maka mereka sudah mendapatkan pembaruan akal budi. Jika hal ini benar, maka anda bahkan tidak membutuhkan pendalaman Alkitab, anda hanya perlu membaca surat kabar atau majalah TIME. Alkitab tidak berurusan dengan uraian dangkal semacam itu, yang hanya memberikan pembaruan pengetahuan, tetapi tidak ada pembaruan akal budi.

Pertama-tama, anda perlu membedakan antara pembaruan pengetahuan dan pembaruan akal budi. Pembaruan pengetahuan sangat mudah didapat, yang perlu anda lakukan hanya membaca koran dan anda sudah mendapatkan pengetahuan yang cukup akurat. Namun, itu hanya pengetahuan. Anda akan kebingungan jika anda tidak bisa membedakan antara ‘pengetahuan’ dengan ‘pikiran’.

Sangat mudah mendapatkan pengetahuan, tetapi sangat sukar mengalami pembaruan akal budi. Jauh lebih mudah bagi kita untuk mengalami perubahan dalam hal pengetahuan. Namun, anda harus bisa membedakan keduanya. Pembaruan akal budi berbeda dengan urusan mendapatkan pengetahuan yang baru. Saya mengulangi pernyataan ini terus menerus karena pentingnya pokok yang satu ini, jadi saya ingin memastikan bahwa anda benar-benar bisa memahaminya. Setiap orang Kristen, dan bahkan banyak orang non-Kristen, tahu bahwa menonton TV seharian tidaklah baik, juga dengan hal memakai HP untuk hal yang sia-sia atau pemborosan waktu dalam bentuk lainnya. Bahkan ibu anda akan menegur anda jika bermalas-malasan atau kecanduan sesuatu hal karena semua itu tidak baik. Namun, mendapatkan pengetahuan yang baru bukan berarti bahwa akal budi anda mengalami pembaruan.


“Pembaruan akal budi”: tata nilai kita berubah

Apakah pembaruan akal budi itu? Akal budi tidak sama dengan pengetahuan. Untuk bisa memahaminya lebih jauh, kita bisa melihat 1 Korintus 2:16,

“Sebab: “Siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan, sehingga ia dapat menasihati Dia?” Tetapi kami memiliki pikiran Kristus.”

Ayat ini berkata, “Kami memiliki pikiran Kristus.” Kata ‘pikiran’ berarti ‘landasan berpikir dari Kristus’, hal ini mengacu pada ‘cara pandang atau sikap hati Kristus’, suatu hal yang berbeda dengan pengetahuan. Anda memiliki pengetahuan, tetapi itu bukan berarti bahwa anda memiliki pikiran Kristus. Anda perlu pahami bahwa kedua hal itu berbeda.

Apa itu ‘pikiran Kristus’? Hal inilah yang perlu kita pahami. Pikiran tidak sama dengan urusan pemahaman tentang apa yang baik dan yang tidak baik, bahkan anak kecil bisa memberitahu anda apa yang baik dan yang tidak baik. Bagaimana saya bisa membuat pokok ini menjadi jelas? Daripada memakai bahasa yang abstrak, saya akan memakai pengalaman saya sendiri sebagai contohnya, tanpa ini, maka anda hanya akan mendapatkan teori yang tidak jelas hubungannya dengan kenyataan. Saya pernah menyampaikan pengalaman ini sebelumnya, tetapi saat itu saya belum mengaitkannya dengan pokok ini secara terperinci. Sebelum mengenal Allah, saya memiliki kecanduan yang parah pada permainan mahjong. Anda mungkin merasa bahwa anda sedang kecanduan video games, tetapi kecanduan anda tidak separah yang pernah saya alami dulu. Ketika saya masih muda, saat itu masih belum ada video games, dan saat itu saya kecanduan permainan mahjong, sedemikian parahnya sampai saya mengabaikan jadwal ujian nasional. Saat itu saya sudah mendaftar untuk mengikuti ujian nasional untuk beberapa mata pelajaran. Dan sehari sebelum jadwal ujian bidang Geografi, saya bermain mahjong bersama teman-teman saya sampai semalam penuh. Ketika hampir tiba saatnya untuk ujian, teman saya berkata, “Sudah waktumu untuk berangkat ujian.” Dan saya menyahut, “Lupakan saja! Saya tidak akan pergi.”

Saya rasa, kebanyakan dari anda yang kecanduan bermain video games, walau pun sudah hampir memecahkan rekor permainan, anda akan tetap lebih memilih untuk berangkat mengikuti ujian. Mengikuti ujian nasional adalah pengalaman sekali seumur hidup, dan saat itu kecanduan bermain mahjong membuat saya cukup gila untuk mengabaikan ujian nasional hanya untuk bisa melanjutkan permainan itu. Anda bisa bayangkan seberapa parah kecanduan saya saat itu. Bahkan ketika saya berangkat ke Kanada untuk kuliah, saya membawa satu set mahjong dalam koper saya. Kalau tidak ada yang menjual alat permainan mahjong di Kanada, maka saya tidak tahu haru berbuat apa. Jadi saya mengerti apa artinya terjerat kecanduan pada sesuatu hal, karena saya sendiri pernah mengalaminya.

Saya pernah sampaikan kesaksian bahwa setelah saya mengenal Allah, hobi ini saya tinggalkan. Saya tidak bermain mahjong lagi. Saya tidak memiliki konsep bahwa ‘bermain mahjong itu buruk’, saya hanya merasa tidak ada waktu lagi untuk bermain mahjong. Sesekali, teman-teman sepermainan saya dulu mengundang saya untuk ikut bermain karena mereka membutuhkan satu pemain lagi, dan mereka memohon saya untuk menemani mereka bermain mahjong. Akan tetapi hati dan pikiran saya terpusat untuk melayani jemaat dan mengejar arah tujuan rohani saya sehingga saya terpaksa selalu menolak ajakan mereka. Setelah menolak berkali-kali, saya merasa kasihan kepada mereka karena kekurangan satu pemain adalah keadaan yang sangat menyedihkan. Saya ingat bahwa saya pernah menanyakan pada Tuhan apakah saya perlu menemani mereka bermain mahjong atau tidak.

Perlu saya tegaskan bahwa langkah saya berdoa saat itu bukanlah untuk mencari alasan agar bisa bermain mahjong lagi, saya sendiri sudah tidak tertarik lagi bermain mahjong. Saya memahami perasaan mereka, hanya perlu satu pemain lagi dan mereka tidak mendapatkannya, dan saya merasa bahwa Alkitab mengajari kita untuk mengasihi sesama manusia, jadi saya berdoa kepada Allah apakah saya perlu menemani mereka bermain untuk menunjukkan kepedulian saya kepada mereka. Namun, Allah tidak pernah menjawab doa saya untuk hal ini. Dan tanpa petunjuk-Nya, saya tidak akan pergi ke sana. Saya sendiri sudah tidak tertarik lagi pada permainan mahjong, saya sudah merasakan hal itu sebagai pemborosan waktu. Ada sangat banyak hal dalam kehidupan rohani yang perlu saya kejar, dan semua tujuan itu bagi saya jauh lebih menarik daripada segala urusan lainnya. Saya tidak tahu apakah bermain mahjong itu baik atau buruk, saya hanya merasa bahwa minat saya sudah tidak terletak di sana lagi. Dulu saya begitu kecanduan pada permainan ini, tetapi setelah saya datang kepada Allah, saya tidak lagi merasakan daya pikat dari permainan mahjong ini. Inilah yang disebut oleh Alkitab sebagai ‘pembaruan akal budi’.

Terjadi perubahan penuh di dalam pikiran anda: hal-hal yang dulunya sangat memikat hati anda, sekarang tidak terasa memikat lagi bagi anda. Ini berbeda dari perubahan pengetahuan, karena daya pikat hal-hal yang dulu anda gemari sudah tidak berkuasa lagi atas pikiran anda. Dapatkah anda memahami contoh yang saya berikan ini? Ini bukan masalah pengetahuan tentang hal yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan, yang anda alami adalah perubahan cara pandang anda terhadap hal-hal tersebut. Jika pikiran dan pandangan anda berubah, maka anda tidak lagi tertarik pada segala hal yang dulunya sangat memikat hati anda, anda kehilangan minat pada semua hal itu.


Memiliki pikiran yang baru bukanlah urusan mengikuti aturan

Anda perlu memahami apa arti memiliki pikiran yang baru. Pengetahuan anda mungkin memberitahu anda: bermain mahjong itu tidak baik, seharusnya anda tidak melakukannya, tetapi itu semua hanyalah aturan. Entah itu permainan mahjong, video games atau yang lainnya, jika anda memandangnya berdasarkan penilaian “baik dan buruk”, lalu apa sebutan untuk semua ini? Aturan. Yang ini benar, yang itu salah – semua itu adalah aturan. Banyak orang Kristen yang menjalani hidupnya dengan mengandalkan aturan: bermain video games itu salah, memboroskan uang itu salah, menikmati makanan lezat, pakaian indah, berpesiar dan menikmati hiburan itu salah.

