Di pesan yang lalu, kita telah melihat apa arti percaya. Di pesan ini kita akan melihat bagaimana kita menerapkan kepercayaan kita pada Allah melalui Yesus?

“Karena itu aku berkata kepadamu: Janganlah khawatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah khawatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di surga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?” (Matius 6.25-26)

Di kedua ayat ini Yesus sedang mengajarkan murid-muridnya tentang makna iman. Di sini dikatakan untuk jangan khawatir akan hidup, makan, minum dan pakaian kita. Kita disuruh untuk melihat burung-burung di udara dan bunga di padang yang dipelihara Allah. Burung-burung di udara yang sangat sehat dan bunga bakung di padang yang sangat indah berkat pemeliharaan Allah. Bukankah manusia lebih berharga dibandingkan dengan tumbuhan dan hewan? 

Kepercayaan kepada Allah harus terwujud di dalam kehidupan Anda. Jika Anda benar-benar mempercayai Allah, Anda tidak akan khawatir. Anda tidak akan khawatir akan hidup Anda, sekolah dan pekerjaan Anda. Kehidupan di zaman sekarang ini memang sangat berat yang mengakibatkan orang-orang khawatir.

Namun kedua hal ini, iman dan kekhawatiran tidak mungkin hadir bersamaan. Jika Anda benar-benar memiliki iman, Anda tidak akan khawatir. Jika Anda khawatir, itu berarti bahwa Anda tidak memiliki iman yang sejati. Itu sebabnya, dengan melihat pada diri kita, kita akan tahu apakah kita beriman atau tidak

Selama lebih dari dua puluh tahun mengikut Allah sebagai Raja atas hidup saya, saya benar-benar bebas dari kekhawatiran. Bukan karena saya tidak pernah mengalami kesulitan atau masalah. Saya juga pernah mengalami banyak kesulitan, akan tetapi saya tidak khawatir sama sekali. Ini bukan karena saya ini orang yang spesial. Ini adalah karena saya percaya pada janji Allah yang disampaikan lewat Yesus. Dialah yang spesial.

Dia adalah Allah yang menciptakan alam semesta dan segala sesuatu di dalamnya. Dia yang menciptakan alam semesta ini yang jaraknya dari timur ke barat belum selesai diukur oleh para ilmuwan. Tidak ada ilmuwan yang dapat memastikan di mana batas pinggir alam semesta ini. Jika alam semesta yang Dia ciptakan itu tak terukur, apalagi dengan Dia sendiri yang adalah Sang Pencipta? Tahukah Anda sebesar mana Allah kita?

Jika Anda berkata bahwa Anda percaya kepada Allah, akan tetapi Anda khawatir akan hidup Anda, maka Anda sebenarnya sedang mengolok-olok iman Anda. Apakah Allah yang besar ini tidak mampu menyediakan sesuap nasi bagi Anda? Bukankah Anda sedang membohongi diri sendiri?

Iman harus diterapkan ke dalam hidup kita. Saya memulai dari aspek ini ketika saya mulai mengenal Allah. Saya mengenal Allah waktu saya sedang belajar di Kanada. Saya lahir di tengah keluarga yang agak miskin, kebanyakan dari kami bekerja sebagai buruh kasar. Berdasarkan tingkat penghasilan keluarga, mereka tak akan pernah mampu membiayai pendidikan bagi saya. Setelah lulus SMA, saya bekerja sekitar satu atau dua tahun untuk menabung uang cukup untuk membayar tahun pertama kuliah dan tiket pesawat terbang.

Sama seperti mahasiswa asing yang lain, saya harus bekerja sambilan untuk bisa hidup. Sebenarnya, bekerja adalah kegiatan yang ilegal karena visa pelajar bukanlah izin untuk bekerja. Akan tetapi, saya tidak bisa sekadar kuliah saja karena saya harus membiayai hidup saya sendiri. Pada masa itu, saya kuliah dari hari Senin sampai Jumat. Setelah kuliah hari jumat, saya bekerja di restoran masakan Chinese hingga hari Minggu. Jadi, saya punya cukup uang untuk makan, akomodasi dan keperluan hidup lainnya. Di musim panas, saya bekerja full-time. Jadi, saya mendapatkan hasil yang lebih dari cukup, saya bahkan mendapatkan cukup uang untuk membeli mobil. Pada waktu itu, saya merasa bahwa hidup ini cukup indah dan nyaman – saya bukan saja mendapat kesempatan untuk kuliah tapi saya juga dapat bersenang-senang.

Belakangan, ada orang yang mulai memberitakan Injil kepada saya. Saya pernah mendengar tentang Allah dan berdoa kepada-Nya sebelum itu. Namun, saya tidak benar-benar mempercayai-Nya. Selanjutnya, saya dan teman sekelas saya belajar Alkitab bersama, dan secara perlahan-lahan saya sampai pada kesadaran bahwa Allah langit dan bumi itu memang ada. Saya ingin percaya kepada-Nya dan mengikut Dia. Tentu saja, Anda akan mau mengikut Dia jika Anda percaya kepadaNya – lalu apa lagi yang terjadi jika kita berhubungan dengan Allah yang hidup ini?

Ujian datang ketika saya sampai di tahap ini. Saudara itu berkata kepada saya, “Kamu percaya dan ingin ikut Allah, akan tetapi kamu harus tahu bahwa Allah adalah Allah yang kudus. Jika kamu mau ikut Dia, kamu tidak boleh berbuat dosa dan hidup di dalam dosa.”

Dia berkata bahwa saya bekerja secara ilegal pada saat itu. Akan sangat susah untuk mengaku kepada orang lain bahwa saya adalah orang Kristen, jika saya sedang melakukan hal yang terang-terang melanggar hukum. Saya akan kehilangan kesaksian saya sebagai seorang Kristen. Pada waktu itu, saya setuju dengan teman saya. Saya tidak boleh melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan hati-Nya jika saya ingin ikut Dia.

Namun di sisi lain, saya baru masuk tahun pertama kuliah. Sebelum itu, saya harus mengikuti kuliah persamaan. Siapa yang akan memberi saya makan jika saya harus berhenti bekerja? Saya tidak ada saudara di sana dan orang tua saya di Hong Kong tidak akan mungkin membiayai hidup saya di Kanada. Itu berarti bahwa saya harus berkemas dan pulang tanpa menyelesaikan kuliah saya.

Pulang ke rumah tanpa menyelesaikan kuliah jelas membutuhkan kulit muka yang tebal. Bagaimana saya akan menghadapi semua kawan dan keluarga saya – semua orang tahu bahwa saya telah berangkat ke luar negeri untuk kuliah dan mereka bahkan mengantarkan saya ke bandara. Saya sangat menyadari bahwa ini adalah kesempatan yang sangat langka karena tak seorang pun dari keluarga saya (selain saya) yang mendapatkan kesempatan untuk kuliah ke luar negeri. Di antara semua saudara kandung dan sepupu saya, tidak ada yang beroleh kesempatan untuk masuk ke universitas. Sayalah satu-satunya. Jadi, ini adalah suatu pergumulan yang sangat berat buat saya. Pada masa itu, saya menghadapi tantangan yang sangat besar.

Setelah saya tahu tentang persyaratan untuk mengikut Allah Yang Kudus. Saya terus menerus merenungkannnya. Saya ragu – apakah saya harus menjalaninya atau tidak? Saya tidak dapat tidur di malam hari. Sekalipun saya tertidur, benak saya tetap dipenuhi oleh persoalan ini di saat saya bangun. Berhenti atau tidak? Mampu atau tidak? Saya bergumul selama dua hari dan dua malam.

Akhirnya, saya merasa yakin sepenuhnya bahwa Allah nyata.  Lalu saya berpikir, “Jika Allah ada, maka dia dapat menolong saya jika saya bertindak sesuai dengan kehendak-Nya.” Jika Allah yang Anda percayai tidak dapat menolong Anda ketika Anda bertindak sesuai dengan kehendak-Nya, maka Anda tidak perlu percaya kepada-Nya karena Dia adalah Allah yang tidak berguna.

Saya tahu bahwa Allah eksis, dan saya memiliki keyakinan bahwa Dia pasti mampu menolong saya jika saya mengikut Dia. Oleh sebab itu, saya bertindak berdasarkan keyakinan ini. Inilah makna kepercayaan – yaitu Dia dapat dipercayai.

Lalu saya pergi ke restoran dan mengundurkan diri. Jika Anda menyerahkan segalanya ke dalam tangan-Nya dan Dia tidak dapat menjaga apa yang Anda percayakan, maka lupakan saja semuanya. Akan tetapi, iman adalah keyakinan bahwa Allah tidak akan mengecewakan. Dengan demikian, pada saat itu, saya benar-benar menyerahkan segalanya ke dalam tangan-Nya, dan selanjutnya, saya hidup berdasarkan iman, yaitu hidup yang sepenuhnya bergantung kepada Allah sebagaimana yang dijelaskan di dalam Alkitab.

Banyak orang yang telah membaca ayat ini tetapi persoalannya adalah apakah mereka telah mengalaminya. Anda dapat saja membacanya dan percaya akan apa yang disampaikan tetapi kepercayaan itu tetap mati jika Anda belum menerapkannya. Sudahkah Anda menerapkan hal ini di dalam hidup Anda?

Saya benar-benar mengalami apa yang disampaikan di sini. Selama dua puluh bulan, sejak saat saya mengundurkan diri sampai saat saya lulus sarjana muda saya hanya bergantung pada Allah yang kekal. Saya tidak memiliki penghasilan atau segala macam bentuk dukungan keuangan dari keluarga dan teman-teman saya. Ternyata tidak ada masalah untuk melalui periode tersebut. Ini membuat saya benar-benar melihat realitas Allah.

Penting untuk dicatat bahwa saya tidak memberitahukan orang-orang di sekitar saya tentang hal ini sekalipun saya tetap dengan setia beribadah ke gereja. Saya bisa saja menceritakan hal ini dan memperoleh simpati dan membiarkan orang lain menolong saya. Namun hidup di dalam iman, berarti dibimbing menuju Allah, bukan manusia. Jadi, pada waktu itu, saya bertekad di dalam hati untuk hidup oleh iman. Saya hanya bergantung kepada Allah. Dan saya mendapati bahwa Allah selalu peduli pada saya dan saya tidak kekurangan apa-apa.

Ini adalah hal yang ajaib – Allah benar-benar bisa menghidupi seseorang selama dua puluh bulan tanpa kekuarangan apa pun. Bukan karena Allah memberi Anda setumpuk uang – tidak ada orang tua yang bijaksana yang mau melakukan hal tersebut. Allah tidak berbuat seperti itu. Dia menyediakan dengan perlahan dan Dia memimpin dalam berbagai cara.

Pernah, saya sedang mengerjakan sesuatu di pusat kegiatan mahasiswa. Ketika saya sampai, saya mendengar seseorang berkata bahwa mereka dapat mengusahakan agar para mahasiswa dipekerjakan di rumah-rumah sebagai pengasuh anak-anak dan tinggal bersama keluarga tersebut. Baru saat itu saya mengetahui akan adanya hal semacam ini. Tak ada pembayaran yang diberikan. Tugasnya hanyalah tinggal bersama keluarga tersebut dan semua kebutuhan makan dan akomodasi akan disediakan. Karena pekerjaan ini tidak dibayar maka pemerintah mengizinkan kegiatan ini. Jadi, saya menemui salah satu keluarga ini dan dipercayakan untuk mengasuh dua anaknya di jam-jam saya selesai kuliah. Saya hidup seperti ini selama sekitar setengah tahun. Pada liburan musim panas berikutnya, salah seorang anaknya pulang setelah kuliah di Amerika. Saat itu saya tinggal di kamarnya, jadi mereka tidak dapat lagi menampung saya dan saya harus keluar.

Pada saat itu saya mendengar dari gereja bahwa mereka memerlukan seorang petugas keamanan. Gereja itu berlantai tiga dan merupakan bangunan yang berdiri sendiri. Gedungnya cukup besar. Pada umumnya tidak ada orang yang pergi ke sana selain di waktu ada PA atau ibadah di hari Minggu. Lebih sering gedung itu berada dalam keadaan kosong. Jadi, pendeta menganjurkan untuk mencari penjaga gedung. Saya menawarkan diri untuk pekerjaan itu karena saya tidak punya tempat tinggal. Setelah membicarakan hal ini dengan pendetanya, saya mendapati bahwa pekerjaan ini cocok dan saya pindah ke gereja.

Bukan saja masalah akomodasi saya bisa diatasi, keperluan makan saya juga dipenuhi. Seringkali ada acara makan-makan setelah selesai ibadah. Seringkali banyak hidangan lezat yang tersisa. Saya teringat, satu kali, mungkin di hari Thanksgiving atau di hari Natal, jemaat memasak ayam kalkun yang besar, separuhnya masih tersisa. Hal pertama yang saya lakukan adalah memotong dan membekukannya. Selanjutnya itu, selama hampir sebulan saya bisa menikmati ayam kalkun goreng, rebus, panggang, dan nasi goreng ayam kalkun. Sungguh luar biasa. Demikianlah, Allah mencukupi terus menerus.

Seringkali, saya berada dalam keadaan tanpa uang dan akhirnya saya menutup rekening bank saya. Akan tetapi, hal yang luar biasa adalah, Allah secara terus menerus membimbing saya di sepanjang dua puluh bulan itu sehingga saya tak pernah kekurangan.

Pernah suatu kali, pada akhir masa libur musim panas, banyak universitas di Kanada menyelenggarakan perkemahan musim panas. Ini adalah acara besar dan yang hadir ada enam ratus mahasiswa, termasuk saya. Saya berharap untuk bisa belajar dari acara perkemahan yang berjalan selama satu minggu. Saya kuliah di Montreal, dan lokasi perkemahan ada di tempat yang bernama Trent, jaraknya sekitar sepuluh jam perjalanan dengan bus. Jadi, saya bayar ongkos perkemahan itu, dan membeli tiket bus karena saya punya cukup uang di tangan, dan berangkat ke sana dengan bus antar kota.

Saya merasa mendapat banyak manfaat dari acara perkemahan itu. Khotbah-khotbah yang disampaikan sangat menguatkan saya.  Pada hari terakhir dari perkemahan, pimpinan acara mengumumkan bahwa siapa yang ingin menyumbangkan dana untuk perkemahan ini dapat melakukannya. Karena acara perkemahan ini diselenggarakan terutama untuk para mahasiswa, jadi ongkos perkemahan ditetapkan sangat rendah, kegiatan ini banyak mengandalkan bantuan dana.

Pada saat itu, saya ingin memberi respon kepada Allah dengan apapun yang saya miliki, sekecil apapun itu nilainya. Sekalipun saya tidak punya banyak uang, saya merasa bahwa saya harus ikut menyumbang karena saya telah memperoleh begitu banyak manfaat dari acara ini. Jadi, saya mengeluarkan sisa uang di kantong saya dan memasukkannya ke dalam kotak persembahan tanpa berpikir tentang bagaimana saya bisa pulang nantinya.

Hari itu adalah hari terakhir. Saya benar-benar tidak khawatir karena tak ada yang akan menjadi masalah jika Anda kenal siapa yang Anda percayai. Kesulitan-kesulitan yang Anda hadapi tidak akan menjadi masalah. Saya yakin bahwa Allah akan memimpin dan akan memenuhi keperluan saya.

Setelah semua acara berakhir, saat tiba waktunya untuk berpisah, seorang saudara yang lebih tua, yang juga berasal dari Montreal,  mendatangi saya. Dia bertanya apakah saya akan pulang ke Montreal, karena ada tempat kosong di mobilnya. Dia datang dengan keluarganya, tetapi mereka tidak ikut pulang karena mereka masih ingin menikmati liburan di Trent. Tentu saja saya menerima tawarannya. Begitulah cara Allah mengatur kepulangan saya.

Ketika kami sedang berada di dalam mobil dan siap-siap untuk berangkat, penyelenggara perkemahan mendatangi mobil kami dengan membawa sebungkus besar ayam goreng KFC. Dia tahu bahwa kami akan menempuh perjalanan sekitar sepuluh jam dan pada saat kami sampai nantinya, mungkin sudah tengah malam. Dia khawatir kalau-kalau nanti kami kelaparan di tengah jalan jadi dia membelikan kami satu bungkus besar ayam goreng KFC. Saya tidak punya uang sama sekali – bukan saja tidak punya uang untuk ongkos bus, saya bahkan tidak ada uang untuk membeli makanan. Di dalam pengaturan Allah, ongkos pulang dan makan malam telah ditanggung.

Jadi, yang ajaibnya adalah bahwa seringkali saya berada dalam keadaan tanpa uang, tetapi saya tidak pernah kelaparan. Allah sangat jeli menyediakan setiap porsi makanan, sama seperti ayah Anda yang akan menyediakan makanan tepat pada waktunya. Dia tidak akan membiarkan anak-anak-Nya kelaparan.

Di dalam Yohanes 11:40, dikatakan

“Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah”.

Kalau Anda percaya kepada Allah dan Anda benar-benar hidup dengan mempercayainya, maka Anda akan melihat kemuliaan Allah.

Hal ini sangat bersifat interaktif. Saat seseorang percaya kepada-Nya, maka orang itu akan melihat kemuliaan dan kuasa Allah bekerja. Apa yang akan terjadi jika Anda melihat kemuliaan dan kuasa Allah? Anda tentu akan menjadi lebih percaya lagi kepada-Nya. Jika Anda semakin percaya kepada-Nya, maka Anda akan melihat lebih banyak lagi kemuliaan-Nya. Seiring dengan langkah maju Anda, maka Anda akan melihat semakin banyak, dan menjadi semakin percaya kepada-Nya.

Sayangnya, banyak orang Kristen yang tidak tahu apa itu kemuliaan Allah. Mereka juga tidak mengalami kuasa Allah di dalam hidup mereka. Hal ini karena mereka tidak melangkah di jalur mempercayai Allah ini. Tidak ada gunanya memiliki sekumpulan aturan yang mati dan beberapa doktrin. Anda tidak akan melihat kuasa-Nya.

Sama seperti ketika saya mengambil langkah yang pertama, dan selanjutnya saya terus mengalami Dia. Semakin saya mengalami mengalami realitas-Nya semakin saya bertindak sesuai kehendak-Nya, dan oleh karena itu kepercayaan saya terhadap-Nya juga semakin bertumbuh. Sama seperti kepercayaan Anda kepada seseorang. Anda perlu lebih mengakrabkan diri dengan orang itu. Anda tidak akan serta-merta mempercayai orang tersebut hanya dengan duduk di dekatnya tanpa mengadakan kontak atau interaksi apapun dengan dia.

Jika Anda terus berhubungan dengan Dia, dan semakin mempercayai-Nya, maka Anda akan mendapatkan bahwa Dia sangat layak diandalkan. Anda dapat membayangkan berapa besar peningkatan iman saya di masa dua puluh bulan itu ketika Allah mengajarkan saya banyak hal tentang iman. Jadi, saya tidak lagi mengenal kekhawatiran karena Allah telah terbukti sangat bisa diandalkan dan dipercayai. Hal ini sudah terbukti di dalam kehidupan saya. Jadi apa lagi yang harus dikhawatirkan?

Setelah saya selesai kuliah dan pulang ke negara asal saya. Karena kerinduan saya untuk memberitakan Injil, saya akhirnya berangkat ke suatu tempat untuk melayani Tuhan. Saya ke tempat itu dengan tujuan memberitakan Injil bersama dengan rekan-rekan yang lain. Pekerjaan di tempat itu gajinya tidaklah banyak. Hanya sekitar beberapa ratus sampai seribu dolar per bulan tapi sekarang saya sudah bernikah dan harus menghidupi dua orang, Itu sebabnya, kadang kala, gaji saya tidak cukup dan kami membawa mata uang asing tabungan kami untuk mencukupinya.

Jadi, pernah sekali saya pergi menukar uang di dekat stasiun. Saat itu saya memegang uang tujuh ratus dolar. Setelah menukarnya, saya pulang dan mendapati bahwa jumlahnya berselisih lima ratus dolar. Penukar uang entah bagaimana telah menipu saya sebanyak lima ratus dolar. Nilai uang yang ada di tangan saya hanya setara dengan dua ratus dolar. Akibatnya kami tidak mempunyai uang untuk membayar uang sewa bulan itu.

Lalu bagaimana kami dapat bertahan kalau kami tidak mampu membayar uang sewa? Saat itu sudah akhir bulan dan saya masih ingat bahwa hari itu adalah hari Jumat. Istri saya bertanya, “Apa yang harus kita lakukan? Sudah tiba waktunya untuk membayar uang sewa” Saya berkata, “Jika kamu kenal Allah yang satu ini, percayakanlah masalah ini kepada Dia.” Saya meneruskan persiapan PA untuk malam itu dan mempercayakan persoalan ini hanya kepada Tuhan – “Ya Tuhan, Engkau tahu kebutuhan aku, mohon sediakanlah.” Selanjutnya, saya tidak memusingkan lagi urusan itu.

Setelah akhir minggu, saya kembali bekerja. Saya bekerja di bagian pelatihan di sebuah pabrik. Saya mengajar bahasa Inggris bagi para pekerja. Ketika saya masuk ke kantor untuk mengurus sesuatu, saya melihat pengajar bahasa Inggris yang lain sedang berbicara dengan bagian personalia mengenai suatu perhitungan.

Guru bahasa Inggris itu memberitahu saya bahwa dia telah mengatur jadwal dengan empat siswanya akan tetapi salah satu dari mereka tidak bisa datang karena sangat sibuk dengan pekerjaan di departemennya. Lalu, saya berkata bahwa ia tidak akan menerima bayaran karena siswanya tidak datang. Akan tetapi, dia berkata bahwa masalahnya tidak demikian. Siswa itu memang tidak dapat datang akan tetapi dia sudah membuat kesepakatan jadwal belajar dan guru itu harus menunggu dia di kelas. Jika dia memang membatalkan jadwal itu, berarti guru yang menungguhnya itu tetap menerima bayaran untuk itu. Saya menanyakan hal ini ke kepala bagian personalia, apakah memang ada pengaturan semacam itu. Bagian personalia menjawab, “Ya. Karena Anda telah mempersiapkan bahan-bahan pelajaran untuk kelas itu dan sudah menunggunya, jadi Anda berhak untuk mengklaim bayaran untuk kelas itu.” Sebelumnya, saya tidak pernah melakukan klaim semacam itu. Saya hanya menerima bayaran untuk siswa yang hadir saja. Kemudian, saya pulang dan menghitung uang yang dapat saya klaim. Jumlahnya mencapai lebih dari lima ratus dolar.

Jadi, jika Anda benar-benar kenal dengan Allah yang hidup ini, maka Anda akan tahu bahwa tak ada hal yang mustahil bagi Dia. Sangatlah sulit bagi Anda untuk dilanda kekhawatiran jika Anda telah mengalami dan mengenal seperti apa kuasa dan kemuliaan Allah itu. Saya telah melalui berbagai macam situasi. Seperti dengan di Kanada. Hal yang sama terjadi juga di ladang misi. Tidak kira di mana, kedaulatan Allah tidak berkurang sedikitpun. Tak ada satu wilayah pun di muka bumi ini yang tidak berada di bawah pemeliharaan dan kedaulatan Allah. Itu sebabnya, jika kita terus mengalaminya, dan semakin melihat kemuliaan Allah, maka iman Anda akan terus bertumbuh.

Akan tetapi, ada syarat yang harus Anda ketahui. Matius 6:31-33 sangatlah penting. Ini adalah syarat yang sangat penting yang bisa dipakai untuk melihat apakah kita mempercayai Allah atau sekadar mau memanfaatkan-Nya. Ya, Allah akan mengurus kebutuhan kita. “Apakah yang akan kita makan? Apakah yang akan kita minum?” – semua orang memerlukan hal tersebut. Bapa Surgawi Anda tahu akan hal itu. Dia adalah Bapa Anda. Jika kita terlebih dulu mencari kerajaan serta kebenaran-Nya, maka Dia akan menambahkan semuanya kepada kita.

Syaratnya adalah kita tidak memanfaatkan Allah melainkan percaya penuh kepada-Nya. Itu sebabnya mengapa kita bertindak sesuai dengan kehendak-Nya dan mendengarkan segala perintah-Nya. Jika kita benar-benar mengejar Allah, maka Dia akan menolong kita, dan menyediakan segala yang kita butuhkan. Jadi hal mengejar Allah ini adalah perkara yang amat penting.

Dari kesaksian yang disampaikan menunjukkan bahwa saya tidak malas dan saya hanya duduk diam saja dan tidak mau bekerja. Allah tidak akan menolong orang-orang semacam itu. Mengapa saya bisa sampai mengalami kesulitan-kesulitan itu? Karena saya bertindak sesuai dengan kehendak Allah. Tanggung jawab saya adalah bertindak sesuai dengan kehendak Allah. Jika kesulitan datang, maka itu adalah bagian dari tanggung jawab-Nya. Allah akan mengatasi persoalan yang tidak dapat kita atasi. Dengan demikian, ini bukanlah tindakan memanfaatkan Allah melainkan tindakan bergantung sepenuhnya kepada Allah.

Barangsiapa tidak percaya kepada Allah, tetapi percaya kepada hal-hal yang lain, dapat dikatakan sebagai orang yang telah membuat kekeliruan yang paling bodoh. Tak ada yang lebih bodoh daripada ini. Kalau tidak percaya kepada Allah, berarti mempercayai diri sendiri saja. Anda keliru jika Anda mengira bahwa diri Anda muda dan kuat, dan masih mampu mengerjakan berbagai hal karena Anda sangat berpendidikan dan sangat cerdas. Jika Anda percaya akan semua hal ini, Anda akan mendapati bahwa akan tiba masanya di mana kemudaan, kekuatan, pengetahuan, pendidikan dan hikmat duniawi Anda tidak dapat menolong Anda. Kalau sudah begitu, sudah sangat terlambat.

Atau mungkin, Anda percaya pada dunia ini. Jika demikian halnya, maka Anda juga merupakan orang yang sangat bodoh. Minggu yang lalu, saya menghubungi seorang sahabat lama saya. Dia berkerja di sebuah jaringan super market yang terkenal sebagai kepala cabang. Ia telah bekerja selama lebih dari sepuluh tahun. Namun jaringan super market ini sangat menentang pegawai yang telah bekerja lebih dari sepuluh tahun di tingkat manajer karena orang-orang ini pada umumnya telah mencapai tingkat gaji yang sangat tinggi. Pertama-tama, mereka akan mencoba membicarakan ulang isi kontrak Anda, yaitu, mereka ingin memotong gaji Anda. Jika tidak berhasil Anda akan diberhentikan dengan diberi pesangon. Teman saya merasa bahwa semuanya sia-sia. Seringkali dia harus bekerja keras sampai larut malam atau mungkin malah sampai subuh. Pada awalnya, dia beribadah di gereja tetapi akhirnya ia tidak beribadah lagi karena pekerjaannya sangat menyibukkan dan melelahkan. Lalu apa yang dia dapatkan setelah lebih dari sepuluh tahun? Dia tidak mendapatkan Allah dan perusahaannya memperlakukan dia seperti itu. Hatinya menjadi pahit dan dingin.

Demikianlah, jika Anda mempercayai dunia ini, dunia ini justru sangat tidak layak dipercaya. Janganlah mempercayai dunia, dunia sangat tidak dapat diandalkan. Allah adalah Allah yang paling layak dipercaya. Sering kali, orang-orang membuat keputusan yang bodoh akan tetapi Allah tidak pernah membuat keputusan semacam itu. Jalan-Nya selalu merupakan yang terbaik. Akan tetapi, jika Anda tidak mengikut Dia dan memilih jalan Anda sendiri, Anda akan sangat menyesal di kemudian hari. Mungkin Anda bahkan harus menebusnya dengan mahal sekali karena telah memilih jalan sendiri.

Izinkan saya menyampaikan kisah nyata yang lain sebelum kita tutup. Hal ini diceritakan oleh seorang dokter yang bernama Dehanan. Pada suatu malam dia mendapat panggilan darurat dari seorang janda di sebuah kota. Janda itu lalu menceritakan bahwa lebih dari sepuluh tahun yang lalu, anak perempuannya yang berusia tiga tahun sakit parah. Pada waktu itu, suaminya sudah meninggal. Banyak dokter yang dia datangi tidak bisa menangani penyakit anaknya dan menganjurkan dia untuk merelakan kepergian anaknya. Dia sangat sedih karena dia tidak bisa menerima mengapa anaknya harus menghadapi kematian di usia yang begitu muda. Dia tadinya adalah orang percaya, dan akhirnya hatinya mulai memberontak. Dia sangat marah kepada Allah dan mengecam-Nya. Di sisi lain, dia memohon kepada Allah untuk menyembuhkan anak perempuannya. Dia bahkan sampai menyatakan bahwa dia tidak mau lagi menjadi Kristen jika anaknya tidak disembuhkan.

Belakangan, kondisi anaknya mendadak berbalik, dan secara ajaib ia disembuhkan dari penyakitnya. Anak itu bertumbuh besar. Ketika anak itu berusia tiga belas tahun, dia bergaul dengan anak-anak nakal dan melakukan banyak hal jahat yang menyakiti hati ibunya. Pada usianya yang ketujuh belas, dia melakukan sesuatu hal yang sangat keliru yang membuatnya nekat untuk membunuh diri. Anak perempuan itu gantung diri di rumah. Malam ketika dokter ini mendapat panggilan darurat, adalah malam kejadian itu. Anak itu telah mati ketika diturunkan dari tali gantungannya. Dalam kondisi seperti itulah si ibu menceritakan kisah ini kepada sang dokter. Ibu ini berkata kepada dokter dengan air mata berlinangan bahwa dia lebih memilih jika Allah mengambil anaknya, Jenny, ke rumah surgawi ketika dia berusia tiga tahun. Akan lebih baik dari pada harus berakhir seperti ini. Demikianlah, dia dipenuhi oleh penyesalan ketika menyadari bahwa jalan Allah adalah yang terbaik. Karena kebebalan kita, dan ketidak-taatan kita kepada Allah, kita berkeras menolak jalan Allah dan memilih jalan kita. Pada akhirnya, kita harus menghadapi begitu banyak persoalan yang seharusnya tidak perlu terjadi. Pada waktu itu, ibu ini begitu menyesal – dia membesarkan anak perempuannya sampai usia belasan, tetapi anak itu harus berakhir hidupnya dengan cara seperti itu. Suatu akhir yang sangat tragis. Lalu, ibu itu berlutut dan mengakui bahwa dia telah menyadari betapa salahnya dia.

Melalui kisah ini, saya ingin berkata bahwa jalan yang telah disediakan oleh Allah adalah yang terbaik sekalipun Anda mungkin belum dapat memahaminya saat ini. Jika Anda berkeras mengambil jalan Anda sendiri, Anda akan menjadi orang yang harus menebus akibatnya nanti. Anda harus mengerti bahwa tidak ada satupun hikmat manusia yang dapat dibandingkan dengan hikmat Allah dan tak ada kasih yang dapat melebihi kasih Allah. Dia akan melakukan yang terbaik buat Anda sekiranya Anda mau melangkah di jalan-Nya.

Tentu saja, Anda perlu mempercayai-Nya. Mempercayai Allah yang tidak saja menciptakan saya, tetapi juga bersedia mengorbankan nyawa anak-Nya bagi saya. Allah yang satu ini mutlak layak dipercaya. Tak ada lagi hal yang layak dipercaya jika Anda mendapati bahwa Allah yang ini tidak layak dipercaya.

 

Berikan Komentar Anda: