SC Chuah | COVID-19 |

Ulangan 31:8, YAHWEH sendiri yang akan memimpinmu. Ia akan menyertaimu. Ia tidak akan membiarkanmu atau meninggalkanmu. Janganlah takut dan tawar hati.” (AYT)

Yosua 1:9, Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: Kuatkan dan teguhkan hatimu? Jangan kecut dan tawar hati, karena YAHWEH, Allahmu, menyertaimu ke mana pun engkau pergi.”

Tema pesan hari ini ialah “Don’t Be Discouraged” atau “Janganlah Tawar Hati”. Dalam Alkitab Indonesia, kata yang diterjemahkan sebagai “tawar hati” sering juga diterjemahkan sebagai “kecut, patah hati, putus-asa, cemas, ketakutan, gempar…” Aslinya kata itu bermakna “shattered”, atau “hancur”. Kata “hancur” cukup tepat menggambarkan seorang yang sedang “tawar hati”. Hatinya tidak fokus, berserakan, remuk. Dasar yang mendasari perintah ini ialah penyertaan Yahweh. Karena Tuhan sendiri akan menyertai, maka tidak ada alasan untuk menjadi tawar hati apa pun yang harus kita hadapi.


TAWAR HATI TIDAK BERASAL DARI ALLAH

Siapa saja yang akrab dengan Firman Tuhan akan tahu bahwa suara Allah ialah suara yang selalu menguatkan, suara yang selalu membawa penghiburan. Suara Tuhan tidak pernah membuat orang tawar hati. Di Roma 15:4, Paulus berbicara tentang “penghiburan yang diberikan oleh Kitab Suci”. Orang yang khusyuk mendengarkan suara Tuhan melalui Kitab Suci hidupnya jauh lebih teguh dan stabil. Melalui Kitab Suci dia akan sentiasa mendengarkan kata-kata jaminan, “Aku menyertaimu. Jangan…” Dia juga akan dari waktu ke waktu melihat tanda-tanda penyertaan-Nya.  Di ayat berikut, Paulus menggambarkan Allah sebagai “sumber kesabaran dan penghiburan”.  Pada masa-masa yang susah, jika saudara membiasakan diri menyendengkan telinga ke atas, saudara akan mendengarkan kata-kata menghibur seperti, “percayalah kepada-Ku”. Ada pepatah yang berkata, “Discouragement is not from God” (Ignatius of Loyola). Ini berarti jika saudara mengizinkan rasa tawar hati menguasai hati saudara, saudara telah mengizinkan sesuatu yang tidak “kosher” (halal) dalam hidup saudara.

Sebaliknya, alat Iblis yang paling ampuh terhadap orang Kristen yang serius ialah “tawar hati”. Menjadi “tawar hati” itu sendiri bukan dosa, tetapi gerbang menuju segala macam dosa. Pada umumnya, Iblis akan kesulitan membuat seorang Kristen yang serius berbuat dosa pelanggaran yang terang-terangan. Akan tetapi, dia dengan mudah dapat membuat seorang Kristen menjadi tawar hati. Jadi kita sedang berbicara tentang dua suara, atau dua bisikan: yang mengecilkan hati vs yang membesarkan hati. Saudara akan mendengarkannya ketika saudara mengalami setbacks, kekecewaan atau kemunduran dalam bentuk apa pun. Saudara akan mendengarkan “Apa yang telah kamu lakukan?! Kamu tidak berguna… kamu bukan apa-apa… Allah tidak mungkin mengasihimu setelah apa yang kamu lakukan… lebih baik mati sudah!”


KEKECEWAAN TIDAK DAPAT DIHINDARI, MENJADI TAWAR HATI PULA SUATU PILIHAN

Kekecewaan tidak dapat dihindari dalam dunia yang penuh dosa dan serba tidak sempurna ini. Kami pribadi sering mengalami kekecewaan yang tak terkatakan. Selama kita belum sempurna dan selama kita hidup di dunia yang belum sempurna, kita akan selalu mengecewakan dan dikecewakan. “Bersukacita senantiasa” tidak bermakna “tersenyum senantiasa”. Hanya orang kurang waras yang tersenyum dalam segala hal. Namun menjadi tawar hati ialah sebuah pilihan. Salah satu seni kehidupan yang wajib dipelajari setiap orang sejak muda ialah bagaimana tidak membiarkan kekecewaan bernanah menjadi tawar hati. Itu ialah pohon terlarang dalam kehidupan Kristen.  Itulah langkah pertama menuju kemurtadan.    

Menjadi tawar hati, walaupun sering terjadi sebenarnya merupakan hal yang tidak perlu terjadi khususnya pada zaman Perjanjian Baru. Zaman Perjanjian Baru adalah zamannya Roh Kudus. Roh Kudus disebut sebagai parakletos, yaitu sang Penolong atau Penghibur. Kata parakletos itu bermakna, “one who is called to someone’s aid” (seseorang yang dipanggil untuk menolong yang lain). Dan Ia diberikan supaya apa? “Supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya!” (Yoh 14:16) Semua ini berarti menjadi tawar hati merupakan sesuatu yang tidak alamiah dalam kehidupan Kristen. Ia mencerminkan seseorang yang mengalami diskoneksi dengan realitas rohani. Atau lebih tepat lagi, seseorang yang mendengarkan atau terintimidasi suara Iblis. 

Contoh paling terkenal ialah Elia di Perjanjian Lama. Elia menjadi kecut dan tawar hati. Ia merasa sendirian padahal kenyataannya tidak seperti itu. Ada ribuan yang lain yang belum sujud menyembah Baal. Seringkali rasa sendirian dan kesepian menyebabkan seseorang rawan menjadi tawar hati. Kesepian menjadikan setiap perasaan negatif menjadi jauh lebih buruk daripada keadaan yang sebenarnya. Namun perhatikan kelembutan, kesabaran dan pengertian Allah dalam memulihkan hamba-Nya yang disayangi ini. Jadi ingatlah pesan ini: Allah adalah sumber segala penghiburan.


DALAM HATI YANG TAWAR, TIDAK ADA YANG DAPAT BERTUMBUH  

Rasa tawar hati ialah suatu suasana hati, yang sering dibandingkan dengan cuaca. Kita tahu bahwa dalam cuaca dan iklim tertentu, tidak ada dapat bertumbuh. Demikian pula, dalam hati yang lagi suram dan dingin, tidak ada benih sukacita yang dapat bertumbuh. Tidak ada benih kekuatan yang dapat bertumbuh. Orang yang sedang tawar hati seringkali mengalami kesulitan bahkan untuk bangun dari tempat tidur. Khotbah minggu lalu berbicara tentang berbuah banyak. Orang yang lagi tawar hati akan bertambah stres mendengarkan khotbah semacam ini, karena watak dan pandangan hidupnya tidak memungkinkan pertumbuhan apa pun. Itu umpama berusaha tanam padi di Kutub Utara. 

Orang yang tawar hati cenderung mengasihini diri sendiri dan terfokus pada diri sendiri. Mereka terbungkus dalam diri sendiri; aku…, aku…, aku… Ini bukanlah siapa kita sebagai pengikut Kristus. Ini bukanlah suasana hati yang pantas bagi anak-anak Allah. Itulah sebabnya kita harus menangani masalah ini dengan serius. 


SUMBER TAWAR HATI: IDEALISME YANG TINGGI

 Hari ini kita akan membahas sebuah sumber tawar hati yang khusus bagi orang Kristen yang serius, yaitu idealisme kita yang tinggi. Pesan hari ini bukanlah ditujukan kepada orang Kristen KTP, tetapi orang Kristen yang bersungguh-sungguh ingin melakukan kehendak Allah. Orang Kristen sejati menyadari bahwa panggilannya ialah panggilan surgawi yang tinggi, yaitu panggilan untuk menjadi seperti Kristus. Untuk memenuhi panggilan kita, kita mengejar kekudusan hidup, kesempurnaan moral dan kemurnian hati. Kita mengejar nilai 10. Justru karena ideal kita yang tinggi, kegagalan kita menjadi sumber tawar hati yang serius. Siswa yang mengejar nilai 10 akan kecewa dengan nilai 9. Orang yang tidak mempunyai ideal tidak akan menjadi tawar hati. Mereka bisa marah-marah, nonton porno, berpikir yang bukan-bukan tanpa rasa bersalah. Saudara tidak akan menemukan ayam yang tawar hati; ia puas sebagai ayam, berperilaku seperti ayam, dan karena itu ia seekor ayam.

Namun idealisme yang tinggi ini kalau tidak disertai dengan keyakinan kokoh akan karakter Allah, dan kelahiran kembali sebagai anak Allah akan menghasilkan seorang pengutuk: seorang yang suka mengutuk orang lain, atau sebaliknya, yang suka mengutuk diri sendiri. Di gereja ada banyak tukang kritik, rewel dan yang suka mencari kesalahan orang lain. Idealisme yang tinggi jika tidak diimbangi dengan kasih dan belas kasihan Allah biasanya akan melahirkan monster-monster rohani, yang merasa dirinya lebih baik daripada orang lain.

Di sisi lain, ada juga yang cenderung mengutuk diri sendiri: “aku benar-benar kacau, aku tidak berguna, good-for-nothing! Tidak mungkin Allah mengasihi aku… tidak mungkin Allah akan mengampuni aku…” Mereka menjadi kriminal sekaligus hakim atas diri sendiri. Meskipun Allah mengampuni mereka, mereka tidak terima. Mereka hidup dalam bayangan wajah Allah yang cemberut. Lebih buruk lagi, mereka malah berpikir mereka sangat rohani dan rendah hati ketika mereka mengutuk-ngutuk diri sendiri. Mereka sepertinya agak menikmatinya karena mereka pikir mengutuk diri seperti itu akan menyenangkan Allah. Mereka pikir itulah pertobatan.     

Dalam kenyataannya, tidak ada ayah duniawi yang baik yang ingin mendengar anaknya mengutuk-ngutuk diri sendiri. Jika saya punya anak yang berkata kepada saya, “aku benar-benar kacau, aku tidak berguna… ayah tidak mungkin mengasihi aku lagi dll”, hati saya akan hancur dan berkata, “siapa yang mengatakan itu kepada kamu?” Kata-kata seperti itu lebih mirip kata-kata dari Iblis. Ironisnya, kita mengulangi kata-kata dari Iblis kepada Allah, dan berpikir kita sangat rohani dan rendah hati! Kenyataannya tidak seperti itu. Ketika anak yang hilang berjalan kembali kepada bapa, ayahnya berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. Kata-kata mengutuk diri sendiri yang telah disiapkan dari awal sepertinya tidak dihiraukan sama sekali oleh sang ayah. “Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik…”

Kita harus selalu mengingat bahwa “Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk mengutuk dunia…” (Yoh 3:17). Jika Allah tidak mengutuk, mengapa kita mengutuk? Mengapa kita mengutuk orang lain? Mengapa kita mengutuk diri sendiri? Pertobatan yang sejati tidak perlu disertai dengan kutuk. Kabar Baik Injil adalah tentang kasih dan belas kasihan Allah. Itulah yang akan membawa perubahan yang sejati pada setiap orang. Di luar itu, perubahan apa pun yang terjadi hanyalah perubahan kosmetik, perubahan abstrak yang tidak berlandaskan pada karakter Allah. Mereka memang berubah drastis, tetapi dengan “kekudusan dan kebenaran” yang menjadikan mereka sangat berbeda dari Kristus.


BARU SETIAP PAGI!   

Kasih setia Yahweh takkan pernah habis, belas kasihan-Nya tidak pernah berakhir. Keduanya selalu baru setiap pagi, besarlah kesetiaan-Mu. (Ratapan 3:22-23)

Bagi kebanyakan orang, apa yang baru setiap pagi? Hampir tidak ada apa-apa. Setiap pagi ketika saudara membuka mata, ke atas kita melihat plafon yang sama, ke samping istri yang sama, seberang anak-anak yang sama… pekerjaan yang sama… rutinitas yang sama. Jadi apakah yang baru? Kasih setia dan belas kasihan-Nya. Lalu mengapa tergesa-gesa setiap pagi? Jika memang baru setiap pagi, apakah memang perlu untuk saudara depresi atau tawar hati satu hari pun? Alangkah bodohnya kita, yang membiarkan rasa frustasi, depresi, putus-asa berlanjut-lanjut merusak hidup kita.

Dalam perumpamaan anak yang hilang, anak yang bersangkutan benar-benar telah mengecewakan ayahnya dan telah menyia-nyiakan hidupnya. Mungkin kita berpikir orang seperti ini bertobat pun hanya bisa puas dengan yang kedua terbaik. Rencana yang terbaik dari Allah sudah berlalu. Apa yang sudah dilakukan tidak dapat dibatalkan. Jangan salah! Masih ada yang terbaik dari Bapa. “Lekas, ambil ke mari jubah yang terbaik!” Jubah di dalam Alkitab melambangkan kehidupan. Masih ada yang terbaik dari Bapa. Demikian juga perumpamaan tentang pekerja-pekerja di ladang. Ada kelompok yang datang pada jam terakhir tetapi menerima upah yang penuh. Mereka telah menyia-nyakan 90% dari kehidupan mereka, tetapi 10% masih dapat dipakai sepenuhnya demi kemuliaan Allah. Tidak ada yang terlambat.

Kasih setia dan belas kasihan-Nya baru setiap pagi. Oleh karena itu, janganlah pernah menyerah. Percayalah kepada kemurahan Allah. Kita selalu dapat melakukan permulaan baru. Mungkin saudara berkata, saya udah melakukan permulaan baru sebanyak 10,000 kali! Mengapa tidak memulai yang ke-10,001? Ibrani 8:12 berkata, “Aku takkan lagi mengingat kesalahan-kesalahan mereka…” Ini berarti jika saudara bertobat dengan pertobatan sejati, Allah akan memandang saudara seperti saudara tidak pernah berbuat dosa.    

Orang-orang yang memandang kepada-Nya bersinar, dan wajah mereka tidak merasa malu. (Mazmur 34:6)

Jika kita memandang kepada-Nya, kita tidak akan melihat wajah cemberut.  Kita akan melihat wajah Bapa kita yang tersenyum. Melalui iman kepada Kristus, kita telah sepenuhnya diterima sebagai anak. Dengan kata lain, kita tidak perlu melakukan apa-apa lagi untuk diterima oleh-Nya sebagai anak. Hari-hari yang kita jalani sekarang bukanlah untuk mencari penerimaan-Nya lagi, tetapi untuk bertumbuh dalam hubungan Bapa-anak yang lebih akrab, dan untuk menjalankan tugas yang dipercayakan kepada kita di bumi.


DAUD MENGUATKAN HATINYA KEPADA YAHWEH

Terakhir, marilah kita belajar dari Daud. Di  1 Samuel 30:4, kita baca,

Lalu, menangislah Daud dan orang-orang yang menyertainya dengan sangat nyaring, sampai-sampai mereka tidak kuat lagi menangis.

Pernahkah saudara menangis sampai tidak kuat lagi menangis? Pernahkah saudara menangis sampai kehabisan air mata? Untuk melihat apa yang terjadi saudara hanya perlu membaca ayat 1-3. Daud dan orang-orangnya kehilangan segala-galanya atas kesalahan Daud. Ziklag telah dikalahkan orang Amalek dan dibakar habis. Istri dan anak-anak mereka ditawan semua. Lebih buruk lagi, semua orang termasuk prajurit-prajurit yang menyertainya menyalahkan Daud dan berbalik melawan Daud. Daud kehilangan segalanya dan berada di titik paling bawah.

Daud sangat terjepit sebab rakyatnya mengatakan akan melemparinya dengan batu. Mereka bersikap memberontak karena seluruh rakyat itu pedih hatinya, masing-masing karena anak-anak lelakinya dan karena anak-anak perempuannya. Tetapi, Daud menguatkan hatinya kepada YAHWEH Allah.

Tetapi apa yang dilakukan Daud? Daud menguatkan hatinya kepada Yahweh Allah. Oh, marilah kita belajar dari Daud. Merataplah bila perlu, dan merataplah sampai saudara tidak kuat lagi meratap. Dalam hidup kita ini, kita tidak dapat menghindari hal-hal yang membuat kita menangis. Namun, menjadi tawar hati ialah sebuah pilihan. Setelah puas meratap, kita harus membuat sebuah keputusan seperti Daud. Anak istri tetap ditawan dan Daud masih tidak tahu apa yang terjadi kepada mereka. Pada titik terendah ini, angkatlah wajahmu dan kuatkanlah hati saudara kepada Yahweh Allah. Saya berharap melalui pesan firman Tuhan hari ini, Tuhan akan mengangkat dagu saudara. Janganlah tawar hati!

 

Berikan Komentar Anda: