Pastor Eric Chang | Matius 6:1-8, 16-18 |

Mari kita melihat ke dalam kekayaan yang terdapat didalam firman Tuhan di Matius 6:1-8, 16-18 dan melihat apa artinya.

“Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga. Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau [mencanangkan hal itu – meniupkan terompet], seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.” “Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan.Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya.

“Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”

Pertama, izinkan saya membagikan dengan anda sesuatu tentang struktur pasal ini. Matius Pasal 6 akan mengarahkan perhatian kita kepada hubungan kita dengan Allah. Di Matius Pasal 5, yang dititikberatkan adalah hubungan kita dengan sesama manusia, yaitu, bagaimana seorang Kristen yang sejati berhubungan dengan orang lain? Namun di Matius Pasal 6, perhatian sekarang dialihkan kepada hubungan kita dengan Allah, dan di dalam beberapa ayat inilah terdapat semacam transisi (peralihan) yang membawa kita ke dalam satu hubungan yang lebih dalam dengan Allah. Pokok dari pasal ini bisa dikatakan sebagai: apakah yang menjadi motivasi seorang Kristen yang sejati? Apa yang memotivasikan seorang Kristen yang benar? Dan bagaimana motivasi ini berbeda dari seorang non-Kristen atau seorang Kristen yang munafik, dan sayangnya, ada banyak sekali orang seperti ini disekitar kita. Dan Allah melarang kita menjadi salah satu dari mereka!

Kita telah melihat bahwa Khotbah di atas Bukit bukanlah satu koleksi ajaran etis, yang semata mengajar kita bagaimana menjadi baik, tetapi merupakan satu deklarasi, satu konstitusi kerajaan Allah, yang memberitahu kita apa ajaran spiritual itu. Apakah perbedaannya antara ajaran etis dan ajaran spiritual? Ajaran etis hanya menyuruh anda menjadi baik dan mendesak anda untuk berusaha lebih keras menjadi baik. Itulah ajaran etis. Apabila saya berkata, ” Jangan melakukan hal-hal yang jahat! Berusahalah menjadi baik”, itu adalah satu pernyataan etis.  Tetapi ajaran spiritual jauh melebihi itu. Ajaran spiritual tidak semata berkata kepada anda, “Jadilah baik,” tetapi, “Kamu harus samasekali diubahkan oleh kuasa Allah.” Khotbah di atas Bukit tidak dapat diterapkan tanpa kuasa Allah. Saya anda telah memahami poin ini dengan jelas sekali. Ini bukan hanya sebuah ajaran etis, ini adalah ajaran spiritual. Ini adalah ajaran Yesus, yang berkata kepada kita: “Kamu harus menjadi seperti ini, tetapi kamu harus menjadi seperti ini oleh kuasa Allah. Kamu tidak dapat menjadi seperti ini dengan cara yang lain.” Kecuali anda diubahkan, dilahirkan kembali, diperbaharui, apapun istilah yang anda gunakan, anda tidak dapat menggenapi ajaran seperti ini; adalah mustahil. Ajaran spiritual adalah mustahil untuk digenapi karena ia tidak hanya menyuruh anda berbuat baik; ia menyuruh anda menjadi berbeda. Ia menyuruh anda menjadi baru. Ia menyuruh anda untuk masuk ke dalam satu cara hidup yang baru.


Tujuh ‘Jangan’ yang Membentuk Struktur Pasal

Perhatikan struktur fasal ini. Ayat 1 mengatakan, “Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu…” Kata ‘jangan’ ini sangatlah penting. Mengapa kita menekankan kata ‘jangan’ dalam ajaran Yesus di sini? Karena ini sangat penting untuk membantu kita memahami seluruh struktur bagi Pasal 6 and bagian awal dari Pasal 7. Apa maksud saya? Matius 6:2 berbunyi, “Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu….”. Jadi sini diajarkan, “Janganlah, apabila engkau memberi sedekah, menggembar-gemborkan hal itu.”

Kata ‘jangan’ itu dipakai tujuh kali. Satu struktur yang sempurna! Dalam menjelaskan arti ‘jangan’ yang pertama, tujuh ‘jangan’ yang lain mulai mengikuti dan anda harus melihat keindahan struktur ini. ‘Jangan’ yang pertama – untuk menjelaskan ‘jangan’ di ayat 1 – ‘jangan’ yang pertama muncul di Matius 6:2, “Janganlah engkau mencanangkan hal itu.” Kemudian diikuti oleh dua ‘jangan’ lagi yang bersangkutan. Sebenarnya, dalam naskah asli, (hal ini agak sulit untuk dijelaskan, namun bagaimanapun) ‘jangan’ yang kedua terdapat di Matius 6:7, “Lagipula dalam doamu itu, janganlah kamu bertele-tele…..“. Tentu saja, ini berhubungan dengan ‘jangan’ di Matius 6:5, yang sebenarnya kata yang berbeda dalam bahasa asli, tetapi juga diterjemahkan sebagai ‘jangan’. Jadi ‘jangan’ yang pertama ada di ayat 2; ‘jangan’ yang kedua di ayat 7; ‘jangan’ yang ketiga di ayat 16: “Apabila kamu berpuasa, janganlah murah mukamu…..“. Yang keempat ada di ayat 19: “Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi….” Yang kelima ada di ayat 25: “Janganlah kuatir akan hidupmu….”. ‘Jangan’ yang keenam adalah: “Janganlah menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.” di Matius 7:1. Dan ‘jangan’ yang ketujuh adalah: “Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing…..”, yang terdapat di Matius 7:6. Apa artinya semua ini akan kita pelajari di waktu akan datang. Hari ini kita hanya akan melihat tiga ‘jangan’ yang pertama.


Setelah yang Negatif, Yesus memberikan yang Positif untuk kita Lakukan

Ini tidak berarti ajaran Yesus itu bersifat negatif. Tidak! Yesus berkata ‘jangan’ dan kemudian ia langsung melanjutkan untuk mengatakan apa yang harus kita lakukan. Maksud dari ‘jangan’ itu adalah seperti meletakkan kain hitam untuk memberikan satu kontras kepada kain putih yang ada di depan. Jadi kata ‘jangan’ tidak mempunyai maksud negatif, tetapi dipakai untuk memperlihatkan apa yang positif. Ia berkata, ‘jangan’, dan kemudian dia berkata, “Dan aku beritahu kamu apa yang harus kamu lakukan, apa yang harus kamu lakukan, apabila kamu menjadi seorang manusia baru.”

Setelah melihat semua ini, Yesus segera menyatakan apa yang harus kita lakukan. Perhatikan kata ‘tersembunyi’ yang muncul berulang-ulang kali dalam pasal ini. Tersembunyi! Inilah apa yang harus kita lakukan sebagai orang Kristen – yaitu segala sesautu dilakukan secara tersembunyi, yang berkontras dengan apa yang tidak harus kita – yaitu memamerkan apa yang kita lakukan. Jangan keliru menangkap maksud saya. Jangan salah memahami apa yang dikatakan oleh Yesus. Kontras itu, tentu saja, adalah perbedaan di antara mereka yang suka menarik perhatian orang lain dan mereka yang memperhatikan kehidupan spiritual yang internal. Inilah yang diartikan oleh ‘tersembunyi’.  Kata ‘tersembunyi’, muncul dua kali dalam ayat 4, dua kali dalam ayat 6, dan dua kali dalam ayat 18. Saat mempelajari Alkitab, pelajarilah polanya. Terdapat satu pola yang indah. Dalam segala sesuatu yang Allah kerjakan, terdapat satu pola. Jika anda memperhatikan sehelai daun, anda akan melihat satu pola yang indah pada daun tersebut. Ketika anda melihat pengajaran Tuhan, anda akan sentiasa menemukan suatu pola yang sama. Apabila anda membaca surat Roma, anda perhatikan suatu pola tertentu mulai muncul. Itulah tandanya hasil perbuatan Allah. Jadi, di sini kita melihat keindahan pekerjaan tangan Allah.

Apa yang perlu kita perhatikan di sini adalah bahwa yang dikontraskan adalah motif: motif yang mendorong seorang Kristen yang sejati melakukan segala sesuatu. Motifnya sangat berbeda. Di ayat 1, perhatikan kata-kata ini: mereka melakukan kewajiban agama “supaya dilihat orang“. Supaya orang lain dapat melihat, “Oh, betapa baiknya orang ini! Betapa benarnya orang ini!” Dengan demikian, mereka memberikan kemuliaan kepada orang itu, “Ah, dia orang yang sangat bagus sekali!” Betapa enaknya kita rasakan ketika orang menepuk-nepuk di punggung kita. Itulah caranya seorang manusia duniawi rasakan. Dan ukuran kerohanian yang sebenarnya adalah ketika orang memuji anda, itu tidak membuat anda merasa gembira. Jika seseorang memuji anda dan itu membuat anda merasa senang, ini menunjukkan bahwa akar rohani anda masih tidak dalam. Ini menunjukkan anda masih sangat duniawi. Tetapi jika orang memuji anda dan itu tidak terlalu menganggu anda, anda mengabaikannya seolah-olah berkata, “Puji Tuhan! Itu dari Dia!” dan tidak terlalu mempengaruhi anda, maka anda dapat melihat bahwa kehidupan rohani anda menjadi semakin mendalam karena rahasia kehidupan Kristen terdapat pada tempat persembunyian Allah. Itu adalah satu rahasia! Ketersembunyian inilah yang dititikberatkan oleh Tuhan. Maka motivasinya adalah – bandingkan kedua ini – perbedaan antara keinginan akan publisitas dan pujian, dan yang satu lain hanya menginginkan satu hubungan yang tersembunyi dengan Allah. Jadi, seorang Kristen yang sejati mempunyai akar-akar yang dalam dan ia memperhatikan akar-akar itu.


Orang-orang Munafik menginginkan Aplus dari Manusia

Kata ‘munafik’ muncul banyak kali di dalam pasal ini, misalnya, “Janganlah seperti orang munafik…..” (ayat 5). Apakah seorang munafik? Bagaimana anda mendefinisikan seorang munafik? Nah, definisinya diberikan tepat di dalam fasal ini. Seorang munafik adalah seorang yang menginginkan pujian dari manusia. Ia melakukan segala sesuatu supaya orang lain dapat memujinya. Itulah yang dia inginkan. Sebenarnya, terdapat pekerjaan-pekerjaan tertentu yang tampaknya sangat berbahaya bagi seorang Kristen, misalnya, seorang artis. Seorang artis kelihatannya hidup dari aplus manusia. Ia tidak dapat hidup tanpa aplus dari manusia. Ia bekerja untuk mendapatkan tepuk-tangan yang gemuruh. Ia bekerja keras untuk mendapatkannya. Kelihatannya ini adalah profesi yang sangat berbahaya. Pada akhirnya, anda menyanyi untuk mendapatkan aplus itu. Apakah mereka menyanyi karena mereka tidak menghiraukan apakah anda aplus mereka atau tidak? Apakah mereka berkata, “Aku melakukan ini demi kemuliaan Allah?” Pasti hanya sedikit penyanyi yang seperti itu. Mereka memainkan piano dengan baik karena mereka menginginkan aplus itu; orkes bermain untuk aplus; aktor berlakon juga untuk aplus. Semuanya bergantung kepada aplus manusia. Profesi seperti ini tampaknya sangat-sangat berbahaya bagi orang Kristen karena seluruh motivasinya adalah mencari kemuliaan dari manusia.

Seorang Kristen bukanlah seorang aktor di panggung kehidupan untuk diaplus oleh manusia. Jalankanlah kehidupan ini sedemikian rupa anda tahu hubungan anda dengan Allah adalah baik. Tentu saja, di sini juga terdapat pencobaan yang harus kita waspadai. Saya kadang-kadang begitu tidak menghiraukan pendapat manusia sehingga ketika mereka mencela saya, saya tidak terganggu sama sekali. Meskipun kecaman itu palsu dan tidak benar, saya tidak peduli. Saya sedang belajar untuk mengubah sikap itu sedikit karena bisa saja buruk untuk tidak menghiraukan kecaman orang. Saya ingat banyak kali Helen istri saya berkata kepada saya, “Lihat! Hal-hal yang mereka katakan tentang anda tidak benar. Mengapa anda tidak membela diri anda, mengapa tidak membuat satu pernyataan umum?” Saya berkata saya tidak kuatir sedikitpun apa pandangan mereka terhadap saya. Istri saya menjawab, “Tapi bagaimana dengan kesaksian anda? Jika tidak benar, anda harus meluruskan hal itu.” Dan seringkali, sebagaimana dia ketahui, saya enggan menyusahkan diri saya. Saya tidak peduli sama sekali; mereka bisa mengatakan apa saja tentang saya. Saya tidak terganggu sama sekali. Saya hanya diganggu oleh apa yang melukai jemaat, apa yang melukai pekerjaan Allah, apa yang melukai Tuhanku, dan apa yang melukai kemuliaan-Nya. Semua itu menganggu saya! Namun apa yang mereka katakan tentang saya tidak menganggu saya. Mereka bisa mengatakan apa saja yang mereka suka. Namun begitu, kita harus juga, kadang-kadang, berhati-hati jangan-jangan kita memberikan suatu kesan bahwa kita tidak peduli akan orang lain samasekali, dan itu adalah salah. Jadi kita berusaha hanya untuk menyenangkan Allah dan melakukannya dengan penuh hikmat, tetapi jangan kita hidup untuk aplus dari manusia.

Jadi perhatikan bahwa seorang munafik adalah seseorang yang suka memamerkan diri didepan umum. Selidikilah diri anda! Kita semua memiliki kecenderungan untuk berbuat seperti itu dan kita harus berhati-hati. Izinkan saya mengatakan kepada anda bahwa ancaman terbesar kepada kehidupan Kristen adalah kemunafikan. Itulah sebabnya Yesus menyampaikannya berulang kali. Ia memperingatkan kita tentang kemunafikan – ragi orang Farisi dan ahli-ahli Taurat! Ia menyuruh kita berjaga-jaga. Catatkan bahwa, kemunafikan masuk dengan perlahan-lahan ke dalam kehidupan Kristen dan mengikis habis seluruh kehidupan Kristen kita. Pada akhirnya, anda akan mendapati seraya kehidupan rohani anda merosot, anda semakin memamer-mamerkan diri di depan umum. Seringkali anda akan mendapati banyak orang Kristen memiliki segalanya diluar; tapi kosong di dalam. Kita harus pergi ke tempat persembunyian Allah. Tempat persembunyian-Nya – ah, tempat yang menakjubkan! Berapa banyak yang mengenal tempat persembunyian Allah?


Orang Kristen Daunan Vs orang Kristen Berakar

Alkitab banyak berbicara tentang tempat persembunyian. Mazmur 32 berkata, “Engkaulah persembunyian bagiku – tempat dimana aku beristirahat.” Apakah anda merasa nyaman dengan Allah? Apakah Dia yang anda dekati setiap kali, khususnya pada malam hari? Anda beristirahat dengan Dia! Anda beristirahat didalam Dia. Di sini ada beberapa ayat: Maz. 31:20; 27:5 dan 91:1. Ayat-ayat yang indah! Allah ialah tempat persembunyian kita: tempat di mana kita bernaung, tempat di mana kita suka tinggal di dalam.

Demikian, ini menunjukkan perbedaan diantara dua macam Kristen: mereka yang saya sebut sebagai ‘orang Kristen daunan’ dan ‘orang Kristen berakar’. Orang Kristen macam apa anda, yang berdaun atau yang berakar? Anda tahu, daun sangat cantik. Ah, saya makin lama makin mengagumi kecantikan daun-daunan, khususnya di Kanada. Pohon maple – saya tidak pernah melihatnya di Inggeris – daunnya berubah menjadi begitu merah dan bentuknya begitu indah sekali dan cantik. Daun sangat cantik! Masalahnya mereka tidak tahan lama. Mereka layu dan jatuh. Orang Kristen daunan adalah yang tampil elok di permukaan. Anda melihat mereka dan mereka kelihatan begitu indah. Wow! Orang Kristen yang hebat! Lihatlah! Ia bahkan berubah menjadi merah, seperti daun maple, menyala-nyala dengan semangat, tanpa menyadari bahwa saat ia mulai menyala, itulah saat yang paling berbahaya. Itu sudah mendekati waktunya ia jatuh. Saya sangat kuatir tentang beberapa orang Kristen. Saudara-saudara, saya sangat kuatir. Saya sangat kuatir tentang mereka yang menjadi makin aktif. Lebih aktif mereka, lebih kuatir saya karena kelihatannya kepada sayamereka sedang mendekati titik dimana mereka akan jatuh dengan cepat. Siapa saja yang pernah melayani didalam gereja selama beberapa waktu akan memperhatikan gejala ini. Astaga! Orang-orang yang begitu bersungguh-sungguh, mereka yang begitu aktif, dimana mereka? Sangat menakutkan. Orang-orang Kristen daunan – mereka membimbangkan saya. Mereka kelihatan begitu indah, begitu menyenangkan bersekutu dengan mereka pada waktu itu. Mereka begitu aktif. Mereka menggerisik – berdesir-desau seperti daun-daun yang ditiup angin. Ah! Mereka orang Kristen yang begitu hebat ketika itu, tetapi mereka tidak bertahan lama. Itulah masalahnya dengan daun.

Namun orang Kristen yang berakar, ah! Mereka masuk ke dalam – diam dan dalam! Anda tidak dapat melihat akar. Akar bertumbuh di tempat yang tersembunyi! Merekalah yang hidup di tempat persembunyian, menarik makanan, menolong orang lain, memberkati orang lain. Akar memberi hidup kepada semua yang ada diatas. Ia memberi hidup kepada daun-daun. Ia memberi hidup kepada seluruh pohon, namun tanpa suara, tanpa merepotkan, tanpa memamer-mamerkan, tanpa publisitas. Sangat indah, bukan, orang Kristen yang berakar ini? Tidak seperti daun, akar tidak berubah pada suatu pohon. Akar tetap sama dari tahun demi tahun. Mereka bertumbuh dan bertumbuh dan bertumbuh. Mereka tidak berubah. Mereka tidak jatuh. Mereka tidak layu pada musim dingin. Mereka terus bertumbuh, karena mereka hidup. Tempat persembunyian Allah! Merekalah orang Kristen yang berakar. Mereka meletakkan akar mereka ‘dibelakang layar’ seperti yang disebutkan dalam kitab Ibrani: di belakang tirai, yaitu tempat yang maha kudus. (Misalnya Ibrani 9:3)

Anda orang Kristen yang bagaimana? Apakah anda mempunyai akar di bawah? Atau apakah anda seorang Kristen daunan untuk ditonton semua orang, untuk diaplus semua orang? Mereka semua mengenal anda! Ah, andalah orang penting itu – orang penting di dalam organisasi ini dan organisasi itu. Izinkan saya memberitahu anda, ketika saya memikirkan kehidupan orang-orang yang pernah saya kenal, saya perhatikan perbedaan antara orang Kristen daunan dan orang Kristen berakar. Orang Kristen berakar adalah mereka yang diam dan dalam, tetapi besar kekuatannya. Anda mengeluarkan orang-orang Kristen berakar ini, percayalah, gereja akan roboh. Anda mengeluarkan orang-orang Kristen daunan, tidak ada apa-apa yang terjadi. Gereja tampak tidak begitu bagus, kurang perhiasannya, tetapi kehidupan tetap ada disitu. Anda mengeluarkan akarnya, maka habislah, tamatlah gereja itu. Kehidupan rohani gereja bergantung kepada orang-orang Kristen yang berakar. Saya masih ingat seorang saudara di London. Ia tidak tampak signifikan. Tidak ada yang perhatikan dia. Ia tidak popular. Ia tidak menyolok. Tidak ada yang memperhatikan dia, tetapi saya memperhatikan dia. Saya mengatakan bahwa orang ini adalah orang Kristen yang berakar. Akarnya tumbuh jauh kedalam. Ia stabil seperti sebuah batu. Seperti batu! Dalam pendalaman Alkitab, dalam apa saja yang ia lakukan, ia melakukannya tanpa cacat. Secara diam-diam, tanpa cerewet, tanpa menunjuk-nunjuk – ia melakukannya! Seorang Kristen yang berakar! Apabila semua yang lain, dengan bergulirnya waktu selama bertahun-tahun, telah menjadi suam-suam kuku, bagaimana dengan dia? Saya menerima laporan tentang dia selama ini. Tidak ada suatupun yang menganggu dia! Orang Kristen daunanlah yang dipengaruhi oleh perubahan musim. Pada musim semi, mereka mulai berbunga. Pada musim panas, mereka rasa enak. Pada musim gugur, masih dapat bertahan sedikit. Pada musim dingin, mereka hilang. Ketika pencobaan dan kesusahan datang, mereka tidak ada lagi. Orang Kristen yang berakar menghadapi semua itu dengan matang. Mereka tidak mengeluh. Mereka tidak memberengut. Mereka menjadi semakin kuat.

Saudara-saudara, anda orang Kristen yang bagaimana? Saya berkata – khususnya kepada mereka yang baru saja dibaptis – saya berdoa pada Allah agar setiap orang menjadi orang Kristen yang berakar dan tidak hanya orang Kristen daunan. Biarlah akar anda bertumbuh! Jauh ke dalam tempat persembunyian Allah! Anda inginkan kehidupan, kehidupan yang berlimpahan? Anda hanya dapat menemukannya di tempat persembunyian Allah. Dimana lagi anda dapat menemukan hidup yang berkelimpahan jika tidak di tempat persembunyian Allah? Jadi saya katakan khususnya kepada mereka yang baru dibaptis, catatkan dengan berhati-hati perbedaan diantara dua macam orang Kristen, dan berdoalah kepada Allah, “Tuhan, jadikan aku orang Kristen yang berakar, yang tinggal di tempat persembunyian-Mu, yang menikmati persekutuan dengan Engkau.”


Berakar di tempat Persembunyian Allah

Di sini saya ingin mengingatkan khususnya kaum muda yang cenderung mengiatkan diri dalam kegiatan-kegiatan yang dangkal. Saya mengatakan ini juga khususnya kepada mereka yang baru dibaptis. Jangan bayangkan bahwa seorang Kristen yang baik selalu melibatkan diri dalam semua kegiatan yang sedang berlangsung. Jika ada piknik, anda terburu-buru pergi piknik. Jika ada pendalaman Alkitab, anda terburu-buru menghadiri pendalaman Alkitab. Apa saja, tidak apa-apa! Jika ada kegiatan, anda pergi. Anda menghadiri semuanya! Anda pergi menghadiri setiap pendalaman Alkitab. Inilah orang Kristen super; ia tidak pernah absen dari satu pertemuan pun! Izinkan saya memberitahu anda, anda menghadiri begitu banyak pertemuan, anda tidak ada waktu untuk berdoa. Anda punya begitu banyak waktu untuk pertemuan, tapi anda tidak punya waktu untuk Allah ditempat persembunyian-Nya. Anda terlalu sibuk – terlalu sibuk melakukan pekerjaan Allah sehingga anda tidak ada waktu untuk Allah! Aneh! Bagaimana kita berakhir dalam situasi kacau-balau seperti itu? Terlalu sibuk untuk Allah sehingga tidak ada waktu untuk Allah! Semuanya hanya di permukaan. Jangan berpikir bahwa seorang Kristen yang berakar adalah seorang yang terlalu aktif. Mungkin ada yang tidak beres dengan kelenjer gondok anda. Mereka terlalu aktif. Kelenjer gondok anda terlalu aktif, anda akan kewalahan. Ini tidak bagus!

Jadi, anda harus menjadi seorang Kristen yang mengetahui tempat persembunyian Allah. Jika anda tidak mempunyai waktu untuk Allah, itu akan membawa malapetaka, bukan saja bagi seorang Kristen, tapi bagi setiap manusia Allah. Setiap manusia Allah hanya dapat bertahan hidup apabila akarnya berada dalam tempat persembunyian Allah. Anda akan perhatikan bahwa setiap manusia Allah, secara alami adalah seorang yang agak pendiam. Anda akan perhatikan fakta ini seraya kita melanjutkan pembahasan. Mengapa? Karena ia menghabiskan banyak waktu – kesukaannya adalah – di dalam kediaman hadirat Allah. Ia tidak peduli akan keriuhan. Ia mungkin seorang yang sangat sibuk, tetapi ia menginginkan kesepian. Saya sendiri cenderung menarik diri ke tempat yang sepi. Setelah suatu pertemuan, setelah semua kegiatan dan kesibukan itu berlalu, saya hanya ingin menghabiskan waktu dengan tenang bersama Tuhan – untuk mengisi kembali kuasa rohani. Tanpa kuasa itu, anda tidak dapat melayani. Dan karena itulah banyak orang begitu sibuk melayani Allah sehingga mereka kehabisan tenaga. Anda harus menempatkan akarmu di tempat persembunyian itu. Karena itu, seringkali saya segera menarik diri seusai suatu pertemuan. Saya hanya mau mendiamkan diri di hadapan Allah, karena di situlah terdapat kekuatan.

Ada orang mendapati John Sung sangat aneh. Ia tidak banyak berbicara dengan orang, jangankan melakukan kunjungan; ia tidak melakukan hal-hal seperti itu. Selesai satu pertemuan, ia menghilang. Anda bahkan tidak dapat menemukan dia untuk meminta nasihat. Ia tidak menasihati orang lain. Ia tidak ada waktu untuk itu. Anda berkata, “Ke mana ia pergi?” Segera, seusai suatu pertemuan, ia menarik diri ke dalam kamar dan mengunci pintu. Ia tidak berbicara kepada siapa-siapa. Anda berkata, “Orang yang aneh! Tentu saja jika aku punya masalah, engkau harus menasihati aku!” Tahukah anda mengapa? Orang yang menganggap anda aneh tidak paham bahwa tidak seorangpun dapat melayani Allah tanpa menghabiskan waktu yang sangat, sangat lama di tempat persembunyian Allah. Anda tidak mempunyai kekuatan untuk melakukannya. Dan karena itu John Sung meluangkan hampir semua waktu yang ada di antara pertemuan-pertemuan ditempat persembunyian-Nya, dan kemudian muncul untuk pertemuan yang berikut. Ia jarang berbicara kepada orang lain pada waktu-waktu yang sibuk dalam pelayanan.

Oleh karena itu, setiap manusia Allah adalah seorang yang menghabiskan banyak waktu di padang gurun. Jika sekali-kali Allah memimpin anda keluar kedalam padang gurun, saudara-saudaraku, jangan mengeluh, dan jangan bersungut. Jika anda bijaksana, Allah sebenarnya sedang memberitahu anda, “Lihat! Kamu terlalu banyak daun! Apa yang kamu butuhkan adalah akar. Datanglah ketempat persembunyian-Ku!” Ia akan memimpin anda keluar ke dalam padang gurun. Musa ialah seorang manusia Allah, dan Allah melatihnya selama 40 tahun – 40 tahun penuh di padang gurun menggembalakan domba-domba – sebelum Allah mengutusnya ke Mesir dan berkata, “Biarkanlah umat-Ku pergi!” Anda berkata, “Mengapa 40 tahun itu disia-siakan?” 40 tahun itu tidak disia-siakan. 40 tahun itu dihabiskan ditempat persembunyian Allah, untuk mengenal Allah, untuk menarik kuasa-Nya demi menggenapi tugas itu. Tanpa 40 tahun di padang gurun itu, ia tidak akan dapat melakukan tugas itu. Paulus memberitahu jemaat di Galatia bahwa ia sendiri, setelah bertemu dengan Tuhan, menghabiskan tiga tahun di padang gurun. Anda berkata, “3 tahun disia-siakan!” Tidak samasekali! Itulah waktunya untuk memperdalamkan akar! Saya beritahu anda, saudara-saudara, saya sudah menghabiskan banyak tahun di padang gurun – banyak tahun di padang gurun – di mana Allah mengajar saya untuk memperdalamkan akar. Tanpa akar itu, anda tidak mempunyai kuasa. Tanpa kuasa itu, anda tidak akan menghasilkan apa-apa! Samasekali membuang tenaga dan waktu! Sekali lagi saya berkata kepada mereka yang baru dibaptis, perdalamkanlah akar anda. Dan apabila Allah mengesampingkan anda untuk suatu waktu, meninggalkan anda didalam ‘ketenangan’ dan sepertinya anda berada di tengah-tengah padang gurun, bersyukurlah kepada Allah! Ia sedang mengajar anda untuk meletakkan akar anda kedalam tempat persembunyian itu.


Dalam Menerapkan Ajaran Yesus, Jangan Dibatasi oleh Penafsiran Harfiah

Sekarang, mari kita datang ke butir yang berikut. Setelah memahami prinsip di sini tentang tempat persembunyian ini, kita akan melihat tiga hal – tiga ‘jangan’ itu secara singkat – dan melihat bagaimana perilaku seorang Kristen yang berakar secara praktis. Perhatikan betapa praktisnya ajaran Tuhan. Ajarannya tidak di luar jangkauan kita sehingga kita bertanya, “Apa hubungannya ajaran ini dengan kehidupan praktis?” Pengajaran Yesus – setelah menetapkan prinsipnya – segera diterapkan ke dalam kehidupan nyata, kehidupan seharian. Itulah keindahan ajaran Yesus. Ajarannya sangat praktis.

Pertama, dari ayat 2-4, perhatikan perbedaan perilaku di antara dua jenis orang Kristen dalam hal memberi sedekah, atau di antara dua jenis orang yang beragama. Yang satu memberi untuk mendapatkan publisitas. Tentu saja, mencanangkan, atau menurut tulisan asli, meniupkan terompet, adalah bahasa kiasan. Tidak berarti orang Farisi mengeluarkan terompet dan mulai meniupnya, sambil berkata, “Lihat! Aku sedang memberi uang sekarang!” Ini adalah bahasa kiasan. Apabila anda membaca Alkitab, jangan membacanya secara harfiah. Kadang-kadang saya mendapati Yesus begitu ‘humoris’, jika saya diizinkan memakai kata itu. Ia begitu gemilang dalam cara menyampaikan kata-katanya, dan kadang-kadang begitu penuh humor, sehingga saya pernah berpikir Yesus adalah seorang yang sangat lucu. Ia sangat menakjubkan! Anda coba bayangkan bagian itu ketika ia berkata kepada orang-orang Farisi, “nyamuk kamu tapiskan, tapi unta kamu telan!” Ha! Coba anda gambarkan itu dalam pikiran anda; satu gambaran yang lucu sekali. Sangat menarik! Yesus dengan sengaja berkata, “Bayangkan seorang yang sedang menelan seekor unta”, dan mau tidak mau anda akan tertawa. Sangat menggelikan! Tentu saja – gambaran orang-orang Farisi meniupkan terompet ketika memberikan sedekah – satu gambaran yang sangat lucu! Sangat tajam dan menusuk! Sementara anda tertawa, pesannya langsung masuk.

Saya ingat seorang dosen di Sekolah Alkitab. Ia adalah seorang yang sangat lucu, namun sangat saleh. Dia mengajar Sejarah Gereja, yang menurut kebanyakan orang, subyek yang paling membosankan di dunia. Namun tidak demikian apabila ia yang mengajar! Jika anda pernah mendengar gelak tawa yang keras dari ruang kelas, itu pasti Dr. Fawcett sedang mengajar Sejarah Gereja. Dan ini sangat luarbiasa. Ia tidak melakukan itu untuk menghiburkan orang akan tetapi ia menyampaikan dengan cara yang begitu mempesonakan sehingga dapat membantu anda mengingat dengan lebih baik. Yesus menggunakan kisan-kiasan seperti itu – kiasan-kisan yang lucu dan menarik – untuk membantu anda melihat gambaran itu di pikiran anda. Sangat mudah untuk mengingat suatu gambaran yang lucu. Sangat sulit untuk mengingat suatu gambaran yang membosankan. Dan sementara kami semua tertawa dalam kelas Sejarah Gereja, ia tidak pernah melepaskan kesempatan supaya sementara mulut kami masih luas terbuka, kebenaran masuk ke dalam. Ia masuk dengan cepat sekali. Jadi sementara kami memikirkan gambaran yang lucu itu dan kita menertawakannya, kebenaran Allah masuk ke dalam hati kami.

Jadi di sini kita melihat gambaran seorang munafik yang melakukan hal seperti ini untuk mendapatkan sedikit publisitas. Apa yang ia inginkan? Apakah motifnya? Ia menginginkan pujian manusia. Tetapi Yesus berkata, “Ketika kamu memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat oleh tangan kananmu.” Biar saya menjelaskan kepada anda dengan segera. Anda lihat, banyak orang Kristen tidak ada selera humor seperti Yesus dan mereka berpikir secara harfiah, “Bagaimana mungkin aku memberi tanpa tangan kiriku mengetahui apa yang diperbuat oleh tangan kananku? Terlalu sulit! Maksud saya, tentu saja jika aku memberi dengan tangan kanan, tangan kiriku tahu karena keduanya tanganku.” Jadi, mereka menyusahkan diri mereka memikirkan hal seperti itu. Nah, janganlah begitu leterlek! Itu memang mustahil! Tangan kanan saya selalu tahu apa yang dilakukan oleh tangan kiri saya. Tangan kiri saya tahu apa yang dilakukan oleh tangan kanan. Maksud saya – itu tidak mungkin dapat dilakukan!

Tentu saja yang mau dilukiskan di sini adalah suatu gambaran kerahasiaan (ketersembunyian). Janganlah begitu terpengaruh dengan penafsiran secara harfiah. Ada orang yang menerapkan hal ini dengan cara demikian di dalam gereja juga. Mereka begitu jauh mengambil arti harfiahnya, misalnya, apabila mereka memberikan persembahan di dalam gereja, mereka pikir adalah tidak alkitabiah untuk mengikrarkan atau menjanjikan apa-apa. Apa yang begitu tidak alkitabiah tentang berjanji, saya tidak tahu. Namun mereka berkata, “Lihat, dengan membuat janji persembahan, orang lain akan mengetahui apa yang kamu berikan. Dan kamu tidak harus membiarkan orang lain tahu.” Nah, ini penafsiran yang terlalu harfiah. Saya berharap sampai di sini kita telah memahami bahwa menjadi seorang Kristen yang sejati adalah satu persoalan motif. Motif dalam memberi sedekah bukanlah untuk mendapatkan publisitas. Bukan berarti ketika anda memberi sedekah, tidak seorangpun boleh melihat anda memberi, sehingga ketika anda ingin memasukkan uang ke dalam kotak persembahan, anda menunggu-nunggu dekat kotak persembahan dan sementara tidak ada yang melihat, anda membuka jaket dan memasukkannya. Anda berkata, “Jika aku memasukkannya pada waktu itu, seseorang mungkin melihat aku memasukkan uang kedalam kotak persembahan.” Ini sangat merepotkan kita semua. Mungkin kita harus menyiapkan satu kamar rahasia di suatu tempat untuk meletakkan kotak persembahan. Dan itu juga tidak menyelesaikan masalah juga, karena jika anda masuk ke dalam kamar itu, orang akan berpikir, “Aha! Kamu memasukkan uang kedalam kotak persembahan!” Makanya bagaimanapun anda melakukannya, tangan kanan akan selalu tahu apa yang dilakukan oleh tangan kiri. Kita tidak dapat menerapkan ajaran ini secara harfiah.

Ajaran ini semata mengajarkan agar kita jangan mempunyai motif untuk mencari publisitas. Jadi tidak ada salahnya membuat janji persembahan di gereja. Ada beberapa orang yang menjadi kuatir tentang hal ini, dan mengatakan, “Mungkin membuat janji persembahan tidak alkitabiah. Aku memasukkan saja ke dalam kotak persembahan tanpa diketahui.” Tetapi seraya anda memasukkan kedalam, mungkin seseorang telah melihat anda. Kemudian anda berpikir, “Kalau begitu aku tunggu saja sehingga semua pergi,” tetapi masalahnya mungkin saja setiap orang yang lain juga sedang menunggu sehingga anda pergi. Jadi semua orang sedang menunggu dan berkata, “Kapan kamu pergi supaya aku bisa memasukkan uang kedalam kotak persembahan?” Tidak, ini bukan maksudnya. Maksudnya adalah motif.


Berikan kepada Orang yang dalam Kebutuhan

Ada satu pertanyaan yang harus saya jawab yang berhubungan dengan hal memberi, yang muncul dalam hubungannya dengan salah satu khotbah yang lalu di Matius 5:42, saat Yesus mengajarkan, “Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu.” Beberapa orang pernah berkata kepada saya, “Aku bingung dengan ajaran ini. Apakah ini berarti aku harus memberi kepada siapa saja yang meminta dariku?” Tidak, di sini dikatakan, ” Berilah kepada orang yang meminta kepadamu“,  dan di sini saya tidak punya waktu untuk menjelaskan dengan mendetail, tetapi ia merujuk kepada pengemis, yakni, orang yang benar-benar membutuhkan. Tentu saja, anda tidak memberi dengan sembarangan berdasarkan ayat ini. Ini tidak berarti bahwa siapa saja yang datang kepada anda dan berkata, “Berikan aku $5”, anda berikan dia $5. Jika seseorang datang kepada anda dan berkata, “Berikan aku $100”, anda berkata, “Nah, Alkitab berkata, ‘Berilah kepada orang yang meminta’, maka aku memberi dia $100. Jika aku tidak memberi kepadanya, aku tidak menggenapi ajaran Alkitab.” Tidak, tidak! Itu bukan maksudnya. Dalam memahami Alkitab, anda harus memahami segala sesuatu dengan tepat. Apa yang dimaksudkan ialah: berikan kepada orang yang membutuhkan.

Di Israel, orang yang mengemis adalah mereka yang tidak ada pekerjaan. Mereka tidak ada pekerjaan bukan karena mereka tidak diizinkan bekerja atau tidak mau bekerja, tetapi karena mereka tidak mampu bekerja. Terdapat hanya satu macam orang di Israel yang menjadi pengemis. Mereka adalah orang-orang yang lumpuh, buta dan cacat. Mereka tidak dapat pekerjaan. Orang tidak diizinkan untuk menjadi pengemis profesional. Orang mengemis karena tidak ada yang mau memperkerjakan mereka. Tidak ada pekerjaan untuk mereka yang buta, mereka yang tidak ada sebelah tangan atau tidak ada sebelah kaki. Tidak ada pekerjaan bagi mereka. Oleh karena itu, mereka terpaksa mengemis.

Dan Yesus berkata, “Jika mereka meminta dari kamu, berikan kepada mereka,” karena mereka tidak ada sarana yang lain. Jadi apabila anda ingin memahami ajaran Alkitab, anda harus memahaminya dengan tepat dan dengan betul. Jadi, jika seorang pecandu narkoba datang kepada anda, dan berkata, “Bisa tidak kamu memberiku $5?” dan anda berkata, “Yesus berkata jangan pertahankan apa-apa; orang ini meminta $5,” jadi anda berkata, “Tentu! Ambillah!” Anda tidak mengasihi dia; anda melukai dia. Ia akan pergi membeli obat dengan uang itu. Dan dosis yang berikut mungkin saja membunuhnya. Ketika seorang pemabuk datang dan berkata, “Berikan aku $5” dan anda memberinya $5, ia akan menjadi mabuk, dan kemabukan itu mungkin saja membunuhnya. Ia mungkin tertabrak mobil, dan andalah yang memberikan uang $5 itu! Tidak! Tidak! Ajaran Yesus tidak bermaksud seperti itu. Ia berkata, “Berikan kepada dia yang meminta karena benar-benar membutuhkan.” Jika anda tidak memberi kepadanya, ia mungkin mati kelaparan malam itu juga. Berikan kepada setiap orang yang membutuhkan. Itulah maksudnya.


Tentang Doa – Motif amat Penting

Yang kedua, kita melanjutkan kepada hal yang berikut tentang doa. Sekali lagi, di ayat 5 dikatakan, “Doa tidak harus dilihat orang. Janganlah berdoa untuk mengesankan orang lain betapa salehnya kamu itu, atau betapa baiknya kamu itu.” Anda tahu, saya sangat kuatir dengan orang Kristen yang berdoa hanya sekali. Anda tahu kapan? Pada persekutuan doa atau sebelum makan! Jika anda tipe orang Kristen yang suka pergi dari satu persekutuan doa ke satu persekutuan doa yang lain karena anda mendapati lebih mudah berdoa dalam persekutuan doa, berjaga-jagalah, karena tentu saja dalam persekutuan doa ada banyak orang. Boleh saja karena, anda tahu jika Allah tidak mendengarkan anda, setidak-tidaknya ada orang lain mendengarkan anda. Setidak-tidaknya anda tidak berbicara kepada tembok. Jadi, ketika orang lain mendengar anda berdoa, mereka setidak-tidaknya akan menghargai betapa pandainya anda berdoa. Orang Kristen seperti ini sangat berbahaya. Anda mungkin melakukannya dengan tidak sengaja, tapi ingat, ada beberapa orang yang pergi dari satu persekutuan doa ke satu persekutuan doa yang lain, tetapi kehidupan doa pribadinya tidak tahan ujian samasekali. Banyak orang yang tidak mempunyai kehidupan doa pribadi.

Tetapi saya juga harus menyebutkan gejala yang bertentangan dengan ini. Ada beberapa orang yang pergi ke persekutuan doa dan tidak pernah berdoa. Anda tahu mengapa? Alasannya justru sama dengan orang yang pertama tadi. Karena mereka kuatirkan pandangan orang terhadap mereka, “Mungkin doaku tidak kedengaran begitu bagus! Orang lain bisa berdoa lebih baik dariku. Jadi, apabila aku berdoa, tidak kedengaran bagus! Apabila dia berdoa, ah, kedengaran bagus sekali – lancar dan manis sekali. Apabila aku berdoa, aku jatuh bangun di sana-sini. Semua kalimat aku salah; ucapanku terbalik. Isinya tidak betul secara teologis. Oh, tidak! Aku tidak bisa berdoa!” Perhatikan bahwa orang yang berdoa dan orang yang tidak berdoa dalam persekutuan doa bersalah dalam hal yang sama. Saya mendapati di antara orang Tionghua, seringkali kita bersalah, khususnya pada poin yang kedua. Dalam persekutuan doa, kita tidak berani berdoa. Kita berkata, “Biarlah orang lain yang berdoa.” Dan karena itu, selalunya penatua yang berdoa, pemimpin pendalaman Alkitab yang berdoa, pemimpin rapat yang berdoa, jadi dimana yang lain? Mereka tidak mau berdoa, karena mereka terlalu takut akan pendapat orang lain.

Sekali lagi, ini menunjukkan bahwa anda belum memasuki tempat persembunyian Allah yang paling dalam. Anda berdoa karena anda ingin berdoa kepada Allah! Anda berdoa kepada Allah di hadapan perkumpulan umat-Nya – untuk apa? Untuk didengar oleh Dia? Untuk didengar oleh mereka? Bukan! Anda berdoa karena anda tahu berdoa bersama-sama seringkali jauh lebih efektif dari berdoa seorang diri. Itulah tujuannya persekutuan doa, bukan untuk berdoa supaya didengarkan orang lain, tetapi supaya orang lain dapat berkata “Amen, Tuhan!” pada apa yang didoakan. “Di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam namaku, di situ aku ada di tengah-tengah mereka.” [Matius 18:20] Itulah tujuannya persekutuan doa. Apabila saya berdoa, atau apabila orang lain berdoa, dan anda berkata, “Amen, Tuhan!” yang berarti, “Aku mendukung doa itu! Aku setuju dengan doa itu.” Ini berarti doa itu akan sampai ke takhta kasih karunia. Itulah nilainya sebuah gereja, bahwa berdoa bersama-sama dalam kesatuan jauh lebih berkuasa dari berdoa seorang diri. Kalau tidak, kita tidak membutuhkan gereja. Kita semua bisa berdoa sendiri-sendiri. Itulah sebabnya kita membutuhkan gereja, supaya apabila kita berdoa bersama-sama, dari segi kekuatan, dari segi penerimaan, doa itu akan lebih cepat dijawab karena Alkitab berkata, “Di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam namaku.” Ia ingin mempersatukan kita dengan cara ini. Bukan karena Tuhan tidak tahu apa yang kita butuhkan. Ia tahu apa yang kita butuhkan. Ia ingin melihat sikap kita terhadap kebutuhan kita. Ini sangat penting.


Doa harus datang dari Lubuk Hati

Akhirnya, kita perhatikan juga di ayat 7, bahwa dalam berdoa janganlah bertele-tele. Anda tahu, ada orang yang berusaha untuk mengesankan orang lain dalam doa, dan lebih buruk lagi, mereka berusaha untuk mengesankan Allah. Karena itu, Yesus berkata, “Ketika anda berdoa, janganlah menumpukkan kata-kata kosong.” Janganlah menggunakan kata-kata yang sedap didengar, tetapi tidak berarti. Semuanya mengatakan hal yang sama, tetapi disampaikan dengan cara yang berbeda. Dan kita menumpukkan ungkapan-ungkapan seolah-olah kita dapat mengesankan Allah, dan Allah barangkali berkata, “Wow! Itu doa yang bagus. Aku pikir lebih baik Aku kabulkan permintaannya.” Yesus berkata, “Jangan berdoa seperti itu!” Jangan datang dan coba mengesankan Allah. Lupakan urusan tentang mengesankan orang lain ini. Allah tidak terkesan samasekali. Berdoalah dari hati anda!

Biar saya memberitahu anda sesuatu, saudara-saudara, dan khususnya kepada yang telah dibaptis dan semua yang baru menjadi orang Kristen. Doa yang disukai Allah adalah doa yang datang dari dalam lubuk hati kita. Satu ucapan ‘terima kasih, Tuhan’ dari dalam lubuk hati jauh lebih menyenangkan Allah daripada satu pidato panjang yang disampaikan kepada Allah. Kadang-kadang anda tidak tahu apa yang harus dikatakan dalam doa. Berdiamlah dihadapan-Nya, dan carilah satu ungkapan ‘terima-kasih’ dari dalam lubuk hati anda, dan katakan, “Terima kasih, Tuhan!” Doa itu begitu menakjubkan. Doa itu akan bergema di seluruh surga. Doa seperti itu sangat menyenangkan Allah karena ia datang dari dalam lubuk hati anda. Allah kadang-kadang menjawab doa-doa yang tak teratur kalimatnya. Tetapi doa yang lancar dari orang yang agamawi Ia tidak mau dengar. Ia bosan mendengarnya.

Ketika saya datang kepada Tuhan untuk pertama kalinya, saya ingat ketika itu saya sedang duduk di dalam penjara di bawah todongan senapan seorang tentara Komunis. Saya mempersembahkan satu doa dari lubuk hati saya. Saya bahkan tidak tahu bagaimana untuk berdoa. Pada waktu itu, saya bahkan bukan orang Kristen. Saya hanya berbicara kepada Allah, dan berkata, “Oh, Tuhan, jika Engkau ada, kasihanilah aku, seorang berdosa. Selamatkan aku dari situasi ini, dan oleh anugerah-Mu, aku akan melayani Engkau seumur hidupku” tepat dari dalam lubuk hati saya! Dan Allah menjawab. Bang! Seperti kilat jawabannya datang tanpa perlu saya menunggu beberapa detikpun. Jawabannya datang dengan segera. Hadirat Allah menutupi saya. Dengan segera, saya berada di dalam tempat persembunyian-Nya, tepat di dalam penjara itu. Doa seperti itulah yang Allah ingin dengar dan itulah yang Allah ajarkan kepada saya. Pelajaran yang pertama tentang kehidupan Kristen yang saya pelajari adalah ini: Jangan bertele-tele kepada Allah! Ia tidak ingin mendengarkan itu! Katakan saja dari lubuk hatimu. Mungkin tidak kedengaran bagus dan mungkin tidak betul tatabahasanya. Tatabahasa anda tidak bagus. Bahasa Inggris anda tidak bagus dan bahasa Tionghoa anda tidak bagus – Ia tidak di situ untuk memberi nilai kepada bahasa anda! Ia bukan guru bahasa. Panjatkan suatu doa kepada-Nya! Setiap hari, bukan berapa jam anda habiskan untuk berdoa, tetapi berapa banyak anda persembahkan dari dalam lubuk hati anda. Satu kalimat, saudara-saudara, pada malam hari atau pagi hari, atau apa saja yang anda doakan, adalah lebih baik dari satu pidato yang panjang kepada Allah. Ia tidak ingin mendengarkan pidato-pidato.

Bayangkan jika anak perempuan saya datang kepada saya, dan menyampaikan satu pidato. Saya akan tercengang dan berkata, “Apa sudah terjadi pada dia?” Ia hanya perlu mengatakan, “Ayah, aku mengasihimu!” Nah, itu bagus sekali! Itu saja yang saya butuhkan. Apa lagi yang Allah inginkan dari anda? Mengapa kita berhubungan dengan Allah seolah-olah Ia adalah semacam orang yang suka mendengar pidato? Jika pada malam hari sebelum tidur anda hanya berkata, “Tuhan, aku benar-benar mengasihi Kau!” atau, “Betapa besarnya kasih-Mu terhadapku!” – itu adalah doa yang paling indah. Itulah maksudnya! Itulah yang dimaksudkan oleh Yesus: berdoalah dari dalam hati! Di situlah tempat tersembunyi yang disebutkan itu. Dari akar keatas – itulah doa yang harus dipersembahkan kepada Allah.


Allah Mengasihi Orang yang Memberi dengan Sukacita

Dan akhirnya, apabila kita melakukan sesuatu untuk Allah, seperti berpuasa (ayat 16 keatas), janganlah kita melakukannya sebagai suatu pertunjukan. Jangan lakukan sebagai suatu pameran. Apa saja yang anda lakukan, lakukan dengan satu tujuan: supaya menyenangkan Allah. Anda tahu ada beberapa orang Kristen yang benar-benar menguatirkan saya. Saya memikirkan seorang Kristen di Liverpool dan saya merasa lelah setiap kali berbicara dengan dia. Saya begitu letih. Tahukah anda apa yang dia katakan setiap kali saya bertemu dengannya? Ia berkata, “Tahukah anda berapa banyak aku serahkan kepada Tuhan? Aku menyerahkan ini pada Tuhan dan aku menyerahkan itu kepada Tuhan – waktu aku dan tenaga aku dan kekuatan aku.” Setelah setengah jam ia berbicara seperti itu, saya merasa lelah sekali. Kapan dia mengingat apa yang telah Allah berikan kepadanya? Kelihatannya ia sentiasa berbicara seperti itu, Allah pasti banyak berhutang padanya. Ia sentiasa memikirkan apa yang telah ia berikan kepada Allah: waktunya, tenaganya! Tentu saja, ia selalu mengeluh tentang orang Kristen yang tidak tahu berterima kasih, karena ia memberi. Dan mengapa ia memberi? Supaya orang Kristen yang lain menghargai atau untuk Allah? Saya menyadari bahwa ia menyerahkan semua itu untuk mendapatkan pujian dari manusia! Apabila ia tidak mendapatkan pujian dari manusia, ia menjadi begitu muak dan kecewa dengan Allah.

Karena itu, apabila kita menyerahkan apa-apa untuk Allah, lakukanlah dengan sukacita. Dan saya ingin mengatakan kepada anda semua, apa yang anda tidak dapat lakukan dengan sukacita, lupakan saja! Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita! Apa yang tidak dapat anda berikan dengan sukacita, jangan berikan! Allah tidak akan memaksa anda untuk memberi. Jika anda ingin memasukkan sesuatu ke dalam kotak persembahan, jangan berkata, “Di sini Tuhan, aku telah membayar pajakku. Ambillah!” Jika anda tidak dapat memberi dengan sukacita, simpan saja uang itu! Ia tidak mau uang anda. Apabila anda mempersembahkan diri anda kepada Tuhan, jangan berkata, “Nah, aku telah diseret secara terpaksa ke tempat ini. Aku tidak ada pilihan lain sekarang. Keadaanku memaksa aku untuk mempersembahkan diriku kepada-Mu Tuhan.” Siapa ingin memaksa anda untuk mempersembahkan diri anda kepada Tuhan? Jika anda tidak dapat mempersembahkan diri anda atau apa saja kepada Tuhan dengan sukacita, apa saja yang tidak dapat diberikan dengan sukacita, jangan menyusahkan diri anda untuk memberi.


Orang Kristen yang Spiritual Mencari Upah yang Spiritual

Ada satu poin lagi yang harus kita lihat sebelum kita tutup. Anda tentu telah perhatikan bahwa kata ‘upah’ sering muncul dalam pasal ini. Umpamanya, ayat 1, 2, 4, 5, 6, 16 dan 18 – begitu banyak kali! Sebenarnya 7 kali kata itu muncul dalam pasal ini. Sebagai penutup, saya harus menyebutkan hal ini juga. Yesus banyak berbicara tentang upah bukan saja dalam pasal ini; tetapi dalam semua pengajarannya, dia banyak berbicara tentang upah. Hal ini aneh, bukan? Karena orang Kristen masa kini selalu berpikir bahwa orang Kristen yang super tidak mencari upah. Nah, anda keliru! Izinkan saya memberitahu anda, di mana tidak ada upah, disitu tidak ada motivasi. Tidak ada orang yang melakukan apa-apa tanpa upah, dan orang Kristen yang spiritual mencari upah spiritual! Itulah perbedaannya. Bukan berarti orang Kristen yang spiritual tidak mencari upah, tetapi orang Kristen yang spiritual mencari upah spiritual. Manusia duniawi mencari upah duniawi. Manusia surgawi mencari upah surgawi. Mengapa anda berpikir seorang Kristen yang super tidak mencari upah? Atau, kita berpikir, “Kami tidak mau upah.” Izinkan saya mengatakan kepada anda, itu tidak benar samasekali. Ini merupakan salah satu dari pernyataan-pernyataan agamawi yang sedap didengar tetapi tidak benar samasekali. Tidak ada orang yang melakukan apa-apa tanpa alasan, dan melakukan sesuatu tanpa upah adalah melakukan sesuatu tanpa alasan. Upah adalah alasan mengapa anda melakukannya. Mengapa anda belajar? Nah, supaya mendapatkan pekerjaan. Anda bekerja begitu keras supaya anda mendapatkan pekerjaan. Pekerjaan itu adalah upah; itulah hasil dari jerih-payah anda belajar selama bertahun-tahun. Apakah bagus jika seorang Kristen berkata, “Aku hanya akan belajar, tapi pada akhirnya, aku tidak mau pekerjaan”? Ia berkata, “Aku telah tamat! Oke, aku telah tamat kuliah, jurusan Biokimia. Selamat tinggal! Aku tidak akan mempraktekkan Biokimia karena saya seorang Kristen yang super, mengerti?” Anda akan berkata, ” Apa yang kurang beres dengan dia?”  Apakah anda menyebut itu sebagai pemikiran rohani? Tidak masuk akal samasekali. Anda bekerja untuk mencapai sesuatu. Dan apa yang anda capai itu adalah upahnya. Karena itu, janganlah percaya kepada orang-orang Kristen yang berkata, “Aku melayani Tuhan. Aku tidak mau upah.” Omong kosong! Tidak ada orang yang melayani Tuhan tanpa menginginkan upah. Dan orang-orang yang berkata seperti itu pada umumnya melakukan sangat sedikit untuk Tuhan, atau tidak samasekali. Saya memberitahu anda bahwa setiap abdi Allah melayani Allah karena matanya tertuju pada upah – satu upah yang spiritual! Dan Alkitab banyak berbicara tentang upah.

Anda lihat, prinsipnya sangat sederhana. Jika anda mengasihi seseorang, atau anda mengasihi Allah, kasih selalu mengklaim obyek yang dikasihi itu. Selalu! Tidak ada pengecualian samasekali. Kasih selalu mengklaim obyek yang dikasihinya. Itulah sebabnya orang yang saling mengasihi saling menikahi. Kalau tidak, ada banyak orang Kristen super yang saling mengasihi tetapi tidak pernah bernikah. Tidak! Bukan begitu! Mereka akan berkata, “Aku mengasihimu tanpa upah. Kamu tahu, aku hanya mengasihimu. Itu saja, dan selesai di sini!” Saya pikir dalam gereja, kita tidak akan dapat menikahkan siapapun karena kita penuh dengan orang-orang Kristen super. Ini berarti hanya orang Kristen yang duniawi saja yang bernikah. Astaga! Jangan lagi pergi ke upacara pernikahan, karena orang-orang Kristen duniawi sedang bernikah di situ. Orang Kristen super tidak bernikah karena mereka tidak menyukai upah. Oke. Tentu saja, saya tidak akan mengambil upah dari anda karena saya mengasihi anda, karena saya sedang mencari upah spiritual, bukan upah dari anda. Namun itu tidak berarti saya tidak menginginkan upah apapun. Kasih selalu ingin memiliki obyek yang dikasihinya.

Nah, jika kasih itu adalah kasih manusia, anda mengklaim orang yang dikasihi itu. Jika kasih itu adalah kasih akan hal-hal duniawi, anda mengklaim hal-hal itu. Sebagai misal, ‘orang yang mengasihi dunia’ berarti mereka mengasihi barang-barang yang ada di dalam dunia. Mereka mengasihi sebuah mobil; mereka mengasihi sebuah radio; mereka mengasihi gramopon. Apa yang anda maksudkan dengan ‘mengasihi sebuah radio’, ‘mengasihi sebuah mobil’? Anda berkata, “Oh, kelihatan bagus sekali!”, dan kemudian, “selamat tinggal!” dan anda keluar dari toko itu. Tentu saja tidak, anda ingin memilikinya. Itulah maksud saya. Kasih berarti anda ingin memiliki benda itu. Kasih selalu ingin memiliki apa yang dikasihinya – itulah prinsip kasih.

Apabila saya mengasihi Yesus, apa artinya? Itu berarti saya ingin memiliki Yesus. Saya tidak malu untuk mengatakan bahwa saya ingin memiliki Yesus. Apa salahnya? Saya begitu mengasihi Yesus sehingga saya menginginkannya. Dialah yang saya inginkan. Saya tidak akan berpura-pura kepada anda bahwa saya tidak menginginkan upah, bahwa saya menyerahkan semuanya untuk melayani Tuhan karena saya tidak menginginkan upah. Itu omong kosong belaka. Saya mengasihinya. Paulus menyatakan bahwa dialah yang dia inginkan: “Aku kehilangan segala sesuatu!” Untuk apa? Untuk upah itu – untuk memperoleh Kristus! Itulah yang ia inginkan. [Filipi 3:8] Manusia rohani mencari upah rohani. Jika itu tidak menggairahkan anda, tidak ada apa-apa yang akan menggairahkan anda. Tidak ada orang yang melayani Allah tanpa alasan. Ia menginginkan Allah!

Mazmur 42:1-2 adalah salah satu ayat yang paling indah dalam Alkitab. Apa yang dikatakan disitu? Mazmur 42:1-2 berbunyi,

“Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?”

Di sini adalah seorang yang mengasihi Allah, yang merindukan Allah. Sama seperti dua orang yang saling mengasihi, oh, mereka saling merindukan. Anda tahu, apabila anda tidak melihat dia selama 2 jam, tampaknya seperti 2 tahun. Kapan kali terakhir anda saling bertemu? “Oh, 2 tahun yang lalu!” Padahal hanya 2 jam yang lalu. Dan jika anda harus berpisah untuk beberapa waktu, berhari-hari menjadi seperti bertahun-tahun, bertahun-tahun seperti selama-lamanya. Oh, tiada terderita! Hati anda merindukan – merindukan – orang itu, untuk bersama orang itu. Makanya di sini, pemazmur berkata, “Hatiku merindukan Allah!” Anda lihat, kasih manusia ingin memiliki manusia yang dikasihi itu. Kasih yang spiritual ingin memiliki Allah. Apa artinya pemazmur merindukan Allah? Apakah ia semata merindukan Allah seolah-olah berkata, “Aku tidak menginginkan Engkau, tetapi aku mengasihi Engkau. Aku merindukan Engkau, tetapi aku tidak ingin memiliki Engkau”? Omong kosong! Tentu saja, pemazmur rindu untuk memiliki Allah, untuk bersekutu dengan-Nya.


Kasih yang Sejati tidak hanya ingin Memiliki, Tetapi juga Memberi kepada Obyek yang Dikasihi

Namun terdapat satu lagi aspek tentang kasih. Kasih yang sejati tidak hanya ingin memiliki obyek yang dikasihi, tetapi juga memberi kepada obyek itu. Seorang yang mengasihi sebuah mobil tidak hanya memiliki mobil itu, tetapi memberikan waktunya kepada mobil itu. Lihatlah dia! Pada hari minggu, ia memoles mobilnya itu. Tangannya terasa sakit namun ia masih memoles. Ah, ia terbaring dibawah mobil dan tangannya kotor dan bajunya penuh dengan minyak. Ia sedang membetulkan mobilnya dengan berhati-hati, mengganti oli baru, mengganti saringan oli dsbg. Ia memberikan dirinya kepada mobil itu. Ia tidak peduli berapa banyak waktu yang ia habiskan. Tangannya sakit dan luka pada akhirnya. Ia tidak menghiraukannya. Ia mencurahkan dirinya kepada mobilnya.

Jadi, kasih selalu memiliki dua aspek ini. Ia ingin memiliki dan ia memberikan dirinya kepada obyek yang sama itu. Dengan cara yang sama, apabila kita ingin memiliki Yesus, kita juga memberikan diri kita kepada Yesus. Kasih yang sejati tidak hanya ingin memiliki, tetapi juga memberi. Jika kasih hanya ingin memiliki, itu bukan kasih namanya. Itu adalah ketamakan. Dan itu tidak sama dengan kasih. Anda tahu ada orangtua yang mengasihi anak mereka dengan cara itu. Mereka hanya mengklaim bahwa anak itu, “Anak ini aku punya. Aku punya!” Apa yang mereka berikan? Apakah kasih? Apakah pengertian? Apakah waktu? Apakah kesabaran? Apa yang mereka berikan? Itu bukan kasih; itu adalah ketamakan. Suka menguasai! Kita berbicara tentang kasih. Dan semua kasih yang sejati ingin memiliki dan memberi.


Upah yang paling Besar yang Diinginkan Manusia Rohani – Allah Sendiri!

Dengan ini, maka kita menyimpulkan bahwa manusia rohani mencari upah rohani. Dan apakah upah rohani itu? Tentu saja Allah Sendiri. Apa lagi yang kita inginkan dalam dunia ini? Apa yang lebih berharga dari Allah Sendiri? Apa yang lebih bernilai dari Allah? Apa lagi yang kita inginkan dalam dunia ini? Abraham mencari hanya satu upah. Lihatlah Kejadian 15:1, “Semoga Allah menjadi upahnya.” Ia tidak menginginkan upah yang lain. Dan dalam Mazmur, anda melihat berulang-ulang kali bahwa Allah adalah upah yang dicari oleh pemazmur. Umpamanya Mazmur 16:5, “Ya TUHAN, Engkaulah bagian warisanku dan pialaku.” Dalam Mazmur 73:25-26, kita menemukan kata-kata indah ini: “Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi.” Ia merindukan Allah! Ia selanjutnya berbicara juga tentang tempat persembunyian itu. Dan juga, Mazmur 119:57, 142:6 dan banyak ayat yang lain lagi. Anda lihat bahwa dalam kedua Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, upah yang dicari oleh orang-orang saleh adalah Allah Sendiri. Dan karena itu juga, upah yang mereka cari adalah pujian yang datang dari Allah, bukan pujian dari manusia. Jadi, kita sudah melihat bahwa pokok pembahasan hari ini adalah motivasi seorang manusia rohani. Ia mencari Allah. Ia telah melihat keindahan Allah, ia telah melihat kemuliaan Allah. Ia menginginkan – ia merindukan – Allah. Ia tahu bahwa Allah kekal. Segala sesuatu didalam dunia ini akan berlalu, tetapi Allah adalah abadi. Tidak ada apa-apapun dan tidak seorangpun yang lebih diinginkan daripada Allah.


Allah ialah Sumber segala Keindahan

Tadi malam, saya melakukan renungan di atas tempat tidur. Tempat tidur adalah tempat yang bagus untuk melakukan renungan. Pemazmur banyak merenungkan Allah di atas tempat tidur dan saya berpikir, “Tidak ada seorangpun yang lebih indah dari Allah. Tidak ada yang lebih indah  dari Dia. Tidak ada suatupun dan tidak seorangpun yang lebih indah dari Allah.” Tahukah anda bagaimana saya datang pada kesimpulan itu? Ingatkah anda akan Roma 1, ketika kita mempelajari dua prinsip yang mana kita mengenal Allah? Anda terapkan prinsip-prinsip itu, anda akan lihat. Lihatlah keindahan ciptaan Allah – hikmat-Nya dan kuasa-Nya. – dan bertanyalah kepada diri sendiri, “Dari mana datangnya keindahan itu?”

Jika anda melihat keindahan sebuah lukisan, dan anda berkata, “Ah, lukisan itu cantik sekali”, apa maksud anda? Apakah ada apa-apa yang asli pada lukisan itu? Tidak! Yang dilukiskan mungkin sebuah kapal; mungkin gunung-gunung; mungkin air, namun anda berkata, “Cantik sekali!” Dengan kata lain, lukisan itu cantik karena ia menggambarkan ciptaan Allah. Itu saja yang dilakukannya. Atau anda memandang sebuah patung pahatan. Anda berkata, “Oh, patung ini cantik sekali.” Mengapa anda berkata patung itu cantik? Mungkin itu sebuah patung manusia atau apa saja, namun anda berkata, “Oh, patung itu cantik!” Mengapa anda berkata patung itu cantik? Karena ia memantulkan keindahan Allah – keindahan ciptaan Allah. Dengan kata lain, semua keindahan berasal dari Allah – keindahan Allah. Kita mempunyai satu gambar untuk diikuti. Kita mempunyai satu model untuk diikuti. Dan bertanyalah kepada diri sendiri, “Dari mana Allah mendapatkan keindahan itu?”

 Anda lihat, seorang pelukis tidak semestinya cantik untuk melukiskan sebuah lukisan yang cantik, bukankah begitu? Ia mungkin saja seorang yang sangat jelek, tetapi ia dapat melukiskan sebuah lukisan yang cantik karena ia tidak melukiskan dirinya. Ia sedang melukiskan sesuatu yang lain. Boleh jadi apabila ia melukiskan dirinya sendiri, ia melukiskan dirinya dengan cantik. Dan sekalipun ia melukiskan dirinya sendiri – ia mempunyai sesuatu untuk diikuti. Dari situlah ia mendapatkan kecantikan itu! Dari mana Allah mendapatkan gambaran itu – standar keindahan itu? Dari mana? Bukan dari suatu tempat yang lain, bukan dari seseorang yang lain. Bukan dari seorang model yang duduk disitu. Bukan dari alam. Tapi dari diri-Nya Sendiri! Dialah asal-usul segala keindahan. Betapa indahnya Dia Yang merupakan sumber segala keindahan! Lihatlah pada bunga mawar, atau bunga anyelir, atau bunga apa saja – begitu indah! Bagaimana Allah membentuknya? Dari mana Dia mendapatkan ide yang begitu indah? Apakah Dia menyalinnya dari suatu tempat yang lain? Tidak! Dialah sumber segala keindahan. Keindahan datang dari Dia. Jadi apabila saya memandang pada ciptaan, saya berkata sendiri, “O Tuhan, betapa indahnya Engkau! Betapa besarnya kuasa Engkau! Betapa besarnya hikmat Engkau!”


Allah adalah Indah karena Dia adalah Kasih

Namun yang kedua, keindahan-Nya dilihat dalam kasih-Nya yang kita temukan dalam Injil. Saya mengasihi Allah karena keindahan kasih-Nya. Kasih menjadikan segala sesuatu indah. Anda mengeluarkan kasih dan segala sesuatu menjadi jelek. Masukkan kasih dan segala sesuatu menjadi indah. Seperti yang saya katakan dari awal pertemuan, keluarkan kasih dari sebuah keluarga dan keluarga itu menjadi jelek. Tidak ada orang yang mau tinggal disitu. Tidak ada yang ingin punya hubungan dengan keluarga itu. Masukkan kasih, dan keluarga itu menjadi indah. Ambil seseorang – anda masukkan kasih dan orang itu menjadi indah. Tahukah anda akan hal ini? Saya pernah mengenal orang yang secara fisik dikatakan jelek, tetapi apabila saya memperhatikan mereka, saya berpikir, “Mereka begitu cantik!” Anda tahu mengapa? Karena keindahan Kristus diperlihatkan oleh mereka dalam kasih. Kasih Kristus terpancar dari kehidupan mereka dan itu menjadikan mereka begitu indah. Sangat menakjubkan! Saya ingat seorang wanita di Shanghai yang sering saya ceritakan, yang sayang sekali, secara manusia, sangat jelek. Namun begitu, saya sentiasa mendapati bahwa dia sangat cantik, dan saya bertanya-tanya, “Bagaimana mungkin seorang yang begitu jelek begitu indah?” Oh, ya, mengapa tidak, karena mereka memancarkan keindahan Kristus, sehingga anda tidak ingat mereka kelihatan seperti apa. Anda hanya melihat keindahan Kristus.

Namun ambil seorang yang cantik dan keluarkan kasih dari orang itu, orang itu menjadi begitu jelek! Begitu jelek! Bintang-bintang film semuanya tampan-tampan dan cantik-cantik, dan mereka semua saling menikahi. Mereka mempunyai angka penceraian yang paling tinggi di dunia! Apa masalahnya? Apakah karena kecantikan itu tidak cukup menarik? Tidak, karena meskipun seseorang itu sangat cantik, tetapi tanpa kasih, orang itu menjadi jelek. Tidak ada apa-apa lagi pada orang itu. Sekarang pikirkan Allah. Alkitab memberitahu kita bahwa, “Allah adalah kasih.” Oh, betapa indahnya Allah itu! Apabila anda melihat seorang Kristen yang indah, yaitu seorang Kristen yang memancarkan kasih Kristus, anda mendapat satu gambaran betapa indahnya Allah itu. Tetapi Allah adalah indah secara harfiah, dan indah secara moral dan indah secara rohani. Jika seorang yang jelek dapat dijadikan indah oleh kasih Allah, wow, seperti apa Allah itu? Itu diluar imajinasi saya. Melalui satu proses deduksi dan induksi, saya dapat melihat betapa indahnya Allah, bahwa orang seperti saya, yang tidak layak dikasihi, Dia kasihi dengan satu kasih yang abadi.

Kita hampir tidak dapat memahami kasih seperti itu. Pikiran kita diherankan olehnya. Namun Dia mengasihi kita! Dan itulah sebabnya saya mencari upah ini, karena saya melihat bahwa segala sesuatu dalam dunia ini sedang berlalu, tetapi Dia tetap selama-lamanya! Allah begitu indah, tak terkatakan indahnya! Oh, Dia begitu mempesonakan! Manusia akan berlalu, keindahan manusia akan menjadi layu, segala yang ada didalam dunia akan pergi. Tetapi Allah tidak berubah. Berapa banyak orang menghabiskan begitu banyak uang seraya mereka melangkah menuju usia 40 atau 50, sehingga make-up di wajah makin lama makin tebal? Maksud saya mereka menambalkan apa yang tidak ada di situ. Mungkin ada di antara kita yang pernah mendengar tentang Li Li Hua, seorang bintang filem Tiongkok yang terkenal. Nah, saya kebetulan bertemu dengan dia sekali di Bandara Hong Kong. Suatu percekcokan sedang berlangsung, dan saya berkata, “Apa yang terjadi di sini?” dan ia berjalan melewati tepat di hadapan saya. Saya tidak tahu ia adalah Li Li Hua karena saya tidak pernah menonton film. Saya tidak punya waktu untuk menonton film. Dan ia berjalan melewati saya, dan seseorang berkata, “Itu adalah Li Li Hua!” Saya berkata, “Benar? Oh!” Anda tahu apa? Astaga! Dalam usianya yang lanjut, ia begitu ditutupi make-up sehingga saya tidak yakin saya dapat melihat Li Li Hua samasekali. Saya dapat melihat kemiringan tubuhnya, tetapi saya tidak dapat melihat dia, dan ia dioperasi untuk menegangkan kulit dahinya dan macam-macam lagi. Sekarang pembedahan plastik dapat melakukan hal-hal yang menakjubkan. Namun anda lihat bahwa kemuliaan manusia – itulah maksudnya – kemuliaan manusia menjadi pudar. Idola-idola yang kita cintai dalam dunia ini, mereka menjadi pudar. Mobil yang berkilau menjadi berkarat. Semuanya berlalu. Tetapi Allah tetap sama kelmarin, maupun hari ini dan sampai selama-lamanya. [Ibrani 13:8] Ia tidak berubah.

 Jadi, saya katakan, apakah motivasi saya? Apakah motivasi anda? Anda bekerja begitu keras mempelajari subyek-subyek itu, atau apa saja. Bagus! Bagus! Silakan saja! Buku-buku teks anda akan menjadi kuno dalam beberapa tahun akan datang. Anda belajar benda seperti itu, huh! Mungkin anak-anak anda akan melihat buku-buku teks anda, dan berkata, “Wow! Ini milik perpustakaan sejarah kuno.” Semua ini ketinggalan zaman. Tidak dipelajari lagi! Mereka sekarang mempelajari “Matematika Baru” dan sesuatu seperti itu. Anda berkata, “Apa ‘Matematika Baru’ itu? Aku tidak pernah mempelajarinya.” Segala sesuatu dalam dunia ini, Alkitab mengatakan, sedang berlalu, tetapi Allah tetap sama sampai selama-lamanya. Upah apa yang anda cari? Apakah anda seorang yang rohani atau duniawi? Jadi sekali lagi, saya membagikan dengan anda, jika anda menginginkan hidup yang berkelimpahan yang kita bicarakan tadi, maka keinginan anda adalah akan Allah! Tidak ada yang lain selain dari Allah! Marilah kita menjernihkan motif kita menjadi orang Kristen. Marilah kita memperdalamkan akar kita.

 

Berikan Komentar Anda: