Pastor Boo | Kematian Kristus (3) |

Mari kita mulai dengan Matius 8:16-17

Menjelang malam dibawalah kepada Yesus banyak orang yang kerasukan setan dan dengan sepatah kata Yesus mengusir roh-roh itu dan menyembuhkan orang-orang yang menderita sakit.  Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: “Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita.”

Ini adalah ayat yang melegakan hati saat dibaca, dan Matius juga berkata bahwa Yesus menggenapi Yesaya 53:4,

Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah.

Kutipan di dalam Matius merupakan kutipan dari bagian akhir Yesaya 53:4 yang mengatakan, “Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita”. Tentunya ini merupakan kabar baik, bukankah demikian?

Saya teringat ketika melayani di India, saya diundang untuk berkhotbah di sebuah organisasi Kristen. Ini adalah sebuah organisasi yang besar, anggotanya berjumlah ratusan. Pastor senior di sana menyambut dan mengajak saya duduk di ruang tamu. Kemudian dia berkata, “Pastor Boo, pernahkah anda merenungkan isi Matius 8:17? Di situ dikatakan bahwa Yesus yang memikul kelemahan kita menanggung penyakit kita.” Dia mengartikan ayat itu secara harafiah dan mengatakan kepada saya bahwa jika kita jatuh sakit, maka kita tidak perlu pergi ke dokter karena Yesus sudah mengambil peranan sebagai penyembuh. Demikianlah, jika anda jatuh sakit, anda hanya perlu minta tolong kepada Yesus, meminta kesembuhan darinya.

Sebenarnya pastor ini, berdasarkan pandangannya mengenai ayat tersebut, mendorong jemaatnya untuk tidak mengandalkan obat-obatan pabrik, juga untuk tidak mengandalkan dokter karena mereka hanya perlu menjalankan keyakinan mereka pada Yesus agar bisa sembuh kembali. Demikianlah, dalam 10 menit pertama pertemuan itu, saya seperti menjadi orang yang kurang rohani dibandingkan dia karena saya sendiri mengandalkan dokter dan obat-obatan modern. Dia memberi kesaksian bahwa sampai dengan hari itu, dia selalu mengalami kesembuhan setiap kali dia jatuh sakit dan kemudian berdoa memohon kesembuhan dari Yesus. Anda mendapatkan asuransi kesehatan berdasarkan ayat ini saja. Anda juga dilindungi dari virus corona, tak ada yang perlu dikuatirkan!

Sekarang anda boleh mendatangi kantor asuransi kesehatan, mengeluarkan kartu asuransi anda dan mengguntingnya di depan petugas asuransi di sana. Katakan kepada petugas itu, “Saya tidak memerlukan kartu ini  lagi karena sekarang saya percaya pada kuasa kesembuhan dari Yesus.”


PEMBEBASAN DARI DOSA, BUKAN PENYAKIT JASMANI

Inikah pemahaman yang benar dari isi Matius 8:17? Jika memang demikian, berarti setiap orang Kristen tidak akan mati oleh penyakit karena dia akan selalu disembuhkan oleh mujizat selama dia memiliki iman. Mungkin dia bisa mati oleh penyebab lain, tetapi penyakit tidak mungkin berakibat maut bagi orang Kristen karena akan bertentangan dengan isi ayat ini.

Lebih dari itu, saya merasa ada masalah mendasar dalam pandangan ini. Persoalan ini lazim ditemui di lingkungan Kristen zaman sekarang akibat pengajaran yang keliru tentang kematian Yesus. Dia mati bagi kita. Istilah “bagi kita” berarti bahwa kita tidak perlu melakukan hal lain kecuali menerima semua manfaat yang diberikan melalui kematian Yesus. Hanya itu yang perlu kita lakukan. Saat anda menyimak berbagai khotbah kalangan evangelis, semuanya berbicara tentang apa yang bisa kita dapat dari Yesus. Pemupukan mentalitas semacam inilah yang menjadi sumber masalahnya.

Jika dipandang dari sudut ini, tentu saja – dengan berdoa kepada Yesus – kita tidak merasa perlu pergi ke dokter. Jika saya terkena virus corona, sekalipun dalam tahap yang parah, saya akan tetap disembuhkan secara mujizat walaupun orang-orang di sekitar saya meninggal dunia oleh virus ini. Bukankah menarik? Namun, akibatnya adalah munculnya tekanan terhadap orang percaya untuk membangun keyakinan unutk disembuhkan secara ajaib. Dan jika penyakitnya tidak sembuh juga, maka imannya akan dipertanyakan. Karena Allah begitu peduli dengan kesehatan kita sehingga Dia merelakan anak-Nya yang tunggal supaya kita bisa disembuhkan?

Jelaslah ada hal yang salah di sini. Dengan kata lain, pandangan pastor tersebut bahwa orang Kristen tidak akan terkena penyakit jasmani jelas keliru. Orang lain akan terkena penyakit jasmani tetapi orang Kristen tidak. Harap diperhatikan bahwa saya tidak menyangkal mujizat kesembuhan. Di sepanjang perjalanan pelayanan saya, ada juga beberapa orang yang sembuh melalui doa saya. Saya tahu bahwa mujizat kesembuhan itu memang ada, tetapi dengan berkata bahwa setiap kali saya terkena penyakit, saya harus meminta kuasa kesembuhan dari-Nya, sama artinya dengan memupuk keegoisan! Ini bukan hal yang layak untuk dilakukan. Jika kita memahami ayat tersebut lewat sudut pandang ini, hasrat egois kitalah yang akan dipicu. Siapa yang tidak ingin disembuhkan?

Paulus tentu memiliki karunia untuk menyembuhkan, tetapi dia sendiri juga mengalami penderitaan jasmani yang berat dalam berbagai hal. Dia menyampaikan hal itu dalam 2 Korintus 11 dan 12. Dalam 2 Korintus 12:7, dia berbicara tentang hal duri dalam daging. Istilah ini bisa mengacu pada orang yang menganiaya (bdk. Bilangan 33:55; Yehezkiel 28:24) dan juga bisa mengacu pada penyakit jasmani (bdk. Mazmur 32:4). Dalam hal penyakit jasmani, Paulus sepertinya mengacu pada penyakit di matanya (Galatia 4:13-15). Tentunya Paulus tidak mengklaim kesembuhan illahi karena, seperti yang disampaikan dalam 2 Korintus 11:29, “Jika ada orang merasa lemah, tidakkah aku turut merasa lemah?” Melalui kelemahannya itulah dia mengalami kasih karunia Allah sangat melimpah atas dirinya. Dengan kata lain, kasih karunia Allah memampukan dia untuk menunaikan tugas yang telah dibebankan kepadanya meskipun banyak kelemahannya, termasuk penyakit jasmani. Sama seperti Yesus, Paulus tidak pernah melakukan sesuatu demi kepentingan pribadi, setelah disalibkan bersama Kristus dan membiarkan hidup Kristus dinyatakan melalui kehidupannya (Galatia 2:20).


PENYAKIT JASMANI MELAMBANGKAN PENYAKIT ROHANI, YAKNI DOSA

Mari kita kembali ke Matius 8:17. Hal apa yang ingin disampaikan oleh Matius di sini? Apakah Yesus hanya berpikir tentang kesembuhan jasmani? Mari kita beralih ke Matius 8:2-4

2 Maka datanglah seorang yang sakit kusta kepada-Nya, lalu sujud menyembah Dia dan berkata: “Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.”  3 Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata: “Aku mau, jadilah engkau tahir.” Seketika itu juga tahirlah orang itu dari pada kustanya.  4 Lalu Yesus berkata kepadanya: “Ingatlah, jangan engkau memberitahukan hal ini kepada siapapun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah persembahan yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka.”

Perhatikan kalimat “persembahkanlah persembahan yang diperintahkan Musa”. Saat itu, orang kusta ini baru saja disembuhkan. Ternyata persembahan yang perlu dilakukan oleh si kusta ini mencakup korban penghapusan dosa berikut korban bakaran (Imamat 14). Di dalam Perjanjian Lama, kusta melambangkan dosa.

Yesus ingin agar si kusta ini tidak sekedar memikirkan kesembuhan jasmaninya saja melainkan menyadari juga akan dosa-dosanya lewat pelaksanaan korban persembahan tersebut. Yang ditangani oleh Yesus, adalah dosa. Dosa ibaratnya penyakit kusta: mudah menular dan menyebar lewat orang-orang yang tersentuh oleh penderita kusta. Seperti virus corona, bukankah begitu? Inilah bagian yang menakutkan. Banyak orang yang cemas akan hal ini. Ada seorang anak, berasal dari China, yang mengalami perlakuan buruk di kelasnya. Dia tidak pernah melakukan perjalanan ke China. Dia hanya bersin dan batuk-batuk sedikit di dalam kelas. Dan gurunya segera menyuruh dia keluar dari kelas! Kenyataannya, banyak orang yang ketakutan jika berdekatan dengan orang China di dalam angkutan umum. Jika ada orang China duduk atau berdiri di dekatnya, dia segera bangkit dan menjauh! Demikianlah, kita perlu memahami bahwa ayat di dalam Matius ini lebih mementingkan kesembuhan rohani kita, karena dosa adalah masalah yang sangat besar.

Dalam bahasa Ibrani, makna dari Yesaya 53:4 adalah: “Dialah yang menanggung kelemahan kita dan memikul penyakit kita.” Namun, jika kita bandingkan dengan naskah Perjanjian Lama berbahasa Yunani, versi LXX, maknanya menjadi: “Dia memikul dosa-dosa kita dan menanggung kesengsaraan bagi kita.” Kata “kelemahan, penyakit” digantikan oleh “dosa-dosa, kesengsaraan” dalam LXX (PL Yunani). Kitab Perjanjian Lama berbahasa Yunani merupakan terjemahan untuk bangsa asing (non-Yahudi) di zaman dulu. Demikianlah, bahkan para penerjemah zaman dulu menekankan penyembuhan rohani di dalam ayat ini.


YESUS TIDAK MENJADI ‘PENGGANTI’ KITA

Kembali ke Matius 8:17, “Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita.” Perhatikan kata “dialah” yang menekankan pokok yang sedang saya bahas. Sosok Yesus-lah yang perlu kita perhatikan. Kita lihat lagi Yesaya 53:4, “Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya.” Apa artinya? Yesus harus menanggung dosa-dosa kita? Dalam pemahaman zaman sekarang, dia menjadi pengganti kita. Dosa-dosa kita secara “misterius” berpindah ke Yesus. Dosa-dosa saya sudah tidak ada lagi! Sudah berpindah ke Yesus!

Saya harap anda pahami bahwa ini bukanlah makna Matius 8:17. Alasannya adalah, saat Yesus menyembuhkan penderita kusta, penyakit itu tidak menular ke diri Yesus, tidak menjadikan Yesus penderita kusta. Untuk membuktikannya, anda hanya perlu menyaksikan film “The Green Mile.” Ayat-ayat dalam Injil tidak ada kaitannya dengan hal semacam itu. Yesus tidak menanggung penyakit kusta tersebut, dalam arti bahwa penyakit itu tidak menular ke dirinya, dia tidak menjadi penderita kusta. Tidak! Bukan seperti itu jalan ceritanya. Entah itu penyakit SARS atau virus corona, penyakit apapun yang anda derita, jika dia menanggung penyakit anda, ternyata penyakit itu tidak masuk ke dalam dirinya. Ini berarti bahwa dia menyembuhkan dalam arti menyingkirkan. Istilah yang lebih tepat adalah bahwa dia mengalahkan penyakit itu, sama seperti dia mengalahkan roh jahat. Inilah makna yang dimaksudkan. Dengan kata lain, anda dibebaskan dari penyakit anda dan juga dari kuasa roh jahat. Kata “menanggung, memikul, mengambil atau membawa” , semuanya menunjukkan bahwa pada saat dia melakukannya, dia membebaskan anda. Itu sebabnya hal-hal yang buruk itu tidak berpindah ke dirinya. Ini adalah pokok yang penting dalam Matius.

Itu sebabnya saya membuat rujukan ke Markus 10:45, untuk memahami kata “penebusan” dalam Perjanjian Baru, kita harus melihatnya sebagai “pembebasan”. Sayangnya, tidak banyak orang yang mau dibebaskan, karena pada umumnya kita senang dengan dosa-dosa kita. Sekalipun kita tahu bahwa itu salah, kita tetap menyukainya karena memberi kita kesenangan. Sama seperti menanyakan seorang pecandu narkoba apakah dia ingin dimerdekakan? Mereka mungkin mau, tetapi ada kecenderungan dalam diri mereka yang justru menolak untuk dilepaskan dari kecanduannya. Mengapa? Karena mereka menikmati heroin, kokain dan sebagainya. Itu semua membuat mereka merasa senang. Itu sebabnya banyak dari antara mereka yang mengalami over-dosis (OD). Saat dalam kondisi OD, dan meninggal, mereka tidak menyadarinya, karena mereka mengira sedang menikmati barang tersebut. Hal berikutnya yang mereka sadari adalah kenyataan bahwa roh mereka sudah berada di luar tubuh mereka, dan mereka bertanya-tanya apa yang sedang terjadi. Sudah terlambat. Anda mengasihi dosa-dosa anda sampai mati!


TANGAN TUHAN TIDAK TERLALU PENDEK

Itu sebabnya Yesaya 50:2 menyebutkan,

Mengapa ketika Aku datang tidak ada orang, dan ketika Aku memanggil tidak ada yang menjawab? Mungkinkah tangan-Ku terlalu pendek untuk membebaskan atau tidak adakah kekuatan pada-Ku untuk melepaskan?

Di situ terlihat jelas: Menebus berarti memerdekakan, membebaskan. Hal ini sangat penting untuk dipahami, entah anda memakai istilah “menanggung dosa”, “menebus dosa” atau “membebaskan dari dosa”, semua itu berkaitan dengan kemerdekaan. Kita berada di tengah perang kemerdekaan, bukan kemerdekaan dari suatu kekuasaan politik, melainkan dari kuasa dosa dan kejahatan yang bekerja di dalam diri kita dan diri orang lain. Tangan Tuhan tidak terlalu pendek untuk menolong. Anda dapat melihat perwujudan kuasa Allah bekerja lewat diri Yesus dalam catatan injil. Di dalam Roma 1:16, Paulus berbicara tentang pengalamannya sendiri:

Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.

Kembali ke Matius 8, ayat 8 menyampaikan ucapan dari seorang perwira Romawi, “Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh.” Yesus mengagumi pernyataan ini dan berkata, “Sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorangpun di antara orang Israel.” Yesus tidak perlu datang ke rumahnya. Ucapannya saja sudah diyakini. Apakah kita memiliki tingkat keyakinan seperti ini terhadap Firman Tuhan?

Ingatlah bahwa tangan Allah tidak terlalu pendek untuk menolong. Dia dapat membebaskan kita. Dia bisa meluruskan jalan hidup kita, mengatasi semua persoalan yang kita buat sendiri selama bertahun-tahun akibat ketidakpedulian dan kecerobohan kita. Persoalannya adalah apakah kita memiliki keyakinan bahwa tangan-Nya mampu menjangkau semua area di dalam hidup kita, dan membenahi semua hal di dalam diri kita?


BAHAYA DARI SIKAP APATIS

Di zaman internet sekarang ini, terjadi banjir informasi dengan gambaran yang vulgar. Akan tetapi, berita tentang kekerasan, seberapapun buruknya, tidak lagi mempengaruhi kita. Tahun demi tahun, kejadian yang lebih buruk muncul dalam berita dan banyak orang sekedar mengangkat bahu dan melanjutkan lagi kehidupan mereka seperti biasanya. Kita menjadi tidak peka terhadap berita semacam itu, yang dulunya – sebelum zaman internet – akan membuat masyarakat trauma. Pembunuhan berantai dan penembakan di tempat umum dulunya akan menjadi bahan pembicaraan sampai berminggu-minggu. Namun, sekarang, semua itu hanya menjadi pokok berita dalam sehari saja dan tidak lagi dibicarakan oleh masyarakat dalam hitungan hari! Anak-anak menjadi terbiasa menyaksikan kekerasan, mereka tidak terkejut lagi jika melihat adegan kekerasan dalam berita. Semua tayangan itu tidak menarik perhatian mereka lagi. Inilah kondisi umum masyarakat zaman sekarang.

Hal yang sama berlaku dalam kasus wabah penyakit atau bencana alam. Selama bencana itu terjadi di negara lain, semua hanya dipandang sebagai isi berita saja. Namun, ketika hal itu terjadi di tempat anda dan mengancam jiwa anda, urusannya jadi lain. Kita tidak lagi memandang hal itu dengan cara pikir yang biasanya.

Semua contoh ini mungkin terdengar agak dramatis, tetapi ada tragedi yang lebih besar lagi, yakni mengenai dosa dan dampaknya. Kita semakin memandang ringan urusan ini, sekalipun kita sendiri mungkin sudah terjangkit. Orang sakit akan pergi ke dokter, tetapi kita sendiri tidak tahu bahwa sebenarnya kita sendiri sedang sakit! Kita tidak peka terhadap kondisi kita sendiri yang sedang parah. Masalah kita adalah pandangan bahwa kita tidak bisa mengubah kebiasaan manusia, jadi kita hanya perlu bertoleransi saja. Berbuat salah itu manusiawi. Kita semua punya kelemahan dan kesalahan dan itu semua adalah bagian dari bumbu kehidupan. Namun, Matius 8 memberitahu kita contoh nyata dari hal yang dilakukan oleh Yesus. Dia bukan saja mampu beridentifikasi dengan kita, tetapi juga mampu membebaskan kita dari kuasa dosa, yang merupakan akar dari semua persoalan di tengah masyarakat. Kalau kita tidak bisa melihat gawatnya masalah dosa di dalam hidup kita, bukan hanya melihat apa yang ada di dalam diri orang lain, maka kita tidak akan bisa datang kepada Yesus dalam sikap hati yang merasakan gawatnya masalah ini. Kita tidak dapat mengikuti contoh penderita kusta maupun perwira Romawi tersebut.

Itu sebabnya ketika Matius berkata, “Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita,” dia tidak bermaksud mengatakan bahwa dosa-dosa kita dipindahkan ke diri Yesus. Uraian itu hanya menegaskan bahwa dia ikut merasakannya. Dia memahami betapa gawat masalahnya, dan melalui ketaatan sampai mati, maka kuasa Yahweh dapat bekerja melalui kehidupan dan kematiannya untuk mematahkan kekuatan dan kuasa dosa dalam kehidupan kita. Dapat kita lihat sekarang, tekad Yahweh untuk membebaskan umat manusia, saat Dia berkarya melalui kehidupan Yesus.


DOSA MUNCUL DALAM BERBAGAI WUJUD

Beberapa tahun yang lalu, ketika SARS berhasil dijinakkan, saya teringat pada sebuah cuplikan berita yang ditayangkan oleh sebuah media China. Mereka menampilkan barisan dokter dan perawat di luar sebuah rumah sakit, dan pasien terakhir SARS keluar dari rumah sakit diiringi tepuk tangan semua tenaga medis tersebut. Mereka menyiarkan propaganda tentang kemenangan mereka atas SARS. Maju cepat ke masa sekarang, yang kita hadapi sekarang adalah bentuk lain dari virus yang sejenis, virus corona. Mereka mengira bahwa mereka sudah mengalahkan penyakit itu, dan penyakit itu sekarang kembali dalam bentuk yang lain, dan lebih mematikan.

Saat Matius menuliskan bahwa Yesus menyembuhkan mereka semua (ayat 16), tak ada masalah apapun jenis penyakitnya. Apapun itu, dia mampu menyembuhkannya. Dosa masuk dalam berbagai wujud dan bobot. Ini terjadi karena kita mampu bermutasi sesuai dengan lingkungan kita. Jika anda bekerja di sebuah perusahaan dan anda memiliki masalah dengan emosi anda, anda akan bermasalah dengan manajemen perusahaan. Hasilnya adalah banyak rekan kerja yang tidak bisa bekerjasama dengan anda. Keadaan anda memburuk karena anda tahu bahwa anda tidak akan mampu mempertahankan pekerjaan anda jika urusannya tetap seperti ini. Jika bos memanggil anda karena masalah ini, tamatlah riwayat anda. Lalu apa yang anda lakukan? Anda berusaha berubah, bukankah begitu? Anda menjalani perawatan untuk mengelola emosi anda. Dari sisi luar, anda terlihat tenang, tetapi di sisi dalam, anda masih orang yang penuh dendam. Anda menjadi semakin halus dalam melampiaskan kemarahan anda, dalam hal membalas perlakuan orang lain, dengan tetap tampil seperti orang yang ramah dan tidak tahu apa-apa. Anda berubah menjadi orang yang ramah, selalu tersenyum dan baik kepada orang lain, tetapi di balik itu, kemarahan anda masih menyala. Orang-orang yang tidak anda senangi mulai dipecati satu demi satu, tanpa mereka sadari apa yang terjadi dengan diri mereka; mereka bahkan tidak tahu bahwa andalah penyebabnya. Seperti itulah cara dosa bekerja, ada kemampuan untuk bermutasi di dalamnya.

Penipuan online adalah contoh yang lain. Tingkat kecanggihannya sangat mengejutkan, mulai dari kejahatan kartu kredit sampai dengan pencurian data serta rekening orang lain. Bahkan pencurian zaman sekarang sudah menjadi sangat canggih. Baru-baru ini saya menyaksikan sebuah video tentang pencurian yang dijalankan dengan sangat cerdas dan berhasil. Ada seseorang berpakaian rapi bersama temannya yang memakai seragam petugas keamanan di dekat sebuah toko elektronik. Orang yang pertama lalu masuk ke dalam toko, berpura-pura seperti orang sedang berbelanja sambil mencari sasaran. Dia melihat ada sepasang suami-istri yang sudah membeli TV 55” dan keluar dari toko sambil membawa barang tersebut. Orang ini lalu mengikuti pasangan tersebut, mendekati mereka dan berkata, “Permisi, saya pegawai dari toko elektronik tadi. Mohon maaf, kami sudah memberikan anda barang yang keliru. Yang ini adalah barang bekas, dan barang ini sudah ada pembelinya. Dia sudah hampir sampai untuk menjemput barang ini.” Dia melanjutkan, “Mohon maaf sekali lagi karena kami sudah memberikan barang bekas untuk anda. Jika anda bersedia untuk kembali ke toko bersama saya, kami akan menggantinya dengan barang baru. Untuk yang ini, silakan dititipkan saja di sini untuk dijaga oleh petugas keamanan toko, supaya nanti bisa langsung diambil oleh pembelinya.” Pasangan ini agak kebingungan dan tidak sadar bahwa orang ini menipu mereka, mereka setuju untuk kembali bersama penipu ini ke toko. Begitu sampai di dalam toko, orang ini langsung berkata, “Oh, mohon maaf, saya lupa memberikan nota penjualan kepada petugas keamanan tadi. Harap tunggu sebentar, saya akan segera kembali untuk menangani penggantian barang anda.” Begitu dia keluar, mereka berdua segera memuat TV tersebut ke mobil mereka dan melarikan diri! Sementara itu, pasangan yang nahas ini masih tetap menunggu di dalam toko tanpa menyadari bahwa TV mereka sudah melayang hilang. Biasanya penjahat cenderung memakai ancaman untuk mendapatkan barang yang mereka inginkan, tetapi kedua penjahat ini memiliki cara yang sudah lebih halus dan elegan. Bahkan dosa bisa tampak menarik karena menuntut kreatifitas, kecerdasan dan kerjasama untuk bisa punya rencana seperti ini. Dosa sudah berkembang dan bermutasi ke bentuk yang lebih mudah menular, lebih mematikan dan kita sering tidak sadar bahwa kita sedang menjadi korbannya.

Akan tetapi, Allah tahu, karena Dia bisa melihat di balik semua kelicikan kita. Dia tahu sepenuhnya isi hati manusia, lebih dari pengetahuan kita tentang diri kita sendiri. Jika bergantung pada diri kita sendiri, mengatasi dosa tidak pernah mudah, karena kita cenderung membenarkan diri sendiri, kita bisa memahami situasi dan tahu cara menyembunyikan motivasi. Seringkali, kita sendiri bahkan tidak sadar kalau motif kita salah! Motivasi ini bisa tersembunyi dari penglihatan orang lain, bahkan dari penglihatan kita sendiri, tetapi tetap terlihat oleh Allah. Itu sebabnya manusia Allah bisa membaca motivasi seseorang dan juga dirinya sendiri, karena Allah mengungkapkan hal itu kepadanya.


SUMBER SEGALA DOSA: KEINGINAN

Bagaimanapun rumitnya cara kerja dosa, ada satu kata yang bisa membongkarnya: keserakahan. Roma 7:7-8 menegaskan hal itu. Kata “keinginan” di dalam kedua ayat itu memiliki makna hasrat atau keserakahan. Apapun akal yang dijalankan oleh orang yang penuh dosa, tujuan utamanya adalah memenuhi hasrat atau kepentingan pribadi. Semua tipu daya itu hanyalah alat untuk mencapai tujuan. Yang dilakukan oleh Yahweh melalui Kristus Yesus dalam keselamatan adalah masuk langsung ke dalam hati dan membebaskan kita dari segala hasrat yang mencelakakan di sana, yang merupakan akar dari semua permasalahan (Yakobus 1:14-15, Matius 15:18-19, Markus 7:21-23). Dosa seperti pembunuhan, pencurian, iri hati, perselisihan, percabulan dan sebagainya, hanya merupakan perwujudan dari nafsu kepentingan pribadi kita. Hanya Yahweh yang dapat mengubah hasrat kita, yakni menjadi kasih kepada Dia dan kepada sesama manusia. Hanya dengan cara itu baru kita bisa berhenti mengejar semua kejahatan yang mencelakakan itu – berikut semua manifestasinya yang penuh kelicikan. Akan tetapi kebanyakan orang tidak mau bebas dari dosa karena dosa memiliki daya tarik dan menyenangkan, terutama jika anda berhasil mendapatkan hal yang anda kejar, entah secara halal ataupun haram. Mencari Tuhan itu sendiri menuntut komitmen dalam mengejar kasih akan kebenaran. Jika anda melakukannya sepenuh tekad, maka anda akan temui realitas seperti yang disebutkan dalam Matius 8. Anda akan mengalami kuasa Allah dalam mengubah anda dan membawa anda ke dalam hubungan akrab dengan Dia dan putra-Nya, Kristus Yesus.

Jika anda ingin tahu manusia macam apa diri anda sesungguhnya, ingatlah, hanya Allah yang tahu isi hati anda (Yeremia 17:9-10). Dia menyelidiki isi hati kita melalui Firman-Nya yang disampaikan oleh hamba-Nya (Ibrani 4:12-13). Saat anda diinsyafkan dan, pada saat yang bersamaan, ditarik mendekat kepada Allah, jelaslah bahwa langkah anda yang selanjutnya adalah mendekatkan diri kepada Yesus, Mesias yang sudah ditetapkan-Nya. Perhatikan kata-kata berikut di dalam Matius 8:2 ini: “Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.” Itu adalah ucapan yang penting.


KEMAUAN UNTUK SEMBUH

Bandingkan ayat itu dengan Markus 9:22-23, sang ayah berkata kepada Yesus, “Sebab itu jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami,” dia sedang meminta tolong untuk dia dan anaknya. Jawab Yesus kepadanya, “Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!” Segera saja si ayah itu berseru, “Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!” Persoalannya bukan pada apakah Allah dapat menolong atau tidak. Masalahnya apakah Dia bersedia atau tidak. Jika Dia berkenan, maka anda dapat melakukannya. Silakan lihat 1 Yohanes 5:14-15. Apakah kita memiliki iman semacam ini? Sangat mudah untuk percaya bahwa Allah dapat melakukan segala sesuatu di tingkat logika. Masalah muncul di saat kita berada dalam situasi di mana keyakinan kita diuji. Itulah saat di mana keyakinan kita melemah dan kita mulai mengandalkan kecerdasan dan hikmat kita dalam mengatasi persoalan kita. Tak heran jika banyak orang Kristen dihantui oleh kecemasan akibat persoalan mereka sendiri. Berapa banyak yang menguatirkan urusan hubungan mereka dengan Yahweh dan rencana-Nya? Sayangnya, sedikit sekali. Sejauh hal itu terkait dengan penanganan dosa dan kejahatan, Dia pasti bersedia. Dalam kasus anak yang kerasukan oleh setan yang sangat kuat ini, tentu saja Dia bersedia. Itu sebabnya mengapa Dia mengutus Yesus: untuk membebaskan kita dari kuasa jahat. Akan tetapi kita harus memiliki iman yang berisi harapan (bahwa Dia bisa) dan kerendahan hati (bahwa Dia mau).

Nah, apakah anda benar-benar ingin merdeka? Jika anda berada dalam penjara, dan penjara itu dilengkapi dengan sauna, kolam renang, kamar tidur bintang lima, fasilitas gym, restoran dan kebebasan untuk mengunjungi tempat lain, mungkin anda tidak ingin keluar dari sana, karena penjara ini lebih bagus daripada rumah anda! Saat saya di Filipina, ada orang yang bercerita kepada saya tentang para mantan napi yang sengaja melakukan kejahatan lagi agar bisa kembali ke penjara. Kalau tidak begitu, mereka akan menjadi gelandangan di luar penjara. Selama tinggal di dalam penjara, setidaknya mereka mendapat makanan dan tempat tinggal berikut kehidupan sosial di sana. Ini adalah kondisi yang aneh. Akan tetapi, bersama dengan Allah, jika kita dibebaskan dari kehidupan dosa, ada sangat banyak hal yang bisa dilakukan dan semua itu berkaitan dengan kerajaan-Nya, dan juga pembangunan gereja-Nya. Ada sangat banyak potensi dan berkat rohani untuk dipahami dan dialami. Semua itu di dalam damai dan sukacita karena melayani Dia. Saya berdoa supaya kita akan menerima pengertian dari Firman-Nya untuk dapat memahami apa arti hidup baru. Pikirkanlah tentang pelayanan Yesus! Saya harap kita dapat mengalami hidup baru yang produktif dari Allah supaya sama seperti Yesus, kita mendapatkan sukacita karena melihat orang dibebaskan dari kebusukan dan maut yang dibawa oleh dosa, dan mereka bisa masuk ke dalam hidup baru yang hanya bisa diberikan oleh Yahweh. Kita juga punya harapan untuk masa depan yang harus kita kejar. Sepanjang hidup kita yang lama, kita mungkin sudah membentuk diri menjadi manusia yang canggih dan cerdas dalam memuaskan kepentingan pribadi. Sebelumnya, mungkin kita sangat ceroboh dan kasar, tetapi kemudian kita menjadi semakin ahli. Kita mulai tahu bagaimana mengejar kepentingan pribadi secara lebih cerdas, tetapi hasilnya tetap saja kepentingan pribadi. Kita juga mungkin sudah tahu bagaimana memanfaatkan orang lain untuk kepentingan kita sendiri. Sekarang ini, kita harus menghapus semua keahlian itu dengan cara membuangnya. Mari kita melangkah maju untuk mengikuti dan mengalami kasih Allah secara nyata.

 

Berikan Komentar Anda: