SC Chuah | Yohanes 3:7 |
Yesus berkata kepada Nikodemus,
“Janganlah kamu heran…”
Di pesan yang lalu kita berbicara tentang seorang bernama Nikodemus yang datang kepada Yesus. Tujuan pesan itu adalah untuk menjelaskan siapa Nikodemus yang datang mencari Yesus di malam hari. Nikodemus adalah seorang saleh yang berkedudukan sangat tinggi di antara orang Israel. Seorang yang terhormat yang memiliki segala sesuatu yang menjadi impian banyak orang. Besar kemungkinan dia adalah Nikodemus ben Gurion yang kita tahu dari sejarah merupakan orang yang ketiga kaya di Yerusalem pada waktu itu. Nikodemus membuka percakapannya dengan Yesus dengan kata-kata pujian, “Rabi, engkau pasti berasal dari Allah karena tidak seorang pun yang dapat melakukan tanda-tanda ini kalau Allah tidak menyertai dia.”
Perhatikan bahwa Yesus langsung memotong pembahasan itu karena dia tidak terlalu berminat dengan apa yang mau dikatakan oleh Nikodemus. Yesus langsung berbicara kepadanya tentang kelahiran baru. “Kamu harus dilahirkan kembali, kamu harus lahir dari atas.” Yesus adalah tipe yang tidak suka berbasa basi. Dia tudepoin saja. Dia langsung berbicara tentang apa perlu terjadi kepada Nikodemus. Perhatikan bahwa kalimat, “Kamu harus dilahirkan kembali”, tidak diucapkan kepada seorang penjahat, preman atau yang tidak bermoral tetapi kepada seorang yang sangat terhormat. Ini juga memberitahu kepada saya bahwa siapapun yang datang kepada Yesus, tidak kira siapa pun dia itu, Yesus tetap akan menyatakan hal yang sama. “Apa yang berasal dari daging adalah daging, yang berasal dari Roh adalah roh. Kamu harus dilahirkan kembali.”
KELAHIRAN BARU ADALAH HAL YANG HARUS TERJADI
Fokus pesan hari ini adalah di Yohanes 3:7, “Janganlah engkau heran, karena aku berkata kepadamu, kamu harus dilahirkan kembali.” Jangan heran berarti jangan kaget, jangan terkejut. Menurut Yesus ini bukan hal yang mengagetkan atau yang terlalu luar di jangkauan manusia. Ini bukan hal yang aneh. Menurut Yesus, hal tentang kelahiran baru ini adalah sesuatu yang biasa, yang normal, sesuatu yang seharusnya dimengerti oleh seorang seperti Nikodemus.
Apa yang kita bicarakan hari ini sangatlah penting, dan kita tidak mungkin dapat melebih-lebihkan kepentingannya. Kadang-kadang pengkhotbah suka melebih-lebihkan sesuatu, cenderung seperti pramuniaga atau salesman. Dalam usaha untuk meyakinkan umat, mereka akan melebih-lebihkan sesuatu. Namun, sekarang kita sedang berhadapan dengan satu ayat yang dari segi kepentingannya, tidak mungkin dapat dilebih-lebihkan. Kelahiran baru ini adalah sesuatu yang harus terjadi di dalam setiap dari kita. Saya kehabisan akal mencari cara bagaimana saya dapat menyampaikan betapa penting dan betapa urgennya kelahiran baru ini kepada saudara. Apakah saya harus melakukan sesuatu yang di luar kebiasaan untuk memastikan pokok ini dapat masuk ke benak dan hati saudara?
Dari segi kata-kata, saya tidak mungkin dapat mengungkapkan lewat kata-kata betapa pentingnya apa yang dibicarakan di sini. Harapan saya, Roh Allah akan bekerja di hati masing-masing untuk mencerahkan mata rohani saudara untuk melihat pentingnya ayat ini dan juga betapa pentingnya mencari kelahiran baru ini dengan segenap hati saudara. Apakah saudara bisa melihat bahwa Yesus di sini seolah-olah sedang berfungsi sebagai seorang wartawan? Apa maksud saya? Di ayat berikutnya, Yesus berkata, “kami berkata-kata tentang apa yang kami ketahui dan kami bersaksi tentang apa yang kami lihat”. Itulah tugas seorang wartawan. Seorang wartawan tugasnya adalah mewartakan kenyataan rohani. Ini bukan sebuah pengajaran yang dihasilkan dari pembelajaran atau perenungan. Ia tidak perlu mencari-cari materi khotbah. Yesus hanya memberitakan kenyataan rohani yang dia saksikan dan itulah yang dia bicarakan. Khotbah yang paling efektif adalah saat kita memberitakan apa yang kita saksikan, seperti seorang wartawan. Bukannya menyampaikan ajaran yang berasal dari teori atau teologi. Bagi Yesus, dia melihat kenyataan rohani, dan itulah yang dia wartakan kepada kita.
TANDA UTAMA KELAHIRAN BARU
Saya ditanya pada saat kita berkumpul kemarin untuk pembahasan PA apakah menurut saya semua yang hadir sudah lahir baru. Pertanyaan ini bukanlah pertanyaan yang bisa dijawab oleh saya. Saya bukan Roh Kudus! Apakah saudara sudah lahir baru atau tidak hanya bisa disaksikan oleh Roh Kudus kepada saudara secara pribadi. Di Roma 8 dikatakan bahwa “Roh itu sendiri bersaksi bersama-sama dengan roh kita bahwa kita adalah anak-anak Allah.” Sekalipun saya bisa melihat tanda-tandanya, tetapi saya tidak pernah akan pasti. Dan sekalipun saya tahu, saya tidak akan pernah menyatakan apakah saudara sudah lahir baru atau tidak. Namun, tentu saja, ada tanda-tanda yang bisa dilihat. Tanda yang utama adalah kemampuan untuk melihat hal-hal rohani. Seorang yang lahir baru akan melihat hal-hal rohani sebagai jauh lebih nyata daripada apa yang kelihatan. Siapa saja yang sudah lahir baru bisa menjadi seorang saksi. Itu sebabnya seorang bisa bersaksi atau berkhotbah tanpa pendidikan yang panjang dan tinggi. Murid-murid Yesus yang menjadi saksi-saksi terdiri dari orang-orang biasa yang tidak berpendidikan dan tidak terpelajar.
TEOLOGI YANG SEJATI ADALAH TEOLOGI YANG BERINKARNASI
Ibrani 11 adalah pasal indah tentang iman. Ibrani 11 menunjukkan kepada kita cara tepat untuk berteologi. Definisi iman diberikan hanya dalam dua tiga kalimat. “Iman adalah keyakinan akan hal-hal yang tidak kelihatan.” Setelah definisi dinyatakan, seterusnya didaftarkan dengan panjang lebar tindakan-tindakan iman. Definisi iman diikuti oleh nama-nama orang, bahwa oleh iman, Nuh berbuat itu; oleh iman, Abraham…; oleh iman, Sara…; oleh iman, Enos…; oleh iman, Simson… dan seterusnya. Teologi yang sejati adalah teologi yang berinkarnasi. Teologi yang menjelma menjadi daging. Teologi yang mempunyai mata, mulut, tangan dan kaki. Definisinya diberikan melalui kata-kata yang sangat singkat tetapi definisi itu menjadi daging, atau mendarah-daging. Oleh iman, Abraham berangkat tanpa mengetahui tujuannya dan oleh iman Nuh melihat apa yang tidak kelihatan dan membangun bahtera.
Pembelajaran hal-hal rohani adalah lebih efektif dipelajari dari teladan-teladan iman. Kalau mau mempelajari ketaatan, kita belajar dari Abraham. Mempelajari dari Abraham adalah jauh lebih efektif daripada empat tahun di sekolah teologia. Dalam hal keberanian, kita belajar dari Daniel yang diturunkan ke tengah kandang singa atau Elia, bukannya duduk di perpustakaan dan mempelajari arti kata berani dan membaca buku-buku tentang keberanian. Dalam hal pengampunan, kita belajar dari Yusuf. Kalau mau belajar tentang bagaimana berhadapan dengan maut, kita belajar dari Pastor Calvin. Saat divonis kanker stadiun 4, beliau tidak pernah bertanya kenapa tetapi malah berpikir itulah caranya untuk pulang ke rumah Bapa. Kalau kita mengasihi Bapa, kita tidak akan takut saat dipanggil untuk pulang. Apakah kita bisa berkata seperti itu? Kalau divonis penyakit fatal, kita memuji Tuhan, karena sudah waktunya kembali ke pangkuan Bapa. Kalau kita mengasihi Bapa, tentunya kita mau pulang. Saya belajar bagaimana untuk menghadapi kematian dalam satu jam bersama Pastor Calvin. Firman yang mendarah daging! Satu hal lagi adalah tadi pagi saya sempat berpikir bahwa saya sudah cukup lama mengenal beliau. Sudah lama bergaul dengan dia, walaupun hidupnya pasti di kelilingi oleh banyak hal-hal yang tidak menyenangkan, tetapi selama puluhan tahun mengenal beliau, saya tidak pernah sekalipun mendengarkan beliau berbicara negatif tentang siapa pun. Spiritnya selalu positif. Apa pun yang negatif dia dapat ubah menjadi sesuatu yang positif. Saya lebih banyak belajar dari Firman yang mendarah daging ini daripada membaca buku-buku.
YANG LAHIR SATU KALI DAN YANG LAHIR DUA KALI
Pada dasarnya, seperti yang dikatakan oleh A.W. Tozer, manusia terbagi kepada dua kelompok. Kelompok yang lahir satu kali dan yang lahir dua kali. Semua manusia dapat dibagikan kepada yang “dalam Adam” atau yang “dalam Kristus”. Terdapat dua kepala dan dua kerajaan di dunia ini. Dua tipe orang ini, hidup berdampingan. Secara jasmani, kedua tipe ini tidak dapat dibedakan. Sama-sama makan dan minum. Ada yang suka kopi dan ada yang suka teh. Sama-sama perlu tidur dan sama-masa perlu kerja mencari nafkah. Tidak ada perbedaan secara jasmani, tetapi di waktu yang bersamaan, keduanya secara total berbeda. Mereka berbeda karena asal usulnya berbeda, kelahirannya berbeda. Satu hanya lahir sekali dan satu lagi lahir dua kali. Dua jenis orang ini mempunyai dua nasib atau destinasi yang berbeda. Hal ini digambarkan dengan jelas oleh Yesus. Suatu hari, di tempat tidur yang sama, satu diangkat dan satu ditinggalkan. Dua wanita menggiling di tempat yang sama, satu diangkat, satu ditinggalkan. Dua orang bekerja di ladang yang sama, satu diangkat dan satu ditinggalkan. Dua orang berada di kantor yang sama, atau dua orang di gereja yang sama, dua orang berjalan bersama, berboncengan di motor yang sama, tetapi satu diangkat dan satu ditinggalkan. Mereka hidup berdampingan, tidak dapat dibedakan secara jasmani tetapi secara rohani sama sekali berbeda dan mereka juga mempunyai masa depan yang berbeda. Yang lahir satu kali akan mati dua kali dan yang lahir dua kali akan mati hanya satu kali.
“Dan banyak dari antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah, akan bangun, sebagian untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk mengalami kehinaan dan kengerian yang kekal”.
Daniel 12:2 menggambarkan kepada kita, banyak di antara orang-orang yang sudah tidur di dalam debu tanah akan bangun sebagian untuk mendapat hidup yang kekal dan sebagian untuk mengalami kehinaan, kengerian yang kekal. Ayat ini merupakan benih atau bayangan bagi pengajaran Yesus di Perjanjian Baru.
SEMAKIN ROHANI, SEMAKIN HIDUP DALAM KENYATAAN
Jadi apa yang disaksikan oleh Yesus kepada kita bukanlah sebuah pengajaran semata, bukan sebuah filsafat tetapi merupakan sebuah kenyataan rohani. Sebuah fakta kenyataan rohani. Itu sebabnya, semakin rohani seseorang itu, semakin dia hidup di dalam kenyataan. Semakin tidak rohani seseorang, semakin dia tidak hidup berdasarkan kenyataan. Kita lebih suka hidup dalam ilusi daripada kenyataan. Semakin rohani, semakin berpijak pada kenyataan karena kenyataan yang sesungguhnya adalah sesuatu yang tidak kelihatan. Cinta kasih adalah sesuatu yang tidak kelihatan. Damai dan sukacita tidak kelihatan. Hal-hal yang semacam itulah yang menjadi pegangan atau foundasi bagi kehidupan orang rohani. Kebanyakan orang dunia, lebih senang hidup di dalam dunia imaginatif, dunia semu, dunia yang palsu. Drama sinetron adalah usaha untuk membuat para penonton menjalani kehidupan aktor sehingga perasaan yang dialami oleh para aktor menjadi perasaan penonton. Aktor menangis, kita menangis. Dia ketawa, kita ketawa. Itulah drama. Apakah sebuah drama itu sukses atau tidak bergantung pada sejauh mana penonton itu melupakan kenyataan dan hidup di dunia imaginatif. Hal ini telah menjadi begitu konyol. Baru-baru ini saya menonton film Avengers dan waktu Iron Man mati, ada anak-anak SD yang masih berpakaian seragam, mereka menangis! Ada satu anak yang walaupun sudah selesai tayangan dan semuanya sudah pada keluar, dia masih duduk di tempatnya dan menangis terisak-isak. Saya sempat berpikir, anak-anak ini bisa saja belum pernah menangisi seorang pun di dunia nyata, tidak pernah menangisi orang yang dia kenal dalam kehidupan nyata, tetapi dia sedang menangisi seorang yang dia tidak kenal, yang tidak ada, yang bahkan fiktif. Dunia lebih senang hidup di dunia imaginatif. Itu sebabnya orang senang menonton sinetron, mengapa? Karena kita lebih senang hidup di dunia fiktif. Saya hanya akan menonton sinetron kalau ditodong dengan pistol.
KEBENARAN ROHANI BERSIFAT MUTLAK
Apa yang berasal dari daging adalah daging. Apa yang berasal dari Roh adalah roh. Dan tidak ada seorang pun yang akan melihat kerajaan Surga, kalau dia tidak dilahirkan kembali. Apakah kita picik dan berpikiran sempit? Semua kebenaran bersifat sempit. Satu tambah satu, adalah dua. Saya mau terbuka dengan jawaban lain juga tidak bisa. Saya mau menjadikan jawabannya tiga, juga tidak bisa. Semua kebenaran, khususnya kebenaran jasmani, bersifat sempit. Air adalah H2O, itu mutlak, mau ditambah satu O juga tidak boleh. Ketika saya berkata, “Bumi ini bulat”, apakah saya berpikiran sempit? Apakah saya picik? Semua kebenaran itu bersifat tertutup dan sempit. Saat kita berbicara tentang kebenaran rohani, itu juga bersifat mutlak. Kecuali kamu lahir kembali, lahir dari Roh, kamu tidak akan masuk, bukan saja tidak masuk, kamu bahkan kamu tidak akan melihat Kerajaan Surga.
KELAHIRAN KEMBALI ADALAH SEBUAH MUKJIZAT
Yang terakhir, kelahiran kembali ini, adalah sebuah mukjizat. Yohanes 1:12 berkata, “menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka … yang dilahirkan bukan dari darah atau dari keinginan jasmani, bukan pula oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah”. Bahasa Paulus sedikit berbeda, barangsiapa yang berada di dalam Kristus, dia adalah “ciptaan baru”. Petrus menyampaikan pokok yang sama tetapi dengan bahasa yang berbeda, “dilahirkan kembali oleh benih yang tidak fana, yaitu firman Allah yang hidup dan abadi”. Hal ini sudah diramalkan oleh Perjanjian Lama, “Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh”. Dengan kata lain, waktu kita berbicara tentang kelahiran kembali, kita sedang berbicara tentang suatu mukjizat. Hal yang Allah lakukan dalam kehidupan kita. Sesuatu yang Dia lakukan. Saya tidak bisa berbuat apa-apa. Tidak ada teknik psikologi, tidak ada rayuan maupun teriakan apa pun yang dapat membuat saudara lahir baru. Manusia tidak dapat menghasilkan kelahiran kembali. Fungsi saya sebagai seorang hamba Tuhan hanyalah seperti seorang pengemis yang menunjukkan kepada pengemis yang lain di mana untuk menemukan roti. Kelahiran kembali adalah mukjizat yang Allah lakukan.
KELAHIRAN YANG AJAIB AKAN MENGHASILKAN KEHIDUPAN YANG AJAIB
Sebuah kelahiran yang ajaib akan menghasilkan sebuah kehidupan yang ajaib. Sama seperti kelahiran Yesus itu ajaib, kehidupannya juga ajaib. Bagi yang lahir dua kali, kelahiran dari atas ini adalah sebuah mukjizat yang Allah lakukan dalam hati manusia. Ini berarti, kita dipanggil untuk menjalani sebuah kehidupan yang bersifat supernatural. Tema kamp kita yang akan datang adalah, “Walking as He Walked”. Ini merupakan panggilan untuk menjalani sebuah kehidupan yang tergolong sebuah mukjizat. Kehidupan seperti itu, dari segi moral, dari segi kedekatan dengan Allah, dari segi kesucian hati, adalah mutlak mustahil bagi manusia. Saya berharap saudara akan melihat bahwa sebuah kelahiran yang ajaib, tujuannya adalah untuk menjalani sebuah kehidupan yang ajaib, yang dari atas. Kelahiran yang berawal dengan sebuah mukjizat akan membuahkan kehidupan yang dicirikan oleh mukjizat.
Dari segi kedekatan dengan Allah, dari segi kemurnian, dari segi kesucian, dari segi kekudusan, dari segi moral, hampir tak tercapai oleh manusia biasa. Karena itu orang yang lahir dari atas juga menjadi tak terduga. Di ayat berikutnya, “Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi.” Seorang yang dipenuhi Roh adalah orang yang sangat tidak terduga tindakannya. Manusia pada umumnya sangat mudah diduga. Kita dengan mudah dapat menebak reaksi dan tindakannya. Kalau ada yang menyinggung perasaannya sedikit, pasti marah. Kalau ditegur hampir pasti tidak bisa terima. Kalau ada yang berbuat salah terhadapnya, dia menyimpan dendam. Seperti di mana ada sampah, di situ ada lalat. Namun orang yang hidup dipimpin Roh, tidak terduga tindakannya, karena seperti angin dia tidak dapat ditebak. Judul khotbah ini, “Janganlah Engkau Heran”, tetapi kita dipanggil untuk menjalani sebuah kehidupan yang mengherankan!
Pikirkan hal ini dengan serius karena kita mau bertanya pada diri kita dengan sejujur-jujurnya, siapakah kita? Siapakah yang menjadi bapa kita? Kita adalah anak siapa? Apakah takdir kita? Berdasarkan kehidupan kita sekarang, di manakah kita akan berakhir? Tujuan pesan bukan untuk membuat kita merasa tidak enak atau merasa bersalah, tetapi untuk membuka jalan supaya kita menikmati segala penghargaan dan berkat yang ingin Allah curahkan kepada kita sebagai anak-anak-Nya.