Akan tetapi, itu semua hanya aturan. Bisakah anda melihat perbedaannya? Saya beritahu anda, kebanyakan orang Kristen mengikuti aturan tentang apa yang benar dan yang salah, tentang apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Jika seseorang melakukan hal yang salah, maka dia akan mengalami tekanan rasa bersalah. Dia mungkin tidak akan berkata apa-apa, dia tidak mau ada orang yang tahu kesalahannya, karena dia tahu bahwa tindakannya itu salah jika dilihat berdasarkan aturan. Namun, apakah Alkitab menyuruh kita untuk mengikuti aturan? Mari kita lihat Kolose 2:20-21,

“Apabila kamu telah mati bersama-sama dengan Kristus dan bebas dari roh-roh dunia, mengapakah kamu menaklukkan dirimu pada rupa-rupa peraturan, seolah-olah kamu masih hidup di dunia:  jangan jamah ini, jangan kecap itu, jangan sentuh ini.”

Bagaimana cara kebanyakan orang dunia menjalani hidup mereka? Dengan menjalani aturan. Yang ini benar, yang itu salah – jangan jamah ini, jangan kecap itu, jangan sentuh ini. Banyak orang Kristen menjalani hidup mereka dengan mengikuti berbagai rangkaian aturan. Jangan bermain games, mahjong, HP dan sebagainya. Anda tidak boleh memakai HP anda selama ibadah, juga di kelas. Ada sangat banyak aturan: jangan lembur, jangan mengincar gaji tinggi, jangan berpesiar, jangan menganggur, jangan mencari hiburan, jangan menikmati makanan dan minuman, dan sebagainya. Jika anda ikuti semua itu, maka anda akan merasa sebagai orang saleh dan orang Kristen yang baik. Semua itu hanya aturan, bukan pembaruan akal budi. Jika anda tidak bisa membedakan keduanya, maka anda akan berjalan di tempat. Segala ketentuan “harus dan jangan” hanyalah aturan, dan kebanyakan orang menjalani hidup mereka dengan mengikuti aturan.


Aturan tidak tidak mampu menghentikan dorongan daging

Mari kita lihat lebih jauh di Kolose 2:22-23,

“Semuanya itu hanya mengenai barang yang binasa oleh pemakaian dan hanya menurut perintah-perintah dan ajaran-ajaran manusia.  Peraturan-peraturan ini, walaupun nampaknya penuh hikmat dengan ibadah buatan sendiri, seperti merendahkan diri, menyiksa diri, tidak ada gunanya selain untuk memuaskan hidup duniawi.”

Alkitab tidak memuji aturan-aturan semacam itu. Mengapa tidak? Bukankah baik jika semua itu diikuti, seperti mengikuti isyarat lampu lalu lintas untuk bisa menyeberang jalan?

Apakah Alkitab menentang aturan? Banyak orang berperilaku seperti ini – jika mereka dipengaruhi oleh nilai-nilai sosial dan berbagai norma lainnya, kemudian mereka merasa bahwa ada perbuatan mereka yang tidak benar, mereka akan berhenti melakukannya. Orang membuat aturan bagi diri mereka sendiri untuk tidak bekerja lembur, tidak memuaskan diri dengan kenikmatan dari makanan dan minuman, tidak berpesiar, tidak menikmati hiburan. Alkitab berkata, jika anda mengikuti aturan-aturan, maka anda akan mendapati bahwa semua aturan itu tidak berguna bagi anda. Karena semua aturan itu dirancang oleh manusia. Anda boleh mengikuti semua aturan itu dengan taat, tetapi Alkitab sudah memberitahu anda apa hasilnya nanti – semua aturan itu tidak mampu menghentikan dorongan nafsu keduniawian kita. Semakin anda berusaha untuk berhenti, semakin keras pemberontakan di dalam hati anda. Semakin anda berusaha untuk tidak melakukan sesuatu hal, semakin keras keinginan anda untuk melakukannya. Jika anda pernah mengajari anak anda, maka anda akan tahu bahwa saat anda melarang anak anda agar tidak mengambil sesuatu, mereka akan akan semakin ingin untuk mengambilnya. Di sisi lain, jika anda tidak mengucapkan apa-apa, maka hasrat mereka tidak akan muncul. Sama seperti ketika Allah melarang Adam dan Hawa untuk tidak memakan buah pengetahuan di tengah taman Eden, dan Hawa justru menjadi semakin tertarik pada buah itu – dan memang inilah sifat manusia. Semakin anda berusaha menghadang dorongan nafsu anda, semakin keras perlawanan dari nafsu anda sendiri.

Oleh karena itu, jika anda tidak bisa membedakan dengan jelas antara mengikuti aturan dengan memiliki akal budi yang baru, maka anda akan terjerat dalam kebingungan. Apa hakekat dari aturan? Semua itu buatan manusia – jangan mengecap, jangan menjamah … dan banyak lagi kata ‘jangan’ yang lain. Tahukah anda, hal apa yang paling banyak dimiliki oleh sebuah negara, bahkan sebuah daerah seperti Hong Kong? Hukum. Mereka yang belajar ilmu hukum tahu bahwa sebuah negara memiliki sangat banyak aturan hukum. Hong Kong memiliki Badan Legislatif, yang salah satu fungsinya adalah menetapkan hukum. Sebagai contoh, dulu belum ada teknologi komunikasi secanggih sekarang, dan perkembangan teknologi komunikasi ini membuat kita merasa perlu adanya lebih banyak hukum yang mengatur pemanfaatannya. Badan Legislatif terus saja membuat aturan hukum yang baru. Hal yang sama berlaku dalam lingkungan orang Kristen, sibuk membuat berbagai aturan.


Pembaruan akal budi: Perubahan sudut pandang mengubah pikiran

Anda harus mengerti bahwa ‘pembaruan’ bukan berarti menambah aturan dalam menjalani hidup kita. “Pembaruan” adalah perubahan dalam pikiran dan pandangan anda. Hal ini berbeda sepenuhnya dengan ketaatan pada berbagai aturan buatan manusia, dan sekarang anda seharusnya sudah mengerti apa maksud ucapan Paulus di surat Filipi.

“Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus.” (Filipi 3:7)

Paulus tidak sedang berbicara tentang aturan di sini, melainkan tentang pandangan hidupnya. Peraturan adalah hal-hal yang dibuat orang untuk mengatur perilaku, tetapi yang dibicarakan oleh Paulus di sini adalah pengalamannya saat diubah. Apa yang dulu dia pandang menguntungkan sekarang dia pandang merugikan bagi kehidupan rohaninya. Perspektif dan pandangan hidupnya berubah. Dia memandang hal-hal yang dulu dia nikmati sebagai sampah, tidak berguna dan tidak ada artinya.

Mengertikah anda? Tak ada orang yang memberi Paulus aturan, pandangan hidupnya sendirilah yang berubah. Jika anda tidak bisa membedakan di antara keduanya, maka anda akan kebingungan. Kita semua pernah menjadi anak kecil, dan dengan apakah anak-anak bermain? Berbagai mainan seperti boneka untuk anak perempuan, mobil-mobilan dan komik untuk anak laki-laki. Saat anda bertumbuh dewasa, saat usia anda memasuki 30 atau 40-an tahun, anda tentunya sudah tidak lagi tertarik pada komik, anda lebih tertarik pada bacaan lain. Hal yang ingin disampaikan oleh Paulus adalah, saat anda bertumbuh dewasa, seharusnya anda sudah meninggalkan berbagai hal yang dulu anda sukai sebagai anak kecil. Perubahan ini tidak ada kaitannya dengan aturan. Seiring dengan perkembangan hidup anda, hati dan pikiran anda mengalami pembaruan, dan secara alami anda akan mendapati bahw hal-hal yang dulunya anda gemari sudah tidak menarik hati anda lagi, dan hilangnya daya tarik itu tidak ada kaitannya dengan berbagai aturan, seperti itulah perkembangan hidup anda dari masa kecil sampai memasuki masa dewasa.

Dalam masyarakat kita sekarang ini, banyak orang dewasa yang bertingkah seperti anak kecil. Hidup anda seharusnya selaras dengan pertumbuhan anda: seiring dengan pertumbuhan anda, seharusnya pikiran anda juga berubah. Anda akan tahu sendiri mana yang benar dan yang salah; dan arah minat anda juga akan berubah, anda tidak lagi berminat pada hal-hal yang dulu anda gemari di masa kecil. Seperti yang dikatakan oleh Paulus, “Apa yang dulu kuanggap sebagai keuntungan sekarang kuanggap sebagai kerugian.” Mengapa? Karena anda sudah dewasa. Sesederhana itu. Jadi ini bukan urusan pemaksaan aturan ke dalam hidup kita, itu semua hanya kumpulan pengetahuan.

Saya memakai perspektif yang berbeda dalam rangka menunjukkan kepada anda bahwa perkembangan dalam kehidupan rohani bukanlah pemaksaan atau penambahan aturan: anda harus melakukan ini, anda tidak boleh melakukan itu. Seperti yang disampaikan dalam Kolose, mengikuti peraturan tidak ada gunanya. Jika pikiran anda belum berubah, dan anda hanya mengandalkan aturan untuk mengendalikan diri anda, maka anda justru akan semakin terdorong untuk melakukan hal-hal yang sebenarnya ingin anda hindari. Sebagai contoh, anda berusaha menahan diri dan berhenti bermain video games atau memakai medsos, tetapi jika akal budi anda belum berubah, maka anda hanya sekadar menekan hasrat dan dan efek baliknya justru akan semakin kuat. Anda berhenti menonton TV selama sehari, dua hari atau tiga hari, selanjutnya anda akan merasakan dorongan yang kuat untuk menonton TV. Pada akhirnya, anda akan lepas kendali dan kembali ketagihan menonton TV tanpa henti-henti.

Bukankah demikian? Anda tidak sanggup menahannya. Setelah menonton seharian, anda merasa tenang kembali dan berusaha berhenti lagi. Dan setelah beberapa hari, anda ingin menonton lagi, dan hasrat ini tak bisa anda tahan. Hal ini disebut obsesi. Hal-hal yang anda hasratkan tak bisa dikendalikan hanya dengan mengandalkan aturan. Kalau aturan bisa menghasilkan pengendalian diri sendiri, maka kita tidak akan terjerat berbagai macam obsesi. Itu sebabnya Alkitab berkata bahwa anda membutuhkan hidup yang baru, dan hidup yang baru itu datang dengan akal budi yang baru. Pikiran dan akal budi anda diperbarui, perubahan dalam pikiran inilah yang disebut pembaruan itu. Setiap orang perlu mengalami perubahan akal budi, akal budi yang lama dikuasai oleh daging, dan akal budi yang baru adalah milik Roh, yang memimpin pada pembaruan akal budi yang utuh. Hal-hal yang dulu anda pandang sangat menarik dan yang anda sukai akan semuanya diperbarui.

Tentu saja, perubahan akal budi ini mengacu pada perubahan dalam batin. Kita bisa ambil komputer sebagai contoh, mengubah akal budi bukanlah urusan mengganti perangkat kerasnya, melainkan aplikasi atau program yang mengelola komputer itu. Perubahan akal budi mirip dengan penggantian program yang salah dengan program yang tepat. Selanjutnya, anda akan mendapatkan rasa dan cara pandang yang baru. Anda perlu memprogram ulang akal budi anda. Jika anda ingin memiliki hidup yang baru, maka anda harus memprogram ulang pikiran anda, mengganti program yang lama dengan yang baru.

Saya harap ilustrasi ini bisa menolong anda untuk memahaminya dengan lebih baik. Saya harap anda menyimak dan memikirkan hal yang disampaikan ini secara mendalam. Anda mungkin perlu mendengar ulang, karena pokok ajaran ini memang sangat penting. Jika anda tidak sanggup menjalani hal-hal yang disampaikan oleh Paulus, maka kehidupan rohani anda tidak akan menghasilkan buah. Menjadi seorang Kristen menuntut adanya hati, akal dan budi yang baru, jika tidak, maka anda tak akan bisa menjadi ciptaan baru.


Kesimpulan

Saya akan rangkum alasan mengapa kita perlu membahas tentang pembaruan akal budi seperti yang disampaikan di Roma pasal 12. Secara terus terang saya sampaikan kepada anda, banyak orang Kristen yang melompati bagian pembaruan oleh Roh. Sekalipun mereka bertekad untuk mengejar pertumbuhan rohani, bahkan dengan segenap upaya, tetapi semua itu tidak akan berhasil. Semua hal yang anda kejar dalam kehidupan rohani harus dilandasi oleh akal budi yang sudah diperbarui. Jika tidak, maka semua upaya anda tidak akan berhasil.

Selama ini saya selalu mendorong para saudara-saudari seiman untuk belajar dan mengejar pertumbuhan rohani. Dan hari ini, izinkan saya menambahkan satu komponen penting – jangan memulai perjalanan rohani anda dengan berpijak pada tindakan. Banyak orang mengira bahwa hal apapun yang ingin anda pelajari, anda perlu memulainya dengan penerapan, tetapi hal ini tidak tepat, dalam kehidupan rohani anda harus memulai dari akal budi. Jika tidak ada perubahan dalam akal budi anda, berbagai tindakan anda tidak akan memberi hasil. Ini karena akal budi mengendalikan otak anda, dan otak anda mengendalikan tindakan anda. Jika akal budi anda tidak berubah, maka anda tidak bisa berharap akan ada perubahan dalam kehidupan rohani anda. Anda harus memulai dengan pembaruan akal budi.

Jika akal budi anda belum berubah, tak peduli hal apapun yang sudah anda pelajari, perilaku anda tidak akan berubah, karena akal budi yang lama hanya akan menghasilkan perilaku yang sama. Jadi, hal apapun yang ingin anda pelajari, anda harus memulainya dengan akal budi yang baru. Saat ini saya sedang menyampaikan hal yang sangat penting bagi anda: Mengapa banyak orang yang berusaha untuk berubah tetapi tetap saja berjalan di tempat? Ini karena akal budi mereka masih belum berubah. Tanpa perubahan akal budi, bagaimana mungkin cara bertindak mereka bisa berubah. Tak peduli seberapa kuat tekad anda, anda hanya akan berjalan di tempat tanpa adanya perubahan akal budi.

Khotbah hari ini sangat terkait dengan hal-hal yang ingin kita pahami selama periode sekarang ini. Setiap orang sudah menetapkan gol masing-masing, tetapi saya beritahu anda, gol anda tidak akan tercapai tanpa pembaruan akal budi. Anda harus memeriksa isi pikiran anda, hal-hal apa saja di dalam pikiran anda yang menghalangi anda dalam mencapai gol rohani anda. Jika anda tidak dapat menyingkirkan berbagai pikiran yang menjadi penghalang itu, maka anda hanya akan sibuk menekan berbagai hasrat dalam diri anda tanpa pernah berhasil tak peduli seberapa keras usaha anda, ibarat menyaksikan tangan kanan berkelahi dengan tangan kiri. Anda perlu membuang semua rintangan itu sampai ke akar-akarnya. Tanpa perubahan di akarnya, maka batang dan ranting juga tidak akan berubah.

Izinkan saya sampaikan sekali lagi, isi khotbah hari ini sangatlah penting. Anda perlu memeriksa dengan cermat isi pikiran anda, terutama yang terkait dengan gol rohani anda. Daripada mencari tahu apakah sudah terjadi perubahan dalam perilaku, lebih penting memeriksa apakah sudah terjadi perubahan di dalam pikiran anda. Jika tidak, maka anda hanya akan berjalan di tempat selamanya! Saya harap anda bisa memahami isi khotbah hari ini, dan menyingkirkan berbagai rintangan di dalam pikiran anda, sehingga anda bisa mencapai tujuan rohani anda. Anda perlu tahu bahwa ada begitu banyak rintangan yang tumbuh di dalam pikiran anda, dan itu termasuk masalah keengganan. Orang yang enggan adalah orang yang sebenarnya tidak ingin melakukan sesuatu hal, tetapi terpaksa melakukannya. Hal ini masuk dalam kategori mengikuti aturan, keterpaksaan tidak ada bedanya dengan mengikuti aturan. Jika akal budi anda belum berubah, maka anda harus memaksa diri anda untuk melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak anda sukai, dan hal itu akan menjadi sia-sia. Jika akal budi anda sudah berubah, hal itu akan tercermin dalam perilaku anda. Setiap perubahan diawali dengan pembaruan akal budi.

Prinsip ini sangatlah penting. Tanpa prinsip ini, maka anda akan mengalami kesukaran besar dalam membuat kemajuan dalam kehidupan rohani anda. Banyak orang yang keliru dan mengira bahwa pusat perhatian harus ditujukan pada perilaku, padahal yang paling penting adalah pikiran, batin anda, sikap hati anda. Jika akal budi anda masih sama saja dengan yang lama, anda tidak akan bertumbuh. Anda perlu mengalami pembaruan akal budi, kejarlah pembaruan akal budi ini, sampai ada cara berpikir yang baru di dalam  diri anda. Saya harap anda bisa menyerap isi khotbah ini dengan baik. Saya anjurkan anda untuk menyimak ulang isi khotbah ini sampai anda benar-benar mengerti sepenuhnya, supaya prinsip ini benar-benar tertanam dalam batin anda.

 

 

Berikan Komentar Anda: