Pastor Eric Chang |Matius 5:43-48 |

Hari ini kita akan belajar tentang perkataan Yesus di Matius 5:43-48. Yesus berkata demikian:

Tetapi aku berkata padamu: Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu.” Tetapi aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian? Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang disorga adalah sempurna.

Ini adalah perkataan yang sangat memukul dan sangat penuh kuasa dan kita harus melihat ke dalam makna dari perkataan Yesus ini. Apa pesan yang ingin Yesus katakan pada kita? Jelas sekarang, pasal ini dan pasal yang sudah dibahas minggu lalu secara internal dan pada hakekatnya berkaitan melainkan di sini, pernyataan ini dibuat lebih positif, lebih jelas dan lebih tidak berkompromi – lebih mutlak. “Kamu telah mendengar firman,” Yesus berkata, “‘Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu.’ Tetapi aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu…” Kasihilah musuhmu! Jika anda dapat mengasihi musuhmu, tidak ada seorangpun yang anda tidak dapat mengasihi. Dengan kata lain, seperti yang telah dibahas minggu yang lalu, menjadi seorang Kristen bukanlah hanya soal kita pergi ke gereja atau soal kita percaya hal-hal tertentu sebagai kebenaran. Begitu total syarat-syarat menjadi seorang Kristen di mana ia berarti suatu perubahan yang menyeluruh dalam seluruh cara pikiran kita. Kita harus serius menganggapi poin ini.


Memiliki Suatu Perubahan Total dalam Pikiran kita

Khotbah di atas bukit bukanlah suatu rumus etika bagi kita, seperti anggapan yang salah dari kebanyakan orang non Kristen. Seluruh khotbah di atas bukit menyediakan bagi kita suatu deskripsi tentang pemikiran seorang manusia baru. Seluruh sikapnya telah berubah. Ia menguraikan kepada kita hakekat suatu cara pemikiran yang baru, bahwa saat anda menjadi seorang Kristen, pikiran anda telah diubahkan sedemikian rupa sehingga tidak ada lagi persamaan dengan cara pikiran yang lalu ketika anda masih non Kristen. Mungkin terdengar aneh bagi orang yang telah bertahun-tahun ke gereja tapi belum pernah mendengar hal seperti ini. Tetapi inilah ajaran Yesus – ajaran Yesus dalam seluruh khotbah di atas bukit. Tidak heran jika khotbah di atas bukit ini jarang dikhotbahkan di masa kini. Karena kita tidak memahami perkataan Yesus: “Kamu ingin menjadi muridku? Kamu mau menjadi seorang Kristen sejati? Aku akan memberitahu kamu bagaimana seorang Kristen sejati berpikir. Seluruh pikirannya  berubah. Sebelumnya kamu seperti ini dan sekarang kamu seperti itu. Seluruh pikiran anda bersikap keilahian.”

Minggu yang lalu telah dibahas tentang perbedaan antara pikiran manusia dan pikiran Allah. Saya pikir sekarang anda dapat melihat betapa pentingnya bagi kita untuk mengikuti ajaran Yesus minggu lepas minggu. Kalau tidak, anda akan kehilangan sesuatu dalam sambungannya dan tentu saya tidak dapat mengulang kembali seluruh yang telah saya sampaikan. Bagaimanapun, saya kira anda menyadari bahwa yang mau disampaikan Yesus adalah menjadi muridnya bukan hanya berarti menerima doktrin-doktrin tertentu sebagai sebuah kebenaran. Saya pikir setiap saudara yang telah datang mengikuti pembahasan ini minggu lepas minggu, telah mulai memahami hal ini dengan lebih jelas.

Menjadi muridnya adalah menjadi orang yang seluruh proses mental kita sudah berubah. Seluruh sikap kita berubah. Kita menjadi orang yang benar-benar baru, bukan hanya sekedar namanya saja, tapi dalam seluruh pikiran kita. Orang-orang Komunis berbicara tentang ‘reformasi pikiran’. Sedangkan yang kita bicarakan bukan suatu reformasi; yang kita bicarakan adalah suatu transformasi. Revolusi dari Tuhan jauh lebih sempurna dibandingkan dengan revolusi Komunis. Seluruh sikap kita diubahkan secara total dan dengan sempurna. Saudara J.Chin akan sharing pada kita suatu saat tentang waktu dia berada di Tiongkok akhir-akhir ini. Ia sangat heran, melihat kenyataan bahwa tidak ada perubahan yang cukup besar dalam sikap mental masyarakat Tiongok setelah kurang lebih 20 tahun, 28 tahun masa pemerintahan Komunis. Dia tidak melihat perubahan besar di dalam sikap mental masyarakat itu. Dia mendapati pikiran mereka sama dengan apa yang dia lihat di luar Tiongkok. Dan dia memikir dalam dirinya sendiri saat berbicara kepada saya di telepon, “Sungguh heran sekali!” Dia berpikir bahwa, setelah 28 tahun di bawah pemerintahan Komunis, seharusnya ada perubahan. Mereka yang berusia di bawah 30 tahun tidak dapat mengingat pola pemikiran yang lain. Namun demikian, tidak ada perubahan sikap mental yang terjadi dalam diri mereka. Pada dasarnya, anda tidak akan dapat memperbaharui pikiran seseorang. Ini menjadi suatu pelajaran bagi kita.

Anda dapat, oleh tekanan dari sistem tertentu, mengubah tingkah laku yang eksternal. Sangat sulit untuk mereformasi, apalagi memperbaharui pikiran seseorang. Namun apa yang Yesus katakan ialah: “Saat kamu menjadi seorang Kristen, janganlah kamu hanya menerima doktrin-doktrin tertentu menjadi kebenaran, tetapi Allah akan mengubahkan hidupmu, sehingga anda menjadi manusia yang baru. Dan hal ini hanya dapat dilakukan oleh kuasa Allah.” Tanpa kuasa Allah, jika kuasa Allah tidak bekerja, sia-sia kita memberitakan Injil, karena itu berarti apa yang kita sampaikan hanya pemikiran yang baik dan idealis dan mustahil untuk dipenuhi. Dalam kasus ini, mungkin lebih baik saya mengabdikan diri mengajar di department Filsafat di dalam suatu perguruan tinggi atau universitas. Tidak ada artinya untuk memberitakan Injil lagi karena apa yang anda dapat sampaikan hanya ide-ide filosofi, ide etika dan moral – semuanya itu tidak dapat digenapi. Namun saya tahu bahwa Tuhan sanggup untuk memenuhinya. Saya telah menyaksikan bagaimana Tuhan bekerja dalam kehidupan seseorang. Saya telah menyaksikan bagaimana Tuhan bekerja dalam kehidupan saya pribadi. Saya tahu bahwa Allah punya kuasa untuk mengubah orang-orang seperti sayapun. Jadi Dia pasti sanggup mengubahkan setiap kita. Keyakinan saya akan kuasa Allah yang dapat mengubahkan yang membuat saya masih terus memberitakan Injil sampai ke saat ini. Karena itu Yesus berkata, “Saat kamu menjadi manusia baru, aku akan menyatakan kepadamu betapa bedanya pikiranmu dengan pikiran orang yang belum mengenal Allah, yaitu mereka yang belum bertobat dari dosa-dosa mereka, mereka yang belum lahir baru.”

Kita tahu bahwa kalimat “lahir baru” sering digunakan, namun banyak orang tidak dapat memahami artinya. Apakah “lahir baru” merupakan suatu rumus legal yang eksternal, suatu syarat untuk menjadi seorang Kristen? Anda telah dibaptis – apakah dengan baptisan berarti kita telah `lahir baru’? Pada tahap apa dapat dikatakan anda telah `lahir baru’? Saat anda menerima Yesus?  Ketika anda percaya pada Yesus, anda dilahirkan baru? Dan apa yang terjadi dalam diri anda? Seharusnya ada perubahan yang mendasar, sesuatu yang sangat drastis terjadi dalam diri anda, karena justru itulah artinya. Menjadi ‘lahir baru’ berarti anda menjadi manusia baru. Itu pula yang dikatakan Paulus berulangkali. Banyak orang Kristen tahu bahwa untuk menjadi orang Kristen sejati harus mengalami lahir baru, tetapi kalau kita melihat orang-orang Kristen saat ini, anda tidak melihat perbedaan yang mendasar antara orang Kristen dan non Kristen. Bagaimana kita menyebut mereka? Apakah mereka orang Kristen atau non Kristen? Itulah yang dibahas dalam pasal ini. Pasal ini berkata, jika kita masih sama dengan orang non Kristen, ini berarti kita belum memahami apa artinya menjadi seorang anak. Anda belum memahami apa artinya menjadi seorang anak. Menjadi seorang anak berarti ada revolusi mendasar dalam diri anda! Anda telah diubahkan sepenuhnya. Inilah poin yang harus kita tangkap dengan jelas ketika kita masuk dalam pemahaman pasal ini.


Apakah yang dikatakan PL tentang “Bencilah Musuhmu’?

Mari kita berusaha untuk memahami arti yang dikatakan di sini: “Kamu harus mengasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu”. Kita harus berhati-hati dalam eksegese kita dalam menafsirkan ayat-ayat ini. “Kasihilah sesamamu manusia .” – kita tahu bahwa ini diajarkan di dalam PL. Bagaimana dengan “… dan bencilah musuhmu” – apakah ini juga diajarkan di dalam PL? Secara khusus, hal ini tidak diajarkan di PL. Sebenarnya ajaran PL sangat bertentangan dengan ini. Jadi kutipan di sini, ketika ia berkata, “Kamu telah mendengar firman“, pernyataan ini jelas bukan kutipan dari PL. Ini adalah pernyataan yang menunjuk kepada pola pikiran di antara orang-orang religius pada zaman itu.

Namun itu tidak cukup akurat sebagai suatu eksegese, sebagai suatu penafsiran, karena kita harus melihat suatu kenyataan yang, sebagai contoh di Keluaran 23:4-5 berkata:

“Apabila engkau melihat lembu musuhmu atau keledainya yang sesat, maka segeralah kau kembalikan binatang itu. Apabila engkau melihat rebah keledai musuhmu, karena berat bebannya, maka janganlah enggan engkau menolongnya. Haruslah engkau rela menolong dia dengan membongkar muatan keledainya.”

Atau ia berkata: “Jika kamu melihat binatang milik orang yang kau benci – keledai atau apapun – kalau ia rebah karena berat beban yang diatasnya, maka janganlah kamu membiarkan binatang itu rebah di bawah bebannya. Kamu harus melepaskan beban itu, meskipun itu adalah keledai milik orang yang kamu benci.” Jadi anda dapat melihat ada beberapa ayat referensi yang menunjukkan kasih terhadap musuh, seperti dalam Kel 23.

Apabila kita melihat di Mazmur 139:21-22, kita datang pada suatu ayat yang mengesankan, yang menunjukkan betapa kita harus berhati-hati dalam memahami firman Tuhan. Jika kita membaca mazmur ini, Maz 139:22, dan saya akan bacakannya kepada anda, – dan saya berpikir mazmur seperti inilah yang telah membuat banyak orang tersandung karena mereka tidak mengerti sikap yang ada di sini. Maz 139:22 – kita baca mulai dari ayat 21.

Masakan aku tidak membenci orang-orang yang membenci Engkau, ya TUHAN, dan tidak merasa jemu kepada orang-orang yang bangkit melawan Engkau? 22 Aku sama sekali membenci mereka [Aku membenci mereka dengan kebencian yang sempurna], mereka menjadi musuhku.

Kemudian dia teruskan dengan, “Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku! Ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku! Lihatlah, apakah jalanku serong….” Menurut ayat ini, pemazmur tidak melihat ada kejahatan apapun di dalam membenci mereka dengan benci yang sempurna. Anda lihat, ‘Bencilah musuhmu’ memang muncul dari Mazmur ini. Dan ia dinyatakan dengan sangat kuat: “Aku membenci mereka dengan benci yang sempurna.” Ini merupakan suatu kontras yang mengesankan dengan ayat di PB: “Haruslah kamu sempurna”. Wah! Inilah  kebencian yang sempurna! Anda tidak dapat lebih sempurna daripada itu:’Aku membenci mereka dengan kebencian yang sempurna’. Sekarang perhatikan di sini. Anda berkata, “Apakah pemazmur ini tidak pernah membaca Keluaran 23? Bagaimana ia dapat berkata seperti itu?” Tetapi perhatikan bahwa Mazmur 139 menyatakan bukan bahwa dia membenci musuh-musuhnya sendiri, tetapi yang dia membenci adalah musuh-musuh Allah. Dan Keluaran 23 berkata, “Janganlah kamu membenci musuhmu.” Ini berarti, jika dia dalam kesulitan, anda harus membantunya. Tetapi ia tidak berkata, “Kamu jangan membenci musuh-musuh Allah.” Jadi pemazmur melihat bahwa kita harus membenci musuh-musuh Allah dengan kebencian yang sempurna. Inilah justru mengapa ajaran Yesus mengatakan: Sikap itu mungkin boleh diterima di PL; tetapi ini tidak berlaku bagi PB.


Ada Ajaran di PL yang tidak Berlaku bagi Kita di Masa PB

Di sini saya ingin dengan segera, tunjukkan pada anda, satu prinsip bagi semua orang Kristen: bahwa ada banyak ajaran dalam PL yang berlaku bagi bangsa Israel tetapi tidak berlaku bagi kita. Kita hidup dalam periode masa yang berbeda; disebut satu ‘dispensasi’ yang berbeda. Kita hidup dalam masa Dispensasi Anugrah; mereka hidup di masa Dispensasi Hukum. Mengapa pemazmur membenci orang-orang ini? Karena mereka telah tidak menghiraukan Hukum Allah. Mereka tetap melakukan kejahatan. Pemazmur tidak membenci mereka sebagai musuhnya secara pribadi. Dia tidak melakukan itu. Namun ia membenci barangsiapa yang membenci Allah. Kita dapati sikap ini sangat umum ditemukan di zaman PB.

Saat saya meneliti latar belakang dari pasal ini, saya menemukan sikap ini sangat umum pada zaman Yesus. Contohnya, dalam tulisan-tulisan Qumran, mungkin anda semua sudah sering mendengar tentang ini – tulisan-tulisan dari sekte masyarakat Laut Mati – kita melihat hal yang sama persis di sini. Sebagai contoh, dari gulungan kitab Qumran yang pertama, 1324, dikatakan, “Kasihilah segala yang Dia, Allah, telah memilih dan bencilah semua yang Allah telah menolak”. Jadi masyarakat Qumran, komunitas Laut Mati diajari untuk membenci barangsiapa yang menolak Allah dan mengasihi barangsiapa yang Allah mengasihi.

Rabi-rabi – ajaran Yesus seringkali ditujukan kepada rabi-rabi Yahudi, orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat (ahli-ahli Taurat sebenarnya adalah rabi-rabi) – mereka mengajarkan hal ini di dalam Mishnah. Apa yang diajarkan di dalam Mishnah sangatlah mengesankan dan agak mengerikan. Dikatakan di sana bahwa jika ada seorang ibu dari bangsa orang fasik dalam kebutuhan, janganlah kamu memberikan dia pertolongan apapun. Kamu harus membiarkan dia mendapat celaka dalam saat kebutuhannya. Terutama jika seorang ibu dari bangsa orang fasik, yaitu seorang non-Yahudi, di saat ia dalam kesengsaraan, misalnya dia akan melahirkan anaknya, dan ia sendirian, jangan pedulikan dia. Biarkanlah dia di sana saja. Meskipun ia akan mati, ia dan anaknya bersama. Orang-orang Yahudi tidak akan memberi pertolongan kepada seorang ibu orang fasik di saat mereka membutuhkan. Ini ajaran yang sangat mengerikan, dan ini ajaran langsung dari Mishnah, buku hukum yang paling mempunyai otoritas dari para rabi. Bahkan dikatakan juga, janganlah kamu menolong atau memberikan makanan bagi bayinya meskipun dia kelaparan. Yaitu, biarkanlah mereka kelaparan sampai mati, sehingga dengan demikian kamu tidak membesarkan anak ini untuk penyembahan berhala nanti. Sangat ngeri sekali! Jadi anda dapat melihat dalam konteks apa dan kepada orang semacam apa Yesus menyatakan kata-kata ini. Anda dapat memahami bagaimana pemikiran orang-orang di masa itu.

Jika seorang ibu orang fasik sedang hamil dan dia dalam kesusahan dan menghampiri waktu melahirkan, janganlah kamu memberikan pertolongan apapun kepada dia. Dan jika ia mati saat melahirkan anaknya, biarkan mereka berdua mati. Itulah sikap orang-orang yang Yesus menyampaikan ajaranNya pada waktu itu – kepada ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Sekarang anda dapat memahami mengapa kadang-kadang dia sangat keras dalam pengaduannya terhadap mereka. Keras terhadap mereka bukan secara pribadi tetapi keras dalam menentang ajaran mereka yang palsu. Dan jika bayi mereka dalam kelaparan dan tidak mempunyai makanan – tidak disebutkan tentang sang ibu itu – bahkan bagi bayi tersebut janganlah memberikan apapun untuk dia makan. Biarkan bayi itu kelaparan sampai mati, maka kamu tidak akan terlibat dalam penyembahan berhala karena membesarkan anak itu. Ini sungguh mengerikan! Sangat menjijikkan mendengarkan ajaran seperti ini diajarkan oleh orang-orang yang taat beragama dan orang-orang Farisi, dari orang-orang yang menganggap diri mereka benar di hadapan Allah. Namun apa yang mereka lakukan? Anda lihat, mereka sedang menggenapi bagian ajaran yang telah kita tunjukkan tadi di Maz 139:22 – “Aku membenci mereka dengan kebencian yang sempurna. Biarkanlah mereka semua binasa! Biarlah mereka pergi.”

Izinkan saya mengatakan ini, bahwa apa yang benar dan tepat menurut HukumTaurat tidak semestinya benar bagi kita. Kita tidak menghakimi mereka yang berada di bawah Hukum Taurat. Mereka hidup berdasarkan standar yang sama sekali berbeda. Jadi jangan menghakimi kebelakang! Kita bukan diberikan tugas untuk menghakimi. Kita telah masuk ke suatu masa yang baru. Masa yang telah lewat itu adalah masa Hukum Taurat – masa pedang – di mana barangsiapa yang berdosa akan dihukum mati tanpa belas kasihan. Dan tidak ada dosa yang lebih serius dari membenci Tuhan dan tidak mematuhi hukum Allah. Tetapi hari ini, Tuhan telah membawa kita masuk ke dalam suatu masa kasih dan rahmat.


Kita Harus Mengerti Keadilan Sebelum Memahami Kasih

Kalau kita mempelajari ajaran yang penting ini, kita akan tahu sekarang apa maksud perkataan Yesus: “Semua pikiranmu yang sebelumnya, harus berubah secara radikal.” Sebelumnya kamu menganggap diri sendiri benar dalam pikiranmu, ingat hal ini: bahwa mengasihi teman dan sesama, dan membenci musuh itu sangat masuk akal. Adalah masuk akal seperti yang kita telah lihat. Itulah puncaknya, itulah kesempurnaan pikiran manusia. Hal itu benar dilakukan, khususnya jika musuh itu adalah musuh Allah. Inilah cara yang benar untuk memperlakukan mereka. Benar dari segi keadilan. Karena itu, seperti yang telah saya katakan, anda harus mengerti keadilan terlebih dahulu sebelum anda dapat memahami apa itu kasih. Anda tidak dapat menggunakan kasih hanya untuk mengkritik hukum. Kalau tidak, di mana  keadilan?

Anda akan mengatakan ini, seperti ada orang di masa kini berkata, “Dia seorang penjahat yang telah membunuh banyak orang tetapi kita harus memahami masalah psikologisnya.” Bagaimana dengan orang-orang  yang telah dibunuh, apakah masalah psikologis mereka tidak masuk hitungan? “Kita harus memperhatikan dan memahami orang yang malang ini. Kita harus menepuk-nepuk pundaknya dan bersikap baik padanya”. Baiklah kalau begitu, tetapi dimanakah gambaran keadilan? Kita sudah mengelirukan kasih dengan keadilan. Keadilan menuntut bahwa nyawa harus diganti dengan nyawa. Seperti yang telah dibahas minggu lalu, kita sudah melihat bahwa itu sesuatu yang masuk akal. Mata ganti mata, tangan ganti tangan, itulah keadilan yang harus dipenuhi.” Di dalam PL, keadilan dituntut dan harus dipenuhi. Jadi jangan pernah menggunakan kasih untuk mengkritik keadilan. Keadilan dalam PL sangat penting dan keadilan perlu sekali untuk kelangsungan hidup manusia. Jika kita membiarkan setiap orang gila berkeliaran, kita tidak akan dapat bertahan hidup. Jika keadilan dihapuskan, seperti yang kita ketahui minggu lalu, jika anda memberhentikan kuasa polisi yang ada untuk menegakkan keadilan, peraturan dan hukum, maka seluruh masyarakat manusia akan hancur. Anda tidak dapat hidup di tengah-tengah masyarakat seperti ini yang bebas hukum, tanpa polisi, tanpa keadilan apapun. Jadi jangan pernah merasa bahwa diri anda benar dan mengkritik PL karena keadilan adalah prinsip di dalam PL. Dan keadilan adalah dasar dari kehidupan bermasyarakat.

Tetapi Yesus ingin agar kita lebih memahami, ia membawa kita pada tingkat pemikiran yang baru, dan ia menyatakan bahwa keadilan sangat perlu sekali. Dia tidak mengutuknya. “Tetapi bagi kamu,” Yesus berkata kepada murid-muridnya, seperti yang kita lihat di minggu lalu, “Kamu akan berubah total dalam pemikiranmu. Mulai saat ini kamu akan masuk dalam proses perubahan pikiran yang revolusioner, yaitu, kamu akan mengasihi musuhmu.”


Kita Mengasihi Musuh Kita karena Allah Mengasihi Musuh-Nya

Saya sangat prihatin untuk menekan poin ini karena alasan inilah yang Yesus berikan kepada kita di Mat 5:45, “karena Allah mengasihi musuh-Nya.” Itu mengejutkan bagi kebanyakan orang: bahwa Allah mengasihi musuh-Nya. Aneh sekali betapa banyak orang Kristen yang masih belum menyadari hal ini. Mereka berpikir kita harus mengasihi musuh kita sedangkan Allah membenci musuh-Nya. Jika kita mengasihi, kita seolah-olah menjadi lebih baik dari Allah! Allah menghukum musuh-Nya dan kita mengasihi mereka. Jadi dalam hal ini kita lebih baik dari Allah. Jangan salah! Kita harus mengerti bahwa kasih dan keadilan bukan tidak ada kecocokan. Seorang ayah yang menghukum anaknya, menghukumnya karena mengasihi anak itu, meskipun ia menghukum anak itu dengan keras.

Kita perlu renungkan sejenak: Kasih Yesus pada musuhnya. Bagaimana Yesus dapat menetapkan pernyataan ini? Dia menggunakan sebuah ilustrasi untuk kita dapat memahaminya sendiri. Yesus berkata, “Lihatlah, apakah matahari hanya bersinar bagi orang Kristen saja dan tidak bersinar bagi orang non-Kristen? Kita seringkali melihat di gambar-gambar sekolah minggu, ada sinar cahaya menyinari seseorang – seorang kudus milik Allah. Itulah pemikiran manusia. Kemurahan Allah difokuskan hanya pada satu orang ini saja, hanya pada orang Kristen, dan kita senang berpikiran demikian. Kita suka jika orang non-Kristen tidak mendapatkan apa-apa. Jadi Yesus berkata, sinar matahari Allah terbit atas orang-orang Kristen dan atas orang-orang non-Kristen juga: ingatlah, “atas orang-orang baik dan orang-orang jahat”. Pernahkah anda merenungkan hal ini?

Anda perhatikanlah hujan! Apakah petani orang Kristen mendapat air hujan lebih banyak dari pada yang non-Kristen? Tidak! Mereka mendapat jumlah hujan yg sama. Hujan turun atas kedua-duanya. Ini adalah hal yang sangat baik, bukan? – jikalau kita sedang berjalan dan hujan hanya turun atas orang-orang non-Kristen, tetapi kita mendapat sinar matahari. Aneh sekali hal seperti ini yang diharapkan oleh kebanyakan orang Kristen. Saat saya berlibur, saya berharap cuaca akan cerah. Namun saat orang non-Kristen pergi berlibur, saya berharap dia akan menikmati hari liburnya dalam hujan. Kalau bagi saya, cuacanya cerah! Mungkin anda berencana untuk pergi di hari Sabtu, dan anda berkata, “Ha! Hujan turun! Aduh! Tidakkah Tuhan tahu kalau kami adalah orang Kristen? Tidakkah Dia tahu kami adalah anggotanya NCCF (atau apapun kita)?” Hujan deras membasahi kepala kami! Kita hanya mau sinar matahari; itulah arah pikiran kita. Seringkali dalam seluruh pikiran kita, kita berpikir bahwa hujan bukanlah berkat; sinar matahari adalah berkat. Itulah cara kita berpikir. Jadi kita ingin Allah bekerja sesuai dengan cara kita. Anda tahu, inilah yang sering terjadi.

Satu gejala yang mengkuatirkan berasal dari ini. Yaitu orang-orang Kristen telah membentuk Allah menurut pikiran mereka sendiri. Kita telah membuat Allah berpikir seperti cara kita berpikir. Anda tahu, semakin rendah tingkat kerohanian anda, Allah yang anda percayai lebih serupa dengan diri anda sendiri daripada Allah dalam PB. Apakah anda menyadarinya? Itulah mengapa J.B. Philips pernah menulis sebuah buku, “Allahmu Terlalu Kecil“. Allah seperti apa yang anda miliki? Dalam seluruh buku itu dibahas tentang bermacam-macam Allah yang dimiliki manusia. Ada yang berpendapat bahwa Allah seperti ini; dan ada yang berpendapat bahwa Allah seperti itu. Dan pada akhirnya, saat kita menguji pikiran mereka tentang Allah, kita menemukan bahwa Allah mereka dibentuk dari gambaran mereka sendiri. Karena anda membenci musuh anda, maka anda membuat Allah bersikap seperti anda. Anda berharap orang tersebut akan mengalami hal yang buruk. Ia patut dihukum oleh Allah, sehingga ia akan belajar untuk takut! Bagaimana dengan anda? Apakah anda patut dihukum oleh Allah saat anda melakukan kesalahan? “Tidak, tidak, tidak! Allah murah hati terhadap aku; aku ini orang Kristen.” Kita telah mengubah gambar Allah menjadi sesuatu yang sangat menyedihkan.

Mengapa saya katakan demikian? Ketika saya mendengar beberapa ajaran Kristen, saya ingin tahu Allah seperti apa yang sesungguhnya mereka bicarakan. Sebagai contoh, saya menyebutkan tentang orang-orang yang mempertahankan ajaran predestinasi yang ekstrim. Saya sesungguhnya tertanya-tanya Allah seperti apa yang mereka bicarakan. Ajarannya adalah seperti ini: Allah mengasihi barangsiapa yang mengasihi Dia dan membenci barangsiapa yang menolak Dia. Mereka semua akan masuk ke neraka. Saya bertanya-tanya di mana mereka mendapatkan ajaran ini? Apakah berasal dari Alkitab? Dan saat mereka menjelaskan firman “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini” mereka berkata “dunia” bukan berarti orang-orang non-Kristen. Yang dimaksudkan adalah “orang-orang pilihan Allah”. Saya belum pernah menemukan makna `dunia’ yang seperti itu di dalam Alkitab. Mereka telah memutarbalikkan Injil sesuai dengan apa yang mereka kehendaki, sesuai dengan pengertian mereka sendiri tentang Allah. Berhati-hatilah dengan ajaran predestinasi. Ada ajaran yang benar dan ada yang salah.

Ajaran yang salah mengajarkan bahwa Allah mempredestinasikan setiap orang – yang selamat akan diselamatkan; yang tersesat akan tersesat; dan Allah telah mempredestinasikan mereka yang tersesat untuk menjadi tersesat. Dengan kata lain, perhatikan ajaran Yesus dan tanyakan pada diri anda, “Bagaimana anda dapat mencocokkan ajaran seperti ini? Bagaimana anda dapat memperoleh ajaran seperti ini dari Yesus, bahwa ada yang ciptakan untuk masuk neraka dan ada yang diciptakan untuk masuk surga? Apakah itu Alkitabiah? Saya mau katakan bahwa saya akan menyerang dengan keras ajaran seperti ini yang bertentangan dengan firman Tuhan. Jika itu disebut Kalvinisme, dan saya tidak tahu bahwa Kalvin mengajarkan hal seperti itu, tetapi jika anda menyebut itu Kalvinisme, maka saya tidak mau mendengarkannya karena itu tidak berasal dari firman Tuhan.  Apakah Yesus sungguh-sungguh berkata bahwa Allah mengasihi musuh-Nya atau tidak mengasihi musuh-Nya?

Mari kita menyelidiki pikiran kita dan mengambil keputusan tentang hal ini. Jika Allah sungguh-sungguh tidak mengasihi musuh-Nya, maka masalah ini selesai sampai di situ saja. Tetapi Yesus berkata kita harus mengasihi musuh kita karena itulah yang Allah lakukan!” Dan orang-orang tersebut mengatakan bahwa Allah sebenarnya, tidak sungguh-sungguh mengasihi musuh-Nya. Allah telah menciptakan mereka untuk melemparkan mereka ke neraka. Jadi saya bertanya pada anda, Allah seperti apa yang mereka ajarkan? Mana ajaran dalam Alkitab yang mengajarkan pada kita untuk melakukan ini? Saya sangat malu dengan orang-orang yang pergi ke sini sana membawa ajaran seperti ini, itulah yang membuat saya susah.


Allah Tidak Pernah Mempredestinasikan Seseorang ke Neraka

Saya ingin menunjukkan kepada anda bahwa firman Tuhan tidak pernah mengatakan hal demikian. Anda tidak dapat mengatakan bahwa Allah sungguh mengasihi musuh-Nya, tetapi Dia mentakdirkan mereka untuk masuk neraka. Dapatkah anda berkata demikian? Penyimpangan sikap mental yang bagaimana yang memunculkan kesimpulan seperti ini? Jelaskan, bagaimana anda melakukan hal ini? Dengan akal mental yang bagaimana: bahwa Tuhan sungguh-sungguh mengasihi musuh-Nya dan mentakdirkan mereka masuk neraka? Saya tidak mengerti bagaimana anda dapat memperdamaikan kedua fakta yang bertentangan itu: “Aku sungguh mengasihi musuhku, tetapi aku akan menikam dia tepat di perutnya, ya! Oh ya! Tunggu sampai aku mendapatkan dia, aku akan menjepit lehernya dan menikam dia.” Anda berkata, “Hei! Hei! Jangan kamu menikamnya.” Dan aku berkata, “Ah! Aku sangat mengasihi dia, kamu mengerti? Dan inilah caranya aku mengasihi dia – dengan pisau!”

Jika kita main-main seperti ini, berarti kita telah menghapuskan seluruh makna dari kasih itu. Kita telah menghancurkan seluruh isi Alkitab. Alasan mengapa saya mengatakan ini, dan saya menyatakan dengan jelas posisiku di sini, bahwa saya akan mengikuti hanya apa yang dikatakan oleh firman Tuhan. Dan saya telah berbicara dengan orang-orang Kristen yang sungguh-sungguh tulus – yang telah menyampaikan kepada saya hal tentang predestinasi ini: tentang ajaran yang berkata orang-orang yang telah ditakdirkan untuk masuk neraka. Saya mau mengatakan kepada anda dengan tegas bahwa saya tidak mau punya hubungan apapun dengan ajaran seperti ini. Allah tidak pernah mentakdirkan siapapun untuk masuk ke neraka. Jikalau Dia memang melakukannya, itu berarti segala ajaran yang Yesus yang diberikan kepada kita adalah sia-sia saja. Ini semua omong-kosong. Mari kita jangan memperhaluskan kata-kata kita – ini semua adalah omong-kosong! Anda tidak akan dapat mengasihi musuh-musuhmu dan pada saat yang sama, mentakdirkan mereka ke neraka. Kita tidak boleh melakukan hal seperti ini.

Saya sudah pernah mengatakan sebelum ini, dan saya mau mengatakan sekali lagi, tidak ada satu orangpun akan ke neraka kecuali kalau dia melewati tangan Yesus—tangan yang terbentang di atas kayu salib. Tidak ada seorangpun yang dapat ke neraka kecuali melewati tangan-tangan yang terbentang tersebut. Anda harus mengabaikan tangan-tangan berdarahnya untuk tiba ke neraka. Allah tidak pernah mentakdirkan siapapun untuk masuk ke neraka. Saya tidak pernah membaca seperti ini di dalam Alkitab. Yesus mati bagi kita, musuh-musuhnya. Kita adalah musuh-musuh Allah! Jika Allah tidak mengasihi musuh-Nya, apa akan terjadi pada saya sekarang? Apa akan terjadi pada anda? Saya seorang yang pernah menertawakan orang-orang Kristen. Saya mengolok-ngolok orang-orang Kristen! Dan sebagai musuh Allah, saya telah menerima kemurahan Allah. Seperti yang dikatakan Paulus: “Lihatlah aku! Aku menyalibkan orang-orang Kristen. Aku melemparkan mereka ke dalam penjara; aku menjatuhkan hukuman mati atas mereka, seperti yang terjadi pada Stefanus.” Paulus menganiaya orang-orang Kristen dan berkata, “Dulu aku adalah musuh, tetapi aku menemukan anugerah.” Allah mengasihi musuh-musuh-Nya – yaitu, orang-orang seperti kita, orang-orang seperti aku. Aku malu dengan sikap perlawananku terhadap orang-orang Kristen sebelumnya.” Paulus tidak pernah dapat memaafkan dirinya atas apa yang telah ia lakukan terhadap orang-orang Kristen: kerusakan yang dia lakukan atas gereja, atas keluarga yang karena penaniayaannya, kehilangan ayah dan ibu mereka. Allah mengasihi musuh-Nya. Jangan biarkan seorangpun menyangkal perkataan ini, karena perkataan ini tertera, tertulis di dalam Firman Allah.


Untuk Menjadi Anak-anak dari Bapa di Surga kita harus Berbeda

Kita perlu melanjutkan untuk memahami poin yang satu lagi: di sini Yesus berkata bahwa kita harus menjadi sama sekali berbeda. Perhatikan kalimat khusus di ayat 45: “karena dengan demikian kamu menjadi anak-anak Bapamu di surga“. Saya ingin menunjukkan bahwa ada terjemahan yang salah di beberapa Alkitab versi Inggris. Sayang sekali, ini adalah tugas saya sebagai seorang pengurai firman Tuhan, untuk menunjukkan hal-hal seperti ini, meskipun hal itu tidak menyenangkan bagi diri saya. “Karena dengan demikian kamu adalah“? Tidak! “Karena dengan demikian kamu menjadi” – inilah terjemahan yang benar. Bahasa Yunani-nya dari pasal ini bukan katakerja “adalah” tetapi katakerja “menjadi”; dan kedua kata itu memiliki makna yang sama sekali berbeda. Kadang-kadang saya sangat bingung saat membaca terjemahan-terjemahan ini; mengapa seorang penterjemah yang tahu dengan pasti Bahasa Yunani – mengapa mereka mau memasukkan kata-kata yang tidak tepat sehingga mengkompromikan terjemahan mereka ini? Apakah itu karena kepentingan doktrin-doktrin tertentu, sehingga mereka berkompromi dengan terjemahan tersebut, dimana entah karena alasan apa, mereka lebih menyukai istilah “adalah” daripada “menjadi”. Seringkali saya temukan apa yang terjadi dalam terjemahan itu adalah, kepentingan mereka sendiri mengenai doktrin dan dogma yang lebih berpengaruh. Untuk memahami firman Tuhan kita harus jujur sepenuhnya. Meskipun itu tampaknya bertentangan dengan doktrin-doktrin kita sendiri, kita harus menerima firman Tuhan, apa adanya. Jangan mempermainkan firman Tuhan! Jangan main-main dengan firman Tuhan! Jangan  membuat perubahan sedikitpun dalam terjemahannya untuk “menyesuaikan dengan tujuan saya”. Kita harus sungguh-sungguh jujur dengan firman Tuhan. Itulah satu prinsip dasar. Ketika anda mempelajari Alkitab, hendaklah anda jujur. Jangan memutarbalikan firman Tuhan.

Saya mau katakan bahwa beberapa pengkhotbah Injili tidak jujur dalam menguraikan firman Tuhan dan saya sangat sedih tentang hal ini. Mereka menemukan satu perikop yang tidak sesuai dengan doktrin mereka yang tertentu, jadi mereka memutarbalikan firman Tuhan tersebut. Mereka berkata, “Ya sesungguhnya, bukan ini artinya; yang itu artinya. Contoh: “‘Jatuh dari kasih karunia’ bukan berarti `kasih karunia yang menyelamatkan’; tetapi artinya ialah `kasih karunia yang menguduskan'” dan hal-hal seperti itu. Cara ini merupakan contoh memutarbalikan firman Tuhan – bagaimana anda dapat memisahkan antara “kasih karunia yang menguduskan” dengan “kasih karunia yang menyelamatkan”? Bagaimana anda dapat mengatur permainan seperti ini? Di bagian mana dalam Alkitab anda dapat memisahkan kasih karunia menjadi dua macam? Apakah kita berhak untuk memisahkan mereka?

Jadi melalui contoh-contoh ini, saya ingin menunjukkan kepada anda bahwa seringkali para komentator tidak sepenuhnya jujur dengan firman Tuhan. Kita, saudara-saudaraku, harus jujur sepenuhnya dengan firman Tuhan dan menerima firman tersebut sebagaimana adanya, meskipun tampaknya itu menghancurkan pendirian kita tentang doktrin tertentu. Saya mengatakan pada anda bahwa ketika saya datang mempelajari Alkitab, saya datang dengan banyak pra-konsepsi sebelumnya. Dan firman Tuhan itu sendiri yang mengalahkan pendapat satu demi satu. Kadang-kadang ini suatu proses yang sangat tidak menyenangkan. firman Tuhan itu memukul dan mengeluarkan pra-konsepsi itu dari saya satu per satu. firman Tuhan menembus seperti pedang. Kita dapat menghindari pedang itu dan efek penyembuhan itu tidak akan tercapai atau kita membiarkan pedang itu menangani kita, sebagaimana yang seharusnya. Saat anda datang pada firman Tuhan, saya berharap anda mengizinkan Firman itu menusuk seperti pisau bedah. Anda bisa menghindarinya dan ia tidak akan dapat menancap ke dalam anda, tetapi itu tidak akan menyelamatkan dan mengeluarkan kanker dalam tubuh anda. Jika anda mau sembuh dari kanker itu, anda harus tunduk terhadap pisau itu.

Seperti dikatakan di sini: bukan “kamu adalah” tetapi “kamu menjadi” anak-anak Allah. Seberapapun kata itu tidak menyenangkan bagi anda, tapi itulah firman Tuhan. Siapapun yang mengerti Bahasa Yunani, telitilah Alkitab anda sendiri di rumah. Saya jamin bahwa apa yang telah saya sampaikan di mimbar, tidak ada satupun yang belum saya menyelidiki dengan teliti. Jika seseorang dapat menunjukkan pada saya bahwa apa yang saya katakan tidak sesuai Alkitab, saya akan sesungguhnya sangat senang dan berterima kasih sekali jika anda bersedia menunjukkan pada saya apa kesalahan saya. Karena saya sangat teliti dalam exposisi saya selama bertahun-tahun memberitakan Injil, sehingga tidak pernah seorangpun yang menyalahkan saya atas penjelasan yang keliru, meskipun orang itu begitu berpendidikan tinggi. Tidak ada seorangpun yang pernah menantang penguraian saya, karena saya telah meneliti setiap kata dengan detil sekali sebelum menyampaikannya kepada saudara.

Namun jika anda menemukan sesuatu dari yang telah saya katakan dan mungkin ada yang berkata, “Ya, aku tidak setuju dengan doktrinmu”, itu bukan masalah buat saya. Anda boleh saja tidak setuju dengan firman Tuhan, tidak menjadi masalah bagi saya. Namun tidak berguna anda berkata, “Aku tidak setuju dengan kamu.” Saya tidak mempunyai pendapat sendiri; saya hanya mempunyai firman Tuhan yang perlu disampaikan. Kalau anda dapat menemukan sesuatu dari perkataan saya yang tidak sesuai dengan firman Tuhan, saya mohon, tunjukkanlah kesalahan itu kepada saya, sebagai kewajiban Kristiani anda dan karena kasih.

Jadi apa yang dikatakan di ayat 45,  “dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga”. Apa artinya? Apa makna sesungguhnya? Setelah kita telah mengikuti pengajaran sampai sejauh ini, kita mulai mengerti satu hal. Kita mulai mengerti poin yang telah kita membuktikan sejauh ini, yaitu kita harus mempunyai cara pikiran yang sama sekali baru, yaitu cara pikiran Allah: bahwa Allah mengasihi musuh-musuh-Nya. Allah selalu mengasihi musuh-musuh-Nya. Itulah alasan mengapa Yesus datang ke dunia untuk mati. Menurut anda apa tujuannya Yesus datang ke dunia untuk mati? Mengapa Allah mengutus Yesus untuk mengaruniakan kita keselamatan yang menakjubkan ini, jika Ia tidak mengasihi kita? “Kita mengasihi Dia,” kata Rasul Yohanes, “karena Dia terlebih dahulu mengasihi kita.” [1Yoh 4:19]. Kita harus menangkap ini dengan jelas. Kalau begitu, maka poin yang kedua di ayat 45  berkata – saya pikir sampai saat ini jika kita telah mengikuti poin yang pertama, poin yang kedua tidak sulit untuk dipahami – hanya kalau anda mempunyai cara pikiran yang baru, kalau anda telah lahir baru, kalau anda telah diperbaharui seluruhnya, hanya dengan itu anda menjadi – anak Bapamu yang di sorga.

Anda tahu, kita tidak menjadi anak Allah hanya dengan menerima beberapa doktrin Injili. Tidak, tidak! Menjadi seorang Kristen, tidak begitu mudah, tidak se-simpel itu. Tidak se-simpel “Saya percaya doktrin-doktrin tertentu sebagai  kebenaran” – itu tidak menyelamatkan siapapun! Saya katakan sekali lagi kepada anda, itu tidak akan menyelamatkan siapapun! Janganlah anda pergi mengajarkan doktrin-doktrin yang salah kepada orang dan berkata, “Apa yang harus kalian semua lakukan adalah hanya percaya pada Yesus; dan terimalah doktrin-doktrin  ini sebagai kebenaran.” Itu memang benar, tetapi tidak cukup! Tidak sesederhana itu. Apa yang Yesus katakan? Bagaimana anda dapat menjadi anak-anak Bapamu yang di surga? Dengan pembaharuan seluruhnya, ditransformasi total!

Paulus juga mengatakan hal yang persis sama, seperti yang kita tahu dalam Roma 12:1-2, khususnya ay 2b: “tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu”. Menjadi seorang Kristen adalah diubahkan seluruhnya. Jika anda tidak diubahkan seluruhnya, anda bukan seorang Kristen, tidak peduli berapa kali anda telah dibaptis. Jika anda tidak berubah anda bukan seorang Kristen. Anda harus memahami ini dengan sepenuhnya. Bagaimana anda menjadi seorang Kristen? Hanya dengan diperbaharui oleh kuasa Allah seluruhnya, dilahir baru. Seperti yang kita ketahui dari ajaran Yesus, kata ‘lahir baru’ sama sekali tidak bermakna tanpa perubahan seluruh pikiran dan perubahan seluruh sikap kita. Anda tidak mengasihi seseorang karena anda menyukai wajahnya. Anda mengasihi orang karena sekarang ada sifat yang baru di dalam diri anda, yaitu mengasihi. Ujilah diri anda dalam terang ajaran ini. Apakah anda adalah anak Allah? Apakah anda seorang anak laki-laki Allah? Apakah anda seorang anak perempuan Allah? Jadi jangan mengucapkan selamat pada diri sendiri hanya karena anda telah dibaptis. Baptisan memang perlu sekali tetapi jika anda tidak diubahkan, anda tidak akan diselamatkan. Menjadi seorang Kristen berarti anda berbeda sekali dengan orang lain. Anda menjadi orang yang berbeda; anda menonjol di dunia ini sebagai seorang yang sangat berbeda. Oleh itu, kita mengerti apa yang Yesus katakan kepada kita, bahwa kita harus menjadi berbeda sekali dari orang-orang non-Kristen. Tantangan ini sangat besar sekali dan itu dapat dikerjakan hanya dengan kuasa Tuhan.


Bagaimana kita dapat Mengasihi Musuh kita, jika kita juga Harus Terpisah dari Mereka?

Sekarang saya harus membahas dengan singkat, satu pertanyaan. Anda akan berkata jikalau demikian, kita harus menjadi berbeda sekali dengan orang-orang non-Kristen, kita harus mengasihi musuh-musuh kita, bagaimana mungkin Alkitab juga berkata kita harus memisahkan diri dari orang-orang non-Kristen? Bagaimana kita dapat mengasihi orang non-Kristen tetapi masih terpisah dari dia, tidak mempunyai hubungan bisnis, dagang ataupun hubungan pernikahan dengan mereka, yaitu, bahwa seorang Kristen tidak boleh menikah dengan non-Kristen. Paulus berkata di dalam 2 Korintus 6:14-18: “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tidak percaya.” Saya ingin mengatakan kepada anda, saudara-saudaraku, dan saya coba memasukkan sebanyak pengajaran mungkin, bahwa menjadi pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tidak percaya bukan hanya bermakna apakah anda menikah dengan dia atau tidak. Bukan hanya soal apakah anda menikah dengan seorang yang tidak percaya atau tidak. Yang dimaksudkan ialah anda tidak boleh bercampur gaul dengan dia dalam hubungan bisnis-pun. Apakah anda tahu ini? Anda tidak boleh memiliki hubungan bisnis dengan dia dalam satu partnership atau perkongsian. Itu bukan berarti anda tidak boleh bekerja untuk dia, tetapi anda tidak mempunyai hubungan kerja dalam penanaman modal dengan dia. “Menjadi pasangan seimbang” berarti anda mempunyai ikatan kontrak legal dalam bisnis atau dalam pernikahan atau dalam apapun. Kata “pasangan” ini memiliki makna dasar yang luas dalam arti aslinya. Beberapa orang Kristen tidak menyadari ini, dan telah terjebak dalam kesalahan yang sangat menyedihkan. Sayang sekali akhir-akhir ini di dalam gereja ini, ada kasus seperti ini, di mana seorang Kristen telah mengikatkan diri dalam hal bisnis dengan seorang non-Kristen dan berakhir dengan kehancuran – kehancuran rohani.

Kita harus terpisah dengan mereka dalam soal kehidupan, namun mengasihi mereka dengan kasih yang tulus dari hati kita. Mungkin anda bertanya, “Bagaimana mungkin itu dapat terjadi? Bagaimana saya dapat memahami hal ini?” Sungguh sederhana! Sebagai contoh, jika seseorang sedang tenggelam di pasir hanyut, bagaimana caranya anda mengasihi dia? Apakah anda berkata, “Ok! Ini aku, aku akan melompat ke dalam pasir hanyut itu. Aku akan menangkap dan memegang dia erat-erat dan mengatakan padanya, ‘Aku mengasihi kamu! Tahukah kamu, aku sungguh-sungguh mengasihimu!'” sampai anda berdua tenggelam dalam pasir hanyut itu bersama-sama? Anda berkata, “Ini kasih yang sungguh indah. Lihatlah, orang yang malang ini sedang tenggelam di dalam pasir hanyut dan anda sangat mengasihinya sehingga anda melompat ke dalam pasir dan mati bersamanya. Itu kasih yang sungguh indah!” Bagaimana anda dapat melakukan hal seperti ini? Kasih yang seperti apakah ini? Jika anda mengasihi dia, bukankah lebih baik anda menarik dia keluar dari pasir hanyut itu daripada tenggelam pada waktu yang bersamaan dengan dia.

Banyak orang belum memahami bahwa untuk mengasihi, bukan berarti kita harus masuk terlibat dalam kekacauan yang sama yang dialami orang tersebut. Sebenarnya, jika kita mengasihi orang tersebut, satu-satunya cara untuk menolong dia adalah dengan kita berada di luar kekacauan yang sedang dia alami. Jadi, jika anda ingin menolong dia untuk keluar dari pasir hanyut, yang harus dilakukan bukan dengan melompat ke dalam pasir hanyut itu dan terlibat langsung dalam masalahnya tetapi berdirilah di tanah yang teguh dan tariklah orang itu keluar! Itulah kasih! Jadi anda harus memahami hal ini dengan jelas. Banyak orang Kristen tidak mengerti benar tentang hal ini. Mereka tidak memahami bahwa untuk menolong seseorang kita harus berdiri pada dasar yang sama sekali berbeda dengan orang tersebut. Jadi bagaimana anda dapat mengasihi mereka yang berada dalam kegelapan? Anda berkata, “Aku akan mematikan terangku, sehingga aku dapat beridentifikasi dengan mereka.” Bagaimana bisa kita memakai cara begini untuk mengasihi mereka? Mereka ingin terang itu! Anda tidak dapat menolong mereka dengan mematikan terang dalam diri anda. Kita harus memisahkan diri sebagai orang yang berbeda, bukan agar kita eksklusif, tetapi supaya mereka dapat diselamatkan. Dapatkah anda memahami? Inilah caranya Tuhan.

Jadi, ajaran Alkitab adalah kita harus memisahkan diri kita dari mereka – apa yang terjadi? Ada saudara kita, Plymouth Brethren, apa yang mereka lakukan? Sayang sekali! Mereka memisahkan diri dan tidak berhubungan sama sekali dengan orang-orang non-Kristen. Mereka tidak mau mengadakan hubungan apapun dengan orang non-Kristen. Paulus berkata, “Jika kamu tidak mau berhubungan dengan orang non-Kristen, hal yang terbaik untuk kamu lakukan adalah keluar dari dunia ini sama sekali.” Karena selama kamu masih di dalam dunia, kamu akan berhubungan dengan orang-orang tersebut! Seperti Paulus berkata dalam 1 Korintus 5:10, “Jika kamu sama sekali tidak mau bergaul dengan orang-orang yang tidak percaya, kamu harus meninggalkan dunia ini.” Kita berada di dunia untuk melakukan suatu tugas, yaitu menolong mereka ini. Dan satu-satunya cara anda dapat menolong mereka, adalah kamu menjadi berbeda dari mereka. Menjadi berbeda bukan berarti tidak berhubungan dengan mereka, tetapi menjadi berbeda adalah satu-satunya cara yang efektif untuk anda dapat mengasihi mereka dan menolong mereka untuk datang kepada terang. Ketika orang itu jatuh dalam pasir hanyut, anda berdiri di atas tanah yang teguh dan menarik dia keluar. Itulah caranya. Oleh itu, menjadi terpisah bukan berarti, “Ok, kamu akan tenggelam dalam pasir, selamat tinggal! Kamu pantas menerimanya, tahukah kamu? Kamu tidak percaya pada Tuhan; inilah akibatnya bagi kamu. Sayang sekali. Sekarang, sementara tenggelam, dengarkanlah Injil seraya saya memberitakannya pada kamu, selagi kamu masih mempunyai kesempatan. Nah, sekarang dengarkan, inilah jalannya.” Inilah yang disebut `kasih‘ oleh banyak orang Kristen.

Tempuh hari, saya dengar suatu kisah nyata, ada seorang pria di atas sebuah pesawat yang sedang memberitakan Injil kepada semua para pramugari saat dalam penerbangan. Dia membagikan traktat Injil dan berkhotbah kepada mereka. Ia berkata, “Kamu harus percaya pada Yesus.” Para pramugari sangat sibuk melayani makanan penumpang dan ia menahan mereka dan berkata, “Tidak, tidak, tidak! Tidak ada apapun yang lebih penting daripada mendengarkan Injil. Oleh itu, kamu berdiri saja di sini.” Pramugari-pramugari tersebut tidak mau membuat penumpang ini tersinggung, jadi mereka coba berdiri di sana dan mendengarkan pria ini berkhotbah kepada mereka. Akhirnya ada seorang pramugari yang mencoba untuk membuka sebuah laci yang telah macet di dalam pesawat. Pria ini melihat dia tetapi tidak peduli untuk menolong dia, dan ia hanya teruskan berbicara dengannya tentang Injil. “Sekarang, kamu dengarkan ini.” Pramugari itu sedang berusaha menarik laci itu, dan ia berkata,”Jadi, apa yang dikatakan firman Tuhan ialah ini…”.

Akhirnya pramugari itu menarik laci itu dengan paksa sehingga laci itu jatuh ke atasnya, dan ia jatuh tergeletak ke lantai. Menurut anda, apakah pria itu pergi menolongnya untuk mengambil laci tersebut dan membantu meletakkan barang yang tercecer ke dalamnya? Tidak sama sekali! Ia hanya membungkuk di sisinya dan berkata, “Injil berkata, …” Sangat tidak masuk akal! Tidak terbayangkan seorang Kristen dapat melakukan hal seperti ini, tetapi itulah yang dilakukannya. Semua penumpang di atas pesawat jengkel melihat tindakan yang memalukan yang dilakukan pria tersebut. Sebenarnya kalau dia ingin memberitakan Injil – itulah kesempatan bagi dia. Dia bisa menolong pramugari itu memasukkan kembali barang-barang yang tercecer di atas lantai dan menolong dia untuk berdiri, membantu dia untuk memasukkan kembali laci itu dan kemudian berbicara kepadanya tentang Tuhan. Tidak, tidak, tidak, tidak! Ia hanya membiarkannya tergeletak di lantai. Bukankah itu tidak masuk akal? Itulah kelakuan yang sering kali dilakukan oleh banyak orang-orang Kristen. “Kamu sedang tenggelam dalam pasir hanyut. Sekarang aku mau memberitakan firman Tuhan kepadamu. Tetapi aku tidak akan menarik kamu keluar dari situ dulu; aku tidak akan memberi kamu bantuan apapun.” Jadi mari kita pahami ini: Kita berbeda agar dapat membawa keselamatan.


Kita Harus Menjadi Sempurna Dalam Kasih

Waktu kita sudah mau habis dengan cepat, dan kita harus mengakhiri. Dikatakan di sini bahwa dalam seluruh tingkah laku kita, kita harus menjadi berbeda. Hanya dengan demikian kita lebih menonjol dari orang-orang non-Kristen. Dan kita harus menjadi sempurna. Dalam ay. 48: “Karena itu, haruslah kamu sempurna…”. Perhatikan kata “harus”. Itu bukan suatu pilihan bagi kita. Itu bukan suatu rekomendasi bahwa adalah ide yang baik kalau kita menjadi sempurna. Sebenarnya itu adalah suatu perintah bahwa kita harus sempurna. Bagaimana menjadi sempurna? Jika anda telah mengikuti pengajaran Tuhan Yesus sampai sejauh ini, tentunya satu hal sudah jelas bagi anda dan ia adalah: kesempurnaan di sini bukanlah kesempurnaan moral dalam pengertian Allah adalah sempurna. Seluruh konteksnya sedang berbicara tentang kasih, bahwa kita harus mengasihi dengan sempurna, bukan berarti sempurna karena kita tidak mempunyai kesalahan atau tidak mempunyai kelemahan dalam diri kita. Tetapi seluruh maknanya ialah ini: kita harus menjadi sempurna dalam mengasihi. Inilah artinya dalam seluruh konteks ini. Kita tidak dapat menjadi sempurna secara moral. Kita akan selalu mempunyai kelemahan-kelemahan. Menjadi seorang Kristen bukan berarti menjadi orang yang bermoral tanpa kesalahan apapun. Tidak ada ajaran seperti itu dalam Alkitab. Dalam 1 Yoh 1:8, dikatakan, “Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita.” Tidak ada orang Kristen yang sempurna! Tidak satupun di antara kita yang sempurna. Kita semua punya banyak kesalahan, banyak kelemahan, banyak kegagalan. Tetapi kita harus mempunyai tujuan, oleh kasih karunia Tuhan, menjadi sempurna dalam kasih. Dalam seluruh sikap kita terhadap orang lain, kita harus punya  tujuan untuk selalu sempurna dalam kasih. Jadilah sempurna, itulah kemutlakannya! Jadi, kita harus menyimpulkan poin ini dan menyadari bahwa Allah menghendaki dari kita kekristenan yang utuh. Bukan orang Kristen sebagian! Tidak ada orang Kristen sebagian. Yang saya tahu hanya ada satu macam orang Kristen dalam Alkitab – orang Kristen total. Kasih selalu total. Kasih itu total atau tidak sama sekali. Sebagai definisi, kasih itu total. Mungkin terkadang anda mempraktikkan kasih dan di saat yang lain anda tidak melakukannya. Tetapi kalau itu kasih, ia sempurna. Ia harus total. Anda tidak dapat berkata, “Aku mengasihi kamu sedikit.” Itu bukanlah kasih dalam Alkitab.

Ini membawa kita pada poin yang lain. Ada perbedaan yang sangat penting antara kesukaan dan kasih dalam Alkitab. Dan poin ini juga perlu disebutkan. Di ajaran ini tidak dikatakan bahwa kita harus menyukai semua orang. Kita tidak dapat menyukai semua orang. Kita tidak menyukai semua orang karena “suka” adalah perasaan pribadi. Saya tidak diminta supaya perasaan saya dijadikan standart atau ukuran bagaimana saya harus berurusan dengan orang lain. Saya harus mengasihi orang itu. Suka itu masalah perasaan, sedangkan kasih adalah masalah tindakan. Orang yang sedang tenggelam di sungai, mati tenggelam, anda tidak ‘menyukai’ orang itu. Anda bahkan belum pernah bertemu dengannya, bahkan anda tidak mengenal dia. Bagaimana anda dapat menyukainya? Jadi perasaan suka itu, sama sekali tidak berkaitan dengan hal ini. Anda melompat ke dalam sungai untuk menyelamat kan dia, bukan karena anda meyukai dia – anda tidak mengenal dia – tetapi karena kasih mewajibkan itu.

Kasih adalah tindakan. Suka adalah masalah perasaan. Di sini perintahnya ialah untuk mengasihi – bahwa anda terjun masuk ke dalam sungai untuk menolongnya. Entah apakah anda mengenal orang ini atau tidak, apakah anda menyukai dia atau tidak, itu tidak menjadi masalah sama sekali. Di sini kita harus memahami perbedaannya yang sangat penting, tetapi banyak orang Kristen bingung dengan hal ini. Ini adalah perbedaan antara menyukai dan mengasihi.

Jadi, kita harus memahami bahwa ini menunjukkan kesempurnaan dalam kasih, bukan kesempurnaan dalam hal standart moral di dalam diri kita, apakah kita mempunyai kesalahan atau tidak ada; itu bukan poin yang di tunjukkan disini. Poinnya di sini adalah sikap kita terhadap orang lain. Tetapi ada poin terakhir yang paling penting. Ketika anda memperhatikan semua ajaran ini, mungkin anda berkata, “Bagaimana aku dapat memenuhi ajaran-ajaran ini? Bagaimana ini dapat dilakukan? Tampaknya ini tidak mungkin. Kamu meminta aku untuk keluar dari tempat ini & mengasihi musuhku? Aku hampir tidak dapat mengasihi teman-temanku. Aku hampir tidak dapat mengasihi teman sekamarku. Mereka membuat aku merasa jengkel setiap hari. Aku hampir-hampir tidak dapat mengasihi orang-orang ini, orang yang aku kenal, dan bagaimana aku dapat mengasihi musuhku? Oleh karena itu, kita perlu diubahkan. Ada prinsip di sini yang sangat menakjubkan dalam ajaran Tuhan Yesus  dan itulah yang perlu kita perhatikan sejenak.


Yesus Selalu Menguji Iman Kita

Hal terakhir yang perlu kita pertimbangkan ialah ini. Saya akan menunjukkan pada anda satu prinsip terakhir yang paling penting. Yaitu, kita berbicara tentang iman dan Tuhan Yesus dalam ajaranNya selalu menguji iman kita. Anda tidak tahu apa itu orang Kristen, jika anda berpikir bahwa anda dapat menjadi seorang Kristen tanpa pengujian iman.  Iman seorang Kristen selalu diuji. Saya akan memberikan beberapa contoh. Tuhan Yesus selalu bekerja dengan cara ini.

Sebagai contoh dalam Yohanes 9, kita membaca tentang seorang yang buta sejak lahir. Apa yang Tuhan Yesus lakukan? Ia langsung menyembuhkan dia? Tidak! Ia menguji imannya – satu ujian yang sangat berat! Apa yang Tuhan Yesus lakukan? Dia mengoleskan tanah liat pada mata orang buta itu. Ingat? Dia mengaduk tanah dengan ludahnya dan mengoleskannya pada mata orang buta itu, dan apa yang Ia katakan? Ia berkata, “Pergilah, dan basuhlah matamu di kolam Siloam.” Pikirkan sejenak. Seorang buta dengan tanah liat di matanya akan berjalan sejauh ½ mil. Saya telah menghitung jarak dari tempat Tuhan Yesus berada sampai pada kolam Siloam, sedikitnya ½ mil, jika anda menghitung dalam mil. Jika anda menyusuri jalan raya sana, kemungkinan anda perlu berjalan kira-kira satu mil. Pikirkan apa yang dirasakan dalam hati orang buta itu. Ada seorang Pria datang dan mengoleskan sesuatu pada matanya dan berkata, “Ok, kamu ingin melihat?” Dia menjawab, “Ya, tentu, aku ingin melihat.” “Pergilah ke kolam Siloam dan basuhlah matamu di dalam kolam itu.” Orang buta itu dapat saja berkata, “Jika Ia punya kuasa untuk menyembuhkan mataku, mengapa Ia tidak berkata, ‘Bukalah matamu!’ dan mataku akan melek? Untuk apa Dia mengoleskan tanah liat pada mataku?” Kenyataannya, banyak komentator-komentator tidak dapat mengerti hal ini. Untuk apa tanah itu? Apakah tanah liat itu obat yang manjur? Aku belum pernah mendengar tanah liat dapat menjadi obat yang manjur. Selain itu aku juga tidak tahu berapa banyak bakteri yang terkandung di dalamnya karena tanah itu tercampur dengan ludah. Jadi itu omong kosong jika dikatakan  tanah liat itu adalah obat yang manjur.

Seluruh tujuan di sini adalah iman orang itu sedang diuji. Apa yang dapat ia lakukan? Ia dapat berkata, “Jika Ia punya kuasa untuk mencelikkan mataku, mengapa Ia tidak melakukannya? Mengapa Ia menyuruh aku, seorang buta untuk pergi dan membasuh diri di kolam Siloam? Anda bayangkan seorang buta berjalan sendiri melintasi jalan yang sesak menuju ke kolam tersebut, tentu berbagai macam hal berkecamuk di dalam pikirannya, dan mungkin dia berpikir, “Hei, ini pasti suatu lelucon jahat dilakukan atas saya!” Ini tidak masuk akal. Maksud  saya, ia harus menabrak ke sana ke mari mencari jalan ke kolam Siloam. Ia harus menanyakan arah; ia harus meraba-raba untuk mencapai tempat itu. Selama di jalan mungkin beberapa kali ia berpikir, “Tidak, tidak, tidak, tidak! Ini pasti suatu lelucon yang jahat. Bagaimana mungkin dengan tanah ini atas mataku, dan aku harus membasuhnya dan kemudian mataku akan melihat? Pernahkan anda mendengar hal seperti ini dalam hidup anda?” Saya yakin pikiran seperti inilah yang berkecamuk di pikiran orang ini, “Dan Yesus ini, siapakah Dia? Yesus  ini menyuruh saya untuk membasuh mataku. Aku tidak begitu mengenal siapakah Dia ini.” Ingat, orang buta ini berkata, “Aku tidak tahu siapa Yesus, tetapi Dia menyuruh aku pergi dan membasuh mataku. Dan aku melakukannya dan sekarang aku dapat melihat!”

Mengapa Yesus menyembuhkan dia dengan cara ini? Mengapa? Untuk menguji imannya! Satu ujian yang sangat berat. Ini perjalanan yang cukup jauh bagi seorang buta untuk menempuhi. Saya yakin pasti ada sedikit keraguan dalam pikirannya sepanjang perjalanannya. Tetapi Allah menguji iman kita. “Apakah kamu mempunyai iman kepadaKu? Aku ingin melihat imanmu dalam tindakan. Berjalanlah ke kolam Siloam. Kamu mau mendengarkan Aku atau tidak?” Kita suka kalau Tuhan membuatnya lebih mudah bagi kita. “Bukalah matamu!” Ah! Sudah melek! Sungguh baik, itu cepat sekali. Kita dapat melihat Tuhan Yesus bekerja dengan cara yang luar biasa ini. Sepanjang waktu saya mempelajari cara Tuhan bertindak, Dia melakukan ini berulang kali.

Lihat satu contoh lain dengan singkat, Yoh 5. Di sana kita membaca tentang seorang yang telah lumpuh selama 38 tahun! 38 tahun ia dalam keadaan lumpuh. Apa yang Tuhan Yesus katakan padanya? Dia berkata, “Maukah engkau sembuh?” Ia tidak menjawab, “Ya, aku mau disembuhkan.” Tetapi ia berkata, “Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang karena aku lumpuh. Tidak ada orang yang mengangkat aku ke sana di waktu yang tepat.”

Yesus berkata padanya, “Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah.” Dia berkata, “Hei, apakah ini suatu lelucon? Aku telah berbaring di samping kolam ini selama 38 tahun! Aku telah lumpuh selama 38 tahun dan Ia menyuruh aku untuk mengangkat tilamku dan berjalanlah?” Wah! Ini benar-benar satu ujian iman. Tuhan Yesus tidak berkata padanya, “Ok, sekarang kamu telah sembuh. Semuanya baik-baik sekarang. Kamu jangan kuatir. Bangun sajalah!” Ia hanya berkata secara langsung, “Angkatlah tilammu dan berjalanlah!” “Wah! Orang lumpuh itu bisa berkata, “Apa yang Kau coba katakan padaku? Bagaimana mungkin aku melakukannya? Ini tidak mungkin. Tidak ada cara untuk melakukan hal seperti ini – mengangkat tilamku? Mengangkat tubuhku sendiripun aku tidak sanggup. Lupakan saja, bagaimana mungkin aku dapat mengangkat tilamku!” Dan mujizat persis seperti itu yang terjadi. Dapatkah anda bayangkannya? Kemungkinan besar ia duduk dan berpikir sejenak, “Apakah benar yang dikatakanNya? Mengangkat tilamku?” Mungkin orang itu mulai bergerak sedikit, berjuang sedikit. “Hmm. Aku cobalah. Aku harus mengumpulkan tenagaku dan bangkit.” Jika ia hanya duduk dan berkata pada dirinya sendiri, “Hal ini lucu! Aku  tidak pernah mendengar hal yang tidak masuk akal seperti ini.” Dan dia tidak akan mau bergerak. Tetapi jelas apa yang ia pikirkan, “Baiklah, jika demikian, aku akan coba. Aku akan mencobanya. Aku akan berjuang.” Dan ia mendapati ia sedang bangkit berdiri. Perlahan-lahan ia berdiri atas kakinya. Dan berhasil! Ia mengangkat tilamnya dan berpikir, “Apakah kamu berpikir aku akan punya kekuatan untuk mengangkat tilam itu? Wah, ini sungguh nyata; bukan hanya aku dapat berjalan tetapi tilamku juga dapat kuangkat.” Itulah yang Tuhan Yesus lakukan – Dia menguji iman anda. Anda ingin memiliki iman itu? Ok.

Ambil sebagai contoh, murid-muridNya. Yesus juga melakukan hal yang sama pada Petrus dalam Lukas 5. Ia akan memanggil Petrus keluar untuk melayani Tuhan, untuk melayani Dia, untuk memberitakan Injil. Anda tahu apa yang Yesus katakan? Petrus bekerja seharian tetapi ia tidak mendapatkan seekor ikanpun. Anda tahu peristiwa ini dengan akrab. Seorang nelayan mencari ikan di malam hari. Petrus kembali di siang hari. Tuhan Yesus bertanya, “Apa kamu menangkap sesuatu?” Tidak sama sekali!” Tuhan berkata, “Pergi, tangkaplah ikan.” “Apa! Aku baru saja kembali! Aku baru kembali dari sana dan tidak mendapat apapun! Dan Engkau berkata aku harus kembali lagi ke sana di siang hari? Lihatlah, Tuan. Aku seorang nelayan. Aku mencari ikan sepanjang kehidupanku. Apakah Engkau pernah menangkap ikan sebelumnya? Tidak! Dan Engkau mau memberitahu aku bagaimana cara menangkap ikan? Tidak tahukah Engkau bahwa siang hari bukan waktu yang tepat untuk menangkap ikan? Kalau anda ingin menangkap ikan – pergilah di malam hari! Dan inilah aku. Aku sudah bekerja sepanjang malam; aku kembali; aku tidak menangkap seekor ikanpun; dan Engkau mengatakan padaku bagaimana menangkap ikan? Lihatlah, jika Engkau memberitahu aku tentang Alkitab, aku akan percaya Engkau. Tetapi Engkau jangan berbicara kepadaku tentang bagaimana menangkap ikan!” Bukankah Petrus akan berpikir demikian? Apa yang dikatakan Petrus? Mungkin ia berpikir sejenak, “Siapakah yang pernah mendengar hal seperti ini? Pergi dan menebarkan jala di siang hari? Kamu tidak akan pernah menangkap seekor ikanpun di siang hari. Makanya kita tidak pergi menangkap ikan pada siang hari. Namun demikian, Petrus berpikir, “Karena Kau yang berkata, aku pergi.” Jadi Petrus pergi dan ia tidak dapat menarik jalanya, karena ikannya terlalu banyak.


Iman: “Karena Engkau yang mengatakan, aku akan melakukannya!”

Jika anda memahami ini, anda memahami prinsip itu bahwa Tuhan Yesus selalu menguji iman kita. Jangan anda duduk merasa nyaman dan berkata, “Ah, hurry! Haleluya! Aku seorang Kristen sekarang!” Ia akan menguji iman anda. Anda bertanya, “Ujian apa?” “Inilah ujiannya. Aku akan mengatakan sesuatu pada anda: anda ingin hidup yang kekal? Ya! Dengan kasih karuniaKu, kamu akan memperolehnya. Oleh kuasaKu, semua menjadi  mungkin. Tetapi Aku menghendaki sesuatu darimu. Inilah syaratnya. Kamu mau mendengarnya? Pergilah dan  kasihilah musuhmu.” Anda berkata, “Tuhan, aku belum dapat mengasihi temanku-pun, dan Engkau meminta aku mengasihi  musuhku? Belum pernah mendengar sebelumnya! Ini tidak mungkin!” Mungkinkah orang buta itu disembuhkan dengan segengam tanah? Mungkinkah orang lumpuh mengangkat tilamnya dan berjalan? Mungkinkah Petrus pergi di siang hari untuk menangkap dan mendapatkan ikan sebanyak itu? “Karena Engkau yang berfirman! Namun, jika Engkau mengatakannya, aku akan melakukannya!”

Itulah sikap seorang Kristen sejati. Saudara-saudara, itulah yang dimaksudkan dengan iman. Iman berarti, “Karena Engkau mengatakannya, aku akan melakukannya!” Apakah anda memiliki iman seperti itu? “Engkau menyuruh aku untuk pergi dan mengasihi musuhku. Itu bertentangan dengan seluruh pikiranku. Itu di luar kekuasaanku, tetapi jika Kau menginginkan aku untuk melakukannya, aku akan melakukan sesuai dengan perintahMu! Apakah anda mempunyai sikap itu ketika anda datang pada ajaran Tuhan tentang khotbah di atas bukit? Apakah anda datang dengan kesadaran itu dan berkata, “Tuhan, karena Engkau yang memerintahnya, aku akan melakukannya. Aku tidak punya kekuatan untuk melakukannya!” Tetapi anda memperhatikan setiap kali mereka taat pada perintahNya, kuasaNya datang untuk memampukan mereka supaya dapat melakukannya. Setiap kali mereka mematuhinya, itulah yang terjadi. Orang yang lumpuh itu tidak dapat berjalan – oleh FirmanNya ia dapat berjalan! Dia dapat bangkit dan berjalan. “Tidak ada salahnya jika Engkau menghendaki aku bangkit berdiri, aku akan bangkit berdiri. Aku akan mencobanya!” Lalu Ia coba bangkit berdiri dan mendapati bahwa dia berhasil. Itulah iman yang hidup – iman yang menyatakan, “Tuhan, aku akan melakukan perintahMu.”


Mengasihi Musuh – Seperti Masuk Ke Dalam Tanah Perjanjian!

Kita akan menemukan bahwa Allah, melalui ajaran indah ini yang Tuhan Yesus berikan pada kita, menghendaki agar kita sebagai ciptaan baru masuk ke dalam suatu daerah kehidupan yang baru. Daerah kehidupan yang baru ini adalah daerah kasih. Mungkin sebagai seorang Kristen baru maupun yang lebih senior, yang tidak pernah mempraktekkan ajaran ini, maka untuk masuk ke dalam suasana yang baru ini; anda belum terbiasa. Anda akan berpindah dari keegoisan dan kebencian ke dalam suatu daerah baru, yaitu kasih, kasih Allah. Dan anda akan merasa seperti berada di negara yang asing. Coba lakukanlah dan anda akan mendapati, “Aku merasa seperti seorang asing dalam hal ini. Kasih bukanlah atmosfir yang biasanya aku menghirup. Kasih bukanlah tanah atau negara yang aku biasanya hidup.” Dan Tuhan Yeus berkata, “Aku ingin kamu pindah ke dalam tanah yang baru ini, Tanah Perjanjian.” Perhatikanlah! Untuk apa kita keluar dari Mesir? Untuk tinggal dalam padang belantara seperti yang di lakukan oleh kebanyakan orang Kristen? Tidak sama sekali! Untuk masuk ke dalam negara baru, tanah yang baru, atmosfir yang baru dan daerah yang baru, kerajaan Allah – atmosfir kasih. Di sanalah anda akan menemukan seluruh janji Allah, tetapi hanya di dalam sana. Apakah anda menyadarinya? Jadi kita akan keluar dari cara hidup yang lama, keluar dari padang belantara dan masuk ke dalam Tanah Perjanjian. Hanya di sanalah janji-janji Allah adalah ya dan amin, yaitu di dalam atmosfir, di daerah  baru kasih Allah. Seperti yang telah saya katakan, saat anda masuk ke dalam daerah itu, pertama-tamanya anda akan merasa seperti orang asing dan berkata, “Aku belum pernah berada di Tanah Perjanjian sebelumnya. Aku ada di sini, tetapi aku tidak tahu bagaimana aku harus berkelakuan disini.” Tidak apa-apa! Hanya tenang saja dan katakan, “Tuhan, Engkau telah memerintahkan kepada aku. Inilah aku! Oleh iman aku telah telah masuk ke dalam tanah yang penuh dengan janji-janji Allah.

Jadi kesimpulannya, mari kita perhatikan satu ayat yang mengagumkan dan yang sangat penting untuk setiap orang Kristen mengetahui, yaitu di dalam 1 Yohanes 4:16. Saya akan membacakan untuk anda.

Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.

Saya ingin anda merenungkan kata-kata ini lebih dalam lagi di rumah. Sifat dasar dan karakter Allah adalah kasih. Dan barangsiapa yang tetap di dalam kasih, yaitu ia hidup dalam kasih, dia hidup dalam Allah dan Allah hidup di dalam dia. Mari kita tinggalkan kata ‘abide’ (tinggal) sekarang. Ini sebuah kata dalam bahasa Inggris kuno. Mari kita lihat di bahasa Inggris modern. Kata ‘abide’ mempunyai arti sederhana, yaitu ‘hidup’. Yaitu, Allah hidup dalammu dan kamu hidup dalam Allah. Wah!

Itu sungguh-sungguh adalah suatu daerah baru dalam kehidupan. Pernahkah anda mencoba sebelumnya? Saudara-saudara sekalian, saya pernah mencobanya. Saat pertama saya mencobanya dan masuk ke dalam atmosfir kehidupan yang baru ini, itu adalah suatu pengalaman yang sangat menakjubkan bagi saya. Saya ingat saat pertama saya mengecapnya,  itu sungguh-sungguh seperti masuk ke dalam Kanaan, sejenis surga di atas bumi. Tetapi banyak orang Kristen hidup dalam hutan belantara. Mereka tidak pernah masuk dalam Tanah Perjanjian. Mengapa? Karena mereka belum masuk ke dalam ajaran-ajaran Tuhan, yaitu ke dalam atmosfir yang baru ini. Inilah Tanah Perjanjian, tanah yang penuh dengan janji-janji rohani; masuklah ke dalamnya. Jangan habiskan waktu anda di dalam padang belantara, karena anda akan tewas di sana. Tuhan berkata, “Pergilah dan hiduplah seperti ini. Pergilah ke sana dan masuk ke dalam atmosfir kasih yang baru dan hiduplah di dalam atmosfir kasih itu.

Karena barangsiapa yang hidup dalam kasih, ia akan menemukan bahwa ia hidup dalam Allah dan Allah hidup dalam dia.” Bukankah itu intinya menjadi seorang Kristen? Jadi janganlah melekat pada negara yang lama, cara hidup yang lama di mana anda sudah terbiasa hidup dalamnya. Seluruh tragedi dalam Perjanjian Lama adalah karena mereka telah hidup sedemikian lama di Mesir sehingga mereka tidak terbiasa dengan cara hidup yang baru. Dan mereka selalu merindukan untuk kembali ke Mesir, dan saya melihat inilah persis apa yang terjadi pada orang-orang Kristen. Mereka hidup dalam dosa dan keegoisan mereka sedemikian lama waktu – mereka telah di-indoktrinasi oleh pikiran dunia ini – sehingga mereka hanya dapat memikirkan tentang bawang prei dan bawang putih yang ada di Mesir. Mereka melekat pada cara hidup yang lama. Tetapi jika anda mau diselamatkan, tidak cukup hanya keluar dari Mesir. Karena keluar dari Mesir hanya membawa anda ke dalam padang belantara. Anda harus masuk ke dalam Tanah Perjanjian. Dan ingatlah: hanya dalam Tanah Perjanjian anda akan mengalami janji Allah – kuasa keselamatanNya dan kehidupan yang kekal!

 

Berikan Komentar Anda: