SC Chuah | Covid-19 |

3  Kuasa-Nya yang ilahi telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berkenaan dengan hidup dan kesalehan, melalui pengetahuan akan Dia yang telah memanggil kita menuju kepada kemuliaan dan kebaikan-Nya. 4  Melaluinya, Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji-Nya yang amat besar dan berharga supaya dengan janji-janji tersebut kamu dapat ikut ambil bagian dalam keilahian-Nya, dan terhindar dari kerusakan yang terjadi di dunia, yang disebabkan oleh berbagai hawa nafsu. (2 Petrus 1:2-3 AYT)

Surat-surat Perjanjian Baru kebanyakannya dibuka dengan ucapan salam, kemudian diikuti dengan kata-kata pembukaan umum yang mengingatkan kita akan keberkatan kita di dalam Kristus. Hanya setelah itu, pokok yang ingin dibahas oleh sang penulis diutarakan. Dua ayat yang baru kita baca merupakan contoh yang indah. 


ANUGERAHNYA BAGI KITA

Hari ini kita akan membahas anugerah atau pemberian-Nya bagi kita. Kasih di dalam Injil selalu diikuti dengan tindakan memberi.  “Karena Allah sangat mengasihi dunia ini, Ia memberikan…” (Yoh 3:16); “Bapa mengasihi Anak dan telah memberikan…” (Yoh 3:35); “Anak Allah, yang mengasihi aku dan telah memberikan…” (Gal 2:20) dll. Kasih yang sebatas perasaan tidak dikenal oleh Alkitab. Demikian pula, siapa saja yang tersentuh kasih Allah akan berubah menjadi orang yang “lebih berbahagia memberi daripada menerima” (Kis 20:35).

Menurut dua ayat ini, apa yang telah kita terima dari Dia? Pertama, kuasa-Nya yang ilahi telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berkenaan dengan hidup dan kesalehan. Ini sebuah pernyataan yang besar. Ini berarti orang percaya sejati memiliki kekuatan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Kuasa inilah yang menjadikan kita terang di dunia yang gelap ini. Kita berfungsi dengan kekuatan supernatural yang disebut “ilahi” di sini. Ini akan sangat membedakan kita dari orang lain. Jadi apakah saudara orang lemah atau orang kuat? Tentu saja, kuasa ilahi ini tidak menjadikan kita Superman sehingga kita menjadi anggota Avenger! Kuasa ilahi ini berkaitan dengan segala sesuatu yang berkenaan dengan hidup dan kesalehan! 

Di pandang dari sisi negatif, ini berarti tidak ada dosa, kelemahan, kebiasaan, keterikatan dan kecanduan apapun yang tidak dapat diatasi oleh kita melalui kuasa-Nya. Hal ini sangat penting karena dalam Kristus, tidak seorang atau suatu hal pun yang dapat dikategorikan sebagai kasus tanpa harapan. Kata “segala sesuatu” yang dipakai di sini mencakupi segala masalah dan persoalan yang berkaitan dengan hidup ini. Dalam perjuangan kita melawan dosa, kita tidak punya alasan untuk putus asa.

Segala sesuatu yang berkenaan dengan hidup juga termasuk hal-hal yang sering kali tidak dianggap dosa oleh kita, tetapi sangat mempengaruhi kualitas hidup kita secara keseluruhan. Hal-hal seperti kerusakan mental yang kita alami akibat masa lalu kita (seperti dibully, atau dibesarkan di broken home) bisa dibawa ke dalam kehidupan baru dan merusak segalanya. Kita menjadi orang yang super sensitif, moody, kurang aman, kurang pede, terlalu pede, inferior, superior dan segala macam masalah psikologi lain yang merusak kebahagiaan kita. Hal-hal semacam ini juga membuat kita sulit hidup bersama dengan orang lain. Kita tidak disukai orang dan kita bertanya-tanya mengapa orang tidak menyukai kita, padahal semua orang dapat melihat mengapa. Akan tetapi, karena kita super sensitif, tidak ada orang yang berani memberitahui kita. Lebih buruk lagi, kita juga tidak ingin tahu dan lebih memilih menyalahkan orang lain. Justru karena hal-hal semacam ini tidak dianggap dosa oleh kita, kita mengabaikannya dan membiarkannya. Akibatnya kita menjadi orang yang jahat tidak jahat, baik juga tidak baik; hidup segan mati tidak mau. 

Perhatikan gejala-gejalanya, perhatikan waktu-waktu kita merasa hidup tidak bermakna, hidup serasa tanpa tujuan dan membosankan. Berjaga-jagalah dengan pemikiran yang terlalu negatif dan pesimis terhadap hidup ini. Sebenarnya, adalah tidak terbayangkan orang yang bergaul dengan Tuhan akan memiliki pandangan yang suram terhadap kehidupan ini. Pemikiran yang negatif pasti akan melahirkan kehidupan yang negatif. Oleh karena itu, marilah kita menangani hal-hal ini dengan serius. Namun, untuk menanganinya, hal yang paling dibutuhkan ialah keterbukaan, justru hal yang paling sulit bagi kita.   

Di sisi yang lain, sisi positifnya, kuasa ilahi-Nya juga memungkinkan kita mencapai nilai-nilai positif seperti yang terdaftar dalam ayat 5-7, seperti kebajikan, pengetahuan, penguasaan diri, ketekunan, kesalehan dan kasih. Pertumbuhan rohani dalam firman Tuhan adalah pertumbuhan dalam karakter. Itulah hal pertama yang telah Allah anugerahkan kepada kita: kuasa-Nya. Memang pantas kalau kita hidup bersyukur kepada-Nya setiap hari!


PENGETAHUAN AKAN DIA YANG TELAH MEMANGGIL KITA

Kita juga melihat bahwa semuanya ini Dia anugerahkan kepada kita melalui pengetahuan akan Dia. Kata “pengetahuan” di sini ialah pengetahuan melalui pengalaman, yaitu pengenalan. Hidup kita ini sangat ditentukan oleh siapa yang kita kenal. Dalam mendefinisikan hidup yang kekal, Yesus telah menyatakan kepada kita tujuan tertinggi dari eksistensi kita sebagai manusia, yaitu untuk mengenal Bapa, satu-satunya Allah yang benar, dan Yesus Kristus, yang telah diutus-Nya.

Dalam perjalanan hidup saya, orang sering bertanya kepada saya, “Kamu kenal Bapak X, tidak? Bapak Y? Bapak Z”. Biasanya itu nama hamba-hamba Tuhan yang besar dan terkenal. Jawaban saya selalunya, “tidak, tidak, tidak”, sehingga saya jadi malu sendiri. Orang kecil seperti kita mana mungkin mengenal orang besar seperti mereka. Kita ingin mengenal mereka pun, mereka belum tentu ingin mengenal kita. Namun jika saudara bertanya, “Apakah kamu kenal Allah?”, saya akan menjawab, “Ya! Dia Papa saya! Mahu tahu nama-Nya?” “Apakah kamu kenal Yesus?” “Ya! Dia koko saya!” Allah yang Maha Tinggi telah merendahkan diri-Nya untuk memperkenalkan diri-Nya kepada orang-orang rendah dan tidak berarti dari dunia ini. Kita mungkin tidak mengenal siapa-siapa, tetapi mengenal Dia sudah cukup. Kita mungkin tidak dikenal siapa-siapa, tetapi dikenal Dia sudah cukup. Dia bukan saja rela mengenal kita, sebaliknya Dia telah melakukan segala suatu yang dapat Dia lakukan, dan membayar harga yang tak terbayangkan untuk memperkenal diri-Nya kepada kita! Di dalam Kristus, tidak ada orang minder!

Bisnes gereja adalah mengenal Allah. Semua kegiatan lain dalam gereja seperti kegiatan sosial dan kemanusiaan, sebaik apa pun, jika tidak terfokus pada tujuan tersebut, hanya akan mencemari dan menodai kemurnian jemaat. Apakah saudara mengenal Allah? Itulah hal yang terpenting dalam hidup ini. Sebuah pertemuan kecil antara beberapa orang membahas tentang mengenal Allah, adalah jauh lebih penting daripada sebuah rapat kabinet, sepenting-pentingnya rapat kabinet itu. Itu karena mengenal Allah membawa hidup yang kekal.  


JANJI-JANJINYA YANG AMAT BESAR DAN BERHARGA

Hal berikut yang telah dianugerahkan kepada kita ialah janji-janji-Nya yang amat besar dan berharga. Sebagai manusia, kita sering dikecewakan oleh janji-janji yang tidak ditepati. Sekalipun dibohongi berulang kali, kita tetap percaya. Banyak yang berjanji tanpa niat untuk menepatinya. Ada pula yang berniat baik, tetapi menjanjikan jauh lebih banyak daripada yang dapat ditepati. Saya selalu terheran-heran membaca dan menyaksikan bagaimana orang ditipu oleh pelbagai macam janji palsu.   Namun, ketika berurusan dengan Allah, kita tidak akan pernah mengalami masalah ini. Janji-janji-Nya selalu “ya” dan “amin” (2Kor 1:20). Ibrani 6:13-15 mengatakannya seperti ini: 

13  Ketika Allah berjanji kepada Abraham, Ia berjanji atas diri-Nya sendiri karena tidak ada yang lebih besar daripada diri-Nya. 14  Allah berkata, “Aku pasti akan memberkatimu,” dan “Aku pasti akan melipatgandakan keturunanmu.” 15  Dan, setelah menantikan dengan sabar, Abraham menerima janji itu.

Abraham adalah bapa segala orang beriman. Ketika Perjanjian Baru berbicara tentang iman, yang dimaksudkan ialah iman seperti iman Abraham. Setiap kali iman dibahas dalam surat-surat Perjanjian Baru, tokoh Abraham akan timbul sebagai teladan iman. Itulah sebabnya orang percaya disebut sebagai “mereka yang hidup dari iman Abraham” (Rm 4:16). Akan tetapi, “iman” zaman sekarang sangat jauh berbeda dari iman Abraham, karena didefinisikan sesuka hati terlepas dari tokoh teladannya. Iman Abraham ialah iman yang melangkah dalam ketaatan total berdasarkan janji Allah.

Dan satu lagi unsur penting dari iman Abraham ialah kesabarannya, yang disebutkan di ayat 15, “menantikan dengan sabar”. Ayat ini tidak berkata karena iman, Abraham langsung menerima janji itu. Abraham menerima janji itu setelah menantikan dengan sabar selama 25 tahun. Kita hanya akan menantikan sebuah janji dengan sabar jika kita memercayai sepenuhnya karakter sang pemberi janji, bahwa dia pasti akan menepati janjinya. Banyak orang percaya yang sungguh-sungguh percaya, tetapi tidak sabar. Apabila kita tidak sabar, dan bertindak melulu, kita hanya akan mengacaukan segalanya. Jika demikian, apakah kita sungguh-sungguh percaya?  

Bayangkanlah Alkitab itu sebagai surat warisan. Jika saudara menerima sebuah surat warisan panjang, yang mengandung banyak istilah hukum yang saudara tidak mengerti, apakah saudara akan berusaha mengertinya? Saya akan berusaha mengertinya. Jika tetap tidak mengerti, saya akan mencari orang yang mengerti untuk menjelaskannya kepada saya. Kalau perlu, kita bahkan akan menyewa ahli hukum untuk menjelaskannya. Kita ingin tahu apa warisannya dan apa syarat-syarat untuk menebusnya. Akan tetapi, mengapa kita sering bersikap acuh tak acuh terhadap warisan dari Allah?


IKUT MENGAMBIL BAGIAN DALAM KEILAHIANNYA!

Yang berikut adalah hal yang paling exciting. Apa tujuan dari janji-janji-Nya yang amat besar dan berharga itu? Supaya makmur? Supaya sehat? Tidak! “Supaya dengan janji-janji tersebut kamu dapat ikut ambil bagian dalam keilahian-Nya!” Saya kurang mengerti para penginjil yang suka menjanjikan kemakmuran dan kesehatan. Itu janji Perjanjian Lama kepada Israel, yang disebut barang tua dan usang dalam Perjanjian Baru (Ibr 8:13). Dalam Perjanjian Baru, Allah telah memberikan janji yang jauh lebih besar, jauh lebih berharga, lebih mulia dan lebih superior. Kita dipanggil untuk ikut mengambil bagian dalam keilahiannya, yaitu untuk menjadi seperti Dia!

Kita tidak membawa apa-apa ke dalam dunia ini, dan kita tidak dapat membawa apa-apa keluar. Akan tetapi, ada satu hal yang pasti akan dibawa keluar, yaitu karakter kita. Berdiri di takhta pengadilan Kristus nanti, hanya satu hal yang akan diperhitungkan nanti. Kaya atau miskin, sehat atau sakit, nyaman atau susah, semasa kehidupan kita di bumi, tidak ada artinya sama sekali. Yang diperhitungkan hanya karakter kita. Dan Allah melalui Injil Kristus telah membuka pintu sebesar-besarnya bagi kita supaya kita ikut mengambil bagian dalam keilahiannya. Kita harus belajar melihat bahwa masa yang diberikan kepada kita di bumi ini adalah untuk pembentukan karakter, bukan untuk pengumpulan harta.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk membawa keilahian-Nya di dunia yang yang rusak oleh pelbagai hawa nafsu. Cara rasul Petrus menggambarkan dunia ini cukup pesismis. Dalam satu anak kalimat, rasul Petrus telah menggambarkan keadaan rohani dunia ini: dunia yang dirusakkan oleh pelbagai hawa nafsu. Orang Kristen digambarkan sebagai orang yang telah “terhindar, luput” dari hawa nafsu. Kata ini dalam bahasa Inggris adalah “to flee from” (kabur dari). Apakah saudara sudah “kabur” dari hawa nafsu duniawi?


TIDAK AKAN MATI

Saya akan menutup pesan ini dengan sebuah kutipan, yang berbunyi seperti berikut, “Kita hidup satu kali saja, dan jika menjalaninya dengan benar, maka cukup satu kali.” Kutipan ini mungkin kedengaran masuk akal di telinga orang dunia. Namun, bagi orang percaya, pepatah ini kedengaran pesimistis dan tidak bermakna. Hidup satu kali saja? Apa maknanya itu?

Di Yohanes 11:26, Yesus berkata, “setiap orang hidup yang percaya kepadaku, takkan pernah mati”. Saya percaya saya takkan pernah mati. Yesus datang membawa hidup, dan hidup yang dapat mati bukanlah hidup. Hidup menurut definisi tidak akan pernah mati. Ya, saya akan tidur dan bangkit, itu pasti. Ya, saya akan mengalami metamorfosis. Saya akan berubah dari ulat jelek ini menjadi kupu-kupu yang indah. Ketika waktunya tiba nanti, saya akan ganti pakaian, saya akan ganti kemah… (2 Korintus 5). Saya akan menanggalkan apa yang fana dan mengenakan apa yang abadi. Injil tidak memakai kata “mati” untuk orang percaya, hanya “tidur”.

Dua kali dalam nas ini disebutkan bahwa Ia telah mengaruniakan kepada kita segala yang kita perlukan untuk menjalani kehidupan sesuai dengan rencana-Nya. Tidak ada apa-apa yang dapat menghentikan kita kecuali ketidakpercayaan kita. Tidak ada yang dapat menghentikan kita kecuali kita sendiri. Itulah sebabnya terkadang saya merasa gusar mendengar orang saling menyalahkan. Tidak ada orang lain dapat disalahkan kecuali diri kita sendiri.  

Pada akhirnya, hanya ada satu hal yang akan disesali dan perlu disesalkan: perubahan yang dapat dilakukan yang tidak kita lakukan.

 

Berikan Komentar Anda: