SC Chuah | Yohanes 3:1-5 |

Saya ingin membacakan satu kalimat yang indah. Satu kutipan yang merangkum tujuan hidup kita dalam bahasa yang indah. Kutipan ini dari seorang filsuf Yahudi yang bernama Abraham Heschel.

“Apakah makna dari keberadaan aku? Pencarianku, pencarian manusia bukanlah untuk memperoleh pengetahuan teoritis tentang diriku. Apa yang kucari bukanlah bagaimana untuk mendapatkan pegangan kuat atas diriku dan atas kehidupan, tetapi bagaimana menjalani sebuah kehidupan yang akan layak membangkitkan sebuah Amen yang abadi”.

Sebuah kalimat indah! Bagi kita sebagai orang umat Allah, apa tujuan kehidupan kita di dunia ini melainkan sebuah kehidupan yang dijalankan untuk membangkitkan sebuah Amen yang abadi dari Yang Ilahi? Banyak pengkhotbah senang meminta jemaat mengaminkan apa yang mereka sampaikan. Namun, jauh lebih penting daripada itu, saya berharap seluruh cara hidup kita akan mendapatkan suatu Amen dari Allah. Suatu Amen yang abadi dari Yang Ilahi. Itulah tujuan akhir dari seluruh pergumulan dan pencarian kita akan makna hidup: sebuah kehidupan yang berkenan kepada-Nya. Sungguh suatu kalimat yang indah.

Hari ini kita akan berbicara tentang seorang yang bernama Nikodemus. Yohanes 3:1-5,

1  Ada seorang Farisi yang bernama Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi. 2  Ia datang pada waktu malam kepada Yesus dan berkata, “Rabi, kami tahu bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorang pun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya.” 3  Yesus menjawab, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, jika seseorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.” 4  Kata Nikodemus kepada-Nya, “Bagaimana mungkin seseorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?” 5  Jawab Yesus, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, jika seseorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah.

 

SIAPAKAH NIKODEMUS ITU?

Sekilas membacanya, saudara bisa melihat betapa pentingnya apa yang dikatakan oleh Yesus kepada Nikodemus di sini. Nikodemus adalah seorang Farisi, seorang pemimpin orang-orang Yahudi. Paulus juga mengaku dirinya sebagai orang Farisi. Apa itu seorang Farisi? Kita bisa mendapatkan sedikit gambaran dari penjelasan Paulus di Kisah Para Rasul. Orang Farisi adalah pengikut mahzab yang paling keras di dalam Yudaisme.  Terdapat banyak sekte di dalam agama Yudaisme dan kelompok orang Farisi adalah yang paling berpengaruh, paling besar, paling dihormati dan dikenal sebagai mahzab yang paling keras. Dengan kata lain, dalam melakukan kehendak Allah, merekalah yang paling serius menerapkannya secara ketat dan harfiah.

Bagi Nikodemus, dia bukan saja seorang Farisi tetapi seorang pemimpin orang-orang Yahudi, itu berarti dia adalah seorang pemimpin dari orang Farisi itu sendiri. Itu menunjukkan kepada kita bahwa Nikodemus adalah salah satu anggota majelis Sanhedrin yang merupakan Mahkamah Agama di zaman itu. Besar kemungkinan, dia merupakan salah satu dari 69 anggota Sanhedrin. Jadi Nikodemus merupakan orang yang berkedudukan sangat tinggi, sangat religius, sangat bermoral, seorang yang terpelajar dan terdidik.

Majelis Sanhedrin termasuk kelompok pemimpin agama yang sangat anti Yesus. Jadi, kita dapat melihat bahwa untuk Nikodemus datang kepada Yesus, dia harus terlebih dahulu melewati satu jurang yang sangat besar. Nikodemus harus melewati jurang kedudukan, agama, pendidikan dan kekayaan. Dari catatan ekstra-biblika, kita mengetahui bahwa pada waktu itu ada seorang Farisi terkenal yang bernama Nikodemus. Para teolog meyakini bahwa Nikodemus ini adalah Nikodemus ben Gurion, yang juga merupakan orang yang ketiga kaya di Yerusalem pada abad pertama.  Nikodemus harus mengatasi banyak jurang untuk datang bertemu Yesus.

Perhatikan bahwa dari 69 anggota Sanhedrin hanya Nikodemus yang datang kepada Yesus. Mereka semua menyaksikan hal yang sama dan mendengarkan hal yang sama, tetapi hanya Nikodemus yang datang kepada Yesus. Mengapa satu orang ini mau malam-malam datang kepada Yesus? Inilah pekerjaan Allah di dalam hati seseorang. Pekerjaan yang tersembunyi dan rahasia, yang tidak kelihatan.

Setelah sekian lama melayani Tuhan, saya yakin ada orang yang seperti itu, walaupun sedikit. Mereka jauh lebih sensitif, sangat peka kepada suara Allah. Mereka mendengarkan sesuatu dan hati mereka menjadi gelisah.  Kegelisahan itu membuat mereka tidak bisa tidur. Padahal, 68 orang yang lain meskipun melihat dan mendengarkan hal yang sama tetapi tidak ada respon dari hati mereka. Hati Nikodemus tidak tenang sampai dia berbuat sesuatu. Saya tidak tahu apakah Saudara pernah dikuasai perasaan sedemikian. Hati penuh kegelisahan, ada suatu dorongan besar di hati. Suara Allah berbicara terus sampai saudara berbuat sesuatu.  Nikodemus seolah-olah didorong untuk ke Yesus oleh suatu kekuatan.


PERTUMBUHAN KEYAKINAN NIKODEMUS

Nikodemus datang pada malam dan saya pikir dia sengaja datang pada malam hari karena dia sadar bahwa dengan kedudukannya, hanya untuk bertemu dengan Yesus, untuk berasosiasi dengan Yesus saja pasti akan ada harga besar yang harus dibayar. Nikodemus di Yohanes 3 ini adalah Nikodemus yang membela Yesus di Yohanes 7. Itu sebabnya dikatakan, di Yohanes 7 ditanyakan, “Apakah ada di antara kita para pemimpin yang sudah percaya?” Nikodemus membela Yesus dengan berkata, “Bukankah hukum Taurat kita tidak akan menghukum seseorang sebelum ia dibuktikan bersalah?” Terdapat satu perkembangan di dalam iman Nikodemus. Dia mendatangi Yesus di malam hari pada awalnya tetapi di Yohanes 7, dia sudah mulai membela Yesus. Pada akhirnya, di Yohanes 19, waktu Yesus mati, Nikodemuslah yang merupakan salah satu orang  yang membantu Yusuf Arimatea dalam urusan pemakaman Yesus. Nikodemus yang menyiapkan rempah-rempah untuk menguburkan mayat Yesus menurut adat orang Yahudi.

Nikodemus bermula sebagai seorang pengikut rahasia tetapi akhirnya setelah Yesus meninggal, dia secara terang-terangan menyatakan dukungannya terhadap Yesus. Hal yang menarik adalah, dia tidak secara terang-terangan menyatakan dukungan setelah kebangkitan Yesus, tetapi justru saat Yesus sudah mati, Nikodemus lewat tindakannya mengumumkan kepada dunia, “Aku bersama Yesus!” Pada titik Yesus ditinggalkan semua orang, termasuk murid-muridnya sendiri, Yusuf dari Arimatea dan dan Nikodemus, yang sebelumnya sembunyi-sembunyi sekarang menyatakan iman mereka. Pada titik semua murid menjadi takut dan kehilangan iman, Yusuf dan Nikodemus justru menghilangkan segala rasa takut dan menyatakan iman.

Besar kemungkinan dia kehilangan semuanya. Dari perikop ini yang menggambarkan  kedatangan Nikodemus untuk mencari Yesus, memberitahu kita bahwa tidak kira seberapa suksesnya kita di dunia ini, tidak kira apa pun yang dapat dunia tawarkan kepada kita, ketika berhadapan dengan kehadiran Yesus, dan kabar-kabar tentang Yesus, saudara tidak akan tenang dan akan dibuat gelisah. Nikodemus memiliki segalanya, kesuksesan, kedudukan, kehormatan, kemakmuran, keagamawian dan moralitas.  Hal yang terbaik dari dunia, tidak kira apa pun itu, tidak dapat memuaskan jiwa kita. Apakah itu kehormatan, kedudukan, moralitas maupun kekayaan, tidak ada yang dapat memberikan ketenangan. Hati saudara tidak akan tenang. Saya berharap setiap dari saudara di sini, suatu hari nanti akan merasakan dengan nyata bahwa tanpa Yesus, hidup ini benar-benar tidak bearti. Tidak kira apa pun resiko maupun apa yang terjadi, saudara merasa harus melangkah untuk pergi bertemu dengan dia. Kita patut bersyukur kepada Nikodemus karena telah mengambil langkah untuk mencari Yesus pada malam hari itu, karena kalau tidak, kita tidak akan menikmati kekayaan yang tertulis di Yohanes pasal 3 ini.

Perhatikan seluruh Yohanes pasal 3, termasuk ayat 16, “Allah begitu mengasihi dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal…”, seluruh pasal yang begitu luar biasa ini, dikhotbahkan hanya kepada satu orang saja. Ini bukan khotbah kepada orang banyak. Pesan ini disampaikan secara pribadi, kepada Nikodemus yang datang secara tersembunyi dan di malam hari. Namun terkandung di dalam pesan ini adalah segala yang berharga, yang lebih berharga dari emas, mutiara dan permata apa pun.  Di akhir pesan, Yesus juga menegur Nikodemus secara terang-terangan. Kenapa datang di malam hari? Lalu Yesus melanjutkan untuk berkata bahwa manusia lebih menyukai kegelapan daripada terang.


HAL YANG MENJADI PERHATIAN YESUS

Yesus memang orang yang sangat blak- blakan. Kita lihat cara Nikodemus datang kepada Yesus di malam hari dan berkata, “Rabi, kami tahu, bahwa engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorangpun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya.” Ini sebuah pernyataan bukannya sebuah pertanyaan. Pernyataan yang sederhana dan benar. Menurut saya, tujuan kedatangan Nikodemus bukan sekadar membuat pernyataan ini. Dia sebenarnya belum habis berbicara tetapi percakapannya dipotong oleh Yesus sebelum Nikodemus sempat menyelesaikan pertanyaannya. Dengan kata lain, Yesus seolah-olah sedang berkata, “Jangan berbicara tentang aku. Aku tidak terlalu mau mendengar kata-kata pujian itu”. Yesus lebih berminat dengan diri Nikodemus.

Nikodemus datang, tentu saja bukan hanya untuk menyampaikan pernyataan ini. Kalau tidak dipotong oleh Yesus, dia mungkin mau mendiskusikan atau menanyakan sesuatu. Namun, Yesus tidak menunjukkan bahwa dia berminat untk berdiskusi dengan Nikodemus.  Yohanes memberitahu kita di bagian akhir pasal 2 dari Injil Yohanes bahwa Yesus tahu apa yang ada di dalam hati manusia. Yesus mau langsung membicarakan hal yang dibutuhkan oleh Nikodemus, apa yang harus terjadi padanya.

Jadi Yesus tidak berminat dengan kata-kata pujian dari Nikodemus.  Sebelum ini saya mendengarkan seorang Rabi diwawancara oleh para turis dari China. Para turis ini mulai dengan memuji-muji orang Yahudi, yang menurut para turis ini memiliki budaya yang sangat mirip dengan orang China. Rabi ini benar-benar menikmat puji-pujian ini sambil mengelus-elus jenggotnya. Dan setelah mereka berhenti, dia dengan nada bercanda bertanya, “Ada lagi kata-kata pujian yang lain?” Yesus tidak tertarik dengan puji-pujian kita, Yesus langsung ke pokoknya. Dia tahu Nikodemus datang kerana hatinya membawa dia ke Yesus. Keberadaan kita di sini, apakah digerakkan oleh hati kita atau digerakkan oleh suami, istri atau orang tua? Apakah kita datang ke Yesus, ke Bapa karena terdapat satu dorongan dari lubuk hati kita yang terdalam?

Yesus tidak menunjukkan minat untuk berdiskusi atau berdebat tentang hal-hal yang tidak menyentuh hati atau dosa. Yesus tidak berminat. Saya sangat khawatir kalau pelatihan kita, pedalaman Alkitab dan semua pembelajaran kita akan firman Tuhan, berakhir menjadi sebuah diskusi yang penuh kata-kata tetapi dosa kita tidak terusik. Kita datang ke gereja dan pulang sebagai orang yang sama, dosa tetap bercokol di dalam kehidupan kita. Yesus tidak terlalu peduli dengan perdebatan maupun diskusi.

Di pasal 4, perempuan Samaria juga mengajak Yesus berdiskusi, “apakah engkau lebih besar daripada bapa leluhur kami Yakub?” dan Yesus langsung memberitahunya untuk memanggil suaminya. Yesus mau menangani persoalan dosa di dalam kehidupan perempuan ini dan bukannya debat teologis.

Kelahiran baru merupakan satu topik yang besar dan serius. Di Yohanes 3, Yesus tidak sedang membicarakan tentang hal kelahiran baru ini dengan seorang penjahat, perampok, penipu atau orang yang tidak bermoral. Hal ini ditujukan kepada seorang manusia yang terbaik, seorang elit yang sangat bermoral. Dalam konteknya, Nikodemus mungkin termasuk the best of humanity – manusia teladan dari segi moral dan lainnya. Kepada orang seperti ini, yang dianggap tidak kekurangan suatu apa pun, Yesus berkata, “Kamu harus lahir baru.” Jadi kita dapat melihat betapa pentingnya kebenaran ini.


HANYA ADA DUA KATEGORI MANUSIA

Kita bisa memisahkan manusia ke dalam berbagai kategori; mungkin secara biologis manusia dapat dikategorikan sebagai wanita dan pria. Di zaman ini, bahkan ada penambahan satu dua kategori lagi. Namun dari sudut pandang Allah hanya ada dua tipe manusia. A.W. Tozer menyebutnya sebagai orang “yang lahir satu kali” atau “yang lahir dua kali”. Pertanyaan saya kepada saudara adalah, apakah saudara sudah lahir kembali atau apakah saudara sudah lahir dua kali. Kata-kata Yesus kepada yang belum lahir kembali itu sangat serius. Melainkan seseorang itu lahir kembali, dia tidak akan melihat Kerajaan Allah. Melainkan kamu lahir dari atas, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Allah. Yang lahir satu kali akan mati dua kali, dan yang lahir dua kali akan mati sekali saja. Itulah pesan Perjanjian Baru yang sangat jelas.

Siapa pun itu, tidak kira betapa tinggi moralitasnya dan dari agama apa pun, Yesus akan mengatakan hal yang sama, “kamu harus lahir kembali.” Yang lahir dari daging adalah daging, yang lahir dari Roh adalah roh. Jadi dalam waktu ke depan ini, pikirkanlah tentang hal ini. Apakah saudara sudah lahir baru?

Rencananya, saya mau memberikan beberapa langkah tentang bagaimana kita bisa lahir kembali. Namun, saat melihat kepada Yesus, dia tidak melakukan hal itu. Yesus tidak memberitahu orang bagaimana untuk lahir kembali. Dia hanya berkata, “Kamu harus lahir kembali.” Itu saja. Dia tidak memberikan kepada kita langkah-langkahnya. Kenapa? Pertama, saya pikir untuk menyakinkan seseorang bahwa dia perlu lahir kembali sudah merupakan satu tugas yang hampir mustahil. Apa lagi orang yang sudah lama Kristen, mereka secara otomatis meyakini bahwa karena mereka percaya, mereka sudah lahir baru. Berdasarkan beberapa kalimat pengakuan yang mereka ucapkan, mereka meyakini bahwa mereka sudah lahir kembali. Lebih sulit lagi, kalau orang yang terlihat sangat baik dan bermoral. Kedua, sulit untuk memberikan langkah-langkah menuju kelahiran baru karena langkah-langkah ini hanya berhasil kalau kita adalah robot. Saat berbicara tentang hal-hal rohani, kita sedang berbicara tentang Allah, yang merupakan satu pribadi. Allah berurusan dengan kita, yang juga merupakan pribadi. Dengan kata lain, tidak ada langkah-langkahnya. Langkah-langkah sistematis hanya berlaku untuk program komputer, gawai atau mesin. Untuk menangani persoalan hati manusia, langkah-langkah sistematis tidak sepenuhnya berlaku.


HAL-HAL YANG MEMIMPIN KEPADA KELAHIRAN BARU

Bagaimanapun sebagai bahan pertimbangan saya tetap akan membagikan beberapa hal yang seharusnya kita sudah tahu, yang dapat membawa kita pada kelahiran baru. Pertama, dalam hati saudara, apakah saudara mempunyai suatu tarikan untuk datang kepada Allah? Untuk Nikodemus, tarikan atau dorongan dari dalam hatinya untuk dia pergi bertemu Yesus sangat kuat. Dalam hati saudara, apakah ada dorongan itu, bahwa ada sesuatu di dalam Yesus yang ingin saudara dapatkan. Apakah kita, seperti Nikodemus, merasakan ada sesuatu yang sangat kurang dalam diri kita yang hanya dapat dipenuhi oleh Yesus?

Kedua, apakah saudara yakin bahwa saudara dapat lahir dari atas? Dari seluruh Injil, kita dengan jelas dapat melihat bahwa Allah tidak dapat berbuat apa-apa bagi orang yang ragu. Perhatikan percakapan antara Yesus dan Nikodemus. Nikodemus berkata pada awalnya, “Bagaimana mungkin?” Yesus masih sabar dan menjawab pertanyaannya. Saat Nikodemus tetap meragukan dengan berkata untuk kedua kalinya, “Bagaimana mungkin?” Yesus kelihatannya sudah mulai kehilangan kesabarannya. Yesus mempertanyakan, “Apakah engkau guru Israel tetapi tidak mengerti hal-hal seperti ini?” Dalam berbicara tentang kelahiran baru, saudara harus benar-benar yakin bahwa Allah menginginkan saudara untuk menjadi anak-Nya.

Hal yang terakhir, hal paling sulit dari semuanya, adalah apakah saudara benar-benar menginginkannya. Inilah faktor penentu. Kita bisa saja datang kepada Yesus, sebagaimana orang muda yang kaya itu datang kepada Yesus. Namun akhirnya, dia pergi dengan tangan kosong. Kita juga bisa sangat yakin bahwa Allah ingin kita menjadi anak-anak-Nya, Dia ingin memberikan kita kelahiran baru itu. Namun, pertanyaan yang paling sulit adalah apakah saudara benar-benar menginginkannya. Kita sedang berbicara tentang daging dan roh. Sebagai manusia baru, saudara harus hidup menurut roh dan bukan lagi hidup menurut daging lagi.

Kelahiran baru pada dasarnya adalah sepenuhnya baru. Ini berarti kita sepenuhnya meninggalkan kehidupan di dalam daging. Dengan kata lain, apakah saudara sudah muak dan bosan dengan kehidupan saudara yang lama dan merindukan kehidupan yang baru. Selagi saudara belum bosan dan muak dengan kehidupan lama yang dijalani menurut daging, saya agak ragu apakah seseorang itu bisa mengalami kehidupan yang baru itu.

Hidup di dalam daging atau dosa, adalah seperti kanker. Bayangkan sel kanker, kalau saudara divonis penyakit kanker dan dokter memberikan kemoterapi kepada saudara. Kemoterapi sangat membuat sengsara. Setelah beberapa waktu melewati terapi, dokter memberitahu bahwa masih tersisa 10% sel kanker, apakah saudara senang mendengarnya? Apakah saudara akan berkata, cukup sudah, tidak perlu melanjutkan lagi, sudah cukup baik. Tentu saja tidak. Pasti saudara mau melanjutkan kemoterapi sampai semua sel kanker mati, sampai kosong, nihil. Setelah benar-benar tidak ada sel kanker lagi, dan karena pernah mengalami sengsaranya penyakit kanker itu, selanjutnya saudara pasti akan melakukan segala sesuatu yang bisa untuk memastikan sel kanker itu tidak kembali lagi. Walaupun hanya tersisa sedikit sel kanker, kalau tidak dimatikan 100%, tetap akan kembali lagi. Sekalipun sudah sembuh total, saudara pasti akan melakukan segala sesuatu supaya selnya tidak kembali.

Itulah yang harus terjadi. Rasa muak dan benci pada dosa seperti pada sel kanker, itulah yang akan membawa seseorang kepada kelahiran kembali.


APA YANG TERJADI SETELAH KELAHIRAN BARU?

Lalu, apa yang akan terjadi kalau kita sudah lahir baru? Mata kita akan terbuka. Kita akan melihat hal-hal rohani. Kita akan melihat Kerajaan Surga. Coba bayangkan bayi yang baru lahir, selama sembilan bulan hidup di dalam kegelapan. Saat dia keluar ke dunia, hal pertama yang dia lakukan adalah membuka mata dan mulai melihat. Bayi yang baru lahir dari daging, matanya akan melihat, walaupun awalnya masih sedikit kabur. Demikian juga kalau kita lahir baru, tiba-tiba mata rohani menjadi terbuka. Seluruh injil Yohanes adalah tentang penglihatan. Tema dari Injil Yohanes adalah tentang kegelapan dan terang. Kita tiba-tiba akan melihat hal-hal rohani. Saat mata saudara dibukakan, saudara benar-benar akan melihat bahwa hal-hal yang tidak kelihatan oleh mata jasmani, hal-hal yang berkaitan dengan kerajaan Allah, menjadi jauh lebih nyata. Jauh lebih nyata daripada apa yang kita lihat dengan mata jasmani.  Itulah yang akan terjadi.

Sesungguhnya aku berkata kepadamu, kecuali kamu lahir kembali, kamu tidak akan melihat Kerajaan Surga.” Kalau kita bahkan tidak bisa lihat tentunya kita juga tidak akan bisa masuk. Hanya kalau kita lahir kembali, kita akan melihat.

Ingatlah bahwa perikop tentang kelahiran kembali ini disampaikan kepada seorang yang merupakan satu  manusia teladan yang sangat unggul di tengah-tengah masyarakat, manusia yang terbaik; dia datang kepada Yesus dan Yesus tidak berbahasa basi dan langsung memberitahu dia, “Kamu harus lahir kembali.” Kalau orang sebaik Nikodemus harus lahir kembali, apatah lagi kita semua.  Harapan saya, di tengah jemaat ini, setiap orang benar-benar lahir kembali dan hidup dalam Kerajaan Surga, sambil mewujudkan suasana surgawi di dunia yang gelap ini.

Berikan Komentar Anda: