new-header-kesaksian

 

Pearl Bong |

Sedikit uraian tentang Autisme

Pertama-tama mari kita panjatkan pujian,

“Pujilah TUHAN (Yahweh), hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku!” (Mazmur 103:1)

Terpujilah nama Yahweh, Allah atas segala ciptaan. Kita hidup di dalam dunia yang rumit, yang merupakan ciptaan dari Yahweh Yang Maha Kuasa. Tentu saja, akan membutuhkan waktu sepanjang hidup kita untuk menjelajahi dan memahami sebagian dari kerumitan hidup umat manusia di penjuru dunia.

Bagi mereka yang kurang paham akan autisme, saya akan memulai kesaksian saya dengan uraian singkat mengenai autisme.


Apa itu autisme?

Autisme adalah keterbelakangan mental yang bersifat permanen, penyakit ini mempengaruhi pemahaman seseorang akan dunia di sekitarnya serta mengurangi kemampuannya untuk berhubungan dengan orang lain. Kata autisme berasal dari istilah Yunani aotus, yang maknanya adalah “diri sendiri”. Seorang penderita autisme seringkali digambarkan sebagai orang yang hidup dalam dunianya sendiri.

Autisme adalah penyakit mental yang permanen. Sampai dengan saat ini penyakit autisme masih belum ada obatnya. Pertambahan usia tidak membuat penyakit ini bisa di atasi, akan tetapi gejalanya masih bisa dikurangi melalui pengelolaan yang benar. Pelatihan dan pendidikan dapat membantu penderita autisme untuk membangun keahlian, akan tetapi penyakitnya sendiri memang tidak bisa disembuhkan. Dari berbagai riset yang sudah ada, pertumbuhan mental sang anak bisa mengalami perkembangan pesat jika penanganan dan pelatihan untuknya dilakukan sejak usia dini.

Walaupun penyebab, atau kombinasi penyebab, dari autisme masih belum bisa dipastikan, hasil riset menunjukkan bahwa ada masalah biologis yang terkait dengan otak penderita. Bagian otak yang memproses bahasa serta berbagai informasi dari panca indera adalah bagian yang mengalami gangguan itu. Riset yang lain melihat adanya ketidakseimbangan dalam susunan kimia di dalam otak. Tidak ada pengetahuan yang baku mengenai penyebab autisme, kesepakatan yang ada di lingkungan para pakar adalah bahwa penyakit ini diakibatkan oleh ketidaknormalan struktur atau fungsi otak. Faktor genetik kadang kala memegang peranan dalam kemunculan penyakit ini, sebagaimana yang terjadi dalam kasus beberapa lingkungan keluarga. Dalam kenyataannya, hal yang kita ketahui sekarang ini adalah bahwa autisme bisa muncul oleh berbagai sebab. Sampai dengan hari ini, pengetahuan kedokteran masih belum bisa memastikan penyebab utama munculnya autisme. Oleh karenanya, sampai sekarang ini tak ada kesembuhan yang bisa dicatat dalam kasus autisme.

Diperkirakan sekitar 10% dari penderita autisme memiliki kemampuan tinggi dalam bidang-bidang yang khusus seperti musik, seni, matematika, memori dan ketangkasan manual. Namun sebagian besar tidak pernah mencapai kemampuan tinggi berhubungan dengan minat atau obsesi khusus mereka..


Hidup bukanlah timbunan kesenangan, tetapi belas kasihan Allah selalu berlimpah

Sungguh membangkitkan sukacita menyaksikan kemurahan Pencipta langit dan bumi, yakni Allah kita Yahweh. Demikianlah, pengembaraan hidup bersama putra saya yang mengidap autisme adalah petualangan mengarungi dunia autisme yang penuh misteri. Semakin saya akrabi dunia autisme, semakin banyak saya alami kasih karunia dan kekuatan dari Allah untuk terus melangkah! Melalui semua perjalanan ini, saya menyaksikan karya Allah yang indah terungkap di depan mata saya! Ada sukacita yang tak terucapkan saat berulangkali saya harus mengabarkan mukjizat yang terjadi di sepanjang 28 tahun perjalanan hidup bersama anak saya yang terkasih, yang menderita autisme.

Dalam kesaksian pertama dari saya, “Hadiah Khusus dari Allah”,  yang saya tulis pada tahun 2002, saya berbagi kisah tentang berbagai kejadian penting sampai dengan tahun 2000, saat itu anak saya mencapai usia 9 tahun. Seperti pepatah mengatakan, “Curiosity kills the cat (rasa penasaran menewaskan sang kucing)!” Dan memang nyata! Jika anda mengikuti kisah saya, saya rasa anda akan bertanya-tanya, “Apa yang terjadi setelah tahun 2002?”

Sambil saya melanjutkan perjalanan ajaib hidup ini, Allah kita yang ajaib telah meyakinkan saya tentang bagaimana Dia menyiapkan jalan bagi Brendon, putra saya, sejak tahun 2002 sampai dengan tahun 2019. Waktu berlalu dengan sangat cepat! Dua puluh delapan tahun telah berlalu dan Brendon telah menjadi seorang pemuda sekarang ini. Beberapa hari lalu, ketika saya sedang sibuk dengan urusan rumah, secara kebetulan saya menemukan album foto yang lama. Banyak kenangan penting tentang pertumbuhan anak saya mulai kembali muncul di benak dikarenakan oleh album tersebut. Sambil mengenang masa yang sudah lewat, saya mulai mengingat kembali berbagai berkat yang sudah saya terima dari Allah satu per satu. Air mata kebahagiaan memenuhi hati saya, saat saya mengenang kembali akan kebaikan, belas kasihan dan kasih-Nya kepada Brendon dan keluarga saya. Sungguh bahagia mengetahui betapa Allah selalu menyertai dan begitu baik kepada kita semua.

Sejak awal komitmen saya untuk menjadi orang Kristen, saya selalu mengalami perlindungan dan pembebasan dari Allah. Dia menganugerahkan saya hikmat, kekuatan dan keberanian di sepanjang ujian dan penderitaan yang saya alami di dalam keseharian hidup saya. Di sepanjang hidup saya, kesaksian tentang keajaiban mujizat yang sudah Allah lakukan dalam hidup saya seiring dengan langkah saya mengiringi Dia akan terus saya kumandangkan. Sejujurnya, saya tidak dapat menemukan istilah yang tepat untuk menggambarkan kebesaran dan kemurahan Allah dan Bapa di surga. Hal yang ingin saya tegaskan kepada mereka yang punya mata untuk melihat dan telinga untuk mendengar adalah kebenaran berikut ini, “Allah kita Yahweh itu nyata! Dia tetap setia dan benar untuk selama-lamanya! Dia adalah Allah yang ajaib dan Bapa di surga yang tidak akan meninggalkan atau menelantarkan kita.” Di samping itu, dengan segenap hati saya mendoakan agar segenap umat Kristen tetap loyal dan setia kepada Yahweh, Allah hari ini dan selama-lamanya!

Di sepanjang hidup saya, saya dapati bahwa jalan menuju kerajaan Allah bukanlah jalan yang mudah. Ini adalah pengembaraan penuh perjuangan untuk masuk ke dalam kerajaan Allah. Sebagaimana yang disampaikan dalam Kisah 14:22,

Untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara.

Kehidupan Kristen adalah pengembaraan permanen bersama Allah yang dipenuhi oleh berbagai tantangan di depan jalan kita. Kita sebagai laskar Kristen harus selalu siap menjalani peperangan yang benar, dalam peperangan rohani yang berkelanjutan sebagaimana yang disampaikan oleh Firman Allah. Akan tetapi, saya percaya bahwa sebagai anak-anak Allah, kita akan selalu berkemenangan jika kita jalani di dalam kuasa Allah. Allah kita yang penuh belas kasihan akan terus menunjukkan mujizat-Nya dan membukakan jalan sekalipun tampaknya sudah tidak ada jalan lagi. Sungguh luar biasa! Sungguh ajaib!

Sejak saya memulai perjalanan rohani saya, ada banyak kejadian di mana saya mengalami dukungan yang tak terbayangkan dari Allah. Banyak mukjizat terjadi setelah saya serahkan segenap hidup saya kepada-Nya. Dia memampukan saya serta suami saya untuk mengalami karya ajaib-Nya yang sungguh-sungguh tak dapat digambarkan! Ada saat-saat penuh sukacita, kesedihan, kekalahan dan juga kemenangan. Akan tetapi, kasih Allah yang teguh selalu memenuhi hati saya, dan kasih-Nya itu yang mengangkat saya lagi ketika saya terjatuh, sehingga saya hanya dapat datang dengan segala kerendahan hati di hadapan-Nya dan berkata, “Abba Bapa, Tuhan Yahweh yang penuh kasih karunia, Engkau sungguh ajaib! Aku bersyukur kepada-Mu selama-lamanya!”

Jika saya ingat lagi, tahun 2000 adalah tahun yang penuh kenangan bagi keluarga saya. Suami saya dan saya sudah berdoa selama bertahun-tahun sambil menantikan kehendak Allah diwujudkan! Untuk menyegarkan ingatan anda, saya akan kutip satu bagian dari hal yang pernah saya sampaikan dalam kesaksian yang pertama saya tulis, “Hadiah Khusus dari Allah”. Di sana saya menulis

Setahun kemudian (tahun 2000), Allah memampukan Brendon untuk berbicara. Dia mulai bisa mengucapkan satu kalimat sederhana dengan jelas. Kami mengajari dia untuk berdoa dan menyanyikan pujian bagi Allah. Harapan saya adalah agar putra saya nantinya tahu bahwa ada Allah yang selalu menolongnya, memampukan dia untuk melakukan hal-hal yang mustahil menurut pandangan dunia. Saya berdoa supaya suatu hari nanti Brendon juga mampu memberi kesaksiannya sendiri bahwa Allah itu nyata.

Allah Yahweh yang kekal tak pernah gagal menolong kita. Dia tahu penderitaan kita pada saat kita berseru kepada-Nya. Sungguh mengejutkan, Allah menganugerahkan karunia untuk bisa berbicara kepada Brendon pada tahun 2000, ketika dia berusia sembilan tahun. Ucapannya menjadi semakin jelas dan mudah dipahami oleh orang lain seiring dengan berjalannya waktu. Hal yang sungguh luar biasa! Mengapa saya sebut hal ini sebagai “karunia untuk berbicara” yang dianugerahkan kepada Brendon? Ini karena sudah bertahun-tahun kami menunggu dia untuk bisa berbicara, tetapi dia tetap bisu. Setelah menjalani pemeriksaan bertahun-tahun oleh seorang pelatih kemampuan berbicara, pada akhirnya kesimpulan yang mengejutkanlah yang disampaikan kepada kami. Saya ingat persis kata-kata yang disampaikan oleh terapis tersebut. Dia berkata, “Bapak-ibu yang saya hormati, harap anda siapkan hati anda! Putra anda Brendon sepertinya non-verbal. Dia mungkin bisa mendadak berbicara ataupun selamanya tidak bisa bicara. Oleh karena itu, jalan yang terbaik untuk saat ini adalah mulai mengajari dia bahasa isyarat sebagai model komunikasi yang paling mudah dilakukan dengan dia.” Itu adalah ucapan yang paling menggoncangkan yang pernah saya dengar! Ketakutan langsung mencekam hati saya. Dunia serasa runtuh pada saat itu. Saya menyadari bahwa saya masih tidak mau menerima kenyataan itu. Sungguh menyakitkan saat mengetahui bahwa putra saya mungkin akan menjadi bisu selamanya. Saya meratap penuh kepedihan di hadapan Allah dan memohon Dia untuk menolong saya menerima kenyataan yang menakutkan ini.

Selama bertahun-tahun, para peneliti telah berusaha mencari solusi atas berbagai misteri yang terkait dengan autisme. Dan hal yang menyedihkan adalah 40% dari anak-anak penderita autisme akan menjadi bisu. Sebagian yang lain mungkin bisa berbicara tetapi terbatas pada kalimat-kalimat sederhana.

Di dalam dunia tempat kita tinggal, mayoritas dari anak-anak normal sudah mampu berbicara pada usia tertentu. Akan tetapi, bagi anak kami Brendon, kemampuan berbicara adalah karunia yang dianugerahkan oleh belas kasihan Allah. Setiap kata yang mampu diucapkan oleh Brendon di sepanjang 28 tahun ini adalah tanda kasih dan kemurahan Allah kepadanya. Saya bersyukur selamanya kepada Allah atas karunia kemampuan berbicara yang telah Dia anugerahkan kepada Brendon. Memang benar, Allah tahu ketakutan saya. Ketika saya berada dalam lembah kesesakan, Dia tunjukkan kepada saya pentingnya mempercayai Dia 100% dan untuk menunggu Dia bertindak pada saat yang tepat. Allah kita sungguh ajaib! Air mata memenuhi pipi saya ketika saya mendengarkan ucapan putra saya untuk pertama kalinya. Peristiwa itu mungkin merupakan kesaksian yang terindah tentang apa yang telah Allah Yahweh perbuat. Dia adalah Allah yang berdaulat, yang mengerjakan mukjizat dan keajaiban.


Tantangan terbesar di hadapan kami

Di masa tahun 90-an, hanya ada sedikit pusat penanganan penderita autisme milik pemerintah, dan hanya ada dua sekolah swasta yang khusus menangani pendidikan untuk anak autis di Singapore. Informasi mengenai autisme dan layanan yang tersedia bagi penderita autisme serta keluarganya sangatlah terbatas pada masa itu. Pusat layanan milik pemerintah memiliki kapasitas yang sangat terbatas, sehingga penerimaan murid baru setiap tahunnya sangat sedikit. Setelah mencapai usia untuk belajar, kami tidak punya pilihan lain kecuali mendaftarkan Brendon ke sekolah swasta, yayasan pendidikan dasar untuk anak autis bernama “Horizon Centre For Special Education,” dan di tempat ini Brendon menjalani pendidikan selama tiga tahun.

Setelah bertahun-tahun memanjatkan doa permohonan kepada Allah, akhirnya pada tahun 1992, pemerintah mendanai pembentukan pusat layanan berukuran lumayan besar yang bernama “Rainbow Centre”. Saya putuskan untuk mendaftarkan Brendon ke pelatihan dasar di yayasan tersebut pada tahun 1994, akan tetapi kelas yang dibuka sudah penuh pada waktu itu. Saya diberitahu oleh petugas di sana bahwa masa tunggu untuk bisa masuk di yayasan itu biasanya antara dua sampai tiga tahun. Ajaibnya, setelah menunggu selama dua tahun, Brendon mendapatkan tempat di yayasan itu di tahun 1996. Selama masa itu, Rainbow Centre menjalankan program pendidikannya di sebuah sekolah dasar  sambil menantikan selesainya pembangunan gedung baru.

Puji Tuhan untuk semua berkat yang sudah Dia limpahkan! Akhirnya, pada 19 Juli 1999, gedung baru Rainbow Centre selesai dibangun. Gedung ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang mendukung sepenuhnya kebutuhan anak-anak autis. Lokasi yang baru ini bernama “Margaret Drive Special School”. Dalam perencanaan Allah yang ajaib, Brendon menjalani lima tahun pendidikan di Margaret Drive Special School, mulai tahun 1999 sampai 2003.

Selama lima tahun di Margaret Drive Special School, Allah menyediakan para pengajar yang hebat, pelatih bicara, dan pelatih keterampilan untuk mengajari Brendon sesuai dengan rencana dan tujuan-Nya. Sekalipun saya sudah hidup bersama Brendon selama bertahun-tahun, saya akui bahwa saya sendiri masih belum mampu memahami sepenuhnya seluk-beluk kehidupan anak autis. Sungguh mengagumkan ciptaan Allah. Dia menciptakan pribadi autis dengan watak yang sangat unik, dan kecerdasan manusia tidak mampu memahami kerumitan dunia penderita autis. Melalui doa berkepanjangan saja berbagai rintangan dapat diatasi, dan Brendon dapat dimampukan untuk tumbuh dan belajar sesuai kehendak Allah. Demikianlah, segala kemuliaan hanya bagi Allah Yahweh karena kasih dan pertolongan-Nya yang tak pernah gagal atas Brendon.

Dalam banyak kejadian, saya tidak bisa mengarahkan Brendon, tetapi Allah Yang Maha Kuasa tahu persis Brendon baik dari sisi luar maupun dalam, dan saya harus memohon bimbingan dan petunjuk dari-Nya. Yang bisa saya lakukan hanya tunduk kepada kehendak Allah dalam ketaatan penuh dan melangkah dengan iman. Saya percaya dengan segenap hati bahwa campur tangan Allah akan turun dan Dia akan membuat semua indah pada waktu-Nya. Saya mencari kehendak Allah dan menggenapinya melalui kuasa, hikmat dan kekuatan-Nya.

Semakin dalam saya renungkan, akhirnya saya mulai memahami kebenaran yang paling dasar. Allah kita Yahweh mempersiapkan setiap orang Kristen melalui berbagai jalur pelatihan dengan tujuan membangun murid-murid yang teguh, yang akan mengikuti Dia dengan penuh kesetiaan sampai akhir. Saya sadari bahwa Allah telah menempatkan saya dalam berbagai keadaan untuk mengubah diri saya, dan tetap menjaga kerendahan hati saya. Saat saya tak mampu mengatasi atau mencari solusi atas berbagai tantangan yang saya hadapi bersama Brendon, satu-satunya jalan bagi saya adalah mempercayakan semua urusan kepada Allah, karena saya tahu bahwa Dia akan menuntun saya dalam melalui setiap tahap menuju tahap berikutnya. Dengan jaminan dari Allah, saya tahu bahwa Dia adalah satu-satunya Allah yang sejati, yang memegang masa depan. Sungguh benar hal ini; tentu saja, kebaikan dan kemurahan-Nya selalu menyertai saya di setiap hari dalam kehidupan saya. Sungguh menakjubkan bisa menyaksikan betapa indah keajaiban Allah kita! Sekalipun jalur yang harus kita tempuh sangat panjang dan berliku, saya tidak takut lagi karena Allah tak pernah gagal menopang saya dengan kasih karunia dan kekuatan yang Dia limpahkan kepada saya untuk berani melewati semua badai yang menghadang.

Seiring dengan berlalunya waktu, tantangan terbesar dalam mengurus anak autis adalah mempersiapkan dia untuk bisa menjalani hidupnya dalam dunia kita, hal yang jauh berbeda dengan dunia yang dia pahami. Persoalan ini berat karena autisme adalah masalah psikologis. Salah satu gejala dari autisme adalah perilaku obsesif-kompulsif yang tidak tertahankan. Ketika Brendon menjalani pendidikannya di Margaret Drive Special School, hidup menjadi sangat berat karena kami harus menangani berbagai masalah dengan perilakunya. Salah satu masalah terbesar yang kami hadapi adalah dalam hal menangani perilaku obsesif-kompulsif yang tidak tertahankan ini. Ada saat ketika Brendon begitu tergila-gila dengan jam tangan digital. Setiap kali Brendon melihat ada orang lain yang memakai jam tangan digital, dia akan merampas jam tangan tersebut hanya untuk melihat-lihat fungsi dari setiap tombol di jam tangan itu. Saya benar-benar tidak berdaya menangani perilakunya ini, dan saya hanya bisa berdoa memohon Allah untuk memperoleh hikmat dan kekuatan untuk mencegah perilaku Brendon yang berbahaya ini, agar dia tidak lagi merampas jam tangan orang lain di tempat umum. Ajaibnya, kami mengalami kuasa Allah yang hebat yang menghentikan Brendon merampas jam tangan orang lain di tempat umum. Kecanduan Brendon pada jam tangan berlangsung sampai beberapa bulan. Dan pada saat kami sedang bersyukur atas kemenangan yang baru saja kami peroleh, satu perilaku obsesif muncul lagi.

Mayoritas penderita autis menunjukkan perilaku obsesif-kompulsif yang tidak tertahankan dalam berbagai bentuknya. Lebih dari itu, perilaku obsesif ini berubah setiap waktu, dari satu jenis obsesi pada jenis obsesi yang lain. Dan tidak ada tanda-tanda yang jelas kapan setiap perilaku obsesif ini akan berakhir. Hal ini sudah pasti akan membuat pusing orang tua, guru dan semua pekerja sosial yang berusaha untuk mengatasi setiap masalah perilaku tersebut.

Akan tetapi, saya bersyukur kepada Allah karena telah memberi saya kesempatan untuk menjalani hidup bersama anak saya yang menjadi penderita autisme. Hanya melalui kehidupan yang saya lalui bersama putra saya, baru saya bisa masuk mengakrabi dunia autisme yang sangat rumit. Melalui semua pengalaman ini, saya bisa bersimpati kepada setiap orang yang mengalami penderitaaan gangguan jiwa di dalam hidup mereka. Sambil melanjutkan pengembaraan ini, saya berseru kepada Allah, mencurahkan semua kesedihan saya kepada-Nya. Saya memang sangat membutuhkan dukungan dan kekuatan untuk melintasi semua rintangan yang saya hadapi.

Kami sudah berhasil mengatasi obsesi Brendon akan jam tangan digital. Dan masalah perilaku obsesif-kompulsif ini muncul lagi dalam wujud lain. Mendadak saja, tanpa ada sebab khusus, Brendon tergila-gila pada uang koin (koin satu sen Singapore). Anehnya, dia tidak berminat pada jenis uang koin yang lain, dia hanya menginginkan uang koin satu sen. Saya tidak yakin hal apa yang membuatnya tergila-gila pada uang koin satu sen, mungkin karena warna bahannya yang dari perunggu itu. Di sepanjang periode itu, kami berjuang mengumpulkan uang koin satu sen untuk dikoleksi. Yang lebih buruk lagi, dia tidak menginginkan uang koin yang sudah bernoda. Kami harus menyediakan uang koin satu sen yang baru untuk dia setiap saat.

Mimpi terburuk kami adalah jika kami sedang berada di tempat umum. Brendon tidak pernah dapat mengendalikan dirinya jika melihat mesin kasir. Reaksinya adalah segera memanjat meja kasir untuk mencari apakah ada uang koin satu sen di dalamnya. Obsesinya yang baru ini telah membuat kehidupan kami terjungkir balik, sampai kami tidak berani lagi keluar dari rumah. Sangat sukar bagi kami menghadapi kemarahan orang-orang yang tidak menyadari masalah perilaku penderita autisme. Saya meratap di hadapan Allah dan Bapa setiap kali Brendon menunjukkan perilaku yang bisa menyinggung orang lain. Setiap kali tindakan aneh Brendon muncul, saya berseru kepada Allah memohon pertolongan, sebagaimana yang dicontohkan di Mazmur 121:1-2

Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi.

Setiap kali saya datang dalam kerendahan hati di hadapan Allah, hadirat Allah selalu memberikan damai yang menyejukkan hati sekalipun pergumulan yang saya hadapi semakin berat saja. Saat saya bersujud di hadapan Tuhan Yahweh kita yang murah hati, saya mengalami betapa semua beban menekan saya sudah diangkat-Nya. Jaminan yang kuat dari hadirat-Nya dalam memerangi semua peperangan rohani menjadi sumber motivasi dan inspirasi bagi saya untuk melangkah maju dalam keberanian! Sekalipun masalah yang dihadapi tidak langsung hilang dalam semalam, dan sekalipun gunung tinggi yang menghadang saya tidak disingkirkan, janji bahwa “Aku akan selalu menyertaimu!” bergaung keras di hati saya, meyakinkan saya bahwa Allah Yang Maha Kuasa menjadi perisai, kekuatan, harapan dan jangkar bagi jiwa saya! Dengan keyakinan itu, saya dapat menghadapi semua masalah perilaku putra saya di dalam kedamaian sempurna yang bersumber dari Tuhan Yahweh Yang Kekal.

Begitu masalah obsesi akan koin satu sen terlihat reda, muncul lagi masalah obsesi yang lain dalam diri Brendon, dan persoalan ini akan berulang terus menerus. Tidak akan cukup halaman yang tersedia dalam tulisan ini jika saya harus menceritakan semua masalah obsesi penderita autisme dalam diri Brendon. Jika anda ingin tahu lebih banyak tentang masalah perilaku kecanduan penderita autisme ini, dengan senang hati saya sarankan anda untuk membaca kesaksian saya yang lain, yang berjudul, “A Miraculous Journey To Israel With My Autistic son.


Saat-saat penuh berkat di Margaret Drive Special School

Saya akan melanjutkan dengan kesaksian mengenai dua kejadian menakjubkan yang terjadi ketika Brendon bersekolah di Margaret Drive Special School. Melalui semua kejadian itu, saya memahami bagaimana Allah Yahweh mendamaikan hati dan jiwa saya jika saya berada dalam keadaan letih dan lesu. Peristiwa pertama terjadi pada 9 Agustus 2001, yang merupakan hari nasional Singapore yang ke-36. Sungguh indah menyaksikan kebesaran Allah pada hari itu, hari di mana kelahiran bangsa dirayakan! Hari itu memang hari yang penuh berkat untuk dikenang.

Beberapa bulan sebelum perayaan hari nasional, para guru mengadakan musyawarah untuk membuat acara yang meriah bagi perayaan tersebut. Setelah mempertimbangkan banyak usulan, guru-guru sepakat untuk melatih para murid untuk mempersembahkan tari barongsai, semacam tari barong yang berasal dari China. Jika anda belum pernah menyaksikan tari barongsai, pada dasarnya tarian ini dilaksanakan oleh serombongan orang. Satu orang berjalan di depan sambil membawa tongkat yang dipasangi bola di salah satu ujungnya. Ke mana ujung tongkat itu diarahkan, ke situlah para penari yang menggotong boneka naga bergerak mengikuti. Ujung tongkat itu akan digerakkan ke kiri, kanan, atas dan bawah, dan naga akan bergerak mengikuti bola di ujung tongkat tersebut. Tubuh boneka naga itu akan bergerak meliuk-liuk seperti ombak. Naga itu akan terlihat seperti sedang menari.

Di dalam kelas Brendon ada delapan orang murid. Saat itu, masalah perilaku Brendon sedang muncul dan dia tidak bisa mengikuti instruksi yang diberikan oleh para guru. Akibatnya, mustahil untuk mengikutkan dia di dalam tarian ini. Selama masa latihan, Brendon hanya bisa duduk menonton murid lain berlatih, memperhatikan dengan saksama setiap detail dari gerakan boneka naga. Walaupun dia menderita autisme, Brendon memiliki keunggulan dalam hal memori. Otaknya mampu merekam semua detail sampai yang terkecil. Ini hal yang sangat ajaib! Dengan menonton proses latihan sampai berulangkali, mendadak saja, pada satu hari Brendon “mengajukan diri” untuk ikut berlatih. Semua orang terkejut dan bersorak menyemangatinya! Ajaibnya, Brendon dapat menjalani semua bentuk gerakan di dalam tarian itu dengan baik. Gurunya sangat kagum dengan keluwesan Brendon dalam memainkan boneka naga sehingga memutuskan untuk menempatkan dia di posisi ekor naga. Sungguh kejutan yang sangat menyenangkan! Sangat indah!

Akhirnya perayaan hari nasional tiba. Saya dan suami saya bergegas menuju tempat pertunjukan. Saya tak dapat menahan air mata saya ketika menyaksikan Brendon tampil di atas panggung. Terlalu indah untuk menjadi kenyataan. Sungguh tak disangka, mimpi menjadi kenyataan! Sudah pasti ini adalah hasil dari kuasa Allah yang memampukan Brendon untuk bekerjasama dengan para penari lain dan menyajikan tarian yang indah. Sangat sulit dipercaya! Pada saat itu saya dapat merasakan betapa tangan Allah menuntun Brendon yang bergerak dengan sangat luwes di atas panggung. Sungguh suatu mujizat! Sungguh Allah Yahweh kita Yang Maha Tinggi!

Hati saya dipenuhi oleh sukacita dan rasa syukur kepada Allah begitu saya sampaikan kesaksian tentang indahnya kasih dan kuasa Allah bekerja dalam diri Brendon kepada para saudara seiman di gereja. Sukacita itu begitu meluap karena saya mengalami kasih Allah yang tak pernah gagal. Tuhan Yahweh memang indah dan ajaib melampaui semua uraian.

Peristiwa ajaib yang kedua terjadi di tahun 2002, tahun diselenggarakannya pekan olah raga nasional bagi penyandang cacat yang biasa disebut sebagai “Special Olympic Singapore”. Pihak penyelenggara pekan olah raga ini berkeyakinan bahwa olah raga dapat menjadi landasan untuk membantu atlet cacat membangun diri secara utuh. Di samping olah raga, Special Olympic Singapore juga menyediakan layanan serta program khusus yang mendukung pengembangan diri bagi penyandang cacat mental. Selama bertahun-tahun, kita sudah menyaksikan bagaimana dampak positif dari Special Olympics terhadap kehidupan para atletnya, berikut keluarga mereka.

Guru Brendon sangat yakin bahwa setiap anak penyandang cacat memiliki potensi untuk berprestasi jika diberi kesempatan untuk melakukannya. Setelah beberapa bulan berlatih, Brendon diberi kesempatan untuk tampil di cabang olah raga yang dikenal sebagai lomba “Standing Long Jump (Lompat Jauh Tanpa Ancang-ancang)”. Ini adalah peristiwa yang sangat membuka mata bagi kami, ini adalah pertama kali kami akan menyaksikan “Special Olympics”. Kami sangat penasaran, dan ingin segera menyaksikan bagaimana para atlet cacat mental beraksi di arena.

Hari itu sangat cerah! Saya dan suami saya sudah siap untuk memberi dukungan bagi putra kami Brendon. Di sepanjang hari itu, Brendon mengikuti lomba dengan penuh semangat. Sungguh suatu anugerah menyaksikan dia bisa menikmati kegiatannya dengan penuh semangat. Lebih dari itu, Allah mengubah rasa penasaran kami menjadi sukacita ketika Brendon berhasil memenangkan medali emas. Kami tak pernah berharap bahwa Brendon akan bisa memenangkan medali, apalagi medali emas! Saya bersyukur kepada Allah atas kejutan yang menyenangkan ini. Pada saat itu, Allah mengingatkan saya sekali lagi akan hal yang bisa Dia perbuat melalui firman-Nya dalam Matius 19:26

“Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin.”

Sebelum tahun 2002 tiba, keluarga saya mendapat keberkatan untuk bertamasya selama 10 hari di Perth, Australia Barat. Tujuan dari perjalanan ini adalah untuk membiasakan kedua anak kami pada kehidupan di luar negeri. Kekuatiran terbesar saya pada waktu itu adalah kemungkinan bahwa Brendon akan mengalami kesulitan dalam menikmati makanan di sana. Makanan yang tersedia di sana jauh berbeda dengan yang biasa kami nikmati di Singapore. Mayoritas penderita autisme tidak dapat memakan makanan yang berbeda dengan yang biasa mereka makan. Akan tetapi kekuatiran ini kami serahkan kepada Allah. Dan sekali lagi, kami menyaksikan mukjizat baru di dalam perjalanan liburan kami di Perth. Kami sungguh takjub melihat Brendon memakan semua makanan yang diberikan kepadanya tanpa ada keluhan apapun. Tak dapat dipercaya, dia mampu menikmati semua hidangan yang disajikan. Saya bersyukur kepada Allah karena Dia telah mengatasi berbagai persoalan yang paling berat bagi kami.

Sungguh menyenangkan saat mengalami ajaibnya kuasa Allah Yahweh yang penuh kasih bekerja. Dia sudah menolong Brendon mengatasi reaksi penolakan terhadap jenis makanan baru. Sungguh ajaib! Setelah kembali dari Perth, Brendon mulai mencoba berbagai jenis makanan baru yang selama ini tidak pernah dia coba. Kami sangat terkejut melihat berat badannya langsung naik 10kg dalam waktu dua bulan. Ini adalah pertambahan berat yang sangat luar biasa dalam waktu sesingkat itu! Saya ingat bahwa saat itu tidak ada lagi pakaian yang muat di badannya yang semakin mekar. Saya bergegas untuk pergi berbelanja pakaian baru untuknya. Mungkin terdengar lucu, tetapi keluarga kami merasa sangat diberkati melihat Brendon dengan tampilan yang lebih gemuk.

Allah memang selalu baik. Dia sudah menganugerahkan kami tamasya yang indah ke Perth. Kami menjelajahi negeri itu, sambil mengagumi alam hasil karya-Nya, kami bersyukur kepada Pencipta alam semesta yang sungguh ajaib ini. Saya memuji nama-Nya setiap saat.


Kemenangan yang ajaib di Grace Orchard School

Pada penutupan tahun 2002, kami diberitahu bahwa sudah waktunya bagi Brendon untuk meninggalkan Margaret Drive Special School di bulan Juni 2003, saat itu dia akan berusia 12 tahun. Pada masa itu hanya ada sedikit sekolah di Singapore bagi penderita autisme di atas usia 12 tahun. Hanya ada dua sekolah khusus yang mungkin bersedia menerima Brendon. Tanpa menunda waktu lagi, di bulan November 2002, kami mengajukan lamaran ke dua sekolah khusus tersebut. Dua bulan kemudian kami mendapat kabar dari kedua sekolah tersebut, menyatakan bahwa Brendon tidak memenuhi syarat untuk masuk.

Saya dan suami saya sangat kecewa, dan kami tidak tahu harus berbuat apa lagi. Dalam keputusasaan, saya menghadap kepada Allah dan menyampaikan doa memohon kepada-Nya. Saya berdoa

“Bapa di surga yang selalu baik. Kalau semua pintu di Singapore tertutup untuk Brendon, dan jika itu memang merupakan kehendak-Mu bahwa Brendon harus tetap tinggal di rumah, saya percaya bahwa Engkau akan tetap mendidik dia melalui jalan-Mu sendiri.”

Ajaibnya, saya mendapatkan harapan baru di dalam jawaban Allah atas permohonan saya. Ketika kami mencari sekolah dengan kalang kabut, saya dan suami saya secara kebetulan menemukan sebuah sekolah bernama “Grace Orchard School” yang didirikan oleh dua lembaga gereja di Singapore. Akan tetapi kepala sekolah dan psikolog dari Margaret Drive Special School tidak setuju dengan ide untuk melanjutkan pendidikan Brendon di Grace Orchard School karena mereka menilai bahwa sistem pendidikan di sana tidak cocok bagi Brendon. Akibatnya, mereka tidak mau memberikan surat keterangan yang diperlukan untuk melengkapi lamaran Brendon.

Jauh di dalam hati saya, saya mengerti bahwa jalan Allah jauh mengatasi jalan manusia. Saya percaya bahwa jika memang merupakan kehendak Allah supaya Brendon masuk ke Grace Orchard School, maka Dia pasti akan membuka jalan bagi Brendon. Setelah berhari-hari berdoa, saya dan suami saya memutuskan untuk mengajukan lamaran ke Grace Orchard School tanpa meminta bantuan dari kepala sekolah dan psikolog di Margaret Drive Special School. Ini adalah periode yang sangat menentukan bagi keluarga kami. Sambil saya menanti di hadapan Allah, saya memohon kepada-Nya karena hanya Dia saja sumber pertolongan dan kekuatan bagi saya.

Karena kami tidak menyertakan dokumen pendukung sebagai pelengkap surat lamaran, maka Brendon harus mengikuti tes psikologi di klinik psikolog swasta untuk mendapatkan laporan hasil tes psikologinya. Pada hari ujian itu, hari yang sangat mengecewakan bagi kami, Brendon ternyata merasa asing dengan lingkungan tempat dia mengikuti tes psikologi dan ini membuat dia tidak bisa memusatkan perhatian. Hasil dari tes menunjukkan bahwa satu-satunya harapan yang tersisa bagi saya sudah hancur. Di tengah momen yang sangat mengecewakan ini, ada satu suara yang lembut berbisik di telinga saya, “Anakku yang Kukasihi, Aku akan terus membuka jalan bagi Brendon.” Saya sangat terkejut mendengar suara lembut yang memberi keyakinan ini. Allah kita Yahweh adalah Allah yang ajaib! Dia tahu bahwa saya membutuhkan suara lembut yang menenangkan jiwa. Hati saya luluh dan ketakutan saya hilang! Puji Tuhan, Haleluya!

Beberapa hari kemudian, muncul kejutan yang sulit kami pahami dari pihak psikolog yang melakukan tes terhadap Brendon. Dia memberitahu kami bahwa dia sudah memutuskan untuk tidak menuliskan angka hasil tes Brendon yang dilakukan di kliniknya. Alasannya adalah karena dia merasa bahwa memasukkan angka hasil tes akan menjadi tidak adil bagi Brendon karena ujian dilakukan di tempat yang asing buat dia. Mayoritas penderita autisme tidak akan bisa berprestasi di lingkungan yang terasa asing buat dia.

Sebenarnya Brendon gagal mengikuti tes secara keseluruhan. Sungguh mengejutkan bagi kami, ternyata pihak klinik tidak menyebutkan bahwa Brendon sudah gagal. Sebaliknya, dia membuat laporan tentang bagian-bagian di mana Brendon berhasil menjalani tes dan menyimpulkan bahwa prestasi Brendon secara umum tergolong baik. Dia juga menyimpulkan bahwa Brendon pasti akan mampu menyelesaikan bagian-bagian tes yang lainnya jika dia menjalani tes di tempat yang tidak asing baginya. Saya sendiri tidak percaya bahwa laporan yang disusun untuk Brendon bisa begitu bagus. Saya sangat terkejut ketika mendengarkan penjelasan dari psikolog yang menguji Brendon. Hal yang bisa saya sampaikan dalam kesaksian ini adalah bahwa Allah kita sudah berkarya dengan sangat luar biasa di sepanjang proses ujian itu. Dia menyediakan segala yang kita butuhkan sesuai dengan tujuan dan rencana-Nya yang indah!


Kejutan lain yang membahagiakan!

Beberapa minggu kemudian, kami mendapatkan kabar baik dari Grace Orchard School. Kepala sekolah di sana memanggil kami untuk wawancara, dan disepakati untuk membuat tes lanjutan nantinya. Kami berangkat menuju ke sekolah yang baru sambil melihat-lihat keadaan sekolah tersebut. Akhirnya kami bertemu dengan psikolog sekolah tersebut, seorang psikolog India dengan bahasa Inggris berlogat India. Saat kami berbicara dengannya, kami mengalami kesulitan dalam memahami bahasa Inggrisnya. Rasa takut menghantui saya karena membayangkan, “Bagaimana mungkin Brendon akan bisa memahami bahasa Inggrisnya yang kental dengan logat India ini? Akan sangat sukar bagi Brendon bisa lulus dalam tes nanti.” Pada waktu itu, iman saya kembali diuji. Sebuah ingatan muncul di dalam hati saya, ingatan yang ditanamkan oleh TUHAN – Bapa, dan mengingatkan saya, “Tidakkah kamu memiliki iman kepada Allah yang maha kuasa? Allah yang kamu sembah selama ini? Dia sudah melakukan berbagai hal yang ajaib buatmu dan Dia akan terus melakukannya. Percayalah kepada-Nya.”

Firman Allah yang berasal dari Matius 17:20 mendadak muncul di benak saya,

Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.

Seketika itu juga, muncul sukacita dan kedamaian di hati saya. Saya berdoa, “Abba Bapa, aku percaya. Benar, saya percaya dengan segenap hati saya, dan terpujilah nama-Mu yang kudus!”

Sesudah tes dijalankan, kami terkejut mendapati bahwa Brendon dinilai sebagai anak yang paling berprestasi dari semua anak yang sudah diuji. Dia mendapatkan peringkat “A-Star”. Psikolog India itu sudah menguji beberapa anak yang lain, dan mereka tidak mampu memahami bahasa Inggrisnya yang kental dengan logat India. Brendon sendiri tidak bisa memahami ucapannya. Tetapi psikolog ini memuji hasil ujian Brendon. Kami sangat terkesima ketika kepala sekolah memanggil kami dan memberitahu bahwa Brendon sudah melewati semua ujian dengan nilai yang sangat bagus, dan dia diterima masuk di Grace Orchard School. Sesudah bercakap-cakap sebentar, kami membatin, “Bagaimana mungkin Brendon bisa memahami bahasa Inggris psikolog yang berlogat India itu?” Jawabannya adalah karena Allah bisa! Dia bisa melakukan berbagai hal yang berada di luar kemampuan pikiran kita. Sekali lagi Dia membuka jalan bagi Brendon. Segala kemuliaan dan hormat bagi Allah Yahweh yang ajaib!

Kabar baik tentang diterimanya Brendon di Grace Orchard School segera menyebar luas. Walaupun ditentang oleh kepala sekolah dan psikolog di Margaret Drive Special School, Allah tetap membukakan jalan bagi Brendon di dalam penetapan waktu-Nya yang sempurna. Semua orang terkejut karena mereka mengira bahwa hal itu mustahil. Sekali lagi Allah kita menunjukkan kebesaran-Nya! Dia memakai keadaan yang kita hadapi untuk membuktikan kepada dunia bahwa Dia adalah Allah yang maha kuasa, yang melakukan hal-hal ajaib, karena Dia bisa melakukan hal yang mustahil!

Ada lagi kejutan menyenangkan yang lain, yang baru kami ketahui setelah Brendon masuk di sana, guru barunya di sekolah yang baru ternyata adalah bekas gurunya di sekolah yang lama, yakni bekas guru di Margaret Drive Special School. Dia bergabung dengan Grace Orchard School di bulan Mei 2003, hanya satu bulan sebelum Brendon diterima di Grace Orchard School. Sebagaimana yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, Allah sudah menyediakan guru yang terbaik buat Brendon. Ini hal yang sangat menakjubkan!

Setelah bergabung dengan Grace Orchard School sekitar setahun, Brendon menjalani pendidikannya dengan berbagai lompatan prestasi. Bulan Juni 2004, dia dimasukkan ke dalam kelas yang berisi 14 murid dengan gangguan pembelajaran ringan. Saya mendapat keterangan dari guru Brendon bahwa dia satu-satunya murid autis yang berhak bergabung dengan kelas tersebut pada semester itu. Sungguh saya bersyukur kepada Allah atas berkat-Nya yang ajaib!

Sekalipun Brendon diperkenankan masuk di kelas dengan siswa bermasalah ringan, kekuatiran saya yang terdalam adalah kemungkinan bahwa dia tidak akan bisa bergaul dengan teman-teman di kelasnya. Saya membatin, “Bagaimana Brendon akan menghadapi semua perubahan ini?” Saya akui bahwa ada semacam ketakutan serta keraguan di hati saya pada waktu itu. Akan tetapi, kembali Allah meyakinkan saya bahwa Dia akan terus memperhatikan Brendon dan saya harus serahkan segenap hidup saya kepada-Nya.

Memang benar, Allah kembali menyediakan kasih dan perhatian-Nya kepada Brendon. Guru di kelasnya menugaskan tiga orang murid untuk selalu menemani Brendon. Dan mereka adalah tiga orang sahabat yang sangat luar biasa yang selalu mau menolong Brendon dalam setiap persoalannya. Sekalipun Brendon mengalami kesulitan dalam bergaul, ketiga orang temannya ini tidak merasa risih dengan masalah keterbelakangan mentalnya. Mereka justru bahu-membahu dalam menolong Brendon. Saya bersyukur kepada Allah karena telah menyediakan orang-orang yang luar biasa untuk mendukung Brendon dalam menjalani pendidikannya.

Masalah lain yang harus saya hadapi adalah mengajari Brendon untuk setiap mata pelajarannya. Dia terbiasa dengan cara hidup tanpa pembatasan, belajar segala sesuatu lewat permainan di kelas-kelas yang dulu. Namun sekarang dia mendapatkan dua mata pelajaran, bahasa Inggris dan matematika, hal yang sudah sangat berat buatnya. Saya ingat waktu Brendon tidak mampu memahami pokok pelajaran walaupun sudah semua cara saya coba untuk mengajarnya. Saya harus mengakui di hadapan Allah betapa tidak mampunya saya, dan saya datang dalam kerendahan hati ke hadirat-Nya memohon pertolongan dan bimbingan-Nya. Ajaibnya, Allah memampukan Brendon untuk memahami pokok tersebut dengan cepat. Dalam waktu singkat, Brendon sudah menyelesaikan PR-nya. Ini adalah kemenangan instan! Sungguh indah!


Kesempatan untuk mengenal satu-satunya Allah Yahweh yang sejati

Selama tahun-tahun tersebut, saya ingin agar Brendon mengerti bahwa Allah Yahweh yang telah menjadikan dia anak unik dengan kebutuhan khusus. Doa di dalam hati saya adalah agar nantinya Brendon bisa mengenal Allah yang sejati dan yang hidup, yang selalu mengasihi dia dengan luar biasa. Dan Allah tahu kerinduan di dalam hati saya. Tak pernah saya bayangkan bahwa kemudian di sekolahnya diadakan acara doa pagi setiap hari sebelum kelas dimulai.

Seperti yang sudah saya sampaikan sebelumnya, Grace Orchard School didirikan oleh dua gereja. Beberapa saudara seiman dari kedua gereja itu memulai kegiatan sekolah minggu bagi para murid untuk bisa belajar Alkitab. Kemuliaan, hormat dan pujian hanya bagi Yahweh atas kesempatan yang diberikan kepada Brendon dan para murid untuk mengikuti pelatihan ketrampilan, kesenian, mendengarkan kisah-kisah dari Alkitab dan belajar berdoa di sana. Hati saya luluh ketika menerima hasil karya ketrampilan dan kesenian Brendon yang dia kerjakan di kelas sekolah minggunya. Dia sudah belajar banyak pelajaran rohani tentang hal mengasihi Allah dan menyayangi sesama. Saya bersyukur kepada Allah atas kasih-Nya yang tak pernah gagal kepada Brendon.


Tuhan Yahweh membuka jalan masuk ke St Andrew’s Autism Centre

Waktu berlalu begitu cepat! Brendon sudah menghabiskan enam tahun belajar di Grace Orchard School. Pada bulan Januari 2009, dia harus pindah ke sekolah khusus lainnya yang menangani remaja penderita autisme. Satu-satunya harapan kami pada waktu itu adalah mendaftar ke St Andrew’s Autism Centre, satu-satunya yayasan pendidikan yang menangani penderita autisme di atas usia 18 tahun. Kami memasukkan lamaran pada bulan Juni 2008. Seminggu kemudian, kami menerima jawaban bahwa mereka akan memasukkan Brendon ke dalam daftar tunggu karena memang tidak ada lowongan saat itu. Kami diberitahu bahwa waktu tunggu berkisar antara dua tahun atau bahkan lebih. Kami menghadapi dilema. Sungguh berat rasanya melihat kenyataan bahwa di negeri ini tak ada lagi sekolah lain yang tersedia untuk putra kami. Pada usianya yang ke-18, Brendon masih terlalu muda untuk terkurung di dalam rumah. Saya meratap di hadapan Allah Bapa saat saya masuk ke dalam kondisi tanpa harapan. Kami sudah kehabisan akal; satu-satunya jawaban adalah untuk menyerahkan semua urusan ini ke dalam tangan Allah. Dalam keputusasaan, saya berlutut di hadapan Allah yang maha pemurah. Saya memanjatkan doa singkat dengan segenap hati.

“Abba Bapa, tunjukkanlah kami jalan-Mu. Saya percaya Engkau punya rencana besar untuk Brendon. Kiranya kehendak-Mu saja yang terjadi. Amen”

Setiap hari saya berseru kepada Abba Bapa di surga, dan mengucapkan doa singkat tadi setulus hati. Di dalam hati saya, saya percaya bahwa Allah mengasihi Brendon dengan luar biasa, dan Dia pasti akan membuka jalan bagi Brendon. Lihatlah, jawaban untuk doa saya datang enam bulan kemudian. Desember 2008, ‘kado Natal’ terbaik yang pernah kami terima muncul di kotak surat kami. Akhirnya, kami mendapat berita dari St Andrew’s Autism Centre. Psikolog di sana mengabari kami bahwa mendadak saja salah satu klien mengundurkan diri, dan dia ingin mengadakan tes untuk melihat apakah Brendon cocok dijadikan kandidat penggantinya. Kami berjingkrak penuh sukacita atas kejutan yang membahagiakan ini! Tentu saja saya yakin bahwa Allah sudah mendengarkan doa saya.

Karena hanya ini satu-satunya harapan yang terbuka bagi Brendon, maka hasil dari tes ini akan menentukan apakah Brendon bisa melanjutkan sekolahnya atau harus mendekam di dalam rumah sampai dua atau tiga tahun. Pada saat itu, saya serahkan semua ketakutan dan keraguan saya kepada Allah. Sungguh mengejutkan, Brendon saat itu begitu tenang dan mampu mengikuti semua arahan di sepanjang ujian. Psikolog tersebut sangat puas dengan hasil tes Brendon dan langsung mengumumkan bahwa, “Pada tingkat kemampuan Brendon, dia layak untuk masuk ke dalam kelas tersebut. Kami menyambut kedatangan Brendon di sekolah ini.”

Hati saya dipenuhi sukacita begitu mendengar pengumuman tersebut. Sungguh rapi pengaturan waktu yang ditetapkan oleh Allah di dalam memberikan pertolongan-Nya kepada Brendon. Saya merenungkan: Kalau ada banyak pilihan sekolah yang tersedia, kemungkinan terbesar adalah bahwa saya tidak akan mencari pertolongan Allah karena dengan mudah saya bisa memilih sekolah untuk Brendon. Akan tetapi, saya bersyukur kepada Allah karena menempatkan saya dalam kondisi jalan buntu. Ketika saya berada di dalam lembah gelap berisi takut dan ragu, Allah menunjukkan kepada saya bahwa Dia akan menyatakan terang-Nya segera. Pikiran yang menyegarkan itu memberi saya harapan di setiap keadaan yang seolah tanpa harapan. Yang perlu saya lakukan hanyalah melangkah terus dengan kuasa dan kekuatan-Nya! Sungguh luar biasa dan ajaib rasanya melihat Brendon diterima di satu-satunya sekolah autisme untuk orang dewasa saat itu. Sungguh indah menyaksikan Allah kita Yahweh yang selalu sama dari dulu, sekarang sampai selama-lamanya. Saya bersyukur kepada-Nya karena telah mengajari saya pentingnya menyerahkan semua beban kepadaNya, tidak boleh mengandalkan pengertian sendiri. Di setiap langkah saya, saya mengakui namaNya, dan Dia akan menuntun saya.

Sungguh indahnya! Akhirnya Brendon dapat melanjutkan pendidikannya di St Andrew’s Autism Centre mulai Januari 2009. Selama dua puluh delapan tahun terakhir, dalam setiap tahap pendidikan Brendon, kami selalu dikabari bahwa Brendon harus menunggu sekitar dua atau tiga tahun sebelum bisa masuk ke sekolah khusus tempat kami mendaftar. Akan tetapi dia tidak pernah harus menunggu sampai lama untuk bisa diterima di setiap sekolah khusus yang kami pilihkan untuk dia. Melalui semua pengalaman ini, Allah Yahweh tidak pernah gagal menyediakan tempat untuk Brendon.

Kurikulum di St Andrew’s Autism Centre mencakup pelatihan bagi penderita autisme dalam beradaptasi, pengembangan hubungan sosial dan ketrampilan dalam kegiatan sehari-hari. Setelah perencanaan selama bertahun-tahun, yayasan ini membentuk “Day Activity Centre – DAC (Pusat Kegiatan Harian)” yang ditujukan untuk menangani penderita autisme dari usia 19 tahun sampai 55 tahun. Ketika saya pertama kali membaca tentang St Andrew’s Autism Centre (SAAC), pernyataan visi dan misinya sangat menarik perhatian saya.


Visi SAAC

Memampukan penderita autisme untuk menjalani kehidupan yang penuh makna dan kehormatan


Misi SAAC

Memperkaya kehidupan penderita autisme dan keluarga mereka melalui pendidikan, pelatihan dan layanan berkualitas dengan ciri kasih dan kepedulian Kristen

Sungguh ajaib! Begitu saya renungkan kata-kata tersebut, hati saya dipenuhi oleh sukacita dan syukur kepada Allah. Sungguh visi dan misi yang indah. St Andrew’s Autism Centre adalah lembaga milik Singapore Anglican Community Services yang dikelola oleh St Andrew’s Mission Hospital, rumah sakit ini memiliki motto, “Trusting God, Bearing Fruit (Percaya kepada Allah, Hasilkan Buah)”

Sungguh motto yang indah. Kata-kata itu menginspirasi saya untuk terus melangkah maju tanpa ragu! Prinsip yang sangat baik sebagai pengingat bagi orang Kristen. Kiranya motto ini menjadi semboyan kita juga, “Trusting God, Bearing Fruit.”


Petualangan pendidikan yang lebih mengasyikan di St Andrew’s Autism Centre

Bulan Januari 2009, Brendon masuk St Andrew’s Autism Centre yang beroperasi di sebuah gedung sewaan berlokasi di lantai dasar sebuah bangunan tua komplek perumahan milik pemerintah. Di dalam kelasnya ada tujuh siswa dan dua pelatih. Saat saya telusuri, St Andrew’s Autism Centre dibentuk dalam kondisi yang serba sederhana. Pada awalnya, St Andrew’s Mission Hospital memperkirakan kebutuhan untuk menyediakan tempat belajar permanen bagi para penderita autisme. Ide pembentukan sebuah pusat layanan penderita autisme kemudian mereka kembangkan. Saya bersyukur kepada Allah yang telah memenuhi kebutuhan kami melalui berbagai jalur dan melalui kasih orang-orang yang berhati emas.

Tiga bulan sesudah Brendon bergabung di SAAC, St Andrew’s Mission Hospital memasuki tahap bersejarah yang baru. Tanggal 28 Maret 2009, St Andrew’s Mission Hospital secara resmi mulai membangun gedung baru. Pembangunan gedung baru yang akan menjadi pusat layanan terintegrasi bagi penderita autisme. Di bulan September 2010, pusat layanan yang baru itu selesai dibangun. Gedung pusat layanan bernilai S$23,7 juta itu merupakan fasilitas terintegrasi bagi penderita autisme berusia antara 19 sampai 55 tahun yang pertama di negeri ini.

Pada hari peresmian pemakaian gedung baru itu, ketua yayasan SAAC mengucapkan doa berikut:

Kami ingat pada tugas yang dibebankan kepada kami, Gereja Anglikan, untuk menjadi masyarakat Kristen yang melayani penduduk Singapore yang menderita autisme. Kami merasa sangat rendah hati oleh kasih karunia-Mu yang telah menyediakan tempat yang akan dipakai untuk melayani para klien kami. Jagalah agar kami tetap setia pada panggilan kami dan kuatkan kami di dalam pelayanan kami. Oleh dorongan yang kuat dari panggilan kami serta hasrat untuk melayani bangsa Singapore, maka Dewan Direktur St Andrew’s Mission Hospital memulai rencana pembangunan pusat layanan.

Tahun-tahun berlalu sejak dibukanya pusat layanan yang baru tersebut, dan doa yang indah dari ketua yayasan ini masih terkenang di hati saya sebagai pengingat bagi saya akan visi dan misi dari St Andrew’s Autism Centre yang baru saja dibangun.

Pada bulan Januari 2011, hari yang lama dinantikan itu akhirnya tiba bagi Brendon dan teman-teman sekelasnya. Mereka memulai semester baru mereka di dalam bangunan St Andrew’s Autism Centre yang baru. Saya bersyukur kepada Allah karena Dia terus menyediakan lingkungan yang mendukung bagi pendidikan lanjutan buat Brendon.


Upacara Penanaman Pohon di Ulang Tahun SAMH yang ke-100

2013 adalah tahun yang spesial bagi St Andrew’s Mission Hospital (SAMH) karena rumah sakit ini akan merayakan ulang tahunnya yang ke-100. Sebagai bagian dari setahun penuh perayaannya, SAMH mengadakan upacara penanaman pohon dan kegiatan jalan santai di lokasi SAAC pada tanggal 20 April 2013. Pohon jenis “Gustavia Superba” ditanam di sana sebagai peringatan 100 tahun  pelayanan Jemaat Anglikan di Singapore.

Allah kita yang maha kuasa tak pernah henti mencurahkan kasih-Nya kepada putra kami Brendon. Sungguh membahagiakan, Brendon terpilih menjadi salah satu pelaksana di “Upacara Penanaman Pohon”. Bersama dengan Uskup Anglikan di Singapore, Direktur SAMH dan Ketua Yayasan SAAC, Brendon menggali tanah dengan sekuat tenaga dan membuat lubang tanam untuk pohon tersebut di bagian utama halaman SAAC.

Sebuah plakat dipasang di dekat pohon tersebut sebagai tanda peringatan akan penanamannya. Bentuk plakat itu mengikuti bentuk logo ulang tahun SAMH yang ke-100, yang melambangkan bagaimana SAMH terus melanjutkan pelayanannya dengan mengikuti perkembangan jaman sambil tetap mengingat jejak langkah yang sudah dijalani di bawah bimbingan Allah.

Dua ayat dari Yeremia 17:7-8 diukir di plakat tersebut

7 Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!  8 Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.

Sungguh indah firman yang dikutip dari Alkitab ini! Setiap kali saya berkunjung ke SAAC, saya selalu sempatkan diri untuk menghampiri pohon “Gustavia Superbia” untuk melihat sudah seberapa tinggi ia bertumbuh. Selain mengagumi keindahan pohon ini, saya juga selalu menyempatkan diri untuk melihat-lihat rangkaian foto upacara penanaman pohon di papan pengumuman berlapis kaca di sampingnya yang dipasang permanen. Saya dapat melihat senyum cerah di wajah Brendon tercermin dalam foto-foto tersebut. Peristiwa khusus ini merupakan kesaksian lain tentang kasih kebaikan yang dicurahkan TUHAN dan Juruselamat kita kepada putra saya. Sungguh saya memuji dan mengucap syukur kepada Allah atas kebaikan-Nya!


Kesempatan untuk belajar hortikultura (bercocok-tanam)

Pada tahun 2014, Allah terus menyiapkan jalan untuk Brendon. Salah seorang guru, yang juga seorang Kristen yang taat, melihat perlunya membuka bidang pelajaran baru bagi para murid. Dia memandang bahwa proyek latihan bercocok-tanam akan sangat bermanfaat bagi para murid. Dengan berbekal visi ini, dia lalu menyampaikannya kepada dewan pimpinan yayasan, dan mereka bersemangat untuk mendukungnya! Kemudian sebidang lahan dialokasikan untuk proyek hortikultura. Demikianlah proyek hortikultura bermula. Selain belajar berkebun, para murid juga dilatih untuk bercocok-tanam di dalam ruangan. Mereka dilatih untuk membuat terrarium (rangkaian wadah tanam) dan menjalankan kegiatan bercocok-tanam di dalam ruangan. Saya sangat bersyukur kepada Allah atas kesempatan yang diberikan kepada Brendon untuk mempelajari bidang yang baru.

Setelah lebih dari dua tahun dijalankan dengan penuh semangat, baik proyek hortikultura yang outdoor maupun yang indoor, keduanya menunjukkan hasil yang sangat bagus. Pada tahun 2016, guru Brendon mencapai kesepakatan dengan sebuah perusahaan landscape (tata-lahan). Pimpinan perusahaan ini bersedia untuk melibatkan para murid untuk bekerja di kebun bibitnya. Segala sesuatu berjalan dengan sangat indah. Tiga kali dalam seminggu Brendon dan semua teman sekelasnya akan berkunjung ke kebun bibit tersebut untuk mengerjakan hal-hal seperti pemindahan tanaman, penyiraman dan pembersihan rumput. Ini adalah pengalaman yang fantastik bagi Brendon, dia menjadi tukang kebun sejati di kebun bibit sebuah perusahaan. Saya berterimakasih kepada Allah atas penanganan-Nya yang penuh kelimpahan pada Brendon.

Semua peristiwa ini sungguh ajaib! Memasuki tahun 2017, Brendon sudah menguasai cara pembuatan terrarium (rangkaian wadah tanam) kecil yang sederhana. Terrarium mini bisa menjadi karya seni. Kemudian guru Brendon menjalin kerjasama dengan beberapa perusahaan kecil untuk mendukung pengembangan karya seni para murid. Perusahaan-perusahaan tersebut memesan terrarium mini hasil garapan para murid dan menjadikannya sebagai cindera-mata dalam beragam kegiatan mereka. Hebat sekali! Sukar dipercaya, ini hal yang sangat ajaib! Allah selalu baik setiap saat!

Tak ada kata akhir untuk kegiatan belajar. Bulan Januari 2017, Brendon masuk ke dalam kelas yang baru. Gurunya yang baru memutuskan untuk membawa para siswa untuk belajar dengan lebih mendalam. Dia mengajukan usulan proyek bertanam sayur. Begitu proyek ini disetujui, sebidang lahan kemudian dialokasikan untuk proyek tersebut. Brendon termasuk yang dilibatkan di dalam proyek tanaman sayur. Sekalipun kehidupan sangat berat bagi seorang ‘petani’, Brendon bekerja dengan giat mengurusi lahan garapannya. Ketika tiba musim panen, seorang pemilik toko grosir yang baik hati menawarkan untuk menjualkan sayuran hasil panen dari lahan SAAC di tokonya. Lebih dari itu, beberapa penghuni kondominium di dekat SAAC juga berinisiatif membeli sayuran hasil panen para murid SAAC. Sedangkan keluarga kami sendiri diberkati dengan berbagai sayuran hasil panen yang dipetik oleh Brendon dan dibawa pulang dalam berbagai kesempatan. Bahagia sekali! Allah sudah mencurahkan Brendon dengan kasih-Nya yang tak pernah gagal, terpujilah nama-Nya!


Permohonan kepada Allah demi perwujudan ‘Rumah Penyandang Cacat’ bagi penderita autisme

Sampai dengan sekarang, autisme masih merupakan gangguan psikologis permanen yang belum bisa disembuhkan. Orang tua dari anak-anak autis sangat prihatin akan masa depan anak mereka. Pertanyaannya adalah, “Akan bagaimana nasib anak-anak autis ini jika orang tua mereka tidak mampu lagi merawat mereka?” Saya dan suami saya merasakan kekuatiran yang sama dengan orang tua yang lainnya. Dalam kesesakan kami memanjatkan permohonan kepada Allah dan Bapa kami di surga. Selama bertahun-tahun, kami sudah menyaksikan campur tangan Allah di dalam pertimbangan waktu-Nya yang sempurna. Dia tak pernah berhenti membuka jalan bagi Brendon, dan kami percaya dengan segenap hati bahwa Dia akan melakukannya.

Ajaibnya, tanggal 2 Oktober 2015, Presiden Singapore, Tony Tan, yang menjadi tamu kehormatan di acara malam amal SAMH, dalam jamuan makan malam itu mengumumkan bahwa SAAC telah ditunjuk oleh Kementerian Sosial dan Pembangunan Keluarga (Ministry of Social and Family Development – MSF) untuk bersama-sama membangun dan mengelola ‘Rumah Penyandang Cacat’ bagi penderita autisme.

Sejak saat itu, SAAC dan MSF bersama-sama merancang dan membangun fasilitas yang akan menyediakan layanan tempat tinggal permanen bagi penderita autisme yang memang tak punya pilihan lain lagi.

Langkah besar dari SAAC ini merupakan bagian dari komitmen inti untuk terus melangkah dan bekerja mendampingi keluarga-keluarga dari penderita autisme, dan untuk menjadi jembatan pendidikan, pelatihan, intervensi dan advokasi.

Saya dan suami saya sangat terkejut mendengar kabar baik ini. Sekali lagi, Allah kami Yahweh sudah mendengar doa kami. Ini sungguh luar biasa! Kami sangat bersyukur karena Dia telah mengabulkan doa kami. Dengan hati penuh syukur kami menantikan terwujudnya kompleks penampungan bagi penderita autisme di Singapore.

Rumah Penyandang Cacat yang dibangun bersama-sama oleh SAAC dan MSF memulai konstruksinya tanggal 21 Februari 2017. Bagian kompleks yang baru, St Andrew’s Adult Home (SAAH), dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan penderita autisme. Daya tampungnya adalah 200 penghuni dan ditambah dengan Day Activity Centre (DAC) yang berkapasitas 50 orang dewasa.

SAAH menyediakan hunian jangka panjang dan cakupan layanan yang mengacu pada tiga tujuan inti: Ketrampilan Sehari-hari, Kehidupan Bermasyarakat, Pengelolaan Emosi dan Perilaku. Para petugas pendukungnya terdiri dari para perawat, petugas medik, psikolog, terapis dan pekerja sosial. Mereka semua bekerja sama dengan para pekerja yang berurusan langsung dengan penghuni dan klien. Bersama-sama mereka membantu para penghuni membangun kehidupan yang bermartabat dan penuh makna.

Pada tanggal 19 April 2018, lantai 10 dari gedung pertama serta lantai 7 dari gedung kedua berhasil diselesaikan. Semua kelengkapan yang dibutuhkan, mencakup peralatan, program kerja, pengisian tenaga kerja dan pengaturan logistik, sudah siap. Akhirnya, SAAC secara resmi menerima penyerahan gedung SAAH dari MSF pada tanggal 16 Januari 2019. Upacara pembukaan resmi dilakukan pada tanggal 11 Februari 2019. Selanjutnya, SAAH mulai menerima penghuni pertamanya di awal April 2019.

Saya tak dapat mempercayai apa yang saya lihat ketika suami saya dan saya diundang melihat-lihat gedung baru SAAH. Allah kita Yahweh tahu kekuatiran di dalam hati kita, dan penghiburan-Nya sangat menyegarkan hati. Tak ada kata yang dapat dipakai untuk mengungkapkan rasa syukur kami kepada Allah kita yang ajaib, yang sudah menyiapkan rumah duniawi bagi putra kami tercinta untuk merawat dia sekiranya kami sudah tidak mampu merawatnya lagi.

Kapasitas DAC di lembaga SAAH sekarang ini adalah 50 orang dewasa. Karena SAAH berjarak dekat dengan rumah kami, kami bermaksud untuk mengajukan lamaran agar Brendon bisa diterima di dalam DAC milik SAAH. Kami sangat bersyukur kepada Allah karena Brendon diterima di DAC pada bulan April 2019.

Merupakan perjalanan yang panjang untuk belajar tunduk kepada kehendak Allah sambil mengakrabi dunia autisme yang penuh misteri bersama putra kami terkasih selama 28 tahun. Melalui kesaksian ini, saya bermaksud mengungkapkan segenap rasa terima kasih saya kepada satu-satunya Allah sejati, yakni Yahweh, karena telah menganugerahkan saya dan keluarga saya segenap anugerah, kemurahan dan keberanian untuk melewati segenap rintangan yang menghadang di jalan. Sungguh indah dan menyenangkan bisa mengalami kasih Allah melalui semua mukjizat yang Dia lakukan.

Sebelum saya akhiri kesaksian ini, saya ucapkan terima kasih kepada semua saudara-saudari seiman di seluruh dunia yang telah meluangkan waktu untuk membaca kesaksian ini. Bagi mereka yang sudah mendukung kami di dalam doa, kami sampaikan, “Terima kasih yang sedalam-dalamnya karena telah ingat akan kami.” Kiranya Allah dan Bapa kita di surga memberkati anda semua dengan kelimpahan berkat rohani-Nya! Amen.

 

Berikan Komentar Anda: