Pastor Eric Chang |

Topik yang akan kita pelajari sekarang adalah tentang jaminan keselamatan. Saya memulainya dengan menegaskan bahwa dasar jaminan keselamatan menurut Alkitab adalah pengenalan akan Allah dan utusan-Nya Yesus Kristus (Yohanes 17:3). Satu-satunya cara untuk mengenal Allah yang sesungguhnya adalah dengan melakukan kehendak-Nya dengan kesukaan. Ibrani 5:9 menuliskan,

“dan sesudah ia mencapai kesempurnaannya, ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepadanya.”

Artinya tanpa hidup taat dan mengikut Yesus, apa pun keyakinan yang kita miliki tidak mempunyai dasar Alkitab yang benar.

Jaminan yang palsu dapat ditelusuri kembali ke Perjanjian Lama. Justru hal ini menjadi sumber malapetaka yang menimpa bangsa Israel seperti yang kita baca dalam Kitab Suci. Israel mempunyai sejumlah besar nabi-nabi palsu yang berusaha memberikan jaminan. Hal terakhir yang dibutuhkan oleh bangsa Israel yang tidak taat ini adalah jaminan: memberikan jaminan pada orang yang tidak taat adalah seperti sedang mengarahkan mereka ke jalan menuju neraka. Walaupun bangsa Israel terus-menerus melawan Allah tetapi para nabi palsu yang banyak ini masih berani berkata kepada mereka, “Jangan kuatir, teruskan saja di jalanmu itu. Engkau akan aman, tidak ada hal jahat yang akan menimpamu.” Nabi yang benar kalah suara oleh mereka. Mereka ibarat suara di padang gurun tanpa ada yang mendengarkan. Inilah penyebab kebinasaan bangsa Israel.

Orang Kristen masa kini memberikan penghargaan kepada nabi-nabi di Perjanjian Lama tetapi mereka lupa dalam keadaan apa abdi-abdi Allah ini menjalani hidup mereka. Nabi Elia dituduh sebagai pengacau oleh orang Israel karena dia disebut telah mencelakakan Israel (1 Raja-Raja 18:17). Ada sumber yang mengatakan bahwa tubuh nabi Yesaya dipotong menjadi dua. Nabi Yeremia berkali-kali hampir kehilangan nyawanya. Dia dituduh sebagai pengkhianat bangsa Israel (Yeremia 37,38). Nabi Yehezkiel diejek dan ditolak. Amos ditampar mukanya oleh para pemuka agama. Mengapa mereka begitu dibenci dan ditolak? Semuanya karena mereka berani dengan lantang menegur Israel akan kejahatan dan dosa mereka; mereka mengguncang rasa aman Israel dengan berkata bahwa mereka akan binasa jika mereka tidak cepat bertobat. Yesus meruntuhkan keyakinan para muridnya dengan dari awal sudah memberitahu mereka bahwa salah satu di antara mereka akan mengkhianatinya. Yesus tidak mengatakan siapakah orangnya sampai saat terakhir. Pikirkan, apa yang terjadi dengan kepastian mereka akan keselamatan? Mungkin Anda bertanya, “Bukankah tidak baik jika seseorang itu tidak memiliki jaminan?” Namun, Paulus menghimbau jemaat Filipi untuk mengerjakan keselamatan mereka dengan takut dan gentar (Filipi 2:12). Bukan mereka yang takut dan gentar yang akan hilang; tetapi justru mereka yang salah mengira bahwa mereka telah memperoleh jaminan.

Saya mau menekankan sekali lagi bahwa satu-satunya dasar jaminan berdasarkan Firman Allah adalah hubungan yang hidup dengan Allah dan utusan-Nya Yesus Kristus (Yohanes 17:3). Tanpa memiliki hubungan ini, apapun jaminan atau kepastian yang Anda miliki akan membawa hidup yang menuju kebinasaan. Generasi yang ada di gereja masa kini memiliki standar moral yang begitu rendah yang akan membuat malu orang-orang Kristen. Generasi ini begitu miskin dalam ketaatan kepada Kristus sehingga akan membuat orang-orang Komunis ketawa karena mereka lebih berkomitmen pada tujuan mereka. Namun, yang menyedihkannya adalah terdapat para hamba Tuhan masa kini yang berusaha memberikan jaminan kepada orang-orang Kristen yang mencintai uang, posisi dan bangga dengan gelar yang dipunyainya.


JAMINAN PALSU 1: SEORANG PUN TIDAK AKAN MEREBUT MEREKA DARI TANGANKU

 Apa dasar bagi jaminan yang palsu ini? Sebuah ayat yang paling banyak dikutip untuk menjelaskan hal ini adalah Yohanes 10:28 di mana Yesus berkata,

“dan aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tanganku.”

Namun ayat 28 ini tidak dapat dikutip tanpa memperhatikan ayat 27. Kita harus memperhatikan kepada siapa kata-kata ini diucapkan. Ayat 27 mengatakan,

“Domba-dombaku mendengarkan suaraku dan aku mengenal mereka dan mereka mengikut aku.”

Perkataan ‘mendengarkan’ dan ‘mengikut’ ada dalam bentuk ‘present tense’ di dalam bahasa Yunani. Dengan kata lain, Yesus sedang berkata bahwa dombanya akan selalu mendengarkan dan terus mengikuti suaranya. Mereka adalah orang-orang yang memiliki hubungan yang hidup dengannya dan kepada golongan inilah Yesus berkata, “Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka.”

Sekarang perhatikan perkataan Yesus di sini dengan lebih cermat. Dia berjanji bahwa tak ada seorang pun yang dapat merampas domba dari tangannya. Dia tidak berkata bahwa Anda tidak dapat melangkah keluar atas keputusanmu sendiri. Yesus hanya dapat menjanjikan ini kalau dia menghilangkan kehendak bebas Anda dan menjadikan Anda seperti robot. Di Roma 8:38-39, Paulus mengatakan hal yang pada dasarnya sama dengan Yesus:

Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang,  atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.

Betapa luar biasanya kalimat ini! Namun seperti Yesus, Paulus tidak mengatakan bahwa Anda tidak dapat memisahkan dirimu dari kasih Allah. Dengan alasan ini, kita juga mendapat peringatan melalui Yudas 1:21: Peliharalah dirimu demikian dalam kasih Allah.” Alkitab menempatkan tanggung jawab ini di atas pundak  kita. Kita harus terus menjaga diri kita agar selalu berada di dalam naungan kasih Allah agar kita tidak akan terpisah dari-Nya.

Mari kita memikirkan perkataan ini, “Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa.” Jaminan keselamatan dan keselamatan itu sendiri hanya dapat ditemukan di dalam diri Yesus. Kita tidak mendapatkan hidup kekal seperti kita menerima satu paket lalu melangkah menjauhi Yesus setelah menerimanya. Kita tidak boleh berkata karena Yesus telah memberikan kita hidup kekal, lalu kita sekarang memiliki hidup kekal tanpa Kristus sendiri. Injil seringkali diberitakan seolah-olah hidup kekal itu seperti menerima sebuah hadiah dan setelah itu Anda boleh pergi bersama hadiah itu sekalipun Anda tidak lagi mengikuti Yesus. Ajaran seperti ini sama sekali tidak Alkitabiah. Hidup kekal dapat diperoleh jika kita setia tinggal di dalam Kristus.


JAMINAN PALSU 2: HIDUP KEKAL TIDAKLAH KEKAL JIKA DAPAT HILANG

Ada sebuah pandangan umum yang mengatakan demikian: Allah memberikan hidup kekal kepada kita. Akan tetapi, jika kita dapat kehilangan hidup kekal berarti hidup ini tidaklah kekal. Secara sepintas, argumentasi ini kedengarannya cukup beralasan, tetapi pandangan demikian hanya mencerminkan bahwa orang itu tidak mengenal Alkitab pada umumnya, dan secara khusus, ajaran tentang hidup kekal. Pandangan bahwa Allah memberikan sebuah bagian yang disebut kehidupan kekal dan sekali kita memperolehnya tidak akan dapat hilang, jika tidak hidup kekal tidaklah kekal, adalah pandangan yang keliru. Hidup kekal adalah hidup Allah, atau kehidupan Allah. Menurut Kitab Suci, satu-satunya cara untuk mendapatkannya adalah dengan berada di dalam Kristus. Saat Anda tidak berada di dalam Kristus, Anda tidak mempunyai hidup kekal. Sama seperti tangan dapat menikmati kehidupan di dalam tubuh dan berfungsi sebagai tangan karena tangan tersebut menjadi bagian dari tubuh. Kita dapat memiliki hidup yang kekal hanya bila kita tetap tinggal di dalam Kristus.

Yesus menggunakan gambaran tentang pohon anggur di Yohanes 15: “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya (ayat 5). Selama Anda masih terhubung dengan pokoknya, hidup kekal dari Bapa akan mengalir ke dalam dirimu. Namun, dengan singkat dan jelas Yesus juga mengingatkan bahwa jika kita tidak berada di dalamnya, kita akan menjadi ranting yang dipotong dan dicampakkan ke dalam api. Rasul Paulus mengatakan hal yang sama di Roma 11:22, yaitu jika kita tidak berada di dalam kasih Allah, kita akan dipotong. Paulus mengatakan kepada jemaat di Galatia bahwa mereka yang masih mau dibenarkan oleh hukum Taurat akan terlepas dari Kristus (Galatia 5:4).

Makna dari Yohanes 10:28 sebenarnya sangat sederhana sekali. Pertama-tama, ayat ini mengacu kepada mereka yang memiliki hubungan yang hidup dengan Kristus. Kedua, janji tersebut bukan bermaksud bahwa kita tidak dapat meninggalkan Kristus, seperti yang dilakukan oleh Yudas dan Demas. Maksud janji itu adalah bahwa tidak ada kekuatan luar yang dapat merebut kita dari Kristus. Dan yang ketiga, hidup yang kekal dapat diperoleh hanya dengan tinggal di dalam Kristus. Tinggal di dalam Kristus berarti mendengarkan suaranya dan taat mengikutinya.


JAMINAN PALSU 3: SEORANG ANAK AKAN SELALU MENJADI ANAK

Kita harus menangani satu lagi argumen yang keliru. “Jika Anda dilahirkan kembali, Anda adalah seorang anak Allah, dan seorang anak akan selalu menjadi anak.” Sekilas, argumentasi ini kedengarannya sangat masuk akal. Hal ini didasarkan pada pengertian bahwa walaupun hubunganmu buruk dengan orangtua dan Anda meninggalkan mereka, suka atau tidak, Anda tetap masih anak orangtuamu. Argumentasi ini tidak memiliki dasar Alkitab sama sekali; Pandangan ini hanya memakai pengertian manusia dan, dengan demikian, kami  hanya perlu menyanggahnya dengan Kitab Suci.

Pertama-tama, jika Anda lahir kembali, Anda tentunya menjadi anak Allah. Akan tetapi,  bagaimana Anda tahu bahwa Anda telah lahir kembali? Adakah bukti-bukti dari Alkitab? Apakah karena setelah mengambil keputusan menerima Kristus di sebuah kebaktian berarti Anda telah dilahirkan kembali? Roma 8:14 memberitahu kita bagaimana kita dapat mengetahui bahwa kita adalah anak-anak Allah :

“Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah.”

Kata kerja yang dipakai di sini adalah “present tense” (waktu kini), yang berarti bahwa anak-anak Allah adalah mereka yang secara terus menerus dipimpin oleh Roh Kudus. Alkitab selalu membawa kita kembali pada hubungan yang hidup dengan Allah. Apakah Anda mengalami hidup Anda dipimpin Roh Kudus? Artinya sama persis dengan Yohanes 10:27: mendengarkan suaranya dan mengikutinya. Dengan kata lain, anak Allah adalah pengikut Kristus. Jika Anda mengikuti Yesus setiap hari, maka Anda memiliki dasar untuk berkata bahwa Anda telah dilahirkan kembali.

Selanjutnya, jika Anda telah lahir baru, Anda memiliki karakter ilahi di dalam dirimu. Rasul Petrus mengatakan hal ini di 2 Petrus 1:4. Apakah artinya? Jawabannya dapat ditemukan di ayat 5 hingga 7 di pasal yang sama yang memberikan daftar kualitas karakter sifat Kristus yang sesungguhnya adalah buah-buah Roh. Jika Anda dilahirkan kembali, maka sifat yang menyerupai Kristus ada di dalam dirimu. Orang lain akan dapat melihat sesuatu yang baru pada dirimu. Jika seseorang mengatakan kepada saya bahwa dia telah lahir baru, tetapi masih berperi-laku buruk, saya tidak akan percaya sedikitpun dengan perkataannya. Jawaban pertama pada argumen “sekali anak tetap selamanya anak” adalah: Apakah engkau sungguh adalah anak? Apakah Anda mengambil bagian di dalam kodrat ilahi? 

Kedua, sekalipun Anda telah sungguh dilahirkan kembali, apakah itu berarti Anda sudah cukup aman? Marilah kita meneliti beberapa bukti Alkitab. Lukas 3:38 secara jelas memberitahukan bahwa Adam adalah seorang anak Allah, tetapi dialah orang pertama yang terhilang. Para malaikat juga dikatakan sebagai anak-anak Allah di dalam Alkitab, tetapi mereka jatuh. Bangsa Israel disebut sebagai anak Allah di Hosea 11:1, tetapi mereka telah dipotong seperti yang dikatakan Paulus di kitab Roma. Yesus sendiri menceritakan sebuah perumpamaan bukan tentang orang tidak percaya yang terhilang, tetapi tentang seorang anak yang terhilang (Lukas 15:11-32). Tidak ada satu bagian pun di dalam Alkitab yang mengatakan seorang anak tidak dapat terhilang. Bahkan di 2 Petrus 2:20-21 mengatakan bahwa keadaan akhir mereka lebih buruk daripada yang semula. Adalah lebih baik untuk tidak pernah mengetahui kebenaran daripada mengetahuinya tetapi kemudian menolaknya. Allah berkata kepada bangsa Israel bahwa “Hanya kamu yang Kukenal dari segala kaum di muka bumi, sebab itu Aku akan menghukum kamu karena segala kesalahanmu” (Amos 3:2).

Jaminan yang palsu menghasilkan rasa puas. Anda merasa aman walaupun Anda mungkin tidak lagi memiliki hubungan yang hidup dengan Allah melalui Kristus, dan disinilah letak bahayanya. Berdasarkan argumen ini, sekalipun Anda tidak lagi memiliki Kristus, Anda masih memiliki hidup kekal. Ini seperti berkata bahwa kita dapat diselamatkan tanpa Kristus – Kristus hanyalah jembatan yang membawa kita ke seberang dan setelah kita di sana, kita tidak lagi membutuhkan jembatan itu.


JAMINAN YANG PALSU DALAM PERJANJIAN LAMA

Mari kita mempelajari Perjanjian Lama tentang jaminan yang benar dan palsu. Kita telah melihat bahwa bencana besar terjadi atas Israel karena banyaknya nabi-nabi palsu yang memberikan jaminan palsu. Salah satu contohnya adalah di Yeremia 6:13b-15:

“Baik nabi maupun imam semuanya melakukan tipu. Mereka mengobati luka umat-Ku dengan memandangnya ringan, katanya: Damai sejahtera! Damai sejahtera!, tetapi tidak ada damai sejahtera. Seharusnya mereka merasa malu, sebab mereka melakukan kejijikan; tetapi mereka sama sekali tidak merasa malu dan tidak kenal noda mereka. Sebab itu mereka akan rebah di antara orang-orang yang rebah; mereka akan tersandung jatuh pada waktu Aku menghukum mereka, firman YAHWEH.”

 Seluruh perikop ini diulang di Yeremia 8:11-12. Apakah artinya “mereka mengobati luka umat-Ku dengan memandangnya ringan”? Luka ini adalah luka dosa; bangsa ini dipenuhi oleh penyakit dosa. Akan tetapi, bukannya mengutuk dosa, justru para nabi palsu ini berkata, “Jangan kuatir. Kita adalah umat pilihan Allah; kita pasti akan diselamatkan.” Kita harus berhati-hati dengan para nabi yang tidak menyampaikan hal lain kecuali kata-kata penghiburan. Tidaklah salah memberi kata-kata penghiburan kepada mereka yang mengalami penderitaan oleh karena kebenaran. Seandainya saya berada di China, maka saya akan terus-menerus menghibur saudara dan saudari kita di sana dengan menceritakan kasih Allah serta kebaikan dan kemurahan-Nya. Sebaliknya,  saya tidak akan melakukan hal yang sama di tempat lain di mana Injil telah dibuat hilang nilainya sampai ke titik di mana seseorang diajarkan bahwa dirinya dapat diselamatkan tanpa pertobatan, atau cukup sekali Anda bertobat, tindakan yang satu ini sudah cukup untuk seumur hidupmu meskipun Anda tidak bertobat lagi. Kekudusan telah dicampakkan.

Allah begitu marah dengan bangsa Israel sehingga Dia memerintahkan nabi Yeremia untuk tidak lagi mendoakan bangsa ini:

YAHWEH berfirman kepadaku: “Janganlah engkau berdoa untuk kebaikan bangsa ini! Sekalipun mereka berpuasa, Aku tidak akan mendengarkan seruan mereka; sekalipun mereka mempersembahkan korban bakaran dan korban sajian, Aku tidak akan berkenan kepada mereka, melainkan Aku akan menghabiskan mereka dengan perang, dengan kelaparan dan dengan penyakit sampar.” (Yeremia 14:11-12)

Tidak ada lagi kata-kata jaminan atau penghiburan bagi bangsa Israel. Situasinya telah mencapai titik di mana tidak ada gunanya lagi untuk mendoakan mereka karena Allah telah memutuskan untuk menjatuhkan penghukuman atas mereka. Apakah mereka masih tetap bersikap agamawi? Tentu saja masih. Mereka masih berdoa puasa dan membawa persembahan kepada Allah. Namun, Allah tidak mau menerima persembahan mereka karena Ia mengetahui bahwa hati mereka telah sangat jauh dari Dia (bdk Yesaya 1).

Sekarang perhatikan Yeremia 14:13-14:

Lalu aku berkata: “Aduh, Tuhan YAHWEH! Bukankah para nabi telah berkata kepada mereka: Kamu tidak akan mengalami perang, dan kelaparan tidak akan menimpa kamu, tetapi Aku akan memberikan kepada kamu damai sejahtera yang mantap di tempat ini!” Jawab YAHWEH kepadaku: “Para nabi itu bernubuat palsu demi nama-Ku! Aku tidak mengutus mereka, tidak memerintahkan mereka dan tidak berfirman kepada mereka. Mereka menubuatkan kepadamu penglihatan bohong, ramalan kosong dan tipu rekaan hatinya sendiri.

Kata-kata jaminan keluar dari mulut nabi-nabi palsu ini. Nabi Yeremia adalah seorang yang melawan seluruh pasukan nabi palsu. Jika mayoritaslah yang selalunya benar, maka Yeremia sama sekali tidak ada peluang di tengah-tengah angkatan ini. Namun, siapakah sesungguhnya yang sedang berkata benar dan siapakah yang berbohong?

Di Yeremia 23:16-17, kita membaca:

Beginilah firman YAHWEH semesta alam: “Janganlah dengarkan perkataan para nabi yang bernubuat kepada kamu! Mereka hanya memberi harapan yang sia-sia kepadamu, dan hanya mengungkapkan penglihatan rekaan hatinya sendiri, bukan apa yang datang dari mulut YAHWEH; mereka selalu berkata kepada orang-orang yang menista firman YAHWEH: Kamu akan selamat! dan kepada setiap orang yang mengikuti kedegilan hatinya mereka berkata: Malapetaka tidak akan menimpa kamu!”

Bukankah sering kita mendengar perkataan semacam ini? Guru-guru palsu zaman ini mengatakan kepada orang Kristen untuk tidak mengkhawatirkan hidup mereka yang tidak kudus. Dapatkah Anda melihat apa bencana spiritual yang akan muncul dari pengajaran yang seperti ini? Bangsa Israel menjadi binasa justru karena begitu banyak nabi-nabi palsu yang menenangkan umat yang tidak taat dengan perkataan yang enak didengar.

Nabi Yehezkiel diberikan amanat yang luar biasa oleh Allah untuk menyampaikan nubuat kepada para nabi Israel:

Kemudian datanglah firman YAHWEH kepadaku: “Hai anak manusia, bernubuatlah melawan nabi-nabi Israel, bernubuatlah dan katakanlah kepada mereka yang bernubuat sesuka hatinya saja: Dengarlah firman YAHWEH! Beginilah firman Tuhan YAHWEH: Celakalah nabi-nabi yang bebal yang mengikuti bisikan hatinya sendiri dan yang tidak melihat sesuatu penglihatan. (Yehezkiel 13:1-3)

Mengapa nabi-nabi ini dinyatakan palsu? Ayat 10 mengatakan:

Oleh karena, ya sungguh karena mereka menyesatkan umat-Ku dengan mengatakan: Damai sejahtera!, padahal sama sekali tidak ada damai sejahtera mereka itu mendirikan tembok dan lihat, mereka mengapurnya.

Bangsa ini membangun tembok ketidaktaatan melawan Allah. Akan tetapi, bukannya nabi palsu ini menghardik bangsa ini dan menghancurkan tembok mereka, tetapi malahan mengapur (menutup) dosa mereka. Tidak ada satu orang pun yang senang ditegur karena perbuatan dosanya. Itulah sebabnya, banyak pengkhotbah pikir itu akan mengakibatkan psikologi yang kurang sehat. Mereka berkata bahwa hal ini membuat orang-orang menjauhi gereja. Namun, kita harus berani menyampaikan kebenaran kepada orang Kristen maupun non-Kristen sampai datang pertobatan di dalam Gereja agar Gereja mengetahui bahwa kita harus merendahkan hati kita kepada Allah dan berdoa, “Tuhan, kasihanilah kami orang Kristen yang berdosa,” bukannya hanya menyuruh orang-orang non-Kristen untuk bertobat dari dosa-dosa mereka.

Seorang nabi yang benar juga memberitakan kabar damai. Yeremia memberitakan pemulihan dan perdamaian yang berhubungan dengan pertobatan dan kekudusan. Disinilah letak perbedaan yang penting. Kita menemukan bahwa nabi besar seperti Yesaya memberitakan kabar kedamaian di Yesaya 57:19, tetapi perkataannya ditujukan hanya kepada mereka yang melakukan kebenaran seperti yang tercantum jelas di ayat 21,

“Tiada damai bagi orang-orang fasik itu.”


JAMINAN TIDAK DAPAT DIBANGUN DI ATAS NALAR MANUSIA

Jaminan yang kita peroleh tidak dapat dibangun atas dasar penalaran manusia. Jaminan keselamatan tidak boleh dibangun berdasarkan fakta bahwa kita telah dipanggil dan dipilih. Bangsa Israel telah dipilih dan dipanggil, tetapi mereka telah ditolak. Yudas juga telah dipilih dan dipanggil, tetapi dia telah terhilang. Yohanes Pembaptis berkata kepada bangsa Yahudi,

“Dan janganlah mengira, bahwa kamu dapat berkata dalam hatimu: Abraham adalah bapa kami! Karena aku berkata kepadamu: Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini! (Matius 3:9).

Orang Yahudi menyangka bahwa mereka adalah ahli-ahli waris dari perjanjian (kovenan), dan oleh sebab itu, mereka dilindungi oleh perjanjian itu. Justru karena alasan inilah rasul Petrus di 2 Petrus 1:10 menuliskan:

“berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung.”

Tidak cukup kita dipanggil dan dipilih. Kita harus meneguhkan panggilan dan pilihan kita. Bagaimana kita melakukan hal ini? Petrus menyatakannya di ayat 5-7:

Karena kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia (ayat 3), kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang.

Alkitab hanya memberikan kita satu dasar jaminan dan dasar itu adalah Allah sendiri. Yudas 1:24 berkata,

“Bagi Dia, yang berkuasa menjaga supaya jangan kamu tersandung dan yang membawa kamu dengan tak bernoda dan penuh kegembiraan di hadapan kemuliaan-Nya,”

Tidak cukupkah? Apalagi yang kita takuti jika Allah yang menjaga? Selama kita tinggal di dalam-Nya melalui Kristus, kita akan aman. Allah adalah jaminan pasti yang tidak dapat ditemukan di tempat lain. Dia memberikan pembaharuan di dalam hidup. Dia memberikan kekuatan untuk berdiri teguh sampai akhir. Ia memegang perjanjian-Nya. Alkitab mengingatkan bahwa jika kita menjauhi-Nya, kita punya alasan untuk takut. Domba yang berada dekat gembala akan aman karena dia sanggup memberikan perlindungan kepada mereka, tetapi mereka yang menjauhkan diri akan segera menjadi korban serigala. Jika kita mengerjakan keselamatan kita dengan takut dan gentar, kita tidak akan terhilang. Kita akan tetap dekat dengan Tuhan karena kita tahu bahwa Dia menjaga kita dari kejatuhan. Oleh sebab itu, marilah kita meletakkan keyakinan kita secara kuat di dalam Tuhan.


PERINGATAN BAGI YANG TETAP DALAM KEJAHATAN

Saya akan menyimpulkan pembahasan tentang jaminan keselamatan ini dengan melihat arti jaminan yang benar berdasarkan Kitab Suci. Namun, pertama-tama, mari kita menyimpulkan jaminan yang palsu  berdasarkan prinsip dasar pengajaran Alkitab tentang jaminan. Inilah prinsip dari mana Allah menangani kita dan prinsip ini ditemukan di Yehezkiel 3:16-21.

Sesudah tujuh hari datanglah firman YAHWEH kepadaku: “Hai anak manusia, Aku telah menetapkan engkau menjadi penjaga kaum Israel. Bilamana engkau mendengarkan sesuatu firman dari pada-Ku, peringatkanlah mereka atas nama-Ku. Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Engkau pasti dihukum mati! dan engkau tidak memperingatkan dia atau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu dari hidupnya yang jahat, supaya ia tetap hidup, orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu. Tetapi jikalau engkau memperingatkan orang jahat itu dan ia tidak berbalik dari kejahatannya dan dari hidupnya yang jahat, ia akan mati dalam kesalahannya, tetapi engkau telah menyelamatkan nyawamu. Jikalau seorang yang benar berbalik dari kebenarannya dan ia berbuat curang, dan Aku meletakkan batu sandungan di hadapannya, ia akan mati. Oleh karena engkau tidak memperingatkan dia, ia akan mati dalam dosanya dan perbuatan-perbuatan kebenaran yang dikerjakannya tidak akan diingat-ingat, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu. Tetapi jikalau engkau memperingatkan orang yang benar itu supaya ia jangan berbuat dosa dan memang tidak berbuat dosa, ia akan tetap hidup, sebab ia mau menerima peringatan, dan engkau telah menyelamatkan nyawamu.”

Apakah maksudnya ini? Singkat kata, jika seorang jahat berbuat dosa, dia akan binasa dan, jika Anda tidak memperingatkan bahwa dia akan binasa, maka sebagai seorang hamba Allah, Anda akan dipersalahkan. Namun, jika Anda memperingatkan dan dia bertobat, maka dia akan diselamatkan. Prinsip yang sama juga berlaku kepada orang benar karena Allah tidak memiliki dua standar; yang benar dan yang jahat akan diperlakukan dengan keadilan yang sama. Inilah kesalahan besar yang banyak dilakukan orang Kristen. Mereka mengira Allah berbeda sikap terhadap orang tidak percaya dan bersikap lebih lunak terhadap orang Kristen jika mereka berdosa. Kita akan melihat pada waktunya bahwa Allah bersikap lebih keras terhadap orang Kristen berdasarkan prinsip  bahwa “setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut.” (Lukas 12:48). Secara sederhana, prinsip ini mengatakan bahwa orang Kristen punya lebih sedikit alasan untuk berbuat dosa dibandingkan dengan orang non-Kristen karena mereka memiliki Roh Kudus. Namun, sekarang ini kita mendapat kesan dari banyak pengkhotbah bahwa Allah lebih berpihak kepada orang Kristen. Orang Kristen dapat berbuat dosa dan tidak terlalu dipermasalahkan, tetapi celakalah para non-Kristen yang berdosa! Pemikiran semacam ini tidak terkecuali kepada orang Kristen. Orang Yahudi mengira bahwa Allah akan bertindak lebih keras terhadap bangsa-bangsa lain, tetapi mereka sendiri akan aman tidak kira apa pun yang telah mereka lakukan. Akan tetapi, perhatikan kalimat yang menakutkan di ayat 20 di pasal ini: jikalau seorang yang benar berbalik dari kebenarannya dan ia berbuat curang, perbuatan-perbuatan kebenaran yang dikerjakannya tidak akan diingat-ingat. Namun, jika orang jahat itu bertobat dan kembali kepada Allah, segala hutang kejahatannya akan diampuni.

Sekarang Anda dapat melihat bahwa ada tuntutan lebih tinggi terhadap orang benar. Jangan berpikir bahwa Anda pernah melakukan beberapa perbuatan baik maka Anda dapat hidup berdasarkan masa lalu Anda. Fakta bahwa keselamatan itu berdasarkan anugerah dan bukan oleh perbuatan telah tertulis di dalam Perjanjian Lama. Kita diselamatkan murni atas dasar anugerah pengampunan Allah; perbuatan baik kita di masa lampau tidak dihitung sama sekali. Pokok ini berlaku bagi setiap orang Kristen. Tidak ada gunanya mengatakan bahwa Anda telah mengambil keputusan bagi Kristus pada masa lalu, Anda telah menolong seseorang dari masalah keuangannya, Anda meluangkan waktu berjam-jam mempelajari Alkitab, jika pada akhirnya dalam perjalanan Kekristenanmu Anda telah berpaling dari Tuhan. Kita harus bertahan sampai pada kesudahahnya. Namun, sungguh sangat mengherankan sekali, di beberapa gereja, “sekali selamat tetap selamat” telah menjadi doktrin resmi – tidak peduli apa yang akan kamu lakukan pada masa mendatang, atau betapa tak berimannya perilaku Anda, Anda akan tetap diselamatkan.

Seolah-olah takut bahwa Israel dan nabi besar itu sendiri tidak menangkap maksud pesan ini, hal ini diulangi lagi di Yehezkiel 18:21-32. Begitu seriusnya pesan ini bagi Yehezkiel sehingga Allah berkata kepadanya bahwa keselamatannya bergantung pada ketaatannya kepada Allah apakah dia akan memperingatkan yang lain. Jika dia sungguh-sungguh memperingatkan mereka, maka nyawanya akan selamat (ayat 19,21).

Dengan cara yang sama, jika saya tidak menyampaikan perkataan Allah dan memperingatkan Anda pada hari ini, maka celakalah aku. Saat berkotbah, saya memiliki tanggung jawab yang harus saya penuhi terhadap Allah. Jika saya tidak setia kepada amanat ini, maka darahmu akan ditanggungkan atas tangan saya. Ketika saya masih menjadi Kristen muda, saya sering bingung dengan perkataan Paulus kepada jemaat Korintus, “Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil!” (1 Korintus 9:16). “Celaka” adalah sebuah kata yang sangat berat yang bermaksud mengutuk. Mengapa Paulus mengatakan dirinya celaka? Mungkin kata-kata dari nabi Yehezkiel ini ada di benak Paulus. Dia tahu bahwa jika dia tidak menyampaikan Firman Allah, darah mereka harus ditanggungnya. Paulus memakai kata-kata yang sama dari Yehezkiel ini dan memberitahukannya kepada Timotius:

“Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau.” (1 Timotius 4:16).

Dia memperingatkan Timotius bahwa dia tidak aman melainkan dia dengan setia memberitakan Firman Allah.


BERTEKUN DI DALAM KEBENARAN

Dari kedua perikop di kitab Yehezkiel ini, terkandung prinsip bagaimana Allah menangani kita dalam hal keselamatan: kita bukan saja harus memulai dalam kebenaran, tetapi kita harus bertekun di dalamnya. Perhatikan dengan seksama perkataan di Yehezkiel 18:21, “Tetapi jikalau orang fasik bertobat dari segala dosa yang dilakukannya,” atau kebalikannya di ayat 24, “Jikalau orang benar berbalik dari kebenarannya.” Kata “berbalik” (turns away from) di dalam bahasa Yunani Perjanjian Lama juga ditemukan di 2 Timotius 4:4. Di sini kita akan mengutip dari ayat ke 3:

Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.

Pengajar palsu akan selalu berkali-kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan pengajar yang benar. Kita hidup di zaman di mana kita harus berhati-hati dengan apa yang kita dengarkan karena orang-orang dan gereja-gereja akan “mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya” yang menggelitik telinga mereka atau memuaskan telinga mereka dengan berita yang menyenangkan. Tidak ada seorang pun yang suka mendengarkan kata-kata peringatan, tetapi semua orang suka dirinya dipuji-puji. Berhati-hatilah dengan situasi seperti demikian. Janganlah menganggap bahwa suara terbanyak akan selalu benar karena tidak selalu demikian caranya untuk membuktikan sebuah kebenaran.

1 Timotius 4:1 juga menuliskan tentang pengajar palsu:

Tetapi Roh dengan tegas mengatakan bahwa di waktu-waktu kemudian, ada orang yang akan murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan

Kita tidak dapat meninggalkan iman kita melainkan kita sebelumnya sudah memilikinya. Ayat ini memberitahu kita bahwa Roh Kudus berkata dengan sangat jelas bahwa akan ada orang yang  murtad pada akhir zaman, tetapi terdapat sejumlah besar pengajar-pengajar di gereja yang memberitahu kita bahwa tidaklah mungkin untuk kita meninggalkan iman kita.

Kata  ‘murtad’ (depart from the faith) dalam bahasa Yunani yang diterjemahkan di 1 Timotius 4:1 juga digunakan di Ibrani 3:12 yang berkata:

Waspadalah, hai saudara-saudara, supaya di antara kamu jangan terdapat seorang yang hatinya jahat dan yang tidak percaya oleh karena ia murtad dari Allah yang hidup.

Kita tidak dapat berpaling atau murtad dari Allah melainkan kita sebelumnya bersama dengan-Nya. Kata ini ditemukan juga di Lukas 8:13 yang berbicara tentang mereka yang menerima Firman Allah, dan ‘percaya sebentar saja’ tetapi kemudiannya menjadi murtad.

Di kamus Theological Dictionary Volume I, di bagian terakhir dari sebuah artikel yang berjudul “Covenant” (hal 372), sehubungan dengan kitab Ibrani editor menuliskan yang berikut: “Dia (penulis dari kitab Ibrani) memperingatkan bahaya penolakan terhadap Kristus, dan peringatan ini datang seperti sebuah refren yang terdengar di seluruh bagian karya tulisannya,” Editor ini memberikan pula beberapa referensi ayat: Ibrani 3:7-19, 4:1-13, 6:4-8, 10:26ff, 12:1-29, dan kemudian dilanjutkan, “Menyadari penghakiman yang terjadi atas bangsa Israel yang melawan dan memberontak, dia memperingatkan pembacanya terhadap dosa yang dibuat secara sengaja dan disadari. Bagi penulis kitab Ibrani ini, ada satu titik di mana seseorang tidak akan dapat kembali lagi.” Hal ini bukan saja berlaku bagi bangsa Israel, tetapi juga bagi setiap orang. Ada satu titik di mana seseorang itu tidak dapat kembali lagi. Dengan banyaknya bukti nyata dari Alkitab, bagaimanakah seseorang masih berpegang pada jaminan palsu ini yang  berdasarkan pada pemikiran bahwa sekali Anda menjadi seorang Kristen, Anda akan diselamatkan tidak peduli bagaimana Anda menjalani hidup Anda selanjutnya?


DASAR JAMINAN YANG BENAR: KESATUAN DENGAN KRISTUS

Setelah menyimpulkan tentang jaminan yang palsu ini, marilah kita sekarang menyelidiki dasar bagi jaminan yang benar. Eksposisi ini didasarkan pada 1 Korintus 6:17;

“Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia.”

Untuk mengatakan bahwa Anda percaya kepada Kristus tidak berarti banyak; banyak orang mempercayai banyak hal. Untuk mengatakan bahwa Anda mengenal Kristus dan memiliki beberapa pengalaman dengannya sangatlah indah, tetapi itu belum sampai pada tahap yang dikatakan oleh Paulus di sini. Paulus berkata kepada kita bahwa seorang Kristen sejati adalah seorang yang mengikatkan dirinya pada Kristus. Apakah artinya ‘mengikat diri’? Di ayat sebelumnya, Paulus mengutip Kejadian 2:24: “keduanya menjadi satu daging.” Dia sedang berbicara tentang kesatuan seksual. Dalam konteks ayat ini, yang agak ‘kotor’, muncullah sebuah permata yang indah. Maksud kami dengan ‘kotor’, di sini Paulus sedang memberikan peringatan kepada orang Kristen di Korintus tentang immoralitas. Paulus sedang memberitahukan kepada mereka bahwa segala tali hubungan dengan pelacur akan menghasilkan kesatuan dengan pelacur itu karena, menurut Alkitab, hubungan seksual adalah kesatuan satu tubuh.

Dengan demikian, Paulus sedang mengatakan bahwa sama seperti dua orang menjadi satu tubuh melalui penyatuan fisik, demikian juga orang Kristen melalui hubungan spiritualnya dengan Kristus menjadi satu dengan Kristus. Bagaimana kita menjadi satu dengan Kristus? Hal ini terjadi melalui iman karena dengan iman Anda memberikan dirimu kepada Kristus dan menerima dia ke dalam diri Anda.

Perkataan dalam 1 Korintus 6:17 yang diterjemahkan sebagai ‘mengikat diri’ juga muncul di Kisah Para Rasul 17:34 di mana kita dapat melihat penggunaannya sehubungan dengan iman. Kita menemukan kata “menggabungkan diri dengan dia (Paulus) dan menjadi percaya.” Prinsip di sini adalah ketika Anda menerima pelayan Tuhan, Anda menerima Kristus seperti yang dikatakan Yesus di Matius 10:40, “Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku.” Paulus sedang berkhotbah di Athena dan sekelompok orang berkumpul dan menggabungkan diri dengannya. Tidak ada kata “dan” di dalam bahasa aslinya. Pokoknya adalah mereka yang percaya bergabung dengan Paulus. Tidak ada perbedaan antara percaya dan menggabungkan diri; keduanya merupakan dua bagian dari tindakan yang sama.

Pokok yang sama juga terdapat di 1 Korintus 6:17. Melalui iman kita bersatu dengan Kristus. Iman berarti penyerahan diri secara total seperti seorang suami dan istri memberikan diri mereka satu terhadap yang lainnya. Iman bukanlah hanya sekadar penerimaan yang kabur tentang fakta-fakta historis karena Iblis pun percaya pada hal-hal tersebut (Yakobus 2:19) Artinya adalah setiap orang memberikan dirinya kepada yang lain dalam kasih. Untuk menjadi seorang Kristen, apa yang perlu Anda lakukan adalah sederhana dari segi tindakan: Anda hanya memberikan dirimu seutuhnya kepada Kristus dan menerima dia dalam dirimu sebagai ungkapan imanmu.

Hal-hal besar dalam hidup dapat dicapai dengan cara yang sederhana. Orang dapat menikah tanpa masalah besar. Suatu hari seorang pria berkata kepada seorang wanita, “Maukah Anda menikahiku?” Jawab dia, “Ya, saya mau,” dan selesailah sudah. Banyak orang berpikir menjadi seorang Kristen sangatlah rumit. Alkitab mengatakan bahwa Allah mencintai kita (Yohanes 3:16). Yesus berkata, “Marilah kepadaku, semua yang letih lesu dan berbeban berat” (Matius 11:28). Apakah tanggapan kita? “Ya, Tuan.” Iman hanya berarti ‘ya’ kepada kasih Allah yang telah diungkapkan melalui Yesus. Tentu saja, ketika kita mengatakan ‘ya’ kita memberikan diri kepadanya. Tentu saja, kita menerima hal-hal lainnya sebagai fakta, tetapi dengan hanya percaya saja pada hal-hal tersebut tidak berarti kita memiliki iman yang menyelamatkan. Kita perhatikan bahwa transaksi ini terjadi hanya dengan mengucapkan satu kata. Perkataan yang diucapkan itu mewakili sikap hati kita.

Melalui transaksi yang agak sederhana ini, Anda sampai ke bagian di mana Anda akan membuat perjanjian (covenant) antara satu dengan yang lain. Apakah artinya sebuah ‘perjanjian?’ Perjanjian (Covenant) dalam Perjanjian Lama singkatnya berarti sebuah perjanjian antara dua pihak. Di dalam Kitab Suci, Allahlah yang selalu menjadi inisiator perjanjian ini. Hal ini menyatakan kehendak-Nya untuk membangun sebuah hubungan dengan kita. Ketika Yesus mengadakan Perjamuan Kudus, dia berkata, “Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darahku, yang ditumpahkan bagi kamu.” (Lukas 22:20). Kita dipersatukan dengan Kristus di dalam sebuah perjanjian baru dan alhasil, Allah menjadi Bapa kita. Hal ini mudah dimengerti di dalam konteks perjanjian pernikahan: pengantin wanita kini memanggil ayah pengantin pria sebagai ‘ayah; dan yang sebaliknya.

Paulus mengatakan secara tepat di Roma 8:14-17:

Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: “ya Abba, ya Bapa!” Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.

 Kita menerima roh yang mengangkat kita menjadi anak, yaitu Roh Kudus. Sebagai anak-anak Allah, kita menjadi ahli waris Allah dan pewaris bersama dengan Kristus karena kita dipersatukan dengan Kristus; sama seperti suami dan istri menjadi pewaris dari orangtua mereka. Sungguh hal yang sangat indah sekali! Allah menjadi Bapa kita.


KITA DIPERTUNANGKAN DENGAN KRISTUS PADA MASA KINI

 Kita melihat kembali melihat gambaran pernikahan dari tulisan Paulus di 2 Korintus 11:2:

Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus.

Perhatikan kata yang digunakan ‘mempertunangkan’ dan bukan ‘menikahkan’ karena kita  dipersatukan dalam Kristus melalui pertunangan. Pertunangan di Israel hampir sama artinya dengan pernikahan kecuali kedua belah pihak tidak hidup bersama-sama. Ketika dua orang dipertunangkan, mereka dapat secara resmi menyebut diri mereka sebagai pasangan suami-istri secara legal. Itulah alasan mengapa Yusuf dan Maria disebut suami dan istri sekalipun mereka belum tinggal bersama. Pernikahan merupakan konfirmasi dari pertunangan, dan bagian pertunangan itu yang lebih penting. Pada masa sekarang di dunia Barat, pernikahan merupakan sesuatu yang lebih penting. Pertunangan itu sendiri tidak terlalu berarti dan bahkan ada yang tidak memusingkan diri dengan hal pertunangan.

Tradisi suku bangsa Yahudi mengharuskan untuk suatu pasangan bertunangan selama 1 tahun dan setelah itu, mereka mengakhiri pertunangan mereka dengan pernikahan. Penting bagi kita untuk mengerti tentang bahwa pernikahan dengan Kristus akan terjadi pada masa yang akan datang seperti yang diingatkan terus-menerus di dalam Alkitab. Perjamuan kawin dari Anak Domba adalah bagian akhir dari kitab Wahyu. Sekarang ini kita dipersatukan dengan Kristus melalui pertunangan dan sesuai dengan tradisi bangsa Yahudi (bukan seperti masa kini), pertunangan tidak boleh dibatalkan. Pertunangan sama mengikatnya dengan pernikahan dan hanya perzinahan yang dapat membatalkannya. Hal ini menggambarkan betapa kuatnya kesatuan kita dengan Kristus. Walaupun kita belum tinggal bersama-sama dengan dia secara harfiah, tetapi kita merindukan saat di mana kita akan berhadapan dengannya muka dengan muka.


PERJANJIAN BARU MENJADIKAN KITA MANUSIA BARU DI DALAM KRISTUS

 Perjanjian Baru ini telah disebutkan di kitab Perjanjian Lama di Yeremia 31:31-34:

Sesungguhnya, akan datang waktunya, demikianlah firman YAHWEH, Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda, bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka pada waktu Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir; perjanjian-Ku itu telah mereka ingkari, meskipun Aku menjadi tuan yang berkuasa atas mereka, demikianlah firman YAHWEH. Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu, demikianlah firman YAHWEH: Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku. Dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah YAHWEH! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman YAHWEH, sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka.”

Perjanjian lama juga diartikan seperti pernikahan antara Allah dengan Israel. Namun, Israel telah melanggar perjanjian; Israel tidak setia. Kemudian Allah membuat sebuah ikatan perjanjian baru dan perhatikan bagian ini: “Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku.” (ayat 33). Apakah maksudnya? Ini berarti akibat dari ikatan perjanjian yang baru ini adalah hati dan perbuatan kita akan mengalami perubahan. Paulus berkata di 2 Korintus 5:17:  ia adalah ‘ciptaan baru’ di dalam Kristus; kita mengalami transformasi.

Perikop dari Yeremia ini begitu penting artinya sehingga bagian ini dikutip kembali di Ibrani 8:8-12 sebagaimana digenapi dalam diri kita. Transformasi yang terjadi melalui ikatan perjanjian baru ini juga tertulis di kitab Yehezkiel 36:26-27. Di situ nabi besar Yehezkiel juga mengatakan bahwa mereka yang di bawah perjanjian baru ini akan memiliki hati yang baru dan menjadi manusia baru. Namun, bagaimanakah caranya mencapai hal tersebut? Jawabannya terletak di Yesaya 32:15-17: Roh Allah yang akan menggenapinya.

Sampai dicurahkan kepada kita Roh dari atas
Maka padang gurun akan menjadi kebun buah-buahan,
dan kebun buah-buahan itu akan dianggap hutan.
Di padang gurun selalu akan berlaku keadilan
dan di kebun buah-buahan akan tetap ada kebenaran.
Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera,
dan akibat kebenaran ialah ketenangan
dan ketenteraman untuk selama-lamanya.

Ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya yang dimaksud di sini merupakan jaminan yang sejati. Bagaimana jaminan ini diperoleh? Melalui Roh Allah yang menjadikan kita manusia baru. Seperti yang kita baca di Roma 8, ketika Roh Kudus telah mengubah kita, Ia akan bersaksi dengan roh kita bahwa kita adalah anak-anak Allah. Jika Anda seorang Kristen, Roh Kudus akan mengubah perilakumu dan menuliskan taurat Allah ke dalam hatimu mulai sekarang. Apakah artinya? Ini berarti bahwa Anda akan mulai mencintai jalan Allah, hikmat-Nya, kekuatan-Nya, kemurahan-Nya dan kebaikanNya. Pendek kata, Anda akan semakin hari semakin mengasihi Allah.

Dasar ketenangan kita adalah kita telah dipersatukan dengan Allah dalam perjanjian ini. Ketika Anda menjadi Kristen, mungkinkah Anda diselamatkan di menit ini dan kehilangan keselamatan Anda di menit yang berikutnya? Apakah Anda hilang setiap kali Anda berbuat dosa sehingga perlu diselamatkan sekali lagi? Pandangan seperti ini menunjukkan bahwa Anda tidak memahami pengajaran kovenan di dalam Perjanjian Baru. Kovenan atau perjanjian tidak dibatalkan lewat hanya satu perbuatan dosa. Sebagaimana dalam ikatan pernikahan, seorang istri tidak secara otomatis diceraikan jika dia tidak taat kepada suaminya dalam hal tertentu. Namun ikatan ini akan terputus oleh satu hal – tindakan penyelewengan atau perzinahan rohani.


ROH KUDUS DIBERIKAN SEBAGAI METERAI DAN JAMINAN

 Selanjutnya Roh Kudus diberikan kepada kita dalam perjanjian ini. Roh Kudus disebut dalam kaitan dengan perjanjian ini dalam dua cara. Pertama, Roh Kudus disebut sebagai meterai Allah atau meterai keselamatan kita. Dengan kata lain, kita dimeteraikan oleh Roh Kudus ketika kita dipersatukan dengan Allah di dalam perjanjian ini (2 Kor 1:22, Efesus 1:13, 4:30). Bagaimana kita dapat mengetahui bahwa kita sudah menjadi milik Allah? Yaitu dengan bukti bahwa Allah telah memberikan Roh-Nya kepada kita. Bagaimana kita tahu bahwa kita telah memiliki Roh Kudus? Buktinya adalah Roh Kudus sedang mengubah kita dari dalam. Kata Paulus di Roma 5:5 bahwa “kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.” Yohanes memberitahukan kita cara bagaimana apakah kita orang Kristen atau dia: “Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut. (1 Yohanes 3:14).

Hal yang kedua, Roh ini juga disebut sebagai jaminan. Kata ini muncul di 2 Korintus 1:22, Efesus 1:14, dan 2 Korintus 5:5. Dalam bahasa Yunani modern, kata ‘jaminan’ artinya adalah sebuah cincin pertunangan. Ketika kita dipersatukan dengan Kristus, Allah memberikan kita Roh sebagai jaminan bahwa Ia akan membawa kita untuk bersatu di dalam pernikahan. Inilah sebabnya mengapa baptisan dapat dibandingkan dengan upacara pertunangan Yahudi karena melaluinya kita mengakui secara terbuka komitmen kita kepada Allah.  


PERJANJIAN INI DAPAT DIBATALKAN MELALUI PERZINAHAN

Kesatuan kita dengan Kristus adalah landasan jaminan kita. Ini adalah kesatuan yang pasti karena kita tahu kesetiaan Allah tak perlu disangsikan. Akan tetapi, apakah ini berarti tidak ada cara untuk membatalkan perjanjian ini? Sayangnya, perjanjian ini dapat dibatalkan oleh kita karena kita tidak selalu setia. Itulah sebabnya kita harus berhati-hati dan selalu bersandar terus kepada Tuhan.

Apakah yang terjadi pada saat bangsa Israel melanggar perjanjian? Di Yeremia 3:8, Allah berkata kepada bangsa Israel bahwa Dia telah menceraikan Israel karena mereka telah berbuat zinah. Rasul Yakobus berkata kepada mereka yang melakukan perzinahan rohani dengan kata-kata yang keras: Pesundal! (ITB menerjemahkan ‘orang-orang yang tidak setia’) Tidakkah kau tahu bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? (Yakobus 4:4). Disini kita melihat apa yang dikategorikan sebagai perzinahan rohani. Kembali mencintai dunia dan berpaling dari Allah. Itulah yang dilakukan oleh Demas (2 Timotius 4:10).

Seseorang jatuh di dalam perzinahan rohani melalui dua cara. Pertama, adalah dengan sengaja berpaling dari Allah. Anda mungkin melakukan hal ini dengan mengatakannya secara eksplisit, “Saya bukan lagi seorang Kristen.” Atau, Anda tidak berkata demikian, tetapi perlahan-lahan menjauhkan diri dari umat Allah dan kembali melakukan dosa. Di Ibrani 10:26-29, penulis memperingatkan kita akan dosa yang dilakukan dengan sengaja dan selanjutnya menyatakan bahwa Allah akan menghakimi orang Kristen jauh lebih keras dibandingkan siapapun juga. Jika di Perjanjian Lama umat Allah dihukum dengan begitu keras, apatah lagi mereka yang menginjak-injak darah Kristus di bawah kaki mereka? Bagi orang yang seperti ini, tidak ada lagi pengorbanan.

Cara yang kedua kita dapat melakukan perzinahan rohani berkaitan dengan yang pertama, tetapi lebih berbahaya. Sikap ceroboh – ketidakpedulian yang ceroboh yang memimpin pada kemurtadan seperti yang kita baca di Ibrani 12:16-17. Ayat ini menerangkan mengapa Esau menukarkan hak kesulungannya demi makanan. Dengan berbuat demikian, dia membuang berkat rohani yang dimiliki yang merupakan hak kesulungannya. Esau adalah contoh konkrit dari orang yang tidak rohani yang membuang hal rohani demi memperoleh yang materi. Mengapa Esau dikatakan cabul dan bernafsu rendah di ayat 16, walaupun tidak ada bukti dalam Alkitab bahwa dia cabul? Hal ini disebabkan karena dia telah melakukan perzinahan rohani yang lebih serius daripada perzinahan yang harfiah. Kita tahu bahwa dalam hal perzinahan, Alkitab menyatakan dengan jelas bahwa tak ada seorang pun yang tak bermoral yang dapat masuk ke dalam Kerajaan Surga (1 Kor 6:9). Kata “cabul” ini juga dipakai di Wahyu 21:8 di mana dikatakan bahwa orang-orang yang tidak bermoral ini akan dikirimkan ke neraka. Ayat-ayat ini menjelaskan apa yang terjadi dengan Esau. Dia adalah seorang yang sebenarnya dapat mewarisi banyak berkat, tetapi kehilangan segalanya karena sikap masa bodohnya terhadap hal-hal rohani. 


PENGHIMBAUAN

Kita dipersatukan dengan Kristus secara indah, tetapi Alkitab tidak pernah mengizinkan kita menjadi ceroboh dan puas diri. Alkitab selalu mengingatkan kita untuk berjaga-jaga dan tetap setia sampai pada kesudahannya. Firman Tuhan tidak pernah memberikan kita jaminan yang palsu. Jika Anda mengamati bahasa Yunani untuk kata “jaminan” di dalam Perjanjian Baru, Anda akan menemukan hanya ada beberapa referensi dan tidak ada satu pun yang berkaitan dengan subyek kita kecuali 2 Petrus 1:10. Ayat ini justru memperingatkan kita untuk meneguhkan panggilan dan pilihan kita. Mari kita bersungguh-sungguh mempertimbangkan seluruh pengajaran Alkitab. Pastikan dirimu telah dipersatukan dengan Kristus dan percaya pada rahmat dan kesetiaannya sampai pada kesudahannya.

 

Berikan Komentar Anda: