Pastor Eric Chang | Matius 5:33-37 |

Hari ini kita buka kepada firman yang indah yang tertulis di Matius 5:33-37:

Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan. Tetapi Aku berkata kepadamu : Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah, maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kakiNya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar, janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambutpun. Biarlah apa yang kamu katakan sederhana saja “Ya” atau “Tidak”; segala sesuatu yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.

Saya harus kembali menunjukkan adanya kekurangan dalam terjemahan ayat 37. Di sana seharusnya ditulis : “Katakan  “ya, ya” atau “tidak, tidak”. Dalam bahasa aslinya terdapat dua “ya” dan dua “tidak”, dengan kata lain ada dua ungkapan persetujuan dan ada dua ungkapan ketidak-setujuan (ungkapan negatif). Para penerjemah dalam bahasa Inggris telah mengambil kebebasan untuk menghilangkan kata “ya” yang kedua dan kata “tidak” yang kedua. Penerjemah dalam bahasa Tionghoa telah menggunakan kata “ya” dan “tidak” yang kedua dalam terjemahannya dengan menuliskan, “Jika ‘ya’ katakan ‘ya’ jika ‘tidak’ katakan ‘tidak’ yang sebenarnya menyalin dari Yakobus 5:12 dan bukan merupakan terjemahan sesungguhnya dari bagian ini. Juga, ayat 37 berakhir dengan “segala sesuatu yang lebih dari pada itu datang dari si Jahat” dalam bentuk aslinya. Saya harus menyebutkan hal-hal ini berulang-ulang karena dalam mengungkapkan dan mengurai firman Tuhan adalah sangat penting untuk memahami secara mutlak apa yang sebenarnya sedang dikatakan.


Apakah Yesus hanya Sekadar Melarang kita untuk Bersumpah?

Ketika kita melihat perikop ini, apa yang dapat kita pelajari darinya? Pada permukaannya, sepertinya apa yang disampaikan oleh Yesus itu bukan sesuatu yang sangat penting. Tetapi, setiap orang yang sudah mengenal dan sering bergelut dengan pengajaran Yesus akan berhati-hati dan tidak segera mengambil kesimpulan sebegini. Pada permukaannya, kelihatan sangat sederhana, sepertinya semua yang dikatakan Yesus adalah ini: “Dalam Perjanjian Lama dikatakan bahwa kamu boleh bersumpah jika memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Perjanjian Lama. Tetapi aku menghapuskan aturan ini. Tidak seorangpun boleh bersumpah. Biarlah kata-katamu hanya ‘ya’, ‘ya’ atau ‘tidak’, ‘tidak’. Dan itu berarti bahwa apapun yang kamu katakan, jika itu adalah ya, katakanlah ‘ya’ dan jika itu adalah tidak, katakanlah ‘tidak’. Hendaklah kata-katamu itu penuh kebenaran dan jangan membuat sumpah apapun.” Itu tampaknya tidak terlalu penting dan jika hanya itu yang Yesus ingin katakan maka bagi saya tampaknya tidak perlu terlalu banyak waktu untuk mempelajarinya. Kita dapat katakan, “Oke, ini sederhana saja! Mulai sekarang aku tidak akan membuat sumpah apapun. Lagi pula, saya tidak pernah bersumpah, jadi perkataan Yesus ini tidak memiliki arti yang penting bagi saya karena saya tidak punya kebiasaan bersumpah”. Tentu saja saya berharap bahwa anda mengerti yang dimaksud dengan bersumpah ini bukan sumpah yang berupa kutukan kepada orang lain. Saya harap anda mengerti. Tetapi sumpah di sini berarti berikrar.  Jadi, kata “bersumpah” memang mempunyai makna ganda dalam bahasa Inggris, sedikit tidak jelas, karena kata sumpah juga bisa berarti menyumpahi seseorang, yaitu mengatakan hal-hal yang buruk tentang seseorang, atau bersumpah di pengadilan, yaitu membuat ikrar. Dalam bagian ini, pengertian ke dualah yang dipakai, yaitu berikrar, dan tidak ada hubungannya dengan menyumpahi orang lain. Tentu saja sangat jelas bahwa tidak seorangpun, sebagai murid Kristus, diizinkan untuk menyumpahi orang lain sehingga tidak perlu disebut larangan untuk itu.

Jadi, saya menyarankan supaya anda, sebelum datang ke ibadah, bacalah perikop yang akan kita bahas dalam khotbah karena kita mempelajarinya secara sistematis, sehingga, anda mengetahui dengan baik teks apa yang akan kita pelajari selanjutnya, dan melihat apa yang berbicara kepada anda. Saya tidak heran bahwa bagi kebanyakan orang yang telah membaca bagian ini akan mengangkat bahunya sambil dengan enteng berkata, “Tidak banyak yang bisa kita lihat dan temukan dari bagian ini”. Jadi, mari kita simpulkan sekarang saja. Kita bisa segera menyanyikan himne penutupan ibadah dan pulang ke rumah. Anda mengatakan, “Membaca bagian ini sepertinya membuat sia-sia perjalanan aku datang ke sini. Aku sudah datang jauh-jauh hanya untuk mendengarkan bacaan ini. Aku bisa saja membacanya sendiri”. Tetapi siapapun yang sadar akan kedalaman pengajaran Yesus pasti akan segera menyadari bahwa ada sesuatu yang lebih dari itu. Seperti halnya yang kita lihat minggu lalu, betapa banyaknya pesan yang dapat kita terima, seandainya kita punya mata untuk melihatnya. [Saya punya banyak catatan di sini tentang bagian ini, yang sekali lagi akan punya masalah dengan waktu, tetapi saya akan membatasi diri saya pada hal-hal yang benar-benar vital supaya kita dapat selesai tepat waktu.]

Jika Yesus dalam perikop ini hanya sekadar berbicara, “Aku melarang sumpah, yaitu membuat ikrar” – mengikuti dari apa yang kita pelajari minggu lalu, “Aku melarang penceraian.” Jika kita menerima penjelasan ini – bahwa hanya satu larangan untuk tidak bersumpah, maka akan timbul banyak kesulitan. Jika itu adalah kesimpulannya, kita akan menghadapi banyak persoalan. Ketika anda membaca Alkitab, saya berharap anda membacanya dengan hati dan pikiran anda dan jangan tertidur, seperti yang dilakukan banyak orang ketika mereka melakukan waktu teduh mereka di pagi hari, mereka membaca perikopnya, mereka menguap beberapa kali dan itulah yang menjadi komentar mereka terhadap perikop yang mereka baca. Ketika kita membaca bagian ini, mari kita pikirkan: Apakah Yesus sedang mengatakan bahwa kita tidak boleh bersumpah sama sekali? Apakah itu saja yang ingin dikatakannya? Itu tidak sulit. Masalah-masalah apa yang terkait dengan pernyataan semacam ini?

Ijinkan saya menunjukkan kepada anda mengapa pernyataan semacam ini tidak begitu sederhana, dan jika dimengertikan dengan cara ini akan menimbulkan banyak sekali masalah. Masalah pertama adalah: Yesus berkata (jika dipahami secara dangkal): “Jangan bersumpah ! Jangan membuat ikrar” Banyak orang golongan Quacker (kelompok orang Kristen anti perang dan anti sumpah) dan orang Kristen yang lain, mengambil kesimpulan yang literal dan menyimpulkan bahwa mereka tidak boleh membuat ikrar atau bersumpah, yang berarti, misalnya, bahwa mereka akan menolak untuk bersumpah di pengadilan. Ini juga berarti bahwa, misalnya, jika mereka mau menjadi warga negara sebuah negara dan harus bersumpah kepada Raja atau Pemerintah, mereka akan menolak untuk melakukannya, sehingga mereka tidak diizinkan untuk menjadi warga negara resmi, atau mereka akan mencari cara lain. Mereka merasa bahwa hati nurani mereka digelisahkan tentang masalah bersumpah, khususnya jika mereka di pengadilan. Tetapi apakah memang ini yang Tuhan Yesus katakan, atau kita hanya memahami secara dangkal, seperti yang biasa dilakukan oleh orang-orang Kristen?


Tiga Alasan Mengapa Larangan Bersumpah atau Berikrar itu Bukan Secara Harafiah


1. Yesus Tidak Pernah Sekadar Melarang Suatu Tindakan Luaran

Mengapa pemahaman seperti ini tidak benar? Pertama, jika Yesus hanya sekadar melarang perbuatan atau tindakan yang tampak, dia sedang melakukan sesuatu yang berlawanan dengan praktek-praktek normal dalam pengajarannya. Jika anda sering merenungkan dan bergaul dengan firman Tuhan, anda akan melihat bahwa Yesus tidak pernah membuang waktu untuk sekadar membatasi perbuatan-perbuatan yang tampak. Mengapa? Karena anda tidak bisa berhenti melakukan sesuatu tanpa hati anda semakin dimurnikan. Dengan mengatakan bahwa orang tidak boleh bersumpah atau berikrar, itu hanya akan mengontrol tindakan eksternal, dan Yesus dalam semua ajarannya tidak menghabiskan waktu untuk hal-hal sebegitu. Mengapa? Karena dia tahu bahwa anda dapat menghentikan tindakan atau perbuatan eksternal seseorang, tetapi hal itu tidak akan pernah mengubah hatinya – hatinya tetap sama. Jadi, jika Yesus mengatakan hal ini, dia hanya menambahkan satu lagi hukum yang ada dalam Perjanjian Lama, menambahkan satu lagi “Jangan” yaitu “Jangan bersumpah. Jangan membuat ikrar”. Itu adalah bentuk pengajaran yang tidak menunjukkan karakter dari pengajaran Yesus. Ketika kita membaca, jika anda sering merenungkan firman Tuhan, anda akan tahu bahwa Yesus lebih memperhatikan apa yang ada dalam hati anda. Dia sama sekali tidak tertarik dengan perbuatan eksternalmu atau mengatakan, “Jangan lakukan ini. Kamu tidak boleh merokok. Kamu tidak boleh minum minuman keras atau pergi nonton filem. Kamu jangan lakukan ini atau hal-hal yang lain”. Orang-orang Kristen cukup ahli untuk memperbanyak hal-hal seperti itu (memperbanyak larangan) tetapi Alkitab tidak mau membuang waktu hanya untuk berurusan dengan hal itu, karena Yesus tahu bahwa ketika hatimu berubah, maka perbuatan eksternalmu akan berubah dan menyesuaikan dirinya dengan sikap hatimu yang telah diperbaharui. Anda tidak akan lagi mau melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan hati Tuhan. Anda tidak perlu mengatakan kepada seseorang yang sudah lahir baru, “Jangan melakukan ini dan itu”. Dia akan menghindari semua itu. Dia tidak tertarik untuk melakukan hal-hal itu. Dia akan melakukan apa yang baik. Apa yang tidak baik akan dia hindari. Jadi jika Yesus berkata, “Kamu jangan bersumpah”, dia sepertinya hanya sedang menambahkan satu lagi hukum yang ada dalam Perjanjian Lama. Dan itu bukanlah sesuatu yang biasanya dilakukannya ketika dia mengajar.

Lebih-lebih lagi, seperti yang telah kita lihat, tidak bersumpah atau berikrar tidak berarti bahwa anda tidak akan mengatakan kebohongan. Seorang pembohong tidak akan berhenti berbohong hanya karena dia tidak bisa mengatakan kebohongan di bawah sumpah. Kebohongan yang disampaikan di bawah sumpah tidak lebih baik dibandingkan dengan yang tidak di bawah sumpah. Anda mengerti yang saya maksudkan? Kebohongan seorang  pembohong dapat disampaikan dengan sama baik apakah di bawah sumpah atau di luar sumpah – tidak ada bedanya bagi dia. Dan lagi, seorang yang mengabaikan Tuhan dan tidak taat kepada Tuhan tidak akan memperhatikan dengan sungguh-sungguh pengajaran Yesus. Dia akan tetap bersumpah, membuat ikrar, apapun yang Yesus katakan. Jadi, dari berbagai sudut, pernyatan ini tidak dapat bertahan jika dipahami secara harafiah saja.


2. Yesus Tidak Akan Menghapuskan Pernyataan Hukum Taurat

Yang kedua, dan yang lebih serius, Yesus menghapuskan sebuah pernyataan yang ada dalam hukum Taurat, padahal, hanya beberapa kalimat sebelumnya, dalam ayat 17 bagian ini, Yesus mengatakan, “Aku tidak datang untuk menghapuskan hukum Taurat tetapi menggenapinya”. Dengan mengatakan pernyataan “Jangan bersumpah” dia sedang menghapuskan hukum Taurat – satu Firman utama dari hukum Taurat — karena Perjanjian Lama mengizinkan untuk bersumpah, membuat ikrar. Dan kemudian Yesus menghapuskannya! Dan kemudian Yesus mengatakan bahwa dia tidak menghapuskan hukum Taurat. Kita melihat kontradiksi yang sangat jelas, jika kita melihat pernyataan Yesus itu hanya di permukaannya saja.


3. Allah Sendiri Pernah bersumpah, Demikian Juga Paulus

Yang ketiga, lebih penting untuk dicermati, kita menemukan bahwa dalam Perjanjian Lama Allah Sendiri bersumpah, Dia membuat ikrar. Kita punya banyak referensi di mana Allah berikrar dalam konteks Perjanjian (Covenant). Dia membuat ikrar di bawah sumpah. Dia bersumpah demi diri-Nya sendiri. Penulis kitab Ibrani mengatakan dalam Ibrani 6:13, “Ia bersumpah demi diri-Nya sendiri, karena tidak ada orang yang lebih tinggi dari pada diri-Nya”. Nah, jadi Allah Sendiripun bersumpah. Dan kita juga menemukan bahwa orang-orang kudus Perjanjian Lama sering membuat pernyataan di bawah sumpah. Abraham, Yakub, Ayub, Elisa – semua orang ini (dan kita mempunyai semua referensinya) – membuat ikrar di bawah sumpah. Dan kemudian Yesus mengatakan mereka tidak boleh bersumpah. Jadi apa yang telah mereka lakukan? Apakah orang-orang ini telah berdosa karena telah bersumpah? Tetapi mungkin anda berkata, “Itu kan dulu, zaman Perjanjian Lama!”

Ketika kita sampai pada Perjanjian Baru, kita menemukan hal yang sama. Kita menemukan bahwa Paulus seringkali membuat pernyataan sumpah, meminta Tuhan untuk menjadi saksinya. Jadi, apakah dia tidak mempelajari pengajaran Yesus dengan baik? Tidakkah dia tahu bahwa Yesus mengatakan dilarang bersumpah? Dan Paulus sendiri tetap membuat sumpah?  Contohnya di 2 Korintus 1:23, dia mengatakan, “Aku meminta Allah untuk menjadi saksiku bahwa aku mengatakan kebenaran, Aku tidak berbohong”. “Hei” teriak anda. “Paulus kamu sedang bersumpah! Kamu gila ya? Tidakkah kamu membaca apa yang diajarkan Yesus?” Tentu saja Paulus tahu tentang pengajaran Yesus, bahkan sangat tahu. Kita tidak perlu mengajari dia. Jadi, mengapa Paulus tetap membuat sumpah? Dia berbicara dengan sumpah dalam 2 Korintus 11:31, Galatia 1:20, Roma 9:1, dan lain-lain.

Jadi sekarang kita mempunyai 3 petunjuk bahwa adalah salah untuk memahami pernyataan Yesus ini secara harfiah. Jadi saya akan meninggalkan anda untuk merenungkan hal ini untuk beberapa saat.


Hamba Tuhan Bersumpah karena Bertindak dalam Nama Tuhan

Jadi, jika ini adalah apa yang Yesus sedang lakukan, apa pentingnya pesan ini yang ingin dikatakannya kepada kita? Apa pentingnya bagian ini? Baiklah, pertama mari kita melihat bagaimana kita bisa memahami perikop ini. Pertama-tama, kita harus memperhatikan ayat 34-35 yang mengatakan: “Tetapi aku berkata kepadamu, Jangan bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah, atau demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, atau demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar“. Ayat 36 mengatakan, “Dan jangan bersumpah demi kepalamu, karena kamu tidak berkuasa untuk memutihkan atau menghitamkan sehalai rambutmu” – kamu tidak punya kuasa untuk mengubah warna rambutmu dari hitam menjadi putih – yang tentunya berarti bahwa kamu tidak punya kendali apapun atas hidupmu. Dalam pertambahan usia anda, dari muda sampai tua, segala sesuatu ada dalam kendali Tuhan, bukan dalam kendali anda. Karena itu anda tidak punya hak untuk bersumpah karena anda tidak punya kekuatan untuk memenuhinya. Anda bergantung kepada Tuhan untuk dapat menepatinya. Anda tidak dapat melakukannya, karena itu anda tidak punya hak untuk bersumpah tentang apa yang bukan menjadi milik atau kuasa anda. Segala perkara dalam kehidupan ini berada dalam tangan Tuhan.

Tetapi ketika anda melihat hal tersebut, anda juga melihat dengan segera bahwa Allah, dengan prinsip tersebut, boleh bersumpah! Karena ketika Dia bersumpah demi Yerusalem, Dia  bersumpah demi apa yang menjadi kepunyaan-Nya. Jika Dia bersumpah demi bumi, Dia bersumpah demi tumpuan kaki-Nya. Jika Dia bersumpah demi langit, Dia juga bersumpah demi diri-Nya Sendiri. Dan jika Dia bersumpah demi kepala, Dia dapat membuat- bukan hanya sehelai, tetapi juga semua – rambut menjadi hitam atau putih. Ah, sesuai dengan prinsip di atas maka Allah memang berhak untuk bersumpah – tidak ada masalah. Namun hak yang sama – berdasarkan prinsip diatas – juga berlaku bagi mereka yang menjadi hamba-hamba Tuhan. Hamba-hamba Tuhan boleh bersumpah karena prinsipnya sangat jelas dalam Alkitab bahwa hamba-hamba Tuhan adalah seperti agen atau utusan Allah sendiri. Dan hamba-hamba Tuhan bekerja atau bertindak atas otoritas Allah; dia mempunyai kekuatan untuk bertindak atas nama Allah. Adalah hal yang sangat buruk jika seseorang terlibat masalah dengan hamba Tuhan yang sungguh-sungguh karena dia dapat mengerjakan atau melakukan sesuatu dengan kekuatan yang sangat besar. Seperti yang dikatakan oleh Yesus, “Apa yang kamu ikat di bumi akan terikat di surga dan apa yang kamu lepas di bumi akan terlepas di sorga. Aku memberi kamu kuasa untuk mengikat atau melepas”. Itu adalah bukti besarnya kuasa yang dipercayakan Allah kepada hamba-hamba-Nya. Dan sepertinya sekarang ini sedikit hamba Tuhan yang bahkan mengetahui bahwa mereka mempunyai kekuatan dari Allah, dengan anggapan mereka benar-benar mempunyai kekuatan itu. Kekuatan dari seorang hamba Tuhan sangat luar biasa. Tetapi sekarang ini, kita punya begitu sedikit hamba Tuhan sejati di sekitar kita sehingga jarang sekali kita melihat kuasa ilahi Allah bekerja melalui mereka.

Inilah alasan mengapa Paulus sebagai duta atau utusan Kristus menyadari bahwa ia mempunyai otoritas untuk bertindak di dalam nama Tuhan. Dalam prinsip orang Yahudi yang diketahui semua orang: utusan atau agen itu sama dengan orang yang mengutusnya. Ia punya status yang dimiliki oleh para duta sekarang, di mana seorang duta mempunyai kuasa penuh, yang berarti dia mewakili pemerintahnya, atau siapa saja yang mengutus dia – ia sepenuhnya diberikan hak untuk bertindak atas nama oknum yang mengutusnya. Keputusan-keputusannya mengikat – apa yang kamu ikat akan terikat, apa yang kamu lepas akan terlepas. Seorang utusan Allah bertindak di bawah otoritas dan kontrol dari surga. Ini berarti bahwa, ketika Paulus bersumpah, dia sedang melakukan apa yang sudah menjadi haknya sebagai seorang rasul – dia bertindak dalam nama-Nya yang mempunyai segala kuasa untuk bersumpah.

Saya memberikan beberapa hal yang bersifat teknis karena saya sedang memberikan eksposisi. Dalam gereja ini, saya tidak sedang memberikan ide-ide saya tetapi benar-benar menjelaskan apa yang Alkitab katakan. Saya berharap, ketika anda mendengarkan firman Tuhan, anda tidak sekadar mendengarkan saya, tetapi mendengarkan suara Tuhan, dan memikirkan apakah segala yang saya sampaikan itu benar-benar firman Tuhan atau bukan. Jadi jangan menelannya begitu saja apa yang saya katakan. Uji dan renungkan dengan pikiran anda dan periksalah sendiri apakah ini benar-benar firman Tuhan atau bukan.

Di sini kita mempunyai prinsip dasar kuasa: prinsip kekuatan rohani. Lalu apa artinya ini semua? Bagaimana kita dapat memahaminya? Allah, di dalam Yesus, mengatakan bahwa anda tidak boleh bersumpah, dan sekarang setelah memahami prinsipnya dan melihatnya, kita mendapati bahwa kita masih mungkin untuk bersumpah atau berikrar. Jadi, apa pendirian kita?

Saya mendapati bahwa pengajaran Yesus benar-benar menantang kita untuk berpikir. Bagi mereka yang malas untuk berpikir, atau memang tidak mampu berpikir, pengajaran Yesus terlalu melelahkan untuk dimengerti; tetapi bagi saya pengajarannya sangat menyemangati dan merangsang pikiran saya. Banyak orang ketika mereka membaca Alkitab sepertinya mereka  tidak mendapat apa-apa, pertama karena mereka tidak memiliki hikmat rohani, tetapi hal kedua yang bisa menjadi penyebabnya adalah karena mereka terlalu malas secara mental. Untuk bisa masuk ke dalam pengajaran Yesus, anda harus bekerja keras. Maka memang tidak mengherankan, bahwa melalui gereja-gereja, di sepanjang sejarah gereja, gereja telah menarik orang-orang yang pandai dan brilian dari setiap jaman. Kita melihat sejarah gereja dan menemukan bahwa semua orang-orang tipe pemikir begitu dipesonakan dan ditarik oleh pengajaran Yesus yang mengagumkan, di mana pikiran mereka ditantang habis-habisan. Bagi mereka yang malas, di mana pikiran mereka tidak terbiasa berpikir, mereka mendapati bahwa pengajaran Yesus terlalu rumit untuk dipahami. Mereka lebih suka sekedar membaca komentarnya dan mengharapkan orang lain yang melakukan semua pekerjaan mendalami firman. Ketika nanti saya menyelesaikan eksposisi ini, saya ingin mengatakan kepada anda, jangan berpikir bahwa anda mengetahui segala sesuatu yang ada dalam perikop ini. Kita hanya akan mempelajari beberapa hal yang penting.


Jangan bersumpah” adalah Aturan Umum, tetapi Bukan Aturan yang Mutlak

Sekarang, jika Yesus telah mengatakan, “Jangan kamu bersumpah” dan setelah  menyatakan prinsip bahwa seharusnya memang kita tidak bersumpah, ternyata Allah sendiri bersumpah dan hamba-hamba-Nya juga bersumpah. Ini hal yang menarik! Lalu bagaimana kita menjelaskan situasi ini? Bagaimana kita memahami prinsip ini? Kita bisa memahami prinsip ini dengan cara demikian: bahwa perintah supaya tidak bersumpah adalah perintah atau aturan yang umum, tetapi bukan merupakan perintah yang mutlak. Anda mungkin berkata, “Apa maksudnya ?” Ini bisa dijelaskan seperti ini, seperti misalnya peraturan lalu lintas, berhenti ketika lampu merah adalah aturan yang umum, tetapi ini bukan aturan yang mutlak. Kenapa demikian? Karena anda boleh menerobos lampu merah kalau berada dalam kondisi gawat darurat atau ketika memang itu perlu dilakukan. Misalnya, kendaraan ambulans akan menerobos lampu merah karena sedang mengangkut pasien gawat darurat. Polisi mungkin saja harus menerobos lampu merah karena suatu kondisi yang mendesak. Seandainya, ketika lampu merah kamu menghentikan mobilmu, kemudian di belakangmu ada ambulans yang mengaung-mengaung sementara kamu menghalangi jalannya, menurutmu apa yang akan kamu lakukan? Apakah kamu hanya tetap diam di tempatmu karena kamu berpikir harus menunggu dua menit untuk lampu hijau? Tentu tidak! Hukum dibuat bukan untuk membuat anda bersikap dan bertindak bodoh; itu berarti anda diizinkan untuk menerobos lampu merah dan memberi jalan kepada ambulans itu untuk lewat. Anda mungkin berkata, “Wah aku tidak akan menerobos lampu merah.” Tentu perkataan anda benar – dalam keadaan normal atau umum, tetapi itu bukan peraturan yang mutlak. Tidak akan ada polisi yang menilang anda ketika anda menerobos lampu merah untuk memberi jalan sebuah ambulans yang ada di belakang kendaraan anda. Jadi, inilah yang dimaksud dengan prinsip yang umum dan prinsip yang mutlak.

Kita tidak boleh bersumpah, itu sama artinya, bahwa kita tidak akan mengambil kebebasan kita untuk menerobos lampu merah setiap waktu, kapanpun kita sukai. Tetapi ketika itu perlu untuk kebaikan dan kesejahteraan seseorang atau suatu komunitas, anda boleh melakukannya tanpa takut bahwa anda melanggar hukum. Jadi, demikian juga dengan murid-murid Kristus, mereka tidak bersumpah sembarangan setiap hari, tetapi hanya jika itu memang perlu dan harus dilakukan. Dengan kata lain, apakah dilarang menerobos lampu merah suatu aturan yang mengikat? Tentu saja, tetapi tidak mengikat secara mutlak – ada kondisi-kondisi di mana aturan itu bisa dilanggar. Demikian juga dengan apa yang diajarkan Yesus tentang jangan bersumpah, sebagai aturan umum, jangan bersumpah, tapi ketika memang itu harus dan perlu dilakukan, anda boleh bersumpah.

Oke, kita sudah mempelajari beberapa hal teknis yang penting. Kita akan mengupas hal yang lebih dalam lagi. Ketika kita mengupas Firman Allah, sangat penting bagi kita untuk memahami fakta yang sesungguhnya. Saya tidak sedang menggembar-gemborkan pesan yang membuai dan membuat kita melambung tinggi; Saya lebih tertarik kepada kenyataan. Saya sering merasa terganggu dengan pengkhotbah-pengkhotbah yang menyampaikan firman yang tidak berhubungan langsung, atau bahkan tidak berhubungan  sama sekali dengan teks yang dibacakan. Anda bertanya mengapa dia repot-repot membaca perikop itu? Mengapa tidak langsung lanjutkan dengan pesannya sendiri. Saya tidak memakai firman Tuhan sebagai batu loncatan untuk menyampaikan ide-ide saya sendiri. Saya hanya ingin menyatakan apa yang ada dalam firman itu sehingga pendengar saya dapat mengetahui bagaimana untuk hidup dan mengatur diri sendiri serta benar-benar mengerti apa yang sebenarnya Yesus sedang katakan.

Jadi, jika anda berada dalam situasi yang mengharuskan anda untuk bersumpah, anda jangan takut dan berpikir bahwa anda telah melanggar perintah Tuhan dengan bersumpah. Jika ada sesuatu hal yang harus saya sampaikan kepada anda dengan cara bersumpah, maka saya akan melakukannya tanpa ragu-ragu. Saya akan mengatakan, “Allah adalah saksiku bahwa apa yang saya sampaikan kepada anda adalah kebenaran yang mutlak.” Anda mengatakan, “Anda baru saja bersumpah”. Saya katakan, “Benar! Dan saya tidak melanggar bagian manapun dari firman Tuhan”. Jadi, dalam memahami firman Tuhan, anda harus memperhatikannya dengan perenungan dan penelaahan yang dalam.


Dalam memahami firman Tuhan carilah apa yang Allah inginkan

Kita sudah mempelajari hal-hal teknis. Sekarang mari kita membahas prinsip-prinsip rohaninya, yang merupakan inti persoalannya. Prinsip rohani apa yang kita pelajari di sini? Kita dapat menarik beberapa prinsip rohani yang sangat penting di sini. Saya ingin mengatakan kepada anda semua yang memimpin kelompok PA supaya anda memimpin sedemikian rupa sehingga anda memahami prinsip salib dalam mempelajari Firman Allah. Anda berkata, “Apa prinsip salib itu?” Yang dimaksud dengan prinsip salib adalah begini: Ada garis yang horizontal dan garis yang vertikal. Jangan hanya memusatkan pada garis yang horizontal, seperti yang dilakukan banyak kelompok PA atau pengkhotbah. Mereka sepertinya tidak pernah lepas dari garis horizontal itu. Jadi dikatakan, “Jangan bersumpah!” Jadi, oke! Saya tidak bersumpah padamu. Anda tidak bersumpah padaku. Itulah garis horizontal. Kita semua bicara yang benar -ini garis horizontal. Di mana garis vertikalnya? Selalu ada garis vertikalnya! Sebagai contoh, kita ambil contoh khotbah minggu lalu. Kita melihat bahwa pada garis horizontal adalah tentang perceraian. Baik, itu adalah garis horizontal. Kebanyakan pengkhotbah akan berhenti di situ dan selesai. Tapi itu bukan seluruh pesannya. Masih ada garis vertikal. Anda bertanya, “Apa yang saya pelajari dari ini tentang hubungan saya dengan Allah? Jika anda gagal melakukan itu, anda telah gagal melihat seluruh tujuan ajaran Tuhan dan seluruh tujuan Alkitab. Alkitab bukan di situ untuk memberikan kita ajaran etis, yang memang penting dan bagus, tapi Alkitab bukan hanya mau memberitahu kita bagaimana menjadi orang yang etis dan bermoral. Alkitab bertujuan untuk mengajar kita prinsip-prinsip spiritual mengenai hubungan kita dengan Allah.

Jadi jika anda seorang pemimpin kelompok PA atau jika anda mempelajari Alkitab bagi diri anda sendiri, selalu mencari garis vertikal salib. Tanya, “Apa yang saya pelajari dari ini?” Begitu banyak PA yang tidak mencapai tujuan dan tidak memberikan hidup karena ia hanya berputar di garis horizontal. Tidak pernah melampaui itu. Apabila anda membaca buku komentar, mereka melakukan hal yang sama; mereka berputar-putar di garis horizontal. Cari garis vertikal karena Alkitab adalah firman Tuhan dan di setiap tempat, ada pertanda salib, tanda salib dapat ditemukan. Jadi saya bukan hanya mau mengajarkan kalian firman Tuhan, tapi saya juga mau memberitahu anda prinsip-prinsip dari mana anda dapat memahami firman Tuhan. Bagaimanapun, anda atau saya ada kalanya karena kurangnya pengetahuan tentang firman Tuhan, kita tidak dapat menemukan garis vertikal. Jangan patah semangat! Oleh kasih karunia Tuhan, anda akan tiba ke situ.

Lalu, apa yang kita akan lihat dalam perikop ini? Mari kita mencari garis vertikalnya, perhatikan bahwa prinsip spiritual bekerja di arah yang berlawanan. Bermula dari ay 37. Di situ dikatakan, mengutip dari bahasa asli: “Biarlah apa yang anda katakan hanya ‘Ya, ya’ atau ‘Tidak, tidak’; apa yang lebih dari ini datangnya dari si Jahat.” Sekali lagi terjemahan bahasa Inggris punya kekurangan, walaupun mereka tuliskan terjemahan yang tepat di garis samping. Dikatakan ‘si Jahat’, bukan hanya ‘kejahatan’. Alasan bagi ini adalah di dalam bahasa aslinya, kata ‘jahat’ itu dapat dipahami sebagai neuter atau maskulin. Terkadang ini terjadi di bahasa asli, dan penerjemah harus memutuskan yang mana satu yang digunakan di antara kedua-duanya. Jadi, ia mungkin memutuskan untuk menggunakan yang neuter, sebagaimana yang terjadi di sesetengah terjemahan, daripada menggunakan yang maskulin, yang akan diterjemahkan sebagai ‘Si Jahat’, yaitu Iblis. Bagaimana kita dapat memutuskan dengan tepat—menerjemahkan sebagai neuter atau maskulin? Kita jangan hanya berdasarkan tatabahasanya sebagaimana yang dilakukan oleh kebanyakan penerjemah, tapi memutuskan bagaimana menerjemahkan kata ini dengan melihat bagaimana kata ini digunakan di tempat lain di PB dan di dalam ajaran Yesus. Apabila kita melakukan itu, kita akan menemukan bahwa setiap kali terdapat kata ‘jahat’, Yesus maksudkan si Jahat, Iblis. Sekali lagi ini poin teknis, tapi saya perlu menggarisbawahinya.


Biarlah Setiap Pernyataan seolah-olah di Bawah Ikrar!

Poin teknis yang kedua dari ayat ini yang perlu dipahami adalah: “Biarlah apa yang kamu katakan hanya ‘Ya, ya’ – dua kali ‘ya’ dan ‘Tidak,tidak’ – dua kali ‘tidak’. Sekali lagi kita perlu mempunyai sedikit pengetahuan untuk memahaminya. Apa signifikan dari ini? Jika kita melihat ke latar belakang ajaran Rabi (yang sangat penting karena orang Yahudi yang mendengarkan Yesus akan mendengar dengan latar belakang pengetahuan Yahudi mereka, yang tidak kita miliki jika kita tidak mempelajarinya), kita menemukan bahwa dua ‘ya’ dan dua ‘tidak’ itu sendiri adalah sebentuk sumpah.

Jika saya berkata, ‘ya’ itu bukan sumpah; jika saya berkata, ‘ya, ya’, ini sudah satu sumpah. Orang Yahudi mengenal ‘ya’ ganda dan ‘tidak’ ganda sebagai satu sumpah—sebagai satu pernyataan sumpah. Dengan kata lain, apabila Yesus berkata, “sesungguhnya aku berkata kepadamu”, dalam bahasa Inggris adalah ‘truly, truly’, dua kali dikatakan ‘truly’ – ini sama saja dengan pernyataan yang dibuat di bawah sumpah. Ini berarti pernyataan yang mau dibuat itu seutuhnya benar dan sangat signifikan. Barangsiapa yang akrab dengan pengetahuan ini tidak akan menemukan cara pengungkapan ini aneh. Tapi mereka akan berkata, ” Aneh! Yesus berkata, “Jangan bersumpah.” Dan sekarang ia berkata, ‘Katakan segala sesuatu seolah-olah di bawah sumpah.” Tidakkah itu membingungkan kamu?

Lihatkah anda bagaimana pengajaran Yesus menantang pikiran dan roh kita dan membuat akal budi kita bekerja. Saya memuji Tuhan untuk hal itu. Saya mengharapkan setiap orang Kristen tidak malas dalam menggunakan pikirannya, bahwa ia mengasihi Tuhan bukan hanya dengan segenap hatinya melainkan juga dengan segenap pikirannya. Sebagian orang Kristen mengasihi Tuhan dengan hati mereka, tetapi sepertinya mereka tidak tahu bagaimana mengasihi Tuhan dengan pikiran mereka – pikiran mereka kosong. Kasihilah Tuhan dengan pikiranmu, lakukan! Tembuslah ke dalam perkara-perkara Tuhan yang dalam, dan minta Tuhan untuk mengajarmu. Jika kamu sudah memahami apa yang saya katakan, bahwa ketika Yesus mengatakan kamu tidak boleh bersumpah, dia bukanlah membuat pernyataan yang mutlak tetapi sebuah pernyataan umum – maka anda tidak akan terkejut membaca kalimat berikutnya, yang benar-benar menunjukkan karakter dari pengajaran Yesus yang menakjubkan yaitu: Janganlah bersumpah, tetapi biarlah setiap pernyataanmu seperti sumpah, dengan kata lain, setiap kalimat haruslah benar seperti sebuah sumpah. Itu begitu sempurna! Itu mengagumkan! Sekarang, kita dapat melihat apa yang sepertinya merupakan kalimat yang dangkal ternyata memiliki pemahaman yang begitu mendalam.

Saya juga menemukan kalimat yang demikian dalam tulisan Josephus. Banyak dari kalian yang mungkin tidak mengenal Josephus. Dia adalah seorang sejarawan yang tinggal pada masa Yesus hidup, dari Josephus kita mengetahui banyak mengenai latar belakang PB dan PL. Dia adalah seorang penulis yang sangat penting. Josephus memberitahukan kita bahwa ada orang-orang dalam masa Yesus yang dia sebut Eseni -ketika saya menyelidiki apa yang dia artikan dengan kaum Eseni, saya mulai memahami bahwa yang dia artikan dengan kaum Eseni adalah orang-orang Kristen. Dan dia mengatakan, perkataan-perkataan mereka adalah seteguh sebuah sumpah. Yesus dengan tegas mengatakan bahwa: “Apapun yang kamu katakan, biarlah itu sama benarnya dengan sebuah sumpah”. Sebenarnya, berdasarkan tulisan Josephus, perkataan-perkataan kaum Eseni ini lebih teguh dari sebuah sumpah.


Dusta, Kebohongan dan Segala Sesuatu yang Melebihi Kebenaran Berasal dari Iblis

Setelah memahami semua ini, mari kita melihat ke ayat 37. Di sini Yesus mengatakan bahwa segala sesuatu yang melebihi kebenaran, yang lebih dari ‘Ya, ya’ atau ‘Tidak, tidak’ – berasal dari Iblis! Segala sesuatu yang diluar kebenaran berasal dari Iblis. Ketika seorang Kristen berbicara, dia mengatakan hanya kebenaran, kebenaran yang utuh dan hanya kebenaran. Inilah yang dikehendaki Yesus dari kita. Setiap kalimat haruslah, sepertinya, sebuah sumpah. Sekarang kamu lihat, pokok dari hal ini adalah: apa yang lebih dari itu berasal dari Iblis. Pikiran hal ini. Jika kepalsuan berasal dari Iblis, dari manakah kebenaran itu datang? Dari Tuhan, tentu! Keseluruhan bagian Alkitab mengajarkan kita akan hal itu. Kalian tidak perlu menjadi seorang ahli Alkitab untuk mengetahui hal ini. Sekarang kita telah menyatakan sebuah prinsip yang sangat penting – kebenaran dan hanya kebenaran berasal dari Tuhan. Apapun yang melebihi ataupun di luar kebenaran dari manapun, berasal dari Iblis. Iblis, seperti yang Yesus katakan dalam Yohanes 8 – adalah seorang pembohong dan bapa dari kebohongan. Iblis adalah seorang pembunuh. Ini sangat menarik. Yesus mengaitkan berbohong dan membunuh dalam Yohanes 8. Kalian tahu mengapa? Karena berbohong adalah sekarakter dengan membunuh.

Kalian lihat? Iblis berbohong kepada Adam dan Hawa dan akhirnya ia membunuh mereka: Ia berkata, “Di hari kamu memakannya, kamu akan mati”; mereka mati. Secara spiritual mereka mati sejak mereka memakan buah pengetahuan yang baik dan yang jahat. Berbohong kepada seseorang berarti membunuh seseorang. Kalian harus mengatakan kebenaran, kebenaran yang utuh dan hanya kebenaran. Kalau tidak, kalian akan menemukan bahwa kalian berada di pihak Iblis. Ada lagi beberapa keindahan dalam pengajaran Yesus. Yesus mengatakan: “Segala sesuatu yang lebih dari pada kebenaran”, Yesus bukan mengatakan, “Bertentangan dengan kebenaran”. Pikirkan hal ini. Apakah makna dari kalimat tersebut? Makna dari kalimat tersebut adalah ini: Sebuah kebohongan kadang tidak hanya berbentuk kebohongan, ia bisa berisikan sebagian kebenaran, tetapi ini telah melebihi kebenaran. Kalian lihat betapa sempurna Yesus menuliskan kata-kataNya? Tidak ada satu kalimat, tidak ada satu sukukata, satu hurufpun yang sia-sia dalam pengajaran Yesus. Kalimat tersebut adalah sempurna. Dia tidak mengatakan, “Jika kamu mengatakan kebohongan, itu adalah dari Iblis, tetapi jika kamu mengatakan setengah kebenaran, itu tidak apa-apa.” Tidak, tidak! Yang Yesus katakan adalah: “Semua yang kamu katakan haruslah benar, tetapi apa yang lebih dari itu berasal dari Iblis, apa yang lebih dari pada itu membuat seluruh pernyataan menjadi palsu.”

Kalian tahu, kebohongan yang paling efektif adalah kebohongan yang sebagiannya  benar. Kebohongan total tidaklah pernah meyakinkan. Kebohongan yang sebagian benar sangatlah meyakinkan karena ia sebagian besar berisikan elemen kebenaran. Tahukah kalian dari manakah bidat masa kini memperoleh kekuatan mereka? Mereka mendapatkan kekuatan dari kebenaran mereka yang tidak utuh. Mereka dapat mengutip untukmu sebagian ayat dari Alkitab, dan ayat-ayat itu memang ada di Alkitab, tetapi itu bukan kebenaran seluruhnya. “Oleh karena itu, ketika kamu berbicara,” Yesus berkata, “kamu harus jujur atau benar secara mutlak, atau jika tidak kamu berada di sisi Iblis.” Ini adalah prinsip yang harus kita perhatikan lagi.


Kebenaran tetaplah Kebenaran, Walaupun Kebenaran Tersebut Tidak Masuk Akal

Saya sedang membangun ke arah prinsip ini, dan saya ingin anda tahu setiap langkah kecil sembari kita melangkah kepada prinsip utama. Pertama, kebenaran berasal dari Tuhan. Kebenaran tidak ditemukan di tempat lain melainkan dalam Tuhan – ini adalah prinsip yang bertahan selamanya. Dalam dunia ini, di bawah matahari, anda tidak akan pernah menemukan kebenaran kecuali kebenaran yang Tuhan berikan kepada kita. Anda tidak akan dapat menemukannya dalam filsafat karena filsafat adalah imajinasi manusia. Mengapakah harus gagasan, ide ataupun spekulasi seseorang menjadi lebih baik dari yang kita miliki hanya karena dapat dinyatakan secara lebih meyakinkan?

Kenyataan bahwa sesuatu itu lebih masuk akal tidaklah membuat sesuatu itu lebih benar. Pada hakekatnya kebenaran tidak perlu masuk akal, namun ia tetap kebenaran. Jika saya memberitahukan anda bahwa seekor ikan berenang ke kaki saya dan saya telah menangkapnya, dan anda mengatakan bahwa itu tidaklah masuk akal, namun kenyataan ini adalah mutlak benar dan saya dapat mengatakannya di bawah sumpah bahwa hal ini adalah benar. Hal ini tidak masuk akal, tetapi ia benar. Perkara-perkara yang Tuhan lakukan tidak masuk akal, tetapi adalah tetap merupakan kebenaran karena Tuhanlah yang melakukannya. Anda mengatakan, “Hal-hal seperti itu tidak pernah terjadi.” Tetapi hal itu terjadi karena Tuhanlah yang melakukannya. Anda mengatakan bahwa tidak masuk akal bila Allah sepenuhnya berdiam di dalam manusia Yesus dan datang ke dalam dunia. Hal tersebut tidak masuk akal, namun tetap merupakan kebenaran. Jadi, walaupun tidak dapat diterima dalam pikiran anda, ia tetap merupakan  kebenaran. Spekulasi manusia sepertinya masuk akal, tetapi tidak membuatnya menjadi kebenaran.


Kebenaran Selalu Mengikat – Kebenaran harus Dipatuhi!

Seorang murid haruslah menujukan pandangannya pada kebenaran. Kata ‘truth’ [kebenaran] dalam Alkitab, dalam PB saja, belum dihitung dalam PL, dipakai 109 kali. Belum dihitung kalimat perubahannya, seperti ‘truthful’ dan kata keterangan dan kata sifat dan sebagainya, anda akan menemukannya 75 kali, berjumlah total lebih dari 200 kali dalam ruangan singkat yang ada dalam PB. Ketika kita mengabarkan Injil, kita memprihatinkan kebenaran. Kita tidak prihatin bahwa seseorang akan menjadi anggota suatu gereja, bahwa seseorang akan menjadi pengikut saya atau pengikut orang lain, bahwa seseorang akan menjadi pengikut Calvin atau Luther ataupun siapapun yang lain. Namun kita mempedulikan hanya satu hal – menjadi seorang Kristen. Ini adalah kebenaran. Jika ini bukan kebenaran, maka lupakan saja. Lupakan! ! Jangan memperjuangkan sesuatu hanya karena kamu menyukainya! Jangan berpegang kepada sesuatu hanya karena kamu menemukan bahwa, “Saya pikir ini adalah ide yang baik!” Lupakan hal ini! Jika Injil tidak benar, maka kemaslah barangmu dan pulanglah ke rumah. Dan jangan datang lagi. Marilah kita tegas. Kita menangani kebenaran, dan tidak ada yang lain selain kebenaran.

Kita harus memahami hal lain yang dikatakan oleh Yesus. Kita melihat bahwa kebenaran datangnya dari Tuhan, dan yang kedua kebenaran itu mengikat seperti sebuah sumpah. Jangan mengira sesuatu tidak perlu dilaksanakan hanya karena hal itu tidak dinyatakan dalam sumpah. Tidak, Yesus mengatakan bahwa kebenaran selalu mengikat, di bawah sumpah ataupun tidak di bawah sumpah, karena kebenaran bersifat mengikat seperti sebuah sumpah. Apakah anda menangkap prinsip ini? Anda lihat, jika sesuatu benar, anda diwajibkan untuk melakukannya, menerimanya, mengikutinya dan mempercayainya. Dalam Alkitab, kebenaran adalah untuk dipatuhi, bukan hanya dipercayai. Juga kita lihat dalam Roma 2:8 dan Galatia 5:7, bahwa kita harus mematuhi kebenaran. Hal menjadi seorang Kristen adalah hal mematuhi kebenaran. Bukan berdasarkan apakah perasaan saya sedang baik atau tidak baik. Tidaklah akan membuat perbedaan apakah saya sedang dalam keadaan ‘mood’ yang baik atau tidak; menjadi seorang Kristen tidak ada kaitannya dengan hal itu. Semua itu berhubungan dengan kebenaran dan hanya kebenaran.

Anda lihat, banyak orang Kristen yang hidup berdasarkan perasaan mereka dan mereka sungguh-sungguh membuat saya frustasi. Saya harap anda bukan merupakan salah satu dari mereka. Kita sudah punya terlalu banyak orang seperti ini dalam gereja. Hari ini kita merasakan baik dan besok kita merasa buruk. Setelah pergi ke gereja, mereka merasakan sangat baik; dan ketika hari Senin pagi, mereka merasakan sangat buruk. Mereka adalah orang Kristen yang naik dan turun seperti barometer – anda tidak tahu apa yang harus diperbuat dengan mereka. Saya menerima telepon dari seorang dan ia berkata, “Aku merasa buruk kembali hari ini.” Saya berpikir, “Oh, jangan lagi.” Dan demikianlah mereka naik dan turun terus. Anda tahu apakah masalah dari orang-orang Kristen seperti ini? Mereka tidak paham bahwa mereka hidup oleh kebenaran, bukan oleh perasaan. Kebenaran tidaklah berkurang kebenarannya hanya karena saya sedang merasa tidak bagus hari ini dan saya kebetulan sedang menderita sakit kepala. Hal itu tidaklah membuat kebenaran berkurang. Dan apa yang saya rasakan tidaklah membuat perbedaan. Hidup saya dipimpin oleh kebenaran, dan bukan oleh perasaan saya.

Ada banyak orang Kristen yang sepertinya tidak memahami hal ini. Mereka datang kepada Tuhan dan mereka tiba-tiba mengharapkan untuk mendapatkan perasaan yang baik, sepertinya mereka telah menelan obat penenang atau yang lainnya. Mereka berkata, “Aku sepertinya tidak merasa lebih baik setelah aku datang pada Tuhan.” Saya berkata, “Baiklah, perasaan seperti apa yang kamu harapkan, temanku?” Perasaan apa yang anda harapkan? Semua ini sama sekali tidak berhubungan dengan perasaan anda. Anda telah masuk dalam perjanjian dengan Allah.

Saya juga suka berkata kepada orang-orang, “Apakah kamu telah menikah?” Mereka berkata, “Aku telah menikah.” Saya melanjutkan bertanya, “Bagaimana perasaanmu setelah kamu menikah?” Mereka berkata, “Aku merasa keletihan, sepanjang hari berjabat tangan dan tersenyum.” Sama halnya dengan saya setelah pesta pernikahan. Saya merasa seluruh otot di wajah saya kejang. Setelah tersenyum begitu lama, tangan saya terasa bebal karena berjabat dengan begitu banyak tangan.  Jika anda berkata, “Bagaimana perasaanmu setelah anda menikah?” Semua yang dapat saya katakan adalah, “Saya merasa sangat letih.”

Bagaimana perasaan anda? Anda mengasihi orang tersebut sebelum anda menikah. Anda mengasihi Tuhan sebelum anda datang kepada-Nya; kalau tidak, anda tidak akan menyerahkan hidup kepada-Nya. Semua ini tidak ada hubungannya dengan perasaan; ini adalah masalah kebenaran. Inilah yang harus kita lakukan – kebenaran. Jadi, berdoalah agar Tuhan menebus anda dari keadaan menjadi orang Kristen yang mengandalkan perasaan – turun naik terus perasaan mereka. Mereka harus pergi ke pertemuan untuk merasa baik. Untuk melakukannya, anda harus memiliki waktu untuk menyemangati mereka. Setiap orang berdiri, berteriak, menepuk tanganmu, melompat atas dan bawah. Anda bertanya, “Apakah maksud dari latihan ini? Saya benar-benar tidak mengerti.” Ini dilakukan untuk merangsang mereka, menyemangati mereka. Semuanya berhubungan dengan perasaan.

Tuhan tidak bekerja seperti itu; Dia tidak menyukainya. Dan ketika saya mengkhotbahkan firman Tuhan, saya tidak sedang memanipulasi perasaan seseorang. Saya sama sekali tidak tertarik dengan hal itu. Saya ingin setiap orang masuk dalam kebenaran, bukan dalam perasaan – karena anda merasa begitu baik, anda merasa gembira.  Saya dapat membawa ke sini seorang penyanyi solo yang dapat membuat airmatamu berlinang di wajahmu. Ketika dia menyanyi, anda merasa hati bergolak, dan anda merasa begitu senang dan terharu. Ini luar biasa namun saya tidak begitu menyukainya karena besok anda akan merasa resah dan buruk lagi. Seperti sedang minum alkohol, anda merasa enak, namun kemudian buruk hari berikutnya—anda merasa lebih terpuruk. Kita tidak menghendaki hal itu. Adalah mudah untuk mengolah emosi seseorang. Kalian tidak perlu menjadi psikolog besar untuk dapat melakukan hal ini. Tetapi kita tidak membutuhkan itu, karena iman haruslah dinyatakan dalam kebenaran. Batu karang yang teguh! Orang Kristen seperti ini, kalian dapat melempar apa saja pada mereka – kalian memberikan guntur, kalian memberikan tekanan, tidak akan ada yang menggoyahkan mereka. Mengapa? Karena mereka berakar dalam kebenaran.

Hal lain yang mau saya katakan berkaitan dengan hal kebenaran adalah hubungan pribadi kita. Kita akan masuk dalam bagian ini.


Kebenaran harus Memimpin Relasi Kita – dengan Allah dan dengan Manusia

Saya ingin menangani beberapa pokok yang sangat penting. Sehingga ke tahap ini saya pikir anda telah memahami prinsip spiritual yang paling dasar dari semuanya ini. Hal ini merupakan prinsip spiritual yang paling mendasar bagi kehidupan Kristen. Apakah prinsip itu? Hal tersebut adalah  truthfulness  (keadaan benar) – kebenaran dalam setiap pikiran kita. Hal ini kelihatannya mudah namun saya ingin menguraikan ini supaya anda dapat memahami sesuatu yang vital bagi kehidupan Kristen. Tadi saya telah menyinggung sebagian kecil. Orang Kristen yang naik dan turun adalah adalah orang Kristen yang akan ambruk sebelum berjalan terlalu jauh. Mereka adalah orang yang datang ke gereja bernyanyi dengan suara ekstra keras, dan tiga bulan kemudian anda tidak akan melihat mereka lagi. Mengapa? Karena kegairahan mereka itu hanya 5 menit. Semuanya telah berlalu; mereka telah kembali pada keadaan asal. Ini adalah orang-orang Kristen yang tidak memahami prinsip kebenaran dalam kehidupan Kristen, dan saya ingin menguraikan ini dengan lebih dalam.

Jika anda ingin bertumbuh dalam kehidupan Kristen, jika anda ingin mengalami kekuatan rohani dan berkat Tuhan, anda harus memahami prinsip yang penting ini. Ini adalah prinsip dari semua hubunganmu dalam garis vertikal dengan Tuhan. Anda harus sempurna dalam satu hal dalam kehidupan Kristen – anda harus sempurna dalam kebenaran. Anda berkata, “Apa maksudnya?” Yang saya artikan adalah ini: dalam segala hal yang anda lakukan dalam hubungan dengan Tuhan, yang pertama dan yang paling penting, lakukanlah dalam kebenaran yang seutuhnya! Ada orang yang ketika mereka berdoa, mereka sepertinya mencoba membuat Tuhan terkesan, seperti mereka sedang mengesankan orang lain. Ini adalah contoh dari tidak dalam kebenaran. Ketika anda berdoa kepada Tuhan, ingatlah ini: Ia melihat kepada hatimu; Ia bukan melihat pada ekspresi di wajahmu. Jadi, jika anda memakai senyum yang manis agar Tuhan melihatnya, hal ini tidak akan membuat Ia terkesan. Ia melihat langsung ke dalam hatimu. Rahasia dari kehidupan Kristen adalah kebenaran di hadapan Tuhan. Hiduplah selalu dalam kebenaran yang mutlak!

Jika anda memiliki masalah, datanglah pada-Nya dan katakan, “Tuhan, saya memiliki masalah ini”. Anda tahu, sangat menakjubkan bahwa sedikit orang Kristen yang memahami prinsip ini. Ketika mereka memiliki masalah, hal pertama yang mereka lakukan adalah mencari seorang teman, mencari pendeta. Baik, saya tidak menentang bahwa anda seharusnya mencari seorang teman, atau mencari seorang pendeta, tapi, pelajarilah prinsip ini dulu. Belajar untuk datang secara jujur dan bersikap benar kepada Tuhan, dan berkata, “Tuhan, saya punya masalah dalam hal ini.” Mengapa anda tidak dapat berbicara dengan jujur kepada Tuhan? Apakah anda pikir Ia hanya mau mendengar sanjungan? Apakah anda pikir Ia seperti orang lain yang anda kenal? Datang dan beritahukan kepada-Nya kenyataan yang terjadi. Anda tidak perlu berpikir, “Ketika aku berbicara dengan Tuhan, aku hanya boleh membicarakan hal-hal yang manis; “Tuhan, Engkau sangat hebat! Engkau sangat besar! Engkau mencukupkanku dengan roti setiap hari, aku membutuhkan sedikit mentega, namun, saya berterima kasih untuk roti ini, dan selainya. Engkau sangat baik kepadaku. Engkau mencukupkanku dengan segala hal yang baik. Aku menginginkan rumah yang lebih besar, namun untuk saat ini, aku cukup berterima kasih dengan apa yang ada padaku.” Dan jadi kita merasa bahwa kita selalu harus mengatakan hal yang manis kepada Tuhan. Tidak pantas datang kepada Tuhan dan mengatakan hal yang tidak baik. Anda tidak datang kepada Tuhan dengan masalah-masalahmu. Mengapa tidak? Bukankah Ia Juru Selamat kita? Belajarlah menjadi jujur dengan Tuhan dan dengan melakukan hal itu telah membantu meringankan separuh masalahmu. Setelah itu semua masalah dapat dibereskan. Orang sering mengejutkan saya. Mereka berkata, “Aku punya masalah ini dan itu.” Saya berkata, “Apakah anda pernah memikirkan untuk membicarakan hal ini dengan Tuhan?” “Apa? Membicarakan kepada Tuhan mengenai ini?” “Tentu!” Saya berkata, “Apa salahnya dengan hal itu? Ia dapat menjawab pertanyaanmu lebih baik dari yang saya dapat. Apakah anda tahu itu?” “Wah! Maksudmu Ia dapat?” Bagaimana mereka mengharapkan Tuhan untuk menyelamatkan mereka jika Allah yang mereka datangi tidak dapat menyelesaikan masalah mereka? Jadi, untuk apa anda percaya kepada Allah yang seperti ini? Ia adalah Allah kebenaran, Ia adalah Allah yang hidup, Ia adalah segala sesuatu yang Ia katakan mengenai diri-Nya, atau kalau tidak demikian jangan membuang waktumu dengan-Nya.

Kebenaran adalah hitam dan putih. Ada garis tegas di antara hitam dan putih. Kebenaran tidak di wilayah abu-abu. Datang kepada Tuhan dengan tulus dan tegas. Ini adalah cara yang Ia kehendaki. Datang kepada Tuhan dengan pertanyaanmu, jika ada, dan katakan, “Tuhan, saya tidak mengerti hal ini.” Saya merasa takjub ketika menemukan bagaimana sikap para nabi ketika mereka berbicara dengan Tuhan. Nahum berkata, “Tuhan, aku memiliki keluhan yang mau saya kemukakan terhadapMu, Engkau tahu, jika Engkau tidak berkeberatan aku mengutarakannya. Aku punya masalah dengan Engkau. Pemikiran apa yang ada pada-Mu sehingga Engkau menghadapi kami dengan cara demikian, dan Engkau berlaku begitu baik dengan  orang-orang kafir yang menghancurkan Yerusalem di bawah kaki mereka. Aku tidak begitu senang dengan hal ini, Tuhan.” Apakah anda memahami prinsip rohani ini? Anda berkata, “Hei, hei, hei! Anda tidak boleh berbicara kepada Tuhan dengan cara demikian! Begitu beraninya kamu bebicara kepada Tuhan dengan cara begitu?” Baik, Nahum bukanlah tidak hormat. Kita membingungkan makna kejujuran dan ketidakhormatan.

Anda tahu, orang Tionghoa secara khusus sangat sensitif dengan hal ini dan saya pikir kita harus belajar dalam kehidupan Kristen untuk memperbaikinya. Jika anda berkata kepada seorang saudara, “Yang kamu lakukan agak kurang baik. Kualitasnya tidaklah terlalu bagus.” Wah! Mereka akan menyerang kembali. “Kasih persaudaraan – kamu seharusnya memberitahuku hal yang manis. Dan kamu mengatakan kamu tidak suka pelajaran Alkitab yang aku pimpin. Ah! Ini sangat menghina aku!” Anda lihat, anda mengatakan kebenaran  pada mereka dan mereka mengatakan anda menghina mereka. Saya berkali-kali mengalami pengalaman ini, saya harap kalian tidak berkeberatan atas perkataan saya, secara khususnya orang Hong Kong. Saya pikir mereka dibesarkan dalam lingkungan di mana tidak menyenangkan bila mengatakan kebenaran. Sebagai orang Kristen, kita harus mengubah ini. Beberapa orang ketika mereka mengatakan sesuatu kepada saya, “Aku harap sesuatu dapat dilakukan untuk memperbaiki hal ini,” mereka menambahkan, “Aku harap anda tidak tersinggung. Jangan tersinggung, ya?” Saya berkata, “Aku tidak tersinggung. Aku sangat berterima kasih bahwa anda memberitahukan padaku tentang hal ini.” Mereka berkata, “Sungguh?” Mereka sangat  terkejut, sepertinya kalau anda memberitahukan kebenaran kepada saya, saya akan tersinggung. Mereka sangat terkejut karena anda berterima kasih untuk hal itu.

Saya ingat pada suatu hari, seseorang mengatakan bahwa di gereja kami ada sesuatu yang bisa dikembangkan, “Aku harap anda tidak merasa tersinggung. Anda tidak marah, kan?” Saya berkata, “Mengapa anda begitu berhati-hati? Tidakkah anda tahu bahwa aku menyukai kebenaran? Katakanlah kebenaran kepadaku. Langsung saja. Ayo, jangan berputar-putar.” Tetapi saya sadar dengan kebanyakan orang, anda tidak dapat mengatakan kebenaran kepada mereka. Anda harus mempermanis kalimat tersebut, berbelit-belit untuk memberikan kesan yang menyenangkan dan menikam mereka dari belakang bukan dari depan. Ini adalah praktek yang diterima. Ketika anda menikam mereka dari belakang hal ini lebih dihormati; untuk memukul mereka dari depan adalah kasar. Sepertinya kedua-duanya juga akan membawa kematian.


Katakan Kebenaran dalam Kasih – Jangan ada Kepura-puraan

Dalam kehidupan Kristen, marilah kita belajar untuk berlaku benar. Ini adalah prinsip rohani yang sangat penting. Hal ini akan membuat relasi kita dengan orang lain menjadi lebih mudah, sehingga kita tidak usah menyusun taktik, sehingga kita tidak usah berpikir keras, memikirkan apa yang ada dalam pikiran orang lain. Saya memindahkan biji catur saya dalam cara itu. Saya memindahkan biji catur saya dalam langkah itu; sekarang anda pindahkan biji catur anda. Percakapan dengan orang tertentu terkadang sangat melelahkan. Anda bingung permainan catur apa yang mereka mainkan, gerakan mana yang akan mereka buat sekarang, kombinasi macam apa yang akan muncul nanti. Sebagai anak Tuhan, marilah kita bersikap jujur. Lihat! Saya menginginkan anda bersikap jujur kepada saya. Datanglah pada saya dan katakan, “Aku tidak memahami bagian ini.” Marilah, kita langsung saja. Inilah seharusnya cara kita hidup bersama orang lain. Bermain politik dengan satu sama lain bukanlah suatu sikap yang seharusnya dilakukan orang-orang Kristen.

Jika anda hidup dengan orang lain, maka anda harus mempraktekkan hal ini. Gereja adalah sebuah lingkungan. Gereja adalah sebuah komunitas. Jadi, marilah kita jujur satu sama lain, mengatakan kebenaran dalam kasih. Tentu, saya tidak bermaksud bahwa anda mengatakan kejujuran sehinggakan anda menghantam mereka tepat di wajah mereka. Katakan dalam kasih, dan katakanlah kebenaran.

Saya berdoa agar Tuhan mentransformasi gereja, terkhusus gereja Tionghoa. Tuhan hendak membuat perkara-perkara besar. Namun Tuhan harus mengubah kita terlebih dahulu. Gereja ini akan menjadi sesuatu yang sangat berbeda, sangat sangat berbeda, jika kita pertama-tama mempelajari bahwa tidak ada seorangpun di antara kita yang bermain politik satu sama lain. Kita tidak perlu berpura-pura untuk bersikap manis, namun jujur dan bersikap santai terhadap satu sama lain. Pernahkah anda sadari bagaimana tidak nyamannya jika dua sisi harus bermain politik? Anda harus duduk dalam cara tertentu; sungguh sangat tidak nyaman. Mari kita melakukannya tulus dari hati. Setiap orang santai dan mengatakan kebenaran sebagai saudara dan saudari.

Tetapi prinsip yang sama juga harus diterapkan pada Tuhan. Ketika anda datang pada Tuhan, bicaralah jujur dengan-Nya. Anda akan terkejut bahwa ternyata Ia sangat senang. Ia senang dengan kejujuran. Inilah cara anda bertumbuh dalam hubungan anda dengan Tuhan dan juga dengan satu sama lain. Inilah rahasianya, jika anda hendak menyebutnya demikian, sebuah prinsip yang semua orang Kristen harus meraihnya. Ketika anda berdoa, apakah anda merasakan bahwa anda harus berbicara dalam cara yang palsu? Saya baru berkata kepada Saudara W kemarin bahwa saya mendengarkan khotbah oleh seorang pendeta Anglikan. Sebenarnya uskup agung, yang telah pensiun. Saya berkata, “Mengapa mereka harus berbicara dalam nada suara seperti itu? Mengapa mereka tidak berbicara dalam nada suara mereka yang alami saja? Apakah mereka tidak tahu bagaimana caranya? Apakah mereka berbicara kepada istri mereka dengan mengatakan, “Sayangku, saya sangat senang melihatmu hari ini.” (dikatakan dengan nada suara yang sangat tinggi) Apakah itu caranya mereka berbicara dengan istri mereka? Namun, ketika mereka memberitakan Injil, mereka harus membacakan firman Tuhan dalam sebuah penampilan tertentu yang telah dipoles sedemikian rupa. Apa ini? Anda lihat, kita tidak belajar untuk menjadi jujur satu sama lain. Ini adalah sebagian dari kemunafikan dan kepura-puraan yang terjadi dalam gereja. Saya minta maaf saya harus mengatakan kebenaran. Saya tidak dapat menahannya! Saya harus mengatakan bahwa ketika uskup agung ini terus melanjutkan dalam cara ini, hal ini membuat saya begitu muak dan saya melakukan sesuatu yang kurang sopan – saya berdiri dan berjalan keluar – karena prinsip dari kehidupan Kristen adalah untuk jujur satu sama lain. Kita tidaklah boleh berpura-pura. Kepura-puraanlah yang menghancurkan gereja dan menghancurkan hubungan kita dengan Tuhan. Jadi, ketika anda datang untuk berdoa, santailah. Jangan merasa bahwa anda harus berada dalam posisi tertentu, bahwa anda harus berlutut dalam satu cara tertentu. Bicaralah kepadaNya dalam cara yang santai. Yang Ia inginkan adalah kebenaranmu. Ia tidak melihat pada postur fisikmu. Ia menginginkanmu berbicara dari hatimu.


Tidak Memenuhi Sebuah Janji pada Tuhan Berarti Menipu-Nya

Waktu kita berjalan dengan cepat dan masih ada banyak prinsip penting di sini. Tapi, saya ingin mengatakan bahwa kita harus memegang erat-erat prinsip yang penting. Saya ingin menunjukkan kepada anda dengan cara lain bagaimana berbicara di bawah sumpah menjadi berbohong. Ketika kita berbicara dengan Tuhan, setiap yang kita katakan, saya mau kalian memahami ini, adalah sumpah. Ini adalah alasan mengapa kita sama sekali tidak perlu bersumpah kepada Tuhan. Setiap hal yang anda katakan sejajar dengan sumpah. Inilah alasannya mengapa saya katakan bahwa dalam doa, jangan katakan sesuatu yang anda tidak maksudkan, karena Tuhan akan membuat anda bertanggungjawab ke atas segala sesuatu yang anda katakan. Prinsip ini begitu penting sehingga kita harus memahaminya. Jika anda ditanya dalam suatu pertemuan apakah ada yang ingin melayani Tuhan, jika ada tunjukkan tangan, apakah anda menunjuk tangan anda? Apakah anda mengangkat tangan? Jika anda mengangkat tangan, anda telah menyampaikan sumpah anda kepada Tuhan. Sekalipun jika itu bukan sebuah sumpah yang diumumkan, itu juga sama dengan sumpah. Setiap hal yang anda katakan kepada Tuhan, anda harus penuhi. Hati-hati! Waspada dengan sikap mengambil dari Tuhan, merampok dari Tuhan apa yang menjadi milik-Nya. Apa yang telah anda katakan pada-Nya, anda harus penuhi. Ingat hal itu. Ini adalah bagian lain dari prinsip kebenaran.

Ada sebagian orang yang mengatakan bahwa mereka ingin melayani Tuhan dan mereka tidak dapat ditemukan dalam pelayanan Tuhan. Saya katakan kepada anda, lebih baik jika anda tidak pernah mengatakannnya, dibandingkan jika anda mengatakannya dan anda tidak memenuhinya. Jangan pernah berkata, “Saya akan melayani Tuhan” dan tidak ditemukan dalam pekerjaan-Nya, terkhusus jika anda telah mengangkat tanganmu dalam hubungan kepada pelayanan penuh waktu. Jangan pernah mengangkat tangan jika anda tidak bermaksud untuk memenuhinya, atau jika anda bermaksud untuk memenuhinya namun tidak sungguh-sungguh! Ada banyak perbedaan antara kedua-dua itu. Sebuah niat baik akan tetap dianggap berlaku dan teguh. Sebuah niat adalah sebaik sebuah sumpah – setelah mengatakannya, ia adalah sebaik sebuah sumpah walaupun hanya di tahap niat saja. Anda tahu, ada banyak orang Kristen yang begitu tidak hati-hati dalam hal kebenaran dalam hubungan mereka dengan Tuhan sehingga hal itu menakutkan saya. Saya berdoa bahwa tidak ada seorangpun dalam gereja ini yang akan menjadi seperti itu.

Saya berbicara kepada seorang yang dianggap dan dikenal oleh banyak orang sebagai seorang Kristen yang sangat baik, dan saya diberitahu bahwa ia telah mempersembahkan dirinya dalam pelayanan penuh waktu dalam sebuah pertemuan di mana dia  mengangkat tangannya dan maju ke depan. Ketika saya bertanya kepadanya akan hal ini, tahukah anda apa yang ia katakan kepada saya? Saya bertanya, ” Jadi, anda mempersembahkan diri anda pada pelayanan penuh waktu.” Ia berkata, “Benarkah?” Saya berkata, “Tetapi, saudara, dalam pertemuan itu anda telah mengangkat tangan anda.” Ia berkata, “Apakah saya melakukan hal itu? Saya tidak ingat.” Ia tidak menyangkalnya, tetapi ia mengatakan ia tidak ingat!

Pelajaran rohani apakah yang kita dapat pelajari dari hal ini? Begitu banyak orang Kristen melakukan sesuatu, dan sesuatu yang sangat serius, seperti mempersembahkan diri dalam pelayanan penuh waktu, ia mengangkat tangannya dan setelah itu ia berkata ia tidak ingat. Apakah ia berkata benar atau tidak, saya tidak tahu. Tetapi kita punya saksi mata yang melihat ia mengangkat tangannya, namun ia hanya mengatakan, “Saya tidak ingat bahwa saya telah melakukan hal itu.” Saudara dan saudariku, jika anda pernah membuat sebuah janji pada Tuhan dan anda tidak bermaksud untuk memenuhinya, sepertinya saya tidak mau berada di tempatmu pada Hari Penghakiman karena anda telah berbohong kepada Tuhan. Apakah anda tahu apa hukuman bagi orang yang bersumpah palsu? Bagi orang yang berbohong kepada Tuhan? Hukumannya adalah kematian! Adalah hal yang menakutkan untuk berbohong kepada Tuhan dan tidak memenuhi suatu sumpah atau suatu kalimat atau suatu komitmen. Saya dapat memberikan referensi kepada siapa saja yang menginginkannya untuk melihat di bagian mana Alkitab memberitahukan bahwa bersumpah palsu dan berbohong kepada Tuhan akan dihukum dengan kematian. Saudara dan saudariku, jangan pernah membuat suatu pernyataan kepada Tuhan – karena Ia adalah Tuhan yang hidup – jika anda tidak bermaksud untuk memenuhinya, atau anda bermaksud untuk memenuhinya namun anda tidak melakukannya. Tidak akan ada yang dapat menolong anda di penghakiman nanti. Anda tidak dapat meloloskan diri. Seperti saudara yang malang itu, jika saya boleh menyebutnya sebagai seorang saudara, yang telah mengangkat tangan untuk pelayanan penuh waktu dan kemudian berkata, “Saya tidak ingat”, apakah anda pikir ia akan lolos pada Hari Penghakiman? Atau, akankah hukuman itu menjadi lebih keras karena ia telah mengatakan bahwa ia akan melayani Tuhan, namun ia sama sekali tidak ingat bahwa ia telah mengatakannya?


Setiap Bagian dari Kehidupan Kristen kita harus Dikuasai oleh Kebenaran

Ada cara lain berbohong kepada Tuhan, saudara dan saudari, menipu Tuhan atas apa yang menjadi milik-Nya. Terlalu banyak! Saya berdoa bahwa Tuhan mengajar setiap kita untuk benar-benar jujur dalam hubungan kita dengan-Nya. Salah satu cara lain adalah kita dapat menolak memberikan kepada Tuhan akan apa yang menjadi milik-Nya, contohnya, dengan cara ini: mereka yang berkata bahwa seluruh yang mereka miliki adalah milik Tuhan. Mereka telah memberikan segala sesuatu untuk Tuhan. Apa yang mereka maksudkan dengan hal itu? Itu bukan kebenaran. Mereka mencoba untuk berbohong kembali pada Tuhan. Mereka mengatakan, “Mobil saya adalah milik Tuhan; rumah saya adalah milik Tuhan; segala yang saya miliki telah saya berikan pada Tuhan.” Apakah pada kenyataannya demikian? Bagaimanakah itu menjadi milik Tuhan? Dalam cara apakah semua itu menjadi milik Tuhan? Apa bedanya dengan sebelum anda memberikan pada Tuhan? Dalam cara yang bagaimanakah keadaan menjadi berbeda? Dengan mempersembahkan kepada Tuhan sebuah janji, padahal tidak ada apa-apa yang diberikan, mereka telah berhasil dalam menipu diri mereka sendiri, bukan Tuhan.

Kita ambil contoh lain. Apakah anda tahu bahwa setiap orang Kristen berhutang sedikitnya 10 persen dari pendapatannya kepada Tuhan? Paling sedikit 10%! Sepersepuluh merupakan bagian Tuhan. Anda telah mengambil apa yang telah menjadi milik-Nya. Kalimat itu adalah kalimat yang benar menurut PL, tetapi tidaklah berkurang kebenarannya dalam PB, karena pepuluhan adalah satu cara untuk mengatakan bahwa anda menerima Tuhan sebagai Tuhan yang berdaulat ke atas hidup anda. Persepuluhan bukan merupakan persembahan pada Tuhan; itu adalah milik-Nya. Anda tidak mempersembahkan sesuatu pada-Nya ketika anda memberikan persepuluhan. Itu adalah milik-Nya. Yang merupakan persembahan untuk Tuhan adalah apa yang melebihi perpuluhan. Ini adalah prinsip yang saya pikir setiap orang Kristen harus tahu. Tetapi dengan tidak memberi-Nya apa yang menjadi milik-Nya, anda telah menipu dari Tuhan. Anda telah mencuri dari Tuhan.

Inilah yang dikatakan oleh Zakharia, dan dia mengabungkan mencuri dengan bersumpah palsu. Dalam hal ini apakah anda menipu Tuhan? Ambil sebagai contoh kejadian dalam 2 Korintus 5:15, mengatakan bahwa Kristus mati untuk semua orang supaya  semua yang bernafas  hidup untuk Dia. Jika anda menjadi seorang Kristen, anda menerima syarat-syarat keselamatan itu. Syarat-syarat keselamatan bukan untuk anda ubah sesuka anda. Tuhanlah yang merancang syarat-syarat itu. Jika anda tidak memenuhi syarat-syarat tersebut, saudara dan saudari, anda telah mencuri dari Tuhan. Jika anda tidak memenuhi kondisi tersebut, janganlah mengharapkan keselamatan. Keselamatan dari Tuhan bukan tanpa syarat. Persyaratan untuk keselamatan adalah ketaatan pada kebenaran.


Hindari Bersumpah Palsu – Jadilah Sempurna dalam Berlaku Benar

Setelah kita memeriksa dan menerapkan semua prinsip ini, kita dapat melihat bahwa prinsip kebenaran masuk ke dalam seluruh bagian kehidupan Kristen, apakah dalam doa atau dalam hubungan antar pribadi, dalam pemberian kita, dalam persembahan kita, dalam kehidupan kita sehari-hari. Setiap bagian hidup kita diperintah oleh kebenaran dan hanya kebenaran. Apakah anda seorang Kristen? Saya berharap tidak ada seorangpun yang keluar dari gereja hari ini tanpa mengetahui apa artinya menjadi seorang Kristen yang sejati. Yesus dalam perikop ini sedang berkomentar mengenai Perintah ketiga dari Sepuluh Perintah. Anda tahu apa itu perintah atau hukum ketiga? “Janganlah menyebut nama Tuhan Allahmu dengan sembarangan.” (Keluaran 20:7). Apakah anda  tahu artinya? Ini bukan hanya persoalan mengenai bersumpah dengan mulut; ini adalah persoalan mengenai bersumpah dengan kehidupan.

Apakah anda tahu apa yang diartikan dengan pernyataan tersebut? Jika anda adalah seorang Kristen, anda membawa nama Tuhan dalam kehidupan anda. Hukum tersebut berkata, “Jangan menyebut nama Tuhan Allahmu dengan sembarangan,” secara palsu atau secara tidak layak. Banyak orang Kristen yang melanggar perintah yang ketiga. Mereka telah menyandang nama Tuhan dengan sembarangan dalam kehidupan mereka. Ke manapun anda pergi sebagai seorang Kristen, anda dikenal sebagai milik Tuhan. Berhenti dari menggunakan sebutan `Kristen’, jika anda tidak hidup sesuai dengan nama Tuhan.  Dan jika anda menyandang nama Tuhan dalam kehidupanmu, dan di bibirmu tapi dalam kehidupanmu, anda menyangkal Dia maka anda telah bersumpah palsu.

Inilah yang dibicarakan oleh Yesus. Kebenaran atau bersumpah palsu. Tidak seorangpun boleh menyandang nama Tuhan Allah dalam kehidupan mereka atau menyandang nama Yesus, jika mereka tidak siap untuk menaati kebenaran. Sebaiknya anda dengan jujur mengatakan, “Kalau begitu aku bukanlah seorang Kristen karena aku tidak mau menaati kebenaran. Aku tidak mencintai kebenaran.” Tetapi, sebenarnya apa persyaratan untuk menjadi seorang Kristen? Apakah itu berarti bahwa anda harus sempurna? Ya. Hanya dalam satu hal – sempurna dalam kebenaran! Itu tidak berarti bahwa anda tanpa dosa tetapi ia bermakna bahwa anda benar-benar jujur dan benar. Di manakah posisi anda saat ini? Di pihak manakah anda berdiri? Apakah anda benar-benar secara mutlak jujur? Jika tidak, anda bukanlah seorang Kristen. Saya ingin menjernihkan hal, biar ia menjadi sejelas hitam dan putih. Jika kehidupan anda tidak dipimpin oleh kebenaran maka anda bukanlah Kristen menurut pengajaran Yesus. Dan jika  anda memakai nama Kristen dalam kehidupanmu padahal anda tidak mencintai kebenaran, anda telah melakukan  sumpah palsu, karena anda telah menyebut nama Tuhan dengan sembarangan.

Saya harap anda dapat memahami sekarang betapa pentingnya hal yang kita pelajari hari ini. Seperti yang telah kita lihat minggu lalu, sumpah palsu adalah melanggar perjanjian. Anda mengatakan, “Kalau begitu saya takut, lebih baik saya tidak menjadi seorang Kristen.” Mengapa tidak? Jika anda mencintai kebenaran, yang merupakan syarat satu-satunya yang diberikan kepadamu, bukan bahwa anda harus sempurna dan tidak berdosa dalam tingkah lakumu, yang tidak mungkin akan mampu kita lakukan karena kita terbatas, namun kita dapat dan kita harus, saudara dan saudariku, dengan mutlak mencintai kebenaran.


Rahasia Manusia Allah – Kebenaran [Tidak ada Kebohongan]

Daud adalah seorang pria yang punya banyak dosa, meskipun demikian ia adalah seorang punya kebenaran dalam hatinya. Ketika ia berdosa, ia tidak berpura-pura dan sama sekali tidak membela diri. Ia datang ke hadapan Tuhan dan berkata, “Aku telah berdosa di hadapanMu.” Ia tidak membuat alasan. Anda tahu ada banyak orang Kristen yang selalu membuat alasan, dan saya sangat terganggu dengan orang Kristen yang demikian. “Aku berdosa, ya, tetapi anda lihat, hal ini terjadi karena ini dan itu.” Daud tidaklah membuat alasan, ia tidak mempersalahkan keadaan. Ia datang kepada Allah dan berkata, “Aku telah berdosa. Biarlah hanya aku yang jatuh ke dalam tangan-Mu, O Tuhan. Perlakukanlah aku sesuka hati-Mu, O Tuhan. Tetapi aku mengasihimu. Jangan membuangku dari hadapan-Mu! Jangan mengambil roh-Mu yang kudus daripadaku, aku memohon kepada-Mu. Aku tahu Engkau suka dengan kebenaran dalam hati. Dan walaupun aku telah gagal dan tidak memiliki sesuatu dalam diriku untuk dipersembahkan kepada-Mu, aku mempersembahkan kepada-Mu kebenaran hatiku.”

Inilah rahasia dari setiap orang kepunyaan Allah. Jika setiap orang dalam ruangan ini memahami rahasia ini, hal ini akan membuat anda menjadi manusia Allah. Keadaannya memang setegas ini. Ini saya katakan sebagai sebuah pernyataan kebenaran yang dapat saya nyatakan sebagai sumpah. Jika anda bersedia untuk menjadi benar secara mutlak, maka anda akan menjadi manusia Allah. Biarlah tidak ada kepalsuan di dalam setiap bagian kehidupanmu, dalam pikiranmu, dalam tingkah lakumu. Ketika anda telah berdosa, datanglah ke hadapan Tuhan dalam kejujuran yang seutuhnya – tidak mencari alasan, tidak berpura-pura. Katakan, “Tuhan, inilah aku. Aku telah berdosa. Aku telah gagal. Kasihanilah aku seorang pendosa ini.” Apakah anda tahu mengapa dalam perumpamaan orang Farisi dan pemungut cukai, pemungut cukai tersebut diampuni? Apakah anda pernah memperhatikan? Karena ia jujur secara mutlak. Ia berkata, “Tuhan, kasihanilah aku orang yang berdosa ini. Aku tidak mau berpura-pura. Aku adalah seorang pendosa, itulah aku. Aku datang kepada-Mu apa adanya. Aku tidak punya kebenaran diri untuk dipertahankan, tidak punya alasan untuk membenarkan diri.” Dapatkah anda memahami rahasia ini? Anda menerapkan rahasia tersebut dalam seluruh kehidupanmu dan dalam seluruh pemikiranmu, dan percayalah, anda akan melihat keajaiban yang Tuhan kerjakan.


Kesimpulan: Sungguh-sungguh Bersikap Jujur kepada Allah

Dalam bagian kesimpulan ini saya akan memberikan anda poin-poin mengapa kehidupan benar dan jujur sangatlah penting. Pertama, jika anda berlaku benar, Tuhan akan menjagamu dari berbuat dosa. Kita ini lemah dan kita akan berdosa, tetapi Allah sanggup untuk menjaga anda dari jatuh ke dalam dosa yang serius, jika anda selalu mencintai kebenaran. Anda lihat bahwa dalam Kejadian 20:5,6, Abimelekh dijaga dari dosa karena integritas hatinya. Banyak orang Kristen jatuh dalam dosa yang parah karena mereka tidak pernah benar-benar mencintai kebenaran.

Kedua, banyak orang Kristen berdoa dan doa mereka tidak dijawab. Anda tahu mengapa? Karena tidak ada kebenaran dalam hidup mereka! Hidup mereka tidak dipimpin oleh kebenaran. Apakah gunanya disebut sebagai orang Kristen atau orang yang dikatakan percaya pada Tuhan, namun tidak dapat berdoa kepada Allah atau Allah tidak mendengarkan doanya? Doa anda tidak terjawab. Anda tidak memiliki komunikasi dengan Allah. Seluruh inti dari kehidupan Kristen adalah kemampuan untuk berkomunikasi dengan Allah, mengenal-Nya sebagai Allah yang hidup. Tetapi doamu hanya akan terjawab apabila doamu adalah doa yang benar, doa yang lahir dari kedalaman hatimu dan anda sungguh-sungguh dengan setiap kata yang anda ucapkan dan bukan hanya kata yang diperindah, bukan hanya diucapkan untuk menyenangkan hati orang yang mendengarnya. Ketika anda telah belajar berdoa dalam kejujuran yang sepenuhnya, maka anda akan menemukan bahwa doa anda selalu dijawab. Selalu dijawab! Ini adalah sebuah kalimat kebenaran. Anda dapat melihat referensinya di 2 Raja-raja 20:3, 1 Tawarikh 29:17 dan seterusnya.

Ketiga, pelayananmu akan diberkati dan diterima Allah. Allah mengasihi orang yang benar dan Ia akan memberkati mereka tanpa batas. Di dalam pekerjaan mereka, pelayanan mereka, mereka akan menemukan berkat ke manapun mereka pergi. Bukanlah berkat material namun berkat rohani yang saya maksudkan, walaupun berkat materi akan datang dengan sendirinya. Jika anda berjalan dengan integritas dalam hatimu, hal-hal yang menakjubkan akan terjadi, bukan karena anda baik tetapi karena Allah mencintai kebenaran dan kita mencintai kebenaran. Ya, hal yang menakjubkan akan terjadi, seperti seekor ikan yang berenang ke kakimu [untuk menyampaikan sebentuk penghiburan dari Tuhan]. Betapa anda direndah-hatikan melihat kebaikan Tuhan! Bukan karena kita baik, tetapi karena Ia baik. Hanya satu hal yang dia inginkan dari kita yaitu berlaku benar secara mutlak dalam segala hal yang kita lakukan bersama-Nya- bersikap jujur juga mengenai keberdosaan kita.

Dan yang keempat, orang yang jujur berdiri jauh dari kefasikan. Anda tahu mengapa gereja tidak memiliki kesaksian dalam dunia saat ini? Karena tidak ada kebenaran dalam gereja, atau tidak cukup kebenaran dan ketulusan. Seorang yang benar dalam seluruh tingkah lakunya dan sikapnya yang membuatnya dijauhkan dari keduniawian. Ia menjadi berbeda dari orang lain. Ketika anda berjalan dengan mereka, anda berbicara dengan mereka, “Mereka mengatakan anda berbeda.” Anda berbeda dengan orang lain, bukan karena setiap waktu anda membicarakan tentang Allah dan mengkhotbahkan Allah kepada mereka, namun karena hidupmu berbeda. Hidup yang demikian membawa tanda Allah dalam hidupmu. Hanya dengan cara demikian kita dapat menjadi terang dunia. Gereja tidak memiliki pengaruh dalam dunia. Mengapa? Karena alasan ini, yaitu karena kebenaran tidak berada dalam diri kita sebagaimana yang seharusnya.

Dan akhirnya, melalui hidup benarlah – kebenaran batiniah, di bagian dalam – kita datang pada pengenalan akan pewahyuan Allah dan keajaiban hikmat Allah. Ada orang yang berkata, “Saya membaca Alkitab namun saya tidak memahaminya. Saya tidak memahami keajaiban Tuhan.” Apakah anda tahu mengapa? Anda belum belajar untuk berlaku benar dalam hatimu terhadap Tuhan. Dan ini semua ini dapat ditemukan di Mazmur 51:6, Mazmur 26:2-3 dan seterusnya. [Yang tertarik untuk mendapatkan referensi-referensi  ini, mereka dapat memilikinya setelah ini.]

Saya berdoa kiranya Tuhan berbicara kepada setiap hati. Waktu kita sudah habis dan saya berdoa kiranya setiap orang dapat menangkap prinsip rohani yang paling penting yang telah kita pelajari bersama, yang dapat mentransformasi hidupmu dari orang Kristen rata-rata menjadi seorang Kristen yang berseri-seri dan cemerlang, seorang Kristen yang memiliki kekuatan dan menjadi seorang manusia Allah yang perkasa. Pikirkanlah prinsip-prinsip ini. Renungkanlah ini semua.

 

Berikan Komentar Anda